PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK (RECIPROCAL TEACHING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA Puri Dyah Megasari 1) Hadi Soekamto 2) Sudarno Herlambang 3) ABSTRAK: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk menguji model pembelajaran Timbal Balik. Penelitian dilakukan dengan peneliti berperan sebagai guru di dalam kelas baik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri.. Penelitian ini mengambil dua kelas yaitu kelas X-5 sebagi kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari soal subjektif atau esai yang berjumlah lima soal. Hasil penelitian ini adalah (1) Pengujian model pembelajaran Timbal Balik pada siswa kelas X SMA Negeri 7 terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa (2) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Timbal Balik mengalami peningkatan. Saran dalam penelitian ini adalah (1) Bagi sekolah, untuk menyarankan penggunaan model pembelajaran Timbal Balik pada guru terutama guru mata pelajaran sastra (2) Bagi guru, pada indikator yang membahas tentang peristiwa El Nino dan La Nina serta dampaknya bagi keidupan sebaiknya lebih ditekankan (3) Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk menekankan model pembelajaran Timbal Balik pada komponen memprediksi dan membuat pertanyaan agar siswanya lebih fokus. Kata Kunci: model pembelajaran Timbal Balik, hasil belajar Pemilihan model pembelajaran Timbal Balik berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, model pembelajaran Timbal Balik banyak digunakan oleh peneliti pendidikan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam hal membaca. Siswa yang mengalami kesulitan membaca berkaitan dengan menentukan ide pokok bacaan. Penelitian tentang model pembelajaran Timbal Balik ini sering dilakukan oleh peneliti dari luar negeri dan dalam negeri. Alasan kedua, memilih model pembelajaran Timbal Balik karena keunggulannya. Model pembelajaran Timbal Balik merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan membaca siswa. Model pembelajaran Timbal Balik dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan aktivitas siswa. Model pembelajaran Timbal Balik juga meningkatkan aktivitas siswa. Siswa akan saling berinteraksi dengan teman sebanya untuk mencari informasi tentang bacaan. Interaksi yang terjadi akan meningkatkan hubungan sosial antar siswa. Model pembelajaran Timbal Balik juga memiliki banyak keunggulan yang lain. Model pembelajaran 1 1): Mahasiswa Geografi FIS Universitas Negeri Malang. E-mail: [email protected] 2): Dosen Geografi FIS Universitas Negeri Malang 3): Dosen Geografi FIS Universitas Negeri Malang Timbal Balik dapat memunculkan kemampuan yang tersembunyi dalam diri siswa. Kemampuan yang tersembunyi ini berkaitan dengan bakat kepemimpinan siswa. Pada proses pembelajaran, siswa akan memperoleh hasil belajar berupa kemampuankemampuan sesuai dengan yang mereka lakukan selama kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Sudjana (2001) bahwa ”hasil belajar merupakan kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya” (dalam Nurdin, 2009: 117-118). Kemudian, Sanjaya (2008: 27) juga menyatakan bahwa ”hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar”. Pengertian dari Sanjaya membatasi bahwa hasil belajar hanya dalam lingkup kompetensi dasar tertentu yang ingin dicapai dan juga diperoleh dari pengalaman belajar siswa. Hasil belajar juga dijadikan guru untuk indikator nilai dari metode pembelajaran yang dilakukan dengan kondisi siswa yang berbeda-beda. Pendapat ini diungkapkan oleh Reigeluth (1983) bahwa ”hasil belajar merupakan semua efek yang bisa dijadikan indikator nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda ” (dalam Rusmono, 2012: 7). Hasil belajar merupakan bentuk kemampuan siswa yang diperoleh dari setelah menerima pengalaman belajar dan dijadikan sebagai indikator nilai penggunaan metode pembelajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pendapat itu seperti yang disampaikan oleh Slameto (2003: 64) bahwa ”faktor internal terdiri dari dua faktor, yaitu: a) faktor biologis (jasmaniah), b) faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari tiga faktor, yaitu: a) faktor lingkungan keluarga, b) faktor lingkungan sekolah, c) faktor lingkungan masyarakat”. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua hal yaitu tentang faktor internal (faktor yang mengenai dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor yang berada di luar diri siswa). Faktor internal adalah faktor yang secara alami yang dianugerahi oleh Tuhan kepada setiap manusia termasuk siswa. Di dalam diri siswa terdapat faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis merupakan kondisi fisik atau jasmani seseorang yang perlu diperhatikan. Perlunya diadakan tes atau ujian untuk memeriksa hasil belajar dan biasanya untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Tes hasil belajar memilki jenis seperti yang diungkapkan oleh Buchori (tt: 124-126) bahwa ”jenis-jenis tes hasil belajar ini bermacam-macam baik tes verbal secara lisan atau tulisan dan kita juga dapat mengadakan tes tindakan”. Pada umumnya tes 2 lisan masih memiliki banyak kekurangan. Jika kita dapat mempelajari kekurangan yang terdapat pada tes lisan maka kita akan dapat menyelenggarakan tes lisan dengan baik. Tes lisan juga dapat digunakan untuk analisis kualitatif yang cukup baik tentang pengetahuan anak dan cara berfikirnya. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Timbal Balik. Model pembelajaran Timbal Balik adalah suatu model yang dapat mengasah kemampuan membaca siswa dan mengasah kemampuan siswa untuk menggali isi materi yang disampaikan guru seperti yang dikatakan oleh Pressly (1998) bahwa ”model pembelajaran Timbal Balik mendorong siswa untuk menjadi lebih aktif dalam perannya di kelompok, membantu siswa untuk lebih memahami arti bacaan/materi yang diberikan guru, dan dengan model ini dapat meningkatakan kognitif siswa”. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kelas tentu memiliki komponen atau unsurunsur yang mendukung model tersebut. Komponen atau unsur-unsur dari model pembelajaran akan mempermudah guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran dalam kelas. Model pembelajaran Timbal Balik memilki empat komponen utama menurut Palincsar (1984), yaitu: ” 1) memprediksi, 2) mengklarifikasi, 3) membuat pertanyaan, 4) meringkas/merangkum”. Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik juga dapat melatih siswa untuk berpikir secara rasional dan menulis konsep yang baik tentang gagasan pada bacaan. Pendapat ini dinyatakan oleh Roseshine dan Meister (1994: 8) bahwa ”… apapun sumbernya, konsep pembelajaran Timbal Balik yang dikembangkan oleh Palincsar dan Brown, dapat memberikan dua keuntungan yaitu teori rasional dan penulisan konsep gagasan dengan baik pada saat pembelajaran dilakukan”. Model pembelajaran Timbal Balik dapat mendorong siswa untuk bekerjasama, menanggapi masalah dan kepemimpinan, dapat memunculkan motivasi siswa, membangun hubungan sosial dengan siswa yang lain, dan dapat menurunkan kegaduhan siswa di kelas. Keunggulan ini diungkapkan oleh Marzano (2001) bahwa ” … penambahan model pembelajaran Timbal Balik akan mendorong kerjasama, respon dan kepemimpinan, menumbuhkan motivasi, membangun hubungan sosial, dan menurunkan tingkah laku yang kurang baik di kelas”. (dalam Omari dan Weshah, 2010: 5). Model pembelajaran model pembelajaran Timbal Balik juga memiliki kelemahan. Kelemahan model ini menurut Palincsar (dalam Roseshine & Meister, 1994: 487) adalah “ kritik 3 pada model pembelajaran Timbal Balik terletak pada kualitas dialognya”. Kelemahan ini tertuju pada guru dan siswa yang menjadi pelaksana. Pelaksanaan model pembelajaran Timbal Balik dalam pembelajaran memang tidak ada sistem penilaian pada tata cara pelaksanaannya dan penilaian pada kualitas dialog yang dilakukan antara guru dan siswa. Perlunya diadakan penilaian pada instruksi guru agar instruksi sesuai dengan komponen model pembelajaran Timbal Balik. Model pembelajaran Timbal Balik memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan ini akan berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor yang terpengaruh oleh keunggulan model pembelajaran Timbal Balik adalah faktor internal (biologis dan psikologis), faktor eksternal (lingkungan sekolah), faktor instrumental (fasilitas dan guru). Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik mempengaruhi sebagian besar pada faktor hasil belajar. Walaupun tidak mempengaruhi keseluruhan faktor hasil belajar tetapi model pembelajaran Timbal Balik dapat membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang termasuk penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang dikembangkan adalah Pretest-Postest Control Group Designe dimana subjek penelitan terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri. Subjek penelitian dipilih dua kelas yang kemampuan akademisnya homogen berdasarkan nilai rata-rata UAS Geografi yang relatif sama yaitu kelas X-5 dan X-6. Penentuan kelas ekperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tujuan tertentu (purposive sampling). Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi kegiatan sebagai berikut: pertama melakukan pretest terhadap subjek penelitian baik kelas eksperimen dan maupun kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kedua, melakukan eksperimen dengan cara memberikan perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen mendapat perlakukan berupa model pembelajaran Timbal Balik sedangkan kelas kontrol berupa model pembelajaran seperti yang biasa dilakukan oleh guru yaitu ceramah dan tanya jawab. Ketiga melakukan post-test pada masing-masing kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 4 Skor post-tes dikurangi dengan skor pre-test akan menghasilkan gain score sebagai skor hasil belajar. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes subjektif yang berjumlah 5 butir soal. Kedua tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada pre-test dan post-test. Jenis soal antara pre-test dan post-test sama dan instrumen penelitian ini diuji cobakan pada kelas uji coba dimana yang bukan menjadi kelas dalam penelitian. Kelas uji coba yang dipilih adalah klas XI IPS 2. Uji instrumen dalam penelitian ini meliputi analisis validitas butir soal dan reliabilitas tes. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan uji prasyarat. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan homogenitas serta uji hipotesis yang didasarkan pada nilai gain score. HASIL Data hasil penelitian ini meliputi data kemampuan awal siswa yang diperoleh dari skor pre-test kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan sedangkan data hasil belajar siswa yang diperoleh dari skor post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Paparan data dari kemampuan awal, dan hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen disajikan dalam tabel frekuensi sebagai berikut. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Belajar Awal Kelas Kontrol dan Eksperimen Nilai 91 – 100 75 – 90 60 – 74 40 – 59 < 40 Jumlah Kualifikasi Amat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Kelas Kontrol 0 0 0 24 9 33 Kelas Ekesperimen 0 0 0 8 23 31 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang cukup banyak dari kelas kontrol yaitu sebanyak dua puluh empat siswa sedangkan pada kelas eksperimen sebanyak delapan orang. Siswa yang mendapatkan nilai kurang sekali pada kelas control sebnayk Sembilan siswa sedangkan pada kelas eksperimen lebih dari separuh yaitu sebanyak dua puluh tiga siswa. Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak ada siswa yang mendapatkan nilai cukup sampai nilai amat baik. 5 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Belajar Akhir Kelas Kontrol dan Eksperimen Nilai 91 – 100 75 – 90 60 – 74 40 – 59 < 40 Jumlah Kualifikasi Amat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Kelas Kontrol 0 1 20 12 0 33 Kelas Ekesperimen 0 7 21 3 0 31 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai baik pada kelas kontrol hanya seorang siswa sedangkan pada kelas eksperimen lebih banyak yaitu mencapai tujuh siswa. Siswa yang mendapatkan nilai cukup untuk kelas kontrol sebanyak dua puluh siswa sedangkan kelas eksperimen lebih banyak yaitu dua puluh satu siswa. Siswa yang mendapat nilai kurang untuk kelas kontrol lebih banyak dibandingkan dengan kelas eksperimen. Kelas kontrol sebanyak dua belas siswa sedangkan kelas eksperimen sebanyak tiga orang. Kelas control dan kelas eksperimen untuk nilai kurang sekali dan amat baik tidak ada siswa yang mendapatkannya. Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk pengujian hipotesis. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan homogenitas. Berdasarkan data hasil uji normalitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa P-value untuk kelas kontrol adalah 0,200 > 0,05 maka data gainscore kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan P-value untuk kelas eksperimen adalah 0,126 > 0,05 maka data gainscore kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa gainscore kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi no Berdasarkan data hasil uji homogenitas yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Pvalue adalah 0,090 > 0,05, maka data gainscore kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varians yang sama (homogen). Analisis data yang digunakan untuk penghitungan nilai rata-rata atau mean dari kelas ekperimen dan kelas kontrol menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Hasil yang diperoleh dari penghitungan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows bahwa kelas kontrol sebesar 16,83 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa (gainscore) kelas eksperimen sebesar 41,27. Hasilnya mendeskripsikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelaas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Timbal Balik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri. 6 Uji hipotesis yang kedua yaitu analisis data yang menggunakan uji t independen (Independent Sampel T-test) dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Hasil penghitungan uji t tidak berpasangan data hasil belajar siswa siswa (gainscore) yang menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows diperoleh nilai P-value sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Timbal Balik berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri. PEMBAHASAN Temuan penelitian telah menunjukkan bahwa model pembelajaran Timbal Balik berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri pada kompetensi dasar menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar (gainscore) kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran Timbal Balik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar (gainscore) kelas kontrol tanpa perlakukuan model pembelajaran Timbal Balik. Pelaksanaan pembelajaran Timbal Balik dilakukan dengan membentuk siswa dalam kelompok-kelompok heterogen. Jumlah kelompok adalah 8 kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5 siswa. Kelompok heterogen ini terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan prestasi akademik tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah. Kelompok heterogen dapat menciptakan kondisi kerjasama antar siswa yang berbeda kemampuan sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat lebih memahami materi. Siswa berkemampuan rendah dapat belajar materi dengan bimbingan dari siswa yang berkemampuan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2008: 401) yang menyatakan bahwa “salah satu alasan utama untuk menggunakan pengelompokan kemampuan heterogen adalah kelompok ini bisa membantu murid yang berkemampuan rendah, yang dapat belajar dari murid berkemampuan tinggi”. Pengaruh teman sebaya dalam diskusi kelompok sangat besar. Hal ini disampaikan oleh Wade & Tavris (2007: 216) “sangat sulit untuk memisahkan pengaruh teman sebaya pada diri seorang siswa”. Pengaruh teman sebaya sangat besar pada diri seorang siswa. Apabila seorang siswa berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki prestasi tinggi maka siswa tersebut berusaha untuk meningkatkan prestasinya sesuai dengan teman sebayanya. Begitu pula sebaliknya apabila seorang siswa berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki prestasi rendah maka siswa tersebut juga akan memiliki prestasi rendah. Pembentukan kelompok heterogen pada 7 pelaksanaan pembelajaran model Timbal Balik memacu siswa yang berkemampuan akademik rendah sehingga hasil belajarnya meningkat. Penggunaan model pembelajaran Timbal Balik memberikan pengaruh terhadap hasil belajar karena komponen utama yang ada dalam model pembelajaran Timbal Balik mampu memberikan manfaat yang besar pada siswa selama proses belajar berlangsung. Komponen utama model pembelajaran Timbal Balik terdiri dari memprediksi, mengklarifikasi, membuat pertanyaan, dan meringkas. Komponen utama model pembelajaran Timbal Balik dapat membangun kemampuan membaca siswa sehingga siswa nantinya mendapatkan hasil belajar yang baik. Hal ini disampaikan oleh Cooper T dan Greive C (2009: 45) yang berpendapat bahwa ” model pembelajaran Timbal Balik merupakan proses keterlibatan empat aktivitas yang berbeda (bertanya, mengklarifikasi, meringkas, dan memprediksi) yang menggunakan pendekatan kelompok untuk membangun kemampuan membaca diantara anggota kelompok”. Keunggulan Timbal Balik