PENGARUH SEDUHAN BUNGA ROSELLA

advertisement
PENGARUH SEDUHAN BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA L.)
TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Kepada
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Studi Diploma IV Keperawatan Gigi
Oleh:
NITA VIATURROHMAH
P 17425212047
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN GIGI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans”. Penulis telah
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App, Sc, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2.
Ibu Tri Wiyatini, SKM.Kes.Epid selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Semarang.
3.
Bapak Salikun, S.Pd, M.Kes selaku Ketua prodi DIV Jurusan Keperawatan
Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang.
4.
Bapak Muh.Irfani,S.ST selaku dosen pembimbing I dan Bapak drg.Iman
Supardan, M.Kes selaku dosen pembimbing II Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5.
Bapak Prasko, S.Si.T, M.H selaku penguji yang telah memberikan evaluasi
dan masukan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
6.
Ibu Yodong, S.ST, M.HKes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan doa, semangat dan saran serta arahan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
7.
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes
Semarang serta tenaga laboratorium yang telah memberikan tempat dan
bimbingan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
8.
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes
Semarang.
9.
Kedua orang tua tercinta Bapak Aminudin dan Ibu Tuti Hidayati, atas doa
restu, kasih sayang dan selalu mememberikan segala yang terbaik kepada ku.
10. Kakak dan Adik tercinta Puji Listiyani, S.Pd dan Hilda Lusi Liyantafinga
yang telah memberikan doa serta dukungan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
11. Dani, Majod, Ayu’, Bu Lur, Upil, Kechil, Kopet, Firjatull, Mb’ Nov, dan
Betty keluarga dari kelompok tiga yang selalu dihati, terimakasih untuk
kebersamaan, doa dan support selama ini.
12. Teman-teman seperjuangan di Kelas C, dan semua orang yang telah
memberikan dukungan, semangat dan doa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Besar harapan penulis agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin.
Semarang, 25 Mei 2015
Viaturrohmah, N., 2015. “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri
Streptococcus mutans” Karya Tulis Ilmiah Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Jurusan
Keperawatan Gigi. Pembimbing: Muh.Irfani,S.ST; drg.Iman
Supardan, M.Kes.
INTISARI
Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol, saponin dan
tannin, yang termasuk golongan flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas
antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011). Bunga rosella juga
mengandung pektin (Mardiah, dkk, 2009). Chansiripornchai, dkk (2005)
menyebutkan bahwa pektin memiliki kemampuan antibakteri (Imansyah, 2013).
Kandungan penting lainnya yaitu antosianin yang memiliki kemampuan
membunuh bakteri (Mardiah, dkk, 2009; Miranti, dkk, 2013). Hasil penelitian
membuktikan bahwa komponen-komponen kimia alami yang terdapat pada bunga
rosella memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit (Mardiah, dkk, 2009).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh seduhan bunga rosella
50%, 75%, dan 100% terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental research
dengan desain penelitian True Experimental Design. Rancangan yang dilakukan
adalah post test dengan kelompok kontrol (Posttest Only Control Group Design).
Variabel pengaruh yaitu seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%,
dan 100%, sedangkan variabel terpengaruhnya adalah daya hambat bakteri
Streptococcus mutans. Metode analisa data menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Skala pengukuran variabel pengaruh menggunakan skala nominal
sedangkan variabel terpengaruhnya menggunakan skala interval. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan melakukan observasi terstruktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total dari ketiga
pengulangan tersebut adalah seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%
mempunyai rata-rata total daya hambat sebesar 22,0 mm, konsentrasi 75% sebesar
23,2 mm, dan konsentrasi 100% sebesar 27,6 mm. Sedangkan natrium fisiologis
0,9% sebagai kelompok kontrol tidak memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Kesimpulan hasil penelitian bahwa
seduhan bunga rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans dengan efektivitas kuat.
Kata Kunci: Bunga Rosella, Streptococcus mutans.
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ...................................................................................
LEMBARPERSETUJUAN ......................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
INTISARI .................................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
1. Tujuan Umum .......................................................................
2. Tujuan Khusus .......................................................................
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
E. Penjelasan Keaslian Penelitian .....................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
A. Landasan Teori .............................................................................
B. Kerangka Teori .............................................................................
C. Kerangka Konsep .........................................................................
D. Pertanyaan Penelitian ...................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN ..........................................................
A. Rancangan Penelitian .................................................................
B. Variabel Penelitian .....................................................................
C. Definisi Operasional ..................................................................
D. Populasi dan Sampel ..................................................................
E. Alat dan Bahan ...........................................................................
F. Instrumen Penelitian ..................................................................
G. Jalannya Penelitian .....................................................................
H. Alur Penelitian ...........................................................................
I. Metode Analisa Data ..................................................................
J. Jadwal penelitian ........................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................
A. Hasil Penelitian ............................................................................
B. Pembahasan ..................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran .............................................................................................
1
1
4
4
4
4
4
6
8
8
18
19
19
20
20
21
22
28
28
30
30
38
39
39
40
40
43
46
46
47
DAFTAR RUJUKAN ..............................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
48
52
67
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1
Tabel Penjelasan Keaslian Tulisan ............................................
6
2.1
Tabel Kandungan Rosella ..........................................................
11
3.1
Tabel Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri .......
27
3.2
Tabel Alat yang dibutuhkan dan Fugsinya ................................
28
3.3
Tabel Bahan yang dibutuhkan ...................................................
30
4.1
Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan
Konsentrasi 50% ........................................................................
40
Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan
Konsentrasi 75% ........................................................................
41
Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan
Konsentrasi 100% ......................................................................
41
4.2
4.3
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Gambar Bunga Rosella ..............................................................
9
2.2
Gambar Bakteri Streptococcuc mutans ......................................
15
4.1
Gambar Rata-Rata Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella
dengan Konsentrasi 50%, 75%, dan 100% ................................
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Lampiran Jadwal Pelaksanaan penelitian ..................................
52
2
