tindak pidana pencurian pulsa telepon sebagai bentuk kejahatan di

advertisement
TINDAK PIDANA PENCURIAN PULSA TELEPON SEBAGAI
BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG KOMUNIKASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan
Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
ADE SAPUTRA
NIM : 050200087
DEPARTEMEN : HUKUM PIDANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
PENCURIAN PULSA TELEPHON DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU TELEPHON ILEGAL
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas
dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA HUKUM
Oleh :
ADE SAPUTRA HUTABARAT
050200087
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
Disetujui oleh:
KETUA DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
ABUL KHAIR. SH.M.Hum
NIP.131842854
DOSEN PEMBIMBING I
II
ABUL KHAIR. SH.M.Hum
M.Hum
DOSEN PEMBIMBING
NURMALAWATY. SH.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyajikan judul : “ Tindak Pidana
Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan di Bidang Komunikasi.”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis
dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Pada kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan Terima
Kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafridin Hasibuan, SH, MH. DFM, selaku pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak M. Husni SH, MH, selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Abul Khair SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana
dan juga sekaligus Dosen pembimbing I yang telah memberi bimbingan dan
masukan-masukan yang sangat manfaat.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
6. Ibu Nurmalawaty, SH, M.Hum, selaku Dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, serta masukan yang sangat
bermanfaat.
7. Ibu Sinta Uli SH, M.Hum, selaku Dosen Wali yang telah memberikan
arahan-arahan sejak awal perkuliahan hingga akhir perkulian penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum USU atas pengabdian serta
dedikasinya menyumbangkan ilmu dan mendidik penulis selama menuntut
ilmu di Fakultas Hukum USU, berikut segenap staf administrasi yang telah
banyak membantu pengurusan dokumen administrasi selama perkuliahan.
9. Teristimewa kepada orang tua laki-laki penulis yang telah meninggal dunia
Alm. Tigor Hutabarat, penulis akan berdoa semoga Papa bahagia di surga,
terlebih kepada orang tua, perempuan penulis Syansidan Siregar, terima
kasih penulis ucapkan atas segala kasih sayang yang tak terhingga,
dukungan, motivasi, bimbingan, fasilitas dan segala yang telah diberikan
kepada penulis dari kecil hingga sampai sekarang ini yang hanya bisa penulis
balas dengan do’a anak sholeh yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan baik.
10. Terutama untuk Bapak penulis Theodorus Sitepu, terima kasih penulis
ucapkan atas segala kasih sayang yang tak terhingga, dukungan, motivasi,
bimbingan, fasilitas dan segala yang telah diberikan kepada penulis dari kecil
hingga sampai sekarang ini yang hanya bisa penulis balas dengan do’a anak
sholeh yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan
skripsi ini dengan baik.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
11. Tersayang kakak dan abang penulis Budi Hutabarat/Roy Erik Hutabarat dan
Melinda Silvia br Hutarabat, Nirmala Cahaya br Hutabarat, Ermiyati br
Sitepu.
12. Kepada Kakak dan Abang Ipar Penulis Kak Suriani, Selfi br Sinurat dan
abang Daud Ramlan, Awaludin terimakasih atas perhatian dan bantuan baik
secara materi dan spirit, serta keponakan penulis yang lucu-lucu dan penulis
sayangi.
13. Terima kasih kepada keluarga besar Hutabarat dan keluarga besar Sitepu
yang telah memberikan dukungan.
14. Untuk Bibik penulis Esterita br Tarigan, Spd dan Nenek penulis Nur Halijah
yang telah memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat bagi penulis.
15. Untuk semua teman-teman di Fakultas Hukum USU terutama M. Rafi
Erlangga, Faisal Akbar, Eriko Tarigan, Cory Tifany Lubis, terima kasih
untuk pemberian semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
16. Tersayang untuk Masna (Lena) Amd. Kom yang telah memotivasi penulis
dengan perhatian dan kasih sayang.
Penulis berharap segala bantuan, amal sholeh, doa yang diberikan mereka
semua kepada penulis mendapatkan rahmat yang berlimpah dari ALLAH SWT.
Amin
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
seluruh para pembaca.
Medan,
Juni 2009
Ade Sahputra
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................................
5
D. Keaslian Penulisan .........................................................................
6
E. Tinjauan Kepustakaan ....................................................................
6
1. Pengertian Pidana .....................................................................
7
2. Masalah Tindak Pidana ............................................................. 13
3. Pertanggungjawaban Pidana (Kesalahan) ................................. 17
4. Pengertian Telekomunikasi....................................................... 22
5. PengertianTeknologiInformasi............................................ 25
F. Metode Penelitian .......................................................................... 27
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 30
BAB II :
TINJAUAN UMUM TENTANG
PENCURIAN PULSA TELEPON
TINDAK
PIDANA
A. Aspek hukum pidana dalam pemakaian pulsa telepon atas
nama
pihak lain........................................................................................ 30
B. Pengertian melawan hak dan tanpa hak ......................................... 35
C. Klasifikasi perbuatan manipulasi pulsa telepon ditinjau dari
teori
Ilmu Hukum Pidana ....................................................................... 37
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
D. Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa telepon
sesuai dengan peraturan hukum di Indonesia ................................ 41
BAB III :
KEJAHATAN DI BIDANG KOMUNIKASI DAN
PENANGGULANGGANNYA DI INDONESIA
A. Azas dan Tujuan Teknologi Informasi .......................................... 44
B. Tindak Pidana Teknologi Informasi dan komunikasi .................... 46
C. Kesengajaan ataupun Kelalaian terhadap seseorang yang
Melakukan tindak pidana pencurian pulsa telepon ....................... 77
D. Penanggulangan kejahatan di bidang komunikasi ......................... 80
BAB IV :
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA
PENCURIAN PULSA TELEPON
A. Profil Pelaku Pencurian pulsa telepon ............................................ 94
B. Pertanggungjawaban tindak pidana pencurian
Pulsa telepon .................................................................................. 97
C. Beberapa kasus ................................................................................ 102
BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 118
B. Saran ....................................................................................... 119
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
ABSTRAK
ADE SYAHPUTRA*
Abul Khair, SH, M.Hum**
Nurmalawaty, SH, M.Hum***
Judul skripsi ini adalah “Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai
bentuk Kejahatan di Bidang Komunikasi”. Permasalahannya adalah bagaimana
ketentuan sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa telepon sesuai
dengan peraturan hukum di Indonesia, bagaimana penanggulangan kejahatan di
bidang komunikasi, dan bagaimana pertanggungjawaban tindak pidana
pencurian pulsa telepon. Adapun metode penelitian yaitu berbentuk penelitian
hukum normatif dilakukan dengan pengambilan data, dan pengumpulan data
yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan studi kepustakaan dan
studi contoh-contoh kasus yang berkaitan dengan penelitian, dimana bertujuan
untuk mengetahui sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa sesuai
dengan peraturan hukum di Indonesia, untuk mengetahui tata cara
penanggulangan kejahatan di bidang komunikasi, untuk mengetahui
pertanggungjawaban tindak pidana pencurian pulsa telepon. Berdasarkan hasil
penelitian penulis kejahatan dalam bidang Teknologi Informasi dan komunikasi
secara umum terdiri dari dua kelompok. Pertama, kejahatan biasa yang
menggunakan teknologi informasi sebagai alat bantunya. Dalam kejahatan ini,
terjadi peningkatan modus dan operandi dari semula menggunakan peralatan
biasa, sekarang telah memanfaatkan Teknologi komputerisasi. Dampak dari
kejahatan biasa yang telah menggunakan Teknologi Informasi ternyata cukup
serius, terutama bila dilihat dari jangkauan dan nilai kerugian yang ditimbulkan
oleh kejahatan tersebut. Kedua, Seluruh jenis kejahatan baik yang telah diatur
dalam Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP) maupun yang telah
diatur di luar Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP) dan yang
terbukti dilakukan oleh setiap orang dengan memanfaatkan Teknologi
Informasi dimaksud dalam Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP)
dikenakan ancaman dan hukuman berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP). Sanksi bagi
pelaku pencurian pulsa telepon harus sesuai dengan unsur-unsur dari tindak
pidana tersebut dari hukum di Indonesia yakni Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) dan walaupun tidak diatur secara tegas dalam hukum di luar
KUHPidana seperti Undang-undang No.36 tahun 1999 Tentang
telekomunikasi,namun dalam modus operandi kegiatan pencurian pulsa telepon
ada yang melanggar Undang-undang No.36 tahun 1999 Tentang
telekomunikasi ,penanggulangan tindak pidana ini telah dilakukan dengan
berbagai cara yakni dengan mengamankan system elektronik seperti
komputer,internet dan teknologi informasi lainnya, sudah jelas
pertanggungjawaban pidana dari pencurian pulsa mempunyai unsur pencurian
sesuai dengan Pasal 362 Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP).
*
**
***
Nama Mahasiswa
Nama Dosen Pembimbing I
Nama Dosen Pembimbing II
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini sering menjadi pembicaraan mengenal banyaknya
kejadian tentang kejahatan yang dilakukan melalui peralatan telekomunikasi
terutama mengenai pemakaian
pulsa telepon dimana pembayarannya
dibebankan kepada pemilik nomor sambungan telepon yang merasa tidak tahu
menahu tentang pemakaian pulsa tersebut. Cara yang dipergunakan untuk
melakukan perbuatan tersebut bermacam-macam, namun yang menjadi
persoalan adalah apabila si pelaku tertangkap, hukum mana dan hukuman
apakah yang kiranya tepat untuk dapat dijatuhkan terhadap pelaku
bersangkutan.
Pada tahun 1996 juga telah pernah diadakan suatu pembahasan mengani
beberapa perbuatan curang yang berkaitan dengan bidang telekomunikasi
tersebut. Pembahasan itu diselenggarakan dalam seminar sehari dengan topik.
Kejahatan di Bidang Telekomunikasi dan penanggulangannya di Indonesia,
yang diselenggarakan atas kerja sama Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
dengan PT Telkom, di Semarang pada tanggal 25 April 1996 yang lalu. Dalam
tulisan ini tidak akan dibahas mengenai bagaimana cara seseorang melakukan
manipulasi pulsa telepon yang telah dipergunakannya itu ke dalam rekening
pembayaran pulsa pihak lain, akan tetapi tulisan ini hanya akan membahas
mengenai segi hukum (khususnya hukum pidana) atau perbuatan tersebut. 1
Dalam ketentuan pidana tertulis yang sekali berlaku di Indonesia,
khususnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), belum
1
M. Yahya Harahap, Antisipasi Aparat Penegak Hukum dalam penanggulangan
kejahatan Komunikasi, makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kajahatan di Bidang
Telekomunikasi dan Penanggulangannya di Indonesia,” diselenggarakan atas kerjasama Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro dengan PT Telkom, di Semarang, 25 April 1996, hal 24-26
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
terdapat pengaturan mengenai perbuatan manipulasi pemakaian pulsa telepon
tersebut. Sedangkan pelaksanaan hukum pidana di Indonesia menganut asas
legalitas sebagaimana dapat disimpulkan dari bunyi ketentuan Pasal 1 ayat (1)
KUHP yang menyatakan bahwa :
“Tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan
ketentuan pidana dalam undang-undang yang ada terdahulu dari pada perbuatan
itu.”
Asas legalitas tersebut dengan istilah “nullum delictum nulla poena sine
praevia lege poenali,” yang intinya adalah bahwa suatu perbuatan baru dapat
dihukum atau dipidana apabila sebelum perbuatan itu dilakukan, undangundang tertulis telah mengancam perbuatan tersebut dengan suatu hukuman.
Atau dengan perkataan lain bahwa undang-undang tertulis harus telah
mencantumkan terlebih dahulu bahwa suatu perbuatan tertentu merupakan
perbuatan yang dapat dipidana, sebelum kemungkinannya perbuatan itu
dilakukan oleh seseorang.
Dari asas legalitas juga tersirat suatu maksud bahwa ketentuan Undangundang (khususnya hukum pidana) tidak dapat berlaku surut atau mundur
kebelakang. Artinya sebagaimana telah dikemukakan diatas, yaitu bahwa
ketentuan-ketentuan pidana terhadap berbagai perbuatan, yang dibuat setelah
perbuatan-perbuatan tersebut terlanjur dilakukan seseorang, ketentuanketentuan pidana itu tidak dapat dikenakan kepada pada pelaku dari masingmasing perbuatan bersangkutan.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
Dari hal perbuatan manipulasi pulsa telepon, ternyata tidak tercantum di
dalam KUHP. Dengan demikian berdasarkan asas terebut, perbuatan
manipulasi pulsa telepon itu secara formal tidak dapat dikualifikasikan sebagai
suatu tindak pidana sehingga secara yuridis formal terhadap pelakunya apabila
terbukti, juga tidak dapat diadili berdasarkan ketentuan dalam KUHP.
Perbuatan manipulasi pemakaian pulsa telepon sebagaimana disebutkan
diatas, kecuali jelas menimbulkan kerugian material bagi orang lain, perbuatan
itu juga dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan yang melawan hak karena
pemakaian nomor sambungan telepon itu tanpa persetujuan dan bahkan tanpa
sepengetahuan dari pemilik nomor sambungan telepon yang bersangkutan.
Atau dengan perkataan lain bahwa sipemakai pesawat telepon tersebut dengan
tanpa hak telah memanipulasi jumlah pulsa telepon orang lain yang tidak
mempergunakannya.
Sistem elektronik juga digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem
informasi yang merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis
jaringan telekomunikasi dan media elektronik, yang berfungsi merancang,
memproses, menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarkan
informasi elektronik. Sistem informasi secara teknis dan manajemen
sebenarnya adalah perwujudan penerapan produk teknologi informasi ke dalam
suatu bentuk organisasi dan manajemen sesuai dengan karakteristik kebutuhan
pada organisasi tersebut dan sesuai dengan tujuan peruntukannya.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
Sehubungan dengan itu, dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama
memperluas penafsiran asas dan normanya ketika menghadapi persoalan
kebendaan yang tidak berwujud, misalnya dalam kasus pencurian pulsa telepon
sebagai perbuatan pidana. Dalam kenyataan kegiatan cyber tidak lagi sederhana
karena kegiatannya tidak lagi dibatasi oleh teritori suatu negara, yang mudah
diakses kapan pun dan dari mana pun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku
transaksi maupun pada orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi,
misalnya pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di Internet. 2
Di samping itu, pembuktian merupakan faktor yang sangat penting,
mengingat informasi elektronik bukan saja belum terakomodasi dalam sistem
hukum acara Indonesia secara komprehensif, melainkan juga ternyata sangat
rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru
dunia dalam waktu hitungan detik. Dengan demikian, dampak yang
diakibatkannya pun bias demikian kompleks dan rumit.
Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan
kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan
komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, terdapat
tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan
aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk
mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara
2
Mohd. Gempita, Kejahatan Bidang Telekomunikasi Dampaknya Terhadap Masyarakat
dan Negara, makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kejahatan di Bidang Telekomunikasi
dan Penanggulangannya di Indomesia,” diselanggarakan atas kerjasama Fakultas Hukum UNDIP
dengan PT. Telkom, di Semarang, 25 April 1996, hal 11.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
elektronik, pendekatan hukum bersifat mutlak karena tanpa kepastian hukum,
persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa
telepon sesuai dengan peraturan hukum di Indonesia?
2. Bagaimana penanggulangan kejahatan di bidang komunikasi?
3. Bagaimana pertanggungjawaban tindak pidana pencurian pulsa telepon
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:
a. Untuk mengetahui sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa
telepon sesuai dengan peraturan hukum di Indonesia.
b. Untuk mengetahui tata cara penanggulangan kejahatan di bidang
komunikasi.
c. Untuk mengetahui pertanggungjawaban tindak pidana pencurian pulsa
telepon .
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:
a. Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman hukum pencurian pulsa telepon
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
b. Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat
mengetahui bagaimana pelaku tindak pidana pencurian pulsa telepon .
D. Keaslian Penelitian
Adapun judul tulisan ini adalah Pencurian Pulsa Telepon Sebagai
Bentuk Kejahatan di Bidang Komunikasi. Judul kripsi ini belum pernah ditulis
dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata
lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum Universitas
Sumatera
Utara.
Dengan
demikian
ini
keaslian
skripsi
ini
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Sesorang dapat dipidana apabila perbuatan terdakwa (pelaku) harus
memenuhi semua unsur tindak pidana. Apabila pelaku memenuhi unsur
tersebut, maka dapat dikatakan ia melakukan tindak pidana.
Setelah
dinyatakan memenuhi unsur tindak pidana, maka dipertimbangkan pula ada
tidaknya alasan pemaaf dan pembenar, termasuk cakap hukum maka dikatakan
terdakwa memenuhi unsur kesalahan sehingga terdakwa dapat dijatuhi pidana.
Akan tetapi sebelum penjatuhan pidana, dipertimbangkan hal-hal yang
meringankan dan memberatkan dari terdakwa baru kemudian dijatuhi pidana.
Kondisi sebagaimana disebutkan di atas tak lepas dari norma hukum positif,
teori hukum pidana dan pemidanaan serta doktrin yang menjadi sumber dari
hukum pidana. Mendasarkan pada hal itu maka diperlukan adanya perubahan
pandangan atau paradigma baru dalam hukum pidana. Orientasinya tidak
hanya pada pelaku saja, akan tetapi juga korban secara seimbang. Dalam
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
kepustakaan viktimologi pandangan tersebut oleh Schafer disebut Criminalvictim relationship.
Dengan mengacu pada teori tersebut di atas, maka perhatian atas
masalah hukum pidana cenderung akan berubah menjadi perbuatan, kesalahan
(orang), korban dan pidana. Melalui paradigma demikian, tampaknya hukum
pidana menjadi lebih tepat dan memenuhi rasa keadilan. Konsep pemikiran
inilah yang dikaji dan dikembangkan dalam penelitian tentang kedudukan
korban yang muaranya adalah direkomendasikannya suatu model kedudukan
korban secara adil dalam Sistem Peradilan Pidana yang memenuhi rasa
keadilan sebagai hakikat dibentuknya suatu norma.
1. Pengertian Pidana
Sebelum membicarakan masalah jenis – jenis pidana yang dikenal orang
di dalam hukum pidana Indonesia, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu
tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan perkataan pidana itu sendiri.
Djoko menyatakan bahwa pemberian pidana dalam arti umum itu
merupakan bidang dari pembentuk Undang – undang karena azas legalitas,
yang berasal dari zaman Aufklarung yang berbunyai : nullum crimen, nulla
poena, sine preavialege (poenalli). 3 Jadi untuk mengenakan poena atau pidana
diperlukan Undang – undang terlebih dahulu.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Andi Hamzah, yang
membedakan antara hukuman dengan pidana. “ Pidana merupakan suatu
pengertian khusus yang berkaitan dengan hukum pidana. Sebagai pengertian
3
Djoko Prakoso, Hukum Penitensier di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 22
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
khusus, masih juga ada persamaannya dengan pengertian umum, sebagai suatu
sanksi atau nestapa yang menderitakan. 4
Menurut Van HAMEL, arti pidana atau straf menurut hukum positif
dewasa ini adalah: “Suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah
dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas
nama negara sebagai penanggungjawab dari ketertiban hukum umum bagi
seorang pelanggar, yakni semata – mata karena seorang tersebut telah
melanggar hukum yang harus ditegakkan oleh negara. 5
Menurut Profesor SIMON, pidana atau straf itu adalah: suatu
penderitaan yang oleh Undang – undang pidana telah dikaitkan dengan
pelanggaran terhadap suatu norma, yang dengan suatu putusan hakim telah
dijatuhkan bagi seseorang yang bersalah”.
ALGRA-JANSSEN telah merumuskan pidana atau straf sebagai : “Alat
yang dipergunakan oleh penguasa (hakim) untuk memperingatkan mereka yang
telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan. Reaksi dari
penguasa tersebut telah mencabut kembali sebagian dari perlindungan yang
seharusnya dinikmati oleh terpidana atas nyawa, kebebasan dan harta
kekayaannya, yaitu seandainya ia telah melakukan suatu tindak pidana”. 6
4
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, dari Retribusi ke Reformasi,
Pradnya Paramitha, Jakarta, 1985, hlm. 1
5
P. A. F Lamintang, Hukum Penintensier Indonesia, Amico, Bandung, 1984, hlm. 93
6
Romli Atmasasmita. Strategi Pembinaan Hukum, Alumni FH-UI. Jakarta. 1992,. Hlm
69
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
Roeslan
Saleh
yang
dikutip
oleh
Martiman
Prodjohamidjojo
menyatakan bahwa pidana adalah: “reaksi atas delik dan berwujud nestapa
yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik.” 7
Dari tiga buah rumusan mengenai pidana di atas dapat diketahui bahwa
pidana itu sebenarnya hanya merupakan suatu penderitaan atau suatu alat
belaka.
Ini berarti bahwa pidana itu bukan merupakan suatu tujuan dan tidak
mungkin dapat mempunyai tujuan. Hal tersebut perlu dijelaskan, agar kita di
Indonesia jangan sampai terbawa oleh arus kacaunya cara berpikir dari para
penulis di negeri Belanda, karena mereka seringkali telah menyebut tujuan dari
pemidanaan dengan perkataan tujuan dari pidana, hingga ada beberapa penulis
di tanah air yang tanpa menyadari kacaunya cara berpikir para penulis belanda
itu, secara harafiah telah menerjemahkan perkataan doel der straf dengan
perkataan tujuan dari pidana, padahal yang dimaksud dengan perkataan “doel
der straf” itu sebenarnya adalah tujuan dari pemidanaan.
Menurut Sudarto perkataan pemidanaan itu adalah sinonim dengan
perkataan penghukuman. Tentang hal tersebut berkatalah beliau antara lain
bahwa: “ Penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat
diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumnya
(berechten). Menetapkan hukum untuk suatu peristiwa itu tidak hanya
menyangkut bidang hukum pidana saja, akan tetapi juga hukum perdata. Oleh
karena tulisan ini berkisar pada hukum pidana, maka istilah tersebut harus
7
Martiman Prodjohamodjojo, Memahami Dasa – dasar Hukum Pidana Indonesia,
Pradnya Paramitha, Jakarta, 1996, hlm. 57
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
disempitkan artinya, yakni penghukuman dalam perkara pidana, yang kerap
kali sinonim dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh
hakim. Penghukuman dalam hal ini mempunyai makna sama dengan sentence
atau veroordeeling”.
Ted Honderich yang dikutip oleh M. Sholehuddin berpendapat tentang
pemidanaan harus memuat 3 (tiga) unsur berikut:
Pemidanaan harus mengandung semacam kehilangan (deprivation) atau
kesengsaraan (distress) yang biasanya secara wajar dirumuskan sebagai sasaran
dari tindakan pemidanaan.
Setiap pemidanaan harus datang dari institusi yang berwenang secara
hukum pula. Jadi pemidanaan tidak merupakan konsekuensi alamiah suatu
tindakan, melainkan hasil keputusan pelaku – pelaku personal suatu lembaga
yang berkuasa.
