analisis aspek sistem informasi akuntansi pengenaan pajak aktivitas

advertisement
JEMI VOL.4 No.2 Desember 2013
ANALISIS ASPEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENAAN PAJAK
AKTIVITAS TRANSAKSI E-COMMERCE DAN BISINIS ON-LINE DALAM
MENGENDALIKAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEBAGAI SELF ASSESSMENT
SYSTEM MELALUI SISTEM JARINGAN INTERNET
Tumpal Manik, M.Si
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti Analisis Aspek
Sistem
Informasi Akuntansi Pengenaan Pajak Aktivitas Transaksi E-Commerce
Dan Bisinis On-Line Dalam Mengendalikan Kewajiban Wajib Pajak
Sebagai Self Assessment System Melalui Sistem Jaringan Jaringan
Internet. Dalam penelitian ini populasi adalah jaringan internet
dan aspek peraturan perpajakan dengan transaksi melalui internet
untuk pajak transaksi e-commerce, bisinis on-line wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan untuk menghitung, membayar
dan melapor pajak sendiri terhadap kewajiban wajib pajak dengan
sistem self assessment. Sedangkan sampel penelitian adalah Undangundang perpajakan dan transaksi elektronik dari jaringan internet,
Bentuk penelitian ini analisis deskriptif. Hasil penelitian adalah
aspek ketentuan pengenaan pajak transaksi e-commerce dan bisinis
online terhadap kewajiban wajib pajak dalam sistem self assessment
belum tersedianya sistem perpajakan untuk menganalisa transaksi
secara online dari aktivitas bisnis maka diperlukan a) kesadaran
Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan, b) keinginan untuk
membayar pajak terutang walaupun terpaksa, c) kerelaan Wajib Pajak
untuk menjalankan peraturan perpajakan yang berlaku, d) kejujuran
Wajib Pajak untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya.
Kata Kunci
: Perpajakan,
Undang-Undang
Pajak,
E-Commerce,
Bisnis Online dan Self Assessement sistem
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini berkembangn sangat
cepat dan mempengaruhi perubahan strategi perusahaan dalam
menjalankan bisnis dari cara-cara yang bersifat konvensional
menjadi secara elektronik atau dikenal dengan nama e-commerce
dan bisnis online. Volume transaksi menggunakan teknologi
elektronik mengalami peningkatan yang signifikan, tahun 2007
pemakai 224.482.720 (8,9%), 2008 pemakai 235.512.355 (10,5%),
2009 pemakai 240.271.552
(12,5%), 2010 pemakai 242.968.342
(12,9%), pada tahun
2011 sebesar 20%. Hal ini dikarenakan
berkembangnya perusahaan provider ineternet dan produk domain
75
ANALISIS ASPEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENAAN PAJAK AKTIVITAS TRANSAKSI
E-COMMERCE DAN BISINIS ON-LINE DALAM MENGENDALIKAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEBAGAI
SELF ASSESSMENT SYSTEM MELALUI SISTEM JARINGAN JARINGAN INTERNET
untuk berbagai kalangan. Fasilitas internet lebih muda ditemikan
melalui jaringan internet dengan komputer, Notebook, laptop,
PDA, telepon-seluler dari perusahaan penyedia konten (content
provider) dan menimbulkan transaksi on-line dari sitem informasi
akuntansi dalam pemanfaatan e-commerce.
Berdasarkan kondisi ini, Pemerintah Indonesia khususnya
fiskus membuat UU dalam menanggulangi dan mengontrol penggunaan
internet
untuk
bisnis
dari
layanan
e-commerce,
sehingga
pemerintah tidak akan kehilangan potensi penerimaan pajak (tax
windfalls), Fenomena ini akan membawa implikasi untuk perpjakan.
Pertama, berupa peluang adanya potensi penerimaan pajak yang
cukup besar, dan kedua, tantangan bagi Direktorat Jenderal Pajak
untuk membuat design ketentuan perpajakan atas transaksi
ecommerce dengan tetap mengacu kepada prinsip-prinsip pemungutan
pajak yang adil (fairness), netral (neutrality), efisien
(efrciency) dan memberikan kepastian hukum (certainty).
