HUBUNGAN KINERJA PERAWAT PADA PEMENUHAN ASPEK SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD UNGARAN * Agus Imam Tauhid ** Raharjo Apriatmoko, SKM., M.Kes, Abdul Wahid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Jiwa * Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ** Dosen PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Salah satu masalah yang dialami seseorang ketika sakit adalah kecemasan menjelang operasi. Faktor pendukung untuk mengatasi kecemasan pasien pre operasi adalah dukungan tenaga kesehatan salah satunya adalah kinerja perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran. Desain yang digunakan adalah Deskriptif Korelatif, dengan rancangan Cross Sectional. Populasi sejumlah 120 pasien pre operasi, sampel sebanyak 61 pasien dengan menggunakan tekhnik accidental yang memenuhi kriteria inklusi. Alat pengumpul data berupa pedoman wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik nonparametrik Spearman Rank. Hasil menunjukkan sebanyak 59 (96,7%) kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual kategori kurang baik, 35 orang (57.4%) mengalami kecemasan ringan. P value 0,020 < (0,05), maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Ungaran. Di harapkan kinerja perawat perawat pada pemenuhan aspek spiritual dapat diterapkan dalam bentuk SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi. Kata Kunci : kinerja perawat, spiritual, kecemasan pre operasi Kepustakaan : 49 (2002-2014) Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 1 ABSTRACT Anxiety is one of the problems experienced by an individual when getting sick is anxiety approaching of surgery. Factors supporting to reduce anxiety the patient pre-surgery is support of health care personnel’s, is one of whom is the performance of nurses in fulfilling the spiritual needs of the patients. The purpose of this study was to analyze the correlation between nurse’s performance to give spiritual aspect and anxiety levels in pre-operative patients at Ungaran Hospital. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was 120 pre-operative patients, the samples were 61 patients sampled by using the accidental sampling technique that met the inclusion criteria. The data instrument used the guidelines for the interview. The data were analyzed by using the Spearman Rank nonparametric statistical test. The results of this study indicate that there are 59 respondents (96.7%) who have poor performance in meeting the spiritual aspect, and 35 respondents (57.4%) have experienced mild anxiety. The p-value of 0,020 < (0.05), that means that there is a significant correlation between the nurses performance to give spiritual aspect and anxiety levels in the preoperative patients at Ungaran Hospital. It is expected that the performance of nurses to give spiritual aspect can be applied in the form of SOP (Standard Operating Procedure) to reduce anxiety in the preoperative patients. Keywords : Nurse’s performance, Spiritual, Anxiety, Pre-operative patient’s Bibliographies : 49 (2002-2014) LATAR BELAKANG Salah satu masalah yang dialami seseorang ketika sakit adalah kecemasan, apalagi jika seseorang tersebut harus menjalani tindakan medis yaitu operasi. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika sering kali pasien pre operasi menunjukkan sikap agak berlebihan dengan tingkat kecemasan yang dialaminya Kecemasan adalah respon emosional yang menggambarkan perasaan tidak menyenangkan, gelisah, khawatir, takut. Kecemasan pada pasien pre operasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: takut nyeri, takut terjadi perubahan fisik, takut keganasan, takut atau cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut menghadapi ruang bedah, peralatan bedah dan petugas, takut mati saat dibius, takut operasi gagal (Smeltzer & Bare, 2013). Kecemasan sering kali ditandai dengan perasaan mudah marah, tegang, Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 2 gugup. Kecemasan tersebut juga dapat memberi dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif terjadi apabila kecemasan muncul dapat memberi kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu individu membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas dapat berkurang sedikit demi sedikit, sedangkan dampak negatif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan menimbulkan perubahan fisiologis terkait pada beberapa system yaitu kardiovaskuler, neuromuskuler, gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit, sehingga apabila kecemasan tersebut tidak mendapat penanganan yang adekuat dari dokter, perawat maupun keluarga, tidak tertutup kemungkinan kecemasan akan bertambah parah yang berdampak kepada ketidaksiapan pasien menjalani operasi (Majid, 2011). Penanganan kecemasan dilakukan memakai obat farmakologis, penanganan secara farmakologis adalah penanganan yang menggunakan obatobatan. Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan ketergantungan, sedangkan penanganan nonfarmakologis adalah penangan yang menggunakan cara selain obat kimiawi, seperti relaksasi dan distraksi seperti pemberian dukungan spiritual (Hawari, 2011). Kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi karena tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis. Faktor pendukung untuk mengurangi cemas adalah dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan salah satunya adalah kinerja perawat. Perawat adalah salah satu pemberi layanan kesehatan di rumah sakit. Kinerja Perawat sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien setiap hari. Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam memahami dan memenuhi kebutuhan pasien, sehingga dapat membantu pasien mengatasi kecemasan. Kinerja perawat merupakan bagian integral dalam pelayanan keperawatan secara keseluruhan. kinerja perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensip. Perawat memandang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik. Kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dan interaksi perawat dengan pasien. Perawat berupaya dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh pasien. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadan sakit, maka hubungan dengan Tuhan pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 3 mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Kinerja perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Salah satu aspek dalam keperawatan adalah masalah kebutuhan spiritual, hal ini sangat penting ketika seseorang sedang sakit. Ketika kondisi sakit ada kemungkinan seseorang akan mengalami kecemasan. Pada kondisi tersebut, aspek spiritual seseorang sangat penting untuk mengatasi kecemasan tersebut. Keimanan pada Tuhan diyakini akan memudahkan seseorang untuk mengatasi kecemasan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2015, pada 10 pasien pre operasi didapatkan hasil 3 pasien (30%) mengalami kecemasan ringan, 4 pasien (40%) mengalami kecemasan sedang dan 3 pasien (30%) mengalami kecemasan berat. Kinerja perawat baik masih terdapat pasien pre operasi mengalami kecemasan berat sedangkan kinerja perawat kurang baik tingkat kecemasan pasien pre operasi terdapat kecemasan ringan. Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa meskipun kinerja perawat baik namun masih terdapat kecemasan pasien pre operasi mengalami kecemasan berat, begitu pula pada kinerja perawat kurang baik terdapat pasien pre operasi mengalami kecemasan ringan. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sejumlah 120 pasien pre operasi di RSUD Ungaran, sampel sebanyak 61 pasien dengan menggunakan tekhnik accidental yang memenuhi kriteria inklusi. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Kinerja Perawat pada Pemenuhan Aspek Spiritual Tabel 1 Gambaran Kinerja Perawat pada Pemenuhan Aspek Spiritual Kinerja Perawat padaPemenuhan Aspek Spiritual Kurang Baik Baik Jumlah Frekuensi Persentase (%) 59 2 61 96,7 3,3 100 Berdasarkan Tabel 1 di atas diketahui bahwa sebagian besar perawat di RSUD Ungaran memiliki kinerja yang kurang baik pada pemenuhan aspek spiritual pada pasien pre operasi, yaitu sejumlah 59 orang (96,7%). Nilai mean sebesar 2,48, nilai median sebesar 2,00, nilai minimum sebesar 0, nilan maksimum sebesar 5 dan nilai standar deviasi sebesar 1,149. Hasil kuesioner menunjukkan kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual kategori kurang baik yang jarang dilakukan pada indikator penetapan diagnosa sebesar 59,0%, intervensi sebesar 72,1%, dan untuk indikator evaluasi sebesar 75,4%. 