Lampiran Permohonan Ijin Penelitian .......................................
53
3
Lampiran Surat Ijin Penelitian ...................................................
54
4
Lampiran Laporan Penelitian .....................................................
55
5
Lampiran Surat Keterangan .......................................................
56
6
Lampiran Hasil Penelitian ..........................................................
57
7
Lampiran Checklist Observasi Alat ...........................................
58
8
Lampiran Checklist Observasi Bahan ........................................
59
9
Lampiran Checklist Observasi Pembuatan PCA .......................
60
10
Lampiran Checklist Observasi Pembuatan Suspensi Bakteri ....
61
11
Lampiran Checklist Observasi Seduhan Bunga Rosella ............
62
12
Lampiran Checklist Observasi Teknik Pengaplikasian .............
63
13
Lampiran Dokumentasi Penelitian .............................................
64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya-upaya
kesehatan tersebut meliputi setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan
penyakit
(preventif),
peningkatan
kesehatan
(promotif),
pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh
pemerintah dan/atau masyarakat (UU Kesehatan No.36 Tahun 2009).
Kesehatan yang meliputi kesehatan fisik, sosial, dan mental, dimana
kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan fisik.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan
kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan
pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau
masyarakat
yang
dilakukan
secara
terpadu,
terintegrasi,
dan
berkesinambungan (UU Kesehatan No.36 Tahun 2009).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun
2013, sebanyak 25,9 persen penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi
dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Sedangkan prevalensi
nasional Indeks DMF-T adalah 4,6 dengan nilai masing-masing D-T = 1,6,
M-T = 2,9 dan F-T = 0,08 (Kemenkes RI, 2013).
Karies gigi atau gigi berlubang adalah perusakan gigi setempat yang
disebabkan oleh kerja bakteri (Pelczar, dkk, 2008). Sedangkan salah satu
bakteri penyebab gigi berlubang adalah Streptococcus mutans. Jika tidak
dirawat, proses terjadinya gigi berlubang ini akan terus berjalan sehingga
lubang akan semakin dalam (Pratiwi, 2007).
Pencegahan karies gigi dengan penggunaan agen antibakteri masih
menjadi pilihan utama karena terjadinya karies gigi sangat berkaitan dengan
adanya bakteri. Agen antibakteri yang kurang efektif, adanya kekebalan
terhadap agen antibakteri, munculnya berbagai efek samping yang tidak
diinginkan pada gigi, membuat peneliti terus melakukan penelitian untuk
mencari obat baru dan lebih menarik dengan pemanfaatan bahan alami.
Pengembangan bahan alami diharapkan memiliki kemampuan yang lebih
efektif sebagai agen antibakteri serta dalam berbagai pengobatan penyakit
lainnya, khususnya untuk mencegah dan mengatasi penyakit karies gigi
(Singh, dkk, 2007).
Menurut Patrick (2002), salah satu bagian dari tumbuhan yang dalam
penelitian pengobatan tradisional terus meningkat dalam beberapa kali yaitu
bunga (Ramya, dkk, 2008). Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan
salah satu bunga yang sekarang banyak dikonsumsi masyarakat. Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman hias dari keluarga sejenis kembang
sepatu. Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis maupun subtropis dan
dikenal sebagai teh herbal. Saat ini rosella menjadi begitu populer. Hampir
disetiap pameran tanaman obat, nama rosella selalu diperkenalkan. Rosella
memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat memberikan banyak manfaat
(Mardiah, dkk, 2009).
Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan rosella
untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Bagian tanaman
yang berkhasiat adalah bunga. Penggunaan bunga rosella di masyarakat yaitu
sebagai sediaan teh dengan cara diseduh dengan air panas. Seduhan bunga
rosella memiliki efek memperlancar buang air besar. Bunga rosella banyak
digunakan untuk mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang
disebabkan flu, dan rasa tidak enak diperut. Rosella digunakan untuk
mengatasi bisul dan radang pada kulit, luka bakar, sariawan, dan infeksi
herpes zoster (BPOM RI, 2010). Rosella juga diunggulkan sebagai herba
antikanker, antihipertensi, dan antidiabetes (Mardiah, dkk, 2009).
Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol, saponin dan
tannin, yang termasuk golongan flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas
antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011). Bunga rosella juga
mengandung pektin (Mardiah, dkk, 2009). Chansiripornchai, dkk (2005)
menyebutkan bahwa pektin memiliki kemampuan antibakteri (Imansyah,
2013). Kandungan penting lainnya yaitu antosianin yang memiliki
kemampuan membunuh bakteri (Mardiah, dkk, 2009; Miranti, dkk, 2013).
Hasil penelitian membuktikan bahwa komponen-komponen kimia alami yang
terdapat pada bunga rosella memiliki khasiat untuk mencegah berbagai
penyakit (Mardiah, dkk, 2009).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis terdorong
melakukan penelitian tentang pengaruh seduhan bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul pertanyaan “Apakah
ada pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans ?”.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seduhan
bunga rosella terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui daya hambat seduhan bunga rosella 50% terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
b.
Mengetahui daya hambat seduhan bunga rosella 75% terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
c.
Mengetahui daya hambat seduhan bunga rosella 100% terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
gigi dan mulut yang berkaitan dengan pengaruh seduhan bunga rosella
terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Akademik
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah informasi
dan referensi bagi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes
Semarang tentang pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut
yang berkaitan dengan pengaruh seduhan bunga rosella terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
b.
Bagi Peneliti
Menambah wawasan, informasi, pengetahuan tentang obatobatan tradisional khusunya manfaat rosella bagi kesehatan gigi dan
mulut, serta memberikan pengalaman langsung dalam melakukan
penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah.
c.
Bagi Masyarakat
Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai kegunaan
tanaman tradisional khususnya rosella sebagai penghambat bakteri
patogen penyebab gigi berlubang.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
a.
Deskripsi Tanaman Bunga Rosella
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tumbuhan
semak umur satu tahun, tinggi tumbuhan mencapai 2,4 m. Batang
berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu, daun berseling 3 − 5
helai dengan panjang 7,5 − 12,5 cm berwarna hijau, ibu tulang daun
kemerahan, tangkai daun pendek. Helaian daun yang yang terletak
dibagian pangkal batang tidak berbagi, bentuk daun bulat telur,
tangkai daun pendek. Daun-daun dibagian cabang dan ujung batang
berbagi, menjadi 3 toreh, lebar toreh daun 2,5 cm, tepi daun
berringgit, daun penumpu bentuk benang, panjang tangkai daun 0,3
− 12 cm, hijau hingga merah, pangkal daun meruncing, tepi daun
berringgit, pangkal daun tumpul hingga meruncing, sedikit
berrambut (BPOM RI, 2010).
Bunga tunggal, kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak
daun, tangkai bunga berukuran 5 − 20 mm, kelopak bunga
berlekatan, tidak gugur, tetap mendukung buah, berbentuk lonceng,
mahkota bunga berlepasan, berjumlah 5 petai, mahkota bunga
berbentuk bulat telur terbalik, warna kuning, kuning kemerahan,
benang sari terletak pada suatu kolom pendukung benang sari,
panjang kolom pendukung benang sari sampai 20 mm, kepala sari
berwarna merah, panjang tangkai sari 1 mm, tangkai putik berada di
dalam kolom pendukung benang sari, jumlah kepala putik 5 buah,
warna merah. Buah kapsul berbentuk bulat telur, ukuran buah 13 −
22 mm x 11 − 20 mm, tiap buah berisi 30 − 40 biji. Ukuran biji 3 − 5
mm x 2 − 4 mm, warna coklat kemerahan (BPOM RI, 2010).
Gambar bunga rosella dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bunga Rosella (Marcia, 2013)
b.
Klasifikasi Tanaman Bunga Rosella
Tanaman bunga rosella diklasifikasikan sebagai berikut:
(Mardiah, dkk, 2009)
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Malvaceae
