pengaruh musik klasik terhadap respon fisiologis

advertisement
PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP RESPON
FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI
FRIES HOLLAND PADA SIANG HARI
SKRIPSI
GUSELANES MONDRITA SUHENDAR
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
RINGKASAN
GUSELANES MONDRITA SUHENDAR. D14080259. 2013. Pengaruh Musik
Klasik terhadap Respon Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi Fries Holland pada
Siang Hari. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.
Pembimbing Anggota : Ir. Andi Murfi, M.Si.
Susu sapi merupakan hasil utama dari peternakan sapi perah. Susu dapat
dihasilkan oleh sapi perah betina yang sedang laktasi. Sapi laktasi memerlukan
cukup gizi guna mencukupi kebutuhan tubuhnya dan dengan pakan yang baik dapat
juga menjaga kualitas dan produksi susu yang dihasilkan. Faktor pakan menjadi
faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan produksi susu, selain itu faktor
lingkungan juga berpengaruh terhadap kualitas dan produksi susu yang dihasilkan.
Susu sapi yang dihasilkan tentu saja dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis ternak
tersebut.
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam peternakan
sapi perah. Lingkungan sekitar peternakan sapi perah harus dibuat senyaman
mungkin agar kualitas dan produksi susu yang dihasilkan maksimal. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk membuat keadaan sapi menjadi tenang adalah dengan
memberikan musik klasik. Penelitian ini bertujun untuk mengukur lama istirahat dan
respon fisiologis sapi FH berupa frekuensi pernafasan (Respiration Rate) dan laju
denyut jantung (Heart Rate) dengan pemberian musik klasik Mozart. Salah satu hal
yang dapat menyebabkan sapi stres yaitu keadaan lingkungan tempat tinggal yang
tidak nyaman. Lingkungan yang tidak nyaman dapat disebabkan oleh suhu,
kelembaban, maupun suasana perkandangan yang bising.
Parameter yang diukur ialah laju denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan
lama istirahat. Data dianalisis menggunakan uji-t. Pengukuran dilakukan pada pukul
12.00 – 15.30. Hari ke-1 sampai ke-15 sapi tidak diperdengarkan musik. Musik baru
diperdengarkan pada hari ke-16 sampai hari ke-30. Hari ke-31 sampai hari ke-45
musik dihilangkan. Hasil penelitian menunjukkan denyut jantung rata-rata sebelum
perlakuan, perlakuan, dan sesudah perlakuan masing-masing sebesar 83 ± 6
kali/menit; 76 ± 9 kali/menit; dan 85 ± 7 kali/menit. Rataan sebelum perlakuan,
perlakuan, dan sesudah perlakuan pemberian musik terhadap frekuensi pernafasan
masing-masing sebesar 56 ± 11 kali/menit; 50 ± 15 kali/menit; dan 56 ± 19
kali/menit. Rataan sebelum perlakuan, perlakuan, dan sesudah perlakuan pemberian
musik terhadap lama istirahat masing-masing sebesar 26 ± 17 menit; 27 ± 16 menit;
dan 31 ± 17 menit. Hasil penelitian menunjukkan pemberian musik klasik pada sapi
perah dapat menurunkan denyut jantung dan frekuensi pernafasan. Selain itu, musik
klasik juga dapat menaikkan lama istirahat pada sapi perah.
Kata-kata kunci : sapi Fries Holland, frekuensi pernafasan, laju denyut jantung,
lama istirahat
ABSTRACT
Effect of Classical Music on Physiological Responses and Resting Time of Fries
Holland Cows during Day Time
Suhendar, G. M., B. P. Purwanto and A. Murfi
A study using 4 cows was done to know the effect of classical music on
physiological responses of Fries Holland (FH) cows. Heart rate, respiration rate and
resting time were measured for 15 days at 12.00 – 15.30. The study was done for 45
days that divided into 3 periods. The first 15 days period as before treatment, a
second 15-day as treatment period, and the rest 15 after treatment period. The data
were analyzed by t-test: paired two sample for means. The results showed there was
a decreasing in heart rate on the before treatment period 83 ± 6 times/minute to 76 ±
9 times/minute during treatment period. The similiar result was also found in
respiration rate, there was a decreasing in the before treatment period from 56 ± 11
times/minute to 50 ± 15 times/minute as a treatment period. There was enlongation
of resting time during the second period compare to the other period. Classical
music increased the length of resting time from 26 ± 17 minutes in before treatment
period to 27 ± 16 minutes during treatment period. It was concluded that classical
music can decrease heart rate and respiration rate. The Classical music also can make
dairy cattle calm and take rest longer.
Keywords : Fries Holland, heart rate, respiration rate, resting time.
PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP RESPON
FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI
FRIES HOLLAND PADA SIANG HARI
GUSELANES MONDRITA SUHENDAR
D14080259
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul : Pengaruh Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis dan Lama
Istirahat Sapi Fries Holland pada Siang Hari
Nama : Guselanes Mondrita Suhendar
NRP : D14080259
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Bagus P Purwanto, M.Agr)
NIP. 19600503 198503 1 003
(Ir. Andi Murfi, M.Si)
NIP. 19631229 198903 1 002
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc)
NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 1 April 2013
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1990 di Bogor. Penulis adalah
anak pertama dari dua bersaudara. Penulis anak dari Bapak Hendar dan Ibu Phung
Kim Sui.
Pendidikan kanak-kanak diselesaikan di TK Kesatuan, Bogor pada tahun
1996, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Kesatuan, Bogor dan lulus pada
tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama lulus pada tahun 2005 di SLTP
Kesatuan, Bogor, melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Kesatuan, Bogor
dan lulus pada tahun 2008.
Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Ujian Saringan Masuk IPB)
pada tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor angkatan
2008 (45). Selama mengikuti pendidikan penulis aktif menjadi seksi acara pada
Natal Fakultas di tahun 2008, Seksi dokumentasi pada acara Meet Cowboy 46 di
tahun 2009, dan seksi Hubungan Masyarakat pada Natal Fakultas di tahun 2009.
Penulis aktif mengajar Les Private untuk murid SD dan SMP sejak tahun 2008.