Penguasa yang berwenang berhak untuk menjatuhkan pemidanaan hanya
kepada subyek yang terbukti sengaja melanggar hukum atau peraturan. 8
Ada satu asas yang berlaku di dalam hukum pidana yaitu yang disebut
asas legalitas. Hal ini berakibat tidak dapat dijatuhkan pidana suatu perbuatan
yang tidak termasuk ke dalam rumusan delik. Untuk mencatumkan suatu
perbuatan ke dalam rumusan delik, ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu
sifat melawan hukum dan dapat dicela. Dengan demikian perbuatan pidana
menurut D. Schaffmeister dapat diartikan “Perbuatan manusia yang termasuk
8
M. Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hlm. 71
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
dalam ruang lingkup rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dapat
dicela”. 9
Perbuatan pidana yang dilakukan seseorang dapat menyebabkan
seseorang dijatuhi pidana. Pidana disini merupakan penghukuman atas
tindakannya. Van Hammel yang dikutip Lamintang menyebutkan bahwa:
“Pidana adalah suatu penderitaan yang bersifat khusus yang telah
dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas
nama negara sebagai penanggungjawab dari ketertiban hukum umum bagi
seorang pelanggar, yakni semata – mata karena orang tersebut telah melanggar
suatu peraturan hukum yang telah ditegakkan oleh negara”. 10
Adanya pidana bagi pelaku kejahatan pada umumnya diharapkan
menimbulkan efek penjeraan bagi si pelaku.
Ada 3 (tiga) masalah pokok dalam hukum pidana,
yaitu “tindak
pidana”, “pertanggungjawaban pidana”, dan “pidana dan pemidanaan”,
masing-masing merupakan “sub-sistem” dan sekaligus “pilar-pilar” dari
keseluruhan bangunan sistem pemidanaan. Berikut diuraikan secara singkat
mengenai ketiga sub-sistem tersebut dalam Konsep KUHP Nasional 2006. 11
2. Masalah Tindak Pidana
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi peristiwa yang tidak
dikehendaki oleh masyarakat, baik itu perubahan yang dilarang oleh Undangundang sebagai tindak pidana atau perbuatan lain yang tidak menyenangkan.
Perbuatan atau tindak pidana itu memang harus ditangani secara benar
9
D. Schaffmeister, etc (ed) J. E. Sahetapy, Hukum Pidana, Konsorsium Ilmu Hukum
Departemen P & K, Liberty Yogyakarta, 1995, hlm. 27
10
P. A. F Lamintang, Op. Cit, hlm. 91
11
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, dari Retribusi ke Reformasi,
Pradnya Paramitha, Jakarta, 1985. hlm 84
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
sehingga tidak terjadi eigenricthing seperti yang sering terjadi sekarang.
Perbuatan eignricthing sangat tidak menguntungkan dalam kehidupan hukum
karena dengan demikian proses hukum menjadi tidak dapat dilakukan terhadap
pelaku kejahatan.
Hukum pidana dikenal sebagai ultimum remidium atau sebagai alat
terakhir apabila usaha-usaha lain tidak bisa dilakukan, ini disebabkan karena
sifat pidana yang menimbulkan nestapa penderitaan, demikian Sudarto
mengemukakan pada pelaku kejahatan, sehingga sebisa mungkin dihindari
penggunaan pidana sebagai sarana pencegahan kejahatan. Tetapi tidak semua
orang berpendapat bahwa pidana itu menimbulkan penderitaan, setidaktidaknya Roeslan Saleh mengemukakan bahwa dalam pidana itu mengandung
pikiran-pikiran melindungi dan memperbaiki pelaku kejahatan. 12
Untuk menjatuhkan pidana, harus dipenuhi unsur-unsur tindak pidana
yang terdapat dalam suatu Pasal. Salah satu unsur dalam suatu Pasal adalah
sifat melawan hukum (wederrechtelijke) baik yang secara eksplisit maupun
yang secara implisit ada dalam suatu Pasal. Meskipun adanya sifat melawan
hukum yang implisit dan eksplisit dalam suatu Pasal masih dalam perdebatan,
tetapi tidak disangsikan lagi bahwa unsur ini merupakan unsur yang harus ada
atau mutlak dalam suatu tindak pidana agar si pelaku atau terdakwa dalam
dilakukan penuntutan dan pembuktian di pengadilan.
12
Sudarto, R. Ali, Kedudukan Badan Hukum, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf,
PT Alumni, Bandung, 2000, hlm 62
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
2.1. Dasar Patut Dipidananya Perbuatan
a) Dasar patut dipidananya perbuatan, berkaitan erat dengan
masalah
sumber
hukum
atau
landasan
legalitas
untuk
menyatakan suatu per-buatan sebagai tindak pidana atau bukan.
Seperti halnya dengan KUHP (WvS), Konsep tetap bertolak dari
asas legalitas formal (ber-sumber pada Undang-Undang). Namun
Konsep juga memberi tempat kepada “hukum yang hidup/hukum
tidak tertulis” sebagai sumber hukum (asas legalitas materiel).
b) Dalam Konsep sebelumnya s/d konsep KUHP Nasional 2004
belum ada penegasan mengenai pedoman/kriteria/rambu-rambu
untuk menentukan sumber hukum materiel mana yang dapat
dijadikan sebagai sumber hukum (sumber legalitas). Namun
dalam perkembangan Konsep terakhir Konsep KUHP Nasional
2006, sudah dirumuskan pedoman/kriteria/rambu-rambunya,
yaitu “sepanjang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan/ atau
prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh masyarakat
bangsa-bangsa”. Jadi, pedoman/kriterianya bertolak dari nilainilai nasional maupun internasional. Sesuai dengan nilai-nilai
nasional ( Pancasila ), artinya sesuai dengan nilai/paradigma
moral religius, nilai/ paradigma kemanusiaan (humanis),
nilai/paradigma
(kerakyatan/hikmah
kebangsaan,
nilai/paradigma
kebijaksanaan),
dan
demokrasi
nilai/paradigma
keadilan sosial. Patut dicatat, bahwa rambu-rambu yang
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
berbunyi “sesuai dengan prinsip-prinsip hukum umum yang
diakui oleh masyarakat bangsa-bangsa”, mengacu/bersumber
dari istilah “the general principles of law recognized by the
community of nations” yang terdapat dalam Pasal 15 ayat 2
ICCPR (International Covenant on Civil and Political Rights).
c) Sejalan dengan keseimbangan asas legalitas formal dan materiel
itu, Konsep juga menegaskan keseimbangan unsur melawan
hukum formal dan materiel dalam menentukan ada tidaknya
tindak pidana. 13 Penegasan ini diformulasikan dalam Pasal 11
Konsep KUHP Nasional 2006 yang lengkapnya berbunyi :
(1) “Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana.
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan
tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan
perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum
atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat.
(3) Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan
hukum, kecuali ada alasan pembenar.
(4) Adanya formulasi ketentuan umum tentang pengertian
tindak pidana dan penegasan unsur sifat melawan hukum
13
Masruchin Ruba, Mengenal Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, IKIP Malang, 1996.
hlm 89
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
materiel di atas, patut di-catat sebagai suatu perkembangan
baru karena ketentuan umum se-perti itu tidak ada dalam
KUHP.
2.2 Bentuk-bentuk Tindak Pidana (“Forms of Criminal Offence”)
a) Sebagaimana dimaklumi, aturan pemidanaan dalam KUHP
(WvS) tidak hanya ditujukan pada orang yang melakukan tindak
pidana, tetapi juga terhadap mereka yang melakukan perbuatan
dalam bentuk “percobaan”, “permufakatan jahat”, “penyertaan”,
“perbarengan” (concursus), dan “pengulangan” (recidive).
Hanya saja di dalam KUHP, “permufakatan jahat” dan
“recidive” tidak diatur dalam Aturan Umum Buku I, tetapi di
dalam Aturan Khusus.
b) Dalam Konsep KUHP Nasional 2006, semua bentuk-bentuk
tindak pidana atau tahapan terjadinya/dilakukannya tindak
pidana itu, dimasukkan dalam Ketentuan Umum Buku I. Bahkan
dalam perkembangan terakhir (Konsep KUHP Nasional 2006)
ditambah dengan ketentuan tentang “persiapan” (preparation)
yang selama ini tidak diatur dalam KUHP dan juga belum ada
dalam Konsep-konsep sebelumnya.
c) Aturan umum “permufakatan jahat” dan “persiapan” dalam
Buku I Konsep KUHP Nasional 2006, agak berbeda dengan
“percobaan”. 14 Perbedaannya adalah :
14
M. Sholehuddin, Op.Cit. hlm 70
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
1. Penentuan dapat dipidananya “percobaan” dan lamanya
pidana ditetapkan secara umum dalam Buku I, kecuali
ditentukan lain oleh UU; pidana pokoknya (maksimum/
minimum) dikurangi sepertiga.
2. Penentuan dapat dipidananya “permufakatan jahat” dan
“persi-apan” ditentukan secara khusus/tegas dalam UU
(dalam perumusan tindak pidana yang bersangkutan.). Aturan
umum
hanya
menentukan
pengertian/batasan
kapan
dikatakan ada “permufakatan jahat” atau “persiapan”, dan
lamanya pidana pokok (yaitu dikurangi dua pertiga). 15
3. Pertanggungjawaban Pidana (Kesalahan)
Dalam Bab Pertanggung Jawaban Pidana (Kesalahan), Konsep KUHP
Nasional 2006 menegaskan secara eksplisit dalam Pasal 35 (1) “asas tiada
pidana tanpa kesalahan” (“Geen straf zonder schuld”; “Keine Strafe ohne
Schuld”; “No punishment without Guilt”; asas “Mens rea” atau “asas
Culpabilitas”) yang di dalam KUHP tidak ada. Asas culpabilitas ini
merupakan salah satu asas fundamental, yang oleh karenanya perlu ditegaskan
secara eksplisit di dalam Konsep KUHP Nasional 2006 sebagai pasangan dari
asas legalitas. Penegasan yang demikian merupakan perwujudan pula dari ide
keseimbangan monodualistik.
15
Martiman Prodjohamodjojo, Op.Cit. hlm 86
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
Konsep KUHP Nasional 2006 tidak memandang kedua asas/syarat itu
sebagai syarat yang kaku dan bersifat absolut. Oleh karena itu, Konsep KUHP
Nasional 2006 juga memberi kemungkinan dalam hal-hal tertentu untuk
menerapkan asas “strict liability”, asas “vicarious liability”, dan asas
“pemberian maaf/pengampunan oleh hakim” (“rechterlijk pardon” atau
“judicial pardon”). 16
3.1 Masalah Pemidanaan
Tujuan dan Pedoman Pemidanaan :
Berbeda dengan KUHP yang sekarang berlaku, di dalam Konsep KUHP
Nasional 2006 dirumuskan tentang “Tujuan dan Pedoman Pemidanaan”.
Dirumuskannya hal ini, bertolak dari pokok pemikiran bahwa :
a)
sistem hukum pidana merupakan satu kesatuan sistem yang bertujuan (“purposive system”) dan pidana hanya merupakan alat/
sarana untuk mencapai tujuan;
b) “tujuan pidana” merupakan bagian integral (sub-sistem) dari keseluruhan sistem pemidanaan (sistem hukum pidana) di samping
sub-sistem lainnya, yaitu sub-sistem “tindak pidana”, “pertanggungjawaban pidana (kesalahan)”, dan “pidana”;
c)
perumusan tujuan dan pedoman pemidanaan dimaksudkan se-bagai
fungsi pengendali/kontrol/pengarah dan sekaligus memberikan
dasar/landasan filosofis, rasionalitas, motivasi, dan justifikasi
pemidanaan;
16
Romli Atmasasmita, Op.Cit, hlm75
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
d) dilihat secara fungsional/operasional, sistem pemidanaan merupakan suatu rangkaian proses melalui tahap “formulasi” (kebijakan
legislatif), tahap “aplikasi” (kebijakan judisial/judikatif), dan tahap
“eksekusi” (kebijakan administratif/eksekutif); oleh karena itu agar
ada keterjalinan dan keterpaduan atara ketiga tahap itu sebagai satu
kesatuan sistem pemidanaan, diperlukan perumusan tujuan dan
pedoman pemidanaan.
3.2 Ide-ide Dasar Sistem Pemidanaan
Sistem pemidanaan yang dituangkan di dalam Konsep KUHP Nasional
2006, dilatarbelakangi oleh berbagai ide dasar atau prinsip-prinsip sbb. :
a)
ide keseimbangan monodualistik antara kepentingan masyarakat (umum) dan kepentingan individu;
b) ide keseimbangan antara “social welfare” dengan “social
defence”;
c)
ide keseimbangan antara pidana yang berorientasi pada pelaku/
“offender” (individualisasi pidana) dan “victim” (korban);
d) ide penggunaan “double track system” (antara pidana/punishment dengan tindakan/treatment/measures);
e)
ide mengefektifkan “non custodial measures (alternatives to
imprisonment)”.
f)
Ide elastisitas/fleksibilitas pemidanaan (“elasticity/flexibility of
sentencing”);
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
g) Ide modifikasi/perubahan/penyesuaian pidana (“modification of
sanction”; the alteration/annulment/revocation of sanction”;
“redetermining of punishment”);
h) Ide subsidiaritas di dalam memilih jenis pidana;
i)
Ide permaafan hakim (“rechterlijk pardon”/”judicial pardon”);
j)
Ide mendahulukan/mengutamakan keadilan dari kepastian
hukum; 17
Bertolak dari ide-ide dasar itu, maka di dalam Konsep KUHP Nasional
2006 ada ketentutuan-ketentuan yang tidak ada dalam KUHP yang berlaku
saat ini, yaitu antara lain :
1.
adanya pasal yang menegaskan asas “tiada pidana tanpa kesalahan”
(asas culpabilitas) yang diimbangi dengan adanya ketentuan
tentang “strict liability” dan “vicarious liability” (Pasal 35);
2.
adanya batas usia pertanggungajawaban pidana anak (“the age of
criminal responsibility”); (Pasal 46).
3.
adanya bab khusus tentang pemidanaan terhadap anak (Bab III
Bagian Keempat);
4.
adanya kewenangan hakim untuk setiap saat menghentikan atau
tidak melanjutkan proses pemeriksaan perkara pidana terhadap
anak (asas diversi); (Pasal 111)
5.
17
adanya pidana mati bersyarat; (Pasal 86);
Andi Hamzah, Op.Cit. hlm 81
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
6.
dimungkinkannya terpidana seumur hidup memperoleh pelepasan
bersyarat; (Pasal 67 jo. 69)
7.
adanya pidana kerja sosial; pidana pembayaran ganti rugi, dan pemenuhan kewajiban adat dan/atau kewajiban menurut hukum yang
hidup ;(Pasal 62 jo 64);
8.
adanya pidana minimal khusus yang disertai juga dengan aturan/pedoman pemidanaannya atau penerapannya; (Pasal 66, 82, 120, 121,
130, 137)
9.
dimungkinkannya penggabungan jenis sanksi (pidana dan tindakan)
10. dimungkinkannya pidana tambahan dijatuhkan sebagai sanksi yang
berdiri sendiri; (Pasal 64 ayat 2)
11. dimungkinkannya hakim menjatuhkan jenis pidana lain yang tidak
tercantum dalam perumusan delik yang hanya diancam dengan
pida-na tunggal; (Pasal 56-57)
12. dimungkinkannya hakim menjatuhkan pidana secara kumulatif
walaupun ancaman pidana dirumuskan secara alternative; (Pasal
58)
13. dimungkinkannya
hakim
memberi
maaf/pengampunan
(“rechterlijk pardon”) tanpa menjatuhkan pidana/tindakan apapun
kepada terdakwa, sekalipun telah terbukti adanya tindak pidana
dan kesalahan; (Pasal 52 ayat 2)
14. adanya kewenangan hakim untuk tetap mempertanggungjawabkan/
memidana si pelaku walaupun ada alasan penghapus pidana, jika si
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
pelaku patut dipersalahkan (dicela) atas terjadinya keadaan yang
menjadi alasan penghapus pidana tersebut (dikenal dengan asas
“culpa in causa” atau asas “actio libera in causa”);( Pasal 54)
15. dimungkinkannya perubahan/modifikasi putusan pemidanaan, walaupun sudah berkekuatan tetap; (Pasal 55 dan Pasal 2 ayat 3)
4. Pengertian telekomunikasi
Telekomunikasi adalah pertukaran informasi (dimana terjadi perubahan
”format informasi”) pada hubungan komunikasi jarak jauh yang terjadi secara
elektris/elektronis. 18
Telekomunikasi merupakan pertukaran informasi dalam berbagai
bentuk (suara,data, teks, gambar, audio, video) melalui jaringan berbasis
computer. 19
Dalam
Undang-undang
Nomor
36
Tahun
1999
tentang
Telekomunikasi ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1 tentang pengertian
telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan / atau penerimaan
dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara,
dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik
lainnya. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang nomor 36 Tahun
1999 tentang Telekomunikasi ditegaskan pengertian Alat Telekomunikasi
adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi. Dan
dalam Pasal 1 angka 4 disebutkan Sarana dan Prasarana Telekomunikasi adalah
18
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika : PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
2004, hlm 62
19
Imam Baehaqie Abdullah, Menggugat Hak-Panduan Konsumen Bila Dirugikan,
Jakarta : YLKI, 1990, hal 82
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
segala sesuatu
yang
memungkinkan
dan
mendukung
berfungsinya
telekomunikasi.
Teknologi merupakan pembuatan benda-benda yang dapat diamati
secara inderawi untuk melayani kebutuhan atau gagasan manusia. Sedangkan
Informasi (Bahasa Indonesia) dan Information (Bahasa Inggris) berasal dari
”To-Inform” yang berarti adalah memberitahu.
Dari rumusan pengertian yang ditegaskan dalam Pasal 1 angka 2
Undang-undang
nomor 18 Tahun 2002 tentang IPTEK ini terlihat bahwa
teknologi merupakan hasil yang diperoleh dari penerapan dan pemanfaatan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan
untuk pemenuhan kebutuhan manusia.
Selanjutnya dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-undang ini, ditegaskan tentang
pengertian Ilmu pengetahuan adalah
disusun, dan dikembangkan secara
rangkaian pengetahuan yang digali,
sistematis dengan menggunakan
pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat
kuantitatif, kualitatif, maupun
eksploratif untuk menerangkan pembuktian
gejala alam dan / atau gejala kemasyarakatan tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat kecenderungan
pemasaran berbagai jasa aplikasi telematika yang didiseminasikan kepada
masyarakat sebagai suatu gaya hidup yang patut diikuti dinamikanya. Sebagai
bangsa yang telah menggunakan aplikasi telematika dengan canggih, trend ini
merupakan hal yang menguntungkan, karena pada saat yang bersamaan
ikutmendukung pengembangan ekonomi dan sumber daya manusia. Dalam
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
perspektif Indonesia, telematika dapat menjadi enabler pemulihan ekonomi
baik di tingkat mikro maupun makro.
Pada tataran konsep, telematika sudah diakui oleh para pemangku
kepentingan bidang telematika di seluruh dunia, bahwa industri sektor ini
adalah pilar pembangunan ekonomi dari suatu bangsa. Dengan demikian
apabila di suatu negara sektor telematika ini mengalami kemajuan, maka salah
satu keuntungan yang didapatkan adalah kemampuannya dalam menunjang
kemampuan sumber daya manusia untuk menjadi manusia yang berkualitas.
yang pada gilirannya akan menjadikan Indonesia sebagai bangsa dan negara
yang kuat.
Masih pada tataran konsep yang sama, telematika merupakan teknologi
yang tidak mengenal batasan (borderless) sehingga dalam penyelenggaraan
jasa maupun pengaturan industrinya diperlukan aturan yang meliputi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia sekaligus memperhitungkan karakter
alamiah (nature) dari teknologi itu sendiri.
Tiga hal utama mendorong perlunya revisi Undang-undang N0.36 tahun
1999 tentang Telekomunikasi :
1) peningkatan peran telekomunikasi dalam kehidupan masyarakat yang
kurang diimbangi dengan perangkat hukum yang melindungi masyarakat
sebagai pelanggan.
2) perkembangan teknologi konvergensi yang siap mendukung peningkatan
perang telekomunikasi ini dan memperkaya (enrich) kehidupan masyarakat
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
Indonesia namun juga berpotensi untuk mengakibatkan chaos dalam dunia
telekomunikasi, teknologi informasi.
3) tarik menarik dan trade-off antara kepentingan nasional dan kepentingan
global dalam dunia tanpa batas (borderless world) yang akan semakin
diperkuat intensitas kehadirannya dengan perkembangan era konvergensi.
Semangat utama revisi semestinya adalah menjaga harmonisasi antara
kepentingan masyarakat banyak dan industri telekomunikasi, antara
kemajuan teknologi konvergensi dengan kebutuhan masyarakat akan
layanan.
5. Pengertian Teknologi Informasi
Berikut ini adalah berbagai pendapat mengenai teknologi informasi:
Teknologi
informasi
adalah
studi
atau
penggunaan
peralatan
elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan
mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan dan
gambar. 20
Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer
(perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan
menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk
mengirimkan informasi. 21
Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan
untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis.
Mikrokomputer, computer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak
20
21
M. Yahya Harahap, Op.Cit. hlm 74
Mohd. Gempita, Op.Cit, hlm 77
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerja (spreadsheet), dan peralatan
komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi informasi. 22
Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi
(komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data,
suara, dan video. 23
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan dan
merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi
ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan
untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat
disebar dan diakses secara global. 24
Teknologi Informasi (Information Technology) menjadi issue yang
sedang booming di Indonesia. Salah satu bidang yang berkembang cepat di
Indonesia saat ini adalah teknologi komputer dan telekomunikasi.
22
Ricardus Eko Indrajit. E-commerce Kiat dan Strategi di Dunia Maya. PT Elek Media
Komputindo. Jakarta, 2001, hlm 58
23
Anggraeni Srihartati. Artikel Perkembangan E-Commerce di Indonesia.
http://www.Waena.Org. Selasa 10 Mei 2007
24
Sri Hariningsih. Artikel Keabsahan Transaksi Elektronik dan Aspek Hukum Pembuktian
Terhadap Data Elektronik, http://www.Legalitas.Org. 2 Maret 2008.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
Perkembangan teknologi dewasa ini sudah memasuki paruh kedua dari
era konvergensi antara telekomunikasi, penyiaran, dan teknologi informasi.
Konvergensi adalah keniscayaan, sudah menjadi kenyataan sehari-hari dan
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Para pemangku kepentingan (stakeholder) di ketiga sektor ini
sudah berancang-ancang memasuki tahapan selanjutnya dari era konvergensi
teknologi. Pada saat ini, jasa telekomunikasi dengan mudah dapat merambah ke
penyelenggaraan jasa lain yang berhubungan dengan penyiaran dan teknologi
informasi. Sementara itu, sebaliknya, jasa teknologi informasi juga sudah dapat
menunjang penyelenggaraan telekomunikasi dan sekaligus penyiaran.
