GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA PASIEN PENDERITA HEPATITIS TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT HEPATITIS DI RSU PEMERINTAH PROPINSI JAMBI TAHUN 2015 Rica AKPER Prima Jambi *Korespondensi penulis : [email protected] ABSTRAK Berdasarkan tingginya prevalensi inveksi hepatitis, World Health Organization (WHO) membagi menjadi 3 macam daerah endemis yaitu: tinggi ( 10 – 15% ) sedang ( 8% ) dan rendah ( 5%). Sedangkan prevalensi hepatitis di Negara berkembang Indonesia ( 10% ), Malaysia ( 5,3% ), Brunai ( 6,1% ), Thailand ( 8% - 10% ), Filipina ( 3,4% - 7% ). Penelitian ini dilakukan di Poli Penyakit Dalam dan Rawat Inap RSUD Raden Mattaher dan RSU Abdul Manap Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian adalah seluruh keluarga penderita hepatitis di poli penyakit dalam dan rawat inap RSUD Raden Mattaher dan RSU Abdul Manap Kota Jambi tahun 2014 berjumlah 298 orang, sehingga dapat diambil sampel sebanyak 38 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara Accidental Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus tahun 2015. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat. Hasil penelitian bahwa sebanyak 28 responden yang diteliti sebagian besar 73.68% responden mempunyai pengetahuan kurang baik tentang pencegahan penularan penyakit hepatitis. Berdasarkan motivasi diketahui 44.7% responden dikategorikan rendah tenang pencegahan penularan penyakit hepatitis. Disarankan RSUD Raden Mattaher dan RSU Abdul manap Kota Jambi khususnya Poli Penyakit Dalam dan Rawat Inap agar memberikan penyuluhan dan informasi tentang pencegahan penularan penyakit hepatitis terutama pada keluarga pasien hepatitis. Kata kunci: Pengetahuan, Motivasi, Hepatitis ABSTRACT Based on the prevalence of hepatitis infection. According to world Health Organization (WHO), There are kinds of endemics areas: High endemic (10- 15 %), medium (8%) and low (5%).While prevalence of in developing country such as Indonesia (10%), Malaysia (5,3%), Brunai (6,1%), Thailand (8% 10%), Filipina (3,4 -7%). This research conducted in policlinic in inpatient ward in Raden Mattaher Hospotal and Abdul manap Hospital in Jambi city. The method in this research is using descriptive approach. Population in this simple is all patients who have hepatitis infection in policlinic and in inpatients ward in Raden Mattaher hospital and abdul Manap hospital in 2014 with the total 298 people and the sample 38 people. The sample taking by using accidental sampling. Data obtainted by filling quistionare as a collect tool. And this research conducted on August 2015. The analysis of this research is uusing Univariate. as the research show, from 38 respondents. There was 73,68% respondents have poor knowledge about prevention of transmission of hepatitis. Based on motivation known 44,7% respondents have low motivation to hepatitis prevention. there is advice for Raden Mattaher Hospital and Abdul Manap Hospital especially policlinic and inpatient ward to provide counseling and information about prevention of transmission of hepatitis. Keywords : knowledge, Motivation, Hepatitis 155 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI No.2 Vol.4 Agustus 2015 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, yakni bagi pembangunan dan pembinaan dan sumber daya manusia Indonesia khususnya bagi para tenaga kesehatan. Upaya pelayanan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai tingkat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2007). Dalam UU nomor 36 tahun 2009 pasal 152 tentang kesehatan dinyatakan bahwa pemerintah bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemeliharaan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang ditimbulkan (Kemenkes RI, 2009). Infeksi VHA tersebut telah menimbulkan suatu masalah kesehatan di sebagaian besar negara-negara eropa selatan (Cuba, Chili), Asia (termasuk antara lain Indonesia), Cina, Korea dan Singapura (Sulaiman, 2007). Martini dan Welch (2001) dalam Sodikin (2012), menjelaskan bahwa virus – virus hepatitis mengganggu fungsi hati dengan cara menyerang dan menghancurkan sel-sel hati. Orang atau anak yang terinfeksi