STUDI PEMANFAATAN ENERGI LISTRIK TENAGA ARUS LAUT DI SELAT ALAS KABUPATEN LOMBOK, NTB Asruldin Azis - 2203100109 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak Listrik merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan menjadi penunjang di segala aspek kehidupan dan pembangunan nasional, termasuk peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia. Dari tahun ke tahun kebutuhan energi listrik juga semakin meningkat pesat. Namun ketersediaan energi listrik untuk kebutuhan nasional belum mencukupi seperti dengan adanya pemadaman bergilir di beberapa daerah di Indonesia. Pembangkit energi listrik yang menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) dirasa sudah tidak ekonomis lagi dikarenakan persediaan bahan bakar fosil sudah menipis disertai dengan fluktuasi harga yang cenderung meningkat serta transportasi yang jauh ke tempat pembangkitan, sehingga dibutuhkan alternatif lain sebagai tenaga pembangkitan listrik. Seperti arus laut yang memiliki potensi besar di Indonesia karena memiliki banyak pulau dengan potensi arus laut yang besar seperti di Selat Alas, Kabupaten Lombok Timur NTB. Untuk itu dalam tugas akhir ini mengadakan studi analisis pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut di sebelah timur pulau Lombok dari segi teknis dan ekonomis untuk pemenuhan kelistrikan di daerah tersebut dengan menggunakan parameter potensi gelombang laut, ekonomi, dan lingkungan. Diharapkan dari penelitian ini dapat mengatasi krisis ketenagalistrikan di Pulau Lombok dan Indonesia pada umumnya. Kata kunci: energi alternatif, arus laut 1. PENDAHULUAN Peran penting energi terutama energi listrik sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia serta merupakan pendukung keberhasilan ekonomi Nasional. Konsumsi energi final relatif tinggi dengan pertumbuhan rata-rata 7% pertahun dengan data daftar tunggu untuk menjadi pelanggan PLN sekitar 1.162.419 pelanggan dengan kebutuhan daya sekitar 2.725.705,08 kVA. Sehingga dibutuhkan akses energi yang handal dan terjangkau merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat sejalan dengan pembangunan di bidang teknologi, ekonomi, industri, informasi, dan segala aspek kehidupan lainnya. PT. PLN (Persero) menjadi lembaga pemerintah dalam penyediaan kelistrikan nasional belum mampu menyediakan energi listrik seiring pesatnya kebutuhan listrik di masyarakat. Terutama di daerah-daerah seperti di Nusa Tenggara Barat. Belum lagi pembangkit listrik yang banyak digunakan di Indonesia sangat mengandalkan pemanfaatan Bahan Bakar Minyak (BBM) atau minyak bumi sebagai salah satu sumber energi untuk menghasilkan listrik. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa mempunyai potensi sumber-sumber energi baru terbarukan yang melimpah sekitar 1,2 x 109 MW sedangkan yang termanfaatkan masih sangat kecil, sekitar 4679,37 MW atau 3,88 x 10 -4 % dari total potensi tersebut. Sehingga dimungkinkan untuk peningkatan pemanfaatkan sumber energi yang murah, ramah lingkungan dan terbarukan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pembangkit yang efisien, mudah pendistribusiannya dan ramah lingkungan di masing-masing daerah di Indonesia dan menggalakkan pemanfaatan sumber energi lain selain bahan bakar minyak untuk proses pembangkitan seperti air, batubara, maupun arus laut di wilayah kepulauan. Dengan mengkaji pemanfaatan penggunaan arus laut sebagai tenaga pembangkitan energi listrik di sebelah timur Pulau Lombok di Selat Alas Kabupaten Lombok Timur diharapkan menjadi penyelesaian permasalahan kelistrikan di wilayah tersebut dan Indonesia pada umumnya dapat teratasi dengan baik. 2. PERENCANAAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK ENERGI ARUS LAUT DI PULAU LOMBOK Arus laut adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Arus di permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut. Selain itu, arus di permukan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents). Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut termasuk dalam Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut karena derasnya arus dan tingginya gelombang dipengaruhi oleh interaksi bulan-bumi. Mekanisme kerja pembangkit ini tidak jauh berbeda dengan pembangkit listrik tipe lainnya. 2.1. Prinsip Kerja Teknologi Marine Current Turbine (MCT) bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang dibenamkan di bawah laut. Kincir memutar rotor yang menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir (gearbox). Kincir tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horisontal dari sebuah barang silinder yang diborkan ke 1 dasar laut. Turbin tersebut akan menghasilkan 7501500 KW per unitnya, dan dapat disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Demi menjaga agar ikan dan makhluk hidup lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor diatur 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-baling kapal laut berkisar hingga sepuluh kalinya). digunakan Jenis rotor yang mirip dengan kincir angin atau cross-flow rotor atau rotor Darrieus. Generator, dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Generator yang digunakan oleh pembangkit arus laut dengan teknologi MCT adalah generator asinkron. Gearbox, berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada turbin energi arus laut menjadi putaran tinggi agar daat digunakan untuk memutar generator. Sistem Pengereman, digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat arus yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Rectifier-Inverter, untuk mengatasi naik turunnya keluaran listrik dari generator karena naik turunnya putaran turbin maka listrik yang dihasilkan oleh generator harus disalurkan terlebih dahulu ke sistem rectifier-inverter agar keluaran tegangan dan frekuensi listriknya sama dengan listrik yang dihasilkan PLN. Gambar 1. Teknologi Marine Current Turbine Daya keluaran dari pembangkit listrik arus laut dapat diperoleh melalui persamaan berikut : (2.1) dengan : P = daya output (watt) = berat jenis air = 1025 kg/m3 A = luas permukaan turbin (m2) V = kecepatan arus (m/s) Dengan mempertimbangkan bahwa pembangkit energi arus laut memiliki losses di turbin, maka persamaan daya keluaran pembangkit menjadi : (2.1) dengan : CP = konstanta performa turbin. 