ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN Eni Siti Rohaeni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : [email protected] ABSTRAK Daya dukung usaha ternak selain dipengaruhi oleh sumber daya manusia juga dipengaruhi oleh sumber daya lahan serta komoditas tanaman yang diusahakan dan dapat dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber pakan. Dalam pengembangan ternak di suatu wilayah, maka perlu dianalisis potensi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Laut yang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012. Data yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan komprehensip dari apa yang teramati dan terukur di lapangan. Data sekunder berupa keadaan umum wilayah, populasi dan jenis ternak, jumlah penduduk, penggunaan lahan, fasilitas ekonomi dan lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait diantaranya : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Kecamatan, dan Kantor Desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi wilayah untuk pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis digunakan analisis kepadatan ternak dan analisis potensi wilayah dengan menggunakan data-data yang diperlukan. Hasil penelitian diperoleh bahwa berdasarkan perhitungan dari kombinasi kepadatan (kepadatan : ekonomi, usahatani, wilayah dan penduduk) diketahui bahwa kecamatan yang mendapatan prioritas pertama dalam pengembangan ternak sapi potong adalah Jorong, Bati-bati dan Bumi Makmur, prioritas kedua pada kecamatan Kintap dan Kurau, dan Kecamatan Takisung mendapatkan prioritas terakhir. Rekomendasi yang diberikan pada setiap kecamatan akan berbeda-beda, sesuai dengan kultur, kebiasaan, ketrampilan dan aspek sosial penting lainnya. Kriteria pengembangan dari semua unsur yang dinilai untuk semua kecamatan di Tanah Laut memenuhi syarat untuk pengembangan ternak sapi potong. Daerah yang memiliki nilai kriteria tertinggi tiga diantaranya adalah Kecamatan Panyipatan, Takisung dan Batu Ampar. Kata kunci : potensi, pengembangan, sapi potong, Tanah Laut Pendahuluan Secara nasional populasi ternak sapi potong dan produksi daging yang dihasilkan masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen, sementara Indonesia memiliki beberapa potensi diantaranya sumberdaya alam (SDA) berupa lahan yang luas dan Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 493 sumberdaya manusia (SDM) berupa penduduk yang banyak merupakan modal untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong yang spesifik lokasi. Kalimantan Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang termasuk dalam kawasan Indonesia Timur dengan sektor pertanian basis penting yang ditunjukkan dengan 22,34% penduduknya bermatapencaharian sebagai petani (BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2010). Salah satu komoditas yang diusahakan oleh petani di Kalimantan Selatan adalah beternak sapi yang terbatas sebagai usaha sampingan. Tanah Laut merupakan salah satu daerah sentra pengembangan ternak sapi potong di Kalimantan Selatan dengan agroekosistem lahan kering. Kontribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertanian cukup besar tidak saja sebagai sentra tanaman pangan, perkebunan tapi juga peternakan dan perikanan. Namun dengan kondisi lahan sebagai lahan kering dan marginal maka diperlukan input yang tinggi sementara usaha yang dilakukan petani masih bersifat subsisten. Potensi yang dimiliki yaitu adanya ternak sapi lokal yang diusahakan petani, luasnya