Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual

advertisement
HUBUNGAN KINERJA PERAWAT PADA PEMENUHAN ASPEK
SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE
OPERASI DI RSUD UNGARAN
* Agus Imam Tauhid
** Raharjo Apriatmoko, SKM., M.Kes, Abdul Wahid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Jiwa
* Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
** Dosen PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dialami seseorang ketika sakit adalah kecemasan
menjelang operasi. Faktor pendukung untuk mengatasi kecemasan pasien pre
operasi adalah dukungan tenaga kesehatan salah satunya adalah kinerja perawat
dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek Spiritual
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran.
Desain yang digunakan adalah Deskriptif Korelatif, dengan rancangan
Cross Sectional. Populasi sejumlah 120 pasien pre operasi, sampel sebanyak 61
pasien dengan menggunakan tekhnik accidental yang memenuhi kriteria inklusi.
Alat pengumpul data berupa pedoman wawancara. Data dianalisis dengan
menggunakan uji statistik nonparametrik Spearman Rank.
Hasil menunjukkan sebanyak 59 (96,7%) kinerja perawat pada pemenuhan
aspek spiritual kategori kurang baik, 35 orang (57.4%) mengalami kecemasan
ringan. P value 0,020 <  (0,05), maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara kinerja perawat pada pemenuhan aspek spiritual dengan tingkat kecemasan
pasien pre operasi di RSUD Ungaran.
Di harapkan kinerja perawat perawat pada pemenuhan aspek spiritual
dapat diterapkan dalam bentuk SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk
menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi.
Kata Kunci : kinerja perawat, spiritual, kecemasan pre operasi
Kepustakaan : 49 (2002-2014)
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
1
ABSTRACT
Anxiety is one of the problems experienced by an individual when getting
sick is anxiety approaching of surgery. Factors supporting to reduce anxiety the
patient pre-surgery is support of health care personnel’s, is one of whom is the
performance of nurses in fulfilling the spiritual needs of the patients. The purpose
of this study was to analyze the correlation between nurse’s performance to give
spiritual aspect and anxiety levels in pre-operative patients at Ungaran Hospital.
This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The
population in this study was 120 pre-operative patients, the samples were 61
patients sampled by using the accidental sampling technique that met the
inclusion criteria. The data instrument used the guidelines for the interview. The
data were analyzed by using the Spearman Rank nonparametric statistical test.
The results of this study indicate that there are 59 respondents (96.7%)
who have poor performance in meeting the spiritual aspect, and 35 respondents
(57.4%) have experienced mild anxiety. The p-value of 0,020 <  (0.05), that
means that there is a significant correlation between the nurses performance to
give spiritual aspect and anxiety levels in the preoperative patients at Ungaran
Hospital.
It is expected that the performance of nurses to give spiritual aspect can be
applied in the form of SOP (Standard Operating Procedure) to reduce anxiety in
the preoperative patients.
Keywords
: Nurse’s performance, Spiritual, Anxiety, Pre-operative patient’s
Bibliographies : 49 (2002-2014)
LATAR BELAKANG
Salah satu masalah yang dialami
seseorang
ketika
sakit
adalah
kecemasan, apalagi jika seseorang
tersebut harus menjalani tindakan
medis
yaitu
operasi.
Berbagai
kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika sering kali pasien
pre operasi menunjukkan sikap agak
berlebihan dengan tingkat kecemasan
yang dialaminya
Kecemasan
adalah
respon
emosional
yang
menggambarkan
perasaan tidak menyenangkan, gelisah,
khawatir, takut. Kecemasan pada
pasien pre operasi disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu: takut nyeri,
takut terjadi perubahan fisik, takut
keganasan,
takut
atau
cemas
mengalami kondisi yang sama dengan
orang lain yang mempunyai penyakit
yang sama, takut menghadapi ruang
bedah, peralatan bedah dan petugas,
takut mati saat dibius, takut operasi
gagal (Smeltzer & Bare, 2013).
