15 BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Umum 2.1 Komunikasi Setiap orang harus melakukan komunikasi dengan lingkungannya untuk menunjukan eksistensinya. Baik antar individu, kelompok, organisasi, maupun pada komunikasi massa. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Onong, 2006:9). Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia, sejak lahir manusia akan terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan ini pada dasarnya dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia dengan tujuan tertentu. Berbagai macam definisi mengenai komunikasi dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya: 1. Everett M Rogers dalam (Mulyana, 2001) Komunikasi sebagai suatu proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah mereka. 2. Raymond S. Ross mengatakan dalam (Wiryanto, 2004:6) Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimnkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pemikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. 16 Definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun, setidaknya peneliti memahami bahwa komunikasi adalah suatu proses dengan mana seseorang (komunikator) menyampaikan pesan, dengan maksud agar si komunikan memiliki kesamaan makna dengan komunikator. Setelah memiliki kesamaan makna itulah, komunikan mampu berubah sesuai dengan yang diharapkan si komunikator. Setelah memperoleh gambaran mengenai pengertian komunikasi, walaupun masing-masing definisi memiliki pengertian yang luas dan beragam satu sama lainnya. Dari definisi di atas juga ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi. Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik (Riswandi, 2009:127). 1. Karakteristik Komunikator Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. He doesn’t communicate what he says, he communicates what he is. Artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Bahkan kadangkadang unsur “siapa” ini lebih penting dari unsur “apa”. 17 2. Karakteristik Saluran Tiap medium memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lainnya. Tiap medium juga secara khusus mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penentuan suatu medium perlu disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing medium. 3. Karakteristik Khalayak Khalayak (audience) merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Ukuran keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah apabila pesan-pesan yang disampaikan melalui saluran/medium yang diterima sampai pada khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan komunikator. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Dalam berkomunikasi, selalu ada tujuan dalam penyampaian pesan tersebut menurut (Onong, 2006:8). Komunikasi memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1. Perubahan sikap (attitude change) 2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behavior change) 4. Perubahan sosial (social change) Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial 18 dengan orang disekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang seperti kita inginkan. Dan tujuan utama kita berkomunikasi untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Komunikasi dapat memelihara dan menggerakan dinamika kehidupan dan peradaban umat manusia tanpa komunikasi tidak mungkin individuindividu dapat mengatakan segala yang terkandung dalam pikiran dan perasaan. Komunikasi dapat mengubah insting menjadi inspirasi. Lebih dari itu komunikasi merupakan tempat menyimpan ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan, mengubah pikiran menjadi perbuatan (Hasan, 2005:14). 2.2. Public Relations Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. (Cutlip & Center, 2007:6) Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR) definisinya adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan khalayaknya. (Jefkins & Yadin, 2004:9) Namun, menurut Frank Jefkins, public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. (Jefkins & Yadin, 2004:10) 19 Public Relations adalah usaha manajerial secara sistematik dan tidak pernah berhenti yang digunakan sebagai alat organisasi swasta dan pemerintahan untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan di lingkaran masyarakat yang diperkirakan akan berhubungan dengan mereka. (Hanun, 2008:119) Prof. Marston mendefinisikan public relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara sebuah organisasi demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk meraih pengertian umum dan dukungan publik. (Onong, 2006:117) Lembaga Public Relations di Amerika Serikat