2. Gambaran Kecemasan Pasien Pre Operasi Tabel 2 Gambaran Kecemasan Pasien Pre Operasi Kecemasan Pasien Preoperasi Cemas Ringan Cemas Sedang Jumlah Frekuensi 37 24 61 Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 Persentase (%) 60,7 39,3 100 4 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien pre operasi di RSUD Ungaran mengalami cemas sedang, yaitu sejumlah 35 orang (57,3%). Niali mean sebesar 12,70, nilai median sebesar 11,69, nilai minimum sebesar 8, nilai maksimum sebesar 24, dan nilai satndar deviasi sebesar 3,972. Hasil keusioner menunjukkan kecemasan pasein paling banyak disebabkan karena khawatir terhadap pembiusan sebesar 27,9% dan khawatir terhadap prosedur operasi sebesar 27,9%. responden mengalami kecemasan ringan sejumlah 2 orang (100%). Berdasarkan uji Spearman diperolah nilai = -0,298 dengan pvalue 0,020 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi di RSUD Ungaran. Angka korelasi = -0,298 menunjukkan korelasi negatif dan korelasi lemah, maka semakin baik kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual maka tingkat kecemasan pasien pre operasi semakin ringan. B. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Kinerja Perawat pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di RSUD Ungaran Tabel 3 Hubungan antara Kinerja Perawat pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di RSUD Ungaran PEMBAHASAN A. Gambaran Gambaran Kinerja Perawat pada Pemenuhan Aspek Spiritual di RSUD Ungaran Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar perawat di RSUD Ungaran memiliki kinerja yang kurang baik pada pemenuhan aspek spiritual pada pasien pre operasi, yaitu sejumlah 59 orang (96,7%). Hasil kuesioner menunjukkan pada item pengkajian yang menjawab Ya sebesar 44 orang (72,1 %), pada %item diagnosa yang menjawab Ya 100 sebesar 25 orang (41,0%), pada item 100 intervensi yang menjawab Ya sebanyak 100 17 orang (27,9%), pada item implementasi yang menjawab Ya sebanyak 39 39 orang (63,9%), dan pada item evaluasi yang menjawab Ya sebanyak 15 orang (24,6%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Susanto (2008) dengan judul “persepsi perawat tentang penerapan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien”, didapatkan hasil pada sub pengkajian Kinerja Perawat pada Pemenuhan Aspek Spiritual Kurang Baik Baik Jumlah Nilai r Nilai p value Kecemasan pasien pre operasi Sedang Ringan f % f % 24 40,7 35 59,3 0 0 2 100 24 39,3 37 60,7 -0,298 0,020 Total f 59 2 61 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual kategori kurang baik sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sejumlah 35 orang (59,3%), sedangkan kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual kategori baik sebagian besar Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 5 dengan kategori baik, karena secara umum perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan pasien, pada sub perumusan masalah perawat kurang mampu untuk merumuskan masalah keperawatan pada aspek spiritual menjadi diagnosa keperawatan, sehingga masalah spiritual jarang dimunculkan, pada sub intervensi bahwa perawat kurang mampu membuat perencanaan pada aspek spiritual yang disesuaikan dengan keyakinan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing pasien, sedangkan pada sub implementasi dalam pemberian aspek kebutuhan spiritual sesuai dengan perencanaan dan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Hal yang sejalan dengan hasil penelitian Sumiati (2010), dengan judul “Pemahaman Perawat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien Pada Lansia Di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen”, yang menyatakan bahwa pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen kurang optimal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wiwindaryati (2006), menunjukkan bahwa perawat memahami dengan baik bahwa klien membutuhkan pemenuhan spiritual, perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan spiritual dan perawat cukup memahami asuhan keperawatan spiritual. Pemenuhan kebutuhan spiritual juga memang merupakan standar kinerja yang harus dilakukan oleh perawat, yang mana seorang perawat juga diharuskan mampu memenuhi kebutuhan spiritual pasien, sehingga banyak perawat memiliki kinerja baik pada pemenuhan aspek spiritual pasien yang memang merupakan standar dari kinerja mereka. Menurut Mangkunegara (2013) kinerja perawat berpedoman pada ukuran-ukuran yang telah disepakati bersama dalam standar kerja. Standar kerja yang dimaksud salah satunya adalah pemberian asuhan keperawatan. Perawat membantu pasien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan bukan hanya sembuh dari penyakit tertentu. Asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya berfokus pada perawatan fisik, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien seperti mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberi privacy untuk berdo’a, memberi kesempatan pada pasien untuk berinteraksi dengan orang lain, menjalin komuikasi terapeutik dengan