pengaruh risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
PENGARUH RISIKO BISNIS DAN PERTUMBUHAN AKTIVA TERHADAP
STRUKTUR MODAL PADA PT PEMBANGKITAN JAWA BALI
Sri Puspida
[email protected]
Budiyanto
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
Along with its development the business world undergoes any obstacles. One of the obstacles is financing
problem. So, trust is given to the manager by the stockholders to manage and run their business operational. A
manager have to determine how much capital is needed in order to finance his business whether from the inside
or the outside of the company when he runs the company.This main aims of this study is to find out the business
risk influence and the partial asset growth to the capital structure at PT Pembangkitan Jawa Bali and to find out
among the business risk and the asset growth which have dominant influence to the capital structure at PT
Pembangkitan Jawa Bali. This research is the quantitative research type which is performed by analyzing
secondary data.This research is emphasized on the research variable test by using figures and by performing data
analysis with statistics procedure.Based on the result of hypothesis test it can be concluded that business risk and
asset growth partially have significant influence to the capital structure. The asset growth has dominant
influence to the capital structure since its partial determination coefficient is the biggest.
Keywords:: business risk, asset growth, and capital structure.
INTISARI
Seiring perkembangannya dunia usaha mengalami berbagai hambatan. Salah satunya adalah masalah
pendanaan. Sehingga manajer diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan
menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan perusahaannya, manajer perusahaan harus
menentukan seberapa banyak modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya baik dana dari
dalam perusahaan atau dari luar perusahaan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva secara parsial terhadap struktur modal pada PT
Pembangkitan Jawa Bali, serta untuk mengetahui diantara risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap struktur modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menganalisa
data sekunder, dan penelitian ini menekankan pada pengujian variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat
disimpulkan bahwa risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Pertumbuhan aktiva mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
struktur modal karena nilai koefisien determinasi parsialnya paling besar.
Kata kunci: risiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan struktur modal.
PENDAHULUAN
Dewasa ini dunia usaha baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil melakukan
pengembangan usahanya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar
yang semakin global.
Seiring perkembangannya dunia usaha mengalami berbagai
hambatan. Salah satunya adalah masalah pendanaan, sehingga manager diberi kepercayaan
oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika
menjalankan perusahaannya, manager perusahaan harus menentukan seberapa banyak
modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya baik dana dari dalam perusahaan atau
1
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
2
dari luar perusahaan. Dana dari dalam perusahaan, yaitu melalui laba ditahan dan
depresiasi serta dana dari luar perusahaan yaitu dana yang berasal dari para kreditur dan
dana dari peserta yang mengambil bagian dari perusahaan yang akan menjadi modal
sendiri. Manajemen yang baik sebaiknya memperhatikan struktur modal yang optimal
sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik. Struktur modal yang optimal yaitu
struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal rata-rata atau memaksimumkan
nilai perusahaan (Riyanto 2008:294).
Perusahaan perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi struktur
modal mengenai berapa jumlah hutang dan modal sendiri yang akan digunakan. Menurut
Wiksuana, dkk (2001:201), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu tingkat
penjualan, struktur aset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan pajak,
kebijakan dividen, kondisi intern perusahaan, pengendalian, attitude management. Sartono
(2001:248) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah
tingkat penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel
laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, serta kondisi intern perusahaan dan
ekonomi makro. Sementara Riyanto (2001:279) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal yaitu tingkat bunga, stabilitas earning, susunan dari aktiva,
kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal,
sifat manajemen dan besarnya suatu perusahaan. Dan menurut Brigham dan Hauston
(2005), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu: risiko, bisnis, posisi pajak,
fleksibilitas, keuangan dan konservatisme atau agresivitas managemen merupakan faktorfaktor yang menentukan keputusan struktur modal.
Dari semua variabel yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal, penulis menggunakan dua variabel bebas yaitu resiko bisnis
dan pertumbuhan aktiva. Alasan menggunakan variabel bebas tersebut berdasarkan
beberapa teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan dari
penelitian sebelumnya dominan menggunakan resiko bisnis, pertumbuhan aktiva sebagai
pengukur faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan. Penulis menggunakan
sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya.
Struktur modal pada umumnya merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari
modal sendiri dan modal asing, untuk modal sendiri terdiri dari berbagai macam saham dan
laba ditahan. Sedangkan modal asing umumnya terdiri dari berbagai hutang jangka panjang
yang misalnya obligasi, hutang hipotik dan lain–lain. Salah satu unsur yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan keuangan adalah seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk kegiatan operasional dan
mengembangkan usahanya. Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal
saham maupun dengan hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.
Struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang,
saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham
terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi ditahan. Struktur
modal merupakan bagian dari struktur keuangan (Sawir, 2005:10).
Jadi struktur modal itu sendiri adalah hasil dari keputusan pendanaan (financing
decision) yang berkaitan dengan pemilihan pendanaan operasi perusahaan menggunakan
ekuitas atau utang.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan risiko dan tingkat pengembalian
(return). Dengan menambah hutang dalam pendanaan akan memperbesar risiko perusahaan,
akan tetapi juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return).
Selain itu perlu diperhatikan bahwa risiko yang makin tinggi akibat besarnya hutang
cenderung akan menurunkan harga saham, tapi meningkatnya expected return diharapkan
akan meningkatkan harga saham pula. Dari sini didapat konsep struktur modal optimal,
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
3
yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian
sehingga memaksimumkan harga saham.
Faktor pertama yang mempengaruhi keputusan tentang struktur modal adalah risiko
yang dihadapi perusahaan. Risiko dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu (1) risiko bisnis
(business risk) yaitu tingkat risiko terkait pembiayaan asset perusahaan dengan tidak
menggunakan hutang jangka panjang. Apabila risiko bisnis makin besar, artinya rasio
hutang makin kecil. (2) Risiko keuangan (financial risk) yaitu risiko yang dihadapi para
pemegang saham biasa sebagai akibat penggunaan hutang jangka panjang.
Keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya
risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat
keuntungan yang diharapkan. Apabila perusahaan lebih banyak menggunakan utang berarti
memperbesar risiko yang ditanggung oleh pemegang saham dan juga memperbesar tingkat
pengembalian yang diharapkan.
Brigham dan Houston (2001:6) menyatakan bahwa risiko yang makin tinggi
cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian. yang
diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu,
struktur modal optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian
yang memaksimumkan harga saham.
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya. Pengukuran risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan nilai varian dari ROE
(Return On Asset) selama 6 tahun berturut-turut.
Faktor kedua yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan aktiva.
Pertumbuhan aktiva sendiri memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban apabila dalam pendanaannya menggunakan hutang.
Riyanto (1995) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio struktur aset/aktiva (semakin besar
jumlah aktiva tetap) maka perusahaan pun akan memiliki jaminan kemampuan yang lebih
besar dalam melakukan pendanaan eksternal yang berarti berpotensi meningkatkan
leverage perusahaan. Semakin baik pertumbuhan aktiva, semakin meningkat juga
kepercayan investor terhadap perusahaan.
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aset
tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal
sendiri, sedangkan hutang bersifat sebagai pelengkap (Riyanto, 1995). Hal ini bisa
dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang
menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup
jumlah aset tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang
sebagian besar aset nya terdiri dari aset lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan
kebutuhan dana dengan hutang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aset
terhadap struktur modal suatu perusahaan.
Pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva
yang dimiliki perusahaan. Pertumbuhan asset dihitung sebagai persentase perubahan asset
pada tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk penelitian ini penulis mengambil sampel perusahaan yang bergerak dalam
indusri listrik dan merupakan salah satu anak perusahaan dari PT PLN (Persero) yaitu PT
Pembangkitan Jawa-Bali. Maka dari itu penulis mengambil judul ”Pengaruh Risiko Bisnis
dan Pertumbuhan Aktiva Terhadap Struktur Modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali”.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Pengertian Modal
Munawir (2001) menyatakan bahwa modal adalah hak atau bagian yang dimiliki
oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus atau laba yang ditahan
atau kelebihan aset yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutangnya. Modal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
4
menggambarkan hak pemilik atas perusahaan yang timbul sebagai akibat investasi yang
dilakukan pemilik maupun para investor.
Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu modal aktif dan modal
pasif. Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang
menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan
ditanamkan. Dengan kata lain, modal aktif menunjukkan bentuk modal. Riyanto (1995)
menyatakan bahwa berdasarkan cara dan lama perputaran, modal aktif dibagi menjadi 2
yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah aset yang habis dipakai dalam satu kali
perputaran proses produksi dan proses perputarannya kurang dari satu tahun. Sedangkan
aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak habis atau yang secara berangsur-angsur
habis turut serta dalam proses produksi. Modal pasif adalah modal yang tertera disebelah
kredit sisi neraca yang menggambarkan sumber perolehan dana atau dengan kata lain
modal pasif menunjukkan sumber atau asal modal.