F. Metode Penelitian
1. Sifat/bentuk penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah
pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan
hukum sekunder yaitu Inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
telekomunikasi.
Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan
persoalan ini. Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum pidana
khususnya yang berkaitan dengan perkara pencurian pulsa telepon .
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
2. Data
Data yang diteliti adalah data sekunder yang terdiri dari :
Bahan/sumber primer berupa peraturan perundang-undangan dan bukubuku yang ada.
Bahan/sumber sekunder berupa bahan acuan lainnya yang berisikan
informasi yang mendukung skripsi ini, seperti tulisan-tulisan, situs internet dan
sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi,
maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi
kepustakaan dan studi contoh kasus yang berkaitan dengan skripsi ini.
4. Analisis data
Analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif, yaitu
data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas
beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari
skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB I
:
Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi
tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan
dan
Manfaat
Penulisan,
Keaslian
Penulisan,
Tinjauan
Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
BAB II
:
Tinjauan umum tentang Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon.
Dalam bab ini berisi tentang Aspek hukum pidana dalam
pemakaian pulsa telepon atas nama pihak lain, Pengertian
melawan hak dan tanpa hak, dan Klasifikasi perbuatan
manipulasi pulsa telepon ditinjau dari teori Ilmu Hukum Pidana
dan Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa telepon
sesuai dengan peraturan hukum di Indonesia.
BAB III :
Kejahatan Di Bidang Komunikasi Dan Penanggulanggannya Di
Indonesia. Dalam bab ini berisi tentang Azas dan Tujuan
Teknologi Informasi, Tindak Pidana Teknologi Informasi dan
komunikasi, Kesengajaan ataupun Kelalaian terhadap seseorang
yangmelakuakan
tindak
pidana pencurian
pulsa
telepon,
Penanggulangan kejahatan di bidang komunikasi.
BAB IV :
Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencurian Pulsa
Telepon. Dalam bab ini berisi tentang Penegakan Hukum Dan
Profil Pelaku Pencurian pulsa telepon, Pertanggungjawaban
tindak pidana dan penanganan pencurian pulsa telepon dan
Beberapa contoh kasus.
BAB V
:
Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab penutup dari seluruh
rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang
dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan
saran-saran.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi,
2009.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN
PULSA TELEPON
A. Aspek hukum pidana dalam pemakaian pulsa telepon atas nama pihak
lain
Kecanggihan ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini semakin
berkembang dengan pesat, hal tersebut juga telah membawa perkembangan yang
signifikan terhadap dunia teknologi informasi. Dapat kita lihat dengan adanya
internet
sebagai media yang sangat penting dalam bidang informasi dan
telekomunikasi.
Kehadiran internet juga sangat terkait dengan perangkat komputer
sebagai alat untuk dipergunakan dalam mengakses jaringan internet diseluruh
penjuru dunia dimana jaringan telekomunikasi dapat dijangkau. Tidak ketinggalan
juga seiring dengan perkembangan internet dan komputerisasi, telepon seluler
atau sering juga disebut sebagai telepon mobil nirkabel, ponsel, wairres HP lahir
dengan berbagai jenis yang terus berkembang dengan pesat sehingga menambah
income bagi dunia bisnis yang bergerak dibidang telekomunikasi dan telepon
seluler. Mungkin kita bertanya-tanya tentang hubungan antara komputer, internet
dan telepon seluler dalam dunia teknologi informasi saat ini, secara sederhana
dapat
dijelaskan
hubungan
ketiga
perangkat
tersebut
adalah
dalam
mengoperasikan internet kita harus membutuhkan perangkat komputer sebagai
alat untuk mengoperasikan internet begitu pula dengan telepon seluler yang
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
merupakan jaringan telekomunikasi yang dihubungkan pada
komputer untuk
mendapatkan jaringan internet.
Pada perkembangan teknologi saat ini, orang dapat mengakses internet
meskipun kita berada dikendaraan, perangkat yang digunakan adalah komputer
yang disebut laptop yang
disambungkan ke jaringan telekomunikasi telepon
seluler dengan penggunaan teknologi CDMA (Circuit Division Multiple akses)
yang dikenal dalam layanan Generasi ketiga, 3G.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dalam
Pasal 1 angka 2 jika dihubungkan dengan telepon seluler maka dapat dikatakan
bahwa telepon seluler merupakan salah satu alat telekomunikasi. Penggunaan
telepon seluler di era globalisasi saat ini, dapat dilihat sebagai suatu kebutuhan
yang sangat penting dalam Gaya hidup, going mobile sangat dibutuhkan, di mana
orang ingin menghubungi dan dihubungi di manapun berada, menyebabkan
telepon seluler menjadi alat yang wajib untuk dimiliki dan dibawah kemana saja
oleh setiap orang. Peningkatan pemilikan atas telepon seluler memperlihatkan
bahwa alat yang digunakan dalam proses komunikasi sekunder
ini, selain
merupakan barang mewah juga merupakan barang wajib untuk dimiliki. Dari hal
tersebut secara langsung dapat dikatakan bahwa telepon seluler sangat penting
untuk dimiliki oleh setiap orang apalagi bagi mereka yang mempunyai pekerjaan
baik dibidang pemerintahan, pendidikan, bisnis,
dsbnya. Akan tetapi seiring
dengan perkembangan kecanggihan teknologi tersebut selain memberi dampak
positif juga memberikan dampak negatif.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Dampak negatif tersebut adalah beruapa kejahatan-kejahatan seperti
penipuan dan pencurian dengan menggunakan telepon seluler. 25
Modus kejahatan ini sebagai tindak pidana penipuan sebagaimana diatur
dalam Pasal 378 KUHPidana yang berbunyi :
"Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, dengan mempergunakan sebuah nama palsu atau
suatu
sifat palsu, dengan mempergunakan tipu muslihat ataupun dengan
mempergunakan
susunan kata-kata bohong, menggerakkan seseorang untuk
menyerahkan sesuatu benda, untuk mengadakan perjanjian hutang ataupun untuk
meniadakan piutang, karena salah telah melakukan penipuan, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun." 26
Modus kejahatan ini sebagai tindak pidana pencurian sebagaimana diatur
dalam Pasal 362 KUHPidana yang berbunyi :
“Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
Kejahatan penipuan dengan menggunakan telepon seluler melalui salah
satu layanan SMS (Short Message Service) telah banyak memakan korban yaitu
masyarakat pengguna telepon seluler dan juga kejahatan mencuri pulsa telepon
yang penggunanya masyarakat. Sebagaimana data dalam tulisan
sebelumnya
25
Surat kabar, pubrik opini, “Modus Kejahatan penipuan ini ditinjau dari hukum pidana
materilnya” edisi 19 - 22 November 2003
26
Ricardus Eko Indrajit. E-commerce Kiat dan Strategi di Dunia Maya. PT Elek Media
Komputindo. Jakarta, 2001
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
tercatat dari data Exelcom yang disampaikan pada pelaksanaan dialog tanggal 20
Agustus 2002 tentang penipuan melalui telepon seluler di
Jakarta, yang
menghadirkan ahli hukum komunikasi Hinca IP. Panjaitan, Kepala
Dinas
Penerangan Polda Metro Jaya Anton Bachrul Alam, General Manager Customer
Service Exelcom Wardhani Soedjono dan Dyah Tari dari Yayasan
Lembaga
Konsumen (YLKI) terungkap pada periode Januari sampai dengan Juli 2002
terdapat 3.000 pengguna telepon seluler yang mengadukan aksi penipuan.
Umumnya pengguna telepon seluler itu nyaris menjadi korban
Dilain pihak bahwa mungkin pembuat Undang-undang telah memikirkan
bahwa untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi apalagi
dalam dunia teknologi telekomunikasi, media, dan informatika atau disingkat
teknologi Telematika saat ini,
keterangan ahli sangat dibutuhkan untuk
memberikan pendapatnya berdasarkan
keahlian yang dimilikinya untuk dapat
membuktikan bahkan menyelesaikan kasus-kasus pidana yang terjadi. Dapat
diberikan contoh dalam kasus-kasus kemajuan teknologi ini adalah apa yang
dinamakan dengan Cybercrime yang sering juga dikenal dengan kejahatan dunia
maya.
Dalam hal kejahatan cyber di bidang telekomunikasi pemerintah telah
melindungi dengan ketentuan Undang-undang No. 36 tahun 1999 tentang
telekomunikasi yang teraplikasi pada Pasal 7 ayat 1 undang-undang no 36 tahun
1999 menyebutkan bahwa:
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Penyelenggaraan telekomunikasi meliputi :
a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;
b. penyelenggaraan jasa telekomunikasi;
c. penyelenggaraan telekomunikasi khusus.
Sedangkan perbuatan yang dilarang dan ketentuan pidananya terkait
dengan Pasal 7 ayat 1 undang-undang ini terdapat pada Pasal 22 (perbuatan yang
dilarang) dan Pasal 50 (ketentuan pidana) Undang –undang No.36 tahun 1999
tentang Telekomunikasi yaitu:
Pasal 22
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau
memanipulasi :
a. akses ke jaringan telekomunikasi; dan atau
b. akses ke jasa telekomunikasi; dan atau
c. akses ke jaringan telekomunikasi khusus.
Ketentuan pidana Pasal 22
Pasal 50
“Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling
banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
B. Pengertian melawan hak dan tanpa hak
Dilihat dari maksud yang terkandung di dalam kedua macam istilah
tersebut terhadap dipelaku, sebenarnya tidak terdapat perbedaan pengertian.
“Melawan hak” artinya sipelaku telah melakukan suatu perbuatan tertentu dengan
melawan hak orang lain, dimana sebenarnya perbuatan tertentu tersebut hanya
boleh dilakukan oleh orang yang mempunyai hak untuk melakukan perbuatan
yang bersangkutan. Sedangkan “tanpa hak” menunjukkan bahwa sipelaku tidak
memiliki wewenang untuk melakukan perbuatan bersangkutan. Dengan demikian
makna dari kedua istilah tersebut terhadap sipelaku adalah sama, yaitu bahwa
sipelaku seharusnya tidak melakukan suatu perbuatan baik secara melanggar hak
orang lain, maupun tanpa ia sendiri mempunyai hak untuk melakukan perbuatan
bersangkutan.
Dalam teori hukum perdata, sejak semula telah terdapat suatu anggapan
bahwa suatu perbuatan yang dilakukan secara “melawan hak” orang lain,
merupakan prbuatan yang melawan hukum. Kemudian anggapan tersebut meluas
yaitu bahwa suatu perbuatan yang berlawanan dengan “kepatuhan yang harus
diindahkan dalam pergaulan masyarakat terhadap pribadi atau benda orang lain”,
juga dikategorikan sebagai suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Dengan demikian suatu perbuatan yang dilakukan sipelaku yang tidak mempunyai
hak untuk melakukan perbuatan bersangkutan. Berarti dapat disebut sebagai
perbuatan “melawan hukum”.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Dari uraian singkat diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
dengan demikian perbuatan sipemakai pesawat telepon yang mempergunakan
nomor sambungan telepon orang lain sebagaimana telah dikemukakan,
berdasarkan teori ilmu hukum perdata dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan
yang “melawan hukum”.
Dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
disebutkan bahwa :
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.”
Kemudian ketentuan Pasal 1366 KUHPerdata menyebutkan bahwa :
“Setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian
atau kurang hati-hatinya.”
Dari bunyi ketentuan kedua pasal tersebut, jelas bahwa pemakai pesawat
telepon sebagaimana dikemukakan, dapat dikenakan sanksi perdata sebagaimana
dirumuskan dalam pasal-pasal bersangkutan, baik perbuatannya itu dilakukan
secara sengaja maupun karena kelalaiannya. Dalam hal ini, maka sipemakai wajib
memberikan ganti kerugian kepada sipemilik nomor sambungan telepon yang
telah dirugikannya.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
C. Klasifikasi perbuatan manipulasi pulsa telepon ditinjau dari teori Ilmu
Hukum Pidana
a. Ajaran Mengenai sifat Melawan Hukum
Dalam teori ilmu hukum pidana, aliran mengenai sifat melawan hukum”
dibedakan antara sifat melawan hukum secara formil dengan sifat melawan hukum
secara materiel.
Penganut ajaran “sifat melawan hukum secara formil” berpendapat bahwa
suatu perbuatan dikatakan melawan hukum” apabila perbuatan tersebut ternyata
memenuhi semua unsure tindak pidana (delik) yang tertulis secara tegas di dalam
suatu pasal mengenai perbuatan bersangkutan. Sedangkan penganut ajaran “sifat
melawan hukum secara materiel” berpendapat bahwa suatu perbuatan dapat
dikatakan “melawan hukum” tidaklah selalu harus memenuhi semua unsur delik
sebagaimana tercantum di dalam suatu pasal perundang-undangan pidana, akan
tetapi suatu perbuatan yang “bertentangan dengan kepatuan yang harus diindahkan
dalam pergaulan masyarakat baik terhadap pribadi maupun terhadap harta benda”
juga harus dipandang sebagai suatu perbuatan yang “melawan hokum”.
Berdasarkan
pendapat
dari
penganut
ajaran
“Materiele
wederrechtelijkheid” tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa apa yang
dimaksudkan sebagai “perbuatan melawan hukum pidana maupun dalam teori
ilmu hukum perdata mempunyai pengertian yang sama, dimana dalam teori ilmu
hukum
perdata
disebut
sebagai
onrechtmatigedaad”
sebagaimana
telah
dikemukakan. Dengan demikian maka perbuatan manipulasi pulsa telepon
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
tersebut, dalam teori ilmu hukum pidana juga dapat dianggap sebagai suatu
perbuatan melawan hukum.
Dengan dapat dianggapnya perbuatan manipulasi pulsa telepon tersebut
sebagai perbuatan melawan hukum dalam bidang hukum pidana, maka pertanyaan
yang timbul yaitu apakah dengan demikian terhadap pelakunya juga dapat
dikenakan sanksi pidana? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, terlebih
dahulu harus diperhatikan adanya asas-asas dan ajaran-ajaran yang dianut dalam
teori ilmu hukum pidana.
Asas utama yang perlu diperhatikan adalah asas legalitas sebagaimana telah
dikemukakan. Berdasarkan asas legalitas, terhadap pelaku dari perbuatan
manipulasi pulsa telpon tersebut, jelas tidak dapat dikenakan sanksi pidana, karena
perbuatan terssebut tidak terdapat perumusannya di dalam salah satu pasal KUHP
yang berlaku sekarang.
Ajaran
“materials
wederrechtelijkheid”
telah
menghasilkan
suatu
kesimpulan bahwa perbuatan manipulasi pulsa telpon tersebut dapat dianggap
sebagai perbuatan melawan hokum dalam bidang hokum pidana. Namun
“materiele wederrechtelikheid” itu sendiri dibedakan dalam dua macam yaitu
“materiele wederrechtelijkheid” yang bernilai “positif” dan yang bernilai
“negatif”.
“Materiele wederrechtelijkheid” bernilai “positif” yaitu apabila suatu
perbuatan ternyata bertentangan dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam
pergaulan masyarakat baik terhadap pribadi maupun harta benda, namun
perundang-undangan pidana merumuskan mengenai perbuatan tersebut. Perbuatan
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
manipulasi pulsa telepon adalah termasuk di dalamnya, maka dengan demikian
untuk pemidanaannya harus memperhatikan kembali asas legalitas.
“Materiele wederrechtelijkheid” bernilai “negatif” yaitu apabila suatu
perbuatan dirumuskan di dalam perundang-undangan sebagai tindak pidana,
namun ternyata perbuatan itu tidak bertentangan dengan kepatutan yang harus
diindahkan dalam pergaulan masyarakat baik terhadap pribadi maupun harta
benda. Sedangkan perbuatan
manipulasi telepon sebagaimana dimaksud
merupakan kebalikan dari pernyataan diatas. Dengan demikian melalui beberapa
pendekatan tersebut, belum diperoleh suatu jawaban atas pertanyaan mengenai
dapat atau tidak dapatnya pelaku manipulasi telepon itu dikenakan sanksi pidana
atas perbuatannya. 27
b. Interpertasi atau penafsiran dalam teori hukum pidana
Dalam bidang hukum pidana juga diperolehkan
mempergunakan
interpertasi ataupun penafsiran sebagaimana dalam bidang hukum lainnya, kecuali
penggunaan “analogi”. Larangan penggunaan “analogi” tersebut juga tersirat dari
bunyi ketentuan Pasal 1 ayat (1) KUHPidana (asas legalitas). Dalam uraian
terdahulu telah dikemukakan, bahwa asas legalitas menghendaki ketentuan
undang-undang mengenai suatu perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana
itu, telah ada terlebih dahulu sebelum perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang.
27
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, dari Retribusi ke Reformasi,
Pradnya Paramitha, Jakarta, 1985
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Dalam hal suatu perbuatan yang mirip dengan perbuatan yang dirumuskan
dalam ketentuan undang-undang, berdasarkan asas legalitas ketentuan itu tidak
dapat dipergunakan sebagai dasar pemidanaan bagi perbuatan yang hanya mirip
tersebut.
Mengenai larangan dipergunakannya “analogi” dalam bidang hukum
pidana bahwa sebaiknya tidak diterapkan secara mutlak, namun dapat
dipertimbangkan penggunaannya secara terbatas sesuai dengan kasus yang sedang
diselesaikan. Sedangkan apabila larangan tersebut diterapkan secara mutlak, maka
jelas bahwa berbagai tindak pidana yang muncul pada masa sekarang tidak dapat
diselesaikan berdasarkan ketentuan KUHPidana yang sekarang berlaku.
Suatu contoh kasus yang penyelesaiannya menghasilkan perbedaan
pendapat dari para sarjana hukum mengenai apakah penyelesaian tersebut
mempergunakan “analogi” ataukah tidak adalah putusan Hoge Read Belanda
tahun 1923 mengenai pemakaian aliran listrik tanpa izin. Pemakai aliran listrik
tersebut dipidana karena dianggap telah melakukan tindak pidana “Pencurian”
sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pasal 362 KUHP.
Beberapa unsur tindak pidana dalam ketentuan Pasal 362 KUHP
disebutkan antara lain unsure “mengambil” dan unsure “barang”. Apabila
berpegang pada asas legalitas, maka di dalam perbuatan sipemakai aliran listrik
diatas tidak dapat unsur “mengambil” dan “barang”. Namun karena kemudian
diakuinya “perluasan penafsiran” mengenai pengertian barang yang meliputi pula
“barang tidak berwujud”
(misalnya “jasa”), dan juga perluasan penafsiran
mengenai pengertian “mengambil” yang tidak lagi selalu harus terjadinya
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
sentuhan secara fisik, maka akhirnya ketentuan Pasal 362 KUHP itu dapat
diterapkan terhadap pelaku pemindahan arus listrik tanpa hak tersebut.
Mengenai hal tersebut diatas kiranya tidak perlu pembahasan terlalu
panjang, yang jelas pada akhirnya pelaku pemindahan arus listrik tanpa hak,
walaupun pemindahan itu tanpa “mengambil suatu barang” ternyata dapat
dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan Pasal 362 KUHP, yaitu sebagai pelaku
tindak pidana “pencurian”. Apapun alas an yang dipergunakan Hoge read Belanda
dalam putusannya terhadap kasus pemindahan arus lisrik tanpa hak tersebut
sebagai tindak pidana pencurian (pasal 362 KUHP), konstruksi hukum itu
akhirnya dapat diterima oleh semua pihak. Bahkan sekarang telah menjadi
ketentuan yang tercantum dalam Surat Daftar Pemakaian Arus Listrik pada setiap
pelanggan, yang mengancam dengan sanksi pidana bagi pemakai arus lisrik tanpa
izin dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Adapun mengenai”pulsa telepon” yang dapat menghasilkan “jasa” dalam
bidang telekomunikasi, kiranya juga dapat diartikan sebagai
b. Barang yang tidak berwujud
b. Sebagai suatu yang mempunyai nilai ekonomis.
Kemudian cara pengambilan pulsa telepon dapat dimasukkan ke dalam
“mengambil” sebagaimana yang telah diperluas penafsirannya yaitu dengan tanpa
memegang ataupun memindahkan sesuatu barang secara fisik.
Dengan demikian apabila perluasan penafsiran mengenai pemakai pulsa
telepon tanpa hak tersebut dapat diterima, maka kiranya tidak akan menjadikan
persoalan untuk menerapkan ketentuan Pasal 362 KUHP terhadap pelaku
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
manipulasi pulsa telepon itu, apabila dapat tertangkap dan terbukti atas
perbuatannya. Dalam hal ini memang kekuatannya “terbatas” dengan “pulsa
telepon” yang jumlah ataupun kekuatannya “tidak terbatas”.
Andaikata “Pulsa telepon” itu dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak
terbatas jumlahnya, karena berapapun banyaknya jumlah pulsa telepon yang
dipergunakan
oleh
seseorang,
pihak
lain
masih
akan
tetap
dapat
mempergunakannya juga tanpa harus khawatir akan kehabisan pulsa, maka dalam
hal demikian tampaklah perbedaannya dengan arus listrik sebagaimana telah
diuraikan diatas. Dengan demikian sekalipun seseorang itu telah mempergunakan
pulsa telepon tanpa hak, sepintas tampak bahwa perbuatan tersebut tidak akan
mengurangi hak ataupun mengambil milik siapapun dalam penggunaan pulsa
telepon tersebut, karena pihak lain masih tetap dapat mempergunakannya dengan
sepuas-puasnya.
D. Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa telepon sesuai dengan
peraturan hukum di Indonesia
Kejahatan dalam bidang Teknologi Informasi secara umum terdiri dari dua
kelompok. Pertama, kejahatan biasa yang menggunakan teknologi informasi
sebagai alat bantunya. Dalam kejahatan ini, terjadi peningkatan modus dan
operandi dari semula menggunakan peralatan biasa, sekarang telah memanfaatkan
Teknologi Informasi. Dampak dari kejahatan biasa yang telah menggunakan
Teknologi Informasi ternyata cukup serius, terutama bila dilihat dari jangkauan
dan nilai kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan tersebut.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Kedua, Seluruh jenis kejahatan baik yang telah diatur maupun yang diatur
di luar Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) dan yang terbukti
dilakukan oleh setiap orang dengan memanfaatkan Teknologi Informasi .
