TPP FOR INDONESIA`S PUBLIC PROCUREMENT

advertisement
TPP FOR INDONESIA’S PUBLIC
PROCUREMENT
Direktorat Pengembangan Iklim
Usaha dan Kerjasama Internasional
1
TUJUAN PBJP
Tujuan
Primer
Value for Money
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah (public service).
Tujuan
Pengadaan
penggerak roda ekonomi dalam negeri sehingga dapat meningkatkan Pendapatan
Nasional, mengingat salah satu variable dalam menghitung pendapatan nasional/GDP adalah
investasi atau belanja pemerintah
Tujuan
Sekunder
Sebagai katalisator untuk
percepatan pertumbuhan industri dalam negeri
Mendukung pembangunan yang berkelanjutan melalui pelaksanaan PBJP yang berkelanjutan
(Sustainable Public Procurement /SPP)
Menumbuhkembangkan industri dalam negeri dan UMKM melalui pencadangan pasar PBJP yang
lebih luas untuk UMKM
PerPres No. 54 tahun 2010 & perubahannya
beserta peraturan turunannya
Mengatur antara lain:
Prinsip PBJP yang mengacu dan
sejalan dengan best practice
internasional
• efektif,
• efisien,
• transparan,
• terbuka,
• bersaing,
• adil, dan
• akuntabel
Prosedur PBJP
• yang mengutamakan terjadinya
persaingan yang sehat dengan
mengutamakan penggunaan
metode pemilihan lelang secara
terbuka
Kebijakan mengutamakan penggunaan
produk dan penyedia dalam negeri
• penggunaan barang/jasa asing, dibatasi
dalam bentuk kebijakan TKDN dan
pemberian preferensi harga terhadap
penggunaan barang/jasa dalam negeri.
• bertujuan untuk melindungi industri
dalam negeri dan penyedia dalam negeri.
• Preferensi harga untuk pekerjaan
konstruksi sebesar 7,5% dan untuk barang
15%
Proses PBJP dilaksanakan
secara elektronik (eProcurement)
• Terdiri dari Sistem Informasi
Rencana Umum Pengadaan
(SIRUP), sistem e- Tendering
dan sistem e-Purchasing. Proses
e-Tendering dimulai dari
pengumuman pemilihan sampai
dengan pengumuman hasil
pemilihan, namun belum
mencakup e-contracting
Kebijakan Sustainable Public Procurement
(SPP)
• Kebijakan yang mendorong belanja
pemerintah untuk memperhatikan aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial yang
berkelanjutan atau di kenal dengan
Sustainable Public Procurement (SPP)
Mekanisme Sanggah
• memfasilitasi peserta tender
yang tidak puas dengan proses
pengadaan atau keputusan
pengelola pengadaan, dan
• mekanisme pengaduan yang
memungkinkan seluruh
stakeholders pengadaan
melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan PBJP
Pelaksanaan International Competitive
Bidding (ICB)
• dengan nilai paket diatas threshold
tertentu dengan tetap memberikan
perlindungan terhadap produk dan
penyedia dalam negeri serta UMKM.
• Penggunaan metode ICB bukan
merupakan kewajiban, tetapi merupakan
pilihan bagi K/L/D/I
THE BIG QUESTION
IS….
SEJAUH MANA DAMPAK DIBUKANYA PBJP JIKA
INDONESIA BERGABUNG DALAM TPPA?
4
KONDISI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Saat ini, minat para penyedia didalam negeri terhadap bisnis PBJ Pemerintah sangatlah tinggi, dengan nilai belanja Negara mencapai
triliunan rupiah.
Sumber: https://sirup.lkpp.go.id/sirup/home/rekapitulasiindex yang diakses pada tanggal 1 Juli 2016
Dari tabel disamping dapat dilihat terjadi
peningkatan belanja barang/jasa
pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa
belanja pemerintah jika dilaksanakan
dengan sebagaimana mestinya, akan dapat
menggerakan roda ekonomi dalam negeri,
atau dapat meningkatkan kesejateraan
masyarakat.