Struktur Modal
Struktur modal berkaitan dengan penentuan bauran pembelanjaan jangka panjang
perusahaan. Struktur modal mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur
keuangan (financial Structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur
keuangan. Warsono (2003: 235) menyatakan bahwa struktur keuangan merupakan
kombinasi bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan
perusahaan (sisi pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber
pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Pengertian struktur modal
dibedakan dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan
permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitas
finansial perusahaan, memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah dan komposisi
modal dari tiap-tiap perusahaan, tetapi pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal
dalam pesahaan harus berorientasi pada tercapainya stabilitas finansial dan terjaminnya
kelangsungan hidup perusahaan.
Teori Struktur Modal
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang struktur modal. Pertama, Agency Teory,
teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz,
2005), dimana manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka
sehingga mereka mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan
fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang
memadai. Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana
pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya
untuk meminimalkan cost sebagai dampak adanya informasi yang asimetris dan kondisi
ketidakpastian.
Kedua, Signalling theory, teori ini yang menerangkan suatu tindakan yang diambil
manajemen perusahaan yang memberi petunjuk pada investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan modal baru dengan cara-cara yang lain, termasuk penggunaan hutang yang
melebihi target struktur modal yang normal. Sebaliknya, perusahaan dengan prospek yang
kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham
oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu sinyal bahwa manajemen memandang
suramnya prospek perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang terlihat dari tindakan
yang diambil manajemen tersebut akan mempengaruhi kebijakan struktur modal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
5
perusahaan yang nantinya juga akan mempengaruhi keputusan investor untuk
menanamkan dananya kedalam perusahaan tersebut.
Ketiga, Asymmetric information, Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa
situasi dimana manajemen memiliki informasi yang berbeda, yang lebih baik, mengenai
prospek perusahaan daripada investor. Ketidakseimbangan informasi ini terjadi karena
pihak manajemen memiliki informasi yang lebih banyak daripada para pemodal. Misalnya
pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang over valued (lebih
tinggi daripada harga seharusnya). Jika hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen
tentu akan berpikir untuk menawarkan saham baru. Akan tetapi investor juga akan berpikir
bahwa jika perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah karena
harga saham saat ini over valued, sehingga investor akan menawar harga saham baru dengan
harga yang lebih rendah. Maka emisi saham baru akan menurunkan harga saham. Hal ini
akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dimana perusahaan akan mempergunakan
hutang didalam struktur modalnya. Perusahaan cenderung untuk berhutang dalam
mengambil kesempatan untuk berinvestasi tanpa harus menerbitkan saham baru di saat
harga sedang turun serta adanya pengurangan biaya pajak akibat adanya bunga hutang.
Keempat, Pecking Oder Theory, teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Donalson
pada tahun 1961, sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun
1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan
menentukan sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori tersebut menyatakan
bahwa (Brealy and Myers, 1991 dalam Suad Husnan, 2000) yaitu: perusahaan mencoba
menyesuaikan resiko pembagian deviden yang ditargetkan dengan berusaha menghindari
perubahan pembayaran deviden secara drastis dan apabila diperlukan pendanaan dari luar,
maka perusahaan akan memulai dengan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih
dahulu yaitu obligasi, kemudian sekuritas berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi.
Kemudian jika belum mencukupi, perusahaan menerbitkan saham. Sesuai dengan teori ini,
tidak ada target debt to equity ratio karena ada 2 jenis modal sendiri yaitu internal dan
eksternal. Hal ini akan mempengaruhi jenis struktur modal perusahaan, sesuai dengan
perbandingan pendanaan internal yang dimiliki perusahaan dan pendanaan eksternal yang
dibutuhkan perusahaan.
Kelima, Trade-off Theory ,Brigham dan Houston (2001:34) menyatakan bahwa teori
trade-off mengemukakan perusahaan diharuskan mempertimbangkan risiko kebangkrutan
antara pembiayaan dengan menggunakan hutang dengan pembiayaan melalui penerbitan
saham. Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan
keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya
kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Komponen Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen modal
sendiri dan modal asing. Pertama, Modal Sendiri (Shareholder Equity), modal sendiri adalah
modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan untuk
waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber
ekstern. Sumber intern di dapat dari keuntungan yang dihasikan oleh kegiatan operasi
perusahaan. Sedangkan sumber ekstern adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Komponen modal sendiri terdiri dari modal saham dan laba ditahan.
