PENGARUH SEDUHAN BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA L.) TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS Karya Tulis Ilmiah Diajukan Kepada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Keperawatan Gigi Oleh: NITA VIATURROHMAH P 17425212047 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN GIGI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN GIGI 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans”. Penulis telah mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App, Sc, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang. 2. Ibu Tri Wiyatini, SKM.Kes.Epid selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang. 3. Bapak Salikun, S.Pd, M.Kes selaku Ketua prodi DIV Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang. 4. Bapak Muh.Irfani,S.ST selaku dosen pembimbing I dan Bapak drg.Iman Supardan, M.Kes selaku dosen pembimbing II Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Bapak Prasko, S.Si.T, M.H selaku penguji yang telah memberikan evaluasi dan masukan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Ibu Yodong, S.ST, M.HKes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan doa, semangat dan saran serta arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang serta tenaga laboratorium yang telah memberikan tempat dan bimbingan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Semarang. 9. Kedua orang tua tercinta Bapak Aminudin dan Ibu Tuti Hidayati, atas doa restu, kasih sayang dan selalu mememberikan segala yang terbaik kepada ku. 10. Kakak dan Adik tercinta Puji Listiyani, S.Pd dan Hilda Lusi Liyantafinga yang telah memberikan doa serta dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Dani, Majod, Ayu’, Bu Lur, Upil, Kechil, Kopet, Firjatull, Mb’ Nov, dan Betty keluarga dari kelompok tiga yang selalu dihati, terimakasih untuk kebersamaan, doa dan support selama ini. 12. Teman-teman seperjuangan di Kelas C, dan semua orang yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Besar harapan penulis agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin. Semarang, 25 Mei 2015 Viaturrohmah, N., 2015. “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans” Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Jurusan Keperawatan Gigi. Pembimbing: Muh.Irfani,S.ST; drg.Iman Supardan, M.Kes. INTISARI Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol, saponin dan tannin, yang termasuk golongan flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011). Bunga rosella juga mengandung pektin (Mardiah, dkk, 2009). Chansiripornchai, dkk (2005) menyebutkan bahwa pektin memiliki kemampuan antibakteri (Imansyah, 2013). Kandungan penting lainnya yaitu antosianin yang memiliki kemampuan membunuh bakteri (Mardiah, dkk, 2009; Miranti, dkk, 2013). Hasil penelitian membuktikan bahwa komponen-komponen kimia alami yang terdapat pada bunga rosella memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit (Mardiah, dkk, 2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh seduhan bunga rosella 50%, 75%, dan 100% terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental research dengan desain penelitian True Experimental Design. Rancangan yang dilakukan adalah post test dengan kelompok kontrol (Posttest Only Control Group Design). Variabel pengaruh yaitu seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%, sedangkan variabel terpengaruhnya adalah daya hambat bakteri Streptococcus mutans. Metode analisa data menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Skala pengukuran variabel pengaruh menggunakan skala nominal sedangkan variabel terpengaruhnya menggunakan skala interval. Teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan observasi terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total dari ketiga pengulangan tersebut adalah seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50% mempunyai rata-rata total daya hambat sebesar 22,0 mm, konsentrasi 75% sebesar 23,2 mm, dan konsentrasi 100% sebesar 27,6 mm. Sedangkan natrium fisiologis 0,9% sebagai kelompok kontrol tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Kesimpulan hasil penelitian bahwa seduhan bunga rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan efektivitas kuat. Kata Kunci: Bunga Rosella, Streptococcus mutans. DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ................................................................................... LEMBARPERSETUJUAN ...................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................. INTISARI ................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ i ii iii iv v vii viii ix x xi BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... A. Latar Belakang ............................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 1. Tujuan Umum ....................................................................... 2. Tujuan Khusus ....................................................................... D. Manfaat Penelitian ....................................................................... E. Penjelasan Keaslian Penelitian ..................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. A. Landasan Teori ............................................................................. B. Kerangka Teori ............................................................................. C. Kerangka Konsep ......................................................................... D. Pertanyaan Penelitian ................................................................... BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... A. Rancangan Penelitian ................................................................. B. Variabel Penelitian ..................................................................... C. Definisi Operasional .................................................................. D. Populasi dan Sampel .................................................................. E. Alat dan Bahan ........................................................................... F. Instrumen Penelitian .................................................................. G. Jalannya Penelitian ..................................................................... H. Alur Penelitian ........................................................................... I. Metode Analisa Data .................................................................. J. Jadwal penelitian ........................................................................ BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ A. Hasil Penelitian ............................................................................ B. Pembahasan .................................................................................. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... A. Kesimpulan .................................................................................. B. Saran ............................................................................................. 1 1 4 4 4 4 4 6 8 8 18 19 19 20 20 21 22 28 28 30 30 38 39 39 40 40 43 46 46 47 DAFTAR RUJUKAN .............................................................................. LAMPIRAN ............................................................................................. RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 48 52 67 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Tabel Penjelasan Keaslian Tulisan ............................................ 6 2.1 Tabel Kandungan Rosella .......................................................... 11 3.1 Tabel Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri ....... 27 3.2 Tabel Alat yang dibutuhkan dan Fugsinya ................................ 28 3.3 Tabel Bahan yang dibutuhkan ................................................... 30 4.1 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan Konsentrasi 50% ........................................................................ 