2.2. Komponen Gambar 2. Komponen MCT Pembangkit listrik tenaga arus laut memiliki beberapa komponen penting antara lain : Rotor, untuk mengkonversikan energi kinetik terdapat dua jenis rotor (daun turbin) yang biasa 2.3. Biaya Pembangkitan Tenaga Listrik Biaya pembangkitan total tanpa biaya eksternal merupakan penjualah dari biaya modal, biaya bahan bakar, serta biaya operasional dan perawatan. Atau, 2.4. Metode Regresi untuk Peramalan Beban Metode regresi linear berganda peubah bebas (Independent Variable), yaitu suatu peubah yang sifatnya mempengaruhi peubah yang lain dan peubah yang dipengaruhi disebut peubah tak bebas (Dependent Variable), disebut tak bebas karena nilainya sangat tergantung dari peubah bebas. Suatu model yang mengaitkan peubah respon Y pada suatu himpunan peubah prediktor bebas diukur tanpa galat, (1) Disebut model statistik linear. Suatu anggapan umum bahwa ; , Di samping itu sering dianggap bahwa distribusi (karenanya itu juga Y) normal. Penggunaan matriks memudahkan penentuan dan penurunan persamaan yang terkait. Maka kita dapat menulis (untuk setiap i=1,2,3,…,n) : (2) Dalam lambang matriks dapat dituliskan sebagai : (3) Untuk mendapatkan nilai β adalah (4) Dengan β = Nilai Estimate (nilai dugaan) Y = Konsumsi Energi Listrik X = Nilai Variabel 3. NUSA TENGGARA BARAT 3.1. Letak Geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beribukota di kota Mataram, jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat mencapai 4.292.421 juta jiwa. NTB yang terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15 km . Terletak antara 115 46' 119 5' Bujur Timur dan 8 10' - 9 5' Lintang Selatan. Jumlah pelanggan PLN total di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah 361.874 pelanggan dengan energi terjual sebesar 621, 78 GWh. Karakteristik dari pelanggan PLN yang ada di Nusa Tenggara Barat dapat dilihat pada Tabel 3.9. Perbandingan daftar tunggu pelanggan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan wilayah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 3.11. 2 Gambar 3. Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat Tabel. 3.11. Daftar Tunggu Pelanggan di NTB dan Perbandingannya No. Daerah 1 2 3 4 NTB Luar Jawa Jawa Indonesia Jumlah Pelanggan 145.646 809,233 353.196 1.162.419 % 12,53 69,62 30,38 100 Kapasitas kVA % 116.105,05 4,26 1.387.466,35 50,90 1.338.238,73 49,10 2.725.705,08 100 3.4. Kabupaten Lombok Timur Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur beribukota Selong adalah salah satu kabupaten diantara 9 Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat, berada di sebelah timur Pulau Lombok. Terletak antara 116º-117 º Bujur Timur dan 8º-9º Lintang Selatan. 3.2. Kondisi Sosial Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Barat Menurut Lapangan Usaha atas dasar berlaku pada tahun 2006 sebesar 28.593,61 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 25.681,27 milyar rupiah, atau mengalami peningkatan sebesar 11,34 persen. 3.3. Data Kelistrikan NTB Pembangunan ketenagalistrikan karena dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara signifikan yang mencapai 638.037.249 juta Kwh. Sementara yang terjual pada tahun 2006 sebesar 501.134.742 juta Kwh. Meningkat menjadi 566.233.859 juta Kwh pada tahun 2007 walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Tabel 1 Karakteristik Pelanggan PLN di Provinsi Nusa Tenggara Barat No Jenis Pelanggan 1 Rumah Tangga 2 Industri 3 Bisnis 4 Sosial 5 Gedung Jumlah Pelang gan 331.749 (91,68%) 146 (0,04%) 15.155 (4,19%) 11.438 (3,16%) 2.241 (0,62%) Kantor Pemerintah 1.145 6 Penerangan Jalan Umum (0,32%) Jumlah 361.874 Daya Tersambu ng (MVA) 215,63 (66,49%) 9,41 (2,90%) 62,43 (19,25%) 17,01 (5,25%) 11,84 (3,65%) 7,96 (2,45%) 324,29 Energi Pendapatan Terjual (juta Rp.) (GWh) 393,27 204.634,05 (63,25%) (51,66%) 12,95 10.538,66 (2,08%) (2,66%) 149,08 136.866,92 (23,98%) (34,55%) 25,17 13.872,60 (4,05%) (3,50%) 13,22 12.389,76 (2,13%) (3,13%) 28,09 17.784,70 (28,09%) (4,49%) 621,78 396.086,69 Gambar 4. Peta Kabupaten Lombok Timur Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah 2.679,88 km2 terdiri atas daratan dan lautan. Daratan seluas 1.605,55 km2 (59,91 %) dan lautan seluas 1.074,33 km2 (40,09 %). Luas daratan Kabupaten Lombok mencakup 33,88 persen dari luas Pulau Lombok atau 7,97 persen dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008 adalah 1.081.630 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,33 % per tahun. Kondisi Sosial Ekonomi Nilai PDRB yang telah dicapai Lombok Timur meningkat dengan baik yang dinilai atas dasar 3 harga berlaku (currents) maupun atas penilaian dengan harga pada tahun dasar 2000 (harga konstan). Nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 telah mencapai 4.326,2 Milyar Rupiah, mengalami perkembangan 13,56 persen dibanding tahun 2006 yang mencapai 3.809,8 Milyar Rupiah. Sementara nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000, pada tahun 2007 telah mencapai 2.536,1 Milyar Rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,09 persen dibanding tahun 2006 yang mencapai nilai 2.413,3 Milyar rupiah. 3.5. Data Kelistrikan Kabupaten Lombok Timur Data produksi listrik PLN selama lima tahun terakhir meningkat dengan persentase kenaikan ratarata per tahun sekitar 17,44 persen. Produksi tahun 2008 adalah 119.359,470 kWh meningkat 44,20 persen dibanding produksi tahun 2007. Peningkatan yang cukup taham juga terjadi pada nilai jual yang sejak tahun 2003 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 24,40 persen per tahun. Persentasi kenaikan nilai jual pada tahun 2008 adalah sebesar 31,07 persen dibanding tahun 2007.