LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIAKAN TANAMAN ACARA 1 PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERAGE) DAN MENCANGKOK (AIR LAYERING) AHMAD NURUL HUDA 131510501209 GOLONGAN C / KELOMPOK 1 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 BAB1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan bagian penting dalam keberlangsungan kehidupan ini.Peran tumbuhan sangat penting, selain sebagai perombak gas CO2 juga sebagai sumber makanan, serat, bahan bakar dan masih banyak lagi fungsi dari tumbuhan bagi keberlangsungan dan keseimbangan alam ini.Keberadaan sebagian tumbuhan mulai terancam akibat ulah manusia, oleh sebab itu banyak langkah yang dilakukan oleh pecinta kelestarian agar tumbuhan tetap terjaga dengan baik dan tidak punah.Langkah tersebut yaitu dengan melakukan pengembangbiakan tumbuhan tersebut baik melalui seksual maupun aseksual. Flora atau tumbuhan sama halnya dengan binatang dan manusia, sama sama melakukan kegiatan berkembang biak dengan tujuan untuk menghindari kepunahan pada spesies atau rasnya. Salah satu cara perkembangbiakannya adalah dengan reproduksi secara vegetatif buatan, yaitu perkembangbiakan makhluk hidup yang terjadi tanpa melalui perkawinan. Perkawinan disini berarti peristiwa bertemunya sel kelamin jantan yang biasa disebut benang sari dan sel kelamin betina yang disebut putik. Secara umum ada dua macam reproduksi pada tanaman, yaitu secara seksual (generative)dan secara aseksual(vegetative). Pada reproduksi secara seksual terjadi penyatuan gamet jantan dan betina. Sedangkan pada reproduksi secara aseksual, tanaman membentuk individu baru dengan menggunakan bagian vegetatifnya. Tanaman secara umum berkembang biak dengan biji. Akan tetapi, beberapa jenis tanaman sulit atau sedikit menghasikan biji, sehingga untuk pembiakannya digunakan bagian vegetatif.Sekelompok tanaman yang diperoleh dari perbanyakan vegetatif disebut klon. Semua tanaman dalam klon secara genotipe identik dengan tanaman tetuanya. Perkembangbiakan secara vegetative dapat dilakukan salah satu bagian dari tanaman seperti daun, akar, batang maupun sel tanaman tersebut. Perkembangbiakan secara vegetative meliputi stek, cangkok, perundukan, penyusuan, kultur jaringan dan lain sebagainya.Kegiatan perbanyakan tanaman dengan mencangkok merupakan kegiatanyang biasa dilakukan di nursery tanaman buah. Tanaman induk yang akan dicangkok dipilih karena karakternya yang diinginkan. Tanaman induk juga harus memiliki kesehatan yang baik, agar tanaman yang dihasilkan juga tidak penyakitan maupun abnormal dalam pertumbuhannya. Tanaman induk diusahakan setelah dicangkok dan dirunduk tidak mati sehingga dapat berkembang kembali dan menjadi tanaman induk untuk dicangkok di kemudian hari lainnya. Tujuan perkembangbiakan secara vegetative yaitu untuk mencegah kepunahan karena tanaman tersebut sulit dikembangkan dengan cara seksual atau generative, ingin mendapatkan tanaman yang sesuai dengan induknya. Selain itu juga menghasilkan bibit tanaman dengan cepat. Tanaman yang dilakukan dengan cara vegetative juga memiliki kelemahan seperti system perakaram yang tidak selalu bagus, mudah roboh dan lain sebagainya. Perkembangbiakan akan sukses jika tanaman yang dihasilkan sesuai keinginan pengembangbiak atau juga tanaman yang di cangkok dan dirundukan menghasilkan/memunculkan akar. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan mempelajari caramencangkok dan merunduk, serta untuk mengetahui pertumbuhan akar cangkokan dan rundukan. 2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan dan rundukan terhadap pembentukan sitem perakaran pada batang. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Perbanyakan tanaman adalah teknik menghasilkan bibit tanaman dengan alat-alat tubuh tanaman yang ada. Teknik perbanyakan tanaman secara umum dapat dilakukan dengan cara 2 macam, yaitu generative dan vegetative. Perbanyakan tanaman secara generative yaitu perbanyakan tanaman menggunakan bijinya yang mengandung embrio (bakal tanaman). Perbanyakan tanaman secara vegetative yaitu perbanyakan yang dilakukan dengan cara mengambi salah satu bagian dari tanaman baik akar, batang maupun daun tanaman. Perbanyakan vegetative meliputi: pencangkokan stek, penyusuan, perundukan (layering), penyambungan, pengambilan sel tanaman, okulasi dan lain sebagainya (Sunarjono,1986). Penerapan teknik pembiakan vegetatif diperlukan dalam pengembangan pertanaman, karena dapat dilakukan secara kontinyu, tidak tergantung pada musim buah, caranya cukup mudah dan biayanya relatif murah (low cost technology) serta tanaman dapat lebih cepat berbuah. Teknik mencangkok dan sambungan diterapkan untuk memperbanyak pohon induk nyamplung yang telah diseleksi mengingat penggunaan teknik lainnya seperti stek cabang dan stek pucuk sulit tumbuh/berakar apabila diambil dari pohon dewasa (Adinugraha dkk., 2012). Pembiakan tanaman dilakukan untuk menjaga plasma nutfah suatu tanaman tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara in vitro jangka pendek. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan hormone pengatur tumbuh pada tanaman maupun buatan.Pembuatan komposisi media tanam juga mempengaruhi percepatan pertumbuhan tanaman (Laisina, 2013). Penerapan teknik pembiakan vegetatif diperlukan dalam pengembangan pertanaman, karena dapat dilakukan secara kontinyu, tidak tergantung pada musim buah, caranya cukup mudah dan biayanya relatif murah (low cost technology) serta tanaman dapat lebih cepat berbuah. Teknik mencangkok dan sambungan diterapkan untuk memperbanyak pohon induk nyamplung yang telah diseleksi mengingat penggunaan teknik lainnya seperti stek cabang dan stek pucuk sulit tumbuh/berakar apabila diambil dari pohon dewasa (Adinugraha dkk., 2012). Menurut Pudjiono dalam Adinugraha (2009), keuntungan dalam penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif yaitu keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji. Cara pembiakan secara vegetative dapat dilakukan dengan mencangkok dan merunduk. 2.1 Cara Mencangkok (Air Layerage) Mencangkok adalah salah satu cara pembiakan tanaman dengan menguliti bagian cabang tanaman dan membungkusnya dengan media yang biasanya berupa tanah dengan bantuan plastic maupun sabut kelapa. Proses ini akan berhasil jika muncul akar dan sudah banyak. Keberhasilan dalam proses mencangkok salah satunya yaitu pengaruh media tanam, media tanam yang murah dan mudah adalah tanah. Jika akar sudah tumbuh dan kuat maka cabang bias dipotong (Christiani, 2011). Sedangkan menurut Purnomosidhi dkk. (2002) menyatakan bahwa, mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah. Pohon yang dijadikan bahan cangkokan sebaiknya memiliki sifat unggul seperti dapat tumbuh dengan baik dan sehat, cepat dan banyak dalam berbuah serta memiliki buah yang enak (Purnomosidhi dkk., 2002). Cangkok yaitu perbanyakan menggunakan bagian batang tanaman.Tingkat keberhasilan dalam proses pencangkokan dapat disebabkan karena perencanaan yang baik. Perencanaan yang dapat dilakukan yaitu menentukan pohon induknya, persiapan sarana, pemilihan waktu yang tepat dan carapencangkokan serta pemeliharaan bibit. Pemilihan pohon induk dapat dilakukan dengan memilih pohon yang memiliki keunggulan sesuai yang diinginkan, baik pertumbuhan, kondisi sehat dan kuat maupun rasa buahnya yang enak dan tebal.Persiapan sarana yang dilakukan yaitu mempersiapkan tanah yang gembur, pisau tajam, lembaran plastic atau sabut kelapa dan tali pengikat. Waktu yang tepat untuk proses pencangkokan yaitu saat musim hujan, karena proses transpirasi lebih sedikit dan proses pencangkokan membutuhkan suasana lembab agar pertumbuhan akar cepat terjadi.Cara pencangkokan yaitu dengan menyayat kulit tanaman secara melingkar dengan