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus sabdariffa Linn (sinonim: Hibiscus
digitatus Cav.)
Varietas
: Hibiscus sabdariffa var.sabdariffa L.
Hibiscus sabdariffa var.ultissima Wester
c.
Nama Lain Rosella
Nama lain dari bunga rosella di beberapa Negara dapat dilihat
sebagai berikut: (Mardiah, dkk, 2009)
Australia
: rosella atau buah rosella
India
: mestha atau chin baung
Myanmar
: krajeb
Malaysia
: asam paya atau asam susur
Indonesia
: rosella, asam paya, asam susur,
dan frambozen
Kepulauan Karibia dan Jamaika
: sorrel
Namibia
: omutete
Mesir, Sudan, Arab Saudi
: karkade
Perancis
: oseille rouge, oseille de guinee,
atau l’oiselle
Cina
: luo shen hua
d.
Kandungan Bunga Rosella
Komposisi kimia bagian-bagian tanaman (bunga, daun, dan
biji) rosella disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Kandungan Rosella per 100 gr
Komposisi
Bunga
Daun
Biji
49
43
0
Kalori (kalori)
84,5
86,2
12,9
Air (%)
1,145
1,7 – 3,2
3,29
Protein (gram)
2,61,
1,1
0
Lemak (gram)
12,3
10
0
Karbohidrat (%)
12
0
0
Serat (gram)
6,9
1
0
Abu (gram)
1,263
180
0
Ca (mg)
273,2
40
0
P (mg)
8,98
5,4
0
Fe (mg)
0,029
4135
0
Karoten (mg)
6,7
0
0
Asam askorbat (mg)
0,277
0
0
Riboflavin (mg)
0,82
0
0
Fruktosa (%)
0,24
0
0
Sukrosa (%)
3,31
1,25
0
Asam malat (%)
0,117
0
0
Titiamin (mg)
3,765
0
0
Niasin (%)
0
0
16,8
Lemak biji (%)
0
0
16,8
Selulosa (%)
0
0
15,8
Pentosa (%)
0
0
11,1
Pati (%)
(Mardiah, dkk, 2009)
Kandungan lain dalam bunga rosella yaitu zat besi mencapai
8,89 mg/100 gr, kandungan vitamin A dan vitamin C rosella cukup
tinggi dibandingkan buah-buahan lainnya. Kandungan vitamin A dan
vitamin C masing-masing 113,46 mg dan 214,68 mg/100 gr. Tubuh
manusia membutuhkan 22 asam amino, 18 diantaranya terpenuhi
dari bunga rosella (Mardiah, dkk, 2009).
Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol,
saponin dan tannin, yang termasuk golongan flavonoid (Ratnasari,
dkk, 2014). Bunga rosella juga mengandung pektin dan antosianin
(Mardiah, dkk, 2009).
e.
Manfaat Bunga Rosella
Masyarakat
tradisional
di
berbagai
negara
telah
memanfaatkan rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan
masalah kesehatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa komponenkomponen kimia alami yang terdapat pada bunga rosella memiliki
khasiat untuk mencegah berbagai penyakit (Mardiah, dkk, 2009).
Seduhan bunga rosella dimanfaatkan dalam bidang kesehatan
untuk memperlancar buang air besar. Bunga rosella banyak
digunakan untuk mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan
yang disebabkan flu, dan rasa tidak enak diperut. Rosella digunakan
untuk mengatasi bisul dan radang pada kulit, luka bakar, sariawan,
dan infeksi herpes zoster (BPOM RI, 2010). Rosella juga
diunggulkan
sebagai
herba
antikanker,
antihipertensi,
dan
antidiabetes (Mardiah, dkk, 2009). Bunga rosella diketahui memiliki
efek antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011).
2.
Bakteri
a.
Pengertian Bakteri
Istilah bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani)
yang berarti tongkat atau batang. Istilah bakteri ini sekarang banyak
dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel
satu, tidak berklorofil (meskipun ada kecualinya), berbiak dengan
pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak
dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1987).
b.
Morfologi Bakteri
Bentuk morfologi bakteri dapat dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu: (Adam, 1992)
1) Bentuk basil (basillus) yaitu bentuk bakteri seperti tongkat
pendek, agak silindris.
2) Bentuk coccus (bulat) yaitu bentuk bakteri seperti bola-bola
kecil.
3) Bentuk spiril (spiral) yaitu bakteri yang berbentuk seperti spiral,
atau panjang berbengkok-bengkok.
Bakteri dapat diperoleh dari mana-mana, misal dari rongga
mulut, dari sela-sela gigi, dari tanah yang banyak sampah-sampah,
dari sisa-sisa makanan yang sudah basi (Dwidjoseputro, 1987).
c.
Bakteri Streptococcus
Streptococcus adalah patogen yang penting karena banyak
infeksi hebat yang disebabkan oleh bakteri ini. Sifat organisme ini
yang sangat khas ialah penampilannya. Organisme ini lebih kurang
berbentuk bulat yang tumbuh sebagai rantai. Organisme ini
membelah hanya pada satu arah, tetapi belahan itu bukannya
menjadi masing-masing kokus melainkan masih mempunyai
kecenderungan untuk tetap bersama dan membentuk rantai kokus.
Panjangnya rantai yang mungkin dapat dilihat ketika mewarnai
organisme sampai batas tertentu ini bergantung kepada apakah
organisme itu ditumbuhkan pada media padat atau cair dan
bagaimana
kira-kira
organisme
itu
ditangani
dalam
proses
pembuatan olesan. Rantai terpanjang terlihat pada preparat basah
biakan cair. Streptococcus adalah semuanya gram positif dan tidak
bergerak (Volk dan Wheeler, 1990).
d.
Bakteri Streptococcus mutans
1.
Pengertian Streptococcus mutans
Streptococccus mutans termasuk anggota floral normal
rongga mulut (Jawetz, dkk, 1996). Streptococcus mutans
merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak
bergerak), dan dapat hidup secara anaerob fakultatif (Roeslan,
1992).
2.
Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus mutans
Mikroorganisme ini berbentuk bulat, atau lonjong dengan
koloninya berpasangan atau berantai, dan tidak berspora. Bakteri
ini dalam perbenihan cair membentuk rantai panjang (Roeslan,
1992). Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18°C
− 40°C. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga
gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling
kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Nugraha, 2008).
Streptococcus mutans ini mempunyai suatu enzim yang
disebut glukosil transferase di atas permukaannya yang dapat
menyebabkan
polimerisasi
glukosa
dan
sukrosa
dengan
pelepasan fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul glukosa
yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan
glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini
sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air (Nugraha, 2008).
Hal ini dimanfaatkan oleh Streptococcus mutans untuk
berkembang dan membentuk plak pada gigi. Enzim yang sama
melanjutkan untuk menambah banyak molekul glukosa ke satu
sama lain untuk membentuk dextran yang mana memiliki
struktur yang sangat mirip dengan amylase dalam tajin. Dextran
bersama dengan bakteri melekat erat pada enamel gigi dan
menuju ke pembentukan plak gigi. Hal ini merupakan tahap dari
pembentukan atau lubang pada gigi (Nugraha, 2008).
Gambar 2.2 Bakteri Streptococcus mutans (Todar, 2008)
Berikut ini adalah klasifikasi dari bakteri Streptococcus
mutans: (Nugraha, 2008)
Kingdom
: Monera
Divisio
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Lactobacilalles
Family
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Species
: Streptococcus mutans
3. Hubungan Bunga Rosella Terhadap Bakteri Streptococcus mutans
Bunga rosella mengandung senyawa fenol atau polifenol, saponin
dan tannin, yang termasuk golongan flavonoid yang diketahui memiliki
aktivitas antibakteri (Ratnasari, dkk, 2013; Pratiwi, dkk, 2011). Menurut
Braughler, dkk (1986), fenol atau polifenol berfungsi sebagai antibakteri
dengan cara mengubah protein sel dan merusak membran plasma bakteri
(Anokwuru, dkk, 2011). Menurut Robinson (1995), tannin bersifat sebagai
antibakteri dengan membentuk ikatan yang stabil dengan protein sehingga
terjadi koagulasi protoplasma (Miranti, dkk, 2013). Morrisey dan Osbourn
(1999), menjelaskan bahwa saponin menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membrane sterol.
Efek utama saponin adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam
sel, sehingga menyebabkan pori-pori pembentukan dan hilangnya
integritas membran (Turk, 2006). Menurut Taylor, dkk (2005), flavonoid
berinteraksi dengan protein membran yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran bakteri (Upadhyay, dkk, 2014).
Menurut Neu, dkk (1992), bunga rosella juga mengandung pektin
yang berfungsi mengikat dan mengganggu sel bakteri sehingga mampu
menghambat pertumbuhan bakteri (Imansyah, 2013). Kandungan penting
lainnya yaitu antosianin yang memiliki kemampuan membunuh bakteri
(Mardiah, dkk, 2009; Miranti, dkk, 2013). Somaatmadja, dkk (1963),
menyebutkan bahwa antosianin dapat menginhibisi oksidasi glukosa dan
mengikat zat besi yang dibutuhkan oleh bakteri sehingga menghambat
metabolisme dari bakteri (Rhodes, 2004).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bunga rosella
merupakan tumbuhan semak yang termasuk dalam genus Hibiscus dengan
spesies berbeda yang memiliki sifat bakteriostatis. Menurut Pelczar, dkk
(2008), bakteriostatis adalah suatu keadan yang menghambat pertumbuhan
bakteri.