Jika dilihat dari data PDB Indonesia pada tahun 2015 sebesar 8.976.931,50 Miliar
(http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/gross-domestic-product)
Sektor Pengadaan Barang/jasa Pemerintah pada tahun 2015 hanya sebesar 8% dari
PDB. Sedangkan WTO memperkirakan secara rata-rata sektor GP mencakup 15-20%
dari GDP setiap negara
5
Mengacu pada INPRES No 1 Tahun 2015 tentang penggunaan SPSE dalam pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
dilakukan seluruh K/L/D/I, LKPP telah mengembangkan beberapa aplikasi untuk mendukung transparansi dalam PBJP
yaitu:
Jumlah Paket
Nilai Pagu
Total Pagu
*Data tersebut
merupakan
rekapitulasi data
tahun 2015
Penyedia
Swakelola
Penyedia
SIRUP
1.009.736
809.877
595.215.789 140.085.182 1.819.613 735.300.971
SPSE
136.097
-
318.434.775 -
136.097
318.434.775
31.124.643
76.562
31.124.643
e-purchasing 76.562
Swakelola
Total
Paket
6
PENGGUNAAN SPSE DALAM PBJ PEMERINTAH
• Terbukanya informasi tentang PBJ Pemerintah
• Terciptanya sebuah sistem yang berintegritas
• Kemudahan dalam monitor dan evaluasi
setiap intrumen yang berkaitan dengan PBJ
Pemerintah
• Efisiensi pelaksanaan PBJ Pemerintah baik
dari segi waktu dan biaya
• Terdorongnya semangat para penyedia dalam
negeri untuk berpartisipasi dalam PBJ
Pemerintah
• Meningkatnya kualitas bidang procurement di
mata dunia
• Terdorongnya investor asing untuk
menanamkan modal di Indonesia dalam
keikutsertaan PBJ Pemerintah
• SPSE saat ini belum mencakup informasi Kontrak PBJP
Jenis
Jumlah
Spesifikasi
Barang
Asal
Barang
Nilai
Kontrak
7
Cakupan
Kelebihan dan Kekurangan TPP –
Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Kelebihan dan Kekurangan Bergabung Kelebihan dan Kekurangan Tidak
Bergabung
1. Mengatur bagaimana
perusahaan dapat
berpartisipasi dalam
pengadaan pemerintah di
negara TPP
2. Memberlakukan prinsipprinsip national treatment
dan non-discrimination
dalam pengadaan
pemerintah
3. Menggunakan tender
terbuka untuk semua
pengadaan pemerintah
Sumber: LKPP (2016)
KELEBIHAN
1. Mendukung tujuan primer PBJP
mendapatkan value for money
untuk setiap belanja negara
2. Menekan penyalahgunaan
anggaran
3. Membuka kesempatan baru bagi
perusahaan konstruksi Indonesia
untuk memasok kontrak
pemerintah negara TPP
4. Negara berkembang diberi
kesempatan mengambil tindakan
selama masa penyesuaian yang
didaftarkan
5. Tata kelola pengadaan akan
menjadi semakin baik
KELEBIHAN
1. Pemerintah lebih bebas
menggunakan anggaran untuk
tujuan membantu perusahaan
domestic atau tujuan sosial
lainnya
2. Pengadaan Pemerintah dapat
dijadikan insentif untuk
penggunaan produk dalam
negeri sehingga akan
memajukan industri Dalam
Negeri dan UMKM.
8
Kelebihan dan Kekurangan TPP –
Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Cakupan
Kelebihan dan Kekurangan
Bergabung
1. Mengatur bagaimana
perusahaan dapat
berpartisipasi dalam
pengadaan pemerintah di
negara TPP
2. Memberlakukan prinsipprinsip national treatment
dan non-discrimination
dalam pengadaan
pemerintah
3. Menggunakan tender
terbuka untuk semua
pengadaan pemerintah
KEKURANGAN
KEKURANGAN
1. Penetrasi penyedia dalam negeri 1. Kehilangan kesempatan
terhadap pasar di negara
akses pasar PBJP negaraanggota TPP sangat kecil,
negara TPP untuk
sehingga anggaran pemerintah
sebagian kecil penyedia
akan lebih besar dibelanjakan di
dalam negeri (hanya +
luar negeri.
2%)
2. Menghambat perkembangan
UMKM dalam negeri (98% dari
total Industri dalam negeri)
untuk barang/jasa dalam negeri
yang juga di produksi oleh
negara anggota TPP.
Sumber: LKPP (2016)
Kelebihan dan Kekurangan
Tidak Bergabung
9
Kelebihan dan Kekurangan TPP –
Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Cakupan
Kelebihan dan Kekurangan Bergabung
Kelebihan dan Kekurangan Tidak
Bergabung
1. Nilai PBPJ yang didaftarkan
bervariasi menurut tingkat
kemajuan ekonomi:
Vietnam adalah SDR 2juta
atau lebih; khusus
konstruksi adalah SDR
65,2 juta atau lebih untuk
5 tahun pertama. Nilai ini
disesuaikan secara
bertahap. Bagi Amerika
Serikat nilai PBJP yang
didaftarkan adalah
SDR130.000 atau lebih,
khusus konstruksi adalah
SDR 5juta Sumber: LKPP (2016)
KEKURANGAN
1. Pemerintah kehilangan policy space
untuk menggunakan PBJP untuk
tujuan sekunder
2. UMKM penyedia pada PBJP dalam
kapasitasnya sebagai subkontraktor
atau supplier bagi industri yang
lebih besar akan dirugikan jika tidak
bisa bersaing
3. Data PBJP Indonesia belum
terintegrasi sehingga penentuan
nilai yang didaftarkan serta jangka
waktu akan penyesuaian akan
mempengaruhi Industri Dalam
Negeri.
KELEBIHAN:
1. Dana APBN/APBD yang
digunakan dalam PBJP,
dicadangkan memajukan
penyedia/produk dalam negeri.
KEKURANGAN:
1. PBJP untuk produk yang tidak
di produksi didalam negeri akan
berbiaya tinggi karena terkena
tariff.