panjang yang cukup (6-10 cm) dan mengelupaskan kulit sampai cambium hilang. Perawatan bibit dilakukan pada saat proses pencangkokan sudah selesai (Mahisworo dkk., 2002). Tanaman duku asal biji mulai berbuah setelah berumur sekitar 12 tahun, sedangkan tanaman hasil okulasi atau cangkok dapat mulai berbuah pada umur 8 tahun.Meskipun bibit okulasi lebih unggul dibandingkan bibit dari biji, petani masih banyak yang menggunakan bibit dari biji karena sulit mendapatkan bibit hasil perbanyakan vegetative.Buah duku yang enak umum-nya dihasilkan tanaman yang berumur lebih dari 100 tahun (pohon yang telah terseleksi secara turun-temurun).Sayangnya jumlah pohon tersebut terus berkurang karena ditebang atau mati.Tanaman yang ada sebagian besar berasal dari biji yang baru mulai berbuah setelah umur belasan tahun dan kualitas buahnya bervariasi (Supriatma dan Suparwoto, 2009). Para peneliti menganggap bahwa tanaman yang merupakan hasil pencangkokan dan penyambungan dapat memberikan peningkatan hasil. Hal tersebut dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi bagi para petani.Selain itu, selain akibat yang muncul dari sektor ekonomi, peningkatan hasil juga sebagai akibat dari peningkatan ukuran atau volume buah Pogonyi et al dalam Turhan dkk. (2011). Sehingga cara ini banyak dilakukan oleh para pembiak tanaman, terutama tanaman holtikultura seperti buah-buahan. 2.2 Cara Merunduk (Layerage) Teknik perbanyakan yang paling cocok terutama untuk jenis-jenis perundukan yang terancam punah dapat menjadi salah satu kontribusi yang sangat penting dalam upaya pelestarian jenis tersebut. Berbagai teknik perbanyakan yang ada, penyetekan merupakan teknik yang paling populer dalam memperbanyak tanaman secara vegetatif, namun juga terdapat teknik perundukan dalam memperbanyak tanaman (Hendalastuti, 2010). Perundukan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan melengkungkan cabang atau ranting tanaman yang berada bagian bawaha, dan kemudian menimbunnya dengan tanah. Perbanyakan dengan cara merunduk adalah merangsang terbentuknya akar atau tunas adventif sebelum dipisahkan dari pohon induk. Perbanyakan dengan cara merunduk dapat dilakukan pada jenis tanaman hias yang memiliki percabangan panjang dan lentur (Rukmana, 2010). BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum mata kuliah pembiakanp tanaman yang berjudul “Pembiakan Vegetatif Dengan Cara Merunduk (Layerage) dan Mencangkok” dilaksanakan pada hari rabu tanggal 24 September 2014 pada jam 12.00 sampai selesai bertempat di Laboratorium Produksi Tanaman Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan 1. Jenis tanaman yang akan di cangkok dan merunduk 2. Serabut Kelapa 3. Pupuk kompos 4. Tanah 3.2.2 Alat 1. Tali Rafia 2. Plastik Gelap 3. Pisau taja 5. Timba/sprayer 6. Spektofotrometer 7. Pengait 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Mencangkok 1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan 2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda 3. Menghilangkan kulit dan kambium pada batang tersebut sepanjang 10cm 4. Membuat media pada bagian yang luka 5. Menjaga Kelembapan media dengan cara menyiram air 3.3.2 Merunduk 1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan 2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda 3. Menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang pada bagian ujung tanaman tersebut sepanjang 10cm 4. Memberikan media tanam yang dibenamkan kedalam tanah dan kompos sedalam 3-5cm 5. Menjaga Kelembapan media dengan cara menyiram air. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Tabel 1. Tabel Pengamatan Air Layerage Parameter Pengamatan Media Perlakuan Ulangan/ Tanam Pembungkus Kelompok Jumlah akar Panjang akar (cm) 1 3 0,1 2 0 0 Kompos Serabut 3 8 0,1 + Tanah Kelapa 4 0 0 5 0 0 6 0 0 Rerata 1,8 0,03 1 7 0,1 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 24 0,2 6 0 0 Rerata 5,3 0,05 Kompos + Tanah Plastik Gelap Tabel 2. Tabel Pengamatan Layerage Parameter Pengamatan Perlakuan Ulangan/ Media Tanam Kelompok Jumlah akar Panjang akar (cm) 1 4 1,15 3 1 0,1 5 11 0 Rerata 5,3 0,42 2 3 6,5 4 0 0 Tanah Tanah +Kompos 6 0 0 Rerata 1 2,17 1 4 1,15 3 1 0,1 5 11 0 Rerata 5,3 0,42 2 3 6,5 4 0 0 6 0 0 Rerata 1 2,17 4.2 Pembahasan 4.2.1 Mencangkok Praktikum kali ini yaitu melakukan perkembangbiakan tanaman dengan cara vegetative, yaitu Layerage. Layerage merupakan pembiakan tanaman secara buatan, namun dapat juga terjadi secara alami, pembiakan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu dengan cara diatas taha/mencangkok (Air Layerage) dan dibawah tanah/merunduk (Layerage). Cangkok merupakan pembiakan tanaman secara buatan dengan cara menyayat batang tanaman sampai kambiumnya hilang dengan panjang tertentu dan dilapisi dengan tanah dan dibungkus menggunakan serabut kelapa maupun plastik. Perbanyakan ini dirasa mmiliki kelebihan dari perbanyakan tanman yang lainnya, yaitu menghasilkan tanaman yang lebih cepat dan memiliki sifat yang sama dengan tanman induknya. Sesuai dengan pernyataan Purnomosidhi dkk. (2002) menyatakan bahwa, mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah. Gambar 1. Cangkok Syarat yang harus dipenuhi pada kegiatan pembiakan ini yaitu menggunakan tanaman jenis dikotil, karena membutuhkan peran cambium sebagai pembentuk akar nantinya, selain itu pada tanaman dikotil letak jaringan floem lebih teratur yaitu pada bagian luar, jaringan inilah yang akan mengedarkan hasil fotosintesis keseluruh bagian tanaman, termasuk akar. Jika kulit yang terdapat jaringan floem dihambat maka akan menyebakan tertimbunnya cadangan makanan pada bagian batas sayatan, sehingga perangsangan pembentukan akar lebih mudah terjadi. Kegiatan pembiakan dengan cara cangkok dilakukan pada tanaman yang memiliki batang yang keras dan kaku sehingga sulit dibengkokan dan biasanya banyak dilakukan pada tanaman buah-buahan dan beberapa jenis tanaman hias yang memiliki batang keras dan laku, sehingga jika dibengkokkan akan mudah patah. Kegiatan mencangkok dilakukan pada tanaman jambu. Proses kegiatan mencangkok dilakukan dengan dua perlakuan, yang pertama menggunakan pembungkus dari sabut kelapa dan yang kedua menggunakan pembungkus dari plastik gelap. Sedangkan untuk media yang digunakan sama-sama menggunakan tanah+kompos dengan perbandingan 1:1. Hasil yang didapatkan pada perlakuan ini yaitu penggunaan jenis pembungkus platik gelap lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan sabut kelapa, hal ini di dasarkan oleh hasil parameter yang ditentukan menunjukkan bahwa pada penggunaan plastic gelap didapatkan rerata jumlah akar sebanyak 5,3 dan panjang rerata akar sebesar 0,05 cm, sedangkan pada perlakuan serabut kelapa didapatkan hasil rerata jumlah akar sebanyak 1,8 dan rerata panjang akar sebesar 0,03 cm. Pertumbuhan cangkok yang lebih optimal yaitu pada perlakuan penggunaan jenis pembungkus dari plastic gelap dibandingkan dengan penggunaan serabut kelapa. Hal ini terjadi karena penggunaan pembungkus plastik lebih bias menjaga kandungan air pada tanah, sehingga awet lembab dan merngsang pertumbuhan akar pada cabang yang dicangkok, sedangkan pada perlakuan serabut kelapa mudah mongering pada tanahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut yaitu karena kegiatan pencangkokan dilakukan pada musim kemarau sehingga pada perlakuan serabut kelapa tanah yang didalam cepet mongering, sehingga mengurangi daya perangsangan munculnya akar, sedangkan pada perlakuan plastic tanah awet lembab karena lubang sedikit sehingga air terhalangi jika mau menguap, dan hasilnya perangsangan munculnya akar lebih optimal. 