mendefinisikan Public Relations sebagai usaha yang direncanakan secara terus menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakat. Pengertian yang timbal balik itu menuntut penghargaan terhadap kekuatan dan kelemahan, peluang, sasaran dan masalah-masalah yang dihadapi organisasi juga menuntut pengakuan atau penerimaan terhadap kebutuhan setiap kelompok yang mempunyai kepentingan di dalamnya. (Coulson, 2005:3) 2.2.1 Tugas Public Relations Tugas dari Humas adalah berkomunikasi serta membangun hubungan dengan public organisasi tersebut. Public Relations harus menyadari apa yang terjadi di lingkungan tempat organisasi tersebut beroperasi. Hal ini penting karena publik berada di lingkungan tersebut dan untuk memahami suatu masyarakat dengan baik adalah sulit, kecuali terdapat pemahaman atas faktor-faktor dan permasalahan sosial, 20 teknologi, ekonomi, politik, dan budaya yang mempengaruhi kehidupan mereka. (Gregory, 2004:6) 2.2.2 Peran Utama Public Relations Humas menyesuaikan pola perilakunya untuk menangani situasi yang senantiasa terjadi di dalam pekerjaan dan mengakomodasi ekspektasi orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam pekerjaan mereka. Ada empat peran utama humas yang mendeskripsikan sebagian besar praktik mereka. Akan tetapi, kadang-kadang praktisi melakukan semua peran ini dan peran lainnya dalam tingkat yang berbeda-beda, meskipun ada peran dominan dalam pekerjaan mereka seharihari dan dalam cara mereka berhadapan dengan orang lain. Yaitu (Cutlip, 2006:45): 1. Teknisi Komunikasi Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit newsletter pegawai, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web, dan menangani kontak media. Praktisi yang melakukan peran ini, biasanya tidak hadir saat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan. Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada pegawai dan pers. 21 2. Expert Prescriber Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi pakar betugas mendefinisikan problem, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya. 3. Fasilitator Komunikasi Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter, dan mediator antara komunikasi dua organisasi dan arah memfasilitasi dan publiknya. Mereka menjaga percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun public untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan public. Mereka menengahi interaksi, menyusun agenda diskusi, meringkas dan menyatakan ulang suatu pandangan, meminta tanggapan, dan membantu mendiagnosis dan memperbaiki kondisikondisi yang mengganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi ini menempati peran di tengahtengah dan berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan public. Mereka beroperasi di bawah asumsi bahwa komunikasi dua arah akan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil oleh 22 organisasi dan public dalam hal kebijakan, prosedur, dan tindakan demi kepentingan bersama. 4. Fasilitator Pemecah Masalah Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain dan organisasi untuk mengaplikasikan public relations dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya. Manajer ini memainkan peran penting dalam menganalisis situasi problem, karena mereka adalah pihak yang paling tahu dan paling dekat dengan kebijakan, produk, prosedur, dan tindakan organisasi. Mereka juga pihak yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan perubahan. Karenanya, mereka harus berpartisipasi dalam pemikiran dan perencanaan strategis di dalam program public relations. 2.2.3 Tujuan Public Relations (Ruslan, 2001:246) mengatakan, bahwa tujuan public relations adalah sebagai berikut: a. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen. b. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan. c. Mengembangkan fungsi sinergi pemasaran dengan public relations. d. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek. 23 e. Mendukung bauran pemasaran. Sementara menurut (Jefkins, 2003:54) ada beberapa hal yang merupakan tujuan public relations pada sebuah perusahaan, berikut beberapa diantaranya : a. Untuk mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan. b. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan. c. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru. d. Untuk memperbaiki hubungan antar perusahaan dengan masyarakatnya, sehubungan dengan setelah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan. e. Untuk membidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan. f. Untuk meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya krisis. g. Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru. h. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara. i. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal. 24 2.2.4 Fungsi Public Relations Dapat dikatakan bahwa fungsi public relations adalah memelihara, mengembangtumbuhkan, mempertahankan adanya komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul, atau meminimalkan munculnya masalah (Black, 2002). Juga menurut (Maria, 2002 : 31), public relations merupakan satu bagian dari satu nafas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas oraganisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut. 2.3 Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film radio, TV. Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik (Cangara, 2002:126) Sementara, definisi media massa menurut (Nurudin, 2007) adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu meyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. 25 Teori Khusus 2.4 Corporate Social Responsibility (CSR) Definisi Corporate Social Responsibility menurut Kotler & Lee adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktis bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagai sumber daya perusahaan (Kotler & Lee, 2005:4). (Wibisono, 2007:6) mengatakan, sudah banyak perusahaan yang telah melangsungkan kegiatan CSA (Corporate Social Activity) atau “Aktivitas Sosial Perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya, mendekati konsep CSR yang mempresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Selain itu, menurut Green Paper dalam (Iriantara, 2004:46) menyatakan bahwa CSR menunjukkan sebuah konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholdernya. Dalam penelitian ini, kegiatan CSR merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pada PT Intermatrix dalam membantu menyampaikan informasi yang mendidik kepada masyarakat luas. Melalui CSR ini juga PT Intermatrix dapat mengkomunikasikan visi dan orientasi perusahaan dalam rangka tercapainya tujuan perusahaan. Dengan CSR yang dikembangkan dan dilestarikan dengan baik oleh para karyawan, pencapaian tujuan perusahaan dapat meningkatkan eksistensi dan praktek komunikasi yang baik. 26 2.4.1 Prinsip-Prinsip Social Responsibility Secara umum, prinsip-prinsip CSR berlandaskan pada proses pembangunan berkelanjutan dan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance). Warhust dalam (Wibisono, 2007:39) mengajukan prinsp-prinsip CSR adalah sebagai berikut: a. Prioritas korporat Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial. b. Manajemen terpadu Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur. c. Proses perbaikan Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program, dan kinerja sosial korporat berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kinerja sosial tersebut internasional. d. Pendidikan karyawan Menyelenggarakn pendidikan dan pelatihan serta motivasi karyawan. e. Pengkajian Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup suatu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. f. Produk dan jasa Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial. 27 g. Informasi publik Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor, dan publik tentang penggunaan yang aman dan transportasi, penyimpanan, dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa. h. Fasilitas dan operasi Mengembangkan, merancang, mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial. i. Penelitian Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan dan penelitian yang menjadi sasaran untuk mengurangi dampak negatif. j. Prinsip pencegahan Memodifikasi manufaktur, pemasaran, atau penggunaan produk, atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir untuk mencegah dampak sosial yang berdampak negatif. k. Siaga menghadapi darurat Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang, dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul. l. Transfer best practice Berkontribusi pada pembangunan dan transfer praktek bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik. 28 m. Memberi sumbangan Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial. n. Keterbukaan Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap potencial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa. o. Pencapaian dan pelaporan Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala, dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundangundangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja, dan publik. Crowther David mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial (social responsibility) menjadi tiga, yaitu: (David, 2008 dalam Hadi, 2010:60) 1. Sustainability Sustainability berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktifitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumber daya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability berputar 29 pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa datang. 