40 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan Konsentrasi 75% ........................................................................ 41 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan Konsentrasi 100% ...................................................................... 41 4.2 4.3 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Gambar Bunga Rosella .............................................................. 9 2.2 Gambar Bakteri Streptococcuc mutans ...................................... 15 4.1 Gambar Rata-Rata Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan Konsentrasi 50%, 75%, dan 100% ................................ 42 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Lampiran Jadwal Pelaksanaan penelitian .................................. 52 2 Lampiran Permohonan Ijin Penelitian ....................................... 53 3 Lampiran Surat Ijin Penelitian ................................................... 54 4 Lampiran Laporan Penelitian ..................................................... 55 5 Lampiran Surat Keterangan ....................................................... 56 6 Lampiran Hasil Penelitian .......................................................... 57 7 Lampiran Checklist Observasi Alat ........................................... 58 8 Lampiran Checklist Observasi Bahan ........................................ 59 9 Lampiran Checklist Observasi Pembuatan PCA ....................... 60 10 Lampiran Checklist Observasi Pembuatan Suspensi Bakteri .... 61 11 Lampiran Checklist Observasi Seduhan Bunga Rosella ............ 62 12 Lampiran Checklist Observasi Teknik Pengaplikasian ............. 63 13 Lampiran Dokumentasi Penelitian ............................................. 64 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya-upaya kesehatan tersebut meliputi setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan/atau masyarakat (UU Kesehatan No.36 Tahun 2009). Kesehatan yang meliputi kesehatan fisik, sosial, dan mental, dimana kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan fisik. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan (UU Kesehatan No.36 Tahun 2009). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun 2013, sebanyak 25,9 persen penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Sedangkan prevalensi nasional Indeks DMF-T adalah 4,6 dengan nilai masing-masing D-T = 1,6, M-T = 2,9 dan F-T = 0,08 (Kemenkes RI, 2013). Karies gigi atau gigi berlubang adalah perusakan gigi setempat yang disebabkan oleh kerja bakteri (Pelczar, dkk, 2008). Sedangkan salah satu bakteri penyebab gigi berlubang adalah Streptococcus mutans. Jika tidak dirawat, proses terjadinya gigi berlubang ini akan terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam (Pratiwi, 2007). Pencegahan karies gigi dengan penggunaan agen antibakteri masih menjadi pilihan utama karena terjadinya karies gigi sangat berkaitan dengan adanya bakteri. Agen antibakteri yang kurang efektif, adanya kekebalan terhadap agen antibakteri, munculnya berbagai efek samping yang tidak diinginkan pada gigi, membuat peneliti terus melakukan penelitian untuk mencari obat baru dan lebih menarik dengan pemanfaatan bahan alami. Pengembangan bahan alami diharapkan memiliki kemampuan yang lebih efektif sebagai agen antibakteri serta dalam berbagai pengobatan penyakit lainnya, khususnya untuk mencegah dan mengatasi penyakit karies gigi (Singh, dkk, 2007). Menurut Patrick (2002), salah satu bagian dari tumbuhan yang dalam penelitian pengobatan tradisional terus meningkat dalam beberapa kali yaitu bunga (Ramya, dkk, 2008). Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu bunga yang sekarang banyak dikonsumsi masyarakat. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman hias dari keluarga sejenis kembang sepatu. Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis maupun subtropis dan dikenal sebagai teh herbal. Saat ini rosella menjadi begitu populer. Hampir disetiap pameran tanaman obat, nama rosella selalu diperkenalkan. Rosella memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat memberikan banyak manfaat (Mardiah, dkk, 2009). Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Bagian tanaman yang berkhasiat adalah bunga. Penggunaan bunga rosella di masyarakat yaitu sebagai sediaan teh dengan cara diseduh dengan air panas. Seduhan bunga rosella memiliki efek memperlancar buang air besar. Bunga rosella banyak digunakan untuk mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan flu, dan rasa tidak enak diperut. Rosella digunakan untuk mengatasi bisul dan radang pada kulit, luka bakar, sariawan, dan infeksi herpes zoster (BPOM RI, 2010). Rosella juga diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi, dan antidiabetes (Mardiah, dkk, 2009). Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol, saponin dan tannin, yang termasuk golongan flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011). Bunga rosella juga mengandung pektin (Mardiah, dkk, 2009). Chansiripornchai, dkk (2005) menyebutkan bahwa pektin memiliki kemampuan antibakteri (Imansyah, 2013). Kandungan penting lainnya yaitu antosianin yang memiliki kemampuan membunuh bakteri (Mardiah, dkk, 2009; Miranti, dkk, 2013). Hasil penelitian membuktikan bahwa komponen-komponen kimia alami yang terdapat pada bunga rosella memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit (Mardiah, dkk, 2009). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis terdorong melakukan penelitian tentang pengaruh seduhan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul pertanyaan “Apakah ada pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui daya hambat seduhan bunga rosella 50% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. b. Mengetahui daya hambat seduhan bunga rosella 75% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. c. Mengetahui daya hambat seduhan bunga rosella 100% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang berkaitan dengan pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademik Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi bagi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang tentang pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang berkaitan dengan pengaruh seduhan bunga rosella terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. b. Bagi Peneliti Menambah wawasan, informasi, pengetahuan tentang obatobatan tradisional khusunya manfaat rosella bagi kesehatan gigi dan mulut, serta memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah. c. Bagi Masyarakat Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai kegunaan tanaman tradisional khususnya rosella sebagai penghambat bakteri patogen penyebab gigi berlubang. BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) a. Deskripsi Tanaman Bunga Rosella Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tumbuhan semak umur satu tahun, tinggi tumbuhan mencapai 2,4 m. Batang berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu, daun berseling 3 − 5 helai dengan panjang 7,5 − 12,5 cm berwarna hijau, ibu tulang daun kemerahan, tangkai daun pendek. Helaian daun yang yang terletak dibagian pangkal batang tidak berbagi, bentuk daun bulat telur, tangkai daun pendek. Daun-daun dibagian cabang dan ujung batang berbagi, menjadi 3 toreh, lebar toreh daun 2,5 cm, tepi daun berringgit, daun penumpu bentuk benang, panjang tangkai daun 0,3 − 12 cm, hijau hingga merah, pangkal daun meruncing, tepi daun berringgit, pangkal daun tumpul hingga meruncing, sedikit berrambut (BPOM RI, 2010). Bunga tunggal, kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, tangkai bunga berukuran 5 − 20 mm, kelopak bunga berlekatan, tidak gugur, tetap mendukung buah, berbentuk lonceng, mahkota bunga berlepasan, berjumlah 5 petai, mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik, warna kuning, kuning kemerahan, benang sari terletak pada suatu kolom pendukung benang