\ Tabel 3.15. Daya Terpasang, Penjualan dan Pelanggan PT PLN (persero) Wilayah XI Ranting Selong Tahun 2008 Daya Daya Daya Nilai Terp- Mam- TersamkWh Jual Jumlah Tahun kWh Jual sang pu bung Terima (Ribu Pelanggan (kW) (kW) (kW) Rp) 2003 27.70016.500 24.818.51452.769.33042.921.221 19.255 43.643 2004 32.97221.275 25.504.088 1.928.00046.351.396 22.611 43.818 2005 33.47227.800 26.697.784 4.485.20448.122.262 23.688 44.325 2006 33.93227.450 33.885.56013.122.16068.462.073 36.523 44.535 2007 32.97222.158 35.401.17182.771.67982.771.679 41.842 45.257 2008 27.97221.874 37.322.06896.731.02896.771.679 54.843 45.942 Jumlah Pelanggan PLN di Rating Selong yang mencakup wilayah Kabupaten Lombok Timur untuk tahun 2008 adalah 48.942 pelanggan dengan jumlah daya listrik yang terjual sebesar 96.771.679 kWh. 4. ANALISIS PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT DI SELAT ALAS, LOMBOK TIMUR, NTB 4.1. Kondisi Eksisting Kelistrikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Pembangkit tenaga listrik di Nusa Tenggara Barat masih 99% dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan menggunakan BBM sebagai bahan bakar pembangkitnya. Sistem pembangkitan kelistrikan di Nusa Tenggara Barat dibagi 3 yaitu Sistem Lombok, Sistem Sumbawa, dan Sistem Bima. Berdasarkan data statistik PLN 2008, kapasitas daya yang terpasang 139,78 MW dengan persentase hanya 0,55% dari total daya terpasang di Indonesia. Sedang daya mampu di NTB adalah 98,36 MW atau dengan persentase 0,46% dari total daya mampu se Indonesia. Rincian dari kapasitas daya pembangkit di Nusa Tenggara Barat dan perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Neraca Daya di Nusa Tenggara Barat dan Perbandingannya No. Daerah 1 Jawa 2 3 Luar Jawa NTB 4 Indonesia Daya Terpasang (MW) 18.534,27 (72,42%) 7.059,65 (27,58%) 139,78 (0,55%) 25.593,92 (100,00%) Daya Mampu (MW) 16.540,62 (76,65%) 5.039,74 (23,35%) 98,36 (0,46%) 21.580,36 (100,00%) Beban Puncak (MW) 16.307,21 (77,21%) 4.812,86 (22,79%) 93,04 (0,44%) 21.120,07 (100,00%) Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali Tabel 3. Rasio Elektrifikasi dan Energi Nusa Tenggara Barat dengan perbandingannya Satuan PLN NTB Luar Jawa Jawa Indonesia Penduduk (x1000) 4.363,8 95.666,7 132.856,6 228.523,3 Rumah Tangga (x1000) 1.135,9 22710,0 35.006,1 57.716,1 Pelanggan Rasio kWh Rumah Elektrifikasi jual/ka Tangga pita 331.749 29,21 % 142,49 12.307.677 54,19 % 321,90 23.717.394 67,75 % 739,32 36.025.071 62,42 % 564,58 Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali Tabel 3. tersebut dapat diketahui bahwa kondisi kelistrikan di Nusa Tenggara Barat dengan rasio elektrifikasi hanya 29,21% masih sangat jauh dari rasio elektrifikasi kondisi di Luar Jawa yang sebesar 54,91%. Pemadaman bergilir dan daerah masih banyak yang belum teraliri listrik menjadi salah satu penyebabnya. Pembangkit di NTB didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan jumlah 140 buah berdasarkan data Statistik PLN 2008, dengan daya terpasang 139,18 MW dan daya mampu sebesar 98,36 MW, sangat jauh dibanding dengan statistik Luar Jawa dan Indonesia. Tabel 4 Pembangkit Eksisting di Nusa Tenggara Barat dan Perbandingannya N o. Jenis Pembangkit 1. Nusa Tenggara Barat 1. PLTD 2. PLTMG Luar Jawa Jawa Indonesia 2. 3 4 Jumlah Daya Pembang Terpasang kit (MW) 140 4.733 273 5.006 Daya Mampu (MW) 139,18 0,60 7.059,65 16.534,27 25.593,92 98,36 0,00 5.039,74 16.540,62 21.580,36 Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali Tabel 5. Pemakaian Bahan Bakar di Nusa Tenggara Barat dan Perbandingannya No 1 2 3 4 Daerah Jawa Luar Jawa NTB Indonesia Bahan Bahar Minyak (kiloliter) Batubara (ton) 7.063.156,89 18.330.133,89 4.257.332,39 2.669.387,26 191.754,17 11.320.489,28 20.999.521,15 Gas Alam (ton) 148.622,25 33.038,78 181.661,42 Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali Pembangkit listrik di Nusa Tenggara Barat memanfaatkan PLTD sehingga 99 % menggunakan bahan bakar untuk menjalankan pembangkitnya. Berikut daftar pemakaian bahan bakar dan satuan harga bahan bakar untuk NTB dengan perbandingannya. 4.2. Peramalan Beban dengan Metode Regresi Linear Berganda Perhitungan perkiraan beban dilakukan dengan menggunakan data yang berasal dari wilayah kelistrikan Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Data yang dipakai merupakan data dalam kurun waktu 10 tahunan mulai tahun 19992008 dengan hasil perhitungan merupakan perkiraan beban untuk jangka panjang sampai 2023. Untuk mendapatkan prediksi energi yang terjual untuk masa depan di Kabupaten Lombok Timur dengan memasukkan variabel-variabel yang ada di Tabel 6 Tabel 6 Data input Energi Terjual, Jumlah Pelanggan per Sektor, Jumlah Penduduk, dan PDRB NTB Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indus tri (X4) 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 Energi terjual (GWh) (Y) RT (X1) 21,204091 25,099098 29,709584 35166977 42,921221 46,351396 48,122262 68,462073 82,771679 96,731028 37.993 38.457 38.968 39.487 40.012 40.172 40.637 40.830 41.492 42.120 Publik (X5) 390 394 400 405 410 412 417 419 425 432 Sosial (X2) Kome rsial (X3) 1.310 1.326 1.343 1.361 1.379 1.385 1.401 1.407 1.430 1.452 1.736 1.758 1.781 1.805 1.829 1.836 1.857 1.866 1.896 1.925 Penduduk (ribuan) (X6) PDRB (ribu Rp) (X7) 961,340 973,068 986,010 999,124 1.012,412 1.025,877 1.039,521 1.053,347 1.067,673 1.081,630 1.774,247 1.967,190 2.261,006 2.447,909 2.633,246 2.934,998 3.307,169 3.616,856 4.052,019 4.492,661 Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2008 Perkiraan beban dihitung dengan menggunakan data yang berasal dari indikator energi dan ekonomi yang ada pada Kabupaten Lombok Timur. Daya yang dipakai adalah data dalam kurun waktu 10 tahun dengan hasil perhitungan merupakan perkiraan beban untuk jangka menengah selama kurun waktu 15 tahun. Maka dengan persamaan 4.2 akan didapat nilai β untuk mempermudah perhitungan digunakan bantuan software Matlab sehingga nilai β adalah sebagai berikut : Dengan didapatkan nilai β maka bisa dihitung peramalan energi terjual untuk 15 tahun ke depan, yaitu dengan menggunakan persamaan 4.1. dengan menggunakan nilai X dari data inputan pada Tabel 7. berikut : Tabel 7. Data Input Nilai Variabel Perhitungan Peramalan Kebutuhan Beban di Kabupaten Lombok Timur Tahun RT (X1) Sosial (X2) Kome rsial (X3) Ind ustri (X4) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 42.680 43.248 43.823 44.406 44.996 45.595 46.201 46.816 47.438 48.069 48.709 49.357 50.013 50.678 51.352 1.471 1.491 1.511 1.531 1.551 1.572 1.593 1.614 1.635 1.657 1.679 1.701 1.724 1.747 1.770 1.951 1.977 2.003 2.029 2.056 2.084 2.112 2.140 2.168 2.197 2.226 2.256 2.286 2.316 2.347 18 18 19 19 19 19 20 20 20 21 21 21 21 22 22 Pub Penduduk lik (ribuan) (X5) (X6) 438 \444 449 455 462 468 474 480 487 493 500 506 513 520 527 1.096,016 1.110,593 1.125,364 1.140,331 1.155,497 1.170,865 1.186,438 1.202,218 1.218,207 1.234,409 1.250,827 1.267,463 1.284,320 1.301,402 1.318,710 PDRB (juta) (X7) 4.552,413 4.612,960 4.674,313 4.736,481 4.799,476 4.863,309 4.927,991 4.993,534 5.059,948 5.127,245 5.195,437 5.264,537 5.334,555 5.405,505 5.477,398 Data perhitungan akan diperoleh perkiraan energi terjual di Kabupaten Lombok Timur untuk proyeksi jangka menengah yaitu 15 tahun ke depan seperti terlihat pada tabel 8 dan gambar 4. Berikut : Tabel 8. Data Proyeksi Kebutuhan Energi di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 Energi Terjual (GWh) (Y) 91,81 98,58 105,80 113,58 121,94 130,91 140,54 150,88 161,99 173,91 186,70 200,44 215,19 231,02 248,02 5 Grafik Pertumbuhan dan Proyeksi Energi Terjual 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 energi terjual 50,00 0,00 Gambar 5. Pertumbuhan dan Proyeksi Kebutuhan beban di Lombok Timur Dari Tabel 4.10 di atas pertumbuhan energi listrik terjual pertahun dapat dihitung dan besarnya sekitar 7,35 % selama 15 tahun ke depan. Pada tahun 2023 energi yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan beban sebesar 226,738 GWh. Jadi total daya yang dibutuhkan untuk tahun 2023 adalah sebesar 226,738/8760 = 25,88 MW (1 tahun = 8760 jam). Dari tabel terlihat bahwa tahun 2023, kebutuhan energi di Kabupaten Lombok Timur sebesar 226,738 GWh Dan terus mengalami peningkatan. Sehingga diperlukan pembangunan pembangkitpembangkit baru guna mengatasi kebutuhan energi listrik di Kabupaten Lombok Timur. 4.3. Analisis Teknis Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Pembangunan PLTAL/Kobold di Desa Ketapang Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur, memanfaatkan potensi arus laut pada selat Alas pantai Tanjung Menangis berjarak ±4 km dari jalan raya Aikmel – Pelabuhan Kayangan. Secara geografis terletak pada kordinat 116°39’28” Bujur Timur dan 8°33’20” Lintang Selatan dengan ketinggian 1 foot dari permukaan laut. mengelompok pada dua lokasi dengan jarak dari pusat pembangkit ± 1,5 km dan ± 1 km. Dusun Ketapang Desa Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan daya listrik dari PT. PLN (Persero) Cabang Mataram. 4.3.1. Arus Laut sebagai Sumber Energi Listrik Dari beberapa pengamatan arus yang dilakukan sejak akhir 2006 pada bulan Desember dan data pngukuran arus pada tahap ke-2 ternyata dari beberapa lokasi tersebut, lokasi yang signifikan adalah pada lokasi 5. Ppengukuran arus dilakukan pada tanggal 3 Agustus sampai 18 Agustus 2007. Gambar 7. Grafik Durasi Kecepatan Arus di atas 1,2 M/S di Lokasi 5 Untuk mengetahui energi listrik yang diperoleh maka dihitung dengan persamaan penghubung antara arus laut yang terjadi dengan energi listrik yang diperoleh dengan menggunakan Turbin Kobold, persamaan 4.3. menunjukkan hubungan tersebut : (4) Dengan P = Energi listrik yang dihasilkan (kW) ρ = Berat jenis air laut (1.025) V = Kecepatan arus (m/s) S = Tinggi Blade = 40 m2 Η = Koefisien untuk turbin Kobold = 50 % Mengacu pada rumus hubungan arus dan energi listrik yang terjadi dapat dibuatkan sebuah grafik hubungan antara arus dan output energi listrik yang terjadi. Gambar 4.6. menunjukkan untuk kecepatan arus sebesar 1,2 m/s diperoleh energi listrik sebesar 17,71 kW. 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 Gambar 6. Peta Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Pembangunan Pembangunan PLTAL menggunakan Kobold direncanakan untuk memenuhi kelistrikan rumahrumah penduduk dan fasilitas umum di dusun Ketapang, secara geografis konsentrasi penduduk 0,00 3,0 2,9 2,8 2,7 2,6 2,5 2,4 2,3 2,2 2,1 2,0 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 Gambar 8. Grafik Kecepatan Arus dengan Power (kW) Hasil pengamatan lapangan dilakukan dengan penyelaman di daerah sekitar lokasi 2 hingga lokasi 5, sedimen permukan yang terdiri dari endapan pasir dan kerikil tidak menjadi masalah dalam penempatan balok beton untuk pengingat perangkat pembangkit listrik dari Kobold. Sedangkan akurasi peta batimetri dan morfologi dasar laut setelah diadakan pengukuran ulang serta posisi dengan alat berbeda dan juga dengan penyelaman ternyata sangat akurat. Berdasarkan hasil tersebut peta dasar dan garis pantai dapat langsung sebagai dasar peletakan perangkat peralatan turbin serta perhitungan panjang kabel dari laut hingga ke darat. 4.3.2. Konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Kobold Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut yang akan dibangun di Tanjung Menangis Selat Alas Kabupaten Lombok Timur menggunakan kobold sebagai salah satu Marine Current Turbine dalam menghasilkan energi kinetik air menjadi energi listrik. Konstruksi Kobold ditampilkan pada Gambar 9. Gambar 9. Bagian Konstruksi Kobold Bagian-bagian PLTAL kobold antara lain : 1. Kobold Turbine 2. Main Shaft 3. Floating Platform 4. Gearbox dan multiplier 5. Generator 6. Moorings 7. Photovoltaic cell, optional dan bermanfaat untuk energi memproduksi energi tambahan. Untuk gambar lebih rinci tentang bangunan laut untuk pembangkit arus laut di Selat Alas, Tanjung Menangis, Kabupaten Lombok Timur sebagai berikut : Gambar 11. Tampilan Samping Bangunan Laut PLTAL 4.3.3. Perencanaan dan Rancang Bangun Adapun perencanaan pembangunan dan rancang bangun dari bangunan serta system antara lain dibutuhkan : 1. Perencanaan Gedung Tempat Storage Gedung tempat storage sebagai tempat penyimpanan akki dan instalasi kontrol tenaga listrik sebelum disalurkan ke rumah penduduk. Luas gedung direncanakan 60 m2 (6 x 10 m) sesuai dengan jumlah akki yang akan disimpan. Lokasi gedung berada di dekat pantai agar jalur transmisi kabel laut tidak terlalu panjang.Kuda-kuda bangunan menggunakan kayu dan atap asbes semen karena lingkungan di daerah pantai yang dikhawatirkan korosif. 