Kemajuan teknologi informasi ini, berdampak pada berbagai
kegiatan bisnis e-commerce dan bisnis online, termasuk dalam
sistem administrasi perpajakan dengan sitem self assessment.
Dalam sistem ini kewajiban penuh di wajib pajak untuk
menghitung, membayar dan melaporkan jumlah pajaknya sesuai
dengan tujuan sitem self assessment antara lain, untuk
meningkatkan kesadaran pajak (tax-conciousness) dari wajib pajak
guna mengetahui dan melaksanakan segala kewajiban-kewajiaban
pajaknya sesuai dengan peraturan undang – undang yang berlaku
wajib pajak untuk membayar pajak tepat waktu pada waktunya dan
adanya kejujuran wajib pajak (honesty), yaitu kejujuran wajib
pajak dalam mengisi dan membayar angsuran pajak dan mengisi SPT
bulanan dan tahunan.
Sistem self assessment mengatur penetapan besarnya pajak
yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan
melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang
telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundangundangan perpajakan. Hal ini berlaku untuk setiap Wajib Pajak,
baik transaksi e-commerce dan bisinis online, termasuk ecommerce melalui
B2B atau B2C. Berdasarkan ketentuan ini,
peneliti tertatik untuk meneliti dengan judul Analisis Aspek
Sistem Informasi Akuntansi Pengenaan Pajak Aktivitas Transaksi
E-Commerce Dan Bisinis On-Line Dalam Mengendalikan Kewajiban
Wajib Pajak Sebagai Self Assessment System Melalui Sistem
Jaringan Jaringan Internet
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perusan
masalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah aspek sistem informasi akuntansi pengenaan pajak
aktivitas transaksi e-commerce dapat mengendalikan kewajiban
wajib pajak sebagai self assessment system melalui sistem
jaringan jaringan internet?
76
JEMI VOL.4 No.2 Desember 2013
2. Apakah aspek sistem informasi akuntansi pengenaan pajak
aktivitas transaksi bisinis on-line dapat mengendalikan
kewajiban wajib pajak sebagai self assessment system melalui
sistem jaringan jaringan internet?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1.Untuk menganalisis dan mengetahui aspek
sistem informasi
akuntansi pengenaan pajak aktivitas transaksi e-commerce dalam
mengendalikan kewajiban wajib pajak sebagai self assessment
system melalui sistem jaringan jaringan internet.
2.Untuk
menganalisis dan mengetahui aspek
sistem informasi
akuntansi pengenaan pajak aktivitas transaksi bisinis on-line
dalam mengendalikan kewajiban wajib pajak sebagai self
assessment system melalui sistem jaringan jaringan internet.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu kerangka
pengkordinasian sumber daya yang terdiri dari data, meterials,
equipment, suppliers, personal, and funds untuk mengkonversi
input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi
keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu
entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Aplikasi dari sistem informasi akuntansi
dimanfaatkan oleh organisasi untuk mengolah transaksi akuntansi
yang mempunyai nilai ekonomis, hal ini sesuai dengan pernyataan
Bodnar (2006), menyatakan sistem informasi akuntansi merupakan
kumpulan sumberdaya, peralatan yang dirancang untuk mengubah
data keuangan dan data lainnya kedalam informasi.
Menurut Kieso (2005), sistem informasi akuntansi merupakan
sistem yang mengumpulkan dan memproses data transaksi serta
menyajikan
informasi
keuangan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Sistem informasi berkembang sepanjang waktu dan
menjadi semakin kompleks seiring dengan perkembangan organisasi.
Sedangkan menurut Marshal Romney (2003), akuntansi terdiri dari
lima komponen antara lain (a) orang-orang yang mngoperasikan
sistemtersebut dalam melaksanakan berbagai fungsi, (b) prosedurprosedur,
baik
manual
maupun
yang
terorganisasi
yang
melibatkandalam pengumpulan, memproses, dan menyimpan data, (c)
data tentang prosedur-prosedur bisnis organisasi, (d) software
yangdipakai untuk memproses data organisasi, (e) infrastruktur
teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung dan
peralatan komunikasi jaringan.
