BAB II STUDI LITERATUR A. Pembelajaran Matematika 1. Belajar a. Pengertian belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:7) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Gintings (2008:34) mengemukakan belajar adalah “pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku.” Sedangkan Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2002:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: 12 13 (i) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, (ii) respons si pebelajar, dan (iii) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002:13-14) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0;0-2;0 tahun), (ii) pra-operasional (2;0-7;0 tahun), (iii) operasional konkret (7;0-11;0 tahun), dan (iv) operasi formal (11;0keatas). Gage (Dahar, 1996:11) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada saat orang belajar, maka dalam prosesnya akan menghasilkan suatu perubahan nilai, kecakapan, dan perilaku melalui pengalaman, sebagai usaha yang disengaja melalui rangsang. 14 Cronbach (Hadis, 2008:60) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Geoch (Hadis, 2008:60) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan dalam performansi sebagai hasil dari praktek. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, melainkan membentuk pribadi seseorang, kecakapan, minat, dan sikap. Friere (2007:28) mengemukakan belajar itu merupakan pekerjaan yang cukup berat yang menuntun sikap kritis-sistematik dan kemampuan intelektual yang hanya dapat diperoleh dengan praktik langsung. Belajar itu adalah suatu kebiasaan yang harus dipupuk sejak dini, tapi bagi sebagian orang belajar merupakan suatu hal yang cukup berat karena tidak adanya rasa kesadaran diri untuk berkembang. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Misalnya faktor kesehatan, cacat tubuh, inteligensi, perhatian, kesiapan, kelelahan. 2) Faktor Ekstern minat, bakat, motif, kematangan, 15 Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Slameto (2010:60) mengelompokan faktor ektern menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Penelitian ini merupakan upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara memperbaiki salah satu faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor ekstern yaitu faktor sekolah. Cara untuk memperbaiki faktor tersebut yaitu salah satunya dengan menggunakan model Reciprocal Teaching. 2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses perubahan tingkah laku dan upaya penataan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran 16 bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Pembelajaran menurut Suyitno (Setiani, 2011:14) adalah “Upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa”. Pengertian pembelajaran menurut Fontanaa (Setiani, 2011:14) adalah, “ Proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Menurut Slameto (2010:3) mengatakan bahwa ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Perubahan terjadi secara sadar. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut Suhito (Setiani, 2011:15), “Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikianrupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis”. Salah satu komponen dalam 17 pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas, 2003:1). Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajaran. 3. Pembelajaran Matematika Depdiknas (Indrianti, 2011:11) memaparkan pembelajaran matematika dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien hal. Sedangkan menurut Suherman (Setiani, 2011:15) belajar matematika bagi para siswa juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari, pernyataan ini sejalan dengan pendapat Corkroft (Indrianti, 2011:11), Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)meningkatkan kemempuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. 18 Pada proses pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstaksi). Melalui pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstaksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contohcontoh khusus (generalisasi). Didalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika disekolah. B. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Terdapat banyak model pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan kepada siswa unruk belajar mandiri dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, salah satunya adalah model pembelajaran Reciprocal Teaching. Model pembelajaran Reciprocal Teaching memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga guna bisa mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. 19 Model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang membiasakan siswa menggunakan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu: 1. Menyimpulkan bahan ajar (summarizing). 2. Menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning). 3. Menjelaskan kembali pengetahuan yang sudah didapat (clarifying). 4. Memprediksi (predicting). Karakteristik dari model pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Palinscar dan Brown (Suzana, 2009:13) adalah: A dialogue between student and teacher, each taking a turn in the role of dialogue leader, “reciprocal” interaction where one person acts in response to the other, structured dialogue using four strategies, questioning, summarizing, clarifying, predicting. Bila diterjemahkan menunjukan bahwa karakteristik dan Reciprocal Teaching adalah : a. Dialog antara siswa dan guru dimana masing-masing mendapatkan giliran untuk memimpin diskusi. b. “Reciprocal” artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk merespon yang lainnya. c. Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi yaitu merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan), dan memprediksi. Keempat strategi tersebut dijelaskan oleh Palinscar dan Brown (Suzana, 2009:14-15) yaitu: 20 1. Merangkum, mereka mengidentifikasi intisari dan ide utama dari apa yang mereka baca. 2. Menanyakan, mereka menanyakan diri mereka sendiri pertanyaan untuk membuat mereka yakin apakah mereka mengerti bacaan, dengan cara demikian monitoring pemahaman mereka sehingga mereka siap memulai membaca materi. 3. Mengklarifikasi, mereka mengambil langkah-langkah untuk mengklarifikasi bagian-bagian dari teks yang membingungkan. 4. Memprediksi, mereka mengantisipasi apa saja yang mungkin mereka bisa selanjutnya berdasarkan pada isyarat-isyarat dalam teks dan ide yang telah disajikan. Sebagaimana dikatakan Palinscar (Suzana, 2009:15) Reciprocal Teaching ini didesain untuk mengecek pemahaman anak terhadap materi yang sedang dipelajari. Kegiatan merangkum membantu siswa untuk mengklarifikasi hal-hal yang penting dalam bacaan yang sedang dipelajari. Pada tahap berikutnya yaitu membuat pertanyaan setalah membaca materi, diangggap dapat membantu siswa untuk mengeluarkan ide dari hal yang tidak dipahaminya sehingga bisa memotivasi untuk mencari lebih banyak lagi dari sumber bacaan yang lain. Adapun pada kegiatan menjelaskan diharapkan dapat membantu pengembangan kemampuan siswa dalam hal berbicara mengenai apa yang telah dipahami. Tahap selanjutnya yaitu kegiatan memprediksi berguna untuk membantu siswa menentukan ide-ide penting pada sebuah teks. Strategi-strategi tersebut diharapkan bisa membantu anak dalam hal mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematikanya. Adapun langkah-langkah Reciprocal Teaching menurut Palinscar dan Brown (Hermansyah, 2010:15) adalah sebagai berikut: 1. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memimpin tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi. Reciprocal Teaching yaitu merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi. 21 2. Guru memberikan contoh bagaimana cara merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah selesai membaca. 3. Dengan bimbingan guru siswa, dilatih menggunakan strategi Reciprocal Teaching. 4. Selanjutnya siswa belajar memimpin tanya jawab dengan atau tanpa adanya guru. 5. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa berpartisipasi dalam kegiatan tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi. Adapun langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dipelajari siswa secara mandiri. 2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang. 3. Siswa melaksanakan tugas sebagai berikut: a. Mempelajari materi yang ditugaskan secara kelompok, selanjutnya merangkum materi tersebut. b. Membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dirangkumnya, selanjutnya mengajukan pertanyaan tersebut kepada kelompok lain. 4. Guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara keompok. 5. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menjelaskan hasil kerja mereka di depan kelas. 22 6. Dengan metode tanya jawab, guru mengungkapkan kembali pengembangan soal tersebut di atas untuk melihat pemahaman kreativitas siswa. 7. Guru melakukan evaluasi untuk mengamati keberhasilan penerapan Reciprocal Teaching. C. Kemampuan Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menentukan alternatifalternatif jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Menurut Alvino (Rahmawati, 2009:20) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah berbagai cara untuk melihat atau melakukan sesuatu yang dikarakteristik ke dalam empat komponen, yaitu: 1. 2. 3. 4. Kelancaran (membuat berbagai ide). Kelenturan (kelihaian memandang ke depan dengan mudah). Keaslian (menyusun suatu yang baru). Elaborasi (membangun sesuatu dari ide-ide lainnya). Cropley (Munandar, 2002:10) berpendapat kemampuan berpikir kreatif (kreativitas) adalah menciptakan gagasan mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim, dan sebagainya. Ruseffendi (2006:239) menyatakan manusia kreatif adalah manusia yang rajin dan mampu menciptakan sesutau yang baru. Sedangkan Johnson dan Rising (Ruseffendi, 2006:38) menyatakan manusia kreatif adalah 23 manusia yang tidak suka berkompomi, tidak suka bergantung pada orang lain, jawaban terhadap pertanyaan itu sering lain daripada yang diperkirakan, sensitif terhadap permasalahan, kurios, terhadap ide baru, bebas dan percaya diri dalam membuat pertimbangan, mempunyai kemampuan dalam menghubungkan ide-ide, dan kadang-kadang termasuk kepada orang yang tidak suka diperintah. Coleman dan Hammen (Rahmawati, 2009:20) berpikir kreatif (kreativitas) adalah pola yang mampu menghasilkan metode baru, konsep baru, pemahaman baru, penemuan baru dan karya baru. Lebih jauh lagi ia menyatakan bahwa berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. a. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan baru, atau yang secara statistik jarang terjadi. b. Kedua, kreativitas adalah dapat memecahkan masalah secara realistis. c. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkan sebaik mungkin. Beberapa definisi berpikir kreatif (kreativitas) menurut para pakar berdasarkan empat P (Munandar, 2009:20-22) adalah sebagai berikut: 1) Definisi pribadi; Hulbeck (1945) menyatakan “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Sternberg (1988) yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas dari tiga atribut psikologi inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama ketiga-segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif”. 