Adapun saknsi yang dikenakan bagi pelaku pencurian pulsa telepon
haruslah telebih dahulu mengetahui unsur-unsur,pasal-pasal yang terkait serta
sanksi-sanksi pidana maupun denda dari modus operandi pencurian pulsa telepon
yang bermacam-macam cara yaitu:
MODUS
OPERANDI
Membangun VOIP
( voice over internet
protocol ) terlarang
Pembobolan jaringan
telekomunikasi pada
perusahaan
telekomunikasi untuk
mencuri pulsa
Penggandaan nomor
telepon sesuler
KLASIFIKASI
PASAL
PERBUATAN
penggelapan jasa
372 KUHP
telekomunikasi
pencurian pulsa telepon 362 KUHP
pemalsuan kartu
telepon
263 KUHP
pembobolan jaringan
pengerusakan
22, U-U No.36
thn 1999 ttg
Telekomunikasi
406 KUHP
pencurian pulsa telepon
362 KUHP
pencurian pulsa telapon
362 KUHP
pemalsuan nomor
263 KUHP
19.23 dan 24
U-U no.36 tahun
1999 ttg
telekomunikasi
SANKSI
PIDANA
DENDA
4 tahun
penjara
5 tahun
penjara
6 tahun
penjara
6 tahun
penjara
Rp.600 juta
2 tahun 8
bulan penjara
5 tahun
penjara
5 tahun
penjara
6 tahun
penjara
1 tahun
penjara
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Rp.100 juta
Cara berkelompok
TRIPARTIT
dan
TELECONFERNCES
Menipu pengguna
telepon
penggelapan jasa
telekomunikasi
372 KUHP
22, U-U No.36
thn 1999 ttg
Telekomunikasi
pencurian pulsa
362 KUHP
5 tahun
penjara
penipuan
378 KUHP
pencurian pulsa telepon
362 KUHP
4 tahun
penjara
5 tahun
penjara
6 tahun
penjara
22, U-U No.36
thn 1999 ttg
Telekomunikasi
Mencuri pulsa dengan
cara menyuntik kabel
telepon
Penipuan melalui sms
4 tahun
penjara
6 tahun
penjara
pengerusakan
406 KUHP
2 tahun 8
bulan penjara
-
memasuki wilayah
orang tanpa izin
pencurian pulsa
551 KUHP
362 KUHP
5 tahun
penjara
penipuan
378 KUHP
pencurian pulsa.
362 KUHP
4 tahun
penjara
5 tahun
penjara
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Rp.600 juta
Rp.600 juta
2. Rp.225
BAB III
KEJAHATAN DI BIDANG KOMUNIKASI DAN
PENANGGULANGGANNYA DI INDONESIA
A. Azas dan Tujuan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi begitu pesat, sehingga
memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi,
distribusi dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke
dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi.
Asas
kehati-hatian
berarti
para
pihak
yang
bersangkutan
harus
memperhatikan segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian bagi
dirinya maupun pihak lain dalam menyelenggarakan informasi elektronik dan
transaksi elektronik. Asas itikad baik berarti para pihak yang bertransaksi tidak
bertujuan untuk secara sengaja mengakibatkan kerugian kepada pihak lainnya
tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut; Asas legalitas berarti memberikan suatu
landasan hukum sehingga transaksi elektronik dan tanda tangan elektronik serta
segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraan transaksi elektronik dan tanda
tangan elektronik mendapatkan pengakuan hukum dalam pengadilan; Asas
manfaat berarti bahwa penyelengaraan transaksi elektronik dan tanda tangan
elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Asas netral teknologi berarti penyelenggaraan transaksi elektronik dan
tanda tangan elektronik tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu
sehingga dapat mengikuti perkembangan teknologi di masa mendatang. Tujuan
Undang-undang Informasi Transaksi Elektronik adalah untuk memberikan
kepastian hukum dan kesetaraan dimata hukum antara dokumen yang berisi
informasi elektronik dengan dokumen tertulis yang berbasiskan kertas.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
dengan tujuan untuk:
1) mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi
dunia
2) mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
3) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
4) membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk
memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung
jawab; dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi
pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi. 28
28
Ricardus Eko Indrajit. E-commerce Kiat dan Strategi di Dunia Maya. PT Elek Media
Komputindo. Jakarta, 2001, hal 73
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
B. Tindak Pidana Teknologi Informasi dan Komunikasi
Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan barang/atau jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam dan dapat
dibedakan atas berbagai macam kebutuhan. Dengan adanya bermacam-macam dan
berbagai jenis kebutuhan tersebut maka setiap manusia akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik berupa barang maupun jasa.
Dalam era informasi, keberadaan suatu informasi mempunya arti dan
peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan, serta merupakan
suatu kebutuhan hidup bagi semua orang baik secara individual maupun
organisasi.
Sekarang ini dijumpai ketergantungan yang semakin meningkat terhadap
informasi. Perubahan bentuk masyarakat menjadi suatu masyarakat informasi
(information society) memicu perkembangan teknologi informasi (information
technology revolution) menjadi kian pesat sehingga terciptalah perangkatperangkat informatika yang semakin canggih dan jaringan sistem informasi yang
kian rumit dan handal, serta mampu memenuhi permintaan semua lapisan
masyarakat.
Undang - undang Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informasi ini berlaku
terhadap setiap orang atau badan hukum yang melakukan tindak pidana di bidang
Teknologi Informasi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan atau
negara lain yang mempunyai yurisdiksi dan menyatakan maksudnya untuk
melakukan penuntutan terhadap pelaku tersebut.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Delik tentang pencurian dalam dunia maya termasuk salah satu delik yang
paling populer diberitakan media masa. Pencurian disini tidak diartikan secara
konvensional yakni tentang perbuatan mengambil barang secara nyata. Dalam
kasus pencurian di Internet, barang yang dicuri yakni berupa data digital baik yang
berisikan data transaksi keuangan milik orang lain maupun data yang menyangkut
soft ware (program) ataupun data yang menyangkut hal-hal yang bersifat rahasia
dan juga dalam kasus pencurian pulsa, barang yang dicuri berupa pulsa dengan
cara biaya telepon dibebankan kepemilik telepon yang asli.
Delik pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP dan variasinya diatur dalam
Pasal 363 KUHP, yakni tentang pencurian dengan pemberatan; Pasal 364 KUHP
tentang pencurian ringan, Pasal 365 tentang pencurian dengan kekerasan, Pasal
367 tentang pencurian dikalangan keluarga (delik aduan).
Pasal 362 KUHP berbunyi :
“Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
Menurut hukum pidana, pengertian benda diambil dari penjelasan Pasal
362 KUHP yaitu segala sesuatu yang berwujud atau tidak berwujud, (misalnya
listrik) dan mempunyai nilai di dalam kehidupan ekonomi dari seseorang. Data
atau program yang tersimpan di dalam media penyimpanan disket atau sejenisnya
yang tidak dapat diketahui wujudnya dapat berwujud dengan cara menampilkan
pada layar penampil komputer (screen) atau dengan cara mencetak pada alat
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
pencetak (printer) juga dengan saluran telepon. Dengan demikian data, program
komputer atau saluran teleponyang tersimpan dapat dikategorikan sebagai benda
seperti pada penjelasan Pasal 362 KUHP.
Untuk Indonesia, regulasi hukum cyber menjadi bagian penting dalam
sistem hukum positif secara keseluruhan. Pemerintah perlu segera menuntaskan
Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
untuk dibuatkan PP (Peraturan Pemeritah) agar Undang-undang No.11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini dapat segera dijalankan,
mengingat aktivitas penggunaan dan pelanggarannya telah demikian tinggi.
Regulasi ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat demi
terciptanya kepastian hukum. UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik sendiri dalam hal materi dan muatannya telah dapat
menjawab persoalan kepastian hukum menyangkut tindak pidana carding, hacking
dan cracking, dalam sebuah bab tentang perbuatan yang dilarang dimuat ketentuan
yang terkait dengan penyalahgunaan teknologi informasi, yang diikuti dengan
sanksi pidananya. Demikian juga tindak pidana dalam UU No.11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini diformulasikan dalam bentuk delik
formil, sehingga tanpa adanya laporan kerugian dari korban aparat sudah dapat
melakukan tindakan hukum. Hal ini berbeda dengan delik materil yang perlu
terlebih dulu adanya unsur kerugian dari korban. 29
UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
merupakan satu upaya penting dalam setidaknya dua hal:
29
Mieke Komar Kantaatmadja, CYBERLAW : Suatu Pengantar, (Bandung : ELIPS, 2001).
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
(1) pengakuan transaksi elektronik dan dokumen elektronik dalam kerangka
hukum perikatan dan hukum pembuktian, sehingga kepastian hukum
transaksi elektronik dapat terjamin.
Diklasifikasikannya
tindakan-tindakan
yang
termasuk
kualifikasi
pelanggaran hukum terkait penyalahgunaan Teknologi Informasi (TI) disertai
sanksi pidananya termasuk untuk tindakan carding, hacking dan cracking.
(1) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi bagian hidup
manusia yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) membuat hidup kita menjadi lebih mudah dan
menyenangkan. Aktivitas yang terkait dengan pekerjaan, pendidikan,
hingga hiburan terkait erat dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
(TIK). 30
Menyusun
dokumen
elektronik,
melakukan
penghitungan, mengirim dan membaca e-mail, berselancar di internet,
chatting merupakan aktivitas sehari-hari yang memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Tidak ada satupun organisasi atau
perusahaan yang tidak menggunakan peralatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam kegiatannya, bahkan bagi sebagian mereka,
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian utama
pelaksanaan kegiatan.
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) dan khususnya juga Internet
ternyata tak hanya mengubah cara bagaimana seseorang berkomunikasi,
mengelola data dan informasi, melainkan lebih jauh dari itu mengubah bagaimana
30
Mieke Komar Kantaatmadja, Ibid, hlm 34
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
seseorang melakukan bisnis. Banyak kegiatan bisnis yang sebelumnya tak
terpikirkan, kini dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan model-model
bisnis yang sama sekali baru. Begitu juga, banyak kegiatan lainnya yang dilakukan
hanya dalam lingkup terbatas kini dapat dilakukan dalam cakupan yang sangat
luas, bahkan mendunia.
Namun, lebih dari itu, perubahan-perubahan yang terjadi juga dinilai sangat
revolusioner. Munculnya bisnis dotcom, meski terbukti sebagian besar mengalami
kegagalan, tetapi sebagian besar lainnya mengalami keberhasilan, dan sekaligus
ini dianggap fenomenal. Karena selain itu merupakan sesuatu yang sama sekali
baru, dimensinya pun segera mendunia. Di sisi lain, perkembangan Teknologi
Informasi dan Internet ini, juga telah sangat mempengaruhi hampir semua bisnis di
dunia untuk terlibat dalam implementasi dan menerapkan berbagai aplikasi.
Banyak manfaat dan keuntungan yang bisa diraih kalangan bisnis dalam kaitan ini,
baik dalam konteks internal (meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi),
dan eksternal (meningkatkan komunikasi data dan informasi antar berbagai
perusahaan pemasok, pabrikan, distributor) dan lain sebagainya. 31
31
Mohd. Gempita, Kejahatan Bidang Telekomunikasi Dampaknya Terhadap Masyarakat
dan Negara, makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kejahatan di Bidang Telekomunikasi dan
Penanggulangannya di Indomesia,” diselanggarakan atas kerjasama Fakultas Hukum UNDIP dengan
PT. Telkom, di Semarang, 25 April 1996
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Adapun
kejahatan
teknologi
informasi
selalu
berkaitan
dengan
komputerisasi adalah:
A. Kejahatan Komputer
Sebelumnya kita perhatikan dulu bahwa komputer membawa banyak
pengaruh dalam kehidupan manusia saat sekarang ini. Komputer memiliki banyak
dampak yang menguntungkan dalam masyarakat ketika digunakan untuk
menyelesaikan masalah kemanusiaan dan sosial. Aplikasi sosial yang dapat
digunakan dalam komputer seperti diagnosa kedokteran, CAT, rencana program
pemerintahan, kontrol kualitas dan pelaksanaan undang-undang.
Komputer bisa digunakan untuk mengontrol kejahatan melalui bermacammacam pelaksanaan undang-undang atau hukum yang mengizinkan penegak
hukum untuk mengidentifikasi dan bertindak cepat untuk bukti dari kejahatan.
Komputer juga digunakan untuk memantau tingkat polusi udara dan air,secara
garis besar di bawah ini akan dijelaskan secara ringkas tentang palanggaran
hukum di dunia maya :
1. Pelanggaran Isi Situs Web
a) Pornografi
Merupakan pelanggaran yang paling banyak terjadi, dengan menampilkan
gambar, cerita ataupun gambar bergerak.Contoh : Situs-situs porno.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
b) Pelanggaran Hak Cipta
Pelanggaran ini berupa :
1. Memberikan fasilitas download gratis.
2. Menampilkan gambar-gambar yang dilindungi tanpa izin pembuat
gambar
3. Merekayasa gambar atau foto hasil karya orang lain tanpa izin.
Contoh : Penyebaran lagu lewat internet merugikan pemegang Hak Cipta
2. Kejahatan dalam Perdagangan secara Elektronik (E-Commerce)Penipuan
Online
Ciri-cirinya yaitu harga produk yang banyak diminati sangat rendah,
penjual tidak menyediakan nomor telepon, tidak ada respon terhadap pertanyaan
melalui e-mail, menjanjikan produk yang sedang tidak tersedia.Contoh :BernersLee, yang secara luas dikenal sebagai penemu web ketika bekerja di European
Organisation for Nuclear Research (Cern) pada tahun 1980 an sampai tahun 1990
an, mengatakan kepada The Daily Telegraph sebuah situs yang ia kunjungi dengan
maksud untuk membeli hadiah Natal ternyata adalah palsu."Hal terburuk yang
pernah terjadi pada saya adalah ketika saya bermaksud membeli hadiah Natal dari
sebuah perusahaan online yang terlihat sebagai perusahaan yang bonafit di internet
namun ternyata mereka benar-benar perusahaan palsu," ungkapnya kepada koran
The Daily Telegraph.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
a) Penipuan Pemasaran Berjenjang Online
Ciri-cirinya yaitu dengan mencari keuntungan dari merekrut anggota dan
menjual produk secara fiktif.Contoh : Pada surat kabar Pikiran Rakyat berjudul
‘Seorang Mojang Bandung Menghasilkan Ribuan Dolar US Dari Internet.’ Juga
disebutkan bahwa Anne Ahira (25) gadis itu telah berpenghasilan US$ 3.000 –
5.000 setiap bulan (Ia menjual produk paket-paket training).
Pada bulan Agustus 2005, Anne yang pernah mendapat Piagam Kartini
2005 itu menyatakan bahwa bisnisnya rontok dan menyalahkan perusahaan yang
diikutinya dan menganggap bahwa ia senasib dengan ratusan downline yang
merugi di bawahnya. Inilah gambaran jelas mengenai salah satu bentuk bisnis
Multi Level Marketing (MLM) yang ibarat fatamorgana kelihatannya menjanjikan
namun kenyataannya menipu.
b) Penipuan Kartu Kredit
Cirinya yaitu terjadi biaya misterius pada tagihan kartu kredit untuk produk
atau layanan internet yang tidak pernah dipesan oleh pemilik kartu kredit.Contoh
:BOSTON — Informasi setidaknya dari 45.7 juta kartu kredit and debit yang telah
dicuri oleh ahli komputer yang memperoleh akses ke TJX’s customer information
dalam pelanggaran keamanan yang memberi discount kepada para pengecer yang
telah ditutup.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
3. Pelanggaran Lainnya
a) Recreational Hacker
Yaitu hacker tingkat pemula yang umumnya bertujuan hanya intuk menjebol suatu
system dan menunjukkan kegagalan atau kurang andalnya system keamanan pada
suatu perusahaan.Contoh :Digigumi (Grup Digital) adalah sebuah kelompok yang
mengkhususkan diri bergerak dalam bidang game dan komputer. Digigumi ini
menggunakan teknik-teknik hexadecimal untuk mengubah teks yang terdapat di
dalam game. Contohnya, game Chrono Trigger berbahasa Inggris dapat diubah
menjadi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, status Digigumi adalah hacker, namun
bukan sebagai perusak.
b) Cracker atau Criminal Minded Hacker
Mempunyai motivasi untuk mendapatkan keuntungan, melakukan sabotase
sampai pada menghancurkan data, Contoh :dilumpuhkannya beberapa saat situs
Yahoo.com,
eBay.com,
Amazon.com,
Buy.com,
ZDNet.com,
CNN.com,
eTrade.com dam MSN.com karena serangan bertubi-tubi dari cracker dengan
teknik Distributed Denial of Service (DDoS). Serangan yang dilancarkan pada
bulan Februari 2000 tersebut sempat melambatkan trafik Internet dunia sebesar 26
persen.
c)
Political Hacker
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Merupakan suatu situs web dalam usaha menempelkan pesan atau
mendiskreditkan lawannya.Contoh :Usaha untuk kampanye anti Indonesia pada
masalah Timor Timur yang dipelopori oleh Ramos Horta dan kawan-kawan
sehingga situs Departemen Luar Negeri Republik Indonesia sempat mendapat
serangan yang diduga keras dari kelompok anti integrasi sebelum dan setelah jajak
pendapat tentang Referendum Timor Timur tahun 1999 lalu.
d) Denial of Service Attack (DoS)
Penyerangannya dilakukan dengan cara membanjiri data yang besar yang akan
mengakibatkan akses ke suatu situs web menjadi lambat atau macet.Contoh
:dilumpuhkannya beberapa saat situs Yahoo.com, eBay.com, Amazon.com,
Buy.com, ZDNet.com, CNN.com, eTrade.com dam MSN.com karena serangan
bertubi-tubi dari cracker. Serangan yang dilancarkan pada bulan Februari 2000
tersebut sempat melambatkan trafik Internet dunia sebesar 26 persen.
e)
Viruses
Program pengganggu (malicious) perangkat lunak dengan melakukan
penyebaran virus yang dapat menular melalui aplikasi internet, ketika akan diakses
oleh pemakai. Sebelum ditemukan internet, pola penularan virus oleh hackers
hanya bisa melalui floppy disk. Akan tetapi dengan berkembangnya internet
dewasa ini, virus dapat bersembunyi di dalam file dan downloaded oleh user
(pemakai) bahkan menyebar pula melalui kiriman e-mail.Hampir kebanyakan
varian dari virus import berbasis script ini menggunakan icon mirip seperti folder.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Virus ini memiliki kemampuan untuk melakukan auto update ke beberapa
situs, seperti yang dilakukan oleh salah satu variannya, Autoit.CA, yang banyak
dilaporkan. Ia juga dapat memanfaatkan Yahoo! Messenger sebagai media
perantara penyebarannya dengan mengirimkan pesan berisi link ke setiap contact
person yang ada di Y!M korban.Contoh 1 :Pihak produsen software yang
memproduksi piranti induk (master) dari permainan (games), film dan lagu dapat
kehilangan profit atau keuntungan karena karyanya dibajak melalui download dari
internet dan dikopi ke dalam bentuk CD-ROM yang selanjutnya diperbanyak
secara ilegal atau tanpa seizin penciptanya melalui video caset decoder (vcd),
compact disc (cd), play station dan cassete recorder.Contoh 2 :Pemalsuan piranti
lunak adalah sebuah masalah yang luas dan serius.
BSA tahun 2005 dan IDC Global Software Piracy Study mengestimasi
bahwa industri piranti lunak mengalami kerugian sekitar 31 milyar dolar AS
setahun akibat pembajakan; pemalsuan piranti lunak memberikan kontribusi yang
signifikan pada gambaran ini.
f)
Phising
Yaitu suatu bentuk penipuan yang dicirikan dengan percobaan untuk
mendapatkan indormasi sensitive, seperti kata sandi dan kartu kredit, dengan
menyamar sebagai orang atau bisnis yang terpercaya dalam sebuah komunikasi
elektronik resmi, seperti e-mail atau pesan instan. Istilah ini muncul dari kata
bahasa Inggris fishing (‘memancing’), dalam hal ini berarti memancing informasi
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
keuangan dan kata sandi pengguna.Contoh: dengan meng-klik link yang diminta,
kita akan dibawa ke website e-banking dan diminta memasukkan username dan
nomor pin ke website palsu (samara website bank asli).
g) Perjudian ( Gambling )
Yang biasa juga di sebut sebagai Internet gambling biasanya terjadi karena
peletakan taruhan pada kegiatan sport atau kasino melalui Internet. Kadangkadang juga digunakan untuk tempat iklan di Internet bagi taruhan sport lewat
telepon. Online game yang sesungguhnya sebetulnya jika seluruh proses baik itu
taruhannya, permainannya maupun pengumpulan uangnya melalui Internet. Hal
ini biasanya untuk tipe-tipe game seperti lotere, bingo, keno.
h) Cyber Stalking
Cyberstalking
yaitu
tindakan
menjelek-jelekkan
seseorang
dengan
menggunakan identitas seseorang yang telah dicuri sehingga menimbulkan kesan
buruk terhadap orang tersebut. Dengan mengetahui identitas, orang tersebut akan
difitnah dan hancurlah nama baiknya. Contoh dari kejahatan ini adalah
penggunaan password e-mail kemudian mengirimkan e-mail fitnah kepada orang
lain.Andi Hamzah dalam bukunya yang berjudul Aspek-aspek Pidana di Bidang
Komputer mengemukakan bahwa pengertian kejahatan komputer adalah segala
aktifitas tidak sah yang memanfaatkan komputer untuk tidak pidana . Sekecil
apapun dampak atau akibat yang ditimbulkan dari penggunaan komputer secara
tidak sah atau ilegal merupakan suatu kejahatan.Departemen kehakiman Amerika
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
menyatakan bahwa penyalahgunaan komputer dibagi dua bidang utama. Pertama,
penggunaan komputer sebagai alat untuk melakukan kejahatan, seperti pencurian.
Kedua, komputer tersebut merupakan obyek atau sasaran dari tindak kejahatan
tersebut, seperti sabotase yang menyebabkan komputer tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.Semua perumusan atau batasan yang diberikan mengenai
kejahatan komputer (computer crime) atau penyalahgunaan komputer (computer
misuse) secara umum dapat disimpulkan sebagai perbuatan atau tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan komputer sebagai alat/sarana untuk melakukan
tidak pidana atau komputer itu sendiri sebagai objek tindak pidana. Dan dalam arti
sempit kejahatan komputer adalah suatu perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan teknologi komputer yang canggih.
Dilihat dari definisi-definisi di atas ada beberapa subtansi dari kejahatan
komputer atau penyalahgunaan komputer yang hendak dibahas, yaitu :
A) Akses
tidak
sah
dan
Penggunaan
secara
tidak
sah
(unauthorized access and unauthorized use)
Isu utama dalam pembahasan akses secara tidak sah (unauthorized access) adalah
hacking , yang dikenal juga dengan sebutan computer trespass, yaitu tindakan
yang melanggar hukum apapun bentuk alasan dan motivasinya. Tidak jarang
tindakan ini disertai dengan penipuan, pencurian, penggelapan, atau pengrusakan.