77
ANALISIS ASPEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENAAN PAJAK AKTIVITAS TRANSAKSI
E-COMMERCE DAN BISINIS ON-LINE DALAM MENGENDALIKAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEBAGAI
SELF ASSESSMENT SYSTEM MELALUI SISTEM JARINGAN JARINGAN INTERNET
Sistem informasi akuntansi terdiri atas tiga subsistem
(James A. Hall: 2007) antara lain; (a) sistem pemrosesan
transaksi
(transaction
processing
system-TPS)
sistem
ini
mendukung operasi sistem harian melalui berbagai dokumen serta
pesan untuk para pengguna di seluruh perusahaan. (b) Sistem buku
besar atau pelaporan keungan (general ledger financial reporting
system-GL/FRS) sistem ini menghasilkan laporan keungan, seperti
laba-rugi, neraca dan arus kas. (c) Sistem pelaporan manajemen
(management reporting system-MRS) sistem ini menyediakan pihak
menajemen internal berbagai laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan, seperti anggaran, laporan kinerja, serta laporan
pertanggungjawaban.
Perpajakan
Ketentuan umum parpajakan diatur dalam UU RI No.6 Tahun 1983,
kemudian dirubah UU RI No.16 Tahun 2000. Sedangkan UU Pajak
untuk transaksi melalui internet dengan dasar hukum ketentuan
umum dan tata cara perpajakan adalah UU No.6 tahun 1993, diubah
terahir UU No.28 tahun 2008. Menurut Rudi Rusdiah (2005),
tentang perpajakan di teknologi informasi.
Sistem Self Assessment
Self Assessment System, wajib pajak (WP) diberikan kepercayaan
oleh pemerintah kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar
dan melaporkan sendiri semua kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
dengan menggunakan sarana SPT wajib pajak diberikan kepercayaan
dan tanggung jawab yang lebih besar setiap wajib pajak yang
terdaftar dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) harus
mengambil, mengisi dan melaporkan SPT.
Sebelum pengenaan self assessment system, jumlah pajak
terutang dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiscus,
wajib pajak membayar pajak berdarkan perhitungan fiskus, Wajib
Pajak bersifat pasif yaitu menunggu adanya ketetapan pajak dari
fiscus sehingga aparatur perpajakan dituntut untuk bekerja lebih
keras karena pemungutan pajak ditentukan sepenuhnya oleh
aparatur perpajakan, yang mana harus terjun langsung di lapangan
untuk bertatap muka dengan para Wajib Pajak.
Electronic Commerce (E-Commerce)
E-commerce atau bisa disebut perdagangan elektronik atau edagang adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang
dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau
televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. Menurut Harry
Suwando (2007), e-commerce mengacu kepada tranaksi pembelian dan
penjualan atau transaksi bisnis yang dilakukan melalui media
komputer
dan
telekomunikasi,
artinya
penggunaan
jaringan
komputer untuk betransaksi terkait proses produksi,
penjualan
dan pendistribusian barang atau jasa.
78
JEMI VOL.4 No.2 Desember 2013
Menurut Efraim Turban, R.Kelly Jainer Jr, Richard
E.Potter (2003), mengartikan electronic commerce sebagai: "a
diverse, interdisciplinary topic, with issues ranging from
technology, addressed by computer experts, to consumer behavior,
addressed by behavioral scientists, and marketing research
experts. Berdasarkan pendapat mereka dapat diartikan bahwa
electronic commerce adalah transaksi yang berhubungan dengan
teknologi dan komputer.
Transaksi melalui e-commerce dapat melibatkan transfer
dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen
inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-dagang ini
sebagai aplikasi dan pengenaan dari e-bisnis (e-business) yang
berkaitan dengan transaksi komersial, seperti: transfer dana
secara elektronik, SCM (supply chain management), e-pemasaran
(e-marketing),
atau
pemasaran
online
(online
marketing),
pemrosesan transaksi online (online transaction processing),
pertukaran data elektronik (electronic data interchange-EDI).