D. Kerangka Konsep
Variabel Pengaruh
Variabel Terpengaruh
Seduhan bunga rosella
dengan konsentrasi 50%,
75%, 100%
Variabel Terkendali
Daya hambat bakteri
Streptococcus mutans
Variabel Tak Terkendali
a. Media kultur PCA
b. Waktu inkubasi 1x24
jam
c. Suhu inkubasi 37°C
d. Konsentrasi larutan
50%, 75%, dan 100%
e. Suspensi bakteri
Jumlah bakteri
Streptococcus mutans
Keterangan :
Diteliti
Tidak Diteliti
E. Pertanyaan Penelitian
“Apakah ada pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ?”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental research atau
percobaan dengan desain penelitian True Experimental Design (rancanganrancangan eksperimen sungguhan). Menurut Notoadmodjo (2010) desain ini
bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat
dengan cara mengadakan intervensi atau mengenakan perlakuan kepada satu
atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi
tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan
(kelompok kontrol).
Penelitian ini membandingkan keadaan bakteri Streptococcus mutans
sesudah diberi seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75% dan
100%. Rancangan yang dilakukan adalah post test dengan kelompok kontrol
(Posttest Only Control Group Design). Penelitian ini tidak diadakan pretest
(Notoatmodjo, 2010). Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah Natrium
Fisiologis 0,9%.
Rancangan ini dapat digambarkan model rancangan sebagai berikut:
Eksperimen
E
K
Keterangan:
Postest
X1
0-A
X2
0-B
X3
0-C
0-D
E
: Eksperimen.
K
: Kelompok kontrol.
(X1, X2, X3)
: Perlakuan dengan pengujian seduhan bunga rosella
dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%.
(0-A, 0-B, 0-C)
: Pengamatan dan pengukuran radius area daya hambat
bakteri.
B.
Variabel Penelitian
1.
Variabel pengaruh
Seduhan bunga rosella konsentrasi 50%, 75%, dan 100%.
2.
Variabel terpengaruh
Daya hambat bakteri Streptococcus mutans.
3.
4.
Variabel terkendali
a.
Waktu kultur PCA.
b.
Waktu inkubasi 1x24 jam.
c.
Suhu inkubasi 37°C.
d.
Konsentrasi seduhan 50%, 75%, dan 100%.
e.
Suspensi bakteri
Variabel tak terkendali
Jumlah bakteri Streptococcus mutans.
C. Definisi Operasional
1.
Variabel Pengaruh
a.
Pengertian Seduhan Bunga Rosella
Bunga terdiri dari kelopak, mahkota, benangsari dengan
serbuk sari, putik, bakal biji, dasar bunga dan tangkai buah
(Ratnasari, 2007). Bagian bunga rosella yang digunakan yaitu
kelopak bunga rosella yang telah kering. Kelopak kering bunga
rosella didapat dengan membeli di pasar.
Menyeduh berarti menyiram atau mencampurkan sesuatu
dengan air panas (Setiawan, 2014). Seduhan rosella adalah kelopak
bunga rosella kering yang diseduh dengan air panas kemudian
didiamkan (Wibowo,2009).
b.
Cara Pembuatan Seduhan Bunga Rosella
Cara membuat seduhan bunga rosella adalah dengan cara
menghaluskan bunga rosella kering menggunakan blender hingga
menjadi bubuk. Langkah selanjutnya, mendidihkan aquades.
Kelopak kering rosella yang telah menjadi bubuk diseduh dengan
aquades yang telah mendidih kemudian diaduk. Pada penelitian ini
digunakan pelarut aquades dalam seduhan bunga rosella karena
menurut penelitian Anokwuru, dkk (2011), bunga rosella dengan
pelarut aquades dapat mengoksidasi lipid lebih banyak dibanding
dengan menggunakan pelarut selain aquades. Seduhan dibiarkan
selama 3 menit untuk terjadinya ekstraksi kandungan yang lengkap
(Tsai,
dkk,
2002).
Langkah
selanjutnya,
seduhan
difiltrasi
menggunakan kain flanel steril dan diletakkan didalam beaker glass.
Skala pengukuran variabel pengaruh penelitian ini menggunakan
skala pengukuran nominal.
Cara
pembuatan
konsentrasi
seduhan
bunga
rosella
menggunakan rumus:
Persen berat per volume (
gr zat terlarut =
( b v) x
b v)
zat terlarut
x 100
larutan
larutan
100
(Yazid, 2005)
Keterangan:
Zat terlarut
: bubuk bunga rosella
Larutan
: aquades yang telah dididihkan
Seduhan bunga rosella yang digunakan adalah seduhan bunga
rosella dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%, sehingga:
1) Konsentrasi 50%
gr zat terlarut =
50
x 50 ml
100
= 25 gr
Jadi, 25 gr bubuk bunga rosella diseduh dalam 50 ml aquades
yang telah dididihkan.
2) Konsentrasi 75%
gr zat terlarut =
75
x 50 ml
100
= 37,5 gr
Jadi, 37,5 gr bubuk bunga rosella diseduh dalam 50 ml aquades
yang telah dididihkan.
3) Konsentrasi 100%
gr zat terlarut =
100
x 50 ml
100
= 50 gr
Jadi, 50 gr bubuk bunga rosella diseduh dalam 50 ml aquades
yang telah dididihkan.
Penelitian ini menggunakan teknik seduhan yaitu hasil dari
campuran sesuatu dengan air panas. Pada penelitian ini yang
digunakan adalah bunga rosella kering dicampurkan dengan aquades
yang telah dididihkan. Sehingga, pada konsentrasi 100% tetap
diperlukan penambahan aquades.
2.
Variabel Terpengaruh
Variabel terpengaruh penelitian ini adalah daya hambat bakteri
Streptococcus mutans. Pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans adalah
bakteri Streptococcus mutans yang ditumbuhkan pada satu media agar.
Cara penentuan sensitivitas mikroorganisme ini menggunakan Metode
Cakram KIRBY-BAUER untuk menetapkan kerentanan organisme
(bakteri Streptococcus mutans) terhadap antibiotik (seduhan bunga
rosella) dengan menginokulasi media agar dengan biakan Streptococcus
mutans dan membiarkan seduhan bunga rosella berdifusi ke media agar.
Cara mengukur pertumbuhan bakteri adalah dengan mengukur daerah
bebas bakteri yang disebut daerah oligodinamik (blank zone) yang
tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram kertas
saring/paper disk. Diameter zona diukur dengan jangka sorong (Harmita
dan Radji, 2008)
Uji ini dilakukan pada permukaan media padat yaitu 1 ml suspensi
bakteri Streptococcus mutans dituangkan di media PCA kemudian diberi
paper disk steril yang sebelumnya telah dicelupkan dalam seduhan bunga
rosella konsentrasi 50%, 75%, dan 100% setelah itu diinkubasi selama
1x24 jam pada suhu
, dilihat diameter zona penghambatnya atau
oligodinamik (blank zone) cawan petri, kemudian diukur menggunakan
jangka sorong (mm).
Diameter zona penghambat merupakan pengukuran Konsentrasi
Hambatan Minimum (KHM) atau Minimum Inhibitory Concentration
(MIC) untuk menentukan konsentrasi terendah suatu zat yang masih
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Harmita dan Radji,
2008). Skala pengukurannya menggunakan skala pengukuran interval.
Skema pengukuran penelitian adalah sebagai berikut:
Daerah Pertumbuhan Bakteri
Oligodinamik
Paper Disk
Cawan Petri
Gambar 3.1 Cawan Petri yang Terdiri dari 4 Paper Disk
(Dwidjoseputro, 1987)
A
B
C
D
Gambar 3.2 Pengukuran Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri
Keterangan:
A : Vertikal
B : Diagonal 1
C : Horizontal
D : Diagonal 2
Setelah dilakukan pengukuran area daya hambat, menentukan
klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut Ahn, dkk
(1994) dalam Inayatullah (2012), sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tabel Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Diameter Zona Hambat
Respon Hambat Pertumbuhan
(Zona Terang)
Kuat
… 20 mm
Sedang
16 ─ 20 mm
Lemah
10 ─ 15 mm
Sangat Lemah
… 10 mm
3.
Variabel terkendali
a.
Media Kultur PCA
PCA (Plate Count Agar) digunakan sebagai media yang
bentuknya seperti agar untuk menumbuhkan bakteri.
b.
Waktu Inkubasi
Waktu inkubasi dilakukan selama 1 x 24 jam
c.
Suhu Inkubasi
Suhu inkubasi dilakukan pada suhu 37°C.
d.
Konsentrasi Seduhan Bunga Rosella
Konsentrasi seduhan bunga rosella yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 50%, 75% dan 100%. Beberapa konsentrasi
seduhan yang digunakan bertujuan untuk mengetahui zona hambat
terkecil dan terbesar pada masing-masing seduhan.
e.
Suspensi Bakteri
Suspensi bakteri Streptococcus mutans yang diinokulasi pada
media PCA.
4.
Variabel tak terkendali
Jumlah bakteri Streptococcus mutans sebelum diberi seduhan
bunga rosella.
D. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah bakteri
Streptococcus mutans.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini yaitu koloni bakteri
Streptococcus mutans yang tumbuh pada media PCA yang diinkubasi
dengan suhu 37°C selama 1x24 jam.
E. Alat dan Bahan
1.
Alat
Tabel 3.2 Tabel Alat yang dibutuhkan dan Fungsinya
No.
Nama Alat
Fungsi
1. Timbangan
Mengukur berat bahan
2. Blender
Menghancurkan bunga rosella
kering
3.
Mortar
4.
Beaker glass
5.
6.
7.
Tempat bubuk bunga rosella
Tempat pelarutan dan proses
reaksi larutan, mensterilkan
media dalam tabung, dan
tempat
untuk
membuat
seduhan bunga rosella
Kain
flanel Menyaring seduhan bunga
steril
rosella
Corong gelas
Membantu
penyaringan
seduhan bunga rosella
Pipet
Mengambil larutan dengan
jumlah kecil
Jumlah Alat
1 buah
1 buah
1 buah
7 buah
3 x (8 cm x 8
cm)
3 buah
