258 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 POGALAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Tarwiyah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Tranggalek Abstrak. Dalam belajar IPA seharusnya siswa diajak secara aktif untuk mengenal obyek. Materi klasifikasi makhluk hidup merupakan materi IPA yang sulit bagi siswa maupun guru, karena materi klasifikasi makhluk hidup banyak menghafal dan menggunakan istilah dan nama ilmiah, guru juga kesulitan menanamkan konsep dan pemahaman pada siswa. Oleh karena itu seorang guru harus pandai memilih pendekatan, strategi, ataupun metode yang sesuai dengan karakter materi pembelajaran maupun karakter peserta didik. Strategi pembelajaran atau pendekatan yang lebih menarik perhatian siswa, efektif, menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami konsep, salah satunya adalah melalui pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam pembelajaran klasifikasi makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktifitas dan hasil belajar pada siswa kelas VII-A SMPN 1 Pogalan tahun pelajaran 2013/2014 melalui pendekatan keterampilan proses. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktifitas siswa baik proses pembelajaran maupun hasil belajar yang meliputi partisipasi, ketepatan waktu mengerjakan tugas, interaksi, dan mengkomunikasikan hasil kegiatan, serta hasil tes. Hal itu ditandai dari hasil belajar pra siklus hanya 47% dengan rata-rata hasil belajar 66,8. Sedangkan uji kompetensi diakhir seluruh pembelajaran ketuntasan mencapai 86%. Kata kunci: peningkatan aktivitas dan hasil belajar, pendekatan keterampilan proses, pembelajaran klasifikasi makhluk hidup Memasuki abad 21 persaingan bebas antar bangsa mulai muncul sebagai dampak dari era reformasi dan globalisasi. Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari bangsabangsa di dunia ini harus mampu turut dalam persaingan bebas tersebut. Untuk itu perlu dibangun manusia yang berkualitas melalui pendidikan formal maupun informal. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan pengantar bagi kemajuan kebudayaan manusia. Melalui IPTEK diharapkan manusia dapat memperoleh bekal pengetahuan agar tetap bertahan secara produktif dalam kehidupannya. Dengan demikian IPTEK menjadi kebutuhan dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Globalisasi yang telah menyentuh hampir semua bidang kehidupan masyarakat, mengantarkan ke dunia keterbukaan yang hampir tanpa batas yang penuh peluang dan tantangan. Oleh karena itu agar tidak terjebak dalam arus kehidupan yang dapat melunturkan nilai-nilai jati diri bangsa, diperlukan kedewasaan sebagai filter dalam bersikap dan bertindak. Lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab moral untuk berperan secara aktif dan sinergis bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk menyiapkan SDM yang berkualitas unggul yang memiliki kompetensi profesional, berbudaya dan berkarakter. Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi proses belajar mengajar. Belajar JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003). Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang disebabkan terjadinya perubahan pada peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran sains sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran sains di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Menurut Carin & Sund (1990) pembelajaran sains setidaknya meliputi 4 hal, yaitu: produk (content), proses, sikap dan teknologi. Dengan demikian, jika diajarkan sesuai dengan hakikat pembelajarannya maka sains merupakan sarana strategis untuk mengembangkan berbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang merupakan dasar dalam membangun karakter peserta didik. Melalui keterampilan proses, kepada peserta didik dapat diberikan pengalaman beraktivitas yang melibatkan keterampilan kognitif (minds on), keterampilan manual (hands on) dan keterampilan sosial (hearts on). Berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan proses diantaranya: mengamati (observation), mengelompokkan (classification), menafsirkan (interpretation), meramalkan (prediction), mengajukan pertanyaan (question), berhipothesis (hipothesis), melakukan percobaan 259 (experiment), mengkomunikasikan hasil percobaan (communication). Melalui kegiatan keterampilan proses, diharapkan akan dapat dikembangkan sikap ilmiah seperti: kesabaran, kejujuran, ketelitian, rasa tenggang rasa, dll., dimana sikap-sikap tersebut merupakan modal dasar dalam membangunan karakter moral yang kuat pada peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, maka idealnya pembelajaran biologi mengacu pada proses, produk, bahkan hingga penerapannya dalam kehidupan di masyarakat. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains adalah mata pelajaran yang dikembangkan melalui kemamapuan berfikir analitis, induktif, dan deduktif. Susiwi (2009) menerangkan bahwa tujuan dari pembelajaran sains adalah menjelaskan fenomena alam sekitar. Sains harus melibatkan siswa pada pengalaman langsung. Proses belajar biologi melibatkan siswa pada pengalaman belajar yang memuat keterampilan proses sains (Wenno, 2008). Dalam praktek pembelajaran sains di sekolah kondisi ideal tersubut belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Pada umumnya guru di berbagai jenjang pendidikan mengajar biologi dengan metode ceramah, tekstual dan kurang berbasis proses ilmiah, akibatnya pengembangan ketiga aspek (kognitif, psikomotor, afektif) pada peserta didik kurang berimbang. Salah satu faktor penyebabnya karena guru cenderung belum memahami hakikat pembelajaran biologi secara benar. Pembelajaran biologi belum dipahami sebagai sebagai proses dan produk, melainkan hanya sebagai produk (content) saja. Akibatnya mengajar biologi sama dengan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer knowledge) semata, sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasipada kemampuan kognitif siswa. 