sari, panjang kolom pendukung benang sari sampai 20 mm, kepala sari berwarna merah, panjang tangkai sari 1 mm, tangkai putik berada di dalam kolom pendukung benang sari, jumlah kepala putik 5 buah, warna merah. Buah kapsul berbentuk bulat telur, ukuran buah 13 − 22 mm x 11 − 20 mm, tiap buah berisi 30 − 40 biji. Ukuran biji 3 − 5 mm x 2 − 4 mm, warna coklat kemerahan (BPOM RI, 2010). Gambar bunga rosella dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Bunga Rosella (Marcia, 2013) b. Klasifikasi Tanaman Bunga Rosella Tanaman bunga rosella diklasifikasikan sebagai berikut: (Mardiah, dkk, 2009) Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Malvaceae Famili : Malvaceae Genus : Hibiscus Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn (sinonim: Hibiscus digitatus Cav.) Varietas : Hibiscus sabdariffa var.sabdariffa L. Hibiscus sabdariffa var.ultissima Wester c. Nama Lain Rosella Nama lain dari bunga rosella di beberapa Negara dapat dilihat sebagai berikut: (Mardiah, dkk, 2009) Australia : rosella atau buah rosella India : mestha atau chin baung Myanmar : krajeb Malaysia : asam paya atau asam susur Indonesia : rosella, asam paya, asam susur, dan frambozen Kepulauan Karibia dan Jamaika : sorrel Namibia : omutete Mesir, Sudan, Arab Saudi : karkade Perancis : oseille rouge, oseille de guinee, atau l’oiselle Cina : luo shen hua d. Kandungan Bunga Rosella Komposisi kimia bagian-bagian tanaman (bunga, daun, dan biji) rosella disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Tabel Kandungan Rosella per 100 gr Komposisi Bunga Daun Biji 49 43 0 Kalori (kalori) 84,5 86,2 12,9 Air (%) 1,145 1,7 – 3,2 3,29 Protein (gram) 2,61, 1,1 0 Lemak (gram) 12,3 10 0 Karbohidrat (%) 12 0 0 Serat (gram) 6,9 1 0 Abu (gram) 1,263 180 0 Ca (mg) 273,2 40 0 P (mg) 8,98 5,4 0 Fe (mg) 0,029 4135 0 Karoten (mg) 6,7 0 0 Asam askorbat (mg) 0,277 0 0 Riboflavin (mg) 0,82 0 0 Fruktosa (%) 0,24 0 0 Sukrosa (%) 3,31 1,25 0 Asam malat (%) 0,117 0 0 Titiamin (mg) 3,765 0 0 Niasin (%) 0 0 16,8 Lemak biji (%) 0 0 16,8 Selulosa (%) 0 0 15,8 Pentosa (%) 0 0 11,1 Pati (%) (Mardiah, dkk, 2009) Kandungan lain dalam bunga rosella yaitu zat besi mencapai 8,89 mg/100 gr, kandungan vitamin A dan vitamin C rosella cukup tinggi dibandingkan buah-buahan lainnya. Kandungan vitamin A dan vitamin C masing-masing 113,46 mg dan 214,68 mg/100 gr. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino, 18 diantaranya terpenuhi dari bunga rosella (Mardiah, dkk, 2009). Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol, saponin dan tannin, yang termasuk golongan flavonoid (Ratnasari, dkk, 2014). Bunga rosella juga mengandung pektin dan antosianin (Mardiah, dkk, 2009). e. Manfaat Bunga Rosella Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa komponenkomponen kimia alami yang terdapat pada bunga rosella memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit (Mardiah, dkk, 2009). Seduhan bunga rosella dimanfaatkan dalam bidang kesehatan untuk memperlancar buang air besar. Bunga rosella banyak digunakan untuk mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan flu, dan rasa tidak enak diperut. Rosella digunakan untuk mengatasi bisul dan radang pada kulit, luka bakar, sariawan, dan infeksi herpes zoster (BPOM RI, 2010). Rosella juga diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi, dan antidiabetes (Mardiah, dkk, 2009). Bunga rosella diketahui memiliki efek antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011). 2. Bakteri a. Pengertian Bakteri Istilah bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Istilah bakteri ini sekarang banyak dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada kecualinya), berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1987). b. Morfologi Bakteri Bentuk morfologi bakteri dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (Adam, 1992) 1) Bentuk basil (basillus) yaitu bentuk bakteri seperti tongkat pendek, agak silindris. 2) Bentuk coccus (bulat) yaitu bentuk bakteri seperti bola-bola kecil. 3) Bentuk spiril (spiral) yaitu bakteri yang berbentuk seperti spiral, atau panjang berbengkok-bengkok. Bakteri dapat diperoleh dari mana-mana, misal dari rongga mulut, dari sela-sela gigi, dari tanah yang banyak sampah-sampah, dari sisa-sisa makanan yang sudah basi (Dwidjoseputro, 1987). c. Bakteri Streptococcus Streptococcus adalah patogen yang penting karena banyak infeksi hebat yang disebabkan oleh bakteri ini. Sifat organisme ini yang sangat khas ialah penampilannya. Organisme ini lebih kurang berbentuk bulat yang tumbuh sebagai rantai. Organisme ini membelah hanya pada satu arah, tetapi belahan itu bukannya menjadi masing-masing kokus melainkan masih mempunyai kecenderungan untuk tetap bersama dan membentuk rantai kokus. Panjangnya rantai yang mungkin dapat dilihat ketika mewarnai organisme sampai batas tertentu ini bergantung kepada apakah organisme itu ditumbuhkan pada media padat atau cair dan bagaimana kira-kira organisme itu ditangani dalam proses pembuatan olesan. Rantai terpanjang terlihat pada preparat basah biakan cair. Streptococcus adalah semuanya gram positif dan tidak bergerak (Volk dan Wheeler, 1990). d. Bakteri Streptococcus mutans 1. Pengertian Streptococcus mutans Streptococccus mutans termasuk anggota floral normal rongga mulut (Jawetz, dkk, 1996). Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak bergerak), dan dapat hidup secara anaerob fakultatif (Roeslan, 1992). 2. Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus mutans Mikroorganisme ini berbentuk bulat, atau lonjong dengan koloninya berpasangan atau berantai, dan tidak berspora. Bakteri ini dalam perbenihan cair membentuk rantai panjang (Roeslan, 1992). Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18°C − 40°C. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Nugraha, 2008). Streptococcus mutans ini mempunyai suatu enzim yang disebut glukosil transferase di atas permukaannya yang dapat menyebabkan polimerisasi glukosa dan sukrosa dengan pelepasan fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air (Nugraha, 2008). Hal ini dimanfaatkan oleh Streptococcus mutans untuk berkembang dan membentuk plak pada gigi. Enzim yang sama melanjutkan untuk menambah banyak molekul glukosa ke satu sama lain untuk membentuk dextran yang mana memiliki struktur yang sangat mirip dengan amylase dalam tajin. Dextran bersama dengan bakteri melekat erat pada enamel gigi dan menuju ke pembentukan plak gigi. Hal ini merupakan tahap dari pembentukan atau lubang pada gigi (Nugraha, 2008). Gambar 2.2 Bakteri Streptococcus mutans (Todar, 2008) Berikut ini adalah klasifikasi dari bakteri Streptococcus mutans: (Nugraha, 2008) Kingdom : Monera Divisio : Firmicutes Class : Bacilli Order : Lactobacilalles Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Species : Streptococcus mutans 3. Hubungan Bunga Rosella Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol, saponin dan tannin, yang termasuk golongan flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011). Menurut Braughler, dkk (1986), fenol atau polifenol berfungsi sebagai antibakteri dengan cara mengubah protein sel dan merusak membran plasma bakteri (Anokwuru, dkk, 2011). Menurut Robinson (1995), tannin bersifat sebagai antibakteri dengan membentuk ikatan yang stabil dengan protein sehingga terjadi koagulasi protoplasma (Miranti, dkk, 2013). Morrisey dan Osbourn (1999), menjelaskan bahwa saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membrane sterol. Efek utama saponin adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel, sehingga menyebabkan pori-pori pembentukan dan hilangnya integritas membran (Turk, 2006). Menurut Taylor, dkk (2005), flavonoid berinteraksi dengan protein membran yang menyebabkan peningkatan permeabilitas membran bakteri (Upadhyay, dkk, 2014). Menurut Neu, dkk (1992), bunga rosella juga mengandung pektin yang berfungsi mengikat dan mengganggu sel bakteri sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Imansyah, 2013). Kandungan penting lainnya yaitu antosianin yang memiliki kemampuan membunuh bakteri (Mardiah, dkk, 2009; Miranti, dkk, 2013). Somaatmadja, dkk (1963), menyebutkan bahwa antosianin dapat menginhibisi oksidasi glukosa dan mengikat zat besi yang dibutuhkan oleh bakteri sehingga menghambat metabolisme dari bakteri (Rhodes, 2004). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bunga rosella merupakan tumbuhan semak yang termasuk dalam genus Hibiscus dengan spesies berbeda yang memiliki sifat bakteriostatis. Menurut Pelczar, dkk (2008), bakteriostatis adalah suatu keadan yang menghambat pertumbuhan bakteri. D. Kerangka Konsep Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh Seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, 100% Variabel Terkendali Daya hambat bakteri Streptococcus mutans Variabel Tak Terkendali a. Media kultur PCA b. Waktu inkubasi 1x24 jam c. Suhu inkubasi 37°C d. Konsentrasi larutan 50%, 75%, dan 100% e. Suspensi bakteri Jumlah bakteri Streptococcus mutans Keterangan : Diteliti Tidak Diteliti E. Pertanyaan Penelitian “Apakah ada pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ?” BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental research atau percobaan dengan desain penelitian True Experimental Design (rancanganrancangan eksperimen sungguhan). Menurut Notoadmodjo (2010) desain ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi atau mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompok kontrol). Penelitian ini membandingkan keadaan bakteri Streptococcus mutans sesudah diberi seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100%. Rancangan yang dilakukan adalah post test dengan kelompok kontrol (Posttest Only Control Group Design). Penelitian ini tidak diadakan pretest (Notoatmodjo, 2010). Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah Natrium Fisiologis 0,9%. Rancangan ini dapat digambarkan model rancangan sebagai berikut: Eksperimen E K Keterangan: Postest X1 0-A X2 0-B X3 0-C 0-D E : Eksperimen. K : Kelompok kontrol. (X1, X2, X3) : Perlakuan dengan pengujian seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. (0-A, 0-B, 0-C) : Pengamatan dan pengukuran radius area daya hambat bakteri. B. Variabel Penelitian 1. Variabel pengaruh Seduhan bunga rosella konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. 2. Variabel terpengaruh Daya hambat bakteri Streptococcus mutans. 3. 4. Variabel terkendali a. Waktu kultur PCA. b. Waktu inkubasi 1x24 jam. c. Suhu inkubasi 37°C. d. Konsentrasi seduhan 50%, 75%, dan 100%. e. Suspensi bakteri Variabel tak terkendali Jumlah bakteri Streptococcus mutans. C. Definisi Operasional 1. Variabel Pengaruh a. Pengertian Seduhan Bunga Rosella Bunga terdiri dari kelopak, mahkota, benangsari dengan serbuk sari, putik, bakal biji, dasar bunga dan tangkai buah (Ratnasari, 2007). Bagian bunga rosella yang digunakan yaitu kelopak bunga rosella yang telah kering. Kelopak kering bunga rosella didapat dengan membeli di pasar. Menyeduh berarti menyiram atau mencampurkan sesuatu dengan air panas (Setiawan, 2014). Seduhan rosella adalah kelopak bunga rosella kering yang diseduh dengan air panas kemudian didiamkan (Wibowo,2009). b. Cara Pembuatan Seduhan Bunga Rosella Cara membuat seduhan bunga rosella adalah dengan cara menghaluskan bunga rosella kering menggunakan blender hingga menjadi bubuk. Langkah selanjutnya, mendidihkan aquades. Kelopak kering rosella yang telah menjadi bubuk diseduh dengan aquades yang telah mendidih kemudian diaduk. Pada penelitian ini digunakan pelarut aquades dalam seduhan bunga rosella karena menurut penelitian Anokwuru, dkk (2011), bunga rosella dengan pelarut aquades dapat mengoksidasi lipid lebih banyak dibanding dengan menggunakan pelarut selain aquades. Seduhan dibiarkan selama 3 menit untuk terjadinya ekstraksi kandungan yang lengkap (Tsai, dkk, 2002). Langkah selanjutnya, seduhan difiltrasi menggunakan kain flanel steril dan diletakkan didalam beaker glass. Skala pengukuran variabel pengaruh penelitian ini menggunakan skala pengukuran nominal. Cara pembuatan konsentrasi seduhan bunga rosella menggunakan rumus: Persen berat per volume ( gr zat terlarut = ( b v) x b v) zat terlarut x 100 larutan larutan 100 (Yazid, 2005) Keterangan: Zat terlarut : bubuk bunga rosella Larutan : aquades yang telah dididihkan Seduhan bunga rosella yang digunakan adalah seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%, sehingga: 1) Konsentrasi 50% gr zat terlarut = 50 x 50 ml 100 = 25 gr Jadi, 25 gr bubuk bunga rosella diseduh dalam 50 ml aquades yang telah dididihkan. 2) Konsentrasi 75% gr zat terlarut = 75 x 50 ml 100 = 37,5 gr Jadi, 37,5 gr bubuk bunga rosella diseduh dalam 50 ml aquades yang telah dididihkan. 3) Konsentrasi 100% gr zat terlarut = 100 x 50 ml 100 = 50 gr Jadi, 50 gr bubuk bunga rosella diseduh dalam 50 ml aquades yang telah dididihkan. Penelitian ini menggunakan teknik seduhan yaitu hasil dari campuran sesuatu dengan air panas. Pada penelitian ini yang digunakan adalah bunga rosella kering dicampurkan dengan aquades yang telah dididihkan. Sehingga, pada konsentrasi 100% tetap diperlukan penambahan aquades. 2. Variabel Terpengaruh Variabel terpengaruh penelitian ini adalah daya hambat bakteri Streptococcus mutans. Pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans adalah bakteri Streptococcus mutans yang ditumbuhkan pada satu media agar. Cara penentuan sensitivitas mikroorganisme ini menggunakan Metode Cakram KIRBY-BAUER untuk menetapkan kerentanan organisme (bakteri Streptococcus mutans) terhadap antibiotik (seduhan bunga rosella) dengan menginokulasi media agar dengan biakan Streptococcus mutans dan membiarkan seduhan bunga rosella berdifusi ke media agar. Cara mengukur pertumbuhan bakteri adalah dengan mengukur daerah bebas bakteri yang disebut daerah oligodinamik (blank zone) yang tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram kertas saring/paper disk. Diameter zona diukur dengan jangka sorong (Harmita dan Radji, 2008) Uji ini dilakukan pada permukaan media padat yaitu 1 ml suspensi bakteri Streptococcus mutans dituangkan di media PCA kemudian diberi paper disk steril yang sebelumnya telah dicelupkan dalam seduhan bunga rosella konsentrasi 50%, 75%, dan 100% setelah itu diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu , dilihat diameter zona penghambatnya atau oligodinamik (blank zone) cawan petri, kemudian diukur menggunakan jangka sorong (mm). Diameter zona penghambat merupakan pengukuran Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) untuk menentukan konsentrasi terendah suatu zat yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Harmita dan Radji, 2008). Skala pengukurannya menggunakan skala pengukuran interval. Skema pengukuran penelitian adalah sebagai berikut: Daerah Pertumbuhan Bakteri Oligodinamik Paper Disk Cawan Petri Gambar 3.1 Cawan Petri yang Terdiri dari 4 Paper Disk (Dwidjoseputro, 1987) A B C D Gambar 3.2 Pengukuran Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Keterangan: A : Vertikal B : Diagonal 1 C : Horizontal D : Diagonal 2 Setelah dilakukan pengukuran area daya hambat, menentukan klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut Ahn, dkk (1994) dalam Inayatullah (2012), sebagai berikut: Tabel 3.1 Tabel Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri Diameter Zona Hambat Respon Hambat Pertumbuhan (Zona Terang) Kuat … 20 mm Sedang 16 ─ 20 mm Lemah 10 ─ 15 mm Sangat Lemah … 10 mm 3. Variabel terkendali a. Media Kultur PCA PCA (Plate Count Agar) digunakan sebagai media yang bentuknya seperti agar untuk menumbuhkan bakteri. b. Waktu Inkubasi Waktu inkubasi dilakukan selama 1 x 24 jam c. Suhu Inkubasi Suhu inkubasi dilakukan pada suhu 37°C. d. Konsentrasi Seduhan Bunga Rosella Konsentrasi seduhan bunga rosella yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50%, 75% dan 100%. Beberapa konsentrasi seduhan yang digunakan bertujuan untuk mengetahui zona hambat terkecil dan terbesar pada masing-masing seduhan. e. Suspensi Bakteri Suspensi bakteri Streptococcus mutans yang diinokulasi pada media PCA. 4. Variabel tak terkendali Jumlah bakteri Streptococcus mutans sebelum diberi seduhan bunga rosella. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah bakteri Streptococcus mutans. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Notoadmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini yaitu koloni bakteri Streptococcus mutans yang tumbuh pada media PCA yang diinkubasi dengan suhu 37°C selama 1x24 jam. E. Alat dan Bahan 1. Alat Tabel 3.2 Tabel Alat yang dibutuhkan dan Fungsinya No. Nama Alat Fungsi 1. Timbangan Mengukur berat bahan 2. Blender Menghancurkan bunga rosella kering 3. Mortar 4. Beaker glass 5. 6. 7. Tempat bubuk bunga rosella Tempat pelarutan dan proses reaksi larutan, mensterilkan media dalam tabung, dan tempat untuk membuat seduhan bunga rosella Kain flanel Menyaring seduhan bunga steril rosella Corong gelas Membantu penyaringan seduhan bunga rosella Pipet Mengambil larutan dengan jumlah kecil Jumlah Alat 1 buah 1 buah 1 buah 7 buah 3 x (8 cm x 8 cm) 3 buah 1 buah Tabel 3.2 Tabel Alat yang dibutuhkan dan Fungsinya―lanjutan No. Nama Alat Fungsi Jumlah Alat 8. Gelas ukur 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Mengukur jumlah aquades dan natrium fisiologis 0,9% 2 buah Tabung reaksi Mencampurkan media PCA dan pembuatan suspensi bakteri. tabung Menempatkan tabung reaksi 7 buah Rak reaksi Batang pengaduk 1 buah Pengaduk dalam pembuatan PCA dan membantu proses pengadukan seduhan bunga rosella Memanaskan PCA 4 buah Kompor/hot plate Lampu spiritus Sterilisasi jarum inokulasi, (bunsen) fungsi aseptik proses inokulasi Cawan petri Media perkembangbiakan bakteri Autoclave Sterilisasi alat/media Jarum Inokulasi mikroorganisme inokulasi (Ose/Tusuk) Inkubator Alat untuk inkubasi mikroorganisme Almari es Menjaga kesterilan dan menyimpan PCA Gelang karet Mengikat cawan petri Penjepit Menjepit tabung reaksi Jangka sorong Mengukur area daya hambat bakteri Pinset Menjepit paper disk steril dan menjepit kain flanel dalam proses penyaringan 1 buah 4 buah 3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 6 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2. Bahan Tabel 3.3 Tabel Bahan yang dibutuhkan No. Bahan 1. Bunga rosella kering 112,5 gr 2. Bakteri Streptococcus mutans 3. Natrium Fisiologis 0,9 % 4. Media PCA 5. Aquades 6. Alkohol 70% 7. Paper disk 12 buah 8. Korek api 9. Kapas 10. Kertas buram 11. Spidol 12. Label F. Instrumen penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2009). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Tabel 3.4 Tabel Instrumen Penelitian No. 1. 2. Variabel Metode pengambilan data Variabel pengaruh Seduhan bunga rosella Eksperimen Variabel terpengaruh Daya hambat bakteri Observasi Streptococcus mutans Instrumen Penelitian Ceklist observasi Lembar pengukuran G. Jalannya Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium dengan prosedur penelitian pertama meminta izin kepada Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang untuk melakukan penelitian di laboratorium mikrobiologi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang dengan penelitian pengaruh bunga rosella terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans. Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Persiapan Tempat dan Tenaga Labiratorium 1) Perijinan kepada Ketua Jurusan Keperawatan Gigi untuk melakukan penelitian di laboratorium mikrobiologi di Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang. 2) Penelitian akan dilakukan sendiri dengan bimbingan dari tenaga laboratorium dari Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang. b. Persiapan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Streptococcus mutans. c. Persiapan alat Alat yang akan digunakan untuk membuat seduhan bunga rosella yaitu timbangan, blender, beaker glass, kain flanel steril, corong gelas, dan batang pengaduk. Sedangkan alat yang digunakan untuk penelitian adalah cawan petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass, jarum ose, penjepit, lampu spiritus, paper disk, pinset, jangka sorong, autoclave, inkubator , dan almari es. d. Persiapan bahan. 1) Persiapan pembuatan bahan PCA (Plate Count Agar) Menurut Soesanto (2012), pembuatan PCA yaitu dengan cara: 1. Menimbang PCA sebanyak 2,25 gr dan ukur aquades sebanyak 1 lt. 2. Mencampurkan PCA dan aquades melalui proses pengadukan dan pemanasan menggunakan hotplate hingga jernih. 3. Menuangkan larutan PCA tersebut dalam tabung reaksi, kemudian tutup tabung dengan kapas. 4. Meletakkan tabung reaksi yang berisi PCA pada beaker glass, kemudian tutup dengan kertas yang terikat oleh gelang karet. 5. Memasukan beaker glass kedalam autoclave, sterilkan selama 30 − 60 menit pada tekanan 1 atm (suhu 6. ). Mengangkat media setelah proses sterilisasi selesai dan dinginkan 7. Menyimpan PCA pada almari es apabila belum dipergunakan. 2) Isolasi Mikroorganisme Isolasi mikroorganisme dilakukan dengan cara: (Soesanto, 2012) a) Menyiapkan PCA yang sudah disterilkan dan dipanaskan b) Menyiapkan sample bakteri Streptococcus mutans dengan jarum ose yang sudah disterilkan dengan panas lampu spiritus sampai merah, kemudian memindahkan bakteri kedalam PCA miring dengan menggoreskan menggunakan metode zig-zag dengan mendekatkan pada lampus piritus agar steril. c) Setelah selesai tutup tabung menggunakan kapas, bungkus dengan kertas dan ikat dengan gelang karet. d) Simpan dalam incubator untuk dikembangbiakkan selama 1x24 jam. 3) Persiapan Pembuatan Suspensi Bakteri Pembuatan suspensi bakteri Streptococcus mutans yaitu dengan cara menyiapkan natrium fisiologis 0,9% sebanyak 9 ml masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian mengambil 1 jarum ose sampel bakteri Streptococcus mutans dengan cara di gores, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi natrium fisiologis 0,9% dan digoyang-goyangkan hingga tercampur rata (Soesanto, 2012). 4) Persiapan Pembuatan Seduhan a) Seduhan Bunga Rosella Seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% yang diperoleh dengan metode sebagai berikut: (1) Menghancurkan bunga rosella kering menggunakan blender. (2) Menimbang bubuk rosella yang akan diseduh yaitu 25 gr bubuk rosella lalu meletakkannya pada beaker glass kemudian melakukan hal yang sama untuk bubuk bunga rosella 37,5 gr, dan 50 gr. (3) Mendidihkan aquades. (4) Menyeduh bubuk bunga rosella dengan aquades yang telah dididihkan dengan konsentrasi sebagai berikut: (a) Konsentrasi 50% dibuat dengan 25 gr bubuk bunga rosella dan ditambah aquades yang telah dididihkan sebanyak 50 ml. (b) Konsentrasi 75% dibuat dengan 37,5 gr bubuk bunga rosella dan ditambah aquades yang telah dididihkan sebanyak 50 ml. (c) Konsentrasi 100% dibuat dengan 50 gr bubuk bunga rosella dan ditambah aquades yang telah dididihkan sebanyak 50 ml. (5) Mengaduk bubuk bunga rosella kering yang telah dicampur dengan aquades agar hasil seduhan sempurna (6) Membiarkan seduhan selama 3 menit untuk terjadinya ekstraksi kandungan yang lengkap (7) Memisahkan ampas hasil seduhan dengan disaring menggunakan kain flanel steril, air seduhan hasil saringan diletakkan pada beaker glass. b) Natrium fisiologis 0,9% sebagai kelompok kontrol. 2. Tahap Pelaksanaan Langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut: (Soesanto, 2012) a. Membuat media PCA (Plate Count Agar) sebagai pertumbuhan bakteri kemudian mensterilkan dengan menggunakan autoclave. b. Mempersiapkan mikroorganisme, dalam penelitian ini adalah bakteri Streptococcus mutans c. Membuat seduhan bunga rosella masing-masing dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% dan menyiapkan natrium fisiologis 0,9% sebagai kelompok kontrol. d. Teknik Pengaplikasian 1) Menyiapkan 3 cawan petri steril, masing-masing cawan petri dibagi 4 bagian menggunakan spidol, ditandai X1 (50% seduhan bunga rosella), X2 (75% seduhan bunga rosella), X3 (100% seduhan bunga rosella) dan Y (Natrium fisiologis 0,9%). 