lahan, SDM yang tangguh dan ulet karena sebagian besar adalah transmigrasi dan dukungan pemerintah terhadap pengembangan ternak sapi melalui program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) dan pengembangan satu juta ekor ternak. Permintaan akan produk daging sapi di Kalimantan Selatan cenderung meningkat, hal ini harus diimbangi dengan upaya peningkatan produktivitas ternak melalui program pusat dan pemerintah daerah dan diperlukan strategi dalam pengembangannya. Upaya pengembangan produktivitas ini didukung dengan potensi sumberdaya alam yang masih cukup terbuka seperti lahan yang luas dan limbah pertanian dan agroindustri yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak (Badan Litbang Pertanian, 2007) dan sumberdaya manusia. Rendahnya perkembangan ternak sapi potong disebabkan karena petani dihadapkan pada berbagai kendala yaitu sempitnya lahan untuk penyediaan pakan ternak (khusus di Pulau Jawa), modal rendah, dan kurangnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya (Widiati dkk., 2002). Menurut Wiyatna (2002), pendekatan yang dilakukan dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya alam adalah dengan pengembangan usahatani terpadu. Nasrullah dkk. (2004) menjelaskan bahwa daya dukung usaha ternak selain dipengaruhi oleh sumber daya manusia juga dipengaruhi oleh sumber daya lahan serta komoditas tanaman yang diusahakan dan dapat dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber pakan. Sumberdaya lahan yang dimiliki Kalimantan Selatan cukup luas yaitu sekitar 37.377 km2 dengan kondisi agroekosistem seperti lahan kering, lahan pasang surut, tadah hujan, lebak dan lainnya memegang peranan penting dalam sumbangannya terhadap potensi ketersediaan hijauan pakan (Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi wilayah untuk pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Metodologi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Laut yang dilakukan pada bulan JuniJuli 2012. Data yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan komprehensip Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 494 dari apa yang teramati dan terukur di lapangan. Data sekunder berupa kedaan umum wilayah, populasi dan jenis ternak, jumlah penduduk, penggunaan lahan, fasilitas ekonomi dan lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait diantaranya : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Kecamatan, dan Kantor Desa. Analisis Kepadatan Ternak Penelitian ini, dalam menghitung kepadatan ternak digunakan metode analisis yang digunakan Ashari dkk., (1995). Dijelaskan bahwa kepadatan ternak dibedakan menjadi tiga macam yaitu kepadatan ekonomi, kepadatan usahatani dan kepadatan wilayah, dengan rumus pada Tabel 1. Tabel 1. Rumus kepadatan ternak No Uraian Rumus 1 Kepadatan ekonomi ∑ pop. sapi potong (ST) x 1000 ∑penduduk 2 Kepadatan usahatani ∑ pop. sapi potong (ST) Luas lahan garapan (ha) 3 Kepadatan wilayah ∑ pop. sapi potong (ST) Luas wilayah (km2) Kriteria Sangat padat > 300 Padat (100-300) Sedang 50-100 Jarang < 50 Sangat padat > 2 Padat 1-2 Sedang 0,25-1 Jarang < 0,25 Sangat padat > 50 Padat 20-50 Sedang 10-20 Jarang <10 Sumber : Ashari, Juarini, Sumanto, Wibowo, dan Suratman (1995) Analisis Potensi Pengembangan Wilayah Menurut Sumanto dan Juarini (2004) bahwa dalam mengidentifikasi wilayah pengembangan peternakan dilakukan melalui pendekatan sistem yaitu suatu pendekatan yang secara fungsional terpadu dan utuh dalam menempatkan semua unsur yang