Kecemasan sering kali ditandai
dengan perasaan mudah marah, tegang,
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
2
gugup. Kecemasan tersebut juga dapat
memberi dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif terjadi apabila
kecemasan muncul dapat memberi
kekuatan untuk melakukan sesuatu,
membantu
individu
membangun
pertahanan dirinya agar rasa cemas
dapat berkurang sedikit demi sedikit,
sedangkan dampak negatif terjadi jika
kecemasan muncul pada tingkat tinggi
dan menimbulkan perubahan fisiologis
terkait pada beberapa system yaitu
kardiovaskuler,
neuromuskuler,
gastrointestinal, saluran perkemihan
dan kulit, sehingga apabila kecemasan
tersebut tidak mendapat penanganan
yang adekuat dari dokter, perawat
maupun keluarga, tidak tertutup
kemungkinan
kecemasan
akan
bertambah parah yang berdampak
kepada ketidaksiapan pasien menjalani
operasi (Majid, 2011).
Penanganan
kecemasan
dilakukan memakai obat farmakologis,
penanganan secara farmakologis adalah
penanganan yang menggunakan obatobatan.
Pengobatan
untuk
anti
kecemasan terutama benzodiazepine,
obat ini digunakan untuk jangka
pendek, dan tidak dianjurkan untuk
jangka panjang karena pengobatan ini
menyebabkan
ketergantungan,
sedangkan
penanganan
nonfarmakologis adalah penangan yang
menggunakan cara selain obat kimiawi,
seperti relaksasi dan distraksi seperti
pemberian dukungan spiritual (Hawari,
2011).
Kecemasan yang dialami oleh
pasien pre operasi karena tindakan
pembedahan merupakan ancaman
potensial maupun aktual pada integritas
seseorang yang dapat membangkitkan
reaksi stress fisiologis maupun
psikologis. Faktor pendukung untuk
mengurangi cemas adalah dukungan
keluarga
dan dukungan tenaga
kesehatan salah satunya adalah kinerja
perawat.
Perawat adalah salah satu
pemberi layanan kesehatan di rumah
sakit. Kinerja Perawat sebagai tenaga
kesehatan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan yang konstan
dan terus menerus 24 jam kepada
pasien setiap hari. Perawat memiliki
peran yang sangat
penting dalam
memahami dan memenuhi kebutuhan
pasien, sehingga dapat membantu
pasien mengatasi kecemasan. Kinerja
perawat merupakan bagian integral
dalam pelayanan keperawatan secara
keseluruhan. kinerja perawat sebagai
tenaga kesehatan yang profesional
mempunyai kesempatan paling besar
untuk
memberikan
pelayanan
kesehatan
khususnya
asuhan
keperawatan
yang komprehensip.
Perawat memandang pasien sebagai
makhluk bio-psiko-sosiokultural dan
spiritual yang berespon secara holistik.
Kinerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan tidak bisa terlepas
dari aspek spiritual yang merupakan
bagian integral dan interaksi perawat
dengan pasien. Perawat berupaya
dalam memenuhi kebutuhan spiritual
pasien sebagai bagian dari kebutuhan
menyeluruh
pasien.
Kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh setiap manusia.
Apabila seseorang dalam keadan sakit,
maka hubungan dengan Tuhan pun
semakin dekat, mengingat seseorang
dalam kondisi sakit menjadi lemah
dalam segala hal, tidak ada yang
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
3
mampu
membangkitkannya
dari
kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.
Kinerja perawat sebagai petugas
kesehatan harus memiliki peran dalam
memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Salah
satu
aspek
dalam
keperawatan adalah masalah kebutuhan
spiritual, hal ini sangat penting ketika
seseorang sedang sakit. Ketika kondisi
sakit ada kemungkinan seseorang akan
mengalami kecemasan. Pada kondisi
tersebut, aspek spiritual seseorang
sangat penting untuk mengatasi
kecemasan tersebut. Keimanan pada
Tuhan diyakini akan memudahkan
seseorang untuk mengatasi kecemasan.
