MODEL EVALUASI KINERJA SISTEM RANTAI PASOK

advertisement
90
Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja
IV.1 Studi Lapangan
Menurut Sushil dan Shankar (2004), SCOR mencakup semua indikator kinerja
yang diperlukan dalam sistem rantai pasok dan mencoba mencakup rantai pasok
keseluruhan dalam perangkat standar dari proses-proses. Oleh karena itu
penelitian dilakukan pada PT. Dirgantara Indonesia, karena SCOR sebaiknya
diterapkan pada perusahaan besar yang memiliki proses rantai pasok standar
tersebut. Untuk usaha kecil dan menengah, aplikasinya masih dipertanyakan
karena biaya ekstra untuk memelihara sistem yang sangat lengkap seperti itu.
Pendekatan studi lapangan dilakukan pada produk komponen karena produk
pesawat terbang sangat kompleks dan waktu pembuatannya sangat lama.
Pengerjaan detail part manufacturing dan subassembly komponen pesawat
terbang dilakukan oleh Direktorat Aerostructure yang merupakan Satuan Usaha
PT. Dirgantara Indonesia.
IV.1.1 Profil PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI)
Berikut ini dijelaskan keadaan umum PT.Dirgantara Indonesia serta struktur
organisasinya.
IV.1.1.1 Keadaan Umum
PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT. Nurtanio) didirikan pada tahun 1976,
dengan dua hanggar kecil seluas 11.000 m2 pada tanah seluas 45.000 m2,
beberapa mesin tua, dan karyawan sebanyak 500 orang termasuk 17 insinyur.
Program awal PT. Nurtanio dimulai dengan pembuatan pesawat terbang C-212
dengan lisensi dari CASA dan helikopter BO-105 dengan lisensi dari MBB,
kemudian diikuti dengan pembuatan helikopter Puma/Super Puma-332 dengan
lisensi dari Aerospatiale dan Bell-412 dengan lisensi dari Bell Helicopter.
Pada tahun 1983 dalam program joint-venture antara PT. Nurtanio dengan CASA
(50:50) telah dibuat pesawat terbang CN-235. PT. Nurtanio yang berubah menjadi
91
PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN pada tahun 1986, yang
kemudian telah mampu mendesain dan memproduksi pesawat terbang sendiri
yaitu N-250 yang mulai terbang bulan Agustus 1995.
Tahun 1998 Pemerintah RI memberhentikan bantuan dana kepada IPTN. Hal ini
mengakibatkan timpang antara volume kerja dan SDM yang ada. Dalam situasi
sulit, perusahaan memfokuskan program pada produk-produk terkontrak. Pada
bulan Oktober 1998 dibentuk Tim Restrukturisasi IPTN, yang implementasinya
dimulai April 1999.
IPTN berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000. Kondisi
PT.DI di tahun 2000, termasuk dalam 10 BUMN paling merugi, namun di tahun
2001 dapat membukukan keuntungan 11 miliar dengan menjual pesawat dinas dan
memperbaiki gaji karyawan. Pergantian direksi dan tuntutan dari Serikat Pekerja
pada tahun 2002 tidak membuat situasi dan kondisi membaik, sehingga PT.DI
kembali merugi. Pada tahun 2003 kondisi keuangan semakin parah sehingga
Direksi melakukan suatu langkah penyelamatan perusahaan dengan merumahkan
seluruh karyawan. Tahap selanjutnya untuk penyembuhan, para karyawan yang
terlibat dalam pengerjaan program-program terkontrak secara bertahap dipanggil
untuk bekerja kembali.
Dalam situasi yang belum menggembirakan Direksi baru mengarahkan
perusahaan dengan tujuan: “Mampu menguasai dan mengembangkan teknik
kedirgantaraan yang memiliki “cost competitiveness” dalam bersaing di pasar
internasional/global, agar dapat memberikan keuntungan dan dapat meningkatkan
shareholder value, serta menjadi perusahaan yang mendiri secara bisnis guna
mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri.”
Visi Perusahaan saat itu adalah menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri
dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tnggi dan mampu bersaing
dalam pasar global, dengan mengandalkan keunggulan biaya.
92
Misi Perusahaan adalah:
- Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil
dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.
- Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam
rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk
kepentingan komersial dan militer serta aplikasi di luar Industri Dirgantara.
- Menjadikan Perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang
mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara
kelas dunia lainnya.
PT. Dirgantara Indonesia memfokuskan bisnisnya pada 5 (lima) pilar:
•
Aircraft, yang meliputi pembuatan pesawat terbang dan helikopter
•
Aerostructure yang menangani pembuatan single part dan komponenkomponen pesawat terbang
•
Aircraft Service yang meliputi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan
pesawat
•
Engineering Services yang memproduksi simulator untuk pesawat sayap
tetap dan helikopter, sistem visualisasi elektronik, dll
•
Defence yang meliputi pembuatan launchers, roket FFAR 2,75” dan
Surface Underwater Target Torpedo.
Pada tahun 2004 bisnis PT.DI menunjukkan adanya kemajuan dan di tahun 2005
kontrak-kontrak kerjasama terus meningkat, yaitu dengan BAE Systems (Inggris),
EADS-CASA (Eropa). Order pembuatan komponen pesawat bertambah untuk
Boeing 777 (USA), Bombardier (Kanada), untuk Airbus A400M (Eropa), dan
lain-lain. Tahun 2006, kunjungan Presiden RI memperkuat komitmen pemerintah
terhadap kelangsungan industri-industri strategis, khususnya PT. Dirgantara
Indonesia. Selama 30 tahun pula PT.DI telah berhasil menyerahkan pesawat
sebanyak lebih dari 400 pesawat.