berperan dan berproses yang kemudian menunjang menuju misi pembangunan peternakan. Selanjutnya diuraikan bahwa pendekatan sistim ini dalam unsur-unsurnya tercermin adanya sifat produktivitas, stabilitas, lumintu (sustainabilitas) dan kemerataan (equitabilitas). Dalam menentukan potensi wilayah pengembangan untuk komoditi ternak adalah menyeleksi nilai-nilai parameter peternakan sesuai dengan kriteria karakterisasi kunci seperti yang diuraikan pada Tabel 3. Kriteria-kriteria ini tidak semuanya dapat dianalisis karena terbatasnya data yang diperoleh di lapangan terutama data sekunder. oleh karena itu, dari uraian di atas, ada beberapa yang akan diuraikan dalam laporan ini, khusus untuk kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Laut. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 495 Tabel 2. Kriteria wilayah pengembangan ternak ruminansia (Sumanto dan Juarini, 2004) Kepadatan ekonomi ternak (ST/1000 jiwa) Rendah/jarang Sedang Padat Sangat padat Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Rendah/jarang Sedang Padat Sangat Padat WPP WPP WP WM WPP WP WM WM WP WP WK WK WP WM WK WK Keterangan : WPP : wilayah penyebaran dan pengembangan; WP : wilayah pengembangan; WM : wilayah pemantapan; WK : wilayah konsumen; Tabel 3. Nilai kriteria karakterisasi kunci No Unsur 1 SDM 2 Peran kelembagaan masukan 3 Peran kelembagaan keluaran 4 SDA 5 Teknologi peternakan 6 Perkembangan wilayah Kriteria kunci Pendidikan Penguasaan lahan Pola mata pencaharian penduduk Kepadatan penduduk KUD kelompok ternak perusahaan peternakan pasar/kios penyuluh pertanian Bank KUD kelompok ternak perusahaan peternakan pasar/kios Bank luas kesesuaian lahan ternak luas arahan pengembangan ternak daya dukung pakan alami (IDD) kepadatan ekonomi ternak teknologi prabudidaya teknologi budidaya teknologi pasca panen teknologi pemasaran status perkembangan kecamatan listrik sarana jalan pelabuhan Batas nilai ≥12 ≥2,5 ≥1 ≥17 ≥2 ≥3 Sumber : Sumanto dan Juarini, 2004 Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 496 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dimodifikasi untuk penentuan kriteria pengembangan ternak ruminansia, tidak hanya kepadatan ekonomi dengan kepadatan penduduk saja, namun dapat antara kepadatan ekonomi dengan usahatani, wilayah atau kepadatan usahatani dengan wilayah. Berdasarkan penilaian tim peneliti bahwa kombinasi penilaian yang cukup penting untuk dilakukan di Kabupaten Tanah Laut adalah kepadatan ekonomi, kepadatan usahatani dan kepadatan wilayah, untuk kepadatan penduduk masih dinilai skornya kurang karena jumlah penduduk di Kalsel pada umumnya belum terlalu padat. Tabel 3 ditampilkan nilai kriteria karakterisasi kunci untuk melakukan analisis potensi wilayah dari aspek SDM, SDA dan kelembagaan. Hasil dan Pembahasan Analisis Kepadatan Ternak Dengan menggunakan rumus yang ditampilkan pada Tabel 1 (dalam metodologi) berdasarkan data perhitungan maka diketahui bahwa kepadatan ekonomi di Kabupaten Tanah Laut masuk dalam kategori padat, kepadatan usahatani termasuk jarang dan wilayah kepadatannya termasuk sedang (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan ekonomi untuk ternak sapi padat jika dibandingkan terhadap jumlah penduduk dengan nilai 144,94 ST/jiwa. Jika dilihat dari kepadatan usahatani, masih memiliki peluang yang besar untuk terus dikembangkan dengan nilai 0,06 ST/ha, luasnya lahan garapan yang tersedia masih memungkinkan untuk menampung ternak yang akan dikembangkan demikian