2. Instalasi Penyaluran Tenaga Listrik Perencanaan sistem kelistrikan pada pembangkit listrik tenaga arus laut pada selat Alas pantai Ketapang. Arus laut yang terjadi mengikuti siklus alam yaitu tergantung dari pasang naik dan pasang surut, sehingga potensi arus dengan kecepatan maksimum tidak dapat kontinyu sepanjang hari. Untuk mendapatkan daya listrik maksimum maka sistem kelistrikan ini menggunakan sistem penyimpanan, menggunakan accu, kemudian melalui inverter 3 phasa daya listrik disalurkan melalui saluran distribusi 380/220 V ke konsumen. Dengan kapasitas pembangkit sebesar 70 kW akan mampu memberikan energi listrik untuk penduduk desa Ketapang dengan kapasitas terpasang 2 A atau 450 VA untuk masing-masing rumah. Penyaluran tenaga listrik dari rumah storage ke konsumen menggunakan jaringan distribusi rendah (JTR) 220/380 V sistem tiga phasa. Skema penyaluran daya listrik dapat dilihat pada skema gambar berikut ini : DC AC DC Beban AC AC Batere Jaringan distribusi 3 Phasa Gambar 12. Skema penyaluran daya listrik PLTAL/Kobold Gambar 10. Tampilan atas Bangunan Laut PLTAL 7 Komponen utama yang dipergunakan dalam penyaluran daya listrik adalah : kabel penghantar, tiang listrik, dan sistem pentanahan. 1) Kabel Penghantar dengan panjang lintasan 2.400 meter. Jaringan (JTR) 220/380 V. Penghantar yang dipilih harus mempunyai Kuat Hantar Arus (KHA) lebih besar daripada arus nominalnya. Sehingga drop tegangan diharapkan tidak melebihi 5 % KHA dari penghantar dipengaruhi oleh jenis dari material penghantar, penampang penghantar, jenis beban dan suhu dikeliling penghantar. Untuk kapasitas dari pembangkit adalah 70 kW dengan sistem 3 phasa tegangan 380 V, faktor daya beban adalah 0,9, maka arus nominal adalah : (5) (4.4) LVTC 2x10mm 2 Panel Box MCB 2 A Tarikan I Tarikan II, dst NYA 2,5 mm2 Gambar 13. Skema Sistem Instalasi Penerangan Rumah Penduduk KHA=1,1 x Inominal=1,1 x 118,17=130 A Jenis penghantar pada jaringan distribusi direncanakan menggunakan kabel udara untuk tengangan 220/380 dengan menggunakan jenis kabel Low Voltage Twisted Cable (LVTC) 3x50 + 1x35 mm2 (SPLN No. 42-10, tahun 1993). 2) Tiang Sebagai penopang kabel digunakan tiang beton JTR 9 meter, dengan jarak tiang (span) rata-rata 40 meter. Mengingat letak jaringan di daerah pantai maka digunakan jenis tiang beton untuk menghindari terjadinya korosi yang bisa terjadi pada tiang besi. 3) Sistem Pentanahan Netral Pengaman Sebagai pengaman terhadap tegangan lebih dari luar system dan terjadinya kegagalan isolasi agar tidak terjadi tegangan sentuh yang tinggi dan berlangsung lama, maka perlu digunakan system pentanahan yang baik yaitu dengan pemasangan arde 5 ohm setiap jarak 250 meter atau 6 gawang. Dengan suatu tindakan pengamanan berubah menghubungkan badan peralatan atau instalasi yang diamankan dengan hantaran netral tahanan netral yang ditanahkan (SPLN No. 3 tahun 1978). 4.3.4. Instalasi Listrik untuk rumah penduduk Elemen utama yang digunakan dalam instalasi rumah adalah kabel instalasi, MCB, saklar, stop kontak dan titik lampu. Pada instalasi konsumen ini masingmasing konsumen menggunakan MCB 2 A atau daya tersambung tiap pelanggan adalah 450 VA, kabel instalasinya 2,5 mm2,saklar tunggal 2 buah, stop kontak 1 buah dan 2 buah titik lampu menggunakan lampu hemat energi XL 11 Watt. Dari jumlah calon pelanggan semuanya maka perkiraan total daya tersambung adalah 137 x 450VA =61,65 kVA dengan asumsi losses adalah 5 % maka total daya beban terpasang adalah 64,73 kVA, sedang kapasitas terpasang dari PLTAL adalah 70 kW. Gambar topologi jaringan distribusi pada gambar 14. Gambar 14. Topologi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik 4.4. Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkitan Listrik Tenaga Arus Laut Pada pembangunan pembangkit PLTAL di Selat Alas 70 kW, akan diambil asumsi secara umum bahwa pembangunan kapasitas PLTAL 70 kW memiliki capacity factor atau faktor kapasitas 30 % (kWh terpasang/kWh terpakai) dan memiliki lifetime umur pembangkit 20 tahun. 4.4.1. Perhitungan Biaya Modal (CC/Capital Cost) Dalam perhitungan biaya modal, tergantung pada tingkat suku bunga (discount rate) dan umur ekonomis. Nilai suku bunga diperhitungkan adalah suku bunga pertahun yang harus dibayar dengan memperhitungkan umr dari pembangkit mempunyai rumus sebagai berikut : yang (6) Sehingga biaya modal (CC) dirumuskan dari persamaan sebagai berikut : (4.6) di mana : CRF = Capital Recovery Factor (desimal) i = Suku Bunga (%) n = Umur Pembangkit/Lama waktu penyusutan (tahun) CC = Capital Cost/Biaya Modal (US$/kWh) Jumlah Pembangkitan Netto Tenaga Listrik (kWh/Tahun) = (daya terpasang) x (faktor kapasitas) x 8760 Berdasarkan data yang diperoleh di bawah ini Tabel 9. Biaya Investasi Pembangkitan Listrik Tenaga Arus Laut Jenis Data Nilai Kapasitas Terpasang 70 kW Umur Pembangkit 20 Tahun Bahan Bakar Tenaga Arus Laut Harga Investasi US$ 210.000 Sumber : retscreen.net 4.4.2. Perhitungan CRF Dengan menggunakan perhitungan (7) 1) Dengan asumsi suku bunga i = 6 % dan umur pembangkitan (life time) n=20 tahun 2) Suku Bunga i = 9 % dan umur pembangkitan (life time) n=20 tahun 3) Suku Bunga i = 12 % dan umur pembangkitan (life time) n=20 tahun 4.4.3. Perhitungan Biaya Pembangunan Tabel menunjukkan bahwa Capital Investment Cost atau biaya pembangunan adalah sebesar ; (8) Sehingga di dapat untuk nilai biaya pembangunan pembangkit adalah US$ 3.000/kW 4.4.4.Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kWh/Tahun) Daya terpasang 70 kW dan faktor kapasitas 30 % maka jumlah pembangkit tenaga listrik (kWh) adalah kWhout = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760 hari = 70 kW x 0,30 x 8760 hari = 183.960 kWh/tahun Sehingga dengan menggunakan persamaan tersebut didapatkan hasil 1) Untuk Suku Bunga i = 6% = 0,99 centUSD/kWh 2) Untuk Suku Bunga i = 6% = 1,24 centUSD/kWh 3) Untuk Suku Bunga i = 6% = 1,53 centUSD/kWh 4.4.5. Perhitungan Biaya Bahan Bakar PLTAL memanfaatkan arus laut sehingga tidak memanfaatkan bahan bakar minyak atau bahan bakar fosil lainnya sebagai sumber energi utama, namun tetap menggunakan biaya pelumas untuk mesinmesinnya sebesar Rp. 9/kWh atau sebanding 0,09 centUSD/kWh. 4.4.6. Perhitungan biaya Operasi dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance Cost/O&M) Biaya operasi dan perawatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan pembangkit dan perawatan berkala dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Perbandingan Biaya O&M berdasarkan Power Source O&M Cost Sumber Daya (cent USD/kWh) Panas Bumi 0,40 - 1,40 Tenaga Air 0,70 Arus Laut 0,03 Batubara 0,46 Nuklir 1,9 Sumber : retscreen.net Sehingga untuk PLTAL Selat Alas Pulau Lombok 70 kW adalah 0,03 cent USD/kWh. 4.4.7. Perhitungan Biaya Pembangkitan Total Persamaan biaya pembangkitan dinyatakan dengan persamaan berikut ini : total TC = CC + FC + O&M (8) Dengan : TC = Biaya Total CC = Biaya Modal FC = Biaya Bahan Bakar O&M = Biaya Operasi dan Perawatan 1) suku bunga i = 6%, TC = Rp. 1.005/kWh 2) suku bunga i = 9%, TC = Rp. 1.256/kWh 3) suku bunga i = 12%, TC = Rp. 1.541 /kWh 9 4.4.8. Perhitungan Pendapatan Per Tahun (Cash in Flow/CIF) Jumlah pendapatan per tahun/Cash In Flow (CIF) dapat dihitung dari kWhout dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkitan (BP) atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Pembangkit ini direncanakan akan melalui saluran tegangan rendah, untuk daerah Nusa Tenggara Barat, biaya pokok penyediaan listrik tegangan rendah Rp. 2.743,00/kWh. Persamaan pendapatan per tahun dinyatakan sebagai berikut : CIF = kWhout xKP (9) = kWhout x(BPP-BP) a. untuk Suku bunga i = 6%, CIF = 319,72 juta/tahun b. untuk Suku bunga i = 9%, CIF = 273.55 juta/tahun c. untuk Suku bunga i = 12%, CIF = 221,11 juta/tahun Biaya investasi sebesar US$ 3.000/kW x 70 kW = US$ 210.000 atau R. 2,10 milyar (dengan kurs Rp. 10.000,- per USD ) merupakan cash out flow tahun ke0 (COF0) 4.4.9. Perhitungan Nilai Awal Proyek (Net Present Value/NPV) Metode Net Present Value ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount Rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan investasi awal (initial Investment). Selisihnya disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima, dan apabila negatif ditolak. (10) Hasil perhitungan sampai tahun ke-25 dengan menggunakan bunga 6%, 9%, dan 12%, sudah bernilai positif pada tahun ke-9 untuk suku bunga 6% dengan nilai NPV sebesar 74,63 dan pada tahun ke-14 untuk suku bunga 9% dengan nilai NPV sebesar 29,90, sehingga pada suku bunga 6% dan 9% layak untuk dilaksanakan. 4.4.10. Laba Investasi (Return of Investment/ROI) Return of Investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilkan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. (11) Bennefits = (CIFt-COFt) Dengan perhitungan sampai dengan tahun ke 25dan investasi 2,1 milyar rupiah dapat diketahui bahwa dengan suku bunga 6% dana investasi dapat kembali pada tahun ke-4 dengan nilai ROI sebesar 6,57, sedang suku bunga 9 % dana investasi kembali tahun ke-5 dengan nilai ROI 13,98. Suku bunga 12% kembali tahun ke-6 dengan nilai ROI 10,56. Alternatif dengan suku bunga 6 % menjadi cara cepat untuk melunasi dana investasi awal. 4.4.11. Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Nilai BPP yang ditetapkan tahun 2008 untuk provinsi NTB sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pembangkit listrik di NTB adalah PLTD yang membutuhkan biaya pembangkitan yang sangat tinggi. Karena BPP sangat tinggi dan tidak sesuaidengan daya beli masyarakat di NTB, maka solusi yang diberikan pemerintah adalah memberikan subsidi setiap tahun untuk memenuhi BPP yang telah ditentukan. Pada dasarnya nilai BPP tidak jauh berbeda dengan daya beli listrik masyarakat setempat. Untuk perlu dirancang ketentuan BPP yang terjangkau oleh masyarakat setempat. Dengan masukkan PLTAL di Lombok Timur, diharapkan dapat menurunkan BPP yang telah ada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena biaya pembangkitan PLTAL jauh lebih murah dibanding dengan PLTD yang menggunakan BBM. Namun karena biaya investasi yang besar, sehingga pemerintah melakukan pemindahan subsidi yang diberikan pada awal pembangunan yaitu untuk mendanai biaya modal. Secara keseluruhan pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Lombok Timur = Rp. 337.743,93 untuk Kabupaten Lombok Timur (sumber Kabupaten Lombok Timur dalam Angka 2008). Dengan mengasumsikan dalam 1 rumah tangga untuk konsumsi energi listrik rata-rata adalah 8 % maka pengeluaran untuk listrik : Pengeluaran listrik = 8 % x 4 x Rp. 337,743,93 = Rp. 108.078,06 Dengan sambungan daya pelanggan pada 450 kV maka power factor 0,8 didapatkan sambungan daya dalam watt sebesar 450 kV x 0,8 = 0,36 kW dengan Faktor beban = persentase produksi total pertahun dibagi beban puncak(x8760 jam) = 119.359.470 kWh/(21.404 kW*8760 jam) = 0,63 Maka konsumsi listrik dalam 1 bulan didapatkan : kWh per bulan = daya terpasang = 0,36 kWx 30 x 24 x 0,63 = 163,30 kWh per bulan Biaya beban `= Rp 11.000,00 Biaya pemakaian = Rp.163,30 kWh/bulan x Rp.520,34 = Rp. 84.971,5 Biaya Total = Biaya beban+biaya pemakaian = Rp. 95,971,5 Sehingga daya beli listrik masyarakat Kabupaten Lombok Barat adalah Daya beli listrik rumah tangga diperoleh dari perbandingan antara pengeluaran untuk energi listrik dengan total biaya energi listrik, kemudian dikalian dg rata-rata tarif dasar listrik di Kota Lombok Timur Daya Beli = (Rp. 108.078,06/Rp. 95.971,5) X 520,34 = Rp. 585,98 TC baru = CC+FC+O&M = (7,425+0,09+0,03) cent/kWh = 7,545 cent/kWh = 0,075 USD/kWh = Rp. 750/kWh Keuntungan penjualan (KP) diasumsikan sebesar 15 %, maka perhitungannya menjadi KP = BPP – BP 15 % TC = BPP – TC BPP = 0,15TC + TC BPP = 1,15TC Sehingga sesuai dengan persamaan 4.6 maka BPPPLTAL =1,15xRp. 750/kWh=Rp. 862,5/kWh Tabel 11. Biaya Pokok Penyediaan (BPP) PLTAL Selat Alas 70 kW Bantuan Pemerintah 25 % Biaya Modal 50 % Biaya Modal 75 % Biaya Modal Biaya Pokok Penyediaan PLTAL (Rp/kWh) Suku Bunga Suku