1 buah
Tabel 3.2 Tabel Alat yang dibutuhkan dan Fungsinya―lanjutan
No.
Nama Alat
Fungsi
Jumlah Alat
8.
Gelas ukur
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Mengukur jumlah aquades dan
natrium fisiologis 0,9%
2 buah
Tabung reaksi
Mencampurkan media PCA
dan pembuatan suspensi
bakteri.
tabung Menempatkan tabung reaksi
7 buah
Rak
reaksi
Batang
pengaduk
1 buah
Pengaduk dalam pembuatan
PCA dan membantu proses
pengadukan seduhan bunga
rosella
Memanaskan PCA
4 buah
Kompor/hot
plate
Lampu spiritus Sterilisasi jarum inokulasi,
(bunsen)
fungsi
aseptik
proses
inokulasi
Cawan petri
Media
perkembangbiakan
bakteri
Autoclave
Sterilisasi alat/media
Jarum
Inokulasi mikroorganisme
inokulasi
(Ose/Tusuk)
Inkubator
Alat
untuk
inkubasi
mikroorganisme
Almari es
Menjaga
kesterilan
dan
menyimpan PCA
Gelang karet
Mengikat cawan petri
Penjepit
Menjepit tabung reaksi
Jangka sorong Mengukur area daya hambat
bakteri
Pinset
Menjepit paper disk steril dan
menjepit kain flanel dalam
proses penyaringan
1 buah
4 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
6 buah
1 buah
1 buah
2 buah
2.
Bahan
Tabel 3.3 Tabel Bahan yang dibutuhkan
No.
Bahan
1.
Bunga rosella kering 112,5 gr
2.
Bakteri Streptococcus mutans
3.
Natrium Fisiologis 0,9 %
4.
Media PCA
5.
Aquades
6.
Alkohol 70%
7.
Paper disk 12 buah
8.
Korek api
9.
Kapas
10.
Kertas buram
11.
Spidol
12.
Label
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2009). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tabel Instrumen Penelitian
No.
1.
2.
Variabel
Metode
pengambilan
data
Variabel pengaruh
Seduhan bunga rosella
Eksperimen
Variabel terpengaruh
Daya hambat bakteri Observasi
Streptococcus mutans
Instrumen
Penelitian
Ceklist observasi
Lembar pengukuran
G. Jalannya Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium dengan prosedur
penelitian pertama meminta izin kepada Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Semarang untuk melakukan penelitian di laboratorium
mikrobiologi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang
dengan penelitian pengaruh bunga rosella terhadap daya hambat bakteri
Streptococcus mutans. Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a.
Persiapan Tempat dan Tenaga Labiratorium
1) Perijinan kepada Ketua Jurusan Keperawatan Gigi untuk
melakukan penelitian di laboratorium mikrobiologi di Jurusan
Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang.
2) Penelitian akan dilakukan sendiri dengan bimbingan dari tenaga
laboratorium
dari
Jurusan
Keperawatan
Gigi
Poltekkes
Kemenkes Semarang.
b.
Persiapan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Streptococcus
mutans.
c.
Persiapan alat
Alat yang akan digunakan untuk membuat seduhan bunga
rosella yaitu timbangan, blender, beaker glass, kain flanel steril,
corong gelas, dan batang pengaduk. Sedangkan alat yang digunakan
untuk penelitian adalah cawan petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
beaker glass, jarum ose, penjepit, lampu spiritus, paper disk, pinset,
jangka sorong, autoclave, inkubator , dan almari es.
d.
Persiapan bahan.
1) Persiapan pembuatan bahan PCA (Plate Count Agar)
Menurut Soesanto (2012), pembuatan PCA yaitu dengan
cara:
1.
Menimbang PCA sebanyak 2,25 gr dan ukur aquades
sebanyak 1 lt.
2.
Mencampurkan
PCA
dan
aquades
melalui
proses
pengadukan dan pemanasan menggunakan hotplate hingga
jernih.
3.
Menuangkan larutan PCA tersebut dalam tabung reaksi,
kemudian tutup tabung dengan kapas.
4.
Meletakkan tabung reaksi yang berisi PCA pada beaker
glass, kemudian tutup dengan kertas yang terikat oleh
gelang karet.
5.
Memasukan beaker glass kedalam autoclave, sterilkan
selama 30 − 60 menit pada tekanan 1 atm (suhu
6.
).
Mengangkat media setelah proses sterilisasi selesai dan
dinginkan
7.
Menyimpan
PCA
pada
almari
es
apabila
belum
dipergunakan.
2) Isolasi Mikroorganisme
Isolasi
mikroorganisme
dilakukan
dengan
cara:
(Soesanto, 2012)
a) Menyiapkan PCA yang sudah disterilkan dan dipanaskan
b) Menyiapkan sample bakteri Streptococcus mutans dengan
jarum ose yang sudah disterilkan dengan panas lampu
spiritus sampai merah, kemudian memindahkan bakteri
kedalam PCA miring dengan menggoreskan menggunakan
metode zig-zag dengan mendekatkan pada lampus piritus
agar steril.
c) Setelah selesai tutup tabung menggunakan kapas, bungkus
dengan kertas dan ikat dengan gelang karet.
d) Simpan dalam incubator untuk dikembangbiakkan selama
1x24 jam.
3) Persiapan Pembuatan Suspensi Bakteri
Pembuatan suspensi bakteri Streptococcus mutans yaitu
dengan cara menyiapkan natrium fisiologis 0,9% sebanyak 9 ml
masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian mengambil 1 jarum
ose sampel bakteri Streptococcus mutans dengan cara di gores,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi
natrium fisiologis 0,9% dan digoyang-goyangkan hingga
tercampur rata (Soesanto, 2012).
4) Persiapan Pembuatan Seduhan
a) Seduhan Bunga Rosella
Seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%, 75%,
dan 100% yang diperoleh dengan metode sebagai berikut:
(1) Menghancurkan bunga rosella kering menggunakan
blender.
(2) Menimbang bubuk rosella yang akan diseduh yaitu 25 gr
bubuk rosella lalu meletakkannya pada beaker glass
kemudian melakukan hal yang sama untuk bubuk bunga
rosella 37,5 gr, dan 50 gr.
(3) Mendidihkan aquades.
(4) Menyeduh bubuk bunga rosella dengan aquades yang
telah dididihkan dengan konsentrasi sebagai berikut:
(a) Konsentrasi 50% dibuat dengan 25 gr bubuk bunga
rosella dan ditambah aquades yang telah dididihkan
sebanyak 50 ml.
(b) Konsentrasi 75% dibuat dengan 37,5 gr bubuk
bunga rosella dan ditambah aquades yang telah
dididihkan sebanyak 50 ml.
(c) Konsentrasi 100% dibuat dengan 50 gr bubuk bunga
rosella dan ditambah aquades yang telah dididihkan
sebanyak 50 ml.
(5) Mengaduk bubuk bunga rosella kering yang telah
dicampur dengan aquades agar hasil seduhan sempurna
(6) Membiarkan seduhan selama 3 menit untuk terjadinya
ekstraksi kandungan yang lengkap
(7) Memisahkan ampas hasil seduhan dengan disaring
menggunakan kain flanel steril, air seduhan hasil
saringan diletakkan pada beaker glass.
b) Natrium fisiologis 0,9% sebagai kelompok kontrol.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan di laboratorium
adalah sebagai berikut: (Soesanto, 2012)
a.
Membuat media PCA (Plate Count Agar) sebagai pertumbuhan
bakteri kemudian mensterilkan dengan menggunakan autoclave.
b.
Mempersiapkan mikroorganisme, dalam penelitian ini adalah bakteri
Streptococcus mutans
c.
Membuat seduhan bunga rosella masing-masing dengan konsentrasi
50%, 75%, dan 100% dan menyiapkan natrium fisiologis 0,9%
sebagai kelompok kontrol.
d.
Teknik Pengaplikasian
1) Menyiapkan 3 cawan petri steril, masing-masing cawan petri
dibagi 4 bagian menggunakan spidol, ditandai X1 (50% seduhan
bunga rosella), X2 (75% seduhan bunga rosella), X3 (100%
seduhan bunga rosella) dan Y (Natrium fisiologis 0,9%).
2) Menuangkan PCA yang sudah steril ke dalam cawan petri dan
meratakan dengan cara memutar-mutar perlahan cawan petri di
atas meja dan membiarkan sampai membeku. Melakukan hal
yang sama pada pengulangan kedua dan ketiga.
3) Menuangkan 1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri lalu
diratakan dengan cara menggoyang-goyangkan di tempat yang
datar.
4) Mengambil keping paper disk menggunakan pinset kemudian
mencelupkan ke dalam
seduhan bunga rosella dengan
konsentrasi 50% setelah itu meletakkannya ke wilayah cawan
petri (X1). Cara yang sama dilakukan untuk konsentrasi masingmasing larutan 75% untuk wilayah cawan petri (X2) dan 100%
untuk wilayah cawan petri (X2). Kemudian mengambil paper
disk steril, celupkan kedalam natrium fisiologis 0,9% sebagai
kelompok kontrol setelah itu meletakkan ke wilayah cawan petri
(Y).
5) Menutup kembali cawan petri dan bungkus dengan kertas buram
kemudian beri etiket.
6) Perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan untuk mendapatkan
hasil penelitian yang lebih akurat.
7) Memasukkan kedalam inkubator untuk proses inkubasi selama
1x24 jam dan mengamati hasilnya
3. Tahap Pengukuran
Setelah diinkubasi kemudian dilihat dan diukur diameter daerah
penghambatnya yang disebut oligodinamik (blank zone) dengan
menggunakan jangka sorong. Oligodinamik merupakan area daya
hambat
seduhan
bunga
rosella
terhadap
pertumbuhan
bakteri
Streptococcus mutans. Pengukuran daya hambat dilakukan dari 4 arah
yaitu vertikal, horizontal, diagonal 1, dan diagonal 2.
Pada pengamatan di laboratorium, peneliti dibantu oleh orang
yang ahli dalam bidang tersebut.
4. Tahap Pengumpulan Data Hasil Penelitian
Teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan observasi
terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis
tentang apa yang akan diamati dan dimana tempatnya.
Menurut Notoatmodjo (2010), tahapan pengolahan data adalah
sebagai berikut:
a.
Editing
Memeriksa hasil pengukuran daya hambat bakteri Streptococcus
mutans oleh seduhan bunga rosella. Zona terang (blank zone)
menandakan daerah asepsis (daerah bebas bakteri).
b.
Coding
Mengklasifikasikan data-data hasil pengukuran daya hambat
bakteri oleh seduhan bunga rosella dengan kode-kode.
D1 = Vertikal
D2 = Horizontal
D3 = Diagonal 1
D4 = Diagonal 2
c.
Entry Data
Memindahkan data dari hasil pengukuran ke dalam sebuah media
yang mudah diolahdalam bentuk tabel.
d.
Tabulating
Memindahkan data dari tabel hasil pengukuran ke dalam tabel
untuk menghitung total rata-rata daya hambat bakteri.
H. Alur Penelitian
Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.)
Bunga rosella kering
dihancurkan dan dihaluskan
Bubuk bunga rosella diseduh
dengan aquades yang telah
dididihkan
Didapatkan hasil seduhan bunga
rosella dengan konsentrasi 50%,
75%, dan 100%
Memberi perlakuan pada bakteri
Streptococcus mutans
Dilakukan pengulangan perlakuan
sebanyak 3 kali pengulangan
Pengukuran radius
daerah oligodinamik
Analisa Data
Kesimpulan
I.
Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif yaitu peneliti mendeskripsikan atau menyimpulkan hasil
penelitian yang berupa angka, dimana data yang diperoleh diolah dan
dimasukkan ke tabel tabulasi, kemudian dihitung skor atau nilai rata-ratanya.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental research atau percobaan
dengan desain penelitian True Experimental Design. Rancangan yang
dilakukan adalah post test dengan kelompok kontrol (Posttest Only Control
Group Design). Skala pengukuran variabel pengaruh menggunakan skala
nominal sedangkan variabel terpengaruhnya menggunakan skala interval.
J.
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian tentang “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus
mutans” terlampir.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tentang “Pengaruh Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans” telah
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes
Kemenkes Semarang pada tanggal 9 – 11 Februari 2015 dengan 4 kali
pengukuran dan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian yang dilakukan di
laboratorium mikrobiologi diamati pada tanggal 11 Februari 2014, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan
50%
Zona Hambat (mm)
Pengulangan
Rata-Rata
D1
D2
D3
D4
I
II
III
18,1
24,4
24,5
17,3
20,4
27,3
Total Rata-Rata
18,1
21,3
24,7
19,5
21,7
26,2
Konsentrasi
18,3
22,0
25,7
Respon
Hambat
Bakteri
Sedang
Kuat
Kuat
22,0
Kuat
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran
diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 50%
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada pengulangan ke − I
= 18,3 mm dengan respon hambat sedang, pengulangan ke − II = 22,0 mm
dalam respon hambat kuat, dan pengulangan ke − III = 25,7 mm dalam respon
hambat kuat. Total rata-rata diameter zona hambat seduhan bunga rosella
dengan konsentrasi 50% adalah 22,0 mm termasuk respon hambat kuat.
Tabel 4.2 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan Konsentrasi
75%
26,0
17,0
26,5
Respon
Hambat
Bakteri
Kuat
Sedang
Kuat
23,2
Kuat
Zona Hambat (mm)
Pengulangan
I
II
III
D1
D2
D3
D4
25,3
17,5
25,0
25,1
17,2
27,3
29,2
17,1
25,4
24,4
16,1
28,1
Total Rata-Rata
Rata-Rata
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran
diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 75%
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada pengulangan ke − I
= 26,0 mm dengan respon hambat kuat, pengulangan ke − II = 17,0 mm
dalam respon hambat sedang, dan pengulangan ke − III = 26,5 mm dengan
respon hambat kuat. Total rata-rata diameter zona hambat seduhan bunga
rosella dengan konsentrasi 75% adalah 23,2 mm termasuk respon hambat
kuat.
Tabel 4.3 Tabel Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan
100%
Zona Hambat (mm)
Pengulangan
Rata-Rata
D1
D2
D3
D4
I
II
III
31,1
24,7
27,7
30,5
23,5
27,0
Total Rata-Rata
30,5
24,6
27,4
30,5
24,6
28,3
Konsentrasi
30,7
24,4
27,6
Respon
Hambat
Bakteri
Kuat
Kuat
Kuat
27,6
Kuat
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran
diameter zona hambat seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 100%
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada pengulangan ke − I
= 30,7 mm dengan respon hambat kuat, pengulangan ke − II = 24,4 mm
dalam respon hambat kuat, dan pengulangan ke − III = 27,6 mm dengan
respon hambat kuat. Total rata-rata diameter zona hambat seduhan bunga
rosella dengan konsentrasi 100% adalah 2,6 mm termasuk respon hambat
kuat.
Berdasarkan hasil pengukuran ketiga pengulangan tersebut didapatkan
data sebagai berikut:
Zona Hambat (mm)
30,0
27,6
25,0
20,0
23,2
22,0
15,0
10,0
5,0
0,0
0
50%
0
75%
Konsentrasi Perlakuan
Seduhan Bunga Rosella
0
100%
Natrium Fisiologis 0,9%
Gambar 4.1 Gambar Rata-Rata Daya Hambat Seduhan Bunga Rosella dengan
Konsentrasi 50%, 75%, dan 100%
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata zona hambat
terbesar adalah seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 100%, setelah itu
seduhan bunga rosella dengan konsentrasi 75% dan bunga rosella dengan
konsentrasi 50%. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin
tinggi konsentrasi seduhan bunga rosella yang dipaparkan terhadap bakteri
Streptococcus mutans, maka diameter zona hambat yang dihasilkan semakin
besar.
Penelitian ini menunjukkan bahwa seduhan bunga rosella sebagai
antibakteri terhadap Streptococcous mutans memiliki Kadar Hambat
Minimum (KHM) sebesar 50% dengan zona hambat rata-rata berdiameter
22,0 mm dengan respon hambat kuat dan konsentrasi paling efektif yaitu pada
konsentrasi sebesar 100% yang memiliki zona hambat sebesar 27,6 mm yang
termasuk dalam respon hambat kuat.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada pengaruh
seduhan bunga rosella terhadap bakteri Streptococcus mutans. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi seduhan bunga
rosella yang dipaparkan terhadap bakteri Streptococcus mutans, maka
diameter zona hambat yang dihasilkan semakin besar.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahan zat aktif yang terkandung
dalam seduhan bunga rosella pada berbagai konsentrasi dapat menghasilkan
efek antibakteri. Hal ini disebabkan karena kandungan fenol atau polifenol
pada bunga rosella yang menurut Braughler, dkk (1986), mampu mengubah
protein sel dan merusak membran plasma bakteri (Anokwuru, dkk, 2011).
Bunga Rosella mengandung tannin dan saponin. Menurut Robinson (1995),
tannin bersifat sebagai antibakteri dengan membentuk ikatan yang stabil
dengan protein sehingga terjadi koagulasi protoplasma (Miranti, dkk, 2013).
Morrisey dan Osbourn (1999), menjelaskan bahwa saponin bekerja dengan
cara berinteraksi dengan membrane sterol sehingga terjadi pelepasan protein
dan enzim dari dalam sel yang menyebabkan pori-pori pembentukan dan
hilangnya integritas membran (Turk, 2006).
Menurut Taylor, dkk (2005), kandungan flavonoid pada bunga rosella
mampu
berinteraksi
dengan
protein
membran
yang
menyebabkan
peningkatan permeabilitas membran bakteri (Upadhyay, dkk, 2014). Bunga
rosella juga mengandung pektin dan antosianin. Pektin bekerja dengan cara
mengikat dan mengganggu sel bakteri (Imansyah, 2013). Somaatmadja, dkk,
(1963), meyebutkan bahwa antosianin mampu menginhibisi oksidasi glukosa
dan mengikat zat besi yang dibutuhkan oleh bakteri (Rhodes, 2004).
Hasil yang diperoleh dari tiga pengulangan menunjukkan bahwa tiap
pengulangan seduhan bunga rosella konsentrasi 75% dan 100% mengalami
perubahan atau tidak konstan. Pada seduhan bunga rosella 75% yang diujikan
pada pengulangan ke-I menunjukkan diameter zona hambat 26,0 mm,
pengulangan ke-II turun menjadi 17,0 mm dan pada pengulangan ke-III
terjadi kenaikkan diameter zona hambat menjadi 26,5 mm. Sehingga,
pengulangan ke-III lebih tinggi dari pengulangan I dan II. Pada seduhan
bunga rosella 100% pengulangan ke-I menunjukkan diameter zona hambat
30,7 mm, pengulangan ke-II turun menjadi 24,4 mm, dan pada pengulangan
ke-III terjadi kenaikan diameter zona hambat menjadi 27,6 mm. Sehingga,
pengulangan ke-III lebih rendah dari pengulangan ke-I namun lebih tinggi
dari pengulangan ke-II.
Ketidakkonstanan pada kedua konsentrasi tersebut dikarenakan oleh
faktor teknis yang terjadi pada saat penelitian, yaitu banyaknya perasan yang
terserap pada paper disk, sehingga kepekatan paper disk mengalami
perbedaan dan berpengaruh pada zona hambat. Sedangkan natrium fisiologis