E-commerce mampu menangani masalah dalam transaksi melalui
internet antara lain : a) Otomatisasi, b) Integrasi, c)
Publikasi sebagai electronic cataloging concept, d) Interaksi,
e) Transaksi pembayaran (electronic payment concept)
Terdapat dua karakteristik pelaku transaksi e-commerce
yaitu, Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C
B2B adalah aliansi bisnis antara penjual dan pembeli dalam
rangkaian sistem, yaitu masing-masing sistem informasi internal
perusahaan
bersambung
dengan
sistem
informasi
internal
perusahaan yang lain. Dan B2C adalah transaksi antara penjual
dan pembeli dengan penjualan langsung melalui jaringan internet.
Transaksi B2C umumnya kecil karena sifatnya adalah pengecer
langsung ke konsumen.
Bisnis On-line Internet
Internet digunakan untuk mengirim informasi keseluruh pengguna
internet di berbagai belahan dunia selama duapulu empat jam,
karena melibatkan clien-server yaitu progran sistem robot yang
menjalankan beberapa komputer secara konstanta dan mengelola
informasi yang dibutuhkan oleh penggina.
Menurut Bodnar dan william (2006), internet merupakan jalur
elektronik yang terdiri dari berbagai standar dan protokol yang
memungkinkan
komputer
di
lokasi
manapun
untuk
saling
berkomunikasi. Sedangkan intranet adalah sarana kominikasi
internal di dalam Local Are Network yang mengadopsi berbagai
protokol dan teknologi yang terkait dengan internet. Internet
akan tampak sebagai intranet dalam arti karyawan dalam
organisasi dapat mengakses respositori informasi perusahaan
79
ANALISIS ASPEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENAAN PAJAK AKTIVITAS TRANSAKSI
E-COMMERCE DAN BISINIS ON-LINE DALAM MENGENDALIKAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEBAGAI
SELF ASSESSMENT SYSTEM MELALUI SISTEM JARINGAN JARINGAN INTERNET
dengan yang sama mereka akan menggunakan
informasi lokal maupun di interlokal.
untuk
mengakses
Kerangka Penelitian
Kerangka Penelitian diperlukan dalam menjelaskan analisis aspek
sistem informasi akuntansi pengenaan pajak aktivitas transaksi
e-commerce dan bisinis on-line dalam mengendalikan kewajiban
wajib pajak sebagai self assessment system melalui sistem
jaringan jaringan internet antara lain :
Gambar 1.1 Kerangka Teoritis
Sistem Informasi Akuntansi
Supplier(Penjual)
Customer (Pembeli)
Jaringan Interner
Kantor Pajak
(Aspek Ketentuan Pajak)
E-Commerce
METODE PENELITIAN
Self Assessment
System
Bisnsi On Line
Kewajiban Wajib
Pajak (SPT)
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif
dengan metode pendekatan dan analisis jaringan internet dari
transaksi e-commerce dan bisinis on-line, melalui metodologi
pengkajian melalui jaringan internet secara sistematis dan
rasional yakni penelitian dilaksanakan dengan cara-cara yang
masuk akal sesuai dengan aplikasi internet sehingga terjangkau
oleh penalaran manusia.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah para pihak yang memiliki
hubungan dengan aspek
ketentuan pengenaan pajak transaksi ecommerce, bisinis on-line, yaitu wajib pajak. Baik Wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan untuk menghitung,
membayar dan melapor pajak sendiri terhadap kewajiban wajib
pajak dengan sistem self assessment. Sedangkan sampel penelitian
transaksi Elektronik dengan jaringan interent yang berhubungan
80
JEMI VOL.4 No.2 Desember 2013
dengan aspek pengenaan
bisnis online.