10
PENYESUAIAN KEBIJAKAN DAN
PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
TERKAIT PBJP/GP
11
Peraturan yang Terdampak
Ketentuan TPP
Peraturan yang Terdampak
1. Perpres No.54/2010 sebagaimana diubah dengan Perpres No.35/2011, Perpres
15.4: Penerapan National
No.70/2012, Perpres 172/2014 dan Perpres No.4/2015 tentang Pengadaan Barang
Treatment atas barang/jasa
dan Jasa Pemerintah
dan penyedia barang/jasa
Pihak Lainnya dalam proses 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, yang mewajibkan
penggunaan Produk Dalam Negeri, dalam PBJP
pengadaan barang/jasa
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, terakit pelaku usaha
yang boleh melakukan kegiatan perdagangan.
4. Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara terkait dengan
penggunaan mata uang rupiah dalam APBN/APBD
5. Undang-Undang No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara
serta Lagu kebangsaan, dimana Perjanjian antara PPK dan penyedia barang/jasa
adalah termasuk dalam dokumen resmi negara, sehingga harus berbahasa
Indonesia.
6. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, terkait pengunaan
tenaga kerja asing, Hal ini perlu diperhatikan untuk pengadaan yang bersifat jasa,
antara lain jasa konstruksi.
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
12
Peraturan yang Terdampak
Ketentuan TPP
Peraturan yang Terdampak
15.4: Penerapan National 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 16 Tahun 2015 tentang
Treatment atas
Tatacara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, terkait Hal ini perlu
barang/jasa dan penyedia
diperhatikan untuk pengadaan yang bersifat jasa, antara lain jasa
barang/jasa Pihak
konstruksi.
Lainnya dalam proses
9. Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2014 tentang Pedoman
pengadaan barang/jasa
Persyaratan Pemberian Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing.
10.Peraturan Menteri Perdagangan No. 48/MDAG/PER/7/2015
tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor, Hal ini penting, apabila
PPK melakukan kontrak dengan penyedia di negara-negara TPP,
apakah pemerintah dapat sebagai importir atau tidak.
11.Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
12.Peraturan Menteri Perindustrian N0. 15/M-IND/PER/2/2011
tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
13
Peraturan yang Terdampak
Ketentuan TPP
Peraturan yang Terdampak
15.4: Tidak diperbolehkan 1. Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/PER/5/2009
menerapkan
offset
TENTANG Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam
(persyaratan
TKDN,
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Yang menyatkan bahwa apabila
prioritas bagi barang/jasa
nilai TKDN dan BMP diata 40%, maka PBJP hanya dapat diikuti oleh
dan penyedia local)
barang/jassa produksi dalam negeri.
2. Permenhan No. 15 TAHUN 2009 Pembinaan Teknologi dan Industri
Pertahanan, pada pasal 7 dan 18 yang menyatakan bahwa Industri
pertahanan bersumber dari potensi industri nasional dan kewajiban
pengunaan produksi dalam negeri dalam Pertahanan
3. Perpres No.3/2016 Percepatan Proyek Strategis Nasional mengatur
bahwa Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional mengutamakan
penggunaan komponen dalam negeri; Penugasan BUMN;
pengecualian dari lelang umum untuk pengadaan barang/jasa
Proyek Strategis Nasional
14
Peraturan yang Terdampak
Ketentuan TPP
15.4: Tidak
diperbolehkan
menerapkan offset
(persyaratan TKDN,
prioritas bagi
barang/jasa dan
penyedia local)
Peraturan yang Terdampak
4. Permenhan No. 34 TAHUN 2011 Pedoman Pengadaan Alat Utama
Sistem Persenjataan TNI di Lingkungan Kementerian Pertahanan
dan TNI mengatur bahwa Pengajuan kebutuhan Alutsista TNI
wajib menggunakan produksi Dalam Negeri; Penggunaan produk
luar negeri harus melibatkan Industri Nasional serta diikuti
program alih teknologi, muatan lokal, offset, joint production
atau joint investment; serta kewajiban pemenuhan TKDN
5. Permenhan No. 17 TAHUN 2011 Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian Pertahanan
dan TNI mengatur Pengadaan Barang/Jasa, Kemhan dan TNI wajib
memaksimalkan Penggunaan Barang/Jasa hasil produksi dan
memaksimalkan penggunaan Penyedia Barang/Jasa nasional) dan
pelaksanaan preferensi harga
15
Apakah GP INDONESIA
Siap untuk bergabung
to TPP?
dengan
16
Indonesia belum
ratifikasi GPA
17
DAMPAK EKONOMI

Variabel
Efisiensi/Value for Money
(+/-)
+
Tingkat Dampak
Keterangan
 Tinggi (untuk tradable goods) Dampak dari semakin terbukanya pasar adalah
 Rendah (untuk non tradable persaingan menjadi semakin meningkat. Hal ini
goods)
berakibat pada meningkatnya efisiensi terutama
untuk tradable goods.