Hacking sebagai salah satu kejahatan di komputer telah memiliki sejarah
perjalanan yang panjang.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Bermula diakhir perang dunia II sampai dengan tahun 60-an komputer
masih merupakan barang langka, hanya departemen dan organisasi-organisasi
besarlah yang mempunyai komputer. Pada awalnya beberapa orang mahasiswa
yang berasal dari Institute of Technology (MIT) di Massachusets melakukan
eksperimen dengan menggunakan komputer institutnya. Mereka melakukan
penyusupan-penyusupan dalam menggunakan komputer dengan maksud agar
penggunaan komputer tersebut dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Para
mahasiswa tersebut membuat program yang bertujuan mengoptimalkan fungsi dan
kerja komputer dan membantu pengembangan bahasa LISP karya John McCarthy.
B) Penipuan dan pencurian informasi (fraud and information
theft)
Contoh – contoh kejahatan komputer
1. Pencurian uang,
2. Virus komputer,
3. Layanan pencurian,
4. Pencurian jasa,
5. Pencurian data dalam program,
6. Memperbanyak program,
7. Mengubah data,
8. Pengrusakan program,
9. Pengrusakan data.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
C) Pelanggaran- pelanggaran (associated offence)
Sedangkan contoh pelanggaran-pelanggaran adalah sebagai berikut :
pelanggaran terhadap kebebasan ,pelanggaran terhadap undang – undang atau
hukun internasional,sistem informasi dan kejahatan komputer
D) Objek Penyerangan dalam Komputer
Komputer sebagai sistem mempunyai beberapa bagian. Bagian-bagian dari
komputer menimbulkan luasnya kemungkinan terjadinya pelanggaran komputer
atau kejahatan komputer. Berikut merupakan bagian dari sistem komputer yang
mungkin diserang.
1. Perangkat keras (Hardware)
Adalah bagian dari komputer yang dapat dilihat dan disentuh oleh manusia.
Perangkat keras terdiri dari terminal komputer, printer, external modem, scanner,
mouse,pointing device, disk, tape drives, dll.
2. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak adalah seperangkat instruksi yang ditulis oleh manusia
untuk memberi perintah bagi komputer untuk melakukan fungsinya. Pada
dasarnya ada dua bagian dari perangkat lunak yaitu operating sistem ( perangkat
lunak yang sudah ditulis di pabrik yang berfungsi sebagai penengah antar
perangkat keras dengan perangkat lunak yang ditulis oleh pemakai komputer) dan
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
program aplikasi (program yang ditulis dan diterjemahkan oleh language software
untuk menyelesaikan suatu aplikasi tertentu. Ada dua cara untuk bisa
mendapatkan program aplikasi yang dibutuhkan, yaitu dengan mengembangkan
program aplikasi sendiri atau membelinya.
3. Data
Dapat dipersamakan bahwa data seperti darah yang menjadi tanda
kehidupan seseorang begitupula dengan data yang menjadi sumber kehidupan
suatu organisasi. Data dalam organisasi menghimpun berbagai macam informasi
dalam perusahaan, seperti data jumlah barang, data perjanjian, data keuangan,dll.
Apabila sesorang mencuri data dari suatu organisasi artinya ia mencuri aset
perusahaan tersebut, sama seperti ia mencuri uang atau perlengkapan.
4. Komunikasi
Komunikasi bertempat di network. Network membentuk jaringan dari
sistem komunikasi data yang melibatkan sebuah atau lebih sistem komputer yang
dihubungkan dengan jalur transmisi alat komunikasi membentuk satu sistem.
Dengan network, komputer satu dapat menggunakan data di komputer lain, dapat
mencetak laporan komputer lain, dapat memberi berita ke komputer lain walaupun
berlainan
area.
Network
merupakan
cara
yang
sangat berguna untuk
mengintegrasikan sistem informasi dan menyalurkan arus informasi dari satu area
ke area lainnya. Sedangkan internetwork menghubungkan satu atau lebih network.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Internet adalah jaringan global yang menghubungkan ribuan jaringan
komputer independen dari berbagai belahan dunia. Terhubungnya komputer ke
dalam berbagai network membuka peluang diserangnya informasi yang tersimpan
dalam komputer tersebut. Cracker dapat menggunakan satu komputer dalam
network untuk menghubungi network yang lain serta merusak sistem dan network
yang terhubung tersebut. Craker dapat berpindah dari satu network ke network
yang lainnya untuk menyulitkan terdeteksi diri atau keberadaannya.
e)
Istialah pelaku dalam kejahatan teknologi
1. Hacker
Hacker adalah sebutan untuk orang atau sekelompok orang yang
memberikan sumbangan bermanfaat untuk dunia jaringan dan sistem operasi,
membuat program bantuan untuk dunia jaringan dan komputer.Hacker juga bisa di
kategorikan perkerjaan yang dilakukan untuk mencari kelemahan suatu system
dan memberikan ide atau pendapat yang bisa memperbaiki kelemahan system
yang di temukannya.
Para hacker biasanya melakukan penyusupan-penyusup an dengan maksud
memuaskan pengetahuan dan teknik. Rata - rata perusahaan yang bergerak di
dunia jaringan global (internet) juga memiliki hacker. Tugasnya yaitu untuk
menjaga jaringan dari kemungkinan perusakan pihak luar "cracker", menguji
jaringan dari kemungkinan lobang yang menjadi peluang para cracker mengobrak
- abrik jaringannya, sebagai contoh : perusahaan asuransi dan auditing "Price
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Waterhouse". Ia memiliki team hacker yang disebut dengan Tiger Team. Mereka
bekerja untuk menguji sistem sekuriti client mereka.
a. Hirarki / Tingkatan Hacker
Hacker mempunyai tingkatan-tingkatan, tiap tingkatan di bedakan dengan
kemampuan dan ilmu yang dimiliki sang hacker.
1.Elite
Ciri-ciri : mengerti sistem operasi luar dalam, sanggup mengkonfigurasi &
menyambungkan jaringan secara global, melakukan pemrogramman setiap
harinya, effisien & trampil, menggunakan pengetahuannya dengan tepat, tidak
menghancurkan data-data, dan selalu mengikuti peraturan yang ada. Tingkat Elite
ini sering disebut sebagai ‘suhu’.
2.Semi Elite
Ciri-ciri : lebih muda dari golongan elite, mempunyai kemampuan & pengetahuan
luas tentang komputer, mengerti tentang sistem operasi (termasuk lubangnya),
kemampuan programnya cukup untuk mengubah program eksploit.
3.Developed Kiddie
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Ciri-ciri : umurnya masih muda (ABG) & masih sekolah, mereka membaca
tentang metoda hacking & caranya di berbagai kesempatan, mencoba berbagai
sistem sampai akhirnya berhasil & memproklamirkan kemenangan ke lainnya,
umumnya masih menggunakan Grafik User Interface (GUI) & baru belajar basic
dari UNIX tanpa mampu menemukan lubang kelemahan baru di sistem operasi.
4.Script Kiddie
Ciri-ciri : seperti developed kiddie dan juga seperti Lamers, mereka hanya
mempunyai pengetahuan teknis networking yang sangat minimal, tidak lepas dari
GUI, hacking dilakukan menggunakan trojan untuk menakuti & menyusahkan
hidup sebagian pengguna Internet.
5.Lammer
Ciri-ciri : tidak mempunyai pengalaman & pengetahuan tapi ingin menjadi hacker
sehingga lamer sering disebut sebagai ‘wanna-be’ hacker, penggunaan komputer
mereka terutama untuk main game, IRC, tukar menukar software prirate, mencuri
kartu kredit, melakukan hacking dengan menggunakan software trojan, nuke &
DoS, suka menyombongkan diri melalui IRC channel, dan sebagainya. Karena
banyak kekurangannya untuk mencapai elite, dalam perkembangannya mereka
hanya akan sampai level developed kiddie atau script kiddie saja.
b. Dua Jenis Kegiatan Hacking
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
1. Social Hacking,
yang perlu diketahui : informasi tentang system apa yang dipergunakan oleh
server, siapa pemilik server, siapa Admin yang mengelola server, koneksi yang
dipergunakan
jenis
apa
lalu
bagaimana
server
itu
tersambung
internet,mempergunakan koneksi siapa lalu informasi apa saja yang disediakan
oleh server tersebut, apakah server tersebut juga tersambung dengan LAN di
sebuah organisasi dan informasi lainnya
2. Technical Hacking,
merupakan tindakan teknis untuk melakukan penyusupan ke dalam system, baik
dengan alat bantu (tool) atau dengan mempergunakan fasilitas system itu sendiri
yang dipergunakan untuk menyerang kelemahan (lubang keamanan) yang terdapat
dalam system atau service. Inti dari kegiatan ini adalah mendapatkan akses penuh
kedalam system dengan cara apapun dan bagaimana pun.
Cracker
Cracker adalah sebutan untuk mereka yang masuk ke sistem orang lain dan
cracker lebih bersifat destruktif, biasanya di jaringan komputer, mem-bypass
password atau lisensi program komputer, secara sengaja melawan keamanan
komputer, men-deface (merubah halaman muka web) milik orang lain bahkan
hingga men-delete data orang lain, mencuri data dan umumnya melakukan
cracking untuk keuntungan sendiri, maksud jahat, atau karena sebab lainnya
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
karena ada tantangan. Beberapa proses pembobolan dilakukan untuk menunjukan
kelemahan keamanan sistem.
Perbedaan Hacker dan Cracker
Hacker
1.Mempunyai kemampuan menganalisa kelemahan suatu sistem atau situs.
Sebagai contoh : jika seorang hacker mencoba menguji situs Yahoo! dipastikan isi
situs tersebut tak akan berantakan dan mengganggu yang lain.
Biasanya hacker melaporkan kejadian ini untuk diperbaiki menjadi sempurna.
2.Hacker mempunyai etika serta kreatif dalam merancang suatu program yang
berguna bagi siapa saja.
3. Seorang Hacker tidak pelit membagi ilmunya kepada orang-orang yang serius
atas nama ilmu pengetahuan dan kebaikan.
Cracker
1. Mampu membuat suatu program bagi kepentingan dirinya sendiri dan bersifat
destruktif atau merusak dan menjadikannya suatu keuntungan. Sebagia contoh :
Virus, Pencurian Kartu Kredit, Kode Warez, Pembobolan Rekening Bank,
Pencurian Password E-mail/Web Server.
2.Bisa berdiri sendiri atau berkelompok dalam bertindak.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
3. Mempunyai situs atau cenel dalam IRC yang tersembunyi, hanya orang-orang
tertentu yang bisa mengaksesnya.
4. Mempunyai IP yang tidak bisa dilacak.
5. Kasus yang paling sering ialah Carding yaitu Pencurian Kartu Kredit, kemudian
pembobolan situs dan mengubah segala isinya menjadi berantakan. Sebagai
contoh : Yahoo! pernah mengalami kejadian seperti ini sehingga tidak bisa diakses
dalam waktu yang lama, kasus clickBCA.com yang paling hangat dibicarakan
tahun 2001 lalu. Akibat yang Ditimbulakan oleh Hacker dan Cracker
Hacker : membuat teknologi internet semakin maju karena hacker menggunakan
keahliannya dalam hal komputer untuk melihat, menemukan dan memperbaiki
kelemahan sistem keamanan dalam sebuah sistem komputer ataupun dalam sebuah
software, membuat gairah bekerja seorang administrator kembali hidup karena
hacker membantu administrator untuk memperkuat jaringan mereka.
Cracker : merusak dan melumpuhkan keseluruhan sistem komputer, sehingga
data-data pengguna jaringan rusak, hilang, ataupun berubah.
j)
SPAM
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Dari wikipedia, Spam istilah lainnya junk mail merupakan penyalahgunaan
dalam pengiriman berita elektronik untuk menampilkan berita iklan dan keperluan
lainnya yang mengakibatkan ketidaknyamanan bagi para pengguna web Bentuk
berita spam yang umum dikenal meliputi: spam surat elektronik, spam instant
messaging, spam Usenet newsgroup, spam mesin pencari informasi web (web
search engine spam), spam blog, spam berita pada telepon genggam, spam forum
Internet, dan lain lain.
Spam ini biasanya datang bertubi-tubi tanpa diminta dan sering kali tidak
dikehendaki oleh penerimanya. Beberapa contoh lain dari spam ini bisa berupa
surat elektronik berisi iklan, sms pada telepon genggam, berita yang masuk dalam
suatu forum newsgroup berisi promosi barang yang tidak terkait dengan aktifitas
newsgroup tersebut, spamdexing yang mendominir suatu mesin pencari (search
engine) untuk mencari popularitas bagi suatu URL tertentu, ataupun bisa berupa
berita yang tak berguna dan masuk dalam suatu blog, buku tamu situs web, dan
lain-lain.
a.
Tujuan orang-orang yg tidak kita kenali mengirim spam
diantaranya adalah:
1. Media publikasi dan promosi
2. Media pishing untuk menggaet si penerima spam.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
3. Media penyebaran
virus & worm.Dampak dari spam ini
adalahWaktu terbuang untuk mengidentifikasi dan membuang email sampah in
4. Harddisk menjadi penuh karna isi spam (sampah) yg tak terpakai
5. Biaya koneksi ke ISP membengkak akibat SPAM.
6. Virus - Trojan menyusup dalam e-mail SPAM bisa menjadi maslah
yang besar.
b. Untuk mengatasi spam langkah2 yang bisa diambil adalah
1. Memakai antivirus yang mendukung anti spam.
2. Memberi filter untuk spam pada router ato server email dan
smacamnya.
3. Gunakan firewall bawaan OS dan personal firewall.
4. Aktifkan anti-relay atau non aktifkan relay sistem pada server email.
5. Gunakan fasilitas mail filtering yang ada di Outlook Expre
k) SpyWare
Spyware dan Adware adalah suatu program (software) yang sengaja dibuat
dan disebarluaskan oleh para produsen pembuatnya dan disebarluaskan di internet
agar mereka bisa mengintai semua aktifitas orang lain di internet, khususnya pada
saat mereka sedang melakukan browsing. Jika program yang mereka buat (
terdapat spyware / adware) sudah tertanam dan aktif di komputer seseorang, maka
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
mereka akan mudah melakukan berbagai hal yang pada intinya akan merugikan
pengguna internet. adi spyware itu bisa di ibaratkan dia adalah parasit pada sebuah
komputer.
a. Tanda-tanda umum terdapat spyware
Ada beberapa gejala umum yang bisa dirasakan oleh pengguna computer
apabila parasit yang bernama SPYWARE dan ADWARE sudah benar-benar
menginfeksi, yaitu :
1. Kinerja Computer akan terasa lambat, terutama setelah terhubung
dengan internet.
2. Browser ( Mozilla FireFox, Internet Explorer, Opera Browser,
Netscape dll ) terkadang atau seringkali macet ( hang / crash ) pada
saat akan membuka halaman web tertentu.
3. Alamat situs yang sudah di-set secara default sering berubah.
4. Terkadang browser terbuka dengan sendirinya secara massal dan
langsung mengakses situs tertentu.
5. Pengaruh (resiko/akibat) yang ditimbulkan Spyware dan Adware
Karena Spyware dan Adware itu digolongkan sebagai sebuah parasit, maka
kedua jenis parasit versi computer ini juga memiliki prinsip hidup yang moderat,
sama seperti prinsip hidup parasit yang sebenarnya, yaitu demi kelangsungan
hidupnya parasit tidak ingin berbuat berbuat yang menyebabkan matinya
organisme yang ditumpanginya, sebab jika organisme yang ditumpanginya mati
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
maka ia juga akanikut mati :d Hal ini berarti bahwa meskipun computer kita sudah
dijangkiti Spyware dan Adware. kehadiran mereka sidalam system computer tidak
akan sampai membuat computer hancur, rusak, data-data hilang ataupun meledak
b. Ada beberapa pengaruh ataupun resiko yang di akibatkan oleh
spyware dan Adware, antara lain
1. Kinerja Computer akan menjadi lambat meskipun specs computer
kita sudah serba lux dan canggih
2. Apabila kita terhubung ke Internet, maka semua informasi yang kita
ketik, khususnya via web, akan mudah ditangkap (intercepted) oleh
orang lain.Ini sangat berbahaya bagi yang sering melakukan
transaksi online.
3. Mereka ( pihak yang membuat kedua parasit tadi ) dapat membuat
link dalam bentuk icon yang berisi alamat-alamat situs yang tidak
resmi (unauthorized sites) dan meletakkannya ke desktop computer
kita.
4. Dalam hal ini, tujuan mereka tentu saja jahat, yaitu agar kita
melakukan click link tadi dan masuk kedalam perangkap mereka
5. Selain membuat link pada desktop, mereka juga bisa dengan mudah
menambahkan daftar alamat-alamat situs yang tidak resmi kedalam
menu Internet Favorites pada browser kita.
6. Semua aktifitas yang terjadi pada browser akan terlacak dan
termonitor ( tracked and monitored)
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
7. Selain membuat dan meletakkan link dalam bentuk icon, mereka
juga bisa seenaknya meng-attach toolbar dan searchbar yang tidak
kita kehendaki pada browser kita
8. Semua informasi penting yang menyangkut diri kita dapat mereka
jual atau disebarluaskan ke pihak lain.
9. Default homepage dan semua setting pada browser kita dapat
dibajak ( hijacked ).Koneksi internet akan sangat lambat.
c. Membuang dan Perbaiki Komputer dari Spyware dan Adware
ada banyak cara untuk membersihkan computer kita dari
Spyware dan Adware. Dan untuk mendiagnosanya anda dapat
melakukannya secara tepat, seperti :
1. Membuka windows explorer masuk kedalam C:Program Files dan
periksa apakah ada folder-folder aneh didalam hardisk anda.
2. Masuk kedalam Control Panel, klikganda (double-click) icon
add/remove programs.
3. Periksa apakah ada program-program aneh yang sudah terinstal
didalam hardisk anda. perlu diingatterkadang spyware terdapat
didalam sebuah Program.
4. Buka tombol Start-Run, dari dalam kotak dalog run, ketik
MSCONFIG lalu akhiri dengan mengkiklik tombol OK, pada kotak
dialog MSCONFIG(System Configuration Utility), klik tab Startup,
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
periksa apakah ada program-program aneh yang dijalankan secara
otomatis pada sesi start-up.
B. KEJAHATAN KOMUNIKASI
1. KEJAHATAN TELEPON
PENCURIAN PULSA
Banyak cara bagi pelaku kejahatan untuk mendapatkan hasil dengan cara
mrugikan orang lain. Melihat kemajuan teknologi yang semakin maju dengan
pesat sehingga sekarang pulsa telepon yang dikategorikan kedalam barang tidak
berwujudpun dapat diambil secara tidak sah atau tanpa izin atau yag disbut
mencuri. Ada beberapa cara dalam melakukan kjahatan pencurian pulsa ini
sebagai berikut:
1. Membangun VOIP terlarang
Pelaku membangun suatu jaringan yaitu VOIP (voice over internet
protocol),dengan adanya VOIP ini pelaku dapat memberikan suatau jasa telepon
Internasional namun dengan tarif local dengan membuat kartu telepon dan dijual
kekonsumen tanpa ada izin dari perusahaan telekomunikasi dan departemen yang
terkait.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
2. Membobol/mengakses jaringan perusahaan jasa telekomunikasi
tanpa sepengetahuan perusahaan jasa tersebut.
Pelaku
membobol/mengakses
jaringan
perusahaan
telekomunikasi,kemudian mengambil pulsa dan mengirimkannya ke jaringan yang
dipunyai pelaku seperti telepon selular atau internet yang kita akses.
3. Penggandaan Nomor telepon
Pelaku dengan keahlianya membuat kartu telepon dan mengisi kartu teleon
tersebut
dengan
nomor
yang
sudah
terdaftar
di
perusahaan
telekomunikasi,sehingga nomor tersebut menjadi ganda,dan pembayaran telepon
dari nomor yang ganda dibebankan ke nomor telepon yang asli,sehingga
merugikan yang mempunyai nomor asli.
4. Menipu konsumen telepon
Modus operandi ini pelakunya adalah orang dalam dari perusahaan
telekomunikasi,seperti telkom dengan cara memutus jaringan teleopon konsumen
dan menyambungkanya ke jaringan lain seperti jasa telekomunikasi yaitu warung
telepon (wartel) yang dimiliki sendiri oleh pegawai perusahaan telekomunikasi
tersebut dan biaya wartel tersebut dibebankan ke jaringan telepon konsumen.
5. Penipuan melalui layanan SMS ( short massage servis )
Pelaku mengirimkan SMS kepemilik telepon seluler dengan kata-kat
sehingga konsumen mengikuti perintah yang ada di SMS dan setelah diikuti
barulah pulsa pemilik telepon seluler tersebut di ambil.
Hal diatas hanya beberapa modus operandi pelaku yang hingga sekarang di
temukan, sehingga jelas bahwa kejahatan cyber khususnya dalam hal pencurian
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
pulsa ini pelakunya memeiliki ilmu pengetahuan di bidang teknologi informasi
dan telekomunikasi yang tinggi yang membuat kejahatan ini tidak semua atau
sembarang orang yang melakukannya.
2. KEJAHATAN AKSES KOMUNIKASI
FRAUD TELEKOMUNIKASI
Yaitu kecurangan yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan keuntungan
secara tidak jujur atau tidak sah menurut hukum, sebuah penipuan, korupsi
(termasuk memanfaatkan fasilitas orang lain), atau penyalahgunaan wewenang
(termasuk pembocoran rahasia)”.Contoh :Fraud Telekomunikasi Meskipun cara
untuk melakukan fraud telekomunikasi terus menerus berubah, namun untuk
memberikan gambaran seperti apa bentuk fraud yang terjadi pada jaringan
telekomunikasi maka berikut beberapa contoh bentuk fraud yang ditemukan di
beberapa negara :
1. Clip On fraud : dilakukan dengan cara memparalel pair kabel telepon orang
lain atau telepon umum secara phisik.
2. Automated Attendant Fraud : (salah satu jenis PBX fraud) Automated
attendant adalah salah satu feature yang dimiliki oleh PBX untuk membimbing
panggilan yang masuk agar dapat berhubungan dengan extension yang dituju.
Fraudster yang mengetahui sifat-sifat feature ini dapat mencari kelemahannya
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
untuk dapat memperoleh dial tone dari PSTN dan kemudian digunakan untuk
panggilan ke nomor yang diinginkan.
3. Subscription Fraud : bentuk fraud yang dilakukan dengan memanipulasi data
pribadi pada saat pengajuan sambungan telepon, sehingga jumlah pemakaian pulsa
yang besar (biasanya dibisniskan/ditawarkan kepada orang lain dengan harga yang
relatif murah) tidak dapat ditagihkan karena dia telah berpindah tempat sebelum
tagihan datang. Di negara maju pun yang telah menerapkan management fraud
mengidentifikasikan bahwa jenis fraud ini cukup besar. Biasanya pada bulan-bulan
pertama berlangganan, dia berlaku sebagai pelanggan yang baik-baik dengan
jumlah biaya pemakaian yang sedang dan pembayaran tepat waktu.