pasien (Hamid, 2009). B. Gambaran Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pasien pre operasi di RSUD Ungaran mengalami cemas sedang, yaitu sejumlah 35 orang (57,4%). Hasil keusioner menunjukkan pada item nomer 1 sebanyak 22 orang (36,1%) menjawab tidak setuju khawatir tehadap pembiusan, item nomer 2 sebanyak 28 orang (45,9%) menjawab tidak setuju pembiusan selalu dalam pikiran, item nomer 3 sebnyak 21 orang (34,4%) menjawab kurang setuju tentang rasa ingin tahu pembiusan, item Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 6 nomer 4 sebanyak 17 orang (27,9%) menjawab kurang setuju tentang prosedur operasi, item nomer 5 sebanyak 24 orang (39,3%) menjawab tidak setuju prosedur operasi dalam pikiran, item nomer 6 sebnyak 30 orang (49,2%) menjawab tidak setuju tentang rasa ingin tahu prosedru operasi. Persiapan pasien pre operasi yang dapat dilakukan diantaranya persiapan fisiologis merupakan persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan fisik, persiapan penunjang, pemeriksaan status anasthesi sampai inform concent. Selain itu persiapan mental atau psikologis, persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Kerena tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi fisiologis maupun psikologis. Dalam persiapan mental ini dukungan keluarga dan perawat sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani tindakan operasi (Smeltzer & Bare, 2013). Rasa cemas sedang yang dialami oleh pasien ini terjadi karena rasa takut pasien terhadap operasi yang akan dijalani. Secara umum pasien akan merasa khawatir dan takut saat menghadapi prosedur operasi. Mereka juga merasa was-was jika operasi yang dijalaninya mengalami kegagalan. Namun, sebagian besar responden hanya mengalami rasa cemas yang sedang, karena perawat di RSUD memberikan informed consent dan informasi tentang operasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ardiansa (2014), yang menyatakan bahwa kecemasan yang terjadi pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, dapat diantisipasi baik dengan memahami bagaimana cara penyebab kecemasan secara tepat. Pemberian informasi yang adekuat pada klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umumnya mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan klien. Penyampaian prosedur atau informasi merupakan salah satu tindakan yang digunakan dalam mengatasi atau mengurangi kecemasan sebelum operasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang diantaranya adalah tingkat pendidikan. Tingkat kecemasan sedang berdasarkan karakteristik pendidikan responden dalam penelitian ini didapatkan 10 orang berpendidikan SD,11 orang pendidikan SMP, 11 pendidian SMA, 3 orang pendidikan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan baik akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masingmasing. Pendidikan pada umumnya berguna dalam perubahan pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pemgambilan keputusan (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kuraesin (2009), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang segnifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan, dari 31 responden mengalami kecemasan ringan Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 7 diantaranya responden yang berpendidikan rendah 26,1%, pendidikan sedang 17,4% dan pendidikan tinggi 23,9%. Kecemasan pada pasien pre operasi bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat oleh dokter mapun keluarga , dapat berdampak pada ketidaksiapan pasien menjalani operasi (Kusmarjathi, 2009), sedangkan menurut Uskenat (2012), kecemasan apabila tidak diatasi dapat menyebabkan pasien tidak mampu berkonsentrasi dan memahami kejadian selama perawatan dan prosedur pembedahan, selain itu dapat menggangu proses penyembuhan atau pemulihan selama pembedahan. C. Hubungan antara Kinerja Perawat pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di RSUD Ungaran Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual kategori kurang baik sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sejumlah 35 orang (59,3%), sedangkan kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual kategori baik sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan sejumlah 2 orang (100%). Hasil uji Spearman diperoleh nilai korelasi p-value 0,020 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi di RSUD Ungaran. perawat dengan kinerja kurang baik pada pemenuhan aspek spiritual, pasien yang mengalami cemas ringan sejumlah 35 orang (59,3%). Hal