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 27 Oktober
2015, pada 10 pasien pre operasi
didapatkan hasil 3 pasien (30%)
mengalami kecemasan ringan, 4 pasien
(40%) mengalami kecemasan sedang
dan 3 pasien (30%) mengalami
kecemasan berat. Kinerja perawat baik
masih terdapat pasien pre operasi
mengalami kecemasan berat sedangkan
kinerja perawat kurang baik tingkat
kecemasan pasien pre operasi terdapat
kecemasan ringan. Dari pernyataan
diatas dapat dikatakan bahwa meskipun
kinerja perawat baik namun masih
terdapat kecemasan pasien pre operasi
mengalami kecemasan berat, begitu
pula pada kinerja perawat kurang baik
terdapat pasien pre operasi mengalami
kecemasan ringan.
METODE PENELITIAN
Desain
penelitian
ini
menggunakan
deskriptif
korelatif
dengan pendekatan cross sectional.
Populasi sejumlah 120 pasien pre
operasi di RSUD Ungaran, sampel
sebanyak
61
pasien
dengan
menggunakan tekhnik accidental yang
memenuhi kriteria inklusi.
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Kinerja Perawat
pada
Pemenuhan
Aspek
Spiritual
Tabel 1 Gambaran Kinerja Perawat
pada Pemenuhan Aspek Spiritual
Kinerja Perawat
padaPemenuhan
Aspek Spiritual
Kurang Baik
Baik
Jumlah
Frekuensi
Persentase
(%)
59
2
61
96,7
3,3
100
Berdasarkan Tabel 1 di atas
diketahui bahwa sebagian besar
perawat di RSUD Ungaran memiliki
kinerja yang kurang baik pada
pemenuhan aspek spiritual pada pasien
pre operasi, yaitu sejumlah 59 orang
(96,7%). Nilai mean sebesar 2,48, nilai
median sebesar 2,00, nilai minimum
sebesar 0, nilan maksimum sebesar 5
dan nilai standar deviasi sebesar 1,149.
Hasil kuesioner menunjukkan kinerja
perawat pada pemenuhan aspek
spiritual kategori kurang baik yang
jarang dilakukan pada indikator
penetapan diagnosa sebesar 59,0%,
intervensi sebesar 72,1%, dan untuk
indikator evaluasi sebesar 75,4%.
2. Gambaran Kecemasan Pasien
Pre Operasi
Tabel 2 Gambaran Kecemasan
Pasien Pre Operasi
Kecemasan
Pasien
Preoperasi
Cemas
Ringan
Cemas Sedang
Jumlah
Frekuensi
37
24
61
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
Persentase
(%)
60,7
39,3
100
4
Berdasarkan Tabel 2 di atas
dapat diketahui bahwa sebagian besar
pasien pre operasi di RSUD Ungaran
mengalami cemas sedang, yaitu
sejumlah 35 orang (57,3%). Niali mean
sebesar 12,70, nilai median sebesar
11,69, nilai minimum sebesar 8, nilai
maksimum sebesar 24, dan nilai
satndar deviasi sebesar 3,972. Hasil
keusioner menunjukkan kecemasan
pasein paling banyak disebabkan
karena khawatir terhadap pembiusan
sebesar 27,9% dan khawatir terhadap
prosedur operasi sebesar 27,9%.
responden mengalami
kecemasan
ringan sejumlah 2 orang (100%).
Berdasarkan uji
Spearman
diperolah nilai  = -0,298 dengan pvalue 0,020 < 0,05, maka disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kinerja perawat pada pemenuhan
aspek
spiritual
dengan
tingkat
kecemasan pasien preoperasi di RSUD
Ungaran. Angka korelasi  = -0,298
menunjukkan korelasi negatif dan
korelasi lemah, maka semakin baik
kinerja perawat pada pemenuhan aspek
spiritual maka tingkat kecemasan
pasien pre operasi semakin ringan.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan
antara
Kinerja
Perawat pada Pemenuhan Aspek
Spiritual
dengan
Tingkat
Kecemasan Pasien Preoperasi di
RSUD Ungaran
Tabel 3 Hubungan antara Kinerja
Perawat pada Pemenuhan Aspek
Spiritual
dengan
Tingkat
Kecemasan Pasien Preoperasi di
RSUD Ungaran
PEMBAHASAN
A. Gambaran Gambaran Kinerja
Perawat pada Pemenuhan Aspek
Spiritual di RSUD Ungaran
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar
perawat di RSUD Ungaran memiliki
kinerja yang kurang baik pada
pemenuhan aspek spiritual pada pasien
pre operasi, yaitu sejumlah 59 orang
(96,7%). Hasil kuesioner menunjukkan
pada item pengkajian yang menjawab
Ya sebesar 44 orang (72,1 %), pada
%item diagnosa yang menjawab Ya
100
sebesar 25 orang (41,0%), pada item
100
intervensi yang menjawab Ya sebanyak
100
17 orang (27,9%), pada item
implementasi yang menjawab Ya
sebanyak 39 39 orang (63,9%), dan
pada item evaluasi yang menjawab Ya
sebanyak 15 orang (24,6%).