4. Cloning Fraud : adalah salah satu bentuk fraud telepon cellular, dilakukan
dengan penyadapan (merekam) ESN (Electronic Serial Number) dan MIN (Mobile
Identification Number) kepunyaan orang lain dan menggunakannya pada pesawat
gandaan/paralel ilegal, dengan demikian tagihan akan dibebankan kepada pemilik
yang sah.
5. Social Engineering Fraud : kegiatan fraud yang dilakukan dengan
menggunakan keuletan fraudster untuk memperoleh informasi rahasia, kode akses
atau password yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan panggilan. Fraud ini
kebanyakan dilakukan di tempat-tempat sosial yang menggunakan PBX, seperti
asrama atau rumah sakit. Misalnya mengaku sebagai kepala asrama atau dokter
kepada operator dan ingin melakukan panggilan keluar.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
6. Call Forwarding Fraud : fraud ini dilakukan pada telepon yang mempunyai
fasilitas call forwarding. Dengan keahliannya fraudster memperoleh password
sipelanggan resmi untuk dapat melakukan forwarding ke nomor lain yang
diinginkan. Selanjutnya fraudster menawarkannya kepada pemakai terutama untuk
pangilan interlokal atau internasional dengan biaya yang lebih murah.
C.
Kesengajaan
ataupun
Kelalaian
terhadap
seseorang yang
melakukan tindak pidana pencurian pulsa telepon.
A. Setiap delik umumnya terdiri dari dua unsur pokok yaitu :
1) Unsur pokok subyektif yaitu dipenuhi unsur kesalahan yang dapat berupa :
(a) Kesengajaan (dolus) yang bentuknya :
(1) Sengaja berinsaf kemungkinan.
(2) Sengaja berinsaf kepastian.
(3) Sengaja sebagai tujuan/maksud.
(b) Kealpaan/kelalaian (culpa)
(1) Alpa yang ringan (Levis), tidak hati-hati (tidak berinsaf kemungkinan).
(2) Alpa yang berat (Lata), dapat menduga akibat perbuatan itu (berinsaf
kemungkinan).
2) Unsur pokok obyektif terdiri dari :
(a) Perbuatan manusia (positif atau negatif)
(b) Menimbulkan akibat membahayakan, merusak /menghilangkan kepentingan/
kepentingan
yang dipertahankan oleh hukum, misalnya nyawa, badan,
kemerdekaan, harta milik / benda, kehormatan dan sebagainya.
(c) Keadaan-keadaan yang dibedakan :
(1) Keadaan sebelum/saat perbuatan dilakukan.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
(2) Keadaan setelah perbuatan dilakukan.
(d) Sifat dapat dihukum berkenaan dengan hukum.
(1) Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang membebaskan dari
hukuman.
(2) Sifat melawan hukum adalah bertentangan dengan hukum ( larangan atau
perintah).
Kecanggihan ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini semakin
berkembang dengan pesat, hal tersebut juga telah membawa perkembangan yang
signifikan terhadap dunia teknologi informasi. Dapat kita lihat dengan adanya
internet
sebagai media yang sangat penting dalam bidang informasi dan
telekomunikasi.
Kehadira kartu telepon juga sangan terkait dengan kejahatan telepon
sebagai alat untuk
dipergunakan dalam mengakses jaringan internet dan alat
komunikasi jarak jauh sehingga dieluruh penjuru dunia dimana jaringan
telekomunikasi dapat dijangkau. Tidak ketinggalan juga seiring dengan
perkembangan internet dan komputerisasi ,telepon selular atau sering juga disebut
sebagai telepon mobil nirkkabel,ponsel ,wairres HP,dngan berbagai jenis
perkembangan ini memunculkan juga berbagai jenis kejahatan,karena income
yang tinggi dari perkembangan teknologi itu sendiri membuat orang-orang yang
sangat pintar dalam hal kegiatan cyber dengan sengaja melakukan kejahatankejahatan untuk mendapatkan sesuatu tanpa hak dan ilegal serta merugikan orang
lain.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Dari modus kejahatan penipuan dengan menggunakan salah satu layanan
SMS dan juga pencurian pulsa dapat dikatakan bahwa kejahatan ini sudah sangant
canggih. Dari kecanggihan inilah maka hubungan antara komputer,internet dan
telepon selular sanagt etar dalam dunia teknologi informasi saat ini.
Kegiatan yang dilakukan secara sengaja ataupun lalai dari kejahatan ini
utamanya untuk mengambil keuntungan dari apa yang dimiliki orang lain sehingga
sangat merugikan pihak-pihak yang terkait didalamnya. Kesengajaan dalam
kejahatan ini sudah jelas memenuhi unsur kesalahan karena dilakukan dengan
sengaja bertujuan atau dengan suatu maksud tertentu yang pelaku telah
mengetahui bahwa perbuatanya sudah melaggar hukum dan merugikan orang lain.
Dari unsur-unsur ini maka si pelaku dapat dimintakan pertanggung jawaban
pidananya.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
D. Penanggulangan kejahatan di bidang komunikasi
Penanggulangan terhadap cybercrime dalam bentuk hacking dan juga dalam
bentuk penyadapan saluran pulsa telepon perlu diimbangi dengan pembenahan dan
pembangunan sistem hukum pidana secara menyeluruh, yakni meliputi pembangunan
kultur, struktur dan subtansi hukum pidana. Dalam hal ini kebijakan hukum pidana
menduduki posisi yang strategis dalam pengembangan hukum pidana modern. Istilah
kebijakan berasal dari bahasa Inggris policy atau dalam bahasa Belanda politiek yang
secara umum dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip umum yang berfungsi untuk
mengarahkan pemerintah dalam mengelolah, mengatur atau menyelesaikan urusanurusan publik, masalah- masalah masyarakat atau bidang-bidang penyusunan
peraturan perundang-undangan dan pengaplikasian hukum/peraturan, dengan suatu
tujuan yang mengarah pada upaya mewujudkan kesejahteraan atau kemakmuran
masyarakat (warga negara). Oleh karena itu istilah kebijakan hukum pidana dapat
pula disebut dengan istilah politik hukum pidana.
Marc Ancel menyatakan, bahwa modern criminal science terdiri dari 3 (tiga)
komponen,
yakni
criminology,
criminal
law dan
penal
policy.
Menurut
pandangannya, penel policy adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya
mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan
secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya pada pembuat undangundang, tetapi juga pengadilan yang menerapkan undang-undang dan juga kepada
para penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan. Dengan demikian yang
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
dimaksudkan peraturan hukum positif (the positive rules) adalah peraturan
perundang-undangan pidana.
Dalam kaitannya dengan jenis kejahatan ini, maka kebijakan hukum pidana
adalah garis kebijakan untuk menentukan:
1) Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah atau
diperbaharui (in welk opzicht de bestaande straf bepalingen herzien dienen te
worden);
2) Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana (wat gedaan
kan worden om strafrechtelijk gedrad verkomen);
3) Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana
harus
dilaksanakan
(hoe
de
opsporing,
vervolging,
berechting
en
tenuitvoerlegging van straffen dient te verloppen). 32
Penangulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana merupakan
bagian dari penegakan hukum (law enforcement), oleh Karena itu kebijakan hukum
pidana merupakan bagian dari penegakan hukum. Proses pembuatan undang-undang
pidana bertujuan memberikan perlindungan masyarakat (social defence) dan
mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). Berdasarkan tujuan di atas
diharapkan sistem hukum pidana yang ada dapat mengantisipasi keadaan
normlessness untuk memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat. Kejahatan hacking
sebagai sebuah kejahatan baru memberikan sebuah pemahaman terhadap keberadaan
32
Mieke Komar Kantaatmadja, CYBERLAW : Suatu Pengantar, (Bandung : ELIPS, 2001).
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
hukum pidana kita. Disatu sisi penerapannya terbentur asas legalitas, sedangkan di
sisi lain kepastian hukum dan rasa keadilan wajib untuk dipenuhi. Asas legalitas
(principle of legality) sebagai dasar pemidanaan menentukan bahwa tidak ada
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih
dahulu
dalam
perundang-undangan.
Hal
ini
bertujuan
untuk
memberikan
perlindungan hukum bagi warganegara terhadap kekuasaan tanpa batas dari
pemerintah. Kebijakan hukum pidana (tataran aplikatif) sangat dipengaruhi sistem
hukum yang berlaku saat ini.
Hukum pidana Indonesia yang ada saat ini dan pengembangan ke depan
dipengaruhi oleh tradisi hukum civil law. Politik hukum yang cenderung mengarah
pada tradisi civil law mengandung konsekuensi sebagai berikut:
1. Peraturan perundang-undangan harus dirumuskan secara teliti dan lengap
sehingga diharapkan mampu menjangkau semua permasalahan yang timbul.
2. Asas legalitas ditempatkan sebagai landasan yang bersifat fundamental dan
dalam pelaksanaannya harus dijunjung tinggi tanpa kecuali.
Operasionalisasi
peraturan
perundang-undangan
diupayakan
seoptimal
mungkin untuk menangani berbagai kasus yang bervariasi dengan pendekatan
penafsiran (interpretasi). Kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan
hacking dapat ditempuh dengan pembaharuan hukum pidana, pada hakekatnya adalah
suatu upaya untuk melakukan re-orientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai
dengan nilai-nilai sentral sosio-politik, sosio filosofik dan sosio cultural masyarakat
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Indonesia yang melandasi kebijakan social, kebijakan criminal dan kebijakan
penegakan hukum Indonesia. Indonesia saat ini sedang melakukan langkah-langkah
kebijakan harmonisasi dengan negara-negara lain, khususnya dalam lingkungan
ASEAN menyangkut masalah cybercrime. Antisipasi masalah cybercrime tidak hanya
melalui penyusunan Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik oleh tim gabungan Depkominfo dengan perguruan tinggi,
namun juga berusaha mengkaji lagi Undang –undang No.36 tahun 1999 tentang
Telekomunikasi apakah masih sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
telekomunikasi dan juga mengantisipasinya dalam penyusunan konsep KUHP baru.
Kebijakan sementara ditempuh di dalam konsep KUHP baru tahun 2006 adalah
sebagai berikut: Konsep KUHP tahun 2006 memperluas dan memberi kejelasan
definisi tentang beberapa aspek yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan masalah cybercrime.
Pengertian “barang” (Pasal 174 Konsep KUHP tahun 2006) di dalamnya
termasuk benda tidak berwjud berupa data dan program komputer, jasa
telepon/telekomunikasi/jasa komputer.
P
 engertian “anak kunci” (Pasal 178 di Konsep KUHP tahun 2006 ) dalamnya
termasuk kode rahasia, kunci komputer, kartu magnetic, signal yang telah deprogram
untuk membuka sesuatu.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Pengertian “surat” (Pasal 188 Konsep KUHP tahun 2006) termasuk data
tertulis atau tersimpan dalam disket, pita magnetic, media penyimpan komputer atau
penyimpan data elektronik lainnya; Pengertian “ruang” (Pasal 189) termasuk
bentangan atau terminal komputer yang dapat diakses dengan cara-cara tertentu;
sistem komputer;
Pengertian jaringan “telepon” (Pasal 191 Konsep KUHP tahun 2006) termasuk
jaringan komputer atau sistem komunikasi komputer. Pengertian-pegertian ini
menjelaskan bahwa konsep KUHP baru tidak hanya berupaya mengantisipasi masalah
cybercrime maupun computer crime melainkan juga berupaya mengantisipasi
telecommunication crime.
Berikut ini cara penanggulangannya :
a. Mengamankan sistem
Tujuan yang nyata dari sebuah sistem keamanan adalah mencegah adanya
perusakan bagian dalam sistem karena dimasuki oleh pemakai yang tidak diinginkan.
Pengamanan sistem secara terintegrasi sangat diperlukan untuk meminimalisasikan
kemungkinan perusakan tersebut. Membangun sebuah keamanan sistem harus
merupakan langkah-langkah yang terintegrasi pada keseluruhan subsistemnya, dengan
tujuan dapat mempersempit atau bahkan menutup adanya celah-celah unauthorized
actions yang merugikan.
Pengamanan secara personal dapat dilakukan mulai dari tahap instalasi sistem
sampai akhirnya menuju ke tahap pengamanan fisik dan pengamanan data. Pengaman
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
akan adanya penyerangan sistem melaui jaringan juga dapat dilakukan dengan
melakukan pengamanan FTP, SMTP, Telnet dan pengamanan Web Server.
b. Penanggulangan Global
The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah
membuat guidelines bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan
computer-related crime, dimana pada tahun 1986 OECD telah memublikasikan
laporannya yang berjudul Computer-Related Crime : Analysis of Legal Policy.
Menurut OECD, beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara
dalam penanggulangan cybercrime adalah :
1) melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya.
2) meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar
internasional.
3) meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai
upaya pencegahan,
investigasi dan penuntutan perkara-perkara
yang
berhubungan dengan cybercrime.
4) meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta
pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi.
5) meningkatkan kerjasama antarnegara, baik bilateral, regional maupun
multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
c. PERAN POLISI
Dengan semakin maraknya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan
membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan dan kebudayaan yang ada di
masyarakat. Karena pada dasarnya kemajuan dan perkembangan berdampak positif
dan negatif. Untuk mengantisipasi kemajuan dan perkembangan jaman yang dibawa
ke arah negatif maka dalam hal ini, peran para aparat penegak hukum khususnya Polri
sangat dituntut untuk lebih tegas dalam menegakkan hukum dan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan yang telah ada.
Banyak faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam upaya mengungkap
pencurian pulsa tersebut terutama di pihak penyidik dalam hal ini kepolisian sehigga
membuat kepolisisan seperti tidak mengerti akan kejahatan yang dihasilkan dari
kegiatan cyber.
Tindak pidana cybercrime cukup marak di Indonesia dan Kepolisian Republik
Indonesia menyadari betul kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana yang
bersifat borderless ini. Untuk sementara ini, perhatian terutama diarahkan pada tindak
pidana credit card fraud atau yang populer dengan istilah carding.
Kendala yang Dihadapi Penyidik
Perangkat hukum yang memadai
Undang-undang atau perangkat hukum positif adalah instrument terakhir
dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu penyidikan karena penerapan delikAde Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
delik hukum yang salah akan mementahkan penyidikan yang dilakukan.Walaupun
penyidiknya sudah mampu dan memahami profil dan budaya para hacker/preker,
teknikteknik serta modus operandi para hacker/preker, serta sudah didukung oleh
laboratorium yang canggih sekalipun.
Kemampuan penyidik
Secara umum penguasaan operasional komputer dan pemahaman terhadap
hacking komputer serta kemampuan melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus
tersebut dari para penyidik Polri masih sangat minim. Banyak factor yang
mempengaruhi hal tersebut namun dari beberapa faktor tersebut ada yang sangat
berpengaruh (determinan). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai
berikut:
a. Kurangnya pengetahuan tentang komputer dan sebagian besar dari mereka belum
menggunakan Internet atau menjadi pelanggan pada salah satu ISP (Internet Service
Provider)
b. Pengetahuan dan pengalaman para penyidik dalam menangani kasus-kasus cyber
crime masih terbatas. Mereka belum mampu memahami teknik hacking, modusmodus
operandi para hacker dan profil-profilnya.
c. Faktor sistem pembuktian yang menyulitkan para penyidik karena Jaksa (PU)
masih meminta keterangan saksi dalam bentuk Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
formal sehingga diperlukan pemanggilan saksi/korban yang berada di luar negeri
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
untuk dibuatkan berita acaranya di Indonesia , belum bisa menerima pernyataan
korban atau saksi dalam bentuk faksimili atau email sebagai alat bukti.
Fasilitas komputer forensic
Untuk membuktikan jejak-jejak para hacker, cracker dan precker dalam
melakukan aksinya terutama yang berhubungan dengan program-program dan datadata komputer, sarana Polri belum memadai karena belum ada computer forensik.
Fasilitas ini diperlukan untuk mengungkap data-data digital serta merekam dan
menyimpan bukti-bukti berupa soft copy (image, program, dsb). Dalam hal ini Polri
masih belum mempunyai fasilitas forensic computing yang memadai.
Strategi Penyidikan
Penyempurnaan perangkat hukum
Polri bekerja sama dengan para ahli hukum dan organisasi lainnya yang sangat
berkepentingan atau keamanan usahanya tergantung dari kesempurnaan undangundang di bidang cyberspace (pengusaha e-commerce dan banking) sedang
memproses untuk merancangnya agar di Indonesi terwujud cyberlaw yang sempurna.
Upaya tersebut secara garis besarnya adalah: menciptakan undang-undang yang
bersifat lex specialist, menyempurnakan undang-undang pendukungnya dan
melakukan sintesa serta analogi yang lebih luas terhadap KUHP. Hal ini dilakukan
dengan bekerja sama dengan universitas-universitas yang ada di Indonesia dan
instansi lainnya yang terkait (Telkom).
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Mendidik para penyidik
Dalam hal menangani kasus cybercrime diperlukan penyidik yang sudah
cukup berpengalaman (bukan penyidik pemula), pendidikannya diarahkan untuk
menguasai teknis penyidikan dan menguasai administrasi penyidikan serta dasardasar pengetahuan di bidang komputer dan profil hacker.
Membangun fasilitas forensic computing
Fasilitas forensic computing yang akan didirikan Polri diharapkan akan dapat
melayani tiga hal penting, yaitu:
a. evidence collection
b. forensic analysis
c. expert witness
Meningkatkan upaya penyidikan dan kerja samainternasional
Dalam hal penanganan kasus cyber crime dan kasuskasus penyalahgunaan
kartu kredit, Polri telah melakukan koordinasi/joint investigation dengan pihak US
Secret Services baik di Semarang maupun di D.I. Yogyakarta . Terhadap kasus-kasus
penggunaan nomor-nomor kartu kredit secara tidak sah yang terjadi dan sedang dalam
proses penyidikan Polri, tersangka dapat divonis sebagaimana kejahatan yang
dilakukannya. Untuk itu, yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan penelitian ulang terhadap TKP, para saksi dan berkas-berkas perkara
cyber crime yang sedang ditangani oleh para penyidik Polri.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
b. Sworn written affidafit/BAP Sumpah untuk saksi dan korban yang berada di luar
negeri dilakukan dengan bantuan US Secret Service dan disosialisasikan kepada PU
dan pengadilan untuk menjadi alat bukti yang sah dalam proses pengadilan.
c. Melakukan koordinasi dengan jaksa pengiriman internasional dalam hal
pengungkapan perkara.
d. Melibatkan saksi ahli dari AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia ).
Upaya Penanggulangan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya penanggulangan kejahatan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana komputer adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan sistem keamanan jaringan daninformasi.
b. Memasang kontrol akses untuk menyaring user/pemakai sehingga hanya pemilik
saja yang dapat menggunakan jaringan tersebut.
c. Melakukan penyaringan terhadap isi dari komunikasi elektronik.
d. Mencegah akses ke situs yang tidak berkaitan dengan bidang tugasnya.
d. Peran Masyarakat
Masyarakat sebagai konsumen dan sekaligus pihak yang dirugikan baik
pengguna telepon selular ataupun telepon rumah sangat diharapkan kerja samanya
jika masyarakat mengalami kejadian yang membuat hilangnya pulsa di telepon seluler
atau membengkaknya tagihan telepon rumah atau seluler padahal konsumen tidak
merasa pemakaian telepon yang berlebihan, ada beberapa hal yang harus dilakukan
masyarakat sebagai konsumen yaitu :
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
1. Memberikan
komplen/keluhan,klarifikasi
terhadap
perusahaan
jasa
telekomunikasi tersebut bahwa pemakaian pulsa telepon tersebut tidak
sebanyak tagihan telepon yang ada.
2. Melaporkan ke YLKI ( yayasan konsumen indonesia ) jika keluhan tidak
ditanggapi oleh pihak perusahaan jasa telekomunikasi.
3. Melaporkan kepihak kepolisian agar tindak pidanya ini langsung di selidiki
sehingga tidak berlarut-larut.
e. Membuat Pendeteksi Dini Terjadinya Pencurian Pulsa Pada
Pesawat Telepon Pelanggan
Pencurian pulsa telepon merupakan hal yang sedang marak akhir-akhir ini.
Definisi pencurian pulsa adalah segala macam usaha untuk dapat menggunakan
fasilitas telekomunikasi yang disebut telepon tanpa harus mengeluarkan biaya pulsa
yang sudah ditentukan atau secara tidak sah. Jenis-jenis pencurian pulsa telepori
sangat beragam, namun yang jelas pencurian pulsa telepon tersebut sangat merugikan
berbagai fihak yaitu pelanggan telepon dan kantor sentra telepon.
Pembuatan alat deteksi pencurian pulsa telepon ini dikhususkan pada kasus
pencurian pulsa telepon yang paling sederhana yaitu pencurian dengan pemaralelan
jalur telepon kabel milik pelanggan (kabel jalur telepon yang menuju ke pelanggan).
Apabila telah terpasang nomor satuan sambungan telepon dan kabel jalur telepon
yang menuju suatu tempat baik itu di rumah, kantor atau dimana saja, maka asalkan
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
ada pesawat telepon, setiap orang dapat menggunakan jalur telepon tersebut. Tentu
saja penggunaan pulsa telepon itu akan dicatat oleh kantor sentra telepon, tanpa
memperdulikan siapa yang menggunakan telepon tersebut. Apabila terjadi pencurian
pulsa telepon pada jalur ini, maka akan terjadi pembengkakan tagihan rekening pulsa
yang akan sangat merugikan pelanggan yang jalur teleponnya diparalel oleh
seseorang secara tidak sah tersebut.
Pada jalur telepon terdapat tegangan arus searah (DC) sebesar 50 volt pada
saat gagang pesawat telepon diletakkan (on hook), dan bila diangkat arus akan
mengalir melalui pesawat telepon dan tegangan jalur akan turun menjadi 6 – 8 volt.
Fenomena ini dapat dimanfaatkan untuk membuat sebuah alat pendeteksi terjadinya
pencurian pulsa telepon dengan cara pemaralelan jalur telepon, dan selanjutnya alat
deteksi akan memberitahukan dan mencegah pencurian pulsa telepon tersebut. Prinsip
kerja alat deteksi ini adalah mendeteksi terjadinya penurunan tegangan pada jalur
telepon yaitu dan 50 volt menjadi 6 8 volt, dimana hal ini menunjukkan terjadi
pengangkatan gagang pesawat telepon dan pesawat telepon yang tersambung
pada jalur tersebut (ada 2 kemungkinan, yaitu pesawat telepon pelanggan yang sah
atau milik pencuri pulsa). Alat ini juga dilengkapi dengan deteksi hubung singkat dan
hubung buka.