Bunga Suku Bunga 6% 9% 12% 862,5 1.092,5 1.332,85 583,05 729,1 894,01 298,43 371,45 453,39 Dari tabel 4.12 dengan kemampuan daya beli masyarakat terhadap energi listrik sebesar Rp. 585,98/kWh maka alternatif yang dapat dipilih untuk menentukan besarnya BPP yang baru adalah dengan pemberian bantuan subsidi dari pemerintah sebesar 50 % yang bersuku bunga 6 % dengan besar BPP Rp. 585,98, atau dengan mengambil kebijakan langsung dengan 75 % dibiayai pemerintah dengan suku buku terrendah yaitu 6 % dengan BPP Rp. 298,43. PLTAL yang akan dioperasikan selama 24 jam menggunakan baterai untuk hidup 24 jam dan PLTD yang telah ada a. PLTAL = 70 kW x 0,8 x 24 jam x 365 = 490.560 kWh b. PLTD = 27.972kW x 0,8 x 24 jam x 365 = 196.027.776 kWh Total = (490.560+196.027.776) kWh = 196.518.336 kWh Jika suku bunga yang diambil adalah 9 %, maka besarnya nilai BPP total dengan masuknya PLTAL di Lombok Barat adalah sebagai berikut : a. BPPPLTAL = (490.560/196.518.336) x Rp. 371,45/kWh = Rp. 0,93 b.BPPPLTD = (196.027.776/196.518.336) x Rp2.743/kWh = Rp. 2736,15 BPPtotal = (Rp 0,93 + Rp. 2.736,15)/kWh = Rp. 2737,08 Harga patokan penjualan listrik ditetapkan 85 % dari biaya pokok penyediaan listrik setempat, maka harga jual listrik rata-rata di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat adalah : Harga Jual Listrik Rata-rata = 85% x Rp. 2737,08 = Rp. 2.326,52 Namun karena nilai BPP tidak memberikan perubahan signifikan, maka akan dianalisis dengan pengingkatan jumlah unit pembangkit, dan peningkatan daya yang dihasilkan oleh pembangkit kobold. 2750 2700 2650 2600 2550 2500 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Gambar 15. Grafik Unit Kobold terhadap BPP Dengan peningkatan jumlah unit terjadi peningkatan Rp. 5,99. kW 2740 2735 2730 2725 2720 2715 2710 2705 kW 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 Karena harga tarif listrik per Kwh lebih tinggi, sehingga perlu subsidi. Jenis subsidi yang dibandingkan utuk perhitungan BPP adalah bantuan dari pemerintah sebesar 25 %, 50 %, dan 75 % dari biaya modal. Sebagai bantuan dari Pemerintah sebesar 25 % dari biaya modal dengan menggunakan suku bunga 6 % untuk menghitung biaya pokok penyediaan, maka hasilnya adalah sebagai berikut : CC lama = 9,9 cent/kWh CC baru = 75% x 9,9 cent/kWh = 7,425 cent/kWh Gambar 16. Grafik Daya yang dihasilkan terhadap BPP Jika jumlah kW/unit ditambah,Perubahan BPP turun Rp.0,56. Nilai tersebut, masih sangat kecil harus untuk memberikan perubahan nilai BPP yang cukup harus disertai dengan pengingkatan jumlah unit kobold dan peningkatan jumlah daya yang dihasilkan oleh kobold, sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Lombok Timur. Dari data yang ada sebelumnya untuk satu unit kobold, harga jual listrik untuk rumah tangga adalah sebesar 81,68 % dari harga jual listrik rata-rata, untuk industri 127,80%, untuk bisnis 144,12%,untuk sosial 86,51%, untuk gedung pemerintahan 147,11% dan 11 untuk penerangan jalan umum 104,11%, Sehingga besarnya harga jual untuk setiap sektor dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 12. Harga Jual Listrik per Sektor No. Sektor 1 2 3 4 5 6 Rumah Tangga Industri Bisnis Sosial Gedung Pemerintahan Penerangan Jalan Umum Rata-rata Harga Jual (Rp./kWh) 1.900,38 2.973,29 3.352,97 2.012,65 3422,54 2.422,03 2.326,52 4.5. Analisis Sosial Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Hubungan Indeks Pembangunan Manusia dengan Ketenagalistrikan, Indikator Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia, baik dari sisi kesehatan dan kesejahteraan maupun yang bersifat intelektualitas. IPM ini terdiri dari empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Hal ini merupakan tuntunan dalam pembangunan pembangkit di Nusa Tenggara Barat khususnya di Kabupaten Lombok Timur yang bertempat di Selat Alas berupa Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) Kobold 70 kW. Hubungan IPM dengan sektor energi dan ketenagalistrikan di suatu daerah diperoleh dari analisis IPM dan parameternya, sehingga dapat menganalisis suatu kondisi daerah yang bertujuan untuk mengetahui pola kehidupan sosial masyarakat yang mana merupakan konsumen sektor energi dan ketenagalistrikan daerah. Sehingga dapat dirumuskan bahwa hubungan antara IPM dengan sektor energi dan ketenagalistrikan adalah : 1. IPM menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat untuk tercapainya upaya pembangunan manusia yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tidak dapat lepas dari sektor energi dan ketenagalistrikan. Pembangunan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan penduduk. 2. Pembangunan manusia mencakup sisi produksi maupun distribusi dari berbagai komoditas dan pemanfaatan kemampuan manusia. Dengan demikian komoditas energi dan ketenagalistrikan merupakan bagian dari pembangunan manusia. 3. Peningkatan sektor energi ketenagalistrikan akan meningkatkan kinerja sektor lainnya misalnya harapan hidup meningkat, pendidikan yang makin berkualitas dan terjangkau, serta keterampilan semakin meningkat. Keterkaitan dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) 70 kW di Selat Alas sehingga dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Pembangunan di Nusa Tenggara Barat termasuk Lombok Timur masih berada jauh di antara provinsi dan kabupaten di Indonesia yang berada di peringkat masing-masing 32 dan 439. 2. Pembangunan PLTAL 70 kW di Kabupaten Lombok Timur akan meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat di Lombok Timur termasuk di dalamnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan, dan angka harapan hidup. 