pajak
dari
transaksi
e-commerce
dan
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis, maka dalam
mengumpulkan data harus melalui prosedur pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti adalah 1) wawancara dengan informan, 2)
observasi lansung melalui internet dan e-commerce, 3) kajian
terhadap berbagai bahan tulis, 4) analisis terhadap foto, video,
gambar, ilustrasi dan peraturan perjakan tentang informasi
transalsi elektronik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Aspek
Sistem Informasi Akuntansi Pengenaan Pajak
Aktivitas Transaksi E-Commerce Dalam Mengendalikan Kewajiban
Wajib Pajak Sebagai Self Assessment System Melalui Sistem
Jaringan Jaringan Internet
Informasi dan Transaksi Elektronik, yang dapat dikatagorikan
melalui transaksi elektronik (e-commerce) adalah satu atau
sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,
teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode
akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Aspek ketentuan pengenaan pajak atas transaksi e-commerce
terdiri dari beberapa kriteria seperti pada Gambar model gambar
1.1 menjelaskan : 1) Penjual dan pembeli wajib wajib mempunyai
NPWP atas transaksi melalui jaringan internet dan terhubung
(linked) dengan kantor perpajakan. 2) Setiap transaksi terjadi
penyerahan barang maupun jasa, antara penjual dan pembeli
melalui internet aktivitas e-commerce, aplikasi yang terhubung
dengan internet secara otomatis menghitung jumlah pajak terutang
dan langsung masuk dalam dafatr piutang untuk kantor pajak.
Berdasarkan gambar 1.1, maka proses ketentuan pengenaan
pajak transaksi e-commerce terhadap kewajiban wajib pajak dalam
sistem self assessment adalah penjual wajib membuat linked akun
pengeolahan faktur pajak dari setiap transaksi, dimana harga
barang dan nilai PPn mencakup dalam pesanan pembelian, sehingga
pada saat pembeli mambayar maka secara otomatis komputer akan
memotong hutang pajak keluaran yang linked dengan kantor pajak.
81
ANALISIS ASPEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENAAN PAJAK AKTIVITAS TRANSAKSI
E-COMMERCE DAN BISINIS ON-LINE DALAM MENGENDALIKAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEBAGAI
SELF ASSESSMENT SYSTEM MELALUI SISTEM JARINGAN JARINGAN INTERNET
Gambar Model 1.1
Model Pengenaan Pajak dari Transaksi E-Commerce
Pembeli
Order dari
Pelanggan
NPWP
Entri
Dokumen
Pembel
i
Pembel
i
Pembel
i
Penjual
Internet
Kirim Barang + Faktur
Pajak
Pemerintah
Kantor Pajak
EDI
EDI
Order
Online
EMs
IC
Gambar model 1.2 dibawa menguraikan siklus jaringan internet
dalam mengontrol aktivitas dan transaksi e-commerce melalui
jaringan internet yang menimbulkan pengenaan pajak .
Penerpan self assessmen system,
masih banyak kelemahan,
khususnya aspek ketentuan dan pengenaan pajak karena UU
Perpajakan belum diatur secara detail, apalagi transaksi ecommerce ini dikhawatirkan peluang bagi wajib pajak untuk
memanipulasi, hal ini di uraikan dalam model B2B dan B2C di
bawah ini.
Berdasarkan gambar model 1.2 dibawah dengan model B2B dan
B2C
aspek pengenaan pajak e-commerce di atas, Ketentuan
pengenaan pajak atas transaksi e-commerce terhadap kewajiban
wajib pajak dalam sistem self assessment, penentuan penetapan
besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak
sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang
terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan. Dibuktikan dengan Surat
Pemberitahuan (SPT). Kepercayaan yang diberikan oleh Fiskus
kepada Wajib Pajak idealnya ditunjang dengan : (a) kesadaran
Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan, (b) keinginan untuk
membayar pajak terutang walaupun terpaksa, (c) kerelaan Wajib
Pajak untuk menjalankan peraturan perpajakan yang berlaku, (d)
kejujuran Wajib Pajak untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya.
Jumlah pemakai internet semakin meningkat seiring dengan
penggunaanya untuk transaksi e-commerce. Di dalam e-Commerce,
terdapat beberapa jenis potensi transaksi, yaitu Business to
82
JEMI VOL.4 No.2 Desember 2013
Business (B2B), Business to Consumer (B2C), Consumer to Business
(C2B), Consumer to Consumer (C2C), dan Nonbusiness e-commerce.
Kelima jenis ini masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Karakteristik pada Business to Business (B2B)
adalah e-Commerce tipe ini meliputi transaksi IOS, serta
transaksi antar organisasi yang dilakukan di pasar secara
elektronik.