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Susanto (2008) dengan judul
“persepsi perawat tentang penerapan
asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual pada klien”,
didapatkan hasil pada sub pengkajian
Kinerja
Perawat
pada
Pemenuhan
Aspek Spiritual
Kurang Baik
Baik
Jumlah
Nilai r
Nilai p value
Kecemasan pasien pre operasi
Sedang
Ringan
f
%
f
%
24
40,7
35
59,3
0
0
2
100
24
39,3
37
60,7
-0,298
0,020
Total
f
59
2
61
Berdasarkan Tabel 3, dapat
diketahui bahwa kinerja perawat pada
pemenuhan aspek spiritual kategori
kurang baik sebagian besar responden
mengalami
kecemasan
sedang
sejumlah 35 orang (59,3%), sedangkan
kinerja perawat pada pemenuhan aspek
spiritual kategori baik sebagian besar
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
5
dengan kategori baik, karena secara
umum
perawat
mampu
mengidentifikasi kebutuhan pasien,
pada sub perumusan masalah perawat
kurang mampu untuk merumuskan
masalah keperawatan pada aspek
spiritual
menjadi
diagnosa
keperawatan,
sehingga
masalah
spiritual jarang dimunculkan, pada sub
intervensi bahwa perawat kurang
mampu membuat perencanaan pada
aspek spiritual yang disesuaikan
dengan keyakinan dan keunikan yang
dimiliki oleh masing-masing pasien,
sedangkan pada sub implementasi
dalam pemberian aspek kebutuhan
spiritual sesuai dengan perencanaan
dan secara spontan tanpa perencanaan
terlebih dahulu.
Hal yang sejalan dengan hasil
penelitian Sumiati (2010), dengan judul
“Pemahaman
Perawat
Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien
Pada Lansia Di RSU Mardi Lestari
Kabupaten Sragen”, yang menyatakan
bahwa pemahaman perawat terhadap
pemenuhan kebutuhan spiritual pada
pasien lansia di RSU Mardi Lestari
Kabupaten Sragen kurang optimal.
Hasil penelitian ini
tidak sejalan
dengan hasil penelitian Wiwindaryati
(2006), menunjukkan bahwa perawat
memahami dengan baik bahwa klien
membutuhkan pemenuhan spiritual,
perawat berperan sebagai pemberi
asuhan keperawatan
spiritual dan
perawat cukup memahami asuhan
keperawatan spiritual.
Pemenuhan kebutuhan spiritual
juga memang merupakan standar
kinerja yang harus dilakukan oleh
perawat, yang mana seorang perawat
juga diharuskan mampu memenuhi
kebutuhan spiritual pasien, sehingga
banyak perawat memiliki kinerja baik
pada pemenuhan aspek spiritual pasien
yang memang merupakan standar dari
kinerja
mereka.
Menurut
Mangkunegara (2013) kinerja perawat
berpedoman pada ukuran-ukuran yang
telah disepakati bersama dalam standar
kerja. Standar kerja yang dimaksud
salah satunya adalah pemberian asuhan
keperawatan.
Perawat
membantu
pasien
mendapatkan
kembali
kesehatannya
melalui
proses
penyembuhan. Proses penyembuhan
bukan hanya sembuh dari penyakit
tertentu. Asuhan keperawatan yang
diberikan tidak hanya berfokus pada
perawatan fisik, tetapi juga harus
memenuhi kebutuhan spiritual pasien
seperti mendatangkan pemuka agama
sesuai dengan agama yang diyakini
pasien, memberi privacy untuk berdo’a,
memberi kesempatan pada pasien
untuk berinteraksi dengan orang lain,
menjalin komuikasi terapeutik dengan
pasien (Hamid, 2009).