93
IV.1.1.2 Struktur Organisasi
Sturktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) dan struktur organisasi
Direktorat Aerostructure PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut
ini:
94
DIREKTUR UTAMA
Direktorat Aerostructure
Sekretariat Perusahaan
Satuan Pengawasan Intern
Divisi Pengamanan
Divisi Perencanaan &
Pengembangan Perusahaan
Direktorat Aircraft Integration
Direktorat Aircraft Services
Asisten Direktur Utama Sistem
Manajemen Mutu Perusahaan
Direktorat Teknologi dan
Pengembangan
Direktorat Keuangan dan
Administrasi
Divisi Integrasi Usaha
Asisten Direktur Bidang
Produk Militer
Divisi Pemasaran & Penjualan
Aircraft Services
Divisi Pusat Bisnis
Teknologi
Divisi Perbendaharaan
Divisi Operasi Aerostructure
Divisi Pemasaran & Penjualan
Aircraft Integration
Divisi Perawatan & Modifikasi
Divisi Keselamatan &
Sertifikasi
Divisi Akuntansi
Divisi Rekayasa
Divisi Operasi Aircraft
Integration
Divisi Manajemen Logistik
Divisi Pusat
Pengembangan Produk
Divisi Sumber Daya
Manusia
Divisi Manajemen Sumber
Daya Aerostructure
Divisi Logistik & Dukungan
Pelanggan
Divisi Manajemen Sumber
Daya Aircraft Services
Divisi Pusat Uji Terbang
Divisi Jasa Material &
Fasilitas
Divisi Engineering Services
Divisi Sistem Senjata
Gambar IV.1. Struktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia
95
DIREKTORAT
AEROSTRUCTURE
Dept. Quality Assurance
Divisi Business Integration
Divisi Engineering
Divisi Operation
Aerostructure
Divisi Resource
Management Aerostructure
Dept. Sales & Marketing
Dept. Manufacturing
Engineering
Dept. Production Control
Dept. Human Resource
Management & ADM. AE
Dept. Spirit Aerosystem
Program
Dept. Configuration
Management
Dept. Machining
Dept. Logistic
Aerostructure
Dept. Aircraft Program
Dept. Tooling Engineering
Dept. Metal Forming
& Heat Treatment
Dept. Accounting
Aerostructure
Dept. Subcontract Program
Dept. Engineering Liaison
Dept. Bocom & Surface
Treatment
Dept. C212-400 Program
Dept. Sub & Major
Assembly
Dept. Eurocopter Program
Dept. Tool Manufacturing
& Services
Dept. Production Planning
Dept. Facility Maintenance
Gambar IV.2. Struktur organisasi Direktorat Aerostructure – PT. Dirgantara Indonesia
96
IV.1.2 Proses Bisnis Direktorat Aerostucture PT.DI (Ae-PT.DI)
PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) memfokuskan kepada empat satuan usaha yang
menjadi tulang punggung bagi pendapatan perusahaan yaitu Satuan-satuan Usaha
(dalam
bentuk
Direktorat-Direktorat):
Aircraft,
Aerostructure,
Aircraft
Maintenance dan Engineering Services.
Satuan Usaha Aerostructure merupakan unit pendukung dalam pembuatan
pesawat terbang produksi PT.DI, dan juga merupakan satuan usaha yang
melakukan hubungan kerja secara langsung dengan pihak luar PT.DI, dalam hal
pembuatan Parts/Components untuk industri pesawat terbang.
Ae-PT.DI mendefinisikan proses bisnis sebagai rangkaian proses atau aktifitas
dari fungsi pada suatu organisasi, yang mentransformasikan input menjadi output
yang mempunyai nilai tambah, yang menggambarkan hubungan satu aktifitas
dengan aktifitas lainnya melalui input yang dibutuhkan dan output yang
dihasilkan, serta aturan-aturan yang harus ditaati (kontrol) dan dukungan
(mekanisme) yang diperlukan.
Proses bisnis Ae-PT.DI digambarkan menggunakan metode IDEF0 (gambar
IV.3), yang merupakan metode pemodelan aktivitas (fungsi), salah satu metode
dari IDEF (ICAM DEFinition kemudian berubah nama menjadi Integrated
DEFinition). IDEF pada awalnya dikembangkan oleh program US Airforce
Integrated Computer Aided Manufacturing untuk perancangan sistem (Noran,
2004).
Control
Input
Function
/ Activity
Output
Mechanism
Gambar IV.3 Diagram generik IDEF0
Proses bisnis Ae-PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada Gambar IV.4 berikut:
97
Cistomer Order
Perform
Marketing &
Sales
Project Assignment & Plan
1
Work Order and Project Milestone
Management
Perform
Project
Management
Manufacturing Bills of Material
2
Project Status Report
Process Sheets
Perform
Engineering
Management
Incoming Material from Supplier
Issue Material
3
Engineering Status Report
Ship Product to Customer
Perform
Logistic
Production Order Status Report
Management
4
Perform
Production &
Quality
Management
5
Logistic Status Report
Production Order Status Report & Quality Status Report
Management dan fasilitas
Manage
Resources
6
Project Finance Report and Daily Facility Report
NODE:
A0
TITLE:
Released Product
PROSES BISNIS AE-PT.DI
Gambar IV.4. Proses bisnis Direktorat Aerostructure - PT.DI
Management
NO.:
1
98
Satuan
Usaha
Ae-PT.DI
melaksanakan
pembuatan/manufaktur
Aircraft
Parts/Components yang prosesnya meliputi semua kegiatan yang melibatkan
seluruh fungsi di dalam Satuan Usaha Aerostructure, mulai dari pelaksanaan
kegiatan Sales, Project Management, Manufacturing Engineering, Logistic,
Production/Manufacturing, Quality Control dan pengelolaan Resources yang
meliputi Financial Management, Facility Maintenance, Personnel dan General
Facility Services. Adapun definisi kegiatan dalam proses bisnis Satuan Usaha
Aerostructure
PT.DI
untuk
“Manufacture
Aircraft
Parts/Components”
sebagaimana terlihat pada Gambar IV.3. di atas, adalah sebagai berikut.