dapat melatih siswa untuk mengkritisi bacaan dan berpikir secara rasional untuk menentukan gagasan pada bacaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Roseshine dan Meister (1994: 8) bahwa, ”model pembelajaran Timbal Balik yang dikembangkan oleh Palincsar dan Brown dapat memberikan dua keuntungan yaitu teori rasional dan penulisan konsep gagasan dengan baik pada saat pembelajaran dilakukan.” Hal ini dapat dilihat pada komponen memprediksi, mengklarifikasi, membuat pertanyaan, dan merangkum. Dari komponen ini sudah terlihat bahwa siswa mulai berusaha menemukan pengetahuan tentang materi yang diberikan melalui suatu bacaan yang diberikan. Siswa akan mencari ide-ide atau cara untuk menggali lebih dalam isi dari bacaan. Pembelajaran pada kelas kontrol dengan metode ceramah dan tanya jawab, siswa hanya mendengarkan dan memperhatikan dengan cermat, mencatat penjelasan guru, serta tanya jawab tentang materi yang diajarkan. Hal ini siswa tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk melatih cara berpikirnya, sehingga kemampuan siswa dalam menggali pengetahuan masih kurang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Thobroni (2011: 86) bahwa ”murid yang menjelaskan dengan tertib penjelasan guru dan menghafal apa yang didengarkan dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan”. Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik lainnya yaitu meningkatkan sosialisasi antar siswa. Sesuai yang dikemukakan oleh Marzano (2001) bahwa ” … penambahan model 8 pembelajaran Timbal Balik akan mendorong kerjasama, respon dan kepemimpinan, menumbuhkan motivasi, membangun hubungan sosial, dan menurunkan tingkah laku yang kurang baik di kelas” (dalam Omari dan Weshah, 2010: 5). Hal ini terlihat pada tahap komponen memprediksi, mengklarifikasi,dan membuat pertanyaan. Siswa diminta untuk meramalkan makna bacaan, mengartikan kata atau kalimat sulit yang telah ditemukan, dan menjawab pertanyaan yang telah disusun. Siswa dalam satu kelompok akan saling membantu untuk menyelesaikan tugasnya. Siswa akan saling bertukar informasi untuk menyelesaikan tugasnya sehingga terjadilah proses sosialisasi antara siswa satu dengan yang lainnya. Model pembelajaran Timbal Balik dapat memunculkan bakat tersembunyi pada siswa. Bakat tersembunyi ini dapat berupa jiwa kepemimpinan sehingga berani dalam mengungkapkan pendapat. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Cooper T dan Greive C (2009: 47) ”model pembelajaran Timbal Balik dapat memunculkan kemampuan tersembunyi dari diri siswa”. Pada saat presentasi hasil diskusi dapat meningkatkan keberanian dan tanggung jawab siswa dalam berpendapat. Pada saat presentasi kelompok yang maju membacakan hasil diskusi sedangkan kelompok yang lain memberi tanggapan, sanggahan, ataupun pertanyaan. Anggota kelompok yang terdiri atas empat orang masing-masing memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya di depan kelas. Pembelajaran pada kelas kontrol tidak ada diskusi. Pembelajaran pada kelas kontrol hanya terjadi satu arah antara guru dan siswa. Dengan demikian tidak terjadi aktivitas saling tukar pendapat atau informasi dengan teman. Hal tersebut membuat siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran sehingga kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Tidak adanya saling tukar pendapat dan berbagi ke teman sebayanya maka keberanian siswa dalam berpendapat juga masih kurang sehingga berpengaruh terhadap tanggung jawab siswa dalam menjawab pertanyaan. Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik yang lain yaitu siswa dapat membangun pengetahuan yang telah diterima dengan yang belum diterima .Pendapat ini sesuai yang diungkapkan oleh Cooper T dan Greive C (2009: 47) bahwa ”guru dan siswa harus mempunyai usaha untuk membangun pengetahuan siswa.” Siswa dapat membangun pengetahuannya dengan dibantu oleh guru. Pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh siswa dipadukan dengan pengetahuan yang baru didapatkannya sehingga dasar pengetahuan siswa akan lebih kokoh. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Santrock (2007: 484) mengemukakan bahwa 9 “pengetahuan akan bertambah luas dan makin mendalam jika murid terus membangun hubungan antara informasi baru dengan pengalaman dalam pengetahuan mereka yang sudah ada”. Hasil penelitian Yunita (2010) juga menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Timbal Balik lebih baik daripada siswa yang proses pembelajarannya tidak menggunakan model pembelajaran Timbal Balik tetapi menggunakan model ceramah. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Kurniawati (2008) juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Timbal Balik dapat meningkatkan hasil belajar Geografi dan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Peningkatan tersebut telihat pada peningkatan nilai Geografi pada tiap siklusnya. Berdasarkan teori dan temuan penelitian sebelumnya, dikaitkan dengan penelitian ini hasilnya sangat relevan. Pada penelitian ini penerapan Timbal Balik terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri pada kompetensi dasar menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi yang ditunjukkan dengan hasil belajar Geografi pada kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan kelas kontrol. SIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Timbal Balik berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diajukan adalah: 1. Bagi sekolah untuk menyarankan pada guru agar menggunakan model pembelajaran Timbal Balik terutama pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris karena model pembelajaran ini lebih menekankan pada kemampuan membaca siswa. 2. Bagi guru mata pelajaran Geografi disarankan pada kompetensi dasar menganalisis atmosfer dan dampaknya bagi kehidupan di muka bumi terutama pada indikator yang berkaitan dengan proses terjadinya EL Nino dan La Nina serta dampaknya bagi kehidupan sebaiknya 10 lebih ditekankan dan dijelasan dengan gambar bergerak agar sebagian besar siswa mudah memahami proses terjadinya El Nino dan La Nina serta dampaknya bagi kehidupan. 3. Bagi peneliti lanjut yang berminat melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Timbal Balik terhadap hasil belajar Geografi siswa, disarankan untuk menekankan model pembelajaran Timbal Balik pada komponen memprediksi dan membuat pertanyaan agar siswanya lebih fokus. RUJUKAN Buchori, M. Tanpa tahun. Teknik-Teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Jakarta: Jemmars Cooper T dan Greive C. 2009. The effectiveness of the methods of reciprocal teaching. Education Papers and Journal Articles.(Online), halaman 1-9, (http://research.avondale.edu.au/edu_papers/7), diakses pada tanggal 3 Desember 2012. Kurniawati, Ida. 2008. Penerapan Strategi Pembelajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Perolehan Belajar Geografi Siswa Kelas X SMAN Ambulu Jember. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:FMIPA Universitas Negeri Malang. Nurdin. 2009. Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Administrasi Pendidikan, (Online), 9 (1): 117-119, (file.upi.edu/Direktori/...PENDIDIKAN/.../KARYA_ILMIAH_7.pdf) , diakses 7 Desember 2012 Omari, Hamzah A dan Weshah, Hani A. Using the Reciprocal Teaching Method by Teachers at Jordanian Schools. European Journal of Social Sciences. (Online), 15 (1): 30, (http://rer.sagepub.com/content/64/4/479), diakses 7 Desember 2012. Palinscar et al. 1984. Strategy for Reading Comprehension Reciprocal Teaching. (Online), (http://www.readingquest.org/strat/rt.html)., diakses pada tanggal 7 Desember 2012. Pressley, M. 1998. Literacy for all: Issues in teaching and learning, language arts & disciplines. NewYork: Guilford. Roseshine B & Meister C. 1994. Reciprocal Teaching: A Review of the Research . (Online), (http://rer.sagepub.com/content/64/4/479). Diakses tanggal 26 Januari 2012. Rusmono, 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu. Bogor : Ghalia Indonesia Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasikurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana. Santrock, John. W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Premada Media Group. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Thobroni, M & Mustofa, A. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. 11 Wade, Carole dan Carol Tavris. 2007. Psikologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga Yunita, Fitra. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Timbal Balik terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI MAN 3 Malang yang Mempunyai Kemampuan Awal Rendah dan Kemampuan Awal Tinggi pada Pokok Bhasan Sistem Koloid. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas negeri Malang. 12