B. Gambaran Kecemasan Pasien
Pre Operasi di RSUD Ungaran
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar pasien
pre operasi di RSUD Ungaran
mengalami cemas sedang, yaitu
sejumlah 35 orang (57,4%). Hasil
keusioner menunjukkan pada item
nomer 1 sebanyak 22 orang (36,1%)
menjawab tidak setuju khawatir
tehadap pembiusan, item nomer 2
sebanyak 28 orang (45,9%) menjawab
tidak setuju pembiusan selalu dalam
pikiran, item nomer 3 sebnyak 21
orang (34,4%) menjawab kurang setuju
tentang rasa ingin tahu pembiusan, item
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
6
nomer 4 sebanyak 17 orang (27,9%)
menjawab kurang setuju tentang
prosedur operasi, item nomer 5
sebanyak 24 orang (39,3%) menjawab
tidak setuju prosedur operasi dalam
pikiran, item nomer 6 sebnyak 30
orang (49,2%) menjawab tidak setuju
tentang rasa ingin tahu prosedru
operasi.
Persiapan pasien pre operasi yang
dapat dilakukan diantaranya persiapan
fisiologis merupakan persiapan yang
dilakukan mulai dari persiapan fisik,
persiapan penunjang, pemeriksaan
status anasthesi sampai inform concent.
Selain itu persiapan mental atau
psikologis,
persiapan
mental
merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan
operasi karena mental pasien yang
tidak siap atau labil dapat berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya. Kerena
tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun aktual pada
integritas seseorang yang dapat
membangkitkan
reaksi
fisiologis
maupun psikologis. Dalam persiapan
mental ini dukungan keluarga dan
perawat sangat dibutuhkan oleh pasien
yang akan menjalani tindakan operasi
(Smeltzer & Bare, 2013).
Rasa cemas sedang yang dialami
oleh pasien ini terjadi karena rasa takut
pasien terhadap operasi yang akan
dijalani. Secara umum pasien akan
merasa khawatir dan takut saat
menghadapi prosedur operasi. Mereka
juga merasa was-was jika operasi yang
dijalaninya mengalami kegagalan.
Namun, sebagian besar responden
hanya mengalami rasa cemas yang
sedang, karena perawat di RSUD
memberikan informed consent dan
informasi tentang operasi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian
Ardiansa (2014), yang menyatakan
bahwa kecemasan yang terjadi pada
pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan, dapat diantisipasi baik
dengan memahami bagaimana cara
penyebab kecemasan secara tepat.
Pemberian informasi yang adekuat
pada klien yang akan dilakukan
tindakan
pembedahan
umumnya
mampu mengurangi tingkat kecemasan
yang dirasakan klien. Penyampaian
prosedur atau informasi merupakan
salah satu tindakan yang digunakan
dalam mengatasi atau mengurangi
kecemasan sebelum operasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan seseorang diantaranya
adalah tingkat pendidikan. Tingkat
kecemasan sedang
berdasarkan
karakteristik pendidikan responden
dalam penelitian ini didapatkan 10
orang berpendidikan SD,11 orang
pendidikan SMP, 11 pendidian SMA, 3
orang pendidikan perguruan tinggi.
Tingkat pendidikan baik akan lebih
mudah dalam mengidentifikasi stressor
dalam diri sendiri maupun dari luar
dirinya. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa pendidikan
bagi setiap orang memiliki arti masingmasing. Pendidikan pada umumnya
berguna dalam perubahan pola pikir,
pola bertingkah laku dan pola
pemgambilan keputusan (Notoatmodjo,
2010). Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Kuraesin
(2009), yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang segnifikan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat
kecemasan,
dari
31
responden
mengalami
kecemasan
ringan
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
7
diantaranya
responden
yang
berpendidikan
rendah
26,1%,
pendidikan
sedang
17,4%
dan
pendidikan tinggi 23,9%.