260 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa harus lebih dahulu mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah: (1) siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, (2) siswa menemukan sendiri konsepkonsep yang dipelajari, (3) melatih siswa untuk berpikir lebih kritis, (4) melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran, (5) mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru, dan (6) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah. Pendekatan keterampilan proses berbeda dengan pendekatan tradisional, karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional, guru hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam pembelajaran sains, siswa juga dituntut untuk mengalihgunakan informasi yang diperolehnya pada bidang lain dan bahkan di dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan sains dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, diagram, dan lain-lain. Dengan demikian, penerapan pendekatan tradisional di dalam pembelajaran sains tidaklah cocok. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan menyelidiki. Serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk siswa agar tingkah laku siswa berubah disebut pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik melalui nteraksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar disebut hasil belajar. Hasil belajar oleh Anni, dkk (2006) dibedakan menjadi tiga, di antaranya adalah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar, dan faktor instrumen. JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini diantaranya adalah: (a) minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat (b) motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini diantaranya adalah lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan lingkungan sosial di sini yaitu manusia atau sesama manusia, baik manusia itu hadir ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering mengganggu aktivitas belajar. Salah satu dari lingkungan sosial tersebut yaitu lingkungan siswa di sekolah yang terdiri dari teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya yang dapat juga mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Faktor instrumen yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran seperti kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana pembelajaran (media pembelajaran), serta guru sebagai perancang pembelajaran. Dalam penggunaan perangkat pembelajaran tersebut harus dirancang oleh guru sesuai dengan hasil yang diharapkan. METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMPN 1 Pogalan sebanyak 30 siswa. Faktor yang diteliti dalam penelitian 261 ini adalah aktivitas dan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik). Lokasi penelitian yang digunakan berada di SMPN 1 Pogalan Trenggalek. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan. Menurut (Sugiyono, 2007:110) hasil dari perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Model ini lebih sempurna karena sudah menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test), sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes, dokumentasi dan observasi. Teknik tes digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini berupa daftar nilai hasil ulangan kelas VII-A tahun pelajaran 2013/2014 sebagai data awal yang digunakan untuk keseimbangan. Tekik observasi digunakan untuk melihat keterlaksanaan metode yang diterapkan di kelas. Data hasil belajar dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Untuk data hasil belajar menggunakan rumus: 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 (Arikunto, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dijelaskan sebagai berikut: pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses ditunjang dengan RPP, LKS, dan soal evaluasi yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran yaitu dengan pendekatan keterampilan proses dan kemampuan berpikir kreatif yang hendak diukur. 262 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... Dari hasil pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses terlihat peningkatan hasil belajar dari sebelum siklus hingga siklus II berakhir. Siklus I pertemuan I ketuntasan 53%, siklus I pertemuan 2 angka ketuntasan 60%, siklus II pertemuan I ketuntasan sebesar 80%, siklus II pertemuan II ketuntasan meningkat menjadi 86%, dan di akhir seluruh pembelajaran ketuntasan mencapai 86% dengan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa. Tabel 1 Hasil Evaluasi S1 S1 No Inisial P1 P2 1. AP 60 60 2. AIA 65 70 3. ANR 95 95 4 BAK 57 75 5 BAS 58 65 6 DM 69 65 7 DL 85 90 8 EE 90 95 9 FAS 75 70 10 GSC 67 74 11 IP 65 70 12 IPR 58 45 13 KHK 60 65 14 MAM 60 65 15 MIA 65 74 16 NDS 80 85 17 NM 95 95 18 NA 70 70 19 NR 70 70 20 RPR 65 72 21 RP 68 70 22 RAP 60 65 23 RP 68 74 24 SW 58 65 25 SKA 65 72 26 SF 75 75 27 TPD 