2) Definisi proses; Torrance (1988) mengemukakan “... the process of (1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and formulating 24 hypotheses about these deficiencies; (3) evaluating and testing these guesses and hypotheses; (4) possibily revising and retesting them; and finally; communicating the results.” Definisi tersebut pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah. 3) Definisi produk; Baron (1969) menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru”. Selanjutnya Haefele (1962) menyatakan “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.” 4) Definisi press; Simpson mendifinisikan kreativitas lebih merujuk pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai “the initiatiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought.” Moustakis (Munandar, 2009:18) menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Sementara itu Munandar (Rahmawati, 2009:21) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan data atau informasi yang tersedia yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Lebih jauh, ia menerangkan lima unsur berpikir kreatif matematis. Sedangkan Slameto (2010:138) menyatakan kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar. Munandar (Hermansyah, 2010:21) mendeskripsikan tentang unsurunsur berpikir kreatif seperti yang disajikan pada tabel berikut. 25 Tabel 2.1 Unsur-unsur Berpikir Kreatif Deskripsi unsur-unsur berpikir kretaif Pengertian Perilaku Siswa Berpikir lancar Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Berpikir luwes Menghasilkan jawaban, gagasan, atau pertanyaan yang bervariasi. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. Mampu mengubah cara pendekatan atas pemikiran. Berpikir orisinil Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. Mampu membuat kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Mengajukan banyak pertanyaan. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. Lancar dalam menggunakan gagasan-gagasannya. Bekerja lebih cepat. Dapat dengan cepat melihat kesalahan objek atau situasi. Memberikan aneka ragam penggunaan yang tak lazim terhadap suatu objek. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. Menerapkan suatu konsep atau azas dengan cara berbeda-beda. Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang diberikan orang lain Dalam membahas atau mendiskusikan situasi selalu memiliki posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok. Mampu mengubah arah pikiran secara spontan. Memikirkan masalah-masalah yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan caracara yang baru. Memilih a-simetri dalam membuat gambar atau desain. Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotype. 26 Berpikir elaboratif Mampu memperkaya atau mengembangkan suatu produk atau gagasan. Menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Berpikir evaluatif Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. Setelah membaca atau bekerja untuk mendapat penyelsaian yang baru. Lebih senang mensintesa dari pada menganalisis sesuatu. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. Mencoba untuk menguji detaildetail untuk melihat arah yang akan ditempuh. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana. Menambah garis-garis atau warnawarna dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambar sendiri atau gambar orang lain. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri. Mencetuskan pendapat sendiri mengenai suatu hal. Menganalisis masalah atau menyelesaikan secara kritis. Mempunyai alasan yang rasional yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Merancang suatu rencana kerja dan gagasan-gagasan yang tercetus. Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis. D. Sikap Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah sikap. Indrianti (2011:22) menyatakan sikap merupakan suatu yang dipelajari, dan 27 menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu kehidupan. Istilah sikap berasal dari bahasa latin yaitu aptus yang artinya sebagai kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Menurut Bruno (Hermansyah, 2010:23) sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetapkan untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. “Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecendrungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu” Syah (Indrianti, 2011:22) Berkaitan dengan hal tersebut, Ruseffendi (2006:234) mendefinisikan: “sikap positif seorang siswa adalah dapat mengikuti pelajaran dengan bersungguh-sungguh, dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik, tuntas dan tepat waktu, berpartisifasi aktif dalam diskusi dan dapat merespon dengan baik tantangan yang diberikan”. Dengan kreativitas dan keaktifan siswa dalam belajar, akan meningkatkan keberhasilan prestasi belajar matematika. Selanjutnya, Kreck, Crutcfield dan Ballachey (Hermansyah, 2010:25) menyatakan ada beberapa hal mengenai sikap, yaitu: 1. Sikap seseorang dibentuk oleh informasi yang dia peroleh atau hadapi. 2. Ketertarikan seseorang pada kelompoknya banyak menentukan posisi sikapnya. 3. Perubahan sikap terjadi melalui penyajian informasi tambahan, perubahan ketertarikan kelompok, pengetahuan dan prosedur perubahan kepribadian. 4. Arah dan tingkat perubahan sikap disebabkan oleh informasi tambahan merupakan fungsi dari faktor-faktor lingkungan, sumber, media, bentuk dan isi informasi.