Kedua, Modal Asing/Hutang Jangka Panjang (Long – Term Debt), hutang jangka
panjang merupakan hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari
sepuluh tahun. Hutang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai
perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan. Karena kebutuhan modal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
6
untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen hutang jangka panjang
terdiri dari hutang hipotik dan obligasi. pertumbuhan, pajak, cadangan kapasitas
peminjaman, profitabilitas.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Atmaja (2008:273) menyatakan bahwa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan struktur modal adalah:
1. Kelangsungan hidup jangka panjang (long-run viability)
Manajer perusahaan besar, khususnya yang menyediakan produk dan jasa yang
penting, memiliki tanggungjawab untuk menyediakan jasa yang berkesinambungan. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari tingkatpenggunaan hutang yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan.
2. Konservatisme manajemen
Manajer bersifat konservatif cenderung menggunakan tingkat hutang yang berusaha
memaksimumkan nilai perusahaan dengan menggunakan lebih banyak hutang.
3. Pengawasan
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat pengawasan dari
pihak kreditor (misalnya, melalui kontrak perjanjian atau covenant). Pengawasan ini dapat
mengurangi fleksibilitas manajemen dalam membuat keputusan perusahaan.
4. Struktur aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang
cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar.
5. Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki
risiko bisnis (variabilitas keuntungannya) tinggi
cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta
biaya hutang yang tinggi). Tinggi rendahnya risiko ini dapat dilihat antara lain dari stabilitas
harga dan unit penjualan, stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating leverage.
6. Tingkat pertumbuhan
Faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat
dipenuhi dari laba ditahan.
7. Pajak
Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak, sedangkan
pembayaran deviden tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh karena itu, semakin tinggi
tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar
daya tarik penggunaan hutang.
8. Cadangan kapasitas peminjaman
Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya modal akan
meningkat. Perusahaan harus mempertimbangkan suatu tingkat penggunaan hutang yang
masih memberikan kemungkinan menambah hutang dimasa mendatang dengan biaya
relatif rendah.
9. Profitabilitas
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi
menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi memingkinkan
perusahaan untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
7
Risiko Bisnis
Bringham dan Houston (2001:45) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah
ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian atas aktiva di masa mendatang. Suatu
perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil apabila permintaan akan produknya stabil,
harga-harga masukan dan produknya relative konstan, harga produknya dapat segera
disesuaikan dengan kenaikan biaya, dan penjualannya menurun. Apabila hal-hal lain tetap
sama, makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin tinggi risiko utang yang optimal.
Dalam perusahaan risiko bisnis akan meningkat jika menggunakan hutang yang
tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kabangrutan. Hasil penelitian
membuktikan bahwa perusahaan dengan resiko yang tinggi seharusnya menggunakan
hutang yang lebih sedikit untuk menghindari kemungkinan kebangrutan.
Atmaja (2008:225) menyatakan bahwa pengukuran terhadap risiko bisnis dapat
dilakukan dengan menggunakan koefisien variasi dari keuntungan atau laba. Dalam
penelitian ini
pengukuran risiko bisnis menggunakan nilai varian dari ROE (return on
asset) selama 6 tahun berturut-turut. Berikut rumus ROE yaitu:
ROE =
EAT
Total Equity
x 100%
Sumber : Atmaja (2008:225)
Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap faktor yang dipengaruhi oleh karakteristik
industri perusahaan, tetapi sampai tingkat tertentu juga dapat dikendalikan oleh
manajemen. Risiko bisnis dapat berubah dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki
risiko bisnis (variabilitas kentungannya) tinggi cenderung kurang dapat menggunakan
hutang besar (karena kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi).
Pertumbuhan Aktiva
Badhuri (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva adalah pertumbuhan
(peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam penelitian
ini pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase perubahan asset pada tahun tertentu
terhadap tahun sebelumnya.
Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana
untuk pembiayaan ekspansi. Sartono (2001:248) mnyatakan bahwa semakin besar kebutuhan
dana, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi, perusahaan
yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden, melainkan
digunakan untuk pembiayaan investasi. Namun apabila laba ditahan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan, maka perusahaan yang bersangkutan dapat
menggunakan dana tambahan yang berasal dari luar perusahaan dalam bentuk hutang.