75 74 28 TY 85 85 29 WA 65 60 30 YDP 80 72 Jumlah 2043 2.043 Rata-rata 69,1 68,1 Ketuntasan 53 53 (%) S2 P1 65 65 85 70 75 75 85 95 90 75 85 65 69 75 95 90 95 70 75 75 70 60 66 70 80 75 80 100 65 75 2.187 72,9 60 S2 P2 70 70 90 75 78 80 90 95 90 75 85 65 70 75 95 95 100 75 85 75 70 65 70 70 80 75 80 100 70 80 2.315 77,2 80 U Kom 65 65 80 72 78 75 90 100 85 70 80 60 78 78 80 95 90 70 85 72 68 70 70 75 75 75 80 95 70 90 2.393 79, 7 86 Dari data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan ternyata pendekatan keterampilan proses dalam KBM dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan meningkatkan hasil pembelajaran IPA Kelas VII-A materi klasifikasi makhluk hidup, hal ini ditandai adanya peningkatan secara signifikan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa sangat antusias, keterlibatan siswa secara menyeluruh tidak hanya didominasi siswa pandai saja. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan kesulitan guru menanamkan konsep pembelajaran, meningkatkan aktivitas, antusias, keberanian, rasa percaya diri belajar siswa dan membuat siswa senang atau tidak bosan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai ratarata dari tiap siklus. Penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, kemampuan mengelaborasi dan kemampuan mengevaluasi. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran menyebabkan pengasaan materi dari tiap siklus meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009) yang menyatakan bahwa belajar memerlukan keterlibatan pembelajaran secara aktif. Penerapan pendekatan keterampilan proses, menyebabkan siswa tidak pasif menerima dan menghafal informasi yang diberikan guru, tetapi berusaha menemukan konsep melalui pengalaman langsung bukan hanya sekedar mendengar dan menerima konsep dari apa yang disampaikan guru. Menurut Turpin (2000), pengajaran ilmu yang efektif terdiri JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 dari proses yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan proses penyelidikan ilmiah, menampilkan kemampuan berpikir kritis dan menginternalisasikan konsep ilmiah dan prinsip-prinsip ilmiah. Ketuntasan belajar siswa pada uji kompetensi sudah memenuhi indikator keberhasilan, sehingga pembelajaran dikatakan tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses membawa siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pengalaman secara langsung dan pembiasaan sikap kerjasama dan menghargai pendapat orang lain inilah yang membawa perubahan sikap ke arah lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Anni, dkk (2005) bahwa perubahan perilaku dalam belajar terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. PENUTUP Kesimpulan Penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat dikembangkan sikap ilmiah yang mencakup berbagai sikap diantaranya: kejujuran, kesabaran, keterbukaan, ketelitian, kemandirian, sikap menghargai orang lain, disiplin, dll. Sikap ilmiah yang berkembang setelah melakukan keterampilan proses merupakan sikap dalam DAFTAR RUJUKAN 263 membangun landasan karakter moral yang kuat pada peserta didik. Dalam mengimplementasikan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran peran guru sangat penting, sehingga untuk membantu peserta didik diperlukan prasyarat tertentu yang harus dilakukan oleh guru. Pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses memiliki keunggulan yakni memungkinkan peserta didik dapat terlibat aktif secara intelektual, manual dan sosial yang dapat mengantarkan peserta didik untuk belajar IPA secara bermakna dan dapat mengoptimalkan hasil belajar juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Saran Penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi pokok pelajaran yang diajarkan. Dengan mempertimbangan keuntungan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses, maka disarankan untuk dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di berbagai jenjang pendidikan. Pendekatan keterampilan proses disarankan penggunaannya karena sangat strategis sebagai wahana pengembangan ranah kognitif, afektif, psikomotor, terutama sebagai pendukung dalam pembangunan landasan karakter peserta didik secara utuh. Data yang baik dalam penelitian tindakan kelas adalah data yang mempunyai peningkatan secara signifikan. Dengan data yang signifikan dapat diketahui secara jelas bahwa perubahan aktivitas dan hasil belajar menjadi lebih baik setelah dilakukan tindakan. 264 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... Anni, C. dkk. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Unnes. Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta: BSNP. Carin, A.A., & Sund, R.B. 1990. Teaching Modern Science. New York: Merril Publishing Company. Conny, S. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV.Alfabeta. Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. Susiwi. 2009. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada “Model Pembelajaran Praktikum D-E-H. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14, 920:117-142. Turpin, T. J. (2000). A study of The Effects of An Integrated, Activity-Based Science Curriculum on Student Achievement, Science Process Skills, and Science Attitudes. Upon The Science Process Skills of Urban Elementary Students. Journal of Education, 2000, Vol 37(2) 5-16. Wenno, I.H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Konteksual. Yogyakarta: Inti Media.