KATA PENGANTAR
Segala Puji, hormat serta Syukur Penulis panjatkan kepada Yesus Kristus
yang telah memberikan limpahan berkat, kasih, dan karuniaNya atas terselesaikannya
skripsi ini yang berjudul Pengaruh Musik Klasik terhadap Respon Fisiologis dan
Lama Istirahat Sapi Fries Holland pada Siang Hari. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun oleh penulis dibawah bimbingan Dr. Ir. Bagus P
Purwanto, M.Agr.Sc. dan Ir. Andi Murfi, M.Si. Tujuan penyusunan skripsi ini ialah
untuk mengetahui lama waktu istirahat dan respon fisiologi sapi FH berupa frekuensi
pernafasan (Respiration Rate) dan laju denyut jantung (Heart Rate) dengan
pemberian musik klasik Mozart yang dapat berpengaruh terhadap performa sapi serta
kualitas dan produksi susu yang dihasilkan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Harapan
dibuatnya skripsi ini dapat memberi informasi dalam dunia peternakan Indonesia.
Bogor, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ……………………………………………………………..
i
ABSTRACT ………………………………………………………………
ii
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...
xi
PENDAHULUAN ………………………………………………………...
1
Latar Belakang ……………………………………………………
Tujuan …………………………………………………………….
1
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………..
3
Sapi Perah FH (Fries Holland) ………………………………….....
Denyut Jantung …………………………………………...……….
Respirasi …………………...............…………...…………………
Lama Istirahat .........……………………………………………….
Musik Klasik .........………………………………………………...
Efek Musik terhadap Respon Tubuh ……………………………..
Efek Mozart ……………………………………………………….
3
4
5
6
7
7
8
METODE ……………………………………………………………….....
9
Lokasi dan Waktu …………………………………………………
Materi ……………………………………………………………...
Prosedur …………………………………………………………...
Rancangan dan Analisis Data ........….......................................…...
9
9
9
10
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………...
11
Keadaan Lokasi Penelitian ………...………………………………
Denyut Jantung .............……………………..............…………….
Frekuensi Pernafasan……………………………...............……….
Lama Istirahat.........…………….......................................………...
11
11
13
14
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………...
17
Kesimpulan ………………………………………………………..
Saran ………………………………………………………………
17
17
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………....……………………...
18
2
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
19
LAMPIRAN……………………………………………………………….
21
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Data Biologis Sapi.............................................................................
4
2.
Kondisi Fisiologis Sapi Penelitian ....................................................
9
3.
Nilai Rataan Denyut Jantung, Pernafasan, dan Lama Istirahat ........
11
4.
Nilai Total Lama Istirahat Sapi Perah ..............................................
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Perubahan Nilai Rataan Denyut Jantung Sapi Selama
Pengamatan ..................................................................................
12
2. Hasil Pengukuran Nilai Rataan Frekuensi Pernafasan Selama
Pengamatan ..................................................................................
13
3. Perubahan Nilai Rataan Lama Istirahat Selama Pengamatan ......
15
4. Perubahan Total Lama Istirahat Selama Pengamatan ..................
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Analisis Data Denyut Jantung dan Perhitungan dengan Ms.
Excel 2010....................................................................................
22
2. Analisis Data Frekuensi Pernafasan dan Perthitungan dengan
Ms. Excel 2010.............................................................................
24
3. Analisis Data Lamanya Istirahat per 15 Hari dan Perhitungan
dengan Ms. Excel 2010................................................................
26
4. Gambar Sapi Penelitian Ketika Diberi Musik..............................
27
5. Peta Daerah Kebon Pedes.............................................................
28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu sapi merupakan hasil utama dari peternakan sapi perah. Susu dapat
dihasilkan oleh sapi perah betina yang sedang laktasi. Sapi perah yang sedang dalam
kondisi laktasi memerlukan cukup gizi guna mencukupi kebutuhan tubuhnya dan
dengan pakan yang baik dapat juga menjaga kualitas dan kuantitas susu yang
dihasilkan. Selain Faktor pakan menjadi faktor utama yang berpengaruh pada
kualitas dan produksi susu, selain itu faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap
kualitas dan produksi susu yang dihasilkan. Susu sapi yang dikeluarkan tentu saja
dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis ternak tersebut.
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam peternakan
sapi perah. Lingkungan sekitar peternakan sapi perah harus dibuat senyaman
mungkin agar kualitas dan produksi susu yang dihasilkan menjadi lebih maksimal.
Kondisi kandang yang berisik akibat suara pergesekan rel kereta api, pemukiman
penduduk dan lalu lintas perkotaan dapat menurunkan produksi dan kualitas susu.
Beberapa peternakan di kawasan Eropa sudah menggunakan sistem musikalisasi
selama pemerahan agar sapi perah menjadi lebih nyaman dan tenang. Beberapa
negara seperti Jerman bahkan mengkomersialkan susu yang pemerahannya disertai
musik klasik dengan harga yang dapat mencapai dua kali lipat dari harga susu yang
tidak menggunakan musik. Hal ini berdampak pada pendapatan peternak yang akan
meningkat.
Indonesia merupakan kawasan tropis yang dapat mengakibatkan sapi yang
awalnya berasal dari daerah sub tropis mengalami stres. Stres yang dihasilkan dapat
berupa suhu yang terlalu panas bila dibandingkan dengan daerah asalnya dan dapat
meningkatkan denyut jantung serta laju pernafasan, selain itu stres tersebut juga
dapat menurunkan lamanya istirahat sapi perah. Kondisi yang nyaman dapat dibuat
dengan menggunakan musik klasik sehingga denyut jantung dan laju pernafasan sapi
yang tidak stabil dapat menjadi stabil dan menurun serta memperbanyak lamanya
istirahat sapi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon fisiologis sapi FH berupa
denyut jantung (Heart Rate) dan frekuensi pernafasan (Respiration Rate) dan lama
istirahat selama pemberian musik klasik Mozart.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Perah FH (Fries Holland)
Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu
hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun juga ada yang berwarna
coklat ataupun merah dengan bercak putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bagian
bawah dari kaki berwarna putih, dan tanduk pendek serta menjurus kedepan (Makin,
2011). Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya paling tinggi dengan kadar
lemak susu yang rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya
didaerah tropis maupun subtropis. Bobot badan ideal sapi FH betina dewasa adalah
682 kg dan jantan dewasa 1.000 kg. Sapi FH dapat digunakan sebagai sapi pedaging
karena pertumbuhan cepat, selain itu lemak daging anak sapi berwarna putih,
sehingga baik untuk produksi daging anak sapi/veal (Sudono et al., 2003).