juga untuk kepadatan wilayah, Kabupaten Tanah Laut masih layak untuk dikembangkan potensinya. Namun data dan penilaian untuk tiap kecamatan akan menghasilkan informasi yang berbeda pada tiap kepadatan baik ekonomi, usahatani dan wilayah. Kecamatan yang secara ekonomi termasuk sangat padat adalah Kecamatan Panyipatan, Takisung dan Batu Ampar. Untuk kepadatan usahatani, sebagian kecamatan termasuk dalam kriteria jarang, sehingga masih memungkinkan untuk dikembangkan. Bila dilihat dari kepadatan wilayah, tidak ada kecamatan yang sangat padat, hanya ada dalam kriteria padat yaitu Kecamatan Panyipatan dan Takisung. Hal ini menunjukkan bahwa dari aspek SDA, Kecamatan di Tanah Laut masih memiliki potensi dalam pengembangan ternak sapi, namun dari aspek jumlah SDM tergolong padat. Informasi ini dapat memberikan alternatif dalam pengembangan ternak sapi sebaiknya dilakukan lebih intensif agar tenaga kerja yang digunakan lebih hemat dan penggunaan fasilitas alsin dapat disarankan dengan aplikasi pemanfaatannya pada masyarakat dilakukan secara kelompok kecuali untuk perusahaan Tabel 4. Nilai dan kriteria kepadatan ternak di Kabupaten Tanah Laut No Kepadatan Kecamatan Ekonomi Ket Usahatani Ket Wilayah Ket 1 Panyipatan 336.24 sangat padat 0.18 jarang 21.17 Padat 2 Takisung 329.81 sangat padat 0.27 sedang 26.92 Padat 3 Kurau 55.79 Sedang 0.05 jarang 5.09 Jarang 4 Bumi Makmur 7.50 Jarang 0.00 jarang 0.63 Jarang Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 497 Lanjutan Tabel 4. Nilai dan kriteria kepadatan ternak di Kabupaten Tanah Laut No Kepadatan Kecamatan Ekonomi Ket Usahatani Ket Wilayah Ket 5 Bati-bati 34.01 Jarang 0.05 jarang 5.60 Jarang 6 T Ulang 148.20 Padat 0.14 jarang 13.76 Sedang 7 Pelaihari 95.02 Sedang 0.16 jarang 16.00 Sedang 8 Bajuin 143.37 Padat 0.09 jarang 11.65 Sedang 9 B Ampar 316.80 sangat padat 0.13 jarang 13.43 Sedang 10 Jorong 141.56 Sedang 0.07 jarang 6.54 Jarang 11 Kintap 66.11 Sedang 0.01 jarang 4.69 Jarang Jumlah 144.94 Padat 0.06 jarang 11.83 Sedang Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah Sesuai dengan metode yang digunakanyang ditampilkan dalam Tabel 2, dihasilkan beberapa kombinasi kepadatan terhadap pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut, datanya disajikan pada Tabel 5. Hasil perhitungan dari kombinasi kepadatan diketahui bahwa kecamatan yang mendapatan prioritas pertama dalam pengembangan ternak sapi potong adalah Jorong, Bati-bati dan Bumi Makmur, prioritas kedua pada kecamatan Kintap dan Kurau, dan Kecamatan Takisung mendapatkan prioritas terakhir. Rekomendasi yang diberikan pada setiap kecamatan akan berbeda-beda, sesuai dengan kultur, kebiasaan, ketrampilan dan aspek sosial penting lainnya. Daerah dengan prioritas yang samapun memerlukan masukan rekomendasi yang berbeda. Misalnya Kecamatan Bati-bati dan Bumi Makmur yang sebagian besar penduduknya suku Banjar yang pengalaman beternak sapi relatif rendah maka diperlukan pembinaan dan penyuluhan yang intensif jika wilayah tersebut nantinya akan dikembangkan untuk usaha ternak sapi yang disesuaikan dengan kondisi lahan di daerah tersebut yang sebagian besar merupakan daerah rawa lebak dan pasang surut. Demikian juga untuk daerah yang mendapat prioritas pengembangan kedua yaitu Kintap dan Kurau. Kedua kecamatan tersebut memiliki ciri baik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berbeda. Tabel 5. Rekap kombinasi kepadatan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut Tot Ket WP WP Panyipatan