Kecemasan pada pasien pre
operasi bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat oleh dokter
mapun keluarga , dapat berdampak
pada ketidaksiapan pasien menjalani
operasi
(Kusmarjathi,
2009),
sedangkan menurut Uskenat (2012),
kecemasan apabila tidak diatasi dapat
menyebabkan pasien tidak mampu
berkonsentrasi dan memahami kejadian
selama perawatan dan prosedur
pembedahan,
selain
itu
dapat
menggangu proses penyembuhan atau
pemulihan selama pembedahan.
C. Hubungan
antara
Kinerja
Perawat pada Pemenuhan Aspek
Spiritual
dengan
Tingkat
Kecemasan Pasien Preoperasi di
RSUD Ungaran
Berdasarkan Tabel 3 dapat
diketahui bahwa kinerja perawat pada
pemenuhan aspek spiritual kategori
kurang baik sebagian besar responden
mengalami
kecemasan
sedang
sejumlah 35 orang (59,3%), sedangkan
kinerja perawat pada pemenuhan aspek
spiritual kategori baik sebagian besar
responden mengalami
kecemasan
ringan sejumlah 2 orang (100%). Hasil
uji Spearman diperoleh nilai korelasi
p-value
0,020 < 0,05, maka
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kinerja perawat pada
pemenuhan aspek spiritual dengan
tingkat kecemasan pasien preoperasi di
RSUD Ungaran.
perawat dengan kinerja kurang
baik pada pemenuhan aspek spiritual,
pasien yang mengalami cemas ringan
sejumlah 35 orang (59,3%). Hal ini
karena kecemasan seseorang sangat
dipengaruhi oleh aspek spiritualnya,
sehingga bagi pasien yang dirawat di
rumah sakit sangat memerlukan kondisi
spiritual yang baik agar tidak cemas
terhadap operasi yang akan dijalani.
Hal ini juga menjadi salah satu tugas
perawat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual tersebut, sehingga jika perawat
memiliki kinerja kurang baik pada
pemenuhan kebutuhan aspek spiritual
akibatnya kebutuhan spiritual pasien
untuk menjalani operasi kurang
terpenuhi sehingga pasien akan merasa
cemas dalam menghadapi operasi.
Kinerja perawat pada pemenuhan aspek
spiritual kurang baik tetapi tingkat
kecemasan ringan karena pasien
mendapat dukungan keluarga. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Jenita
(2010),
yang
menyatakan
ada
hubungan yang segnifikan antara
dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi.
Sedangkan
perawat
dengan
kinerja baik pada pemenuhan aspek
spiritual, sebagian besar pasiennya
mengalami cemas ringan sejumlah 2
orang (100,0%). Hal ini karena perawat
yang memiliki kinerja baik pada
pemenuhan aspek spiritual, membuat
pasien merasa nyaman dan lebih siap
dalam menghadapi operasi. Hal ini
tentu dapat mengurangi rasa cemas
yang dirasakan pasien saat menghadapi
operasi.
Kinerja perawat pada pemenuhan
aspek spiritual pasien berpengaruh
terhadap kecemasan pasien preoperasi
dikarenakan perawat merupakan tenaga
kesehatan yang paling dekat dengan
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
8
pasien dan secara terus menerus selama
24 jam berhubungan atau melakukan
kontak dengan pasien, sehingga
perawat memiliki peranan yang sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan
pasien termasuk kebutuhan spiritual
dan emosi pasien yang berguna
membantu pasien untuk mengatasi
kecemasan saat menghadapi operasi
(Hamid, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Nataliza
(2009), dengan judul “Pengaruh
pelayanan kebutuhan spiritual oleh
perawat terhadap tingkat kecemasan
pasien pre operasi di ruang rawat RSI
Siti Rahmah Padang”, yang didapatkan
hasil ada pengaruh yang signifikan
antara kecemasan pasien pre operasi
sebelum
diberikan
pelayanan
kebutuhan spiritual dengan sesudah
diberikan
pelayanan
kebutuhan
spiritual oleh perawat. Hal ini diperkuat
oleh teori Potter & Perry (2005), salah
satu tindakan untuk mengurangi
kecemasan adalah dengam cara
mempersiapkan mental diri dari pasien.