Sapi FH selain merupakan sapi perah yang berbadan besar juga rata-rata
produksi susunya tertinggi apabila dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya.
Rata-rata produksi susu di Amerika Serikat dapat mencapai 12.6874 Pound dalam
satu masa laktasi, kadar lemak susu yang dihasilkan relatif rendah yaitu 3,5%-3,7%
(Prihadi, 1997).
Menurut Sigit (2004), klasifikasi sapi perah adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Fillum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Artiodactyla
Subordo
: Ruminansia
Familia
: Bovidae
Subfamilia
: Bovinae
Genus
: Bos
Spesies
: Bos taurus
Sapi jenis ini berwarna putih dan hitam atau berwarna coklat dan putih. Sapi
FH merupakan ras sapi perah yang memproduksi susu dengan jumlah paling banyak
dibandingkan dengan jenis sapi perah lainnya (Tyler dan Ensminger, 2006). Sapi FH
dara dapat dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan, ketika berat badan
mencapai 250 kg. Berat badan betina dan jantan dewasa masing-masing berkisar
antara 300-680 kg dan 300-1.000 kg dengan konsumsi energi sebesar 15 kalori/ kg
BB/ hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Data biologis sapi FH dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Biologis Sapi
Peubah
Nilai
Lama bunting
280 hari (275-283)
Berat dewasa
300-680 kg betina, 350-1.000 kg jantan
Berat lahir
22-50 kg
Suhu (rektal)
38,00C - 39,00C (rata-rata 38,60C)
Pernafasan
27 - 40/ menit
Denyut jantung
40 - 58/ menit
Sumber: Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
Pada umumnya produktivitas sapi FH di Indonesia adalah rendah, dimana
produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari atau kurang lebih 3.050 kg/laktasi. Produksi
susu yang rendah ini disebabkan mutu ternak rendah ataupun makanan yang
diberikan baik kualitas maupun kuantitasnya kurang baik (Sudono et al., 2003).
Widjaja (1998) menambahkan bahwa produksi susu sapi perah paling tinggi lebih
dari 16 liter/ekor/hari, tinggi 13-16 liter/ekor/hari, sedang 10-12,9 liter/ekor/hari, dan
rendah kurang dari 10 liter/ekor/hari.
Rataan puncak produksi susu untuk sapi dara 3,15-6,3 kg lebih tinggi dari
rataan produksi susu harian. Pada laktasi kedua dan selanjutnya produksi susu dapat
mencapai 6,75-13,5 lebih tinggi dari rataan produksi harian. Puncak produksi dapat
dicapai antara 5-10 minggu setelah beranak, setelah puncak produksi tercapai
umumnya terjadi penurunan rataan produksi susu dapat mencapai 10%-15%. Pada
akhir laktasi penurunan dapat terjadi sekitar 12%-20%. Laju penurunan dapat ditekan
dengan cara memberikan pakan dan pengelolaan yang baik (Despal et al., 2008).
Denyut Jantung
Jantung adalah struktur otot (muscular) berongga yang bentuknya
menyerupai kerucut dan siklus jantung adalah urutan peristiwa yang terjadi selama
suatu denyut lengkap. Faktor fisiologis yang mempengaruhi denyut jantung pada
4
hewan normal adalah spesies, ukuran, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, tahap
kebuntingan, parturition, rangsangan, tahap laktasi, olah raga, posisi tubuh, aktivitas
sistem pencernaan, ruminasi, dan temperatur lingkungan. Jantung memiliki suatu
kapasitas yang kompleks untuk berkontraksi tanpa stimulus eksternal (Frandson,
1992). Denyut jantung menurut Frandson (1992) merupakan urutan peristiwa yang
terjadi secara kontinu pada jantung, berupa gerakan diastole (relaksasi) dan gerakan
sistole (kontraksi). Aktivitas denyut jantung dikendalikan oleh sistem syaraf
simpatetik yang bersifat meningkatkan denyut jantung dan sistem syaraf
parasimpatetik yang bersifat menurunkan denyut jantung (Rastogi, 1977).
Denyut jantung normal pada sapi dewasa adalah 55 - 80 kali/menit,
sedangkan pada pedet 100-120 kali/menit, sedangkan menurut Ensminger (1971)
denyut jantung normal sapi adalah 60-70 kali per menit. Kisaran tersebut dapat
berubah-ubah sesuai kondisi internal sapi maupun kondisi lingkungan. Cara untuk
mendeteksi denyut jantung adalah dengan meraba arteri menggunakan jari hingga
denyutan terasa. Kondisi denyut jantung yang tenang pada sapi dapat dideteksi dari
arteri pada rahang bawah, arteri median, arteri koksigeal bagian tengah pada ekor,
±10 cm di bawah anus (Kelly, 1984).
Respirasi
Respirasi didefinisikan sebagai aktivitas menangkap oksigen dan melepaskan
karbon dioksida (Schmidt-Nielsen, 1997). Pertukaran udara pada hewan dapat terjadi
karena terlibatnya proses kimia dan fisik dalam aktivitas ini (Kelly, 1984). Dua
fungsi utama dari sistem respirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah dan
mengambil karbondioksida dari dalam darah. Fungsi-fungsi yang bersifat sekunder
meliputi membantu dalam regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh,
membantu pengendalian suhu, eliminasi air, dan pembentukan suara. Sistem respirasi
(pada alveolus) dapat mengatur kelembaban dan temperatur udara yang masuk
(dingin atau panas) agar sesuai dengan suhu tubuh (Ganong, 1983).
Sistem respirasi terdiri dari paru dan saluran-saluran yang memungkinkan
udara dapat mencapai dan meninggalkan paru (Frandson, 1992). Pusat respirasi pada
burung dan mamalia adalah di medula yang sensitif terhadap perubahan pH,
temperatur darah, dan faktor-faktor lain (Duke, 1977). Medula adalah perpanjangan
dari otak yang terletak sepanjang ruas tulang belakang. Bagian medula juga sensitif
5
terhadap CO2 pada tekanan darah. Tekanan darah yang meningkat sedikit,
menyebabkan pernafasan menjadi lebih dalam dan cepat (Esmay, 1982).