2) Menuangkan PCA yang sudah steril ke dalam cawan petri dan meratakan dengan cara memutar-mutar perlahan cawan petri di atas meja dan membiarkan sampai membeku. Melakukan hal yang sama pada pengulangan kedua dan ketiga. 3) Menuangkan 1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri lalu diratakan dengan cara menggoyang-goyangkan di tempat yang datar. 4) Mengambil keping paper disk menggunakan pinset kemudian mencelupkan ke dalam seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50% setelah itu meletakkannya ke wilayah cawan petri (X1). Cara yang sama dilakukan untuk konsentrasi masingmasing larutan 75% untuk wilayah cawan petri (X2) dan 100% untuk wilayah cawan petri (X2). Kemudian mengambil paper disk steril, celupkan kedalam natrium fisiologis 0,9% sebagai kelompok kontrol setelah itu meletakkan ke wilayah cawan petri (Y). 5) Menutup kembali cawan petri dan bungkus dengan kertas buram kemudian beri etiket. 6) Perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. 7) Memasukkan kedalam inkubator untuk proses inkubasi selama 1x24 jam dan mengamati hasilnya 3. Tahap Pengukuran Setelah diinkubasi kemudian dilihat dan diukur diameter daerah penghambatnya yang disebut oligodinamik (blank zone) dengan menggunakan jangka sorong. Oligodinamik merupakan area daya hambat seduhan bunga rosella terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Pengukuran daya hambat dilakukan dari 4 arah yaitu vertikal, horizontal, diagonal 1, dan diagonal 2. Pada pengamatan di laboratorium, peneliti dibantu oleh orang yang ahli dalam bidang tersebut. 4. Tahap Pengumpulan Data Hasil Penelitian Teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati dan dimana tempatnya. Menurut Notoatmodjo (2010), tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut: a. Editing Memeriksa hasil pengukuran daya hambat bakteri Streptococcus mutans oleh seduhan bunga rosella. Zona terang (blank zone) menandakan daerah asepsis (daerah bebas bakteri). b. Coding Mengklasifikasikan data-data hasil pengukuran daya hambat bakteri oleh seduhan bunga rosella dengan kode-kode. D1 = Vertikal D2 = Horizontal D3 = Diagonal 1 D4 = Diagonal 2 c. Entry Data Memindahkan data dari hasil pengukuran ke dalam sebuah media yang mudah diolahdalam bentuk tabel. d. Tabulating Memindahkan data dari tabel hasil pengukuran ke dalam tabel untuk menghitung total rata-rata daya hambat bakteri. H. Alur Penelitian Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Bunga rosella kering dihancurkan dan dihaluskan Bubuk bunga rosella diseduh dengan aquades yang telah dididihkan Didapatkan hasil seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% Memberi perlakuan pada bakteri Streptococcus mutans Dilakukan pengulangan perlakuan sebanyak 3 kali pengulangan Pengukuran radius daerah oligodinamik Analisa Data Kesimpulan I. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu peneliti mendeskripsikan atau menyimpulkan hasil penelitian yang berupa angka, dimana data yang diperoleh diolah dan dimasukkan ke tabel tabulasi, kemudian dihitung skor atau nilai rata-ratanya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental research atau percobaan dengan desain penelitian True Experimental Design. Rancangan yang dilakukan adalah post test dengan kelompok kontrol (Posttest Only Control Group Design). Skala pengukuran variabel pengaruh menggunakan skala nominal sedangkan variabel terpengaruhnya menggunakan skala interval. J. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian tentang “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans” terlampir. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans” telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang pada tanggal 9 – 11 Februari 2015 dengan 4 kali pengukuran dan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi diamati pada tanggal 11 Februari 2014, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan 50% Zona Hambat (mm) Pengulangan Rata-Rata D1 D2 D3 D4 I II III 18,1 24,4 24,5 17,3 20,4 27,3 Total Rata-Rata 18,1 21,3 24,7 19,5 21,7 26,2 Konsentrasi 18,3 22,0 25,7 Respon Hambat Bakteri Sedang Kuat Kuat 22,0 Kuat Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada pengulangan ke − I = 18,3 mm dengan respon hambat sedang, pengulangan ke − II = 22,0 mm dalam respon hambat kuat, dan pengulangan ke − III = 25,7 mm dalam respon hambat kuat. Total rata-rata diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50% adalah 22,0 mm termasuk respon hambat kuat. Tabel 4.2 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan Konsentrasi 75% 26,0 17,0 26,5 Respon Hambat Bakteri Kuat Sedang Kuat 23,2 Kuat Zona Hambat (mm) Pengulangan I II III D1 D2 D3 D4 25,3 17,5 25,0 25,1 17,2 27,3 29,2 17,1 25,4 24,4 16,1 28,1 Total Rata-Rata Rata-Rata Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 75% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada pengulangan ke − I = 26,0 mm dengan respon hambat kuat, pengulangan ke − II = 17,0 mm dalam respon hambat sedang, dan pengulangan ke − III = 26,5 mm dengan respon hambat kuat. Total rata-rata diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 75% adalah 23,2 mm termasuk respon hambat kuat. Tabel 4.3 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan 100% Zona Hambat (mm) Pengulangan Rata-Rata D1 D2 D3 D4 I II III 31,1 24,7 27,7 30,5 23,5 27,0 Total Rata-Rata 30,5 24,6 27,4 30,5 24,6 28,3 Konsentrasi 30,7 24,4 27,6 Respon Hambat Bakteri Kuat Kuat Kuat 27,6 Kuat Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 100% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada pengulangan ke − I = 30,7 mm dengan respon hambat kuat, pengulangan ke − II = 24,4 mm dalam respon hambat kuat, dan pengulangan ke − III = 27,6 mm dengan respon hambat kuat. Total rata-rata diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 100% adalah 2,6 mm termasuk respon hambat kuat. Berdasarkan hasil pengukuran ketiga pengulangan tersebut didapatkan data sebagai berikut: Zona Hambat (mm) 30,0 27,6 25,0 20,0 23,2 22,0 15,0 10,0 5,0 0,0 0 50% 0 75% Konsentrasi Perlakuan Seduhan Bunga Rosella 0 100% Natrium Fisiologis 0,9% Gambar 4.1 Gambar Rata-Rata Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan Konsentrasi 50%, 75%, dan 100% Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata zona hambat terbesar adalah seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 100%, setelah itu seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 75% dan bunga rosella dengan konsentrasi 50%. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi seduhan bunga rosella yang dipaparkan terhadap bakteri Streptococcus mutans, maka diameter zona hambat yang dihasilkan semakin besar. Penelitian ini menunjukkan bahwa seduhan bunga rosella sebagai antibakteri terhadap Streptococcous mutans memiliki Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 50% dengan zona hambat rata-rata berdiameter 22,0 mm dengan respon hambat kuat dan konsentrasi paling efektif yaitu pada konsentrasi sebesar 100% yang memiliki zona hambat sebesar 27,6 mm yang termasuk dalam respon hambat kuat. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada pengaruh seduhan bunga rosella terhadap bakteri Streptococcus mutans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi seduhan bunga rosella yang dipaparkan terhadap bakteri Streptococcus mutans, maka diameter zona hambat yang dihasilkan semakin besar. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahan zat aktif yang terkandung dalam seduhan bunga rosella pada berbagai konsentrasi dapat menghasilkan efek antibakteri. Hal ini disebabkan karena kandungan fenol atau polifenol pada bunga rosella yang menurut Braughler, dkk (1986), mampu mengubah protein sel dan merusak membran plasma bakteri (Anokwuru, dkk, 2011). Bunga Rosella mengandung tannin dan saponin. Menurut Robinson (1995), tannin bersifat sebagai antibakteri dengan membentuk ikatan yang stabil dengan protein sehingga terjadi koagulasi protoplasma (Miranti, dkk, 2013). Morrisey dan Osbourn (1999), menjelaskan bahwa saponin bekerja dengan cara berinteraksi dengan membrane sterol sehingga terjadi pelepasan protein dan enzim dari dalam sel yang menyebabkan pori-pori pembentukan dan hilangnya integritas membran (Turk, 2006). Menurut Taylor, dkk (2005), kandungan flavonoid pada bunga rosella mampu berinteraksi dengan protein membran yang menyebabkan peningkatan permeabilitas membran bakteri (Upadhyay, dkk, 2014). Bunga rosella juga mengandung pektin dan antosianin. Pektin bekerja dengan cara mengikat dan mengganggu sel bakteri (Imansyah, 2013). Somaatmadja, dkk, (1963), meyebutkan bahwa antosianin mampu menginhibisi oksidasi glukosa dan mengikat zat besi yang dibutuhkan oleh bakteri (Rhodes, 2004). Hasil yang diperoleh dari tiga pengulangan menunjukkan bahwa tiap pengulangan seduhan bunga rosella konsentrasi 75% dan 100% mengalami perubahan atau tidak konstan. Pada seduhan bunga rosella 75% yang diujikan pada pengulangan ke-I menunjukkan diameter zona hambat 26,0 mm, pengulangan ke-II turun menjadi 17,0 mm dan pada pengulangan ke-III terjadi kenaikkan diameter zona hambat menjadi 26,5 mm. Sehingga, pengulangan ke-III lebih tinggi dari pengulangan I dan II. Pada seduhan bunga rosella 100% pengulangan ke-I menunjukkan diameter zona hambat 30,7 mm, pengulangan ke-II turun menjadi 24,4 mm, dan pada pengulangan ke-III terjadi kenaikan diameter zona hambat menjadi 27,6 mm. Sehingga, pengulangan ke-III lebih rendah dari pengulangan ke-I namun lebih tinggi dari pengulangan ke-II. Ketidakkonstanan pada kedua konsentrasi tersebut dikarenakan oleh faktor teknis yang terjadi pada saat penelitian, yaitu banyaknya perasan yang terserap pada paper disk, sehingga kepekatan paper disk mengalami perbedaan dan berpengaruh pada zona hambat. Sedangkan natrium fisiologis 0,9% sebagai kelompok kontrol tidak mempunyai zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan ditunjukkan tidak adanya zona bening disekitar paper disk atau zona hambat = 0 mm. Berdasarkan klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut Ahn, dkk (1994), seduhan bunga rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan efektivitas kuat, karena lebih dari 20 mm. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Keperawatam Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans yaitu bahwa seduhan bunga rosella mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan semakin tinggi konsentrasi seduhan bunga rosella yang dipaparkan terhadap bakteri Streptococcus mutans, maka diameter zona hambat yang dihasilkan semakin besar. 2. Daya hambat seduhan bunga rosella 50% terhadap bakteri Streptococcus mutans adalah 22,0 mm termasuk dalam kategori kuat. 3. Daya hambat seduhan bunga rosella 75% terhadap bakteri Streptococcus mutans adalah 23,2 mm termasuk dalam kategori kuat. 4. Daya hambat seduhan bunga rosella 100% terhadap bakteri Streptococcus mutans adalah 27,6 mm termasuk dalam kategori kuat. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal pemanfaatan bahan alam bunga rosella denga cara diseduh sebagai salah satu bahan antikaries alternatif di bidang kedokteran gigi pencegahan. 2. Perlu dilakukan serangkaian uji lainnya agar dapat diketahui pengaruh rosella terhadap daya hambat bakteri patogen lain dalam mulut salah satu nya yaitu mengenai pengaruh seduhan bunga rosella terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebagai salah salah satu bakteri penyebab peradangan rongga mulut. DAFTAR RUJUKAN Adam, S., Dasar-Dasar Mikrobiologi Parasitologi untuk Perawat, Kedokteran EGC, Jakarta, 1992, h.17-18 Anokwuru, C.P., Ijeoma, E., Olusola, A., Ayobami, O.A., Polyphenolic Cintent and Antioxidant Activity of Hibiscus sabdariffa Calyx, Research Journal of Medicinal Plant, 2011, 5 (5): 557-566, http:// www. scialert. net/abstract /?doi=rjmp.2011.557.566, diakses tanggal 11 Desember 2014 Arikunto, S., Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, h.22 BPOM RI, Serial Data Ilmiah Terkini Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L.), Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta, 2010, hal.1-3 Dwidjoseputro, D., Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta, 1987, h.11, 22 Harmita, Radji, M., Buku Ajar Analis Hayati, EGC, Jakarta, 2008, https://books.google.co.id/books?id=ac3xoxKVzWIC&pg=PA2&lpg=PA2 &dq=penentuan+aktivitas+antimikroba+dengan+metode+cakram+kertas& source, diakses pada tanggal 1 Februari 2015, h.2, 4 Imansyah, B.A., Pektin, 2013, https://www.scribd.com/doc/155710707/Pektin, diakses tanggal 25 September 2014 Innayatullah, S., 2012, Efek Ekstrak Dun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, h.8 Jawetz, E., Melnick, J., Adelberg’s, E., Mikrobiologi Kedokteran, Penerjemah Nugroho, E., R.F., Maulany, EGC, Jakarta, 1996, h.218 Kementrian Kesehatan RI., 2007, Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI., Jakarta, h.147, 155 Marcia, 2013, Hibiscus sabdariffa, https://www.flickr.com/search/?tags=hibiscus sabdariffa, diakses pada tanggal 1 Februari 2015 Mardiah, Sawarni, H., Reki, W.A.,Arufah, R., Budidaya & Pengolahan Rosela SI Merah Segudang Manfaat, Agro Media Pustaka, Jakarta, 2009, h.1-2, 911, 13-14, 23, 30, 58 Miranti, M., Prasetyorini, Suwary, C., Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 30% Dan 96% Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffal)Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Ekologia, 2013, 3(1): 9-18, file: ///C:/Users/user/Downloads/dosen6339_dosen_ 2203_2. _bu_mira_%20(2).pdf, diakses pada tanggal 11 Desember 2014 Notoadmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, h. 58-60, 115 Nugraha, A.W., Si Plak Dimana-mana, Fakultas Farmasi USD Yogyakarta, 2008, http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/streptococcus-mutans31.pdf, diakses tanggal 16 November 2014, h.1, 2, 3 Pelczar, Jr., M.J., E.C.S. Chan., Dasar-Dasar Mikrobiologi 2, Alih bahasa Ratna, S.H., Teja, I., S.Sutarmi, Tjitrosomo dan Angka, SL., Edisi 2, UI-Press. Jakarta, 2008, h. 449, 815 Pratiwi, D., Yuliani, R., Munawaroh, R., Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kelopak Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Terhadap Pseudomonas aeruginosa Multiresisten dan Shigella dysenteriae, 2011, http://www.farmako.uns.ac.id/perhipba/wp-concent/uploads/2011/12/FEK. 24.pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2014 Pratiwi, D., Gigi Sehat Merawat Gigi Anak Sehari-hari, Kompas, Jakarta, 2007, h.25 Ramya, S., C. Rajasekaran, R. Sivaperumal, A. Krishnan, R. Jayakumararaj, Ethnomedical Perspectives of Botanical used by Malayali Tribes in Vattal Hills of Dharmaputri (TN), India, Ethnobotanical Leaflets 2008, 12: 105460, http://www.ethnoleaflets.com/leaflets/malaya.htm, diakses tanggal 10 Desember 2014 Ratnasari, A., Wahjuni, W., Nike, H., Efek Seduhan Bunga Rosella dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans pada Resin Akrilik, Journal of Prosthodontics, 2013, 4(1): 22-26, Ratnasari, J., Galeri Tanaman Hias Bunga, Penebar Swadaya, Jakarta, 2007, https://books.google.co.id/books?id=YBLWiwhJycMC&pg=PT10&dq=ba gian+tanaman+bunga&hl, diakses pada tanggal 31 Januari 2015, h.5 Rhodes, P.L., 2004, Antimicrobial Factor from Grapes, Tesis, The University of Auckland Roeslan, B.O., Isolasi S. mutans dari Plak Gigi, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Usakti, 1992, hal.5 Setiawan, E., 2014, Seduh, http://kbbi.web.id/seduh-2, diakses pada tanggal 30 Januari 2015 Singh, J., Kumar, A., Budhiraja, S., Hooda, A., Ethnomedicine: use in dental caries. Braz J Oral Sci, 2007, 6(21): 1308-1312, http:/ /www .bioline .org. br/pdf?os07012, diakses tanggal 10 Desember 2014 Soesanto, Praktek Mikrobiologi, 2012, Pedoman Praktek Mikrobiologi Prodi DIV Perawat Gigi, Poltekkes Kemenkes Semarang Todar, K., 2008, The Normal Bacteria Flora of Humans, http://www. textbook of bacteriology.net/normalflora_5.html, diakses pada tanggal 1 Februari 2015 