Proses Bisnis Marketing & Sales
Melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari
evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat
Aerostructure dan kegiatan mempromosikan dan menjual produk dan jasa
unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan
efisien.
Dalam proses bisnis ini
juga terdapat kegiatan “Analyze Capacity”, yaitu
melaksanakan analisa kapasitas produksi Aerostructure terhadap beban yang
direncanakan, membuat jadual projek baru yang direncanakan dengan mengacu
pada beban yang tersedia, menganalisa beban aktual dibandingkan dengan
pembebanan yang direncanakan dan mengusulkan pemerataan beban (load
balancing) yang diperlukan.
Proses Bisnis Project Management
Melaksanakan pengelolaan proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati
untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan. Dalam
pelaksanaan pekerjaannya maka Project Manager akan:
1. Memberi masukan pada Contract Review jika diperlukan.
2. Membuat Program Planning/Project Milestone/Production Schedule dan
Project Budget Plan sebagai alat pengendali penyelesaian proyek.
99
3. Melaksanakan koordinasi rutin dengan fungsi terkait (Manufacturing
Engineering, Aero Production, Quality Assurance, Finance dan Logistic).
4. Melakukan Pengendalian dan Evaluasi terhadap jadual penyelesaian dan
budget proyek.
5. Make or Buy Analysis/Decision jika terjadi kerusakan fasilitas atau overload.
6. Melaksanakan business/program review setiap bulan.
7. Improvement Planning (Recovery Schedule).
8. Mengelola Budget Plan (Manufacturing cost, termasuk lembur, rejection,
material, dan lain-lain).
9. Membantu persiapan delivery jika diperlukan.
Proses Bisnis Engineering
Melaksanakan rekayasa rencana
pembuatan produk mulai dari menentukan
metoda dan rangkaian manufaktur (manufacturing method and sequences),
rekayasa
proses
baru,
membuat
instruksi
kerja
untuk
setiap
tahapan
manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing
tahapan manufaktur/assy, manufacturing assy development, method and time
study, melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control and
Distribution).
Proses Bisnis Logistic
Melaksanakan kegiatan:
1. Contract review bersama Sales and Business Administration.
2. Material Planning (net requirement, order policy, procurement lead time).
3. Procurement (outsourcing, quotation evaluation).
4. Receiving from Supplier.
5. Storage (inventory control and cycle counting), preservation.
6. Precutting.
7. Packaging & Shipping.
100
Proses Bisnis Production & Quality
Melaksanakan kegiatan:
1. Production Order Release & Scheduling (PORS), Production, Quality
Control.
2. Load Planning.
3. Production activity.
4. Production Planning and Control (Shop Package).
5. Internal Handling.
6. Production Data Collecting, Productivity Measurement.
7. House Keeping.
8. Facility Qualification.
9. Personnel Qualification.
Proses Bisnis Resources
Melaksanakan kegiatan:
Finance:
1. Budgeting (Planning, Control and Analysis).
2. Verifikasi (termasuk Negosiasi pembelian, Penagihan).
3. Treasury (Payment, Receipment & Cash Management).
4. Accounting (Cost & Financial).
Facilities:
1. Maintenance engineering.
2. Maintenance planning.
3. Spare-parts & consumable planning.
4. Maintenance control.
5. Work order of services and repairs.
6. Corrective maintenance.
7. Facility engineering.
8. Modifikasi.
9. Instalasi.
101
Personnel:
1. Human Resources Development.
2. Personnel Services.
3. Fasilitas Umum (Listrik, Lampu, Kamar Basah, dan lain-lain).
4. Compile and maintain system & procedure (non-quality).
5. Personnel Recruitment.
IV.1.3 Pengukuran Kinerja (Quality Objective)
Pengukuran kinerja di Direktorat Aerostructure PT.DI menggunakan indikatorindikator kinerja yang ditetapkan dalam Quality Objective. Quality Objective
mulai berlaku sejak tahun 2006 dan masih digunakan hingga sekarang. Quality
Objective pada tingkat direktorat adalah sebagai berikut:
- Pengiriman yang tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan Customer Vendor Schedule
- Production Efficiency
: 85% (minimum)
- Rejection Rate of part/komponen manufaktur : 1,1% (maksimum)
Quality Objective pada setiap divisi dinyatakan dalam Quality Objective pada
tingkat departemen sebagai berikut:
Divisi Integrasi Bisnis
Divisi Integrasi Bisnis melaksanakan tugas-tugas bagi kepentingan Direktorat
Aerostructure secara menyeluruh, yaitu dalam hal Marketing & Sales, Production
Planning serta pengendalian program-program yang ada di Direktorat
Aerostructure (Ae-PT.DI), melalui departemen-departemen di bawah ini:
Departemen Pemasaran dan Penjualan
Departemen Pemasaran dan Penjualan melaksanakan kegiatan Pemasaran,
Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas
seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan
102
mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan
menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien.