2. Accountability Accountability meruapakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas aktifitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal. 3. Transparency Transparency merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparency bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap pihak eksternal. Post menyatakan bahwa ragam tanggung jawab perusahaan terdiri dari 3 dimensi, yaitu (Post, 2002 dalam Hadi, 2011:61) 1. Economic responsibility Keberadaan perusahaan shareholders, seperti: ditujukan untuk meningkatkan nilai bagi meningkatkan keuntungan (laba), harga saham, pembayaran dividen, dan jenis lainnya, Disamping itu, perusahaan juga perlu meningkatkan bagi para kreditur, yaitu kepastian perusahaan dapat mengembalikan pinjaman berikut interest yang dikenakan. 2. Legal responsibility Sebagai bagian anggota masyarakat, perusahaan memiliki tanggung jawab mematuhi peraturan perundangan yang berlaku. Termasuk, ketika perusahaan 30 sedang menjalankan aktivitas operasi, maka harus dipertanggungjawabkan hukum dan perundangan. 3. Social responsibility Merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan dan para pemangku kepentingan. Social responsibility menjadi satu tuntutan ketika operasional perusahaan mempengaruhi pihak eksternal, terutama ketika terjadi externalities dis-economic. Hal itu memunculkan resistensi sosial dan dapat memunculkan konflik sosial. 2.4.2 Stratergi Tanggungjawab Sosial (CSR Strategy) Upaya yang dilakukan perusahaan dalam rangka menjamin ketercapaian tujuan tanggungjawab sosial (CSR) dilakukan dengan berbagai strategi. Berbagai strategi yang dilakukan perusahaan sudah pasti harus memperhatikan dan visi, misi, tujuan, objek dan kebutuhan riil stakeholder. Berbagai strategi tersebut antara lain adalah: (Hadi, 2011:144) 1. Program dengan sentralisasi Program sentralistik, berarti program aplikasi tanggungjawab sosial terpusat di perusahaan. Perusahaan yang merencanakan, menentukan jenis program, merumuskan strategi perusahaan, dan sekaligus sebagai yang melaksanakan program yang telah direncanakan. Program sentralistik dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak lain, seperti: event organaizer, LSM, 31 pemerintah setempat, institusi pendidikan dan lainnya selama memiliki visi, misi, tujuan yang sama dan dibawah koordinasi perusahaan. 2. Program dengan desentralisasi Program desetralisasi, perusahaan berpera sebagai pendukung kegiatan (supporting media). Disini, perencanaa, strategi, tujuan, dan target pelaksanaan termasuk ditentukan oleh pihak lain selaku mitra. Perusahaan berposisi sebagai supporting, baik dana, sponsorship maupun material. 3. Mixed Type Program ini menggunakan pola memadukan antara sentralisasi dan desentralisasi, sehingga cocok bagi program-program community development. Program community development, mendudukkan inisiatif, pendanaan, maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries. 2.4.3 Peran Public Relations dalam Corporate Social Responsibility Menurut (Cultip, Center & Brom, 2005:375-376) peran public relations dalam CSR adalah: 1. Menggelar peristiwa-peristiwa yang sesuai untuk membuat kontribusi yang menentukan, seperti kampanye dana kesejahteraan atau penciptaan dana beasiswa. 2. Membantu kampanye atau usaha keras amal dengan nasehat strategi komunikasi, menyiapkan materi cetak atau audiovisual dan mengiklankan dukungan atau menempatkan publisitas. 32 3. Memimpin proyek atau kampanye atau bertindak sebagai wakil pejabat senior perusahaan. 4. Memeriksa perkara-perkara komunitas yang bermacam-macam untuk menentukan dimana perusahaan dapat memberikan bantuan terbaik. 5. Membimbing bukan mengarahkan, pendekatan partisipatif yang melibatkan unsur pokok komunitas dalam mengalokasikan kontribusi-kontribusi perusahaan. 