Sedangkan menurut teori Smeltzer &
Bare (2013), persiapan mental yang
kurang memadai dapat mempengaruhi
keputusan pasien dan keluarganya.
Persiapan mental pasien menjadi hal
yang penting untuk diperhatikan dan
didukung oleh keluarga atau orang
terdekat pasien. Persiapan mental dapat
dilakukan dengan bantuan keluarga dan
perawat.
Penelitian Medya (2011) terkait
dengan pengaruh bimbingan spiritual
terhadap tingkat kecemasan pada
pasien pre operatif di ruang rawat inap
RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan,
dengan desain penelitian menggunakan
pra eksperimen, dari 20 orang
didapatkan hasil penelitian 18 orang
(90%) kecemasan sedang, 2 orang
(10%)
kecemasan berat sebelum
diberikan
bimbingan
spiritual,
sedangkan setelah diberikan bimbingan
spiritual diketahui 19 orang (95%)
kecemasan ringan dan 1 orang (5%)
kecemasan sedang. Hasil uji wilcoxon
diperoleh P Value 0,000 < 0,05, berarti
ada pengaruh bimbingan spiritual
terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operatif di rawat inap RSUD Kajen
kabupaten Pekalongan.
Berdasarkan
dukungan
dari
penelitian-penelitian
di
atas,
menunjukkan bahwa kinerja perawat
pada
pemenuhan aspek spiritual
merupakan bagian yang sangat penting
dalam mengurangi kecemasan pasien
dalam menghadapi operasi, karena
pemenuhan kebutuhan spiritual ini
membuat pasien merasa nyaman,
tenang, dan merasa dekat dengan
Tuhan, sehingga mengurangi rasa
cemas yang dialami.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan instrumen
Instrumen yang digunakan
dalam
mengukur
tingkat
kecemasan
diadaptasi
dari
instrumen APAIS (Amsterdam
Perioperative
Anxiety
and
Information Scale). Instrumen ini
untuk mengukur tentang tentang
kecemasan yang berhubungan
dengan anesthesi, kecemasann
yang
berhubungan
dengan
pembedahan dan keinginan sebuah
informasi,
instrumen
ini
diadaptasi ke dalam bahasa
indonesia dilakukan sendiri oleh
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
9
peneliti
disesuaikan
dengan
kondisi dan keadaan pasien pre
operasi,
sehingga
ada
kemungkinan
terdapat
ketidaksesuaian dengan apa yang
dimaksudkan dalam kuisioner
aslinya.
2. Keterbatasan Responden
Responden yang dijadikan
sebagai sampel adalah responden
heterogen.
Sampel
heterogen
adalah pasien dengan jenis
pembedahan yang berbeda-beda.
Responden dalam penelitian ini
juga masih terdapat pasien yang
sebelumnya
sudah
pernah
melakukan operasi.
3. Keterbatasan metode penelitian
Desain dalam penelitian ini
adalah deskriptif korelatif dengan
pendekatan cross sectional. Data
akan
dapat
menggambarkan
tingkat kecemasan jika dilakukan
dengan menggunakan metode
lainnya yang dapat mengukur skala
kecemasan
sejak
dinyatakan
dilakukan tindakan operasi hingga
menjelang berangkat ke kamar
operasi.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sebagian besar perawat di RSUD
Ungaran memiliki kinerja yang
kurang baik pemenuhan pemenuhan
aspek spiritual pada pasien pre
operasi, yaitu sejumlah 59 orang
(59,0 %).
2. Sebagian besar pasien pre operasi di
RSUD Ungaran mengalami cemas
ringan dalam menghadapi operasi,
yaitu sejumlah 37 orang (60,7%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara kinerja
perawat
pada
pemenuhan aspek spiritual dengan
tingkat kecemasan pasien preoperasi
di RSUD Ungaran dengan p-value
0,020 < α (0,05).
Saran
1. Bagi Institusi RSUD Ungaran
Bagi institusi RSUD Ungaran
diharapkan hasil penelitian ini
dapat diterapkan khususnya pada
stndar
asuhan
keperawatan
spiritual dalam bentuk SOP,
sehingga tenaga kesehatan dapat
menjalankan asuhan keperawatan
spiritual sesuai standar.