ini karena kecemasan seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek spiritualnya, sehingga bagi pasien yang dirawat di rumah sakit sangat memerlukan kondisi spiritual yang baik agar tidak cemas terhadap operasi yang akan dijalani. Hal ini juga menjadi salah satu tugas perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual tersebut, sehingga jika perawat memiliki kinerja kurang baik pada pemenuhan kebutuhan aspek spiritual akibatnya kebutuhan spiritual pasien untuk menjalani operasi kurang terpenuhi sehingga pasien akan merasa cemas dalam menghadapi operasi. Kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual kurang baik tetapi tingkat kecemasan ringan karena pasien mendapat dukungan keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jenita (2010), yang menyatakan ada hubungan yang segnifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Sedangkan perawat dengan kinerja baik pada pemenuhan aspek spiritual, sebagian besar pasiennya mengalami cemas ringan sejumlah 2 orang (100,0%). Hal ini karena perawat yang memiliki kinerja baik pada pemenuhan aspek spiritual, membuat pasien merasa nyaman dan lebih siap dalam menghadapi operasi. Hal ini tentu dapat mengurangi rasa cemas yang dirasakan pasien saat menghadapi operasi. Kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual pasien berpengaruh terhadap kecemasan pasien preoperasi dikarenakan perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 8 pasien dan secara terus menerus selama 24 jam berhubungan atau melakukan kontak dengan pasien, sehingga perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pasien termasuk kebutuhan spiritual dan emosi pasien yang berguna membantu pasien untuk mengatasi kecemasan saat menghadapi operasi (Hamid, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nataliza (2009), dengan judul “Pengaruh pelayanan kebutuhan spiritual oleh perawat terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat RSI Siti Rahmah Padang”, yang didapatkan hasil ada pengaruh yang signifikan antara kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan pelayanan kebutuhan spiritual dengan sesudah diberikan pelayanan kebutuhan spiritual oleh perawat. Hal ini diperkuat oleh teori Potter & Perry (2005), salah satu tindakan untuk mengurangi kecemasan adalah dengam cara mempersiapkan mental diri dari pasien. Sedangkan menurut teori Smeltzer & Bare (2013), persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi keputusan pasien dan keluarganya. Persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga atau orang terdekat pasien. Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Penelitian Medya (2011) terkait dengan pengaruh bimbingan spiritual terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operatif di ruang rawat inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan, dengan desain penelitian menggunakan pra eksperimen, dari 20 orang didapatkan hasil penelitian 18 orang (90%) kecemasan sedang, 2 orang (10%) kecemasan berat sebelum diberikan bimbingan spiritual, sedangkan setelah diberikan bimbingan spiritual diketahui 19 orang (95%) kecemasan ringan dan 1 orang (5%) kecemasan sedang. Hasil uji wilcoxon diperoleh P Value 0,000 < 0,05, berarti ada pengaruh bimbingan spiritual terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif di rawat inap RSUD Kajen kabupaten Pekalongan. Berdasarkan dukungan dari penelitian-penelitian di atas, menunjukkan bahwa kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual merupakan bagian yang sangat penting dalam mengurangi kecemasan pasien dalam menghadapi operasi, karena pemenuhan kebutuhan spiritual ini membuat pasien merasa nyaman, tenang, dan merasa dekat dengan Tuhan, sehingga mengurangi rasa cemas yang dialami. D. Keterbatasan Penelitian 1. Keterbatasan instrumen Instrumen yang digunakan dalam mengukur tingkat kecemasan diadaptasi dari instrumen APAIS (Amsterdam Perioperative Anxiety and Information Scale). Instrumen ini untuk mengukur tentang tentang kecemasan yang berhubungan dengan anesthesi, kecemasann yang berhubungan dengan pembedahan dan keinginan sebuah informasi, instrumen ini diadaptasi ke dalam bahasa indonesia dilakukan sendiri oleh Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 9 peneliti disesuaikan dengan kondisi dan keadaan pasien pre operasi, sehingga ada kemungkinan terdapat ketidaksesuaian dengan apa yang dimaksudkan dalam kuisioner aslinya. 