Penetrasi pasar
produk/penyedia
nasional di luar negeri
+
Rendah hingga tinggi
Untuk industri/barang yang bisa berkompetisi di
negara anggota TPP. Tingkat dampaknya
tergantung pada tingkat competitiveness
industri/barang.

Pangsa pasar
produk/penyedia
nasional di dalam negeri
-
Rendah hingga tinggi
Untuk industri/barang dalam negeri yang juga
diproduksi oleh negara anggota TPP lainnya.
Tingkat dampaknya tergantung pada tingkat
competitiveness industri/barang.
18
DAMPAK EKONOMI
Variabel
(+/-)
Tingkat Dampak
Keterangan
Sedang
Jika threshold pengadaan yang dibuka diatas nilai
pengadaan untuk UMKM maka tidak ada pengaruh
secara langsung terhadap UMKM. Namun demikian,
untuk industri/barang dalam negeri yang juga
diproduksi oleh negara anggota TPP lainnya, UMKM
dalam negeri dalam kapasitasnya sebagai subkon
atau supplier dari industri besar dalam negeri
dirugikan. (Dampak tidak langsung)

Pengembangan
UMKM dalam negeri
-

Market Access dan
Pendapatan Nasional
(GDP)
-
Berdasarkan data bahwa industri besar dan sedang
dalam negeri hanya 2,002%, diasumsikan bahwa
penetrasi penyedia dalam negeri terhadap pasar di
negara anggota TPP sangat kecil, sehingga anggaran
pemerintah akan lebih besar dibelanjakan di luar
negeri.
19
DAMPAK SOSIAL DAN POLITIK
Variabel
(+/-)
 Governance (transparansi dan
akuntabilitas)
+
 Perlindungan terhadap Usaha Dalam
Negeri
-
Tingkat
Dampak
Keterangan
Tata kelola pengadaan akan
menjadi semakin baik
Tinggi
TPPA melarang adanya
keberpihakan
20
KESIMPULAN
1. Peran PBJP dalam mata rantai aktivitas ekonomi berada pada sisi hilir (konsumsi). Oleh karena itu
PBJP lebih berorientasi pada demand management; Kegiatan pengadaan pemerintah dalam
konteks sisi produksi terbatas pada aktivitas melakukan survei pasar dalam rangka menyusun
dokumen pengadaan untuk B/J yang dibutuhkan.
2. Belum tersedianya database barang/jasa yang dibutuhkan dan dibeli oleh pemerintah, karena
e-procurement belum mencakup data kontrak. Sehingga belum dapat dinegosiasikan
Harmonized System Code (HS-Code) mana yang akan dibuka dan mana yang akan dilindungi.
KESIMPULAN & SARAN
3. Data yang terkait dengan sisi suplai/produksi (misalnya Rencana Induk Pengembangan
Industri Nasional-RIPIN) tidak mencakup barang/jasa final (final goods).
4. Karena ketidaktersediaan data maka analisis yang dapat dilakukan sejauh ini hanya
terbatas pada analisis kualitatif, yang tidak cukup valid untuk digunakan sebagai
bahan pengambilan keputusan maupun negosiasi.
21
KESIMPULAN
5. Keikutsertaan Indonesia dengan memasukkan PBJP dalam TPPA juga akan menyebabkan
berkurangnya pemanfaatan anggaran di dalam negeri yang akan mempengaruhi GDP.
6. Dilihat dari Perpres 54/2010 dan Perubahannya, aturan yang ada saat ini pada prinsipnya
sebagian sudah sesuai dengan TPPA dan masih dapat disesuaikan. Namun demikian,
berdasarkan analisis di atas keikutsertaan Indonesia dengan memasukkan PBJP dalam TPPA
akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi pembangunan industri dalam
negeri.
KESIMPULAN & SARAN
7. PBJP belum saatnya/siap untuk dimasukkan dalam TPPA mengingat bahwa Indonesia belum
mempunyai data akurat tentang kebutuhan pemerintah terhadap barang/jasa impor dan
barang /jasa dalam negeri yang dapat diterima oleh anggota TPP.
8. Jika Indonesia akan bergabung kedalam TPPA, strategi yang dapat diambil adalah tetap
meratifikasinya, tetapi untuk government procurement pembukaan akses pasar
dilakukan paling cepat 10 tahun setelah entry into force dan hanya menyepakati isu
terkait pertukaran informasi dan peningkatan kompetensi pada saat entry into force.