Aktivitas respirasi ditandai dengan pergerakan tulang rusuk, tulang dada, dan
perut (merespon kontraksi paru-paru dan pergerakan diafragma). Observasi aktivitas
respirasi lebih diutamakan saat ternak dalam posisi berdiri, karena posisi berbaring
akan mempengaruhi respirasi, terlebih lagi pada ternak yang sedang sakit.
Pengontrolan frekuensi respirasi dengan cara berdiri pada salah satu sisi ternak, lalu
mengamati daerah dada dan perut, serta disarankan untuk mengobservasi ternak dari
kedua sisi, untuk mengetahui similaritas pergerakan kedua sisi. Kegiatan frekuensi
respirasi normal pada ternak sapi dewasa adalah 10-30 kali /menit, sedangkan pada
pedet sebanyak 15-40 kali/menit. Peningkatan frekuensi respirasi terjadi ketika ada
peningkatan permintaan oksigen yaitu setelah olah raga, terekspos oleh suhu
lingkungan dan kelembaban relatif yang tinggi, dan kegemukan (Kelly, 1984).
Frandson (1992) menambahkan, kisaran normal respirasi pada sapi berkisar antara 24
hingga 42 kali permenit. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung dari temperatur
lingkungan, besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan, keadaan bunting, dan
penuh tidaknya rumen serta meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan
meningkatnya mekanisme tubuh hewan untuk mempertahankan keseimbangan
fisiologis dalam tubuh hewan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Lama Istirahat
Istirahat merupakan salah satu tingkah laku yang ada pada sapi FH sama
seperti tingkah laku makan dan seksual karena dipengaruhi oleh faktor endogenous.
Hal ini merupakan suatu fase dimana ternak mulai memperhatikan tempat atau
mempersiapkan tempat yang nyaman untuk istirahat. Terdapat dua tipe istirahat,
yaitu istirahat aktif dan istirahat tenang. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui
bahwa hampir sebagian besar ternak melakukan istirahat tenang karena tempat
istirahat tidak sesuai dengan lingkungan habitatnya (Kilgour dan Dalton, 1984).
Lama tiduran sapi normalnya 9 sampai 12 jam perhari, kebanyakan sapi perah lebih
banyak tiduran pada malam hari daripada siang hari. Hal ini dipengaruhi banyak
faktor diantaranya suhu atau temperatur dan aktivitas sapi (Webster, 1993).
6
Musik Klasik
Wolfgang Amadeus Mozart yang dikutip oleh Carlson (2003), menyatakan
bahwa “Musik tidak boleh merusak telinga, musik harus menyenangkan
pendengarnya, artinya dia tidak boleh berhenti menjadi musik”. Campbell (2002),
menyatakan bahwa mendengarkan musik klasik akan membantu mengorganisasi
pola tembakan neuron-neuron dalam konteks serebral, terutama memperkuat prosesproses kreatif otak kanan yang berkaitan dengan penalaran ruang dan waktu.
Menurut pendapat Campbell (2002), musik klasik dapat memberikan
rangsangan, yang nantinya menghasilkan efek mental dan fisik, yaitu antara lain
dapat menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyatakan, musik dapat
memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi
pernafasan, musik mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah, musik
mempengaruhi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik
mempengaruhi suhu badan, musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan
dengan stres, serta musik meningkatkan daya tahan tubuh.
Efek Musik terhadap Respon Tubuh
Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi,
serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur sehingga
menghasilkan gelombang alfa serat gelombang beta dalam gendang telinga dan
memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek
rileks, dan menidurkan. Secara umum musik menimbulkan gelombang vibrasi yang
dapat menimbulkan stimulus pada gendang pendengaran (Campbel, 2002). Stimulasi
itu ditransmisikan pada susunan saraf pusat (limbic system) di sentral otak yang
merupakan ingatan, kemudian pada hypothalamus atau kelenjar sentral memiliki
susunan saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik
dengan respon tertentu.
Musik dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut
jantung dan tekanan darah. Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol
yang meningkat pada saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin,
hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan
nyeri (Young dan Koopsen, 2007).
7
Efek Mozart
Efek Mozart adalah fenomena yang muncul di Amerika Serikat pada 1993
dan berkembang terus sampai ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Buku-buku
tentang Efek Mozart telah ditulis dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk
bahasa Indonesia. Di Amerika Serikat, CD dan kaset Mozart sangat laris sejak
pemberitaan perihal efek ini, bahkan di negara bagian tertentu ada peraturan
pemerintah yang secara khusus menganjurkan warganya mendengarkan Mozart dan
memasukkan musik itu ke kurikulum pendidikan. Efek Mozart umumnya dapat
dijelaskan sebagai kondisi/efek sebagai hasil pemaparan terhadap musik tertentu
(khususnya musik Mozart) dalam waktu singkat dan berefek positif terhadap kognisi
dan perilaku. Pengertian ini pun lalu terdistorsi lebih lanjut oleh publik hingga Efek
Mozart diyakini pula dapat digunakan untuk terapi peningkat pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman (Bowers, 2002).
8
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kandang sapi perah milik H. Mahpudin yang
berlokasi di kawasan Kebon Pedes Tanah Sareal kota Bogor. Penelitian dilakukan
pada bulan Juni hingga akhir Agustus 2012 selama 45 hari.
Materi
Penelitian ini menggunakan empat ekor sapi laktasi bangsa FH yang
diberikan pakan yang sama dan ditempatkan di kandang yang sama. Data kondisi
fisiologis sapi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Fisiologis Sapi Penelitian
Sapi Umur (tahun) Laktasi ke- Bulan Laktasi
1
3
2
3
2
2
3
5
3
2
2
7
4
4
3
6
Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian yaitu stetoskop, stopwatch, alat
tulis, dan 1 unit speaker aktif 35 Watt (1 bass dan 2 treble). Musik klasik yang
diberikan adalah Concerto For Flute And Harp in D dengan kekuatan suara 45 dB.
Prosedur
Data yang telah diperoleh adalah data denyut jantung dan frekuensi
pernafasan serta lama istirahat. Denyut jantung diukur menggunakan stetoskop yang
ditempelkan pada bagian bawah dada sapi sebelah kiri, sedangkan frekuensi
pernafasan dilihat dari pergerakan bagian diafragma sapi. Pengamatan dilakukan
setiap 15 menit dimulai pukul 12.00 sampai 15.30. Tingkah laku istirahat sapi FH
dicatat mulai pukul 12.00- 15.30. Pemilihan waktu saat jam 12.00-15.30 dikarenakan
temperatur suhu kandang yang cukup tinggi.