2. Keterbatasan Responden Responden yang dijadikan sebagai sampel adalah responden heterogen. Sampel heterogen adalah pasien dengan jenis pembedahan yang berbeda-beda. Responden dalam penelitian ini juga masih terdapat pasien yang sebelumnya sudah pernah melakukan operasi. 3. Keterbatasan metode penelitian Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Data akan dapat menggambarkan tingkat kecemasan jika dilakukan dengan menggunakan metode lainnya yang dapat mengukur skala kecemasan sejak dinyatakan dilakukan tindakan operasi hingga menjelang berangkat ke kamar operasi. PENUTUP Kesimpulan 1. Sebagian besar perawat di RSUD Ungaran memiliki kinerja yang kurang baik pemenuhan pemenuhan aspek spiritual pada pasien pre operasi, yaitu sejumlah 59 orang (59,0 %). 2. Sebagian besar pasien pre operasi di RSUD Ungaran mengalami cemas ringan dalam menghadapi operasi, yaitu sejumlah 37 orang (60,7%). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi di RSUD Ungaran dengan p-value 0,020 < α (0,05). Saran 1. Bagi Institusi RSUD Ungaran Bagi institusi RSUD Ungaran diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan khususnya pada stndar asuhan keperawatan spiritual dalam bentuk SOP, sehingga tenaga kesehatan dapat menjalankan asuhan keperawatan spiritual sesuai standar. 2. Bagi Perawat atau Tenaga Kesehatan Bagi perawat atau tenaga kesehatan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk meningkatan asuhan keperawatan spiritual pada pasien mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi, sehingga kebutuhan spiritual pasien dapat terpenuhi. 3. Bagi Institusi pendidikan keperawatan Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi institusi pendidikan keperawatan agar dapat meningkatkan aspek spiritual pada proses pembelajaran mahasiswa, sehingga ketika mahasiswa lulus memiliki kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan spiritual. 4. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 10 penelitian yang lebih detail terhadap kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual maupun pada kecemasan pasien pre operasi. DAFTAR PUSTAKA Ardiansa. (2014). Hubungan Informed Concent Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Hernia Di Rsud Salewangang Maros. Makasar : STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Hamid, A (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi (Edisi 2). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Jenita, R. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruangan RB2 RSUP HAM Medan. Medan: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan Kuraesin. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Yang Akan Menghadapi Operasi di RSUP Fatmawati Tahun 2009. Jakarta: Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Kusmarjathi, I. (2009). Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi Appendiktomi Di Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianjar. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/21097276.pdf. Diperoleh tanggal 30 Januari 2016. Majid, dkk (2011). Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Mangkunegara. A (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Medya. (2011). Pengaruh Bimbingan Spiritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operatif DiRuangRawat InapRSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Pekalongan : Prodi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Nataliza, D. (2012). Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spiritual Oleh Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat RSI Siti Rahmah Padang 2011. Padang: Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Notoatmodjo, S. (2010a). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineke Cpta. Potter, PA & Perry, AG. (2005). Fundamental Keperawatan (Alih Bahasa Oleh Adrina Ferderika). Jakarta : Salemba Medika. Smetlzer & Bare (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Sumiati, T. (2008). Pemahaman Perawat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien Pada Pasien Lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Sragen: PSIK Undip Smearang. Susanto, H (2008). Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Klien di Ruang Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 11 Intensive Care Unit (ICU) Rumah sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Yogyakarta: Skripsi Strata Satu Mahasiswa PSIK UMY. Wiwindaryati, (2006). Persepsi perawat pelaksana terhadap aspek spiritual dalam asuhan keperawatn di RS Al-Islam Bandung. Journal Berita Ilmu Keperawatan. Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 12