0,9% sebagai kelompok kontrol tidak mempunyai zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan ditunjukkan tidak adanya
zona bening disekitar paper disk atau zona hambat = 0 mm.
Berdasarkan klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri
menurut Ahn, dkk (1994), seduhan bunga rosella dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan efektivitas kuat, karena
lebih dari 20 mm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Jurusan Keperawatam Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh seduhan bunga rosella terhadap daya hambat bakteri
Streptococcus mutans yaitu bahwa seduhan bunga rosella mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan semakin
tinggi konsentrasi seduhan bunga rosella yang dipaparkan terhadap
bakteri Streptococcus mutans, maka diameter zona hambat yang
dihasilkan semakin besar.
2. Daya hambat seduhan bunga rosella 50% terhadap bakteri Streptococcus
mutans adalah 22,0 mm termasuk dalam kategori kuat.
3. Daya hambat seduhan bunga rosella 75% terhadap bakteri Streptococcus
mutans adalah 23,2 mm termasuk dalam kategori kuat.
4. Daya
hambat
seduhan
bunga
rosella
100%
terhadap
bakteri
Streptococcus mutans adalah 27,6 mm termasuk dalam kategori kuat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal pemanfaatan bahan alam
bunga rosella denga cara diseduh sebagai salah satu bahan antikaries
alternatif di bidang kedokteran gigi pencegahan.
2. Perlu dilakukan serangkaian uji lainnya agar dapat diketahui pengaruh
rosella terhadap daya hambat bakteri patogen lain dalam mulut salah satu
nya yaitu mengenai pengaruh seduhan bunga rosella terhadap bakteri
Staphylococcus aureus sebagai salah salah satu bakteri penyebab
peradangan rongga mulut.
DAFTAR RUJUKAN
Adam, S., Dasar-Dasar Mikrobiologi Parasitologi untuk Perawat, Kedokteran
EGC, Jakarta, 1992, h.17-18
Anokwuru, C.P., Ijeoma, E., Olusola, A., Ayobami, O.A., Polyphenolic Cintent
and Antioxidant Activity of Hibiscus sabdariffa Calyx, Research Journal of
Medicinal Plant, 2011, 5 (5): 557-566, http:// www. scialert. net/abstract
/?doi=rjmp.2011.557.566, diakses tanggal 11 Desember 2014
Arikunto, S., Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, h.22
BPOM RI, Serial Data Ilmiah Terkini Tanaman Obat Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.), Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta, 2010,
hal.1-3
Dwidjoseputro, D., Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta, 1987, h.11,
22
Harmita, Radji, M., Buku Ajar Analis Hayati, EGC, Jakarta, 2008,
https://books.google.co.id/books?id=ac3xoxKVzWIC&pg=PA2&lpg=PA2
&dq=penentuan+aktivitas+antimikroba+dengan+metode+cakram+kertas&
source, diakses pada tanggal 1 Februari 2015, h.2, 4
Imansyah, B.A., Pektin, 2013, https://www.scribd.com/doc/155710707/Pektin,
diakses tanggal 25 September 2014
Innayatullah, S., 2012, Efek Ekstrak Dun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Laporan Penelitian, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, h.8
Jawetz, E., Melnick, J., Adelberg’s, E., Mikrobiologi Kedokteran, Penerjemah
Nugroho, E., R.F., Maulany, EGC, Jakarta, 1996, h.218
Kementrian Kesehatan RI., 2007, Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.,
Jakarta, h.147, 155
Marcia, 2013, Hibiscus sabdariffa, https://www.flickr.com/search/?tags=hibiscus
sabdariffa, diakses pada tanggal 1 Februari 2015
Mardiah, Sawarni, H., Reki, W.A.,Arufah, R., Budidaya & Pengolahan Rosela SI
Merah Segudang Manfaat, Agro Media Pustaka, Jakarta, 2009, h.1-2, 911, 13-14, 23, 30, 58
Miranti, M., Prasetyorini, Suwary, C., Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol 30% Dan 96% Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
Sabdariffal)Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Ekologia, 2013,
3(1): 9-18, file: ///C:/Users/user/Downloads/dosen6339_dosen_ 2203_2.
_bu_mira_%20(2).pdf, diakses pada tanggal 11 Desember 2014
Notoadmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,
h. 58-60, 115
Nugraha, A.W., Si Plak Dimana-mana, Fakultas Farmasi USD Yogyakarta, 2008,
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/streptococcus-mutans31.pdf,
diakses tanggal 16 November 2014, h.1, 2, 3
Pelczar, Jr., M.J., E.C.S. Chan., Dasar-Dasar Mikrobiologi 2, Alih bahasa Ratna,
S.H., Teja, I., S.Sutarmi, Tjitrosomo dan Angka, SL., Edisi 2, UI-Press.
Jakarta, 2008, h. 449, 815
Pratiwi, D., Yuliani, R., Munawaroh, R., Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Kelopak Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Terhadap Pseudomonas
aeruginosa
Multiresisten
dan
Shigella
dysenteriae,
2011,
http://www.farmako.uns.ac.id/perhipba/wp-concent/uploads/2011/12/FEK.
24.pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2014
Pratiwi, D., Gigi Sehat Merawat Gigi Anak Sehari-hari, Kompas, Jakarta, 2007,
h.25
Ramya, S., C. Rajasekaran, R. Sivaperumal, A. Krishnan, R. Jayakumararaj,
Ethnomedical Perspectives of Botanical used by Malayali Tribes in Vattal
Hills of Dharmaputri (TN), India, Ethnobotanical Leaflets 2008, 12: 105460, http://www.ethnoleaflets.com/leaflets/malaya.htm, diakses tanggal 10
Desember 2014
Ratnasari, A., Wahjuni, W., Nike, H., Efek Seduhan Bunga Rosella dalam
Menghambat Pertumbuhan Candida albicans pada Resin Akrilik, Journal
of Prosthodontics, 2013, 4(1): 22-26,
Ratnasari, J., Galeri Tanaman Hias Bunga, Penebar Swadaya, Jakarta, 2007,
https://books.google.co.id/books?id=YBLWiwhJycMC&pg=PT10&dq=ba
gian+tanaman+bunga&hl, diakses pada tanggal 31 Januari 2015, h.5
Rhodes, P.L., 2004, Antimicrobial Factor from Grapes, Tesis, The University of
Auckland
Roeslan, B.O., Isolasi S. mutans dari Plak Gigi, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi
FKG Usakti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Usakti, 1992, hal.5
Setiawan, E., 2014, Seduh, http://kbbi.web.id/seduh-2, diakses pada tanggal 30
Januari 2015
Singh, J., Kumar, A., Budhiraja, S., Hooda, A., Ethnomedicine: use in dental
caries. Braz J Oral Sci, 2007, 6(21): 1308-1312, http:/ /www .bioline .org.
br/pdf?os07012, diakses tanggal 10 Desember 2014
Soesanto, Praktek Mikrobiologi, 2012, Pedoman Praktek Mikrobiologi Prodi DIV
Perawat Gigi, Poltekkes Kemenkes Semarang
Todar, K., 2008, The Normal Bacteria Flora of Humans, http://www. textbook of
bacteriology.net/normalflora_5.html, diakses pada tanggal 1 Februari 2015
Tsai, P.J., McIntosh, J., Pearce, P., Camden, B., Jordan, B.R., Anthocyanin and
antioxidant capacity in Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) extract, Food
Research International, 2002, 35: 351-356
Turk, F.M., Saponins Versus Plant Fungal Pathogens, Journal of Cell and
Molecular Biology, 2006, 5: 13-17, http://jcmb.halic.edu.tr/pdf/5-1/
saponins.pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2014
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Upadhyay, A., Indu, U., Anup K.J., Kumar, V., Combating Pathogenic
Microorganisms Using Plant-Derived Antimicrobials: A.Minireview of the
Mechanistic Basis, BioMed Research International, 2014, Article ID
761741, http://www.hindawi.com/journals/bmri/2014/761741/, diakses
pada tanggal 10 Desember 2014
Volk, W.A., Wheeler, M.F., Mikrobiologi Dasar Jilid 2, Alih bahasa Markham.
Erlangga, Jakarta, 1990, h.31
Wibobo, T., 2009, Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Rosela (Hibiscus
Sabdariffa) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus
norvegicus), Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h.24
Yazid, E., Kimia Fisika untuk Paramedis, Andi, Yogyakarta, 2005, h.50
LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
“Seduhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap
Daya Hambat Bakteri St eptococcus utans”
Kegiatan
Pengajuan
Judul
Pengesahan
Judul
Pembuatan
Proposal KTI
Seminar
Proposal
Perbaikan
Proposal
Penelitian
Pengolahan
Data
Penyusunan
KTI
Seminar
KTI
Perbaikan
KTI
Pengumpulan
KTI
Sept Okt Nov Des Jan
Feb Mar Apr Mei Juni
2014 2014 2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015
Lampiran 3
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
CHECKLIST OBSERVASI ALAT
No.
Alat
1.
2.
3.
4.
5.
Timbangan
Blender
Mortar
Beaker glass
Kain flanel steril
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Corong gelas
Pipet
Gelas ukur
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Batang pengaduk
Kompor/hot plate
Lampu
spiritus
(bunsen)
Cawan petri
Autoclave
Jarum
inokulasi
(Ose/Tusuk)
Inkubator
Almari es
Gelang karet
Penjepit
Jangka sorong
Pinset
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
7 buah
3 x (8 cm x
8 cm)
3 buah
1 buah
2 buah
7 buah
1 buah
4 buah
1 buah
4 buah
Ketersediaan
Ada
Tidak