3. Kebutuhan listrik akan terpenuhi dan akan semakin memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat. 4.6. Analisis Lingkungan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Gambar 17. Diagram IPM Nusa Tenggara Barat Berdasarkan gambar Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan dalam hal nilai IPM namun peringkatnya masih tetap di bawah yaitu peringkat 32, dan Kabupaten Lombok Timur berada di peringkat 439 di seluruh Indonesia, juga menunjukkan peringkat di bawah walaupun masih berada di atas 2 kabupaten lainnya di Nusa Tenggara. Pembangunan PLTAL (Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut) menggunakan arus laut merupakan energi yang terbarukan karena memanfaatkan arus laut yang tiada habisnya. Keuntungan terbesar dari Turbin Kobold yang merupakan salah satu jenis dari Marine Current Turbine adalah bahwa turbin tersebut tidak mengeluarkan emisi gas rumah kaca atau polutan. Ada beberapa keuntungan dengan memanfaatkan PLTAL antara lain : 1. PLTAL tidak memancarkan dan menghasilkan gas rumah kaca apapun, limbah berbahaya, ataupun polutan semisal CO2, NOx dan SOX 2. Gangguan angin lepas pantai di laut rendah dibanding pembangkit tenaga angin karena diindikasikan dengan stuktur yang ditanam dan berlokasi agak jauh dari garis pantai. 3. Frekuensi rendah kebisingan, namun dengan alat cholation mampu memperingatkan untuk mengusir mamalia yang mendekati mesin pembangkitnya. 4. Efek minimal dari instalasi hanya sementara dan setiap kehidupan laut akan kembali normal Beberapa kendala : 1. Gangguan visual yang utama ketika menggunakan kabel dan tiang listrik di atas laut. 2. Masyarakat khawatir tentang penggunaan rotor turbin yang bisa menabrak ikan atau mamalia. Namun ini kecil kemungkinan karena makhluk laut cenderung menjauh dari baling-baling. Seperti halnya mamalia besar seperti anjing laut, paus, lumba-lumba akan menjauhi kapal. 5. Survey seismik dan ledakan sebelum instalasi menciptakan gelombang frekuensi yang mungkin memiliki efek negatif pada kesehatan fauna laut. 6. Dapat mengganggu konstruksi dasar laut misalnya pengeboran dari peletakan kabel dan bangunan laut. Yang bisa menyebabkan kerusakan habitat. Namun hal ini relatif kecil dan terlokalisasi. 7. Pemasangan kabel dapat menyebabkan perpindahan sedimen yang pada gilirannya menyebabkan partikel-partikel mati,mencemari lingkungan setempat misalnya partikel radioaktif. 8. Selama pengoperasian turbin, perputaran rotor akan menyebabkan peningkatan pergeseran di sekitar pangkalan, disebabkanoleh pengingkatan turbulensi yg mempengarhui morfologi dasar laut. Arus dan proses pantai dapat terpengaruh karena skema yang besar dapat bertindak sebagai penghalang untuk arus mengalir. 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dalam penyusunan tugas akhir ini, ada beberapa kesimpulan yang didapat, antara lain : 1. Kondisi eksisting kelistrikan di Nusa Tenggara Barat yang 100 % masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel 139,78 MW berbahan bakar minyak bumi sebesar 191.754,17 kiloliter.. 2. Daya listrik terpasang di Lombok Timur adalah 27.972 kW, sedangkan daya mampu hanya 21.874 kW, dengan peramalan beban dengan metode regresi linear berganda didapatkan laju pertumbuhan 1,23 % untuk kurun waktu 15 tahun ke depan. 3. Nilai BPP (Biaya Penyediaan Listrik) dengan penambahan PLTAL adalah Rp 2.737,08 sedikit mengalami penurunan karena kapasitas pembangkit PLTAL hanya 70 kW dibanding kapasitas terpasang dengan PLTD. 4. Pembangunan PLTAL 70 kWh di Desa Ketapang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, aspek lingkungan pembangunan PLTAL lebih bersih karena tidak mengeluarkan emisi gas rumah kaca dan polutan, hanya saat pembangunan bangunan pantai namun efek yang diberikan hanya sesaat. 5.2. Saran Adapun saran dari penyusunan Tugas Akhir ini antara lain : 1. Peningkatan pembangunan pembangkit energi listrik yang bersih lingkungan, karena NTB secara keseluruhan masih memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang menggunakan bahan bakar minyak. 2. Satu buah mesin turbin Kobold untuk hanya mampu memberikan daya sebesar 70 kW, sehingga perlu penambahan mesin kobold untuk memberikan kesempatan nyala bagi daerah lain yang belum terjangkau oleh listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada umumnya dan Kabupaten Lombok Timur pada khususnya. 3. Penambahan pembangkit listrik dengan menggunakan energi alternatif lainnya selain yang menggunakan bahan bakar fosil, mengingat potensi energi Nusa Tenggara Barat pada umumnya dan Kabupaten Lombok Timur pada khususnya yang banyak. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pengembangan Energi Terbarukan Nusa Tenggara Barat, 2006 [2] Badan Pusat Statistik Provinsi NTB dengan Bappeda Provinsi NTB, Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2008, 2008. [3] Badan Pusat Statistik Kab. Lombok Timur dengan Bappeda Kabupaten Lombok Timur, Lombok Timur dalam Angka 2008, 2008. [4] Erwandi. Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM, Ramah Lingkungan dan Terbarukan <URL:http://kompas.com>, Agustus 2005 [5] Kadir, A., Pembangkit Tenaga Listrik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1997 [6] Mahmudsyah, Syariffuddin, Kenaikan Harga BBM dan Problematikany, Serta Diversifikasi Energi Menghadapi Era Pengurangan Subsidi BBM, Seminar ITS Surabaya, 24 April 2002 [7] PLN, Statistik PLN 2008 [8] Yusgiantoro, Purnomo Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Upaya Pengembangan Energi Alternatif, Pertemuan untuk Peningkatan Pemanfaatan Energi Alternatif, Jakarta, 2 April 2008. [9] www.esru.strath.ac.uk [10] www.operationaloceanography-brokdkp.com [11] http://www.retscreen.net/ [12] www.bappenas.go.id 13 RIWAYAT HIDUP Asruldin Azis, akrab dipanggil Arul dilahirkan di kota Palopo, 8 Maret 1984. Penulis adalah putra pasangan Abd. Azis Hamid dengan Mashury. Penulis memulai karir akademisnya SDN 440 Salekoe Palopo hingga lulus pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 1 Palopo. Tahun 1999, penulis diterima sebagai murid di SMU Negeri 2 Tinggimoncong Gowa Sulawesi Selatan, hingga lulus pada tahun 2002. Setelah menamatkan SMU, penulis melanjutkan studi sarjananya di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Mulai tahun 2006 penulis aktif sebagai asisten untuk praktikum simulasi sistem tenaga listrik ITS. Penulis sempat aktif di beberapa kegiatan kampus antara lain Himatektro dan BEM ITS serta organisasi ekstrakampus dan sosial seperti HMI Elektro Sepuluh Nopember, Ikami Sulsel Surabaya, dan Komunitas Blogger Surabaya, tugupahlawan.com.