Bhaduri (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase
perusahaan aset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Skala variabel yang
digunakan adalah variabel rasio yang merupakan variabel perbandingan. Berikut adalah
rumus pertumbuhan aktiva:
Pertumbuhan Aset =
Aset tahun t – Aset tahun t -1
Aset tahun t-1
x 100%
Sumber : Badhuri (2002)
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak
membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi.
Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
8
Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat
pertumbuhannya.
Perusahaan yang menggunakan lebih banyak hutang berarti
memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham dan juga memperbesar tingkat
pengembalian yang diharapkan.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal.
Bringham dan Houston (2001:45) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah
ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian atas aktiva di masa mendatang. Suatu
perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil apabila permintaan akan produknya stabil,
harga-harga masukan dan produknya relatif konstan, harga produknya dapat segera
disesuaikan dengan kenaikan biaya, dan penjualannya menurun. Apabila hal-hal lain tetap
sama, makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin tinggi risiko utang yang optimal.
Risiko bisnis dapat berubah dari waktu ke waktu. Setiap perusahaan akan menghadapi
risiko sebagai akibat dari dilakukannya kegiatan operasi perusahaan, baik itu risiko bisnis
maupun risiko hutang yang harus digunakan oleh perusahaan. Risiko bisnis berhubungan
dengan jenis usaha yang dipilih dari kondisi ekonomi yang dihadapi. Sehingga terdapat
hubungan antara risiko bisnis terhadap struktur modal. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H1 : Risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal.
Bringham dan Houston (2001:40) menyatakan bahwa perusahaan yang tumbuh
dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya
pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan
surat utang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun,
pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi
ketidakpasian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk
menggunakan utang.
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk
pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka
semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H2 : Pertumbuhan aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis studi kasus dengan metode kuantitatif. Menurut
Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar
atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Surahrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin (1987)
memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary,
Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti
berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Para peneliti berusaha menernukan
semua variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi:
(1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
9
sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau
konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di
antara variabel-variabelnya.
Obyek Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:41) menyatakan bahwa sebelum peneliti memilih variabel apa
yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang
akan yang diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di
belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek
penelitian.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah hal
atau perkara yang menjadi pokok sasaran atau tujuan, yang akan diteliti oleh peneliti.
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu resiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan struktur
modal.
Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih maka objek penelitian yang akan diteliti
oleh penulis adalah risiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan struktur modal pada PT
Pembangkitan Jawa Bali yang berlokasi di Jl. Ketintang Baru No. 11 Surabaya 60231.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Struktur Modal
Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono (2010:39), merupakan variabel (terikat)
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Karena yang
menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y ) pada penelitian ini adalah struktur
modal. Indikator yang digunakan adalah struktur modal dengan rumus sebagai berikut:
Variabel Independen
Variable independent atau variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah risiko bisnis
dan pertumbuhan aktiva. Indikator yang digunakan adalah Return on Equity (ROE) dan
pertumbuhan aktiva.
a. Rumus Risiko Bisnis (X1)
b. Rumus Pertumbuhan Aktiva (X2)
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y
= struktur modal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
10
a
=
konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada
saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2 = 0)
X1
= risiko bisnis
X2
= pertumbuhan aktiva
b1
= koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap variabel
terikat Y, apabila variabel bebas X2 dianggap konstan.
= koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap variabel
b2
terikat Y, apabila variabel bebas X1 dianggap konstan.
Dimana persamaan diatas dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer
dengan program SPSS.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Perhitungan Variabel Penelitian
Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan variabel penelitian yaitu risiko bisnis,
pertumbuhan aktiva dan struktur modal.
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Tabel 1
Hasil Perhitungan Variabel Penelitian
Risiko bisnis
Pertumbuhan aktiva
(X1)
(X2)
3,17%
1,88%
3,94%
4,99%
2,05%
-4,30%
2,64%
-2,76%
2,81%
0,77%
3,23%
4,88%
Struktur modal
(Y)
6,02%
6,24%
5,60%
5,25%
5,74%
5,95%
Menentukan Persamaan Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan data yang ditampilkan pada tabel 1 , selanjutnya
diolah menggunakan program SPSS, maka diperoleh informasi nilai a, b1, b2 sebagaimana
yang tersaji pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficiens
Unstandardized
Standardized
Coefficiens
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
4.785
.293
Risiko Bisnis
.286
.101
.562
Pertumbuhan Aktiva
.084
.024
.713
a. Dependent Variable: Struktur Modal
t
Sig.