Alat deteksi ini bekerja secara otomatis sehingga tidak menggangu kinerja
pesawat telepon pelanggan dan kantor sentra telepon. Dan segi inovatif hal ini
merupakan terobosan baru untuk mempersingkat proses pengaduan pelanggan ke
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
kantor sentra telepon. Sedangkan segi produktifnya pembuatan alat deteksi ini mudah,
relatif murah dan komponennya mudah didapatkan di pasaran, dapat diproduksi baik
dalam skala industri rumah tangga maupun industri besar dan mempunyai prospek
penjualan yang baik sehingga dapat mendatangkan keuntungan.
Ke-empat hal diataslah yang harus dilakukan masyarakat agar tidak ada lagi
korban dengan masalah pencurian pulsa ini.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
BAB IV
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN
PULSA TELEPON
A. Profil Pelaku Pencurian pulsa telepon
Tindak pidana menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala
sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban, pelaku dan masyarakat
dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan menentramkan hati. 33
Pelaku harus dibantu untuk sadar akan kerugian atau kerusakan yang timbul
dan dibantu dalam menunaikan kewajibannya untuk secara maksimal memulihkan
kerugian atau kerusakan yang timbul sebagai akibat dari perbuatannya. Kesadaran
yang muncul, keinginan untuk memulihkan, dan pelaksanaan pemulihan kerugian
atau kerusakan diharapkan muncul karena kerelaan dari para pelaku tindak pidana
bukan dikarenakan adanya paksaan dari pihak lain, di sisi lain, masyarakat juga
mempunyai kewajiban terhadap korban dan pelaku tindak pidana dalam
mengintegrasikan mereka kembali ke dalam masyarakat dan menjamin keterbuka
luasnya kesempatan bagi para pelaku untuk dapat memperbaiki dan kembali aktif di
dalam masyarakat. 34
Karena pelaku merupakan orang-orang yang memiliki keterampilan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat tinggi, namun keahlian mereka disalah
33
Soerjono Soekanto, Pokok – Pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997,
hal 64
34
Syafruddin Kalo, Aspek Kebijakan penegakan dan pengembangan Hukum Pidana, Rineka
Cipta Jakarta, 1991, hal 85
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
gunakan untuk kepentingan yang merugikan orang lain. Kita dapat melihat dari
berbagai modus operadi pada kasus-kasus pencurian pulsa telepon semuanya
menggunakan alat-alat teknologi informasi seperti komputer untuk mengakses
internet, telepon selular dan lain-lain. Penjelasan perbuatan pelaku dengan modusmodus operandi tindak pidana pencurian pulsa telepon adalah sebagai berikut:
1. Membangun VOIP terlarang
Pelaku membangun suatu jaringan yaitu VOIP (voice over internet
protocol),dengan adanya VOIP ini pelaku dapat memberikan suatau jasa telepon
Internasional namun dengan tarif local dengan membuat kartu telepon dan dijual
kekonsumen tanpa ada izin dari perusahaan telekomunikasi dan departemen yang
terkait.
2. Membobol/mengakses jaringan perusahaan jasa telekomunikasi tanpa
sepengetahuan perusahaan jasa tersebut.
Pelaku membobol/mengakses jaringan perusahaan telekomunikasi,kemudian
mengambil pulsa dan mengirimkannya ke jaringan yang dipunyai pelaku seperti
telepon selular atau internet yang kita akses.
3. Penggandaan Nomor telepon
Pelaku dengan keahlianya membuat kartu telepon dan mengisi kartu teleon tersebut
dengan nomor yang sudah terdaftar di perusahaan telekomunikasi,sehingga nomor
tersebut menjadi ganda,dan pembayaran telepon dari nomor yang ganda dibebankan
ke nomor telepon yang asli,sehingga merugikan yang mempunyai nomor asli.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
4. Menipu konsumen telepon
Modus operandi ini pelakunya adalah orang dalam dari perusahaan
telekomunikasi,seperti telkom dengan cara memutus jaringan teleopon konsumen dan
menyambungkanya ke jaringan lain seperti jasa telekomunikasi yaitu warung telepon
(wartel) yang dimiliki sendiri oleh pegawai perusahaan telekomunikasi tersebut dan
biaya wartel tersebut dibebankan ke jaringan telepon konsumen.
5. Penipuan melalui layanan SMS ( short massage servis )
Pelaku mengirimkan SMS kepemilik telepon seluler dengan kata-kat sehingga
konsumen mengikuti perintah yang ada di SMS dan setelah diikuti barulah pulsa
pemilik telepon seluler tersebut di ambil.
Hal diatas hanya beberapa modus operandi pelaku yang hingga sekarang di
temukan, sehingga jelas bahwa kejahatan cyber khususnya dalam hal pencurian pulsa
ini pelakunya memeiliki ilmu pengetahuan di bidang teknologi informasi dan
telekomunikasi yang tinggi yang membuat kejahatan ini tidak semua atau sembarang
orang yang melakukannya.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
B. Pertanggungjawaban tindak pidana pencurian Pulsa telepon
Berbicara mengenai tanggung jawab, tidak akan terlepas siapa yang tanggung
jawab atas sesuatu perbuatan-perbuatan kepada siapa perbuatan dapat dipertanggung
jawabkan serta apakah setiap orang yang melakukan suatu perbuatan dimana akibat
dari perbuatannya tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi orang, dapat
dipertanggung jawabkan oleh si pembuat.
Tidak semua orang yang telah melakukan suatu perbuatan dimana akibat dari
perbuatannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Misalnya seorang
gila melakukan suatu perbuatan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain,
bahkan akibat dari perbuatan itu dapat menghilangkan nyawa orang lain. Terhadap
orang gila tersebut, akibat dari perbuatan yang ia telah lakukan tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 44 ayat 1
KUHAP yang menyebutkan bahwa barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau
karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum. Hal tersebut adalah dapat diterima
karena seorang yang gila dalam melakukan perbuatan, dia tidak menyadari akan
akibat dari perbuatannya tersebut dan tidak akan pernah mau memikirkan resiko
akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya. Dan karena kurang sempurna akalnya
tadilah yang menyebabkan seseorang dianggap tidak cakap dalam melakukan suatu
perbuatan hukum seperti untuk melakukan suatu perjanjian dengan pihak lain atau
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
dalam perbuatan-perbuatan hukum lainnya. Bahkan tanggungjawab itu akan hapus
meskipun seseorang telah melakukan perbuatan melanggar hukum sekalipun.
Kalau dirinci secara lebih sederhana, maka tanggungjawab itu meliputi:
1. Tanggung jawab kontraktual atau tanggung jawab berdasarkan adanya suatu
perjanjian yang dibuat oleh dua pihak atau lebih.
2. Tanggung jawab perundang-undangan atau tanggung jawab berdasarkan
adanya suatu perbuatan melanggar hukum. 35
Pengertian tanggung jawab itu sebenarnya cukup luas pengertiannya, dikatakan
demikian karena tanggung jawab itu mempunyai pengertian berbeda-beda, tergantung
dari pada objek tanggung jawab sendiri. Akan tetapi dapat ditarik suatu pengertian
secara umum bahwa pengertian tanggung jawab itu adalah suatu resiko tersebut dapat
berupa sesuatu suatu kerugian yang diderita oleh si pembuat atau berupa sesuatu yang
harus dijalani oleh si pembuat seperti tanggung jawab seseorang yang melakukan
suatu perbuatan yang akibatnya diatur dalam KUHAP..
Aktivitas pokok dari pencurian pulsa telepon ini pertanggungjawabannya
dapat kita lihat dari terpenuhinya unsur- unsur tindak pidana yaitu perbuatan
dilakukan dengan sengaja, merugikan orang lain, tanpa hak dan izin memiliki barang
milik orang lain terutama pada pulsa yang di curi. Pertanggung jawaban dari tindak
pidana ini masih menggunakan pasal-pasal dalam KUHPidana, walaupun ada juga
yang dapat dikenakan pasal diluar KUHPidana seperti pada Undang- uandang
35
Siahaan, N.H.T, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,
Penerbit Pantai Rei, Jakarta, 2005. hal 52
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Telekomunikasi no.36 thun 1999,namun tindak pidana pencurian pulsa ini hal
pokonya yaitu pencurian pengaturan pertanggungjawabanya masih mengacu pada
KUHPidana yaitu pasal 362 KUHPidana tentang pencurian, karena belum adanya
Undang –undang diluar KUHPidana mengatur tindak pidana pencurian pulsa telepon.
Sebab-sebab pasal 362 KUHPidana yang digunakan karena yaitu:
Adapun mengenai”pulsa telepon” yang dapat menghasilkan “jasa” dalam
bidang telekomunikasi, kiranya juga dapat diartikan sebagai
b. Barang yang tidak berwujud
b. Sebagai suatu yang mempunyai nilai ekonomis.
Kemudian cara pengambilan pulsa telepon dapat dimasukkan ke dalam
“mengambil” sebagaimana yang telah diperluas penafsirannya yaitu dengan tanpa
memegang ataupun memindahkan sesuatu barang secara fisik.
Dengan demikian apabila perluasan penafsiran mengenai pemakai pulsa
telepon tanpa hak tersebut dapat diterima, maka kiranya tidak akan menjadikan
persoalan untuk menerapkan ketentuan Pasal 362 KUHP terhadap pelaku manipulasi
pulsa telepon itu, apabila dapat tertangkap dan terbukti atas perbuatannya.
Perbuatan –perbuatan pidana lain yang mendukung kegiatan pencurian pulsa
telepon tersebut juga yang diatur dalam KUHPidana seperti:
Penggelapan pasal 372 KUHPidana
Ancaman hukumannya 4 tahun penjara
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Penipuan pasal 378 KUHPidana
Ancaman hukumannya 4 tahun penjara
Pengerusakan pasal 406 KUHPidana
Ancaman hukumannya 2 tahun 8 bulan penjara
Pemalsuan pasal 263 KUHPidana
Ancaman hukumannya 6 tahun penjara
Perbuatan –perbuatan pidana lain yang mendukung kegiatan pencurian pulsa
telepon tersebut
ada juga yang diatur di luar KUHPidana merupakan kegiatan
cybercrime, karena mengakses langsung kejaringan komputer untuk melakukan
pencurian pulsa telepon.
Dalam hal kejahatan cyber di bidang telekomunikasi pemerintah telah
melindungi dengan ketentuan Undang-undang No. 36 tahun 1999 tentang
telekomunikasi yang teraplikasi pada Pasal 7 ayat 1 undang-undang no 36 tahun 1999
menyebutkan bahwa:
Penyelenggaraan telekomunikasi meliputi :
a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;
b. penyelenggaraan jasa telekomunikasi;
c. penyelenggaraan telekomunikasi khusus.
Sedangkan perbuatan yang dilarang dan ketentuan pidananya terkait dengan
Pasal 7 ayat 1 undang-undang ini terdapat pada Pasal 22 (perbuatan yang dilarang)
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
dan Pasal 50 (ketentuan pidana) Undang –undang No.36 tahun 1999 tentang
Telekomunikasi yaitu:
Pasal 22
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi :
a. akses ke jaringan telekomunikasi; dan atau
b. akses ke jasa telekomunikasi; dan atau
c. akses ke jaringan telekomunikasi khusus.
Ketentuan pidana Pasal 22
Pasal 50
“Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling
banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”.
Pasal 19
Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin kebebasan penggunanya
memilih jaringan telekomunikasi lain untuk pemenuhan kebutuhan telekomunikasi.
Penomoran
Pasal 23
(1) Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan jasa telekomunikasi
ditetapkan dan digunakan sistem penomoran.
(2) Sistem penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 24
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Permintaan penomoran oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau
penyelenggara jasa telekomunikasi diberikan berdasarkan sistem penomoran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
Pasal 48
Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
C. Beberapa contoh kasus
Suatu hari Liana Sutrisno, ibu rumah tangga yang tinggal di Duri Kosambi,
Cengkareng, Jakarta Barat, kaget bukan kepalang. Tagihan telepon rumahnya untuk
bulan April 2003 tiba-tiba menggelembung jadi Rp 1,8 juta. Biasanya setiap bulan dia
cuma membayar sekitar Rp 80 ribu. Ini diketahui dari Heru, anak pertamanya, yang
akan membayarnya lewat ATM. "Ma, kok mahal sekali tagihan teleponnya, mungkin
salah?" kata sang anak. Karena penasaran, Sutrisno, suaminya, mendatangi Kantor
Telkom Sumur Bor, Cengkareng, pertengahan April silam. Hasilnya? Pihak Telkom
menyatakan, tak ada kesalahan penagihan. Tak puas dengan keterangan ini, akhirnya
Liana mengadu ke Kantor Daerah Telekomunikasi Jakarta Barat. Di sana ibu empat
anak ini tambah terkejut. Ternyata yang membuat layanan membengkak adalah
tagihan premium call, yang biasa dipakai untuk menjawab kuis, konsultasi, atau
mengobrol asyik. Tarif layanan ini memang tinggi, Rp 3.300 per menit, jauh dari tarif
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
pulsa biasa yang sekitar Rp 250 per tiga menit. Liana geleng-geleng karena setelah
dicek ke semua anggota keluarganya, tak ada yang memakai layanan mahal itu.
"Soalnya, yang menanggung biaya telepon saya itu kan anak saya. Jadi kami tahu
diri," ujarnya kepada TEMPO. Yang lebih mengherankan, dalam slip itu juga terdapat
tagihan Telkomnet Instan. Padahal, di rumah Liana cuma ada komputer rusak tanpa
modem. Jadi tak mungkin dipakai untuk main internet. Kasus yang dialami keluarga
Liana ternyata juga menimpa puluhan keluarga lain. Dari tumpukan pengaduan
gangguan telepon yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
selama Januari hingga September 2002, kasus premium call menduduki peringkat
teratas. Jumlahnya mencapai 25 persen dari puluhan pengaduan. Tahun sebelumnya,
angkanya lebih besar, sekitar 74,1 persen dari sekitar 81 pengaduan. Dari semua
kasus premium call itu, para pengadu merasa tidak pernah memakai layanan tersebut.
Lalu siapa yang menyabotnya? Pihak YLKI cenderung menyalahkan pihak Telkom.
Paling tidak, menurut Sudaryatmo, pengacara publik lembaga ini, teknologi canggih
tidak menjamin bebas dari masalah. Ia menunjuk sebuah kasus tagihan telepon di
Depok pada 1999. Di sana ada sebuah keluarga yang tidak mengajukan aplikasi
sambungan langsung internasional (SLI) tapi dalam rekening muncul tagihan SLI.
Setelah YLKI mengusutnya, pihak Telkom tidak bisa membuktikan adanya aplikasi
tersebut. Jadi, "Sistem mereka masih memungkinkan adanya kesalahan," kata
Sudaryatmo. Bisa kesalahan, bisa juga kesengajaan. Soalnya, secara teknis memang
mungkin saja terjadi pencurian pulsa telepon. Menurut Roy Suryo, pengamat
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
telematika, penggarongan pulsa bisa dilakukan di kotak distribusi telepon. Boks yang
dibuka untuk melacak gangguan telepon ini biasanya terletak di sekitar rumah
pelanggan. Yang memegang kunci kotak ini tentu saja para petugas Telkom. Hanya,
hingga kini tak terdengar ada petugas Telkom yang ditindak. Menurut Edy Satriono,
staf Bagian Hubungan Masyarakat Telkom Divisi Regional II Jakarta, memang tidak
ada pencurian pulsa dengan cara mengutak-atik kotak tersebut. Apalagi Telkom
mengetahui persis petugasnya yang memegang kunci kotak di setiap wilayah. "Kalau
ada masalah, bisa dengan mudah diketahui siapa orangnya. Sanksi yang diberikan pun
berat bila melakukan hal itu," ujar Edy. Untuk mendeteksi dengan cepat adanya
pencurian pulsa, Roy Suryo mengusulkan agar digunakan meteran pencatat tagihan di
rumah-rumah pelanggan telepon seperti halnya listrik. Atau bisa juga dengan sistem
prabayar. Kata Roy, "Ini lebih adil, sehingga pelanggan tidak dirugikan," kata Roy.
Usul itu belum tentu bisa segera dilaksanakan, padahal korban telah berjatuhan. Yang
pasti, Nyonya Liana semakin pusing akhir bulan ini. Telepon di rumahnya akan
dicabut oleh Telkom bila tagihannya yang selangit itu tak segera dilunasi. 36
36
http://www.Jakartapost.com/cetak/berita.php?id=2008050501412033
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Dua Pegawai Bank Diringkus
Pelaku Pembobol Jaringan Indosat
Makassar, Petugas kepolisian Polresta Makassar Timur berhasil membongkar
praktik pembobolan sistem jaringan teknis PT Indosat di Makassar.Dua pelaku;
Taufik dan Arfan diamankan di salah satu bank swasta di Makassar, tempat mereka
bekerja selama ini, Senin, 3 Maret.
Kedua pelaku pembobol jaringan diamankan tim unit khusus Polresta
Makassar Timur. Taufik dan Arfan diketahui telah melakukan praktik cyber crim
dengan membobol jaringan PT Indosat. Akibatnya, pulsa untuk semua operator di
bawah bendera PT Indosat senilai ratusan juta rupiah berhasil diraup pelaku.
Kedua pelaku dibekuk di kantornya pukul 15.00 Wita. Selama ini, petugas
telah mengendus keberadaan pelaku. Namun, baru sore kemarin, petugas memastikan
jika kedua orang tersebut adalah pelaku yang melakukan pencurian dengan
menggunakan teknologi.
Selain membekuk pelaku, polisi juga berhasil menyita barang bukti berupa
alat-alat yang digunakan. Barang bukti yang disita, antara lain; laptop, Modulator
DEModulator (modem), dan kabel data.Praktik kriminal di dunia maya itu, tergolong
langka di Makassar. Bahkan, modus operandi pencurian yang dilakukan pun termasuk
baru, sangat rapi, dan apik. Hal ini dibuktikan dengan cara kerja yang sudah dilakoni
pelaku sejak 2000 lalu.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Terbilang, selama tujuh tahun perbuatan tersebut, tidak tercium oleh petugas
maupun pihak Indosat sendiri. Informasi yang dihimpun Fajar di Polresta Makassar
Timur malam tadi menyebutkan, praktik tersebut awalnya dilakukan oleh Taufik.
Taufik yang diketahui bekerja sebagai bagian teknis di kantornya itu memanfaatkan
keahliannya di bidang teknologi untuk menjebol akses pulsa PT Indosat.
“Saya telah melakukannya sejak tahun 2000. Awalnya saya cuma main-main dengan
mengisap pulsa dari Indosat,” beber Taufik kepada penyidik unit khusus Polresta
Makassar Timur.
Menurut Taufik, dirinya menarik pulsa mulai dari kisaran puluhan ribu hingga
ratusan juta rupiah. Aliran pulsa tersebut, diakuinya dikirim pada beberapa orang
dekatnya. Bahkan, dalam pengakuannya, ia kerap mengirimkan pulsa hasil curian
kepada keluarganya yang ada di Kabupaten Pinrang.
Sementara Arfan mengaku mulai mengenal pencurian “halus” tersebut akhir
Desember 2007 lalu. Arfan yang memang satu ruangan dengan Taufik, akhirnya juga
bisa mengoperasikan metode menembus jaringan Indosat, berkat bantuan Taufik.
Sama dengan Taufik, Arfan juga telah meraup pulsa puluhan juta dari perbuatannya
itu.
“Jika dihitung-hitung, pulsa yang kami ambil sudah mencapai Rp200 juta,”
ujar Taufik. Lalu, bagaimana cara kerja pelaku hingga berhasil membobol jaringan
tersebut? Kepada penyidik, Taufik mengaku hanya mengandalkan alat teknologi
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
berupa modem yang terakses dengan internet. Dengan alat tersebut, pelaku membeli
kartu perdana dan dimasukkan ke dalam modem itu.
Dengan kemampuannya yang mirip hacker itu, keduanya berhasil menembus
jaringan PT Indosat. Dengan sekejap, modem yang merupakan software pulsa elektrik
itu dapat mentransfer jumlah pulsa yang diinginkan.
Setelah ditelusuri, Taufik kerap mengirim pulsa pada keluarganya berinisial
Ww yang tinggal di Jl Jend Sudirman, Kabupaten Pinrang. Petugas kepolisian yang
mendatangi rumah Ww di Pinrang, mendapatkan keterangan jika saldo terakhir
pengiriman pulsa dari Taufik senilai Rp6 juta.
Terbongkarnya praktik ini tidak terlepas dari penyelidikan polisi selama ini.
Praktik itu tercium petugas kepolisian sejak Oktober lalu. Saat itu, petugas kepolisian
mendapat laporan sistem jaringan PT Indosat di Makassar telah dijebol. “Kira-kira
empat bulan kita selidiki, ternyata pelakunya adalah pegawai bank,” ujar Kapolresta
Makassar Timur AKBP Kamaruddin didampingi Kanit Khusus Polresta Makassar
Timur, Iptu Sugeng.
Kata Kamaruddin, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas kasus
tersebut, termasuk cara kerja keduanya. Hingga malam tadi, kedua pelaku masih
menjalani pemeriksaan intensif di ruang penyidik unit khusus Polresta Makassar
Timur. Sementara Head of Makassar Branch PT Indosat, Nanang Tri Suseno yang
dikonfirmasi Fajar malam tadi, mengaku belum mengetahui peristiwa itu. Bahkan,
informasi jebolnya jaringan PT Indosat juga belum diketahuinya. “Saya belum dapat
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
laporannya tentang hal itu. Saya akan koordinasikan dengan anggota saya yang lain,”
kata Nanang, singkat.
VoIP Terlarang??
Saya nggak habis pikir... Siapa yang mencuri siapa dan apa yang dicuri oleh
pelaku bisnis sambungan internasinal dengan menggunakan VoIP pada berita
dibawah ini? Kemajuan teknologi dalam bidang IT ini sudah maju sekali. Salah
satunya adalah VoIP. Yang dengan VoIP ini kita bisa telpon keluar negeri dengan
menggunakan pulsa lokal.
Hampir diseluruh bisnis telekomunikasi di manca negara, ini adalah suatu
yang halal dan lumrah dalam rangka penyediaan servis. Lah kok, di Indoneisa malah
dibilang pencuri... Atau ada yang merasa dirugikan terus lapor ke polisi dengan
tuduhan "mencuri pulsa luar negeri" dan sementara polisinya tidak paham sama sekali
ttg IT. Klop lah... Memang VoIP di indonesia dilarang?? regards, candra dari sini.