Denyut jantung dan frekuensi pernafasan sebelum perlakuan diambil pada 15
hari pertama tanpa pemberian musik klasik mozart. Perlakuan dengan pemberian
musik klasik Mozart selama 15 hari kedua dari pukul 12.00-15.30. Data sesudah
perlakuan yakni dengan mengembalikan kondisi menjadi seperti sebelum perlakuan
yaitu tanpa adanya suara musik yakni selama 15 hari.
Rancangan dan Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji-t (t-test). Model matematis menurut Steel dan Torrie (1995) adalah
sebagai berikut:
Keterangan :
= Nilai rataan pengamatan yang sebenarnya(Sebelum perlakuan)
= Nilai rataan pengamatan selama perlakuan
= Keragaman data sebelum perlakuan
= Keragaman data selama perlakuan
= Jumlah data sebelum perlakuan
= Jumlah data selama perlakuan
Analisis dengan uji-t ini dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel
2010. Uji-t yang digunakan adalah t-test: Paired Two Sample for Means.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Lokasi Penelitian
Kawasan peternakan sapi perah Kebon Pedes berada di pusat kota Bogor,
yang terdesak dengan pemukiman penduduk sehingga dianggap sebagai pencemar
lingkungan sekitar. Kebon Pedes juga merupakan areal yang curah hujannya cukup
tinggi karena berada ditengah-tengah kota Bogor yang dikenal juga sebagai kota
hujan. Wilayah Kebon Pedes hampir setiap saat dilalui oleh kereta rel listrik (KRL)
yang menimbulkan suara yang tidak nyaman didengar. Suara-suara bising tersebut
disebabkan oleh pergesekan rel dengan roda gerbong kereta dan juga oleh suara
sirine peringatan yang berada tidak jauh dari peternakan sapi perah.
Kondisi kandang penelitian berada di lantai 2 peternakan milik H. Mahpudin.
Kandang tersebut beratapkan genteng dan beralaskan karpet yang terbuat dari karet
agar sapi tidak mudah terpeleset dan menghindari sapi dari cidera ketika akan rebah
maupun berdiri. Suhu rata-rata pada saat penelitian di kandang tersebut adalah
31,50C. Pakan yang diberikan pada saat penelitian adalah ampas tahu 14
Kg/ekor/Hari.
Denyut Jantung
Data dari denyut jantung, frekuensi pernafasan dan lama istirahat dalam
pengamatan dilampirkan pada Tabel 3. Setiap aspek pengamatan dibagi dalam 15
hari sebelum perlakuan, 15 hari perlakuan, dan 15 hari sesudah perlakuan.
Pengamatan dilakukan terhadap 4 ekor ternak selama 45 hari.
Tabel 3. Nilai Rataan Denyut Jantung, Pernafasan, dan Lama Istirahat
Sapi
Aspek
Denyut Jantung
(kali/menit)
Frekuensi Pernafasan
(kali/menit)
Lama Istirahat (menit)
Rataan
Sebelum Perlakuan
1
86 ± 5
2
85 ± 4
3
82 ± 6
4
80 ± 6
83 ± 6 b
Perlakuan
83 ± 8
76 ± 10
75 ± 7
71 ± 7
76 ± 9
Sesudah Perlakuan
92 ± 6
79 ± 5
86 ± 7
82 ± 4
85 ± 7 c
Sebelum Perlakuan
51 ± 7
63 ± 7
46 ± 10
61 ± 8
56 ± 11 b
Perlakuan
59 ± 10
60 ± 10
30 ± 8
51 ± 10
50 ± 15 a
Sesudah Perlakuan
65 ± 9
66 ± 7
30 ± 14
65 ± 10
56 ± 19 b
Sebelum Perlakuan
30 ± 16
25 ± 17
25 ± 17
25 ± 18
26 ± 17 a
Perlakuan
27 ± 14
29 ± 17
25 ± 14
29 ± 17
27 ± 16 b
Sesudah Perlakuan
32 ± 15
33 ± 18
27 ± 16
33 ± 19
31 ± 17 c
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf P<0,05
a
Kelly (1984) mengemukakan bahwa denyut jantung normal pada sapi dewasa
adalah 55 - 80 kali/menit, sedangkan pada pedet 100-120 kali/menit. Ensminger
(1971) menambahkan, denyut jantung normal sapi adalah 60-70 kali per menit. Ratarata denyut jantung pada sebelum perlakuan pengamatan sebesar 83 ± 6 kali/menit.
Nilai pengukuran ini masih dalam kisaran normal denyut jantung sapi dewasa yang
berkisar antara 55-80 kali/menit.
Rataan denyut jantung yang diberi perlakuan musik mengalami penurunan
hingga mencapai 76 ± 9 kali/menit. Hal ini diduga disebabkan sapi perah yang
menjadi lebih tenang karena bunyi musik yang dilantunkan. Kondisi tenang ini
disebabkan sekresi hormon kortisol yang turun (Young dan Koopsen, 2007),
Dugaan sapi menjadi tenang tersebut terbukti dengan ketika kondisi
dikembalikan lagi seperti sebelum perlakuan (yaitu sesudah perlakuan, tanpa musik),
rataan denyut jantung kembali meningkat menjadi 85 ±7 kali/menit.
Hal ini
membuktikan bahwa efek pemberian musik memberikan ketenangan pada sapi
sehingga berpengaruh terhadap denyut jantungnya (Gambar 1).
Gambar 1. Perubahan Nilai Rataan Denyut Jantung Sapi Selama Pengamatan
Pemberian musik klasik dapat menurunkan denyut jantung sapi perah. Musik
klasik yang didengarkan oleh sapi akan menambah rasa kenyamanan dan ketenangan
sehingga sapi tersebut akan merasa lebih rileks dan tenang. Keadaan tenang sapi
dapat dilihat dari tidak terlalu banyaknya gerakan yang dihasilkan. Lain halnya
ketika suasana lingkungan dikembalikan seperti semula (tidak diberikan musik
12
klasik) pada periode sesudah perlakuan, denyut jantung sapi kembali meningkat dan
cenderung lebih tinggi dari sebelum perlakuan. Umumnya, sapi perah yang ada di
wilayah tropis memiliki denyut jantung yang lebih tinggi jika dibanding dengan sapi
perah yang berada di daratan Eropa atau yang beriklim tropis.