16.318
2.825
3.586
.001
.066
.037
Dari tabel 2, maka prediksi struktur modal dapat dimasukkan ke dalam persamaan
regresi berganda sebagai berikut:
Y = 4,785 + 0,286X1 + 0,084X2
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
11
Dari persamaan regresi di atas dapat diintepretasikan bahwa:
a. Konstanta (a)
Dalam persamaan regresi linear berganda di atas diketahui nilai konstanta (a) sebesar
4,785, artinya jika variabel risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva tetap atau sama dengan 0,
maka struktur modal akan sebesar 4,785 satuan.
b. Koefisien regresi risiko bisnis (b1) sebesar 0,286
Besarnya koefisien b1 adalah 0,286 yang berarti menunjukkan arah hubungan positif
(searah) antara struktur modal dengan risiko bisnis (ROE). Tanda positif menunjukkan
pengaruh risiko bisnis (ROE) searah terhadap struktur modal yaitu jika variabel struktur
modal (ROE) naik sebesar satu satuan maka struktur modal akan naik sebesar b1 yaitu 0,286
dengan asumsi variabel pertumbuhan aktiva konstan.
c. Koefisien regresi pertumbuhan aktiva (b2) sebesar 0,084
Besarnya koefisien b2 adalah 0,084 yang berarti menunjukkan arah hubungan positif
(searah) antara struktur modal dengan pertumbuhan aktiva. Tanda positif menunjukkan
pengaruh pertumbuhan aktiva searah terhadap struktur modal yaitu jika variabel
pertumbuhan aktiva naik sebesar satu satuan maka struktur modal akan naik sebesar b2
yaitu 0,084 dengan asumsi variabel risiko bisnis (ROE) konstan.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji data berdistribusi secara normal atau tidak.
Uji ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengambilan keputusan:
1) Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal
2) Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
mengandung multikolinearitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
multikolinearitas adalah dengan melihat VIF bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance
di atas 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi
adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson
(uji DW).
Menurut Santoso (2002:218), deteksi adanya autokorelasi bisa dilihat pada tabel
Durbin-Watson, secara umum bisa diambil patokan:
Angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif.
Angka D-W diantara –2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
12
Uji Kelayakan Model
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas
(Ghozali, 2011:97). Hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien determinasi disajikan
pada tabel 3.
Tabel 3
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
1
.939
.882
.803
.15495
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Aktiva, Risiko Bisnis
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,882
atau 88,2% artinya variabilitas variabel struktur modal dapat dijelaskan oleh variabilitas
variabel risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva sebesar 88,2%, sedangkan sisanya sebesar
11,8%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas (X1, X2) secara
bersama-sama terhadap variabel terikat (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai F yang
terlihat pada ANOVA tersaji pada tabel 4.
Tabel 4
Hasil Uji F
ANOVA
Sum of
Model
Squares
df
Mean Square
1
Regression
.539
2
.269
Residual
.072
3
.024
Total
.611
5
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan aktiva, Risiko Bisnis
b. Dependent Value : Struktur Modal
F
11.215
Sig.
.041
Sumber : Hasil Output SPSS
Uji ANOVA menghasilkan nilai F hitung sebesar 11,215 dengan tingkat signifikansi
0,041. Karena probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( =5%), maka dapat disimpulkan
bahwa model yang dihasilkan baik dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
Uji Kelayakan Model
a. Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis yang pertama dengan uji t, menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011:98).
Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan SPSS didapat
hasil uji t seperti yang tersaji pada tabel 5 berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
13
Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
Sign
Keterangan
Alpha ( )
Risiko Bisnis (X1)
0,005
0,05
Signifikan Berpengaruh
Pertumbuhan aktiva (X2)
0,001
0,05
Signifikan Berpengaruh
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel 5 dapat ditarik kesimpulan:
1. Pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal
Dengan menggunakan tingkat signifikansi = 0,05 diperoleh nilai sig variabel risiko
bisnis sebesar 0,005 lebih kecil dari tingkat signifikansi = 0,05. Hal ini berarti bahwa risiko
bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004), Kusuma (2005), Fadhli (2010) dan
Sinaga (2010).
Risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dikarenakan risiko
bisnis adalah ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian atas aktiva di masa
mendatang. Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil apabila permintaan akan
produknya stabil, harga-harga masukan dan produknya relatif konstan, harga produknya
dapat segera disesuaikan dengan kenaikan biaya, dan penjualannya menurun. Apabila halhal lain tetap sama, makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin tinggi risiko utang yang
optimal. Giacomo Morri dan Fabio Cristanziani (2009) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah profitabilitas, pertumbuhan, struktur kepemilikan
berpengaruh negatif dan risiko bisnis.
2. Pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal
Dengan menggunakan tingkat signifikansi
= 0,05 diperoleh nilai sig variabel
pertumbuhan aktiva sebesar 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi = 0,05. Hal ini berarti
bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004), Kusuma (2005),
Fadhli (2010) dan Sinaga (2010).
Pertumbuhan aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dikarenakan
perusahaan yang mempunyai struktur modal yang optimal akan menghasilkan tingkat
pengembalian yang optimal pula, sehingga bukan hanya perusahaan yang memperoleh
keuntungan, tetapi para pemegang sahampun ikut memperoleh keuntungan tersebut.
Struktur modal yang tidak optimal akan menimbulkan biaya modal yang terlalu besar.
Apabila hutang yang digunakan erlalu besar maka akan menimbulkan biaya hutang yang
besar. Dalam penentuan struktur modal, diperlukan pertimbangan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhinya salah satunya adalah pertumbuhan aktiva. Pada perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga
dapat dipenuhi dari laba ditahan. Karena adanya asymmetric information lebih rendah dari
pada flotation cost menerbitkan saham biasa, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi
cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan dengan
pertumbuhan rendah.
b. Uji Hipotesis Kedua
Uji hipotesis kedua dengan menggunakan koefisien determinasi parsial, untuk
mengetahui variabel risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva manakah yang berpengaruh
dominan terhadap struktur modal pada PT Pembangkit Jawa Bali. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 6.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
14
Tabel 6
Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial
Variabel
r
Risiko bisnis (X1)
0,853
Pertumbuhan aktiva (X2)
0,900
r2
0,7276
0,8100
Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai koefisien determinasi parsial dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Koefisien determinasi parsial variabel risiko bisnis = 0,7276 hal ini berarti sekitar 72,76%
yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel risiko bisnis terhadap struktur modal
pada PT Pembangkit Jawa Bali.
2. Koefisien determinasi parsial variabel pertumbuhan aktiva = 0,8100 hal ini berarti sekitar
81,00% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel pertumbuhan aktiva terhadap
struktur modal pada PT Pembangkit Jawa Bali.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh
yang dominan terhadap struktur modal adalah pertumbuhan aktiva karena mempunyai
koefisien determinasi parsialnya paling besar yaitu sebesar 0,8100.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Risiko bisnis
dan pertumbuhan aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; (2) Pertumbuhan
aktiva mempunyai pengaruh yang dominan terhadap struktur modal adalah karena nilai
koefisien determinasi parsialnya paling besar.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan mengenai jumlah variabel independen yang
diteliti, dimana dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 variabel yaitu risiko bisnis dan
pertumbuhan aktiva yang dirasa belum kuat untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
kombinasi struktur modal pada suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, L.S. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: CU Andi Offset.
Bhaduri, S.N. 2002. Determinants of Corporate Borrowing: Some Evidence from the Indian
Corporate Structure, Journal of Economics and Finance, Summer, 26, 2,p. 200.
Brigham, F. E dan J.F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
_______________________.2006. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Gitman, L.J. 2009. Principles of Manajerial Finance. 12 edition. Pearson International Edition.
Hanafi, M.M. 2005. Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Yogyakarta: BPFE.
Hidayati, N. 2010. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Aktiva, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan
yang masuk Dalam Kelompok Jakarta Islamic Indeks Masa
tahun 20052007.http://digilib.uinsuka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilibinsuka-nurilhiday3841 diunduh pada 5 Februari 2013
Karlina, M. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Aktiva dan Resiko Bisnis Terhadap Struktur
Modal Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-melanikarl-26567 diunduh pada 3 Februari
2013.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
15
Prabansari, Y., dan H. Kusuma. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Sinergi Edisi Khusus on Finance.
Riyanto, B. 2001. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.
Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BFEE.
Sinaga, I. 2010. Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility
Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2008. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18936 diunduh pada 15 Februari
2013
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabeta.
Sundjaja, R., dan I. Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Klaten: PT.Intan
Sejati.
Download