- Kontrak yang ditargetkan
: Rp. 272,51 Milyar
o Pesanan internal
: Rp. 71,05 Milyar
o Pesanan eksternal
: Rp. 201,45 Milyar
- Penjualan yang ditargetkan : Rp. 244,55 Milyar
o Pesanan internal
: Rp. 71,05 Milyar
o Pesanan eksternal
: Rp. 173,49 Milyar
Departemen Program Manajemen Spirit Aerosystems:
Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek Spirit Aerosystem sesuai
dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan
delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pengiriman tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 74,51 Milyar
Departemen Program Manajemen Aircraft Parts & Components
Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek CN-235 sesuai dengan kontrak
yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang
direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pengiriman tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 61,99 Milyar
- Pesanan internal yang ditargetkan
: Rp. 70,79 Milyar
103
Departemen Program Manajemen Subkontrak
Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek SMEA, CTRM A380, KAL
B777, dan Bombardier sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat
mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator
kinerja sebagai berikut:
- Pengiriman tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 25,52 Milyar
Departemen Perencanaan Produksi
Departemen ini membuat dan mengeluarkan rencana produksi yang terintegrasi
dan seimbang serta mengeluarkan order produksi yang siap dikerjakan serta
membuat dan mengeluarkan grafik rencana kapasitas dan beban produksi setiap
dua minggu sekali, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pengeluaran ‘Perencanaan Produksi’ yang terintegrasi dan seimbang: 2 hari
maksimum setelah pesanan pekerjaan diterima.
- Pengeluaran Pesanan Produksi: 3 hari maksimum sebelum tanggal mulai
produksi (berdasar pada rencana produksi yang terntegrasi dan seimbang)
Divisi Rekayasa
Melaksanakan rekayasa rencana
pembuatan produk, melalui departemen-
departemen di bawah ini.
Departemen Rekayasa Manufaktur
Departemen ini menentukan metoda dan rangkaian manufaktur, rekayasa proses
baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan manufaktur/assy, menentukan
waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy,
manufacturing assy development, method and time study, dengan target indikator
kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena Perencanaan Manufaktur dan Program NC: 0,2%
maksimum
104
- Program waktu proses menggunakan mesin NC : 95% dari standar waktu yang
sudah ada
- Perbaikan proses yang ditargetkan: minimum 1 untuk setiap proses manufaktur.
Departemen Manajemen Konfigurasi
Departemen ini melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control
and Distribution), dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Keakuratan konfigurasi data: 100%
- Penerbitan perencanaan pendahuluan
maksimum 3 hari setelah menerima
gambar teknik
Departemen Engineering Liaison
Departemen ini merupakan wakil engineering dan menjadi penghubung antara
engineering dengan manufaktur dalam koordinasi untuk mengevaluasi perubahanperubahan spesifikasi apakah dapat disetujui, untuk mengganti spesifikasi awal
dengan spesifikasi lain yang dianggap memenuhi persyaratan, misalnya untuk
penggantian material dalam proses produksi. Target indikator kinerjanya adalah
sebagai berikut:
a. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya label penolakan: 2 hari
kerja maksimum
b. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya permintaan koordinasi
engineering: 1 hari kerja maksimum
c. Waktu untuk penggantian material: 1 hari kerja maksimum
Divisi Operasi
Melaksanakan perencanaan dan pengendalian produksi, melalui DepartemenDepartemen di bawah ini.
Departemen Production Control
Melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pesanan
produksi, kegiatan, kapasitas, pengukuran kinerja produksi, dan mempunyai target
indikator kinerja sebagai berikut:
105
- Siklus produksi: diatur minimal 75% atau 1 hari maksimum seperti yang tertera
pada rencana produksi (menggunakan sistem kanban dan kartu yang dapat
terlihat)
Departemen Machining
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses machining, dan
mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Metal Forming & Heat Treatment
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses metal forming
dan proses heat treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai
berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Bonding Composite & Surface Treatment
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses bonding untuk
material composite dan proses surface treatment, dan mempunyai target indikator
kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Sub & Major Assembly
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sub-assembly dan major
assembly, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
106
Divisi Resource Management
Divisi ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam bidang keuangan, logistik,
fasilitas, personil, melalui departemen-departemennya di bawah ini.
Departemen Manajemen dan Administrasi Sumber Daya Manusia
Departemen ini melaksanakan pengelolaan dan administrasi personil, dengan
target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pelaksanaan pelatihan: 100% seperti yang direncanakan
- Mengatur ketidakadaan perkembangan kenaikan jumlah pekerja: 95% dari
rencana
- Pencapaian Keamanan, Kesehatan dan standar lingkungan: setidaknya bernilai 3
(dasar)
Departemen Logistik
Departemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang logistik dengan target
indikator kinerja sebagai berikut:
- Keakuratan penyimpanan data inventory (rata-rata): 95% minimum
- Keberadaan material: 100% mengacu pada Master Production Schedule (Tier 3)
dibahas oleh Manajemen Program
- Waktu tunggu jasa material: maksimum 2 hari dari menerima permintaan
produksi
- Pengepakan dan pengiriman: 2 hari setelah menerima semua dokumen dari
program
Departemen Keuangan
Depatemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang keuangan dengan target
indikator kinerja sebagai berikut:
- Waktu tunggu Letter of Credit atau proses pembayaran dengan transfer: 3 hari
maksimum setelah menerima permintaan pembayaran dari Logistik
- Menerima pembayaran konsumen (account receivable): 1 bulan maksimum
setelah waktu yang ditetapkan.