−

−

−

−

−







−
−
−
−
−
−
−

−
3 buah
1 buah
1 buah


−
−

−
1 buah
1 buah
6 buah
1 buah
1 buah
2 buah






−
−
−
−
−
−
Keterangan
Lampiran 8
CHECKLIST OBSERVASI BAHAN
No.
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bunga rosella kering 112,5 gr
Bakteri Streptococcus mutans
Natrium Fisiologis 0,9%
Media PCA
Aquades
Alkohol 70%
Paper disk 12 buah
Korek api
Kapas
10.
11.
12.
13.
Kertas buram
Spidol
Label
Alat tulis
Ketersediaan
Ada
Tidak

−

−

−

−

−

−

−

−

−

−

−

−

−
Keterangan
Lampiran 9
CHECKLIST OBSERVASI PEMBUATAN PCA
No.
Jenis Kegiatan
1.
Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat
PCA
Menimbang PCA sebanyak 22,5 gr dan ukur
aquades sebanyak 1 lt.
Mencampurkan PCA dan aquades melalui
proses
pengadukan
dan
pemanasan
menggunakan hotplate hingga jernih.
Menuangkan larutan PCA tersebut dalam tabung
reaksi, kemudian tutup tabung dengan kapas
Meletakkan tabung reaksi yang berisi PCA pada
beaker glass, kemudian tutup dengan kertas yang
terikat oleh gelang karet
Memasukan beaker glass kedalam autoclave,
sterilkan selama 30 − 60 menit pada tekanan 1
atm (suhu
).
Mengangkat media setelah proses sterilisasi
selesai dan dinginkan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegiatan yang
dilakukan
Sesuai
Tidak
Sesuai

−

−

−

−

−

−

−
Lampiran 10
CHECKLIST OBSERVASI PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI
No.
Jenis Kegiatan
1.
Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat
suspensi bakteri
Menyiapkan natrium fisiologis 0,9% sebanyak 9
ml masukkan kedalam tabung reaksi
Menyiapkan 1 jarum ose bakteri.
Memasukkan 1 jarum ose bakteri kedalam
tabung reaksi natrium fisiologis 0,9% dengan
cara di gores
Mencampurkan kedua bahan tersebut dengan
cara digoyang-goyangkan hingga tercampur rata.
2.
3.
4.
5.
Kegiatan yang
dilakukan
Sesuai
Tidak
Sesuai

−

−

−

−

−
Lampiran 11
CHECKLIST OBSERVASI SEDUHAN BUNGA ROSELLA
No.
Jenis Kegiatan
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan seduhan bunga rosella
Membuat seduhan bunga rosella dengan
menghaluskan bunga rosella kering menggunakan
blender hingga menjadi bubuk
Menimbang bubuk rosella yang akan diseduh yaitu
25 gr bubuk rosella lalu meletakkannya pada beaker
glass kemudian melakukan hal yang sama untuk
bubuk bunga rosella 37,5 gr, dan 50 gr
Mendidihkan aquades
Menyeduh bubuk bunga rosella dengan aquades
yang telah dididihkan dengan konsentrasi 50%,
75%, dan 100%
Mengaduk bunga rosella kering yang telah
dicampur dengan aquades agar hasil seduhan
sempurna
Membiarkan seduhan selama 3 menit untuk
terjadinya ekstraksi kandungan yang lengkap
Seduhan bunga rosella disaring menggunakan kain
flanel steril
Air seduhan hasil saringan diletakkan pada beaker
glass
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kegiatan yang
dilakukan
Sesuai
Tidak
Sesuai

−

−

−

−

−

−

−

−

−
Lampiran 12
CHECKLIST OBSERVASI TEKNIK PENGAPLIKASIAN
No.
Jenis Kegiatan
1.
Menyiapkan 3 cawan petri steril, masing-masing
cawan petri dibagi 4 bagian menggunakan
spidol, ditandai X1 (50% seduhan bunga
rosella), X2 (75% seduhan bunga rosella), X3
(100% seduhan bunga rosella) dan Y (Natrium
Fisiologis 0,9%).
Menuangkan PCA yang sudah steril ke dalam
cawan petri dan meratakan dengan cara
memutar-mutar perlahan cawan petri di atas
meja dan membiarkan sampai membeku
Menuangkan 1 ml suspensi bakteri kedalam
cawan petri lalu diratakan dengan cara
menggoyang-goyangkan di tempat yang datar
Mengambil paper disk steril menggunakan
pinset, celupkan ke dalam seduhan bunga rosella
dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%
kemudian meletakkan pada media yang telah
beku dengan sedikit tekanan agar menempel
sesuai dengan label yang tertulis, hal yang sama
dilakukan untuk aplikasi paper disk yang
dicelupkan pada kelompok kontrol yaitu natrium
fisiologis 0,9%.
Menutup kembali cawan petri dan bungkus
dengan kertas buram kemudian beri etiket.
Melakukan 3 kali pengulangan dengan
perlakuan yang sama
Memasukkan kedalam inkubator selama 1x24
jam dan amati hasilnya
Mengukur diameter daerah penghambatnya yang
disebut oligodinamik (blank zone) dengan
menggunakan jangka sorong
Pengukuran daya hambat pertumbuhan bakteri
yang dilakukan dari 4 arah yaitu vertikal,
horizontal, diagonal 1, dan diagonal 2.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kegiatan yang
dilakukan
Sesuai
Tidak
Sesuai

−

−

−

−

−

−

−

−

−
Lampiran 13
DOKUMENTASI PENELITIAN
1.
Pembuatan Media PCA
2.
Menuangkan Suspensi Bakteri ke Cawan Petri (Media PCA)
3.
Pembuatan Seduhan Bunga Rosella
4.
Aplikasi paper disk yang telah dibasahi dengan seduhan bunga rosella
kedalam cawan petri yang sudah terisi suspensi bakteri kemudian di inkubasi
selama 1x24 jam
5.
Hasil dan Pengukuran
Daya hambat bakteri seduhan bunga
rosella pada pengulangan ke−I.
Daya hambat bakteri seduhan bunga
rosella pada pengulangan ke−II.
Daya hambat bakteri seduhan bunga
rosella pada pengulangan ke−III.
Pengukuran menggunakan jangka
sorong
RIWAYAT HIDUP
Nita Viaturrohmah dilahirkan di Kabupaten
Wonosobo pada tanggal 22 Februari 1994. Lahir
dan di besarkan di Desa Kejajar RT 03/RW03,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Anak
ke dua dari tiga bersaudara berasal dari pasangan
Bapak Aminudin dan Ibu Tuti Hidayati. Lulus
dari TK Pertiwi pada tahun 2000, melanjutkan
pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kejajar dan
lulus tahun 2006, kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat menengah pertama di SMP
Negeri 1 Kejajar lulus pada tahun 2009, dan pada
tahun 2012 dinyatakan lulus dari SMA Negeri 1 Mojotengah. Jenjang
pendidikan selanjutnya di tempuh di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang Jurusan Keperawatan Gigi melalui program Diploma
IV Keperawatan Gigi yang InsyaAllah akan lulus Diploma III tahun 2015
dengan hasil yang baik dan memuaskan sesuai dengan harapan. Amin.
Download