4.2.2 Merunduk Merunduk yaitu kegiatan membengkokkan bagian cabang atau ranting tanaman dan menindihnya dengan tanah. Tujuan dari kegiatan ini yaitu menghsilkan tanaman baru dengan lebih cepat dan sesuai dengan induknya baik sifat karena memiliki bunga yang indah atau yang lainnya. Pembiakan dengan cara merunduk biasa digunakan pada tanaman hias yang memiliki randing atau cabang yang panjang dan lentur sehingga mudah dibengkokkan ke tanah, sehingga jika dicangkok akan sulit tegak. Sesuai dengan pernyataan Rukmana (2010), Perundukan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan melengkungkan cabang atau ranting tanaman yang berada bagian bawaha, dan kemudian menimbunnya dengan tanah. Perbanyakan dengan cara merunduk adalah merangsang terbentuknya akar atau tunas adventif dan biasanya dilakukan pada jenis tanaman hias yang memiliki percabangan panjang dan lentur. Gambar 2. Merunduk Teknik – teknik yang digunakan dalam proses perundukan yaitu, antara lain: 1. Pilih batang tanaman yang sudah tua, kuat dan panjang. 2. Kerat bagian kulit batangnya seperti pada mencangkok. 3. Bengkokkan batang tanaman dengan sedikit dari bagian tengahnya menyentuh tanah. 4. Tahan batang tanaman tadi dengan cara mengubur bagian batang yang menyentuh tanah dan diatasya diberi pemberat. 5. Biarkan selama beberapa hari sambil menyiram gundukan tanah tersebut setiap hari. 6. Setelah akar dari bagian tengah batang tadi muncul, pisahkan tanaman baru dari tanaman induk dengan memotong batang tanaman baru bagian bawah. 7. Tanaman baru siap dipindahkan ke media tanam. Terdapat beberapa jenis perundukan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah tip layerage, simple layerage, trench layerage, serpentive layerage, dan mound layerage. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dibawah ini: 1. Tip Layerage, teknik penimbunan ini dilakukan dengan cara merunduk seluruh cabang sedalam 2,5 hingga 5 cm sehingga akar-akar baru terbentuk di sekitar ujung cabang. 2. Simple Layerage, yaitu merundukkan cabang untuk ditimbun tanah sedalam 12,5 hingga 25 cm, tetapi pucuk cabangnya dibiarkan tumbuh di permukaan tanah. Bagian cabang yang ditimbun tanah sebaiknya dilukai terlebih dahulu untuk merangsang pertumbuhan mata tunas dan akar baru. 3. Trench Layerage, yaitu merundukkan cabang untuk ditimbun tanah dalam satu saluran atau parit sedalam 5 hingga 12,5 cm, tetapi pucuk cabang dibiarkan tumbuh diatas permukaan tanah. Cara merunduk ini dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak. 4. Serpentive Layerage, yaitu merundukkan batang atau cabang untuk ditimbun dengan tanah pada beberapa tempat secara berselang-seling menyerupai spiral, sehingga beberapa bagian batang atau cabang yang tertimbuntanah menghasilkan tanaman baru. 5. Mound Layarage, yaitu memotong bagian utama pada waktu fase tidak sedang aktif tumbuh (dormant), kemudian setelah tunas-tunas baru tumbuh segera ditimbun (dibumbun) dengan tanah. Gambar 3. Macam-macam teknik layering. Perbedaan antara mencangkok dan merunduk adalah pada letak perbanyakan atau perlakuannya. Mencangkok dilakukan pada bagian diatas permukaan tanah. Sedangkan merunduk dilakukan dengan membengkokkan ranting kebawah, sehingga tertimbun oleh tanah. Artinaya, mencangkok dilakukan dengan meletakkan tanah pada batang sedangkan merunduk dilakukan dengan meletakkan batang pada tanah. Pencangkokan yaitu dilakukan pada tanaman yang keras dan sulit dibengkokkan dan dilakukan penyayatan sampai panjang tertentu dan cambium harus habis agar rangsangan pertumbuhan akar berhasil. Sedangkan batang tanaman yang dirundukkan tidak perlu dilukai dan dihilangkan kambiumnya, sedanngkan batang tanaman yang akan dicangkok harus dibuang kulit dan lapisan kambiumnya. Perundukan biasanya hanya dilakukan pada tanaman yang memiliki batang yang lentur. Kegiatan merunduk dilakukan pada tanaman melati. Pada kegiatan merunduk, ada sebenarnya ada 2 perlakuan yang dapat dilakukan yaitu dengan membedakan jenis media yang digunakan. Namun pada