Tsai, P.J., McIntosh, J., Pearce, P., Camden, B., Jordan, B.R., Anthocyanin and antioxidant capacity in Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) extract, Food Research International, 2002, 35: 351-356 Turk, F.M., Saponins Versus Plant Fungal Pathogens, Journal of Cell and Molecular Biology, 2006, 5: 13-17, http://jcmb.halic.edu.tr/pdf/5-1/ saponins.pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2014 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Upadhyay, A., Indu, U., Anup K.J., Kumar, V., Combating Pathogenic Microorganisms Using Plant-Derived Antimicrobials: A.Minireview of the Mechanistic Basis, BioMed Research International, 2014, Article ID 761741, http://www.hindawi.com/journals/bmri/2014/761741/, diakses pada tanggal 10 Desember 2014 Volk, W.A., Wheeler, M.F., Mikrobiologi Dasar Jilid 2, Alih bahasa Markham. Erlangga, Jakarta, 1990, h.31 Wibobo, T., 2009, Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Rosela (Hibiscus Sabdariffa) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus), Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h.24 Yazid, E., Kimia Fisika untuk Paramedis, Andi, Yogyakarta, 2005, h.50 LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian “Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri St eptococcus utans” Kegiatan Pengajuan Judul Pengesahan Judul Pembuatan Proposal KTI Seminar Proposal Perbaikan Proposal Penelitian Pengolahan Data Penyusunan KTI Seminar KTI Perbaikan KTI Pengumpulan KTI Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni 2014 2014 2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 Lampiran 3 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 CHECKLIST OBSERVASI ALAT No. Alat 1. 2. 3. 4. 5. Timbangan Blender Mortar Beaker glass Kain flanel steril 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Corong gelas Pipet Gelas ukur Tabung reaksi Rak tabung reaksi Batang pengaduk Kompor/hot plate Lampu spiritus (bunsen) Cawan petri Autoclave Jarum inokulasi (Ose/Tusuk) Inkubator Almari es Gelang karet Penjepit Jangka sorong Pinset 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 7 buah 3 x (8 cm x 8 cm) 3 buah 1 buah 2 buah 7 buah 1 buah 4 buah 1 buah 4 buah Ketersediaan Ada Tidak − − − − − − − − − − − − − 3 buah 1 buah 1 buah − − − 1 buah 1 buah 6 buah 1 buah 1 buah 2 buah − − − − − − Keterangan Lampiran 8 CHECKLIST OBSERVASI BAHAN No. Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bunga rosella kering 112,5 gr Bakteri Streptococcus mutans Natrium Fisiologis 0,9% Media PCA Aquades Alkohol 70% Paper disk 12 buah Korek api Kapas 10. 11. 12. 13. Kertas buram Spidol Label Alat tulis Ketersediaan Ada Tidak − − − − − − − − − − − − − Keterangan Lampiran 9 CHECKLIST OBSERVASI PEMBUATAN PCA No. Jenis Kegiatan 1. Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat PCA Menimbang PCA sebanyak 22,5 gr dan ukur aquades sebanyak 1 lt. Mencampurkan PCA dan aquades melalui proses pengadukan dan pemanasan menggunakan hotplate hingga jernih. Menuangkan larutan PCA tersebut dalam tabung reaksi, kemudian tutup tabung dengan kapas Meletakkan tabung reaksi yang berisi PCA pada beaker glass, kemudian tutup dengan kertas yang terikat oleh gelang karet Memasukan beaker glass kedalam autoclave, sterilkan selama 30 − 60 menit pada tekanan 1 atm (suhu ). Mengangkat media setelah proses sterilisasi selesai dan dinginkan 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kegiatan yang dilakukan Sesuai Tidak Sesuai − − − − − − − Lampiran 10 CHECKLIST OBSERVASI PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI No. Jenis Kegiatan 1. Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat suspensi bakteri Menyiapkan natrium fisiologis 0,9% sebanyak 9 ml masukkan kedalam tabung reaksi Menyiapkan 1 jarum ose bakteri. Memasukkan 1 jarum ose bakteri kedalam tabung reaksi natrium fisiologis 0,9% dengan cara di gores Mencampurkan kedua bahan tersebut dengan cara digoyang-goyangkan hingga tercampur rata. 2. 3. 4. 5. Kegiatan yang dilakukan Sesuai Tidak Sesuai − − − − − Lampiran 11 CHECKLIST OBSERVASI SEDUHAN BUNGA ROSELLA No. Jenis Kegiatan 1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan seduhan bunga rosella Membuat seduhan bunga rosella dengan menghaluskan bunga rosella kering menggunakan blender hingga menjadi bubuk Menimbang bubuk rosella yang akan diseduh yaitu 25 gr bubuk rosella lalu meletakkannya pada beaker glass kemudian melakukan hal yang sama untuk bubuk bunga rosella 37,5 gr, dan 50 gr Mendidihkan aquades Menyeduh bubuk bunga rosella dengan aquades yang telah dididihkan dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% Mengaduk bunga rosella kering yang telah dicampur dengan aquades agar hasil seduhan sempurna Membiarkan seduhan selama 3 menit untuk terjadinya ekstraksi kandungan yang lengkap Seduhan bunga rosella disaring menggunakan kain flanel steril Air seduhan hasil saringan diletakkan pada beaker glass 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kegiatan yang dilakukan Sesuai Tidak Sesuai − − − − − − − − − Lampiran 12 CHECKLIST OBSERVASI TEKNIK PENGAPLIKASIAN No. Jenis Kegiatan 1. Menyiapkan 3 cawan petri steril, masing-masing cawan petri dibagi 4 bagian menggunakan spidol, ditandai X1 (50% seduhan bunga rosella), X2 (75% seduhan bunga rosella), X3 (100% seduhan bunga rosella) dan Y (Natrium Fisiologis 0,9%). Menuangkan PCA yang sudah steril ke dalam cawan petri dan meratakan dengan cara memutar-mutar perlahan cawan petri di atas meja dan membiarkan sampai membeku Menuangkan 1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri lalu diratakan dengan cara menggoyang-goyangkan di tempat yang datar Mengambil paper disk steril menggunakan pinset, celupkan ke dalam seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% kemudian meletakkan pada media yang telah beku dengan sedikit tekanan agar menempel sesuai dengan label yang tertulis, hal yang sama dilakukan untuk aplikasi paper disk yang dicelupkan pada kelompok kontrol yaitu natrium fisiologis 0,9%. Menutup kembali cawan petri dan bungkus dengan kertas buram kemudian beri etiket. Melakukan 3 kali pengulangan dengan perlakuan yang sama Memasukkan kedalam inkubator selama 1x24 jam dan amati hasilnya Mengukur diameter daerah penghambatnya yang disebut oligodinamik (blank zone) dengan menggunakan jangka sorong Pengukuran daya hambat pertumbuhan bakteri yang dilakukan dari 4 arah yaitu vertikal, horizontal, diagonal 1, dan diagonal 2. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kegiatan yang dilakukan Sesuai Tidak Sesuai − − − − − − − − − Lampiran 13 DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Pembuatan Media PCA 2. Menuangkan Suspensi Bakteri ke Cawan Petri (Media PCA) 3. Pembuatan Seduhan Bunga Rosella 4. Aplikasi paper disk yang telah dibasahi dengan seduhan bunga rosella kedalam cawan petri yang sudah terisi suspensi bakteri kemudian di inkubasi selama 1x24 jam 5. Hasil dan Pengukuran Daya hambat bakteri seduhan bunga rosella pada pengulangan ke−I. Daya hambat bakteri seduhan bunga rosella pada pengulangan ke−II. Daya hambat bakteri seduhan bunga rosella pada pengulangan ke−III. Pengukuran menggunakan jangka sorong RIWAYAT HIDUP Nita Viaturrohmah dilahirkan di Kabupaten Wonosobo pada tanggal 22 Februari 1994. Lahir dan di besarkan di Desa Kejajar RT 03/RW03, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Anak ke dua dari tiga bersaudara berasal dari pasangan Bapak Aminudin dan Ibu Tuti Hidayati. Lulus dari TK Pertiwi pada tahun 2000, melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kejajar dan lulus tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Kejajar lulus pada tahun 2009, dan pada tahun 2012 dinyatakan lulus dari SMA Negeri 1 Mojotengah. Jenjang pendidikan selanjutnya di tempuh di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Jurusan Keperawatan Gigi melalui program Diploma IV Keperawatan Gigi yang InsyaAllah akan lulus Diploma III tahun 2015 dengan hasil yang baik dan memuaskan sesuai dengan harapan. Amin.