107
Departemen Quality Control
Departemen ini melaksanakan penjaminan dan pemeriksaan kualitas pada proses
produksi dan materialnya, serta melaksanakan kualifikasi/sertifikasi fasilitas dan
personil produksi, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Ketidak-sesuaian persyaratan pelanggan: 0,5% maksimum untuk produk yang
akan dikirim
- Kesiapan melakukan pengukuran dan pengujian peralatan: maksimum 3 hari
sebelum waktunya
- Proses realisasi jadwal yang mendukung sertifikasi: minimum 95% sesuai yang
telah direncanakan.
IV.2 Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok
Berbasis SCOR
Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok dilakukan dengan
mengacu pada indikator kinerja SCOR, dengan memodifikasinya menurut
indikator kinerja di Direktorat Aerostructure PT.Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI)
dan dengan mempertimbangkan kemudahan segi implementasinya. Sistem
pengukuran kinerja yang dibangun adalah untuk Ae-PT.DI dengan tidak
memasukkan Quality Objective departemen sebagai unit fungsional tetapi Quality
Objective tingkat Direktorat karena Ae-PT.DI dianggap sebagai sebuah sistem
rantai pasok yang terdiri dari proses-proses SCOR.
Sistem rantai pasok Ae-PT.DI mencakup lima proses SCOR, yaitu Plan, Source,
Make, Deliver dan Return. Plan dilaksanakan oleh departemen program masingmasing di Divisi Business Integration. Source, Delivery dan Return dilaksanakan
oleh departemen logistik di Divisi Resource Management. Sementara Make
dilaksanakan oleh departemen-departemen di Divisi Operation. Sistem rantai
pasok Ae-PT.DI selain dilaksanakan oleh departemen-departemen tersebut juga
didukung oleh departemen-departemen lainnya sebagai suatu kesatuan sistem
rantai pasok. Khusus untuk proses Source Return dan Deliver Return
pelaksanaannya tergantung dari efisiensi biaya. Untuk material cacat dengan nilai
relatif kecil, pemasok memilih untuk menggantinya dengan material yang baru
108
dan tidak meminta material cacat yang seharusnya dikirim kembali. Demikian
pula untuk produk Ae-PT.DI yang seharusnya dikembalikan karena cacat, untuk
efisiensi maka pelanggan yang memperbaiki sendiri produk cacat tersebut atas
biaya Ae-PT.DI, namun bisa juga atas permintaan pelanggan dikirim teknisi untuk
memperbaiki produk yang cacat tersebut.
Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR di
Ae-PT.DI dilakukan dengan melakukan penyederhanaan, penambahan dan
penyesuaian indikator-indikator kinerja agar model pengukuran kinerja sistem
rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI tersebut dapat lebih implementatif
dalam melakukan pengukuran kinerjanya. Usulan modifikasi pada indikator
kinerja tingkat 1 dan indikator kinerja tingkat 2 disampaikan pada Tabel IV.1. di
bawah ini.
109
Tabel IV.1. Penyesuaian Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Ae-PT.DI Berbasis SCOR
SCOR
No.
Indikator Tingkat 1
1
Perfect Order
Fulfillment
Indikator Tingkat 2
% of Orders Delivered in
Full
Delivery Performance to
Customer Commit Date
Documentation Accuracy
Ae-PT.DI
Indikator Tingkat 1
Indikator Tingkat 2
Total Delivery
On Time Delivery
Perfect Order
Fulfillment
Perfect Condition
2
Order Fulfillment
Cycle Time
Upside Supply Chain
Flexibility
3
Upside Supply Chain
Adaptability
Source Cycle Time
Make Cycle Time
Deliver Cycle Time
Upside Source Flexibility
Upside Make Flexibility
Upside Deliver Flexibility
Upside Source Return
Flexibility
Upside Deliver Return
Flexibility
Upside Source Adaptability
Upside Make Adaptability
Upside Deliver Adaptability
Upside Source Return
Adaptability
Upside Deliver Return
Adaptability
Order Fulfillment
Cycle Time
Source Cycle Time
Make Cycle Time
Deliver Cycle Time
Available Assembly
Capacity
Available Capacity
Penyesuaian yang Dilakukan
Available Fabrication
Capacity
Indikator Kinerja % of Orders Delivered in Full di Ae-PT.DI dinamakan Total
Delivery
Indikator Kinerja Delivery Performance to Costumer Commit Date di Ae-PT.DI
dinamakan On Time Delivery
Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On
Time Delivery adalah yang mempunyai dokumen yang benar/akurat karena pada
saat produk dikirim dokumentasi harus akurat. Jika dokumentasi tidak lengkap
produk tidak akan dikirim.
Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On
Time Delivery adalah yang mempunyai kondisi produk yang sempurna, karena
sebelum pengiriman kualitas sudah diperiksa dan disetujui sehingga produk yang
dikirim adalah produk yang bagus.
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Agilitas (ketangkasan/kegesitan) rantai pasok adalah respon perusahaan dalam
menanggapi perubahan pasar untuk mendapatkan atau memelihara keunggulan
kompetitif.
Indikator kinerja SCOR untuk Fleksibilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu)
adalah jumlah hari yang diperlukan untuk mencapai peningkatan kuantitas
sebesar persentase tertentu yang tidak terencana dalam kuantitas yang dikirim.
Sedangkan untuk Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah
maksimum peningkatan persentase dalam kuantitas yang dikirim yang dapat
dicapai dalam jumlah hari tertentu.
Indikator Kinerja Fleksibilitas/Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas
dimodifikasi dengan menggunakan Available Capacity. Apabila terjadi
penambahan permintaaan pasar dilakukan perhitungan Available Capacity, jika
masih mencukupi, maka sistem rantai pasok perusahaaan masih mempunyai
agilitas yang baik terhadap penambahan permintaan pelanggan dan permintaan
penambahan pesanan tersebut akan diterima.