kemungkinan mengalami demam tinggi dan hati mungkin mengalami peradangan yang membahayakan. Saat penyakit berlangsung, beberapa parameter hematologis menunjukan beberapa perubahan, contohnya enzim yang dalam keadaan normal terdapat dalam sitoplasma hati, terdapat dalam sirkulasi darah menyebabkan aktivitas metabolic normal menjadi kurang efektif dan level gula darah menurun. Sintesis protein plasma melambat dan waktu pembekuan (clotting time). menjadi berkurang seperti biasanya. Hepatosit yang cidera berhenti mengangkut billirubin dari sirkulasi darah dan gejala jaundice (tubuh kekuning kuningan) akan tampak. Menurut Sodikin (2012), Hepatitis terdiri dari 6 jenis yaitu hepatitis A, B, C, D, E dan G. dimana hepatitis A secara kusus disebabkan oleh karena mencerna air, susu atau makanan yang tercemar oleh fases yang trinfeksi. Hepatitis B disalurkan oleh pertukaran cairan tubuh selama kontakintim, hepatitis C atau hepatitis non-A, non-B yang biasanya sebagian besar ditularkan antar manusia melalui pengambilan darah yang terkontaminasi, hepatitis D disebabkan oleh suatu virus yang menimbulkan gejala hanya pada orang orang yang sudah pernah terinfeksi hepatitis B, hepatitis E serupa dengan hepatitis A dan hepatitis G adalah bentuk hepatitis yang paling akhir ditemukan dan belum memiliki banyak informasi tentang hepatitis ini. Menurut Suddarth (2008), perawat terutama terlibat dengan tiga bidang permasalahan hepatitis virus yang utama yaitu perawatan penderita hepatitis, kenyataan bahwa banyak penderita hepatitis tidak menunjukan gejala yang dapat menjadi masalah epidomologi yang serius dan kebutuhan kesehatan jelas menuntut eliminasi berbagai bentuk penyakit tersebut. Kategori ini mencakup sanitasi rumah dan komunitas yang baik, kesadaran yang terus menerusakan hygiene perorangan, praktik yang aman dalam menyiapkan, membagikan makanan, penyediaan fasilitas yang efektif di sekolah, asrama, fasilitas perawatan yang diperluas, barak barak dan program pendidikan yang berkelanjutan dan pelaporan setiap kasus hepatitis virus kepada Depertemen Kesehatan Setempat. Hepatitis dapat bersifat akut maupun kronis. Hepatitis akut adalah 156 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI No.2 Vol.4 Agustus 2015 karakteristik dari hepatitis A dan E. hamper setiap orang mengalami hepatitis A dan E (kecuali ibu hamil). Dapat mengalami sembuh total dalam beberapa bulan. Kalau sudah sembuh orang yang terinfeksi tidak dapat menularkan penyakit lagi. Sedangkan hepatitis kronis terinfeksi oleh hepatitis B,C, D dan E dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis. Orang dengan hepatitis kronis berpotensi mengalami kegagalan hati dan kematian akibat infeksi (Sodikin, 2012) Berdasarkan tingginya prevalensi inveksi hepatitis, World Health Organization (WHO) membagi menjadi 3 macam daerah endemis yaitu: tinggi ( 10 – 15% ) sedang ( 8% ) dan rendah ( 5%). Sedangkan prevalensi hepatitis di Negara berkembang Indonesia ( 10% ), Malaysia ( 5,3% ), Brunai ( 6,1% ), Thailand ( 8% 10% ), Filipina ( 3,4% - 7% ) (WHO, 2008) Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2011 menyebutkan hingga saat ini sekitar dua milliar orang terinfeksi hepatitis diseluruh dunia dan 350 juta orang diantaranya berlanjut jadi infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan 600.000 orang meninggal dunia pertahun karena penyakit tersebut. Angka kejadian infeksi hepatitis B kronis di Indonesia diperkirakanmencapai 5-10 % dari jumlah penduduk Indonesia menjadi Negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak di dunia setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di Jakarta di perkirakan satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B. Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi Virus Hepatitis B (VHB) sejak usia kanak–kanak. Sejumlah Negara di Asia, 8-10% populasi orang menderita hepatitis B kronik (Sulaiman, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas Provinsi Jambi (2013), diketahui 42,3% penderita Hepatitis merupakan penderita hepatitis A, B dan C sedangkan 57,7% tidak diketahui jenis Hepatitis apa. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan dan motivasi keluarga pasien penderita hepatitis terhadap pencegahan penularan penyakit Hepatitis di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dan RSU Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015. Tabel. 1 Jumlah Pasien Penderita Hepatitis Di RSUD Raden Mattaher dan RSU Abd. Manap Kota Jambi Tahun 2012 – 2014 Rumah Sakit Tahun Tahun Tahun 2012 2013 2014 RSUD Raden Mattaher 69 111 143 RSU H. Abdul Manap 76 101 155 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Poli Penyakit Dalam dan Rawat Inap RSUD Raden Mattaher dan RSU Abdul Manap Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian adalah seluruh keluarga penderita hepatitis di poli penyakit dalam dan rawat inap RSUD Raden Mattaher dan RSU Abdul Manap Kota Jambi tahun 2014 berjumlah 298 orang, sehingga dapat diambil sampel sebanyak 38 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara Accidental Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus tahun 2015. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat (Notoadmodjo,2007). 157 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI No.2 Vol.4 Agustus 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dari 38 keluarga responden penderita Hepatitis menunjukkan bahwa sebanyak 28 responden ( 73.68%) mempunyai pengetahuan kurang baik, 10 responden ( 26.31%) mempunyai. pengetahuan cukup. Dengan rincian dapat dilihat di tabel 1 berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Pasien Penderita Hepatitis Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Hepatitis Di RSU Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2015 Pengetahuan Frekuensi % Cukup 10 26.31 Kurang Baik 28 73.68 Jumlah 38 100 Didukung oleh penelitian dengan hasil serupa yang dilakukan Indiarawati (2011) dengan judul pengetahuan keluarga penunggu pasien dalam upaya pencegahan penularan penyakit hepatitis di Rumah Sakit Islam Surakarta diketahui bahwa dari 57 responden diketahui sebanyak 38 (66.6%) responden masih memiliki pengeteahuan yang kurang baik tentang pencegahan penularan penyakit hepatitis. Kurangnya pengetahuan yang di miliki oleh keluarga penderita hepatitis karena kesadaran dan minat yang kurang untuk meningkatkan pengetahuannya karena kurangnya mendapat penyuluhan dari petugas kesehatan, dimana penyuluhan terhadap masyarakat khususnya pada keluarga penderita hepatitis dan pada umumnya masyarakat kurang memahami penularan awal dari penyakit hepatitis adalah dari tingkat kebersihan yang dilakukan sehari – hari. Dalam meningkatkan pengetahuan keluarga penderita hepatitis dapat diberikan penyuluhan lebih mendalam dari pihak kesehatan baik itu Puskesmas, Rumah Sakit maupun Instansi Kesehatan lainnya mengenai pencegahan penularan hepatitis serta lebih professional dalam proses penangan pengobatan penyakit hepatitis agar cepat teratasi. Selain itu diharapkan responden untuk aktif mencari informasi tentang pencegahan terhadap penyakit hepatitis agar menambah pengetahuan responden yang kurang baik. Jika hanya pasif saja, maka akan berdampak kurang baik pada tingkat penetahuan yang baik. Bagi responden yang telah mempunyai pengetahuan yang baik, harus selalu mempertahankan dan ingat materi – materi yang telah diberikan agar mereka mengetahui pencegahan penularan penyakit hepatitis. Untuk gambaran motivasi keluarga penderita hepatitis hasil penelitian menunjukkan dari 38 responden didapatkan hasil bahwa 21 responden (55.3 %) mempunyai motivasi tinggi dan sebanyak 17 responden (44.7 %) memiliki motivasi rendah tentang pencegahan penularan penyakit hepatitis.Yang secara jelas dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 3 Distribusi Frekuensi Motivasi Keluarga Pasien Penderita Hepatitis Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Hepatitis Di RSU Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2015 Motivasi F % Tinggi 21 55.3 Rendah 17 44.7 38 100 Tingginya motivasi keluarga penderita penyakit hepatitis terhadap pencegahan penularan penyakit hepatitis karena mayoritas responden sudah menunjukkan motivasi yang sesuai dengan teori yang ada, meskipun pengetahuan mereka kurang akan pencegahan penularan penyakit hepatitis. Motivasi atau dorongan yang di miliki setiap responden dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan terutama pada dirinya sendiri berupaya agar tidak tertular penyakit hepatitis pada tubuh mereka. Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yusli pada tahun 2011 berjudul Gambaran faktor – factor yang mempengaruhi motivasi 158 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI No.2 Vol.4 Agustus 2015 keluarga pasien tentang pencegahan penularan penyakit hepatitis di Rumah sakit Umum Jatinegara diketahui dari 89 responden sebanyak 69 (77.52%) responden memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini memang dapat terlihat bahwa motivasi yang tinggi banyak ditemukan melebihi 50% dari jumlah responden Motivasi terhadap pencegahan penularan penyakit hepatitis tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan nyata, terkadang motivasi berbentuk karena situasi atau dorongan yang dialami responden tersebut. Dalam hal ini motivasi responden yang kurang kemungkinan karena kurangnya motivasi atau ketidak pedulian dan kesadaran terhadap penularan penyakit hepatitis dan pada responden yang mempunyai motivasi yang motivasi tinggi diharapkan selalu peduli akan pencegahan penularan penyakit hepatitis terhadap diri merekaMotivasi terhadap pencegahan penularan penyakit hepatitis tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan nyata, terkadang motivasi berbentuk karena situasi atau dorongan yang dialami responden tersebut. Dalam hal ini motivasi responden yang kurang kemungkinan karena kurangnya motivasi atau ketidak pedulian dan kesadaran terhadap penularan penyakit hepatitis dan pada responden yang mempunyai motivasi yang motivasi tinggi diharapkan selalu peduli akan pencegahan penularan penyakit hepatitis terhadap diri mereka Hepatitis dapat bersifat akut maupun kronis. Hepatitis akut adalah karakteristik dari hepatitis A dan E. hamper setiap orang mengalami hepatitis A dan E (kecuali ibu hamil). Dapat mengalami sembuh total dalam beberapa bulan. Kalau sudah sembuh orang yang terinfeksi tidak dapat menularkan penyakit lagi. Sedangkan hepatitis kronis terinfeksi oleh hepatitis B,C, D dan E dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis. Orang dengan hepatitis kronis berpotensi mengalami kegagalan hati dan kematian akibat infeksi (Sodikin, 2012) Menurut Terry G (1986) dalam Notoadmodjo Tahun 2007 motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku) sedangkan menurut Stooner (1992) mendefenisikan bahwa motivasi. adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. Upaya untuk meningkat motivasi dapat dilakukan adalah selalu mencari informasi yang tepat dan manfaat dari pemberian vaksin hepatitis serta informasi lebih mendalam kepada keluarga serta pasien tentang pencegahan penularan hepatitis agar motivasi dalam proses pencegahan penularan penyakit hepatitis meningkat dan penularan penyakit hepatitis itu sendiri menjadi menurun dan cepat disembuhkan. SIMPULAN Dari 38 responden sebanyak 28(73.68%) orang berpengetahuan kurang baik, sebanyak 10(26.31%) orang berpengetahuan cukup; Dari 38 responden sebanyak 17 (44.7%) orang memiliki motivasi yang rendah dan 21 (55.3%) orang memiliki motivasi yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI . (2007). Pelatihan Pelaksanaan Imunisasi Puskesmas Disken PP & P2 Pusdiklat.Jakarta Kemenkes, RI. (2009).UU No 36 Tahun 2009 Pasal 126 tentang Kesehatan: Jakarta Notoadmodjo.(2007) Metode Penelitian. Riskesdas .(2013). Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia. Jakarta. RSU Raden Mattaher Provinsi Jambi (2013). Data jumlah Penderita Hepatitis Jambi : RSURMPJ RSUD Abdul Manap Kota Jambi (2013). Data jumlah Penderita Hepatitis Jambi : RSUDAMKJ 159 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI No.2 Vol.4 Agustus 2015 Sodikin . (2012). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika Suddarth .(2008) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Sulaiman (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta.Jayabadi WHO:(2008)http://lib.ui.ac.id/file?file=digital /20311322-s42782-hubungan%antara.pdf 160 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI No.2 Vol.4 Agustus 2015