Frekuensi Pernafasan
Data pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa
pemberian musik dapat menurunkan frekuensi pernafasan pada sapi perah. Nilai
rataan frekuensi pernafasan pada sebelum perlakuan adalah 56 ± 11 kali/menit,
ketika diberi perlakuan musik klasik maka frekuensi pernafasan pada sapi perah
menjadi menurun dengan nilai sebesar 50 ± 15 kali/menit. Saat kondisi lingkungan
dikembalikan menjadi seperti semula yakni tanpa ada pengaruh musik klasik,
frekuensi pernafasan naik kembali menjadi 56 ± 19 kali/menit. Pemberian musik
klasik berpengaruh dalam menurunkan frekuensi pernafasan sapi perah (Gambar 2).
Gambar 2. Hasil Pengukuran Nilai Rataan Frekuensi Pernafasan Selama
Pengamatan
Nilai rataan frekuensi pernafasan pada periode sebelum perlakuan, perlakuan
dan sesudah perlakuan tersebut lebih besar dari pada hasil Smith dan
Mangkoewidjojo (1988). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) frekuensi
pernafasan pada sapi yang normal adalah antara 27 - 40 kali/menit. Hal ini mungkin
disebabkan oleh perbedaan suhu lingkungan antara Kebun Pedes sebagai lokasi
penelitian dengan lokasi pengamatan Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Beberapa
13
penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu lingkungan menyebabkan kenaikan
frekuensi pernafasan Menurut Kelly (1984), frekuensi respirasi normal pada ternak
sapi dewasa adalah 10-30 kali /menit, sedangkan menurut Frandson (1992) kisaran
normal respirasi pada sapi berkisar antara 24 hingga 42 kali permenit. Peningkatan
respirasi menurut Kelly (1984) juga dapat terjadi akibat adanya peningkatan oksigen
yaitu setelah olah raga, terekspos oleh suhu lingkungan dan kelembaban relatif yang
tinggi.
Esmay (1982) mengungkapkan bahwa peningkatan tekanan darah meskipun
sedikit dapat menyebabkan pernafasan menjadi lebih dalam dan cepat. Tekanan
darah yang meningkat dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak nyaman
sehingga mengakibatkan stres pada sapi. Penurunan frekuensi pernafasan pada saat
sapi diperdengarkan musik klasik, mungkin berhubungan dengan penurunan tekanan
darah yang diakibatkan dari penurunan denyut jantung pada periode ini.
Lama Istirahat
Ternak yang berada di dalam kandang pada umumnya sedikit melakukan
istirahat tenang karena untuk melakukan istirahat aktif diperlukan suasana yang
nyaman bagi ternak tersebut. Lama istirahat sapi perah pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1 bahwa efek pemberian musik dapat memperlama waktu
istirahat. Rataan lama istirahat selama waktu pengamatan pada saat sebelum
perlakuan adalah sebesar 26 ± 17 menit. Ketika diberikan musik (Perlakuan) rataan
lama istirahat pada sapi perah meningkat, yakni menjadi 27 ± 16 menit. Hal yang
mengejutkan terjadi ketika perlakuan dikembalikan seperti sebelum perlakuan
(sesudah perlakuan), rataan lama istirahat pada sapi perah menjadi naik menjadi 31 ±
17.
Lama tiduran sapi normalnya 9 sampai 12 jam perhari, kebanyakan sapi
perah lebih banyak tiduran pada malam hari daripada siang hari. Hal ini dipengaruhi
banyak faktor diantaranya suhu atau temperatur dan banyaknya aktivitas sapi
(Webster, 1993). Kenaikan rataan lama istirahat ini dapat disebabkan timbulnya
kebiasaan pada sapi perah agar dapat beristirahat pada jam-jam yang sudah seperti
biasanya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, sapi perah akan beristirahat
sekitar pukul 15.00 WIB sampai 16.00 WIB. Berikut grafik rataan lama istirahat
sapi perah selama 45 hari (Gambar 3).
14
Gambar 3. Perubahan Nilai Rataan Lama Istirahat Selama Pengamatan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi istirahat sapi perah menjadi lebih
lama. Salah satu faktor adalah suara musik dapat menutupi kegaduhan yang ada di
sekitar. Frekuensi suara musik klasik yang tenang masuk ke dalam telinga sapi perah
sehingga dapat menyebabkan sapi perah merasa lebih tenang dan lebih nyaman. Jika
ditinjau dari total lama istirahat sapi perah tersebut, dapat dilihat kenaikan yang
signifikan dari sebelum perlakuan hingga sesudah perlakuan (Tabel 4).
Tabel 4. Nilai Total Lama Istirahat Sapi Perah
Total Lama Istirahat Sapi Perah (Menit) Selama Pengamatan
Hari ke- Sebelum perlakuan
Perlakuan
Sesudah Perlakuan
1
0
123
260
2
132
177
180
3
59
207
193
4
198
237
278
5
163
197
395
6
10
191
319
7
120
256
369
8
133
253
232
9
264
251
325
10
166
254
344
11
192
181
303
12
192
297
240
13
280
281
164
14
203
294
248
15
217
221
51
Total
2.329
3.420
3.901
15
Total lama istirahat sapi perah selama sebelum perlakuan adalah 2.329 menit,
meningkat pada saat diberi perlakuan musik klasik menjadi 3.420 menit. Ketika
musik dihilangkan, total lama istirahat selama sesudah perlakuan terlihat meningkat
menjadi 3.901 menit. Hal ini dapat disebabkan karena sapi mulai terbiasa dengan
waktu atau jam tertentu untuk beristirahat. Kebiasaan ini ditimbulkan akibat sapi
sebelumnya sudah terbiasa untuk istirahat selama diperdengarkan musik klasik.
Gambar 4 menunjukkan lama istirahat sapi perah pada 45 hari pengamatan.
Gambar 4. Perubahan Total Lama Istirahat Selama Pengamatan
Terlihat pada Gambar 4 bahwa lama istirahat sapi ketika tanpa pemberian
musik klasik lebih rendah jika dibandingkan ketika sapi diberi perlakuan dengan
mendengarkan musik klasik. Efek musik klasik tersebut dapat membiasakan sapi
perah untuk lebih beristirahat, hal ini dapat dilihat sehabis setelah kondisi
dikembalikan seperti semula yakni tanpa musik klasik, sapi akan beristirahat pada
waktu tertentu yakni jam-jam ketika sedang diperdengarkan musik klasik. Efek
tersebut mulai menurut ketika beberapa hari menjelang akhir pengamatan. Sapi mulai
jarang beristirahat dan terlihat gelisah dan stres seperti di awal pengamatan.