22
KESIMPULAN
• Industri dalam negeri belum siap untuk CEPA yang diikuti Indonesia
• Apabila dipaksakan untuk penetrasi pasar, maka industri yang mampu
bersaing hanya 0,002% dari keseluruhan Industri Nasional
Pada saat TPP ini sudah dibuka, hanya GP yang dapat melindungi industri dalam negeri. TPP bukan
hanya dilihat untuk bisa mendapatkan barang bagus dengan harga yang bagus, tetapi bagaimana TPP
ini dapat menggerakkan ekonomi rakyat, dan itu tidak dapat dibayar dengan harga termurah
 ASYMMETRIC ECONOMICS dan SUSTAINABILITY
24
25
Data Jumlah Industri Dalam Negeri tahun 2015 adalah sebesar 3.693.773 yang terdiri atas:
Jenis Industri
Jumlah Industri
Prosentase
(Unit)
(dari total jumlah Industri)
Industri Mikro
3.385.851
92%
Industri Kecil
283.022
6%
Industri Sedang
170.787
2%
Industri Besar
7.113
0.002%
*Sumber Data Biro Pusat Statistik
Pasal 3 Undang-Undang No 3 Tahun 2014 menyatakan bahwa salah satu tujuan perindustrian
adalah mewujudkan Industri Nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional.
26
PERMASALAHAN INDUSTRI
DALAM NEGERI MENURUT
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
Struktur usaha didominasi oleh industri mikro sebesar 92%
Tingkat pendidikan pelaku usaha IKM didominasi oleh Sekolah dasar sebesat 58%
Kesulitan modal (38,84%)
Kesulitan tuk mendapatkan bahan baku (22,19%)
Kesulitan energy, keterampilan, tingkat upah dan transportasi (13, 87%)
Kesulitan pemasaran (25 %)
27
Preferensi Harga
Untuk penggunaan barang/jasa asing, dibatasi dalam bentuk kebijakan
TKDN dan pemberian preferensi harga terhadap penggunaan barang/jasa
dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri
dan penyedia dalam negeri.
Preferensi harga yang diberikan untuk pekerjaan konstruksi adalah
sebesar 7,5 persen dan untuk barang 15 persen.
28
Dalam Chapter tentang Government Procurement padaTrans Pacific Partnership Agreement mengatur antara
lain hal-hal sbb:
No
Isu
Tingkat Kesiapan
1
Definition
Terdapat beberapa perbedaan dari pengertian, namun Indonesia siap untuk melakukan
Definisi
negosiasi terkait pengertian yang akan digunakan.
2
Scope
 Indonesia belum dapat menentukan barang/jasa yang diperjanjikan karena belum
Ruang lingkup pengadaan yang harus
adanya data kebutuhan barang/jasa pemerintah yang berasal dari negara-negara
tunduk kepada TPPA adalah hanya ruang
anggota TPP, serta data mengenai barang/jasa yang ditawarkan kepada negara anggota
lingkup pengadaan yang diperjanjikan
TPP.
 Tidak adanya data mengenai produk yang akan dikembangkan dan perlu dilindungi.
 Khusus untuk pelaksanaan proyek PPP dengan nilai/skala yang cukup besar dapat
diperjanjikan dalam TPPA.
K/L/D/I yang tunduk pada TPPA adalah Indonesia belum dapat menentukan K/L/D/I yang diperjanjikan karena belum adanya data
K/L/D/I yang diperjanjikan
mengenai kesiapan K/L/D/I (dalam hal kompetensi SDM, kondisi perekonomian daerah,
kebutuhan barang/jasa pada masing-masing K/L/D/I, dll) untuk bergabung dalam TPPA.
3
Exceptions
Pada prinsipnya Indonesia tidak mempunyai data sebagai dasar untuk menentukan besaran
Harus ditetapkan batas minimum dari nilai batas minimum, namun Indonesia dapat mengacu kepada batasan minimum yang di
nilai PBJP yang diperjanjikan, PBJP diatas telah disepakati dengan TPP-Vietnam pada saat entry into force.
nilai batas tersebut harus tunduk kepada Untuk gradasi penurunan nilai threshold dan juga jangka waktu penurunan, karena
TPPA.
ketiadaan data, maka Indonesia akan sulit untuk menetapkannya.
29
No
Isu
Tingkat Kesiapan
Definition
Terdapat
beberapa perbedaan
pengertian,
Indonesia
siap untuk
41
General
Principles
 Bertentangan
dengan dari
tujuan
dan namun
kebijakan
PBJP
serta
Definisi
melakukan
negosiasi
terkait
pengertian
yang
akan
digunakan.
 Tidak boleh ada keberpihakan dalam PBJP yang diatur dalam
pengembangan dan pembinaan industri dalam negeri termasuk
2
Scope

Indonesia
lampiran TPPA, baik itu keberpihakan terhadap Produk Dalam
UMKM. belum dapat menentukan barang/jasa yang diperjanjikan
Ruang lingkup pengadaan yang harus tunduk kepada TPPA adalah hanya
karena belum adanya data kebutuhan barang/jasa pemerintah yang
Negeri maupun keberpihakan terhadap penyedia dalam negeri.  PBJP di Indonesia sudah dilaksanakan melalui elektronik meskipun
ruang lingkup pengadaan yang diperjanjikan
berasal dari negara-negara anggota TPP, serta data mengenai barang/jasa
 Pelaksanaan pengadaan dilaksanakan dengan e-procurement.
belum 100%.
yang ditawarkan kepada negara anggota TPP.
 Tidak adanya data mengenai produk yang akan dikembangkan dan perlu
dilindungi.