2.5 Definisi Radio Definisi radio menurut (Wibowo, 2012) adalah suatu medium komunikasi, dimana pesan berupa suara diubah menjadi sinyal suara, dipancarkan dari suatu sumber (a sender) dengan antene pemancar, tanpa perangkat kabel, melalui gelombang elektromagnetik, kemudian diterima oleh antene penerima (a receiver), yang mengubah sinyal suara menjadi pesan berupa suara kembali. Juga menurut (Romli, 2009:17) radio merupakan salah satu media komunikasi (mass communications) seperti surat kabar. Setiap orang dapat mengetahui pesan-pesan komunikasi melalui media massa. Dari pengertian tersebut Penyiaran (Broadcasting) adalah proses dapat disimpulkan pengiriman informasi bahwa atau pemancarluasan siaran ke berbagai lokasi melalui proses pemancaran elektromagnetik, untuk dapat diterima secara serentak oleh masyarakat (khalayak) dengan meggunakan perangkat penerima siaran seperti radio, televisi, komunikasi data pada jaringan dan media lainnya. 33 2.5.1 Program Radio Program radio yang biasa dikenal dengan mata acara adalah bagian dari siaran yang berisi muatan pesan yang disusun dalam suatu kemasan yang ditujukan kepada khalayak. (Fred Wibowo, 2012).) Dalam arti sempit, format berati susunan program dalam satuan waktu, katakanlah dalam waktu satu jam ini disebut sebagai format clock terdiri dari unsurunsur narasi penyiar, siklis musik, term iklan, promo radio dan promo program, laporan lalu-lintas, laporan cuaca, reports dan lain-lain. Format clock juga membedakan aktifitas pagi, siang, sore dan malah hari. Dalam arti yang luas, format bisa berarti susunan program radio secara keseluruhan, yang menjadi semacam penanda identitas yang terkemas dalam program radio. Sejarah radio mencatat, di awal kemunculannya, radio tidak punya sasaran atau target tertentu, early mass programming (Vivian, 2006:159). Dengan kata lain, radio tidak punya format khusus. Radio pada masa itu, tepatnya pada dekade 1920- an siarannya hanya pada malam hari, diisi dengan musik yang populer, lembut, tidak ofensif, atau mengganggu siapapun. (Astuti, 2008:7-9) 2.5.2 Program Siaran Wicara Radio Yaitu lazim disebut The Talk Program menurut (Wibowo, 2012) adalah program wawancara radio atau radio interview yang merupakan program tanya jawab yang disiarkan melalui radio, yang mengetengahkan pembicaraan seorang atau 34 lebih mengenai sesuatu yang menarik, sedang hangat dibicarakan masyarakat atau polemik dari suatu kebijakan. Menurut (http://nyradioguide.com/formats.html) ada beberapa sub kategori format siaran dalam radio, salah satunya adalah Talk yaitu, format atau program acara yang sebagian besar dipandu oleh pembawa acara atau penyiar mengenai peristiwa aktual atau topik-topik lainnya. Biasanya program perbincangan dilakukan dengan mengundang tamu ke studio atau melakukan pembicaraan dengan narasumber atau pendengar melalui telepon. Pembicaraan bisa berasal dari berbagai latar belakang keahlian. Kesehatan, pengobatan, politik, dan masalah keuangan biasanya menjadi topik yang popular. Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya aalah komunikasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Program perbincangan biasanya diarahkan oleh seorang pemandu acara (host) bersama satu atau lebih narasumber untuk membahas sebuah topik yang sudah dirancang sebelumnya (Morrisan, 2007:230) 2.5.3 Produksi Program Radio memiliki beberapa unsur penting yang mendukung berjalannya siaran radio, unsur penting tersebut merupakan kerja tim produksi. Semua orang yang terlibat dalam proses maupun hasil produksi suatu program siaran disebut dengan istilah crew atau tim kerja produksi siaran radio. (Triartanto, 2010:76) menjelaskan tugas dan tanggung jawab dari bagian dan produksi siaran, batas kewenangan dan keterampilan yang harus dimiliki tim produksi adalah sebagai berikut: 1. Manajer Produksi Seseorang yang bertanggung jawab terhadap segala proses dan hasil akhir produksi siaran. Produksi siaran tersebut meliputi penjadwalan studio 35 rekaman untuk memproduksi station identity atau station call , program promo atau expose, spot iklan, editing lagu, serta turut berperan menjaga kualitas program siaran. 2. Program Siaran atau Penata Program Seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan program siaran dan serta menyusun jadwal siaran. PD harus selalu memantau trend dan program-program dari radio kompetitor agar bisa membenahi dan meningkatkan mutu programnya. 3. Music Director atau Penata Musik Seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab dalam menentukan format musik, kriteria lagu, dan penyediaan di dalam setiap program pada suatu stasiun radio. Seorang MD harus ditunjang kemampuan sense of music yang kuat. 4. Produser Seorang yang bertanggung jawab terhadap acara yang diasuhnya dan selalu mengutamakan kualitas dari setiap isi acaranya. Seorang produser harus memiliki database yang lengkap dan kuat. 36 2.6 Kerangka Pikir Program Siaran Wicara Radio Komunikasi Radio Public Relations Corporate Social Responsibility Media Massa