Dibongkar, Jaringan Pencuri Pulsa Internasional Serobot Jaringan SLI, lantas Dijual
Murah SURABAYA - Petugas Reserse Ekonomi (Resek) Polwiltabes Surabaya
kemarin menggerebek dua rumah di Jalan Gayungan V dan Manyar Kertoarjo. Sebab,
kedua rumah tersebut ditengarai sebagai tempat melakukan praktik pencurian dan
penggelapan jasa telekomunikasi jaringan internasional secara ilegal. Operasi kilat ini
langsung dipimpin Kasatserse Asisten Superintendent Edwin M.B. dan Kanit Resek
Senior Inspektur Djumadno.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
Tak tanggung-tanggung, ribuan kartu panggil (call phone) dalam kurs rupiah
dan dolar disita polisi sebagai barang bukti. Juga, sejumlah perangkat alat komunikasi
yang diduga kuat dipakai untuk menjalankan bisnis terlarang itu. Seorang tersangka,
yakni Peter Hariyadi, pengelola PT Cipta Visi Universal Talk yang terletak di Jalan
Manyar Kertoarjo, langsung digiring ke Mapolwiltabes Surabaya. Setelah diperiksa
penyidik resek, tersangka dijebloskan ke tahanan kantor polisi. Modus operandi
jaringan kejahatan internasional itu sangat canggih. Pelanggan telepon internasional
bebas melakukan percakapan antarnegara dengan tarif sangat murah. Pengelola berani
memberikan potongan harga (diskon) tarif internasional sangat besar, antara 50-78
persen.
Tapi, pengelola usaha membayar ke Telkom dengan biaya lokal. Padahal,
logikanya, pengelola juga harus membayar ke Telkom sesuai tarif internasional. "Ini
sudah merupakan pelanggaran. Mereka telah melakukan pencurian dan penggelapan
tarif pulsa telepon internasional. Ironisnya, usaha itu ternyata tidak dilengkapi izin
resmi dari pemerintah," ungkap Kapolwiltabes Surabaya Senior Superintendent Sri
Kresno saat mengadakan jumpa pers setelah penggerebekan.
Akibat pencurian dan penggelapan telekomunikasi itu, yang paling dirugikan
adalah Indosat, Satelindo, dan Telkom. Pasalnya, pelanggan instansi resmi itu jelas
sangat berkurang. Seharusnya yang berhak mengakses sambungan langsung
internasional (SLI) itu adalah Indosat dan Satelindo. Tapi, ternyata langsung diserobot
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
sindikat ini tanpa izin resmi dari pemerintah. Penggerebekan pertama dilakukan di
Jalan Gayungan V.
Produknya dinamakan Netphone Call.
Polisi berhasil mengamankan
seperangkat alat komputer dan 1.015 kartu panggil dalam kurs rupiah. Antara lain,
198 unit Rp 100 ribu; 549 unit Rp 250 ribu; 167 unit Rp 500 ribu, dan 82 unit Rp 1
juta. Tempat usaha ilegal itu sangat tersembunyi, di daerah perkampungan. Bahkan,
saking rapinya, warga sekitar tidak mengetahui usaha yang dilakukan di bangunan
berlantai II itu. Rumah tersebut tidak menggunakan papan nama, hanya rumah biasa.
Operator dan perangkat komputer berada di lantai II. Sedangkan kantor pusatnya
berada di Jakarta. Oleh sebab itu, polisi masih belum bisa menangkap tersangkanya
karena yang bersangkutan berada di Jakarta. Tapi, tiga karyawannya langsung
dimintai keterangan.
Berbeda dengan yang di Jalan Manyar Kertoarjo, yang ini lebih canggih meski
sistem yang digunakan sama. Kelebihannya, menggunakan kartu panggil dengan kurs
dolar. Kantor pusatnya terletak di Sydney, Australia. Kantor-kantor cabangnya ada di
Jakarta, Semarang, dan Hongkong. Yang terletak di Jl Manyar Kertoarjo itu kantor
pemasaran. Sedangkan kendali operator berada di sebuah rumah di Jl Dharma
Husada. Di rumah itu, terdapat sekitar 32 line telepon yang selalu on-line selama 24
jam. Dari tempat tersebut, polisi mengamankan 60 unit kartu panggil. Antara lain, 44
unit USD 30; 5 unit USD 50; dan 11 unit USD 100. Cara mengoperasionalkannya
cukup mudah. Yakni, pelanggan hanya tinggal membeli kartu panggil dengan harga
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
yang sudah tersedia. Hampir sama dengan kartu bebas. Kartu tersebut juga dilengkapi
nomor PIN yang berfungsi untuk melakukan akses ke luar negeri. Setiap pelanggan
memiliki password yang tidak diketahui pelanggan lain. "Setelah itu, pelanggan
langsung bisa berkomunikasi bebas dengan biaya yang sangat murah. Tinggal
masukkan kode negara yang dikehendaki, pelanggan sudah bisa berkomunikasi
sepuasnya," kata Kapolwil.
Sementara itu, Arya Satria Ananta, manajer bisnis development PT Telkom
Divre V Surabaya, yang ditemui di TKP (tempat kejadian perkara), mengatakan
bahwa investasi untuk biaya operasional jasa telekomunikasi itu Rp 500 juta lebih.
Dia menjelaskan, untuk bisa menggunakan jalur internasional, pengelola menyewa
link kepada Telkom. Namanya link E-one. Dengan link itu, penyewa sudah bisa
melakukan akses internasional. "Selain itu, mereka juga tidak memiliki izin calling
card dan internet service provider (IST)," kata Arya. Beberapa perangkat yang
digunakan, antara lain, VOIP (voice office internet protocol) dan PABX. "Mereka
menggunakan alat-alat ini tanpa sepengetahuan Telkom. Ini jelas-jelas telah
melanggar ketentuan," tegas Arya. Karena jaringan kejahatan itu berskala
internasional, Polwiltabes Surabaya kemarin langsung melakukan koordinasi dengan
Mabes Polri.
MENJARING KORUPSI PULSA
Pengganda nomor
telepon
genggam gagal dijerat
pasal
korupsi,
melanggar gangguan telekomunikasi.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
tapi
ANCAMAN Kejaksaan Jakarta Barat untuk menyeret pencuri pulsa telepon
dengan
Undang-Undang
Antikorupsi
menjadi
kenyataan.
Tiga
terdakwa
pengganda nomor telepon genggam: Aking, Bennie Chen, dan Bun Hok,
adalah
orang
pertama
yang
mencicipi
tuduhan
korupsi
itu.
Jaksa
Uri
Hasan Basri dan Frits Piri mengajukan dakwaan korupsi (Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
1971)
sebagai
dakwaan
primer.
Sedangkan
dakwaan
subsidernya Pasal 363 KUHP (pencurian), dan lebih subsider lagi, jaksa
menjeratnya
dengan
Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
1989
tentang
Telekomunikasi.
Namun sengatan jaksa untuk melilitkan kabel korupsi pada pengganda
telepon genggam itu kandas di pengadilan. Dua terdakwa, Aking dan Bennie Chen,
oleh Ketua Majelis Hakim Faisal Nasser dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis
pekan lalu hanya dihukum 18 bulan dan 9 bulan penjara. Terdakwa hanya terbukti
melanggar Undang-Undang Telekomunikasi. Sedangkan perkara terdakwa Bun Hok
belum diputuskan. Hukuman itu jauh lebih ringan ketimbang tuntutan jaksa. Selain
menuntut hukuman badan 5 tahun penjara, Jaksa Frits Piri juga menuntut hukuman
denda
Rp
20
juta.
Letak
keunggulan
pasal
korupsi
dibanding
dengan KUHP memang pada adanya hukuman denda pengganti tadi. Kasus
penggandaan nomor telepon ini terbongkar menyusul banyaknya keluhan konsumen
pemilik telepon genggam yang tagihan pulsanya selalu membengkak.. Setelah
dilakukan pengusutan oleh petugas Telkom dan polisi, akhirnya ditemukan kawanan
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
pengganda telepon tadi. Disebutkan jaksa, transaksi telepon genggam yang
menumpang nomor pada pemakai asli itu dilakukan pada 1994 dan 1995, di sebuah
hotel di kawasan Mangga Besar, Jakarta.
Yang dijual adalah ESN (Electronic Serial Number),
yang diperoleh
Bennie Chen secara tidak sah dari 140 telepon genggam jenis AMPS. Nomor itu
diperoleh Bennie, yang warga Singapura, dari 140 telepon yang pernah diperbaiki PT
Teknikotama Globalindo, tempat Bennie Chen bekerja sebagai marketing manager.
Bennie Chen, lewat sebuah alat yang disebut Marconi Instrument, menurut jaksa,
berhasil memperoleh nomor ESN para pemilik handphone. Padahal, ini rahasia.
Dalam penangkapan itu ditemukan daftar nomor yang digandakan, dan tercatat dalam
12 lembar kertas. Sebagai penyedia telepon kosong adalah Bun Hok. Ketika itu per
telepon dijual seharga Rp 2 juta (pasaran di luar mencapai sekitar Rp 3 juta). Namun
yang menguntungkan, pemilik telepon ganda ini tidak terkena tagihan pulsa. Pemakai
hanya nebeng pada nomor telepon milik orang lain. Dan telepon ini hanya digunakan
untuk mengirim pesan, tidak bisa untuk menerima. Pembelinya, menurut para
terdakwa, kebanyakan adalah artis. Antara lain disebut-sebut: Penyanyi Dedi Dhukun,
Yacob Kembar Grup, Tommy J. Pisa, Wanda Chaplin, Yongki R.M., Baliyanto
Wahyudi, dan lain-lain. Tapi jaksa hanya berhasil mendatangkan dua saksi artis,
yakni:
Wanda Chaplin
dan
Baliyanto.
Itu
pun
setelah
dipanggil
secara
paksa. Sementara itu artis lain, semenjak kasus ini disidangkan, menurut jaksa, amat
sulit dicari. Akibatnya, jaksa hanya mengajukan dua saksi artis pemakai telepon
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
bernomor ganda itu. Saksi yang memberatkan adalah dari Telkom, yang menyebut
jumlah kerugian akibat pencurian pulsa mencapai Rp 3 milyar. Jaksa Frits Piri tidak
puas dengan vonis hakim. "Saya tetap yakin ini perkara korupsi. Sebab pulsa telepon
genggam ganda yang tidak dibayar ini sudah merugikan PT Telkom Rp 3 milyar,"
ujar Frits.
Telkom sebagian besar sahamnya adalah milik negara. Jadi unsur merugikan
keuangan negara, seperti disyaratkan dalam tindak pidana korupsi, menurut jaksa,
sudah terpenuhi. Keyakinan jaksa itu bertolak belakang dengan pendapat hakim.
Sebab, menurut penilaian hakim, tuduhan korupsi tidak terbukti. Terdakwa selalu
menyebut otak pelaku penggandaan adalah Kenny, yang sekarang masih buron.
Sejumlah saksi yang diajukan juga tidak ada yang mengetahui persis tentang
penggandaan nomor telepon. Hakim malah menyebut, pemakai telepon genggam
bernomor ganda yang kebanyakan terdiri dari artis itulah yang seharusnya diadili.
"Saksi inilah yang terbukti merugikan keuangan negara," kata hakim. Sementara itu
terdakwa dinyatakan tidak terbukti merugikan keuangan negara (mencuri pulsa).
Maka hakim tidak sependapat jika pasal korupsi dikenakan pada terdakwa. Menurut
hakim, terdakwa Bennie dan Aking hanya terbukti melakukan perbuatan melawan
hukum, mengganggu telekomunikasi, seperti yang diatur dalam Undang-Undang
Telekomunikasi (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1989).
Sedangkan
pencurian
pulsa,
karena
tidak
berwujud
benda,
sulit
dibuktikan. Pertimbangan ini jelas tidak bisa diterima jaksa. "Menurut saya, pulsa
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
sudah sama dengan aliran listrik yang sudah dianggap sebagai benda. Secara fisik
pulsa memang tidak kelihatan, tapi frekuensi gelombangnya kan bisa dirasakan," ujar
Frits. Frits memang ingin membuat jera para pengganda telepon. Karena itu
ia menggunakan pasal korupsi. Dan itu tidak mengada- ada. Ia mengacu pada kasus
pencurian listrik yang dilakukan para pengusaha (industri). Pada 13 Mei 1993, Hakim
Abdul Razak dari Pengadilan Negeri Tangerang, untuk pertama kali dalam sejarah
peradilan, menghukum pencuri listrik dengan pasal korupsi.
Direktur Utama PT Karya Tulada yang terbukti mencuri setrum itu divonis 3
tahun penjara, dan diwajibkan membayar ganti rugi kepada negara Rp 896 juta.
Jumlah itu sama dengan nilai setrum yang dicuri selama beberapa bulan. Jaksa Frits
langsung naik banding. Ia juga bertekad ingin menuntaskan kasus tersebut. "Tidak
tertutup kemungkinan untuk mengajukan para artis pencuri pulsa itu ke pengadilan,"
katanya. Aries Margono dan Krisnadi Yuliawan.
OKNUM TELKOM PENCURI PULSA
Orde Reformasi yang dharapkan akan membawa perbaikan bagi kehidupan
masyarakat masih menghadapi rintangan dan kendala yang tidak sedikit di
berbagai sektor kehidupan masyarakat. Rintangan tersebut umumnya datang dari
pejabat pemerintah, pegawai negeri sipil, anggota TNI POLRI dan karyawan
BUMN. Selama 32 tahun Orde Baru berkuasa, mereka merasakan betapa manisnya
ber-KKN memperkaya diri dan karenanya sangat sulit merubah diri u ntuk menjadi
abdi masyarakat yang baik. Kasus KKN yang lagi marak di Manado dan Minahasa
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
akhir-akhir ini adalah kasus pencurian pulsa telpon oleh oknum-oknum TELKOM.
Seperti kita ketahui karyawan-karyawan Telkom terlibat aktif dalam usaha
kepemilikan Wartel-wartel yang tumbuh subur bagaikan jamur di musim hujan.
Modus operandi pencurian pulsa ini berbagai macam, tetapi yang paling umum
dilakukan dengan membuat saluran telepon pelanggan mati pada hari-hari
tertentu. Umumnya hari ideal untuk membuat mati saluran telepon pelanggan
pada
hari
Sabtu
dan
Minggu,
karena
pada
hari-hari
tersebut
tingkat
pemakaian telpon di Wartel-Wartel meningkat. Kasus pencurian pulsa ini
tentu saja melibatkan "orang dalam" Telkom. Dengan segala kecanggihan
mereka, maka bukan suatu hal yang sulit bagi mereka untuk memindahkan
saluran
telepon
pelanggan
ke
saluran
telepon
wartel
milik
kroni-kroni
Telkom melalui sistim komputer. Kalau pelanggan melapor bahwa telponnya tidak
bersuara, dengan enteng pihak Telkom bilang bahwa ada gangguan dan kerusakan
sistim. Kalau pelanggan mengeluh bahwa rekening teleponnya membengkak, dengan
santai pihak Telkom akan bilang kepada pelanggan untuk minta saja print-out
pemakaian telpon interlokal. Selanjutnya bila berdasarkan print-out , pelanggan protes
bahwa dia tidak pernah menelepon interlokal pada nomor-nomor yang tertera di printout, pihak Telkom akan berdalih bahwa rekaman catatan di print- out tersebut murni
berdasarkan pemantauan komputer Telkom. Akhirnya karena kesal tentu pelanggan
akan menuduh pihak Telkom bermain-main mencuri pulsa. Bagaikan mantan Jaksa
Agung Andi Ghalib, pihak Telkom akan berdalih : Mana buktinya ? Maka jadilah ka
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
sus pencurian pulsa Telkom ini bagaikan lingkaran setan bagi pelanggan. Umumnya
pelanggan
yang
akan
dicuri
pulsanya
adalah
pelanggan
Telkom
yang
mampu membayar tagihan rekening diatas Rp 500,000 dan telah menjadi
pelanggan Telkom lebih dari 1 tahun. Sebagai pelanggan TELKOM, berhati-hatilah
anda bila tiba-tiba telpon anda tidak bersuara dan tiba-tiba rekening telpon anda
membengkak. Monopoli dalam bisnis telekomunikasi telah menyebabkan pihak
Telkom bersifat arogan dan sewenang-wenang tanpa peduli pada penderitaan rakyat.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian pulsa telepon sesuai dengan
peraturan hukum di Indonesia yakni dalam KUH Pidana terdapat pada pasal 362
tentang “pencurian”,sedangkan di luar KUHPidana tidak mengatur secara tegas
tentang pencurian pulsa telepon, namun pda modus operandi pencurian pulsa telepon
dalam hal cara mengambil/mencuri pulsa tesebut juga melanggar ketentuan pidana
yang di luar KUHPidana yaitu pada Undang- undang No. 36 tahun 1999 tentang
Telekomunikasi dan perbuatannya melakukan pelanggaran dalam hal akses jaringan
secara ilegal ( Pasal 22 ), menggagu jalannya penyelenggaraan telekomunikasi (Pasal
19).
2.
Penanggulangan
kejahatan
di
bidang
komunikasi
terlebih
dahulu
menaggulangi kejahatan di dunia cyber karena pencurian pulsa ini dilakukan dengan
mengakses jaringan internet (komputer). Penaggulangannya ada beberapa cara baik
langsung ke system komputer maupun ke oknum-oknum yang terkait seperti polisi
dan peran serta masyarakat. Penanggulangan ke system adalah berupa mengamankan
system, membuat aturan dan penanggulangan yang bersifat global ( universal ),
Membuat Pendeteksi Dini Terjadinya Pencurian Pulsa Pada Pesawat Telepon
Pelanggan.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
3.
Pertanggungjawaban tindak pidana pencurian pulsa telepon ini berupa
terpenuhinya unsur-unsur didalam KUHPidana yaitu perbuatan dilakukan dengan
sengaja, merugikan orang lain, tanpa hak dan izin memiliki barang milik orang lain
sehingga pokok dari kejahatan ini adalah pencurian yang di atur pada Pasal 362
KUHPidana dan dapat juga dikenakan pasal-pasal lain yang menyangkut modus
operandi pencurian pulsa tersebut baik di dalam KUHPidana yaitu Pasal 378
(penipuan),
Pasal 263
(pemalsuan),
Pasal
372
(penggelapan),
Pasal 406
(pengerusakan) ataupun di luar KUHPidana yaitu Undang-undang No.36 tahun 1999
pada Pasal 19, Pasal 22 dan Pasal 23 tentang system penomoran.
B. Saran
1. Dalam hal perbuatan merusak jaringan telekomunikasi penulis memberikan
saran bahwa walaupun perbuatan merusak suatu barang itu terdapat ketentuannya
dalam pasal 406 KUHP, namun terhadap sipelaku agar seyogyanya dipergunakan asas
“lex specialis’ dengan menerapkan ketentuan Pasal 22 UU No.36/1999 tentang yang
sanksi pidana selama-lamanya 6 tahun penjara dan denda setinggi-tingginya
Rp.600.000.000 (enam ratus juta rupiah). Sedangkan apabila perbuatan merusak
tersebut diikuti dengan pemakaian pulsa telepon tanpa hak, maka disarankan agar
terhadap si pelaku dikenakan ketentuan Pasal 362 KUHP yang sanksi pidanya selamlamanya 5 (lima) tahun penjara.
2. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bahkan
dimungkinkan untuk dapat menuntut seseorang pelaku tindak pidana dengan sanksi
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
pidana yang digabungkan secara bersama-sama dan tuntutan ganti kerugian yang
diajukan oleh pihak yang merasa telah dirugikan atas perbuatan seseorang tersebut.
Ketentuan tersebut ada karena pencurian pulsa telepon ini dilakukan dengan melaggar
juda beberapa ketentuan pidana. Penjelasan resmi dari pasal yang bersangkutan (Pasal
98 KUHAP) menyebutkan bahwa maksud penggabungan perkara tersebut gugatan
pada perkara pidana adalah supaya perkara gugatan tersebut pada suatu ketika yang
sama diperiksa serta diputus sekaligus dengan perkara pidana yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan kerugian bagi orang lain adalah termasuk kerugian pihak
korban.
Ade Saputra : Tindak Pidana Pencurian Pulsa Telepon Sebagai Bentuk Kejahatan Di Bidang Komunikasi, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Romli, Strategi Pembinaan Hukum, Alumni FH-UI. Jakarta. 1992.
Baehaqie, Imam Abdullah, Menggugat Hak-Panduan Konsumen Bila Dirugikan,
(Jakarta : YLKI, 1990).
D. Schaffmeister, etc (ed) J. E. Sahetapy, Hukum Pidana, Konsorsium Ilmu Hukum
Departemen P & K, Liberty Yogyakarta, 1995.
Eko Indrajit. Ricardus., E-commerce Kiat dan Strategi di Dunia Maya. PT Elek
Media Komputindo. Jakarta, 2001.
Gempita, Mohd, Kejahatan Bidang Telekomunikasi Dampaknya Terhadap
Masyarakat dan Negara, makalah disampaikan pada Seminar Nasional
“Kejahatan di Bidang Telekomunikasi dan Penanggulangannya di Indomesia,”
diselanggarakan atas kerjasama Fakultas Hukum UNDIP dengan PT. Telkom,
di Semarang, 25 April 1996
Hamzah, Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, dari Retribusi ke
Reformasi, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1985.
Harahap, M. Yahya, Antisipasi Aparat Penegak Hukum dalam penanggulangan
kejahatan Komunikasi, makalah disampaikan pada Seminar Nasional
“Kajahatan di Bidang Telekomunikasi dan Penanggulangannya di
Indonesia,” diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro dengan PT Telkom, di Semarang, 25 April 1996.
Kalo, Syafruddin, Aspek Kebijakan penegakan dan pengembangan Hukum Pidana,
Rineka Cipta Jakarta, 1991.
Komar, Mieke Kantaatmadja, CYBERLAW : Suatu Pengantar, (Bandung : ELIPS,
2001).
Lamintang, P. A. F., Hukum Penintensier Indonesia, Amico, Bandung, 1984,
Makarim, Edmon, Kompilasi Hukum Telematika (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2004)
Prakoso, Djoko, Hukum Penitensier di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1988.
Prodjohamodjojo, Martiman, Memahami Dasa – dasar Hukum Pidana Indonesia,
Pradnya Paramitha, Jakarta, 1996.
Purbacaraka, Purnadi dan Soekanto, Soerjono, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata
Hukum, cet.V,(Bandung : Citra Aditya Bakti,1989).
Ruba, Masruchin, Mengenal Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, IKIP Malang,
1996
Sholehuddin, M., Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003,
Soekanto, Soerjono, Pokok – Pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1997.
Sudarto, R. Ali, Kedudukan Badan Hukum, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan,
Wakaf, PT Alumni, Bandung, 2000.
1. Peraturan Perundang-undangan
BW (KUHPerdata)
Konsep KUHP Nasional tahun 2006
KUHPidana
Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang IPTEK
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
2. Situs Internet
Anggraeni Srihartati. Artikel Perkembangan E-Commerce
http://www.Waena.Org. Selasa 10 Mei 2007.
di
Indonesia.
Sri Hariningsih. Artikel Keabsahan Transaksi Elektronik dan Aspek Hukum
Pembuktian Terhadap Data Elektronik, http://www.Legalitas.Org. 2 Maret
2008.
Website http:///www. Kompas. Com Tanggal 3 Desember 2006
Website http:///www. Waspada. Com Tanggal 9 Juni 2009
Website http:///www. Google. Com
Download