Masa
Khusus
untuk
proyek
dengan
yang
cukup
5
Transitional Measures
transisi
atau pelaksanaan
peralihan untuk
PBJPPPP
dalam
TPPAnilai/skala
sulit untuk
dilakukan
besar
dapat diperjanjikan
dalam TPPA.
Ada masa peralihan dalam penerapan TPPA.
karena
ketiadaan
data mengenai:
K/L/D/I yang tunduk pada TPPA adalah K/L/D/I yang diperjanjikan
Indonesia
belum K/L/D/I
dapat menentukan
K/L/D/I yang
diperjanjikan
karena
belum
- Kesiapan
untuk mengikuti
TPPA,
terutama
kesiapan
adanya
data mengenai
K/L/D/I
hal kompetensi
kondisi
kompetensi
SDM.kesiapan
Sampai saat
ini (dalam
masih banyak
masalahSDM,
untuk
PBJP
perekonomian
daerah,
kebutuhan
barang/jasa
pada
masing-masing
K/L/D/I,
dalam negeri, apalagi menggunakan ICB
dll)
untuk
bergabung
TPPA.pengembangan industri hilir berupa final
- Belum
adanya dalam
road map
3
Exceptions
Pada prinsipnya Indonesia tidak mempunyai data sebagai dasar untuk
goods yang diperlukan oleh pemerintah yang dapat dijadikan acuan.
Harus ditetapkan batas minimum dari nilai PBJP yang diperjanjikan, PBJP menentukan besaran nilai batas minimum, namun Indonesia dapat mengacu
6
Publication of Procurement Information
Indonesia sudah mengumumkan RUP melalui SIRUP
diatas nilai batas tersebut harus tunduk kepada TPPA.
kepada batasan minimum yang di telah disepakati dengan TPP-Vietnam pada
Setiap entitas pengadaan harus mengumumkan rencana umum
saat entry into force.
pengadaan
Untuk gradasi penurunan nilai threshold dan juga jangka waktu penurunan,
7
Notices of Intended Procurement
Sudah ketiadaan
dilakukan
Perpres
No.
54menetapkannya.
Tahun 2010 dan
karena
data,berdasarkan
maka Indonesia
akan sulit
untuk


Pelelangan untuk barang/jasa yang diatur dalam TPPA harus Perubahannya, namun terdapat beberapa perbedaan (minor) informasi
diumumkan melalui koran ataupun elektronik.
pengumuman antara Perpres dengan TPPA.
Pengumuman pelelangan harus dapat diakses oleh semua
pihak.
30
No
Isu
18
Definition
Conditions for Participation
Definisi
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh penyedia yang akan
2
Scope
berpartisipasi dalam PBJP
Ruang
lingkupofpengadaan
9
Qualification
Suppliers yang harus tunduk kepada TPPA adalah
hanya
ruangpendaftaran
lingkup pengadaan
yang diperjanjikan
Sistem
dan prosedur
kualifikasi
Selective Tendering
Multi Use Lists
10 Limited Tendering
Tidak boleh digunakan untuk tujuan menghindari kompetisi,
melindungi penyedia dalam negeri dan mendiskriminasi penyedia dari
K/L/D/I
yang tunduk pada TPPA adalah K/L/D/I yang diperjanjikan
pihak lain.
11 Negotiations
Dapat dilaksanakan negosiasi dalam pelaksanaan pengadaan
312
13
14
15
Tingkat Kesiapan
Terdapat
dari pengertian,
namun
Indonesiapengalaman
siap untuk
Di dalam beberapa
TPPA tidakperbedaan
boleh mencantumkan
pernah
mempunyai
melakukan
pengertian
yang akan
digunakan.
pekerjaan dinegosiasi
daerah terkait
pemberi
kerja, sementara
Perpres
54 Tahun 2010 dan
Perubahannya
Indonesia tidak
belum
dapat menentukan barang/jasa yang diperjanjikan
melarang.
karena
belum adanya data kebutuhan barang/jasa pemerintah yang
Dapat
di negosiasikan
berasal dari negara-negara anggota TPP, serta data mengenai
barang/jasa yang ditawarkan kepada negara anggota TPP.
 Tidak adanya data mengenai produk yang akan dikembangkan dan
perlu dilindungi.
Terdapat
perbedaan definisi antara limited tendering (TPPA) dengan
pelelangan
Khususterbatas/selective
untuk pelaksanaan
proyek (Perpres
PPP dengan
nilai/skala yang cukup
tendering
54/2010).
besartendering
dapat diperjanjikan
dalammempunyai
TPPA.
Limited
dalam TPPA
arti yang sama dengan
Indonesia
dapat
menentukan
K/L/D/I yang diperjanjikan karena
penunjukanbelum
langsung
dalam
Perpres 54/2010.
belum
mengenai
kesiapan K/L/D/I
(dalamtidak
hal kompetensi
SDM,
Dalam adanya
Perpresdata
54/2010
dan Perubahannya,
negosiasi
dilakukan untuk
kondisi
daerah,
kebutuhan
barang/jasa
pada masing-masing
semua perekonomian
metode pemilihan,
hanya
digunakan
dalam metode
penunjukan
K/L/D/I,
bergabung
dalam TPPA.
langsungdll)
danuntuk
seleksi
konsultan.