Dalam menentukan pesanan tersebut diterima atau tidak, ada 2 jenis Available
Capacity yang dihitung yaitu untuk Assembly yang kemudian dilanjutkan
perhitungan Available Fabrication Capacity.
110
Tabel IV.1. (Lanjutan)
SCOR
No.
Indikator Tingkat 1
Downside Supply
Chain Adaptability
4
Supply Chain
Management Cost
Cost of Goods Sold
Indikator Tingkat 2
Downside Source
Adaptability
Downside Make
Adaptability
Downside Deliver
Adaptability
Management Cost to
Plan
Management Cost to
Source
Management Cost to
Make
Management Cost to
Deliver
Management Cost to
Return
Cost to Make
Ae-PT.DI
Indikator Tingkat 1
Penyesuaian yang Dilakukan
Indikator Tingkat 2
Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Bawah (Hilir) adalah pengurangan
dalam kuantitas pesanan pada jumlah hari tertentu sebelum pengiriman
dengan tanpa kerugian persediaan atau biaya.
Di Ae-PT.DI pesanan tidak pernah dikurangi karena rate pesanan relatif
konstan sesuai kontrak, dan pengurangan kuantitas pesanan ini diatur
dalam persyaratan kontrak sehingga bila hal di atas terjadi tidak
merugikan masing-masing pihak. Oleh karena itu indikator ini
dihilangkan karena di Ae-PT.DI tidak pernah terjadi kasus pengurangan
pesanan.
Marketing and Sales
Expensess
Operating Expenses
General and
Administration
Expenses
Cost of Goods Sold
Rejection Rate of
Part/Component
Manufacturing
Production Efficiency
Biaya Manajemen Rantai Pasok di Ae-PT.DI sulit dipisahkan untuk
Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Indikator ini di Ae-PT.DI
dinamakan Operating Expenses, yang merupakan biaya pelayanan yang
terdiri dari biaya pemasaran dan penjualan serta biaya umum dan
administrasi.
Rejection Rate dimasukkan sebagai indikator kinerja tingkat 2 karena
hubungannya dengan biaya adalah banyak part/komponen yang harus
dilakukan perbaikan (rework) atau tidak dipakai (scrap) sehingga terjadi
pemborosan material, tenaga kerja, mesin dan waktu, serta keterlambatan
pengiriman untuk penggantian yang terjadi mengakibatkan Ae-PT.DI
dikenai denda oleh pelanggan. Production Efficiency ditambahkan juga
karena jika produksi efisien terjadi penghematan biaya.
111
Tabel IV.1. (Lanjutan)
No.
Indikator
Tingkat 1
SCOR
Indikator Tingkat 2
Ae-PT.DI
Indikator
Indikator Tingkat
Tingkat 1
2
Penyesuaian yang Dilakukan
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Cash-to-Cash
Cycle Time
5
Return on Supply
Chain Fixed
Assets
Return on
Working Capital
Days Sales Outstanding
Inventory Days of
Supply
Days Payable
Outstanding
Supply Chain Revenue
Cost of Goods Sold
Supply Chain Fixed
Assets
Supply Chain
Management Costs
Accounts Receivable
(Sales Outstanding)
Accounts Payable
(Payables Outstanding)
Inventory
Supply Chain
Managementt Costs
Supply Chain Revenue
Cost of Goods Sold
Cash-to-Cash
Cycle Time
Return on Supply
Chain Fixed
Assets
Return on
Working Capital
Days Sales
Outstanding
Inventory Days of
Supply
Days Payable
Outstanding
Supply Chain
Revenue
Cost of Goods Sold
Supply Chain Fixed
Assets
Operating
Expenses
Accounts
Receivable (Sales
Outstanding)
Accounts Payable
(Payables
Outstanding)
Inventory
Operating
Expenses
Supply Chain
Revenue
Cost of Goods Sold
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Ae-PT.DI Fixed Assets
Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses
Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
112
Usulan framework pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok
berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI digambarkan dalam gambar IV.4 di bawah ini.
Total Delivery
Perfect Order
Fulfillment
Reliability
Order Fulfillment Cycle
Time
Responsiveness
Available Capacity
Agility
On Time Delivery
Source Cycle Time
Make Cycle Time
Deliver Cycle Time
Available Assembly
Capacity
Available Fabrication
Capacity
Marketing and Sales
Expenses
General and
Administration
Expenses
Rejection Rate of
Part/ Component
Operating Expense
Supply Chain Costs
Cost of Goods Sold
Supply Chain
Performance
Production Efficiency
Days Sales
Outstanding
Supply Chain
Revenue
Cost of Goods Sold
Operating Expense
Supply Chain
Revenue
Cost of Goods Sold
Inventory Days
of Supply
Cash-to-Cash Cycle
Time
Days Payable
Outstanding
Net Income
Return on Supply
Chain Fixed Assets
Supply Chain Fixed
Assets
Net Income
Supply Chain Asset
Management
Operating Expense
Return on Working
Capital
Account Receivable
(Sales Outstanding)
Inventory
Working Capital
Account Payable
(Payable Outstanding)
Keterangan:
Atribut atau indikator kinerja
yang dilakukan pembobotan
Gambar IV.5. Framework model pengukuran kinerja sistem rantai pasok
Ae-PT.DI berbasis SCOR
113
IV.2.1 Model Matematis
Pada sub-bab ini akan dibangun model matematis yang dilakukan melalui tahapan
yang dimulai dari penentuan asumsi, notasi yang terdiri dari parameter dan
variabel dan dilanjutkan dengan langkah – langkah pembentukan model
matematis.