kegiatan kali ini dilakukan hanya dengan satu jenis media dan setiap kelompok melakukan kegiatan yang sama. Oleh karena itu hasil yang didapat tidak dapat dibandingkan antar perlakuan, namun hasil yang di dapat antara masing-masing kelompok memiliki nilai yang berbeda-beda, kelompok 1 mendapatkan jumlah akar sebanyak 4 dan panjang akar sepanjang 1,15 cm. sedangkan jumlah akar terbanyak didapatkan oleh kelompok 5 dengan total sebanyak 11 akar. Sedangkan panjang akar terpanjang yaitu terjadi pada kelompok 2 yaitu 6,5 cm. Pada perlakuan perundukan dimungkinkan juga adanya pengaruh dari musim kemarau yang membuat penguapan lebih besar dan air yang berfungsi sebagai perangsang munculnya akar menjadi minim, apalagi pemilihan tempat dan proses penyiraman yang kurang tepat sehngga ada perlakuan yang gagal. BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Cangkok dan merunduk adalah perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang atau dahan yang diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum di potong dan di tanam di tempat lain. 2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencangkokan dan perundukan yaitu waktu (baik jam maupun musim), pemilihan batang atau ranting cangkokan atau perundukan, pelaksanaan, dan perawatan. 3. Beberapa jenis perundukan, diantaranya adalah tip layerage, simple layerage, trench layerage, serpentive layerage, dan mound layerage. 4. Persyaratan tanaman antara mencangkok dan merunduk ada sedikit perbedaan yaitu pada tanaman yang dicangkok memiliki batang atau cabang yang keras, sedangkan pada perundukan menggunakan jenis tanaman yang memiliki cabang atau ranting yang panjang dan lentur. 5. Ulangan 1,3 dan 5 memiliki rerata pertumbuhan yang baik karena setiap ulangan menunjukkan adanya pertumbuhan sedangkan ulangan 2, 4 dan 6 mengalami kematian pada beberapa ulangan yaitu pada ulangan 4 dan 6 sehingga jumlah akar dan panjang akarnya “0”. 7. Hasil pencangkokan yang optimum, yaitu pada perlakuan pembungkusan dengan plastik gelap. 5.2 Saran Terjadi banyak kegagalan pada proses pencangkokan, sehingga sebaiknya proses kegiatan pencangkokan diberikan waktu lebih panjang karena proses pembentukan akar pada pencangkokan jambu biji berlangsung cukup lama dan apalagi sekarang musim kemarau. PUSTAKA Adinugraha, H. A. dkk. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Tunas pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan dengan Teknik Sambungan. Pemuliaan Tanaman Hutan. 6 (2): 91 – 102.Adinugraha, H. A. dkk. 2009. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Bioma, 11 (1): 6 – 10. Adinugraha, H. A. dkk. 2009. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. BIOMA, 11 (1): 6 – 10. Christiani, C. A. 2011. Hortikultura Tejomantri Wonorejo Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hendalastuti, Henti dkk. 2010. Uji Pertumbuhan Stek Cemara Sumatra. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 7 (3): 289 – 298. Laisina, J. K. J.. 2013. Pelestarian Secara In Vitro Melalui Metode PertumbuhanLambat pada Beberapa Genotipe Ubi Jalar (Ipomea Batatas (L) Lam). Agrologia, 2 (2):124-131. Mahisworo, Kusno S. dan Agustinus A. 2002. Bertanamn Rambutan. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Purnomyosidhi, Pratiknyo dkk. 2002. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-buahan: dengan Penekanan pada Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry. Rukmana, Rahmat. 2010. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Yogyakarta : Kanisius. Sunarjono, Hendro. 1986. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Bogor:Sinar Baru Bandung. Supriatma, A. dan Suparwoto.2009. Teknologi Pembibitan Duku dan Prospek Pengembangannya. Litbang Pertanian, 29(1): 19-24. Turhan, A. dkk. 2011. Effects of Grafting on Different Rootstocks on Tomato Fruit Yield and Quality. Hort. Sci. (Prague), 38 (4): 142 – 149.