EU WP Kombinasi kepadatan EP UP EW UW WK WP WM WPP 2 Takisung WM WK WM 3 WPP WPP WPP WPP 4 Kurau Bumi Makmur 5 Bati-bati WPP WPP No 1 Kecamatan 16 5 WM WP WP 13 6 WPP WP WPP WPP 23 2 WPP WPP WPP WPP 24 1 WPP WPP WPP WPP 24 1 Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 498 Lanjutan Tabel 5. Rekap kombinasi kepadatan Tot Ket WP 20 4 WP 21 3 WPP WP 20 4 WP WPP WPP 20 4 WPP WPP WPP WPP 24 1 WPP WP WPP WPP 23 2 WP T Ulang EU WP Kombinasi kepadatan EP UP EW UW WP WPP WP WPP Pelaihari WPP WP WPP WP WPP Bajuin WP WP WPP WP 9 B Ampar WP WM WPP 10 Jorong WPP WPP Kintap WPP WPP No 6 7 8 11 Kecamatan Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah. Keterngan EU : kepadatan ekonomi vs usahatani, EW : ekonomi vs wilayah, UW : usahatani vs wilayah, EP : ekonomi vs penduduk, UP : usahatani vs penduduk, WP : wilayah vs penduduk Kecamatan Takisung dan Panyipatan yang prioritas pengembangannya rendah, maka diarahkan bahwa daerah tersebut dapat sebagai sumber bibit. Populasi yang ada agar ditingkatkan dan dimantapkan sebagai sentra bibit yang bermutu yang dapat memasok ternak ke kecamatan lain atau kabupaten lain. Teknologi yang diperlukan adalah teknologi intensif baik dalam hal breeding, feeding dan manajemennya. Pada saat bibit sapi dipasok ke luar kecamatan, maka daerah tersebut perlu untuk dipertahankan populasinya baik dengan cara pengadaan dari luar daerah yang bermutu sehingga tidak terjadi pengurasan populasi ternak. Analisis Potensi Pengembangan Wilayah Hasil penelitian di Blora yang dilaporkan oleh Sumarjono dkk. (2008), bahwa pengembangan sapi potong dapat dilakukan melalui peningkatan potensi lahan, sumberdaya manusia, pakan dan pola pakan. Hasil lain yang dilakukan di Rembang oleh Mukson dkk. (2008), bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan ternak sapi potong sebesar 92,3% dipengaruhi oleh luas lahan, ketersediaan hijauan pakan ternak, tenaga kerja, dan modal. Hal ini menunjukkan bahwa luasnya ketersediaan lahan dan potensi limbah pertanian yang dihasilkan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha ternak sapi potong termasuk di Kalimantan Selatan. Mengacu pada Tabel 3 untuk melihat nilai kriteria karakterisasi kunci, penilaian dari unsur SDM untuk semua kecamatan di Tanah Laut nilainya di atas 12, hal ini berarti bahwa persyaratan untuk pengembangan ternak sapi potong terpenuhi (Tabel 6). Penilaian dari unsur kelembagaan baik masukan dan keluaran nilainya melebihi dari batas minimal, hal ini menunjukkan bahwa semua kecamatan di Tanah Laut memenuhi untuk pengembangan sapi. Penilaian untuk unsur SDA, yang datanya tersedia adalah dari daya dukung pakan alami (IDD) dan kepadatan ekonomi ternak, sedang untuk kriteria luas kesesuaian lahan dan luas arahan pengembangan ternak tidak tersedia. Berdasarkan perhitungan, total nilai unsur SDA dari setiap kecamatan lebih besar dari 17 yang berarti semua kecamatan memenuhi syarat untuk pengembangan ternak sapi potong. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 499 Tabel 6. Rekap nilai kriteria karakterisasi kunci di Kabupaten Tanah Laut Kecamatan SDM Kelembagaan SDA Tekno logi PW Total Peringkat Panyipatan 19 16.5 340.311102 3 9 387.81 1 Takisung 19 16.5 332.5147833 4 10 382.01 2 Kurau Bumi Makmur Bati-bati 19 16.5 71.49247269 3 6.5 116.49 9 19 16.5 230.3624092 3 6.5 275.36 4 17.75 19.5 48.55001012 5 9 99.80 11 T Ulang 19 16.5 154.6822193 4 9 203.18 5 Pelaihari 20 19.5 99.81789062 6 9 154.32 8 Bajuin 19 16.5 150.0928145 3 8 