IV.2.1.1 Asumsi Model
Asumsi yang digunakan adalah:
1. Pengaruh indikator kinerja (variabel) bersifat satu arah, yaitu dari tingkat yang
di bawah ke tingkat di atasnya dan tidak ada pengaruh di antara indikator
kinerja dalam satu tingkat (independen).
2. Tidak ada pengaruh inflasi pada nilai dari data keuangan sehingga jika terjadi
peningkatan biaya disebabkan oleh peningkatan biaya dari Ae-PT.DI sendiri.
IV.2.1.2 Notasi (Parameter, Variabel)
Notasi parameter yang digunakan untuk mengembangkan model:
Tabel IV.2 Parameter yang Digunakan dalam Model
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Deskripsi
Bobot Reliability terhadap Supply Chain Performance
Bobot Responsiveness terhadap Supply Chain Performance
Bobot Agility terhadap Supply Chain Performance
Bobot Supply Chain Costs terhadap Supply Chain Performance
Bobot Supply Chain Asset Management terhadap Supply Chain
Performance
Bobot Cash-to-Cash Cycle Time terhadap Supply Chain Asset
Management
Bobot Return on Supply Chain Fixed Assets terhadap Supply Chain
Asset Management
Bobot Return on Working Capital terhadap Supply Chain Asset
Management
Bobot Total Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment
Bobot On Time Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment
Bobot Available Assembly Capacity terhadap Available Capacity
Bobot Available Fabrication Capacity terhadap Available Capacity
Bobot Rejection Rate of Part/Component Manufacturing terhadap Cost
of Goods Sold
Bobot Production Efficiency terhadap Cost of Goods Sold
Notasi
a1
a2
a3
a4
a5
b1
b2
b3
c1
c2
d1
d2
e1
e2
114
Notasi yang digunakan untuk menjelaskan variabel dalam model matematis:
Tabel IV.3 Variabel yang Digunakan dalam Model
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Deskripsi
Supply Chain Performance
Reliability
Responsiveness
Agility
Supply Chain Costs
Supply Chain Asset Management
Perfect Order Fulfillment
Order Fulfillment Cycle Time
Available Capacity
Operating Expenses
Cost of Goods Sold
Cash-to-Cash Cycle Time
Return on Supply Chain Fixed Assets
Return on Working Capital
Total Delivery
On Time Delivery
Source Cycle Time
Make Cycle Time
Deliver Cycle Time
Available Assembly Capacity
Available Fabrication Capacity
Marketing and Sales Expenses
General and Administration Expenses
Rejection Rate of Part/Component Manufacturing
Production Efficiency
Days Sales Outstanding
Inventory Days of Supply
Days Payable Outstanding
Supply Chain Revenue
Supply Chain Fixed Assets
Accounts Receivable
Accounts Payable
Inventory
Notasi
F
RL
RS
AG
CO
AM
RL1
RS1
AG1
CO11
CO12
AM11
AM12
AM13
RL21
RL22
RS21
RS22
RS23
AG21
AG22
CO21
CO22
CO23
CO24
AM21
AM22
AM23
AM24
AM25
AM26
AM27
AM28
IV.2.1.3 Langkah-langkah Pembentukan Model Matematis
Dari framework pengembangan pengukuran kinerja sistem rantai pasok pada
gambar IV.4 dibuat model matematisnya dengan langkah – langkah sebagai
berikut:
115
1. Menentukan performansi rantai pasok.
Supply Chain Performance (F) merupakan fungsi dari atributnya yaitu
Reliability (RL), Responsiveness (RS), Agility (AG), Supply Chain Costs (CO)
dan Supply Chain Asset Management (AM) yang ditentukan dengan
menggunakan bobot (a) untuk menentukan derajat kepentingannya.
F = f(RL, RS, AG, CO, AM)
.... (IV.1)
F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM)
.... (IV.2)