Exceptions
Pada
Indonesia
tidak
mempunyai
Technical Specifications
Sudah prinsipnya
sesuai dengan
peraturan
dalam
negeri. data sebagai dasar untuk
Harus
ditetapkan
batasboleh
minimum
daripada
nilaimerek
PBJP tertentu.
yang diperjanjikan, menentukan besaran nilai batas minimum, namun Indonesia dapat mengacu
Spesifikasi
teknis tidak
merujuk
PBJP
diatas
nilai batas tersebut harus tunduk kepada TPPA.
kepada
batasan
minimum
yangdalam
di telah
disepakati dengan TPP-Vietnam
Tender
Documentation
Sudah sesuai
dengan
peraturan
negeri.
pada saat entry into force.
Dokumen lelang harus mencakup:
Pengadaannya, syarat-syarat dan kriteria, serta hal lain terkait Untuk gradasi penurunan nilai threshold dan juga jangka waktu penurunan,
karena ketiadaan data, maka Indonesia akan sulit untuk menetapkannya.
evaluasi
Time Periods
Sudah sesuai dengan peraturan dalam negeri
Waktu mempertimbangkan nature dan kompleksitas pekerjaan
Treatment of Tenders and Awarding of Contracts
Kebijakan di Perpres masih berpihak kepada produk dalam negeri dan
PBJP dilaksanakan dengan prosedur yang adil dan tidak adanya penyedia dalam negeri.
31
keberpihakan serta menjamin kerahasiaan.
No
1 Definition
Post-Award
16 Definisi
2
17
Isu
Tingkat Kesiapan
Terdapat beberapa perbedaan dari pengertian, namun Indonesia
Information
Sudah sesuai dengan peraturan dalam negeri
siap untuk melakukan negosiasi terkait pengertian yang akan
Pengumuman pemenang dilakukan dengan mencantumkan: Paket, Nama dan digunakan.
Scope
Alamat Panitia Pengadaan, Nama dan alamat Penyedia terpilih, nilai kontrak,  Indonesia belum dapat menentukan barang/jasa yang
Ruang lingkup pengadaan yang harus tunduk kepada TPPA adalah hanya ruang lingkup pengadaan yang
diperjanjikan karena belum adanya data kebutuhan
tanggal, serta metode pemilihan yang digunakan.
diperjanjikan
barang/jasa pemerintah yang berasal dari negara-negara
anggota
serta peraturan
data mengenai
barang/jasa
Disclosure of Information
Sudah
sesuaiTPP,
dengan
dalam
negeri yang
ditawarkan kepada negara anggota TPP.
Dalam hal terdapat permintaan dari satu pihak, pihak lain dapat menyediakan  Tidak adanya data mengenai produk yang akan
informasi bahwa pengadaan telah dilaksanakan dengan adil dan tidak ada
dikembangkan dan perlu dilindungi.

Khusus untuk pelaksanaan proyek PPP dengan nilai/skala
keberpihakan.
yang cukup besar dapat diperjanjikan dalam TPPA.
18 Ensuring Integrity in Procurement Practices
K/L/D/I
yang tunduk
TPPA adalah
K/L/D/I
yang diperjanjikan
Kebijakan
serta pada
prosedur
untuk
mengurangi
potensi konflik kepentingan
19 Domestic Review
Setiap pihak harus menunjuk paling tidak satu otoritas independen
mereview sanggahan dari penyedia.
3 Exceptions
20
Sudah sesuai dengan peraturan dalam negeri
untuk
Indonesia belum dapat menentukan K/L/D/I yang diperjanjikan
karena belum adanya data mengenai kesiapan K/L/D/I (dalam hal
kompetensi
SDM, kondisi perekonomian daerah, kebutuhan
Belum diatur
barang/jasa pada masing-masing K/L/D/I, dll) untuk bergabung
dalam TPPA.
Pada prinsipnya Indonesia tidak mempunyai data sebagai dasar
Harus ditetapkan batas minimum dari nilai PBJP yang diperjanjikan, PBJP diatas nilai batas tersebut harus untuk menentukan besaran nilai batas minimum, namun
tunduk
kepada TPPA.
Indonesia
dapat mengacu
kepada batasan
yang dapat
di telah
Modifications
and Rectifications of Annex
Pada
prinsipnya
disetujui,
tetapi minimum
hal ini baru
disepakati
dengan
TPP-Vietnam
pada
saat
entry
into
force.
Pihak yang melakukan perubahan/modifikasi harus memberitahu pihak lainnya dilakukan apabila covered procurement dan
Untuk gradasi penurunan nilai threshold dan juga jangka waktu
secara tertulis.
K/L/D/I
diperjanjikan
sudah
penurunan,yang
karena
ketiadaan data,
maka sepakati.
Indonesia akan sulit
untuk menetapkannya.