2. Bagi Perawat atau Tenaga
Kesehatan
Bagi perawat atau tenaga
kesehatan
diharapkan
hasil
penelitian ini dapat dijadikan
pedoman
untuk
meningkatan
asuhan keperawatan spiritual pada
pasien mulai dari pengkajian,
penetapan diagnosa, intervensi,
implementasi,
dan
evaluasi,
sehingga
kebutuhan
spiritual
pasien dapat terpenuhi.
3. Bagi
Institusi
pendidikan
keperawatan
Bagi institusi pendidikan, hasil
penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai acuan bagi
institusi pendidikan keperawatan
agar dapat meningkatkan aspek
spiritual pada proses pembelajaran
mahasiswa,
sehingga
ketika
mahasiswa
lulus
memiliki
kemampuan untuk memberikan
asuhan keperawatan spiritual.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi
peneliti
selanjutnya
diharapkan
dapat
melakukan
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
10
penelitian yang lebih detail
terhadap kinerja perawat pada
pemenuhan aspek spiritual maupun
pada kecemasan pasien pre
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansa. (2014). Hubungan Informed
Concent Terhadap Kecemasan
Pada Pasien Pra Operasi Hernia
Di Rsud Salewangang Maros.
Makasar
: STIKES
Nani
Hasanuddin Makassar.
Hamid, A (2009). Bunga Rampai
Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : EGC
Hawari, D. (2011). Manajemen Stress,
Cemas, dan Depresi (Edisi 2).
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Jenita, R. (2010). Hubungan Dukungan
Keluarga
dengan
Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi
di Ruangan RB2 RSUP HAM
Medan. Medan: Fakultas Ilmu
Keperawatan
Universitas
Sumatera Utara Medan
Kuraesin. (2009). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kecemasan Pasien Yang Akan
Menghadapi Operasi di RSUP
Fatmawati Tahun 2009. Jakarta:
Ilmu
Keperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah jakarta.
Kusmarjathi, I. (2009). Tingkat
Kecemasan Pasien Pra Operasi
Appendiktomi Di Ruang Bima
RSUD
Sanjiwani
Gianjar.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal/21097276.pdf. Diperoleh
tanggal 30 Januari 2016.
Majid, dkk (2011). Keperawatan
Perioperatif.
Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Mangkunegara. A (2013). Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
Perusahaan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Medya. (2011). Pengaruh Bimbingan
Spiritual
Terhadap
Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre
Operatif
DiRuangRawat
InapRSUD Kajen Kabupaten
Pekalongan. Pekalongan : Prodi
Keperawatan
STIKES
Muhammadiyah
Pekajangan
Pekalongan.
Nataliza,
D.
(2012).
Pengaruh
Pelayanan Kebutuhan Spiritual
Oleh Perawat Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi
di Ruang Rawat RSI Siti Rahmah
Padang 2011. Padang: Fakultas
Keperawatan
Universitas
Andalas.
Notoatmodjo, S. (2010a). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineke Cpta.
Potter, PA & Perry, AG. (2005).
Fundamental Keperawatan (Alih
Bahasa Oleh Adrina Ferderika).
Jakarta : Salemba Medika.
Smetlzer & Bare (2013). Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Sumiati, T. (2008). Pemahaman
Perawat Terhadap Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Klien Pada
Pasien Lansia di RSU Mardi
Lestari
Kabupaten
Sragen.
Sragen: PSIK Undip Smearang.
Susanto, H (2008). Persepsi Perawat
Tentang Pelaksanaan Asuhan
Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Pada Klien di Ruang
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
11
Intensive Care Unit (ICU)
Rumah sakit Umum PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta.Yogyakarta: Skripsi
Strata Satu Mahasiswa PSIK
UMY.
Wiwindaryati,
(2006).
Persepsi
perawat pelaksana terhadap
aspek spiritual dalam asuhan
keperawatn di RS Al-Islam
Bandung. Journal Berita Ilmu
Keperawatan.
Hubungan Kinerja Perawat Pada Pemenuhan Aspek
Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran | Agus Imam Tauhid | STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran,2016
12
Download