2. Menentukan performansi atribut dan indikator kinerja tingkat 1.
a. Menentukan Reliability
Reliability (RL) = Perfect Order Fulfillment (RL1)
RL = RL1
•
.... (IV.3)
Perfect Order Fulfillment (RL1) = (bobot (c1) x Total Delivery (RL21))
+ (bobot (c2) x On Time Delivery (RL22))
RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22)
.... (IV.4)
b. Menentukan Responsiveness
Responsiveness (RS) = Order Fulfillment Cycle Time (RS1)
RS = RS1
•
.... (IV.5)
Order Fulfillment Cycle Time (RS1) = Source Cycle Time (RS21) +
Make Cycle Time (RS22) + Deliver Cycle Time (RS23)
RS1 = RS21 + RS22 + RS23
…. (IV.6)
c. Menentukan Agility
Agility (AG) = Available Capacity (AG1)
AG = AG1
•
.... (IV.7)
Available Capacity (AG1) = (bobot (d1) x Available Assembly Capacity
(AG21)) + (bobot (d2) x Available Fabrication Capacity (AG22))
AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22)
.... (IV.8)
116
d. Menentukan Supply Chain Costs
Costs (CO) = Operating Expenses (CO11) + Cost of Goods Sold (CO12)
CO = CO11 + CO12
•
.... (IV.9)
Operating Expenses (CO11) = Marketing and Sales Expenses (CO21) +
General and Adiministration Expenses (CO22)
CO11 = CO21 + CO22
•
....( IV.10)
Cost of Goods Sold (CO12) = (bobot (e1) x Rejection Rate of
Part/Component Manufacturing (CO23)) + (bobot (e2) x Production
Efficiency (CO24))
CO12 = (e1 x CO23) + (e2 x CO24)
....( IV.11)
e. Menentukan Supply Chain Asset Management
Asset (AM) = (bobot (b1) x Cash-to-Cash Cycle Time (AM11)) + (bobot
(b2) x Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12)) + (bobot (b3) x Return
on Working Capital (AM13))
AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13)
•
.... (IV.12)
Cash-to-Cash Cycle Time (AM11) = Days Sales Outstanding (AM21) +
Inventory Days of Supply (AM22) - Days Payable Outstanding (AM23)
AM11 = AM21 + AM22 - AM23
•
.... (IV.13)
Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12) = (Supply Chain Revenue
(AM24) - Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) :
Supply Chain Fixed Assets (AM25)
AM12 = (AM24 - CO12 – CO11) : AM25
•
.... (IV.14)
Return on Working Capital (AM13) = (Supply Chain Revenue (AM24))
- Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) : (Accounts
Receivable (AM26) + Inventory (AM28) - Accounts Payable (AM27))
AM13 = (AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27)
.... (IV.15)
3. Indikator kinerja tingkat 2 memiliki satuan yang berbeda-beda, oleh karena
itu, diperlukan penyetaraan satuan dengan mengubah indikator kinerja tingkat
1 menjadi rasio (%) agar terdapat persamaan dimensi pada model matematis
dimana atribut akan mengikuti menjadi rasio dan supply chain performance
117
juga dinyatakan dalam %. Indikator kinerja tingkat 2 tetap pada satuan semula
karena merupakan variabel yang dicari nilainya melalui pengumpulan data.
Selain itu perlu dilakukan normalisasi agar terdapat interpretasi yang sama
untuk keseluruhan indikator kinerja maupun atribut agar nilai yang diperoleh
semakin besar maka supply chain performance akan semakin baik yaitu
dengan menggunakan rumus 1/x dimana x adalah indikator kinerja tingkat 1
yang dinormalisasi.
Tabel IV.4 Normalisasi Indikator Kinerja Tingkat 1
No.
Atribut
1.
Reliability
2.
Responsiveness
3.
Agility
Indikator
Tingkat 1
Perfect Order
Fulfillment
Order
Fulfillment
Cycle Time
Available
Capacity
Operating
Expenses
4.
Supply
Costs
Chain
Cost of Goods
Sold
Indikator
Tingkat 2
Normalisasi
Total Delivery
On Time
Delivery
Source Cycle
Time
Make Cycle Time
Deliver Cycle
Time
-
Satuan
Indikator
Tingkat 1
%
%
Order Fulfillment Cycle Time =
1
x 100 %
{(Source Cycle Time +
Make Cycle Time +
Deliver Cycle Time) :
Standard Order Fulfillment
Cycle Time}
-
Available
Assembly
Capacity
Available
Fabrication
Capacity
Marketing and Operating Expenses =
Sales Expenses
1
%
%
%
%
x 100 %,
General
and {(Marketing and Sales Expenses +
General and Administration Expenses)
Administration
: Sales}
Expenses
dimana Operating Expenses : Sales
merupakan rumus Operating Expenses
Ratio (Willis, 2003).
Rejection Rate of
1
Part/ Component
Rejection Rate of Part/Component
Production
Efficiency
%
%
118
Tabel IV.4 (Lanjutan)
No.
Atribut
Indikator
Tingkat 1
Cash-to-Cash
Cycle Time
Return on
Supply Chain
Fixed
Assets
5.
Supply Chain
Asset
Management
Return on
Working Capital
Indikator
Tingkat 2
Normalisasi
Days Sales
Outstanding
Inventory Days
of Supply
Days Payable
Outstanding
Supply Chain
Revenue
Cost of Goods
Sold
Supply Chain
Fixed Assets
Operating
Expenses
Accounts
Receivable
(Sales
Outstanding)
Accounts
Payable
(Payables
Outstanding)
Inventory
Operating
Expenses
Supply Chain
Revenue
Cost of Goods
Sold
Satuan
Indikator
Tingkat 1
Cash-to-Cash Cycle Time =
1
x 100 %
{(Days Sales Outstanding
+ Inventory Days of Supply
- Days Payable Outstanding) :
Standard Cash-to-Cash Cycle Time}
%
%
-
%
-
4.2.1.4 Formulasi Model Matematis
Dari persamaan (V.1) sampai (V.15) serta tabel IV.4, maka model matematisnya
adalah sebagai berikut:
a. Indikator Kinerja Tingkat 1
RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22)
RS1 =
1
(RS21 + RS22 + RS23) : Waktu Standar Siklus Pemenuhan Pesanan
AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22)
CO11 =
1
x 100%
{(CO21 + CO22) : Sales}
CO12 = (e1 x 1/CO23) + (e2 x CO24)
x 100 %
119
AM11 =
1
x 100 %
{(AM21 + AM22 - AM23) : Waktu Standar Siklus Kas-ke-Kas}
AM12 = {(AM24 - CO12 – CO11) : AM25} x 100 %
AM13 = {(AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27)} x 100 %
b. Atribut
RL = RL1
RS = RS1
AG = AG1
CO = CO11 + CO12
AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13)
c. Supply Chain Performance
F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM)
IV.2.2 Menghitung Bobot dengan AHP
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dihitung nilai bobot yang ada dengan
menggunakan pairwise comparison pada metode AHP seperti yang telah
dijelaskan pada sub-bab II.6 dan diselesaikan dengan menggunakan software
expert choice.
Download