32
No
1
Isu
Tingkat Kesiapan
Definition
Terdapat beberapa perbedaan dari pengertian, namun Indonesia
Harus
penyamaan
kriteriayang
SMEs
siap
untukdilakukan
melakukan negosiasi
terkait pengertian
akan
digunakan.
yang terdapat pada TPPA dan kriteria SMEs
Scope

Indonesia belum dapat menentukan barang/jasa yang
di
dalam
negeri.
Ruang lingkup pengadaan yang harus tunduk kepada TPPA adalah hanya ruang lingkup pengadaan yang
diperjanjikan
karena belum adanya data kebutuhan
diperjanjikan
barang/jasa pemerintah yang berasal dari negara-negara
Cooperation
Sudah
sesuai dengan peraturan dalam
anggota TPP, serta data mengenai barang/jasa yang
ditawarkan kepada negara anggota TPP.
Kerjasama dalam rangka liberalisasi internasional dalam pasar PBJP negeri

Tidak adanya data mengenai produk yang akan
dengan adanya :
dikembangkan dan perlu dilindungi.
Fasilitasi partisipasi, pertukaran informasi, peningkatan penggunaan  Khusus untuk pelaksanaan proyek PPP dengan nilai/skala
yang cukup besar dapat diperjanjikan dalam TPPA.
21 Definisi
Facilitation of Participation by SMEs
Memfasilitasi partisipasi UMKM dalam PBJP.
2
22
sistem pengadaan elektronik, peningkatan kapasitas pegawai
pemerintah,
K/L/D/I
yang tunduk pada TPPA adalah K/L/D/I yang diperjanjikan
23 Committee on Government Procurement
Pembentukan komite untuk meningkatkan implementasi dan
hubungan dalam sektor PBJP
3
Exceptions
24
Indonesia belum dapat menentukan K/L/D/I yang diperjanjikan
karena belum adanya data mengenai kesiapan K/L/D/I (dalam hal
kompetensi
SDM, kondisi perekonomian daerah, kebutuhan
Dapat dilakukan
barang/jasa pada masing-masing K/L/D/I, dll) untuk bergabung
dalam TPPA.
Pada prinsipnya Indonesia tidak mempunyai data sebagai dasar
Harus ditetapkan batas minimum dari nilai PBJP yang diperjanjikan, PBJP diatas nilai batas tersebut harus untuk menentukan besaran nilai batas minimum, namun
Further
Negotiations
Dapat dapat
dilakukan
tunduk
kepada
TPPA.
Indonesia
mengacu kepada batasan minimum yang di telah
Komite dapat mengkaji kembali dan melakukan negosiasi dengan disepakati dengan TPP-Vietnam pada saat entry into force.
Untuk gradasi penurunan nilai threshold dan juga jangka waktu
mempertimbangkan peningkatan akses pasar serta mengurangi penurunan, karena ketiadaan data, maka Indonesia akan sulit
untuk menetapkannya.
diskriminasi
33
KOMPENSASI & INSENTIF
Keikutsertaan GP dalam TPP akan berdampak negatif terutama terhadap:
Perkembangan industri dalam negeri
Penyedia dalam negeri
Kompensasi dan insentif yang dapat diberikan kepada industri dan penyedia
dalam negeri, antara lain dapat berupa pengurangan bea masuk bahan baku
bagi industri dalam negeri, kemudahan akses terhadap permodalan,
pembinaan dalam menghadapi kompetisi, dan lain-lain.
34
STRATEGI
Berikut adalah pilihan kebijakan dan strategi terkait dengan keikutsertaan Indonesia dalam TPP:
KEBIJAKAN
OFFENSIVE
Tidak bergabung TPPA
-
Bergabung dalam
TPPA*)
• Mempertinggi treshold
untuk covered
procurement.
• Memperpanjang masa
transisi berlakunya
treshold untuk covered
procurement.
• Hanya memperjanjikan
barang-barang yang
tidak diproduksi di
dalam negeri.
DEFENSIVE
• Melindungi Produk DN dan penyedia DN
• meningkatkan penggunaan produksi DN sehingga dapat
Meningkatkan GDP
• Mewujudkan tujuan di tahun 2025 untuk menjadi negara
industri yang tangguh
• Tetap meratifikasi tetapi hanya menyepakati isu terkait
pertukaran informasi dan peningkatan kompetensi.
• Belum saatnya membuka pasar PBJP, sampai dengan
tersedianya data yang akurat tentang kebutuhan barang yang
berasal dari luar negeri dan barang /jasa dari dalam negeri yang
dapat diterima oleh negara2 anggota TPP negosiasi tentang
pembukaan akses pasar dilakukan paling cepat 10 tahun setelah
entry into force
• Tetap mempertahankan kebijakan dalam negeri terkait
keberpihakan.
*)kebijakan ini dapat dilaksanakan apabila tersedia data yang cukup mengenai kebutuhan barang/jasa pemerintah yang berasal
dari negara-negara anggota TPP lain dan juga road map pengembangan industri (final goods)
35
Download