16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian musik pada sapi perah dapat menurunkan denyut jantung dan
frekuensi pernafasan sehingga sapi perah menjadi lebih tenang dan mengakibatkan
lamanya istirahat menjadi bertambah. Pemberian musik juga dapat meminimalisir
kebisingan dari sekitar peternakan sehingga sapi perah menjadi lebih tenang dan efek
stres yang ditimbulkan dari lingkungan dapat diperkecil.
Saran
Musik klasik dapat membuat sapi perah menjadi lebih tenang, tetapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek yang dihasilkan oleh musik
dari aliran yang lain. Lama pemberian musik dan waktu pemberian juga dapat diteliti
lebih lanjut keterkaitannya dengan denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan lama
istirahat. Perlu dilakukan lebih lama penelitian terkait yakni satu masa laktasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Yesus Kristus yang telah
memberikan limpahan kasih dan karunia hingga terselesaikannya skripsi ini Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Cece
Sumantri, M.Agr. Sc. selaku pembimbing akademik, Dr.Ir. Bagus P. Purwanto,
M.Agr. dan Ir. Andi Murfi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
Penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Terimakasih kepada dosen
penguji Dr. Ir. Afton Atabany, M.Si dan Ir. Lilis Khotijah, M.Si atas masukan dan
kritikan yang sangat membangun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh dosen dan staf yang telah mengajar dan membantu dari awal masuk hingga
akhir perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan syukur atas segala kasih sayang dan dukungan
yang telah dicurahkan kepada papa, mama, adik Jean’s Citra, serta seluruh keluarga
besar. Semoga Tuhan Yesus membalas kebaikan kalian semua.
Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada kepada Bapak H.
Mahpudin dan istri selaku penyedia sarana penelitian dan kepada karyawan
peternakan sapi perah yang telah membantu secara maksimal. Terima kasih Penulis
ucapkan kepada Rosianne yang selalu menemani penulis selama penelitian dan
sampai skripsi ini terselesaikan. Kepada seluruh pegawai kandang diucapkan terima
kasih karena sudah membantu meringankan penelitian penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Opah dan Omah Song, Jikuh,
jikim, papi, mami, papa Samuel, dan mama Lani yang sudah memberikan semangat,
bantuan, dan doa sehingga terselesaikannya skripsi ini. Kepada sahabat-sahabatku
Edu, Edo, Paingat, Raushan, Akhyar, Hesti, Nawang, dan Inessya, serta teman-teman
IPTP 45, terima kasih atas bantuan, semangat, kehangatan, dan kebersamaannya.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika Institut
Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bowers, J. 2002. Effects of an intergenerational choir for community-based seniors
and college students on age-related attitudes. J Music Ther 1999;35(1):2-18.
Campbell, D. 2002. Efek Mozart. PT Gramedia, Jakarta.
Carlson, B. 2004. Karunia Musik Para Komponis dan Pengaruh Mereka. Momentum,
Surabaya.
Despal, N. Sigit, Suryahadi, D. E. Amirroenas, A.S. Tjakradidjaja, I. G. Permana, &
T. Toharmat. 2008. Nutrisi Ternak Perah. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Duke, G.E. 1977. Respiration in Birds. Dalam : M. J. Swenson (Editor). Duke’s
Physiology of Domestic Animals, Review of Medical Physiology, Edisi Ke9. Cornell University Press, London.
Ensminger, M.E. 1971. Dairy Cattle Science. Interstate Publisher Inc., Illinois.
Esmay, M.L. 1982. Principles of Animal Environmental. AVI Publishing Company
Inc., Connecticut.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan : B. Srigandono
dan K. Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ganong, W. J. 1983. Review of Medical Physiology. 11th ed. Maruzen Asia ed.
Lange Medical Publication. Maruzen Asia. P: 599.
Kelly,W.R. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. Bailliere Tindall, London.
Kilgour, R & C. Dalton. 1984 Livestock Behaviour. A Practical Guide. Granada
Publishing Ltd, Great Britain.
Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah.Fakultas Peternakan. Universitas Gajah
Mada, Jogjakarta.
Rastogi, S.C. 1977. Essentials of Animal Phisiology. Willey Eastern. Limited,
New Delhi.
Schmidt, G.H., L.D. Van Vleck, & M.F. Hutgens. 1988. Principles of Dairy Science.
Edisi Kedua. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Schmidt, K., N. 1997. Animal Physiology: Adaptation and Environment. 5th ed.
Cambridge University Press, Cambridge.
Sigit K. 2004. Bahan Kuliah Biologi Hewan Ana 111 : Klasifikasi dan Filogeni.
Bogor: Bagian Anatomi, Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Smith, J. B. & S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Steel, R.G.D & J.H. Torrie. 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penterjemah
Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sudono, A., R. F. Rosdiana, & B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Tyler, H. D & M.E. Ensminger. 2006.
Dairy Cattle Science. 4th ed. Pearson Education Inc., New Jersey.
Sutardi, T. 1983. Pengaruh kelamin dan kondisi tubuh terhadap hubungan bobot
dengan lingkar dada pada sapi perah. Media Peternakan 8(2): 32 – 43.
Tyler, H. D & Ensminger, M. E., & H. D. 2006. Dairy Cattle Science. Edisi Keempat.
Upper Saddle River, New Jersey.
Webster, J. 1993. Understanding the dairy cow. 2nd ed Blackwell Science, Oxford,
374 pp.
Widjaja, K. 1998. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan.