Gambar Model 1.2
Model B2B dan B2C Aspek Pengenaan Pajak E-Commerce
Credit
Order
Aspek Pajak
B2B dan B2C
Trades
User
Profile
Client
Info
Invoice
Faktur Pajak
Order
Macing
Server
Faktur
Pajak
SPT
Billing
Bank 1
Order Macin
Client SPT
Server
TCP/IP HTTP
Bank 2
Router
TCP/IP HTTP
Collate
ral
Transfer Bank melalui
Jaringan B2B dan B2C
Collate
ral
Billing
Client
4
Clie
ntIn
voic
e
Client
2
Client
3
1
Analisis Aspek Sistem Informasi Akuntansi Pengenaan Pajak
Aktivitas Bisinis On-Line Dalam Mengendalikan Kewajiban Wajib
Pajak Sebagai Self Assessment System Melalui Sistem Jaringan
Jaringan Internet
83
ANALISIS ASPEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENAAN PAJAK AKTIVITAS TRANSAKSI
E-COMMERCE DAN BISINIS ON-LINE DALAM MENGENDALIKAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEBAGAI
SELF ASSESSMENT SYSTEM MELALUI SISTEM JARINGAN JARINGAN INTERNET
Bisnis online berkembang pesat saat ini, banyak entitas kaum
pebisnis menawarkan produk melalui jaringan internet, yang
menjadi permasalahan adalah aspek ketentuan pengenaan pajak
bisinis online terhadap kewajiban wajib pajak dalam sistem self
assessment. Para pebisnis online wajib menghitung, membayar dan
melaporkan sejumlah pajaknya ke kas negara, hal ini sesuai
dengan sistem self assessment.
Gambar Model 1.3
Aktivitas Bisnis Online Mengendalikan Kewajiban Wajib Pajak
Kantor Pajak
NPWP,SPT
Web Hosting
Website
Customer
Bisnis Online
Badan & Pribadi
Customer
Order
Pembelian
Invoice,NPWP
Customer
Customer
Vendor atau
Supplier
PAspek Pajak
B2B Billing
Otorisasi
Transaksi
ndependen
Adapun aspek ketentuan penerapatan pajak dari transaksi
bisnis online ini berdasarkan Jeffrey F. Rayport dan Bernard J.
Jaworski
(2003),
terdapat
beberapa
atribut-atribut
yang
mendukung penelitian ini yaitu : (1) The exchange of digitized
information between parties. aspek ketentuan penerpatan pajak
dari pertukaran informasi tersebut dapat mewakili komunikasi
antara dua pihak yang bersangkutan, koordinasi alur barang dan
jasa atau transmisi pemesanan elektronik Pertukaran ini dapat
terjadi antara organisasi dan individual. (2) Technologyenabled,
aspek ketentuan penerpatan pajak dari Transaksi yang terjadi
dalam e-commerce dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi.
Teknologi ini memungkinkan untuk meniadakan batas-batas yang ada
antara customer dengan merchant. (3) Technology-mediated, aspek
84
JEMI VOL.4 No.2 Desember 2013
ketentuan
penerpatan
pajak
dari
Technology-mediated
ini
merupakan kelanjutan dari technology-enabled. Perbedaan antara
transaksi lain dengan transaksi e-commerce kurang lebih adalah
hubungan dengan customer melalui human contact atau melalui
teknologi. Tempat pertemuan buyer dan seller untuk melakukan
transaksi bisnis adalah dunia maya (virtual world) atau biasa
disebut
marketspace.
(4)
It
includes
intraand
inter
organizational activities that support the exchange, aspek
ketentuan penerpatan pajak dari Ruang lingkup dari e-commerce
meliputi semua aktivitas secara elektronik atas intra dan
interorganisasi yang mendukung pertukaran pasar baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Menjalankan bisnis online, para pebisnis terlebih dahulu
mempunyai domain dan dan Uniform Resource Locators (URLs), yang
dapat di beli dari provider ataupun dari perusahaan bidang
internet, pembelian ini di kenakan pajak (PPN) hanya sekali pada
saat pembelian selama periode tertentu. Setiap komputer yang
tersambung ke internet ataupun setiap web page dan informasi
yang ada dialokasikan ke sebuah alamat di bawah Internet
Protocol, alamat ini biasa disebut URL merupakan sebuah
kombinasi nomor, nomor tersebut dapat dikembangkan menjadi
sebuah nama, yang dinamakan domain names.