196.59 7 B Ampar 18 16.5 320.9394574 3 8 366.44 3 Jorong 19.25 19.5 147.8182592 5 9 200.57 6 Kintap 16.5 16.5 70.19952602 3 7.5 113.70 10 Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah; SDM : sumberdaya manusia; SDA : sumberdaya alahm; PW : Pengembangan wilayah Unsur teknologi peternakan, nilai yang diperoleh lebih besar dari 2, sehingga semua kecamatan memenuhi untuk dikembangan sapi potong. Unsur perkembangan wilayah, semua kecamatan memenuhi untuk pengembangan sapi potong. Berdasarkan semua unsur yang diperhitungan, diketahui bahwa semua kecamatan di Tanah Laut, memiliki potensi untuk pengembangan ternak sapi potong. Pada Tabel 6, terlihat bahwa semua unsur yang dinilai untuk semua kecamatan di Tanah Laut memenuhi kriteria untuk pengembangan ternak sapi. Selanjutnya untuk melihat kecamatan mana yang memiliki nilai kriteria tertinggi semua unsur nilainya ditotal sehingga diketahui bahwa kecamatan yang memiliki nilai tertinggi tiga diantaranya adalah Kecamatan Panyipatan, Takisung dan Batu Ampar. Kecamatan yang nilai kriterianya terendah adalah Kintap dan Bati-bati. Kecamatan Kintap dan Bati-bati memiliki nilai rendah karena dari unsur SDA. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil perhitungan dari kombinasi kepadatan (kepadatan : ekonomi, usahatani, wilayah dan penduduk) diketahui bahwa kecamatan yang mendapatan prioritas pertama dalam pengembangan ternak sapi potong adalah Jorong, Bati-bati dan Bumi Makmur, prioritas kedua pada kecamatan Kintap dan Kurau, dan Kecamatan Takisung mendapatkan prioritas terakhir. Rekomendasi yang diberikan pada setiap kecamatan akan berbedabeda, sesuai dengan kultur, kebiasaan, ketrampilan dan aspek sosial penting lainnya. Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 500 2. Kriteria pengembangan dari semua unsur yang dinilai untuk semua kecamatan di Tanah Laut memenuhi syarat untuk pengembangan ternak sapi potong. Daerah yang memiliki nilai kriteria tertinggi tiga diantaranya adalah Kecamatan Panyipatan, Takisung dan Batu Ampar. Daftar Pustaka Ashari E, Juarini E, Sumanto, Wibowo, Suratman. 1995. Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Jakarta: Balai Penelitian Ternak dan Direktorat Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. Departemen Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Kalimantan Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. 2011. Buku Saku Peternakan. Banjarbaru. Mukson, S. Marzuki, P. I. Sai, dan H. Setiyawan. 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol 33 (4) : 305-312. Nasrullah, B. Tappa, S. Said dan E. M. Kaiin. 2004. Ketersediaan Pakan Ternak Ruminansia di Kalimantan Selatan. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari dalam rangka Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan. Banjarbaru, 16 September 2004. Sumanto dan E. Juarini. 2004. Pedoman Identifikasi Potensi Wilayah dan Implementasi. Kerjasama Bagrpo Pembinaan Pengembangan Peternakan Pusat dan Balitnak Bogor. Sumarjono, D., Sumarsono dan Sutiyono. 2008. Penerapan Analisis Jalur untuk Pengembangan Sapi Potong Berbasis Potensi Lahan Usahatani di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol. 33 (3) : 231-237. Widiati, R., K. A. Santosa, S. Widodo dan Masyhuri. 2002. Optimalisasi alokasi sumberdaya rumahtangga tani melalui integrasi usahatani tanaman dan sapi potong di Gunung Kidul Yogyakarta. Agro Ekonomi. Vol IX (2) : 65-79. Wiyatna, M. F. 2002. Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 501