Pusat Inkubator Agribisnis dan Agroindustri Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Young, C & Kopsen, C. 2007. Spiritualitas, Kesehatan, dan Penyembuhan. Medan:
Bina Media Perintis.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Data Denyut Jantung dan Perhitungan dengan Ms. Excel 2010
Sebelum
Perlakuan
76,50
82,80
83,25
84,00
82,91
83,57
93,00
92,14
84,00
86,73
84,55
85,33
84,67
90,00
96,00
75,00
84,00
85,71
81,75
87,27
81,86
87,82
88,00
83,25
87,60
90,00
81,60
90,00
81,00
83,33
69,00
83,45
79,50
73,50
84,92
85,71
82,80
79,50
81,60
94,80
88,67
85,80
Perlakuan
79,09
75,27
76,20
78,60
93,00
92,40
88,91
89,33
91,64
83,25
87,43
87,00
78,00
70,00
70,20
77,45
80,25
75,00
76,80
85,80
88,67
86,57
86,57
80,57
77,14
79,50
72,67
64,00
54,86
59,33
73,80
72,67
78,00
74,57
84,00
78,00
85,71
81,00
77,25
76,50
80,25
72,86
Sesudah
Perlakuan
86,00
88,80
94,36
87,75
84,75
87,33
102,00
98,18
99,33
98,57
91,33
89,40
97,09
93,33
88,29
73,50
74,00
80,67
76,00
78,86
88,00
78,00
81,00
84,67
80,40
70,67
78,00
84,00
81,33
80,14
81,75
78,67
96,75
84,00
88,50
96,00
91,50
83,14
78,00
76,50
81,60
81,00
77,00
82,67
81,75
67,50
81,60
81,43
70,00
79,00
79,29
88,20
84,00
73,33
83,33
82,00
84,60
84,75
84,60
74,67
83,11
5,71
72,00
59,00
64,80
76,00
68,25
69,33
68,57
78,67
82,80
69,00
72,00
76,80
75,75
74,00
76,50
64,80
54,00
60,60
76,38
8,97
97,71
87,60
94,36
75,75
78,00
86,25
81,60
84,00
81,00
82,80
81,60
81,00
90,00
81,60
77,25
82,80
83,33
81,27
85,02
7,27
22
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sebelum
Perlakuan
83,11
32,57
60,00
0,18
0,00
59,00
5,34
0,00
1,67
0,00
2,00
Perlakuan
76,38
80,48
60,00
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sesudah
Perlakuan
85,02
52,91
60,00
0,23
0,00
59,00
6,59
0,00
1,67
0,00
2,00
Perlakuan
76,38
80,48
60,00
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sesudah
Perlakuan
85,02
52,91
60,00
0,20
0,00
59,00
1,78
0,04
1,67
0,08
2,00
Sebelum
Perlakuan
83,11
32,57
60,00
23
Lampiran 2. Analisis Data Frekuensi Pernafasan dan Perthitungan dengan Ms. Excel
2010
Sebelum
Perlakuan
Perlakuan
46,50
44,18
62,40
42,55
56,25
52,20
40,80
61,80
40,36
64,80
39,86
63,00
47,14
70,36
56,14
72,00
59,25
69,27
54,00
60,00
57,82
69,43
52,00
65,00
56,67
52,00
59,33
43,33
43,80
54,00
60,00
67,09
79,71
68,25
72,43
57,75
54,00
64,80
63,82
69,60
59,57
56,00
67,09
73,71
60,00
74,57
64,50
57,43
58,80
56,57
70,67
64,50
61,80
52,00
52,50
50,00
68,40
37,71
56,00
49,33
55,50
33,43
57,86
37,29
59,57
40,29
25,71
26,14
54,86
39,43
51,86
31,29
43,29
25,29
48,86
39,00
48,00
33,43
47,14
30,86
49,71
35,14
49,29
24,86
Sesudah
Perlakuan
60,67
68,40
73,09
45,75
61,50
55,33
54,75
67,64
73,78
70,29
68,67
54,60
68,18
78,00
73,71
66,75
62,00
74,67
49,33
68,57
56,67
65,00
72,00
71,33
62,40
64,50
61,20
63,33
73,33
74,14
30,43
42,86
46,29
20,57
14,14
15,00
18,86
33,00
23,57
16,71
22,71
28,71
26,57
39,43
35,57
57,00
72,00
71,14
48,50
59,50
54,43
73,20
64,00
59,33
52,67
66,00
68,40
59,25
55,20
54,67
55,50
10,77
29,14
15,43
15,86
38,00
56,25
60,67
56,57
50,00
48,00
40,50
57,43
48,00
65,25
59,33
62,25
49,20
32,57
41,40
50,09
15,15
37,29
28,71
67,71
51,75
66,60
80,25
48,60
58,00
49,50
68,40
72,00
69,00
72,00
63,60
60,00
69,00
76,00
72,00
56,38
18,51
24
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sebelum
Perlakuan
55,50
115,95
60,00
0,45
0,00
59,00
2,98
0,00
1,67
0,00
2,00
Perlakuan
50,09
229,45
60,00
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sesudah
Perlakuan
56,38
342,53
60,00
0,58
0,00
59,00
3,08
0,00
1,67
0,00
2,00
Perlakuan
50,09
229,45
60,00
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sesudah
Perlakuan
56,38
342,53
60,00
0,51
0,00
59,00
0,43
0,34
1,67
0,67
2,00
Sebelum
Perlakuan
55,50
115,95
60,00
25
Lampiran 3. Analisis Data Lamanya Istirahat per-15 Hari dan Perhitungan dengan
Ms. Excel 2010
Sebelum
Perlakuan
Perlakuan
527
644
598
955
600
896
604
925
582
855
37
143
per 15 hari
Sesudah
Perlakuan
746
804
1.219
1.132
975
235
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
Df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sebelum
Perlakuan
Perlakuan
855,00
582,25
20.367,33 1.362,92
4,00
4,00
0,98
0,00
3,00
5,11
0,01
2,35
0,01
3,18
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sesudah
Perlakuan
Perlakuan
975,25
855,00
55.288,92 20.367,33
4,00
4,00
0,52
0,00
3,00
1,19
0,16
2,35
0,32
3,18
26
Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan
Rataan
Varian
Pengamatan
Korelasi Pearson
Hipotesis Pervarianan Rata-rata
df
t Statistik
P(T<=t) satu-arah
titik kritikal t satu-arah
P(T<=t) dua-arah
titik kritikal t dua-arah
Sesudah
Sebelum
Perlakuan Perlakuan
975,25
582,25
55.288,92 1.362,92
4,00
4,00
0,68
0,00
3,00
3,71
0,02
2,35
0,03
3,18
Lampiran 4. Gambar Sapi Penelitian Ketika Diberi Musik
27
Lampiran 5. Peta Daerah Kebon Pedes
Sumber: Googlemaps (2013).
28
Download