Adapun infrastuktur
yang mendukung terlaksananya proses bisnis online (Efraim
Turban, 2005), untuk aspek ketentuan pengenaan pajak bisinis
online dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Aspek sistem informasi akuntansi pengenaan pajak aktivitas
transaksi e-commerce dapat mengendalikan kewajiban wajib
pajak sebagai self assessment system melalui sistem jaringan
jaringan internet
melalui jaringan yang terkontrol dan
adanya enskripsi linked transaksi antara supplier dengan
customer dan liked pajak dengan kantor pajak.
2. Aspek
sistem informasi akuntansi pengenaan pajak aktivitas
transaksi bisinis on-line dapat mengendalikan kewajiban wajib
pajak sebagai self assessment system melalui sistem jaringan
internet melalui jaringan Bisnis Online antara usaha Badan dan
organisasi maupun Pribadi langsung dikenakan pajak secara otomatis
setiap transaksi.
Saran Penelitia Selanjutnya
Saran untuk penelitian selanjutanya agar menambah enskripsi dan
electronic data processing dalam mengendalikan pembayaran pajak
oleh wajib pajak dari aktivits e-commerce dan binis online juga
mengkaji preaktek UU Pajak electronic commerce dan bisnis online
menggunakan koneksi yang disediakan oleh ISP (internet service
provider) dan memilih ASP yang handal untuk manajemen internet.
85
ANALISIS ASPEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENAAN PAJAK AKTIVITAS TRANSAKSI
E-COMMERCE DAN BISINIS ON-LINE DALAM MENGENDALIKAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEBAGAI
SELF ASSESSMENT SYSTEM MELALUI SISTEM JARINGAN JARINGAN INTERNET
DAFTAR
PUSTAKA
Bodnar H. George dan Hopswood Willian.S (2007), Sistem Informasi
Akuntansi. Andi Yogyakarta
Direktur Jenderal Pajak (2006), Legalitas Dokumen Dari Transaksi
E-Commerce. Departemen Keuangan Republik Indonesia Jakarta.
Efraim Turban, R.Kelly Jainer Jr, Richard E.Potter (2003),
Introduction to Information Technology.
John Wiley&Sons
Inc. USA
Elwina Marcella S (2011), Aspek Hukum Transaksi (Perdagangan)
Melalui Media Elektronik (E-Commerce) Di Era Global: Suatu
Kajian Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen, Universitas
Katolik Soegita Pranata - Program Magister Lingkungan Dan
Perkotaan
Rayport, Jeffrey F. dan Bernard J. Jaworski, Introduction of
E-commerce, (2003), Edisi ke-2, The McGraw-Hill Companies.
Singapore
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843, selanjutnya
disebut dengan UU ITE.
Nufransa Wira Sakti (2001), "Perpajakan dalam E-commerce,
Belajar dari Jepang, Berita Pajak No.1443/Tahun XXXIII/15
Mei 2001,h1m 35, disadur dan www.nofieiman.com, diunduh pada
tanggal 25 Desember 2011
O'Brien James, George Marakas (2005), Management Information
Systems. Mc Graw Hill. Educatioan – Australia and New Zeland
Romney Marshall dan John Paul Steinbart (2005), Sistem Informasi
Akuntansi Edisi ke-9. Buku Terjemahan Salemba Empat –
Jakarta.
Rusdiah, Rudi (2005), Perpajakan di Teknologi Informasi, Laporan
Pokja RUU Perpajakan. Jakarta.
Resmi, Siti (2009), Perpajakan : Teori dan Kasus. Salemba Empat
Jakarta
Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang RI Nomor 11
Transaksi Elektronik.
Tahun
86
2008
tentang
Informasi
dan
Download