peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui pendekatan

advertisement
258
Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa...
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM
PEMBELAJARAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP PADA SISWA
KELAS VII-A SMP NEGERI 1 POGALAN TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh:
Tarwiyah
SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Tranggalek
Abstrak. Dalam belajar IPA seharusnya siswa diajak secara aktif untuk mengenal obyek. Materi
klasifikasi makhluk hidup merupakan materi IPA yang sulit bagi siswa maupun guru, karena materi
klasifikasi makhluk hidup banyak menghafal dan menggunakan istilah dan nama ilmiah, guru juga
kesulitan menanamkan konsep dan pemahaman pada siswa. Oleh karena itu seorang guru harus
pandai memilih pendekatan, strategi, ataupun metode yang sesuai dengan karakter materi
pembelajaran maupun karakter peserta didik. Strategi pembelajaran atau pendekatan yang lebih
menarik perhatian siswa, efektif, menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami konsep,
salah satunya adalah melalui pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam pembelajaran klasifikasi
makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktifitas dan hasil belajar
pada siswa kelas VII-A SMPN 1 Pogalan tahun pelajaran 2013/2014 melalui pendekatan
keterampilan proses. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktifitas siswa baik proses
pembelajaran maupun hasil belajar yang meliputi partisipasi, ketepatan waktu mengerjakan tugas,
interaksi, dan mengkomunikasikan hasil kegiatan, serta hasil tes. Hal itu ditandai dari hasil belajar
pra siklus hanya 47% dengan rata-rata hasil belajar 66,8. Sedangkan uji kompetensi diakhir seluruh
pembelajaran ketuntasan mencapai 86%.
Kata kunci: peningkatan aktivitas dan hasil belajar, pendekatan keterampilan proses, pembelajaran klasifikasi makhluk hidup
Memasuki abad 21 persaingan bebas antar
bangsa mulai muncul sebagai dampak dari
era reformasi dan globalisasi. Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari bangsabangsa di dunia ini harus mampu turut dalam
persaingan bebas tersebut. Untuk itu perlu dibangun manusia yang berkualitas melalui
pendidikan formal maupun informal.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) merupakan pengantar bagi kemajuan kebudayaan manusia. Melalui IPTEK diharapkan manusia dapat memperoleh bekal
pengetahuan agar tetap bertahan secara produktif dalam kehidupannya. Dengan demikian IPTEK menjadi kebutuhan dasar dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Globalisasi yang telah menyentuh hampir
semua bidang kehidupan masyarakat, mengantarkan ke dunia keterbukaan yang hampir
tanpa batas yang penuh peluang dan tantangan. Oleh karena itu agar tidak terjebak dalam
arus kehidupan yang dapat melunturkan
nilai-nilai jati diri bangsa, diperlukan kedewasaan sebagai filter dalam bersikap dan bertindak. Lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab moral untuk berperan
secara aktif dan sinergis bekerjasama dengan
pihak-pihak terkait untuk menyiapkan SDM
yang berkualitas unggul yang memiliki kompetensi profesional, berbudaya dan berkarakter.
Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, keberhasilan pendidikan sangat
dipengaruhi proses belajar mengajar. Belajar
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto,
2003). Salah satu tanda bahwa seseorang itu
telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang disebabkan terjadinya perubahan pada peningkatan
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran sains sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran sains di SMP/MTs
menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan
dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Menurut Carin & Sund (1990) pembelajaran sains setidaknya meliputi 4 hal,
yaitu: produk (content), proses, sikap dan
teknologi. Dengan demikian, jika diajarkan
sesuai dengan hakikat pembelajarannya maka sains merupakan sarana strategis untuk
mengembangkan berbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang
merupakan dasar dalam membangun
karakter peserta didik. Melalui keterampilan
proses, kepada peserta didik dapat diberikan
pengalaman beraktivitas yang melibatkan
keterampilan kognitif (minds on), keterampilan manual (hands on) dan keterampilan
sosial (hearts on). Berbagai kegiatan yang
dapat mengembangkan keterampilan proses
diantaranya: mengamati (observation), mengelompokkan (classification), menafsirkan
(interpretation), meramalkan (prediction),
mengajukan pertanyaan (question), berhipothesis (hipothesis), melakukan percobaan
259
(experiment), mengkomunikasikan hasil percobaan (communication). Melalui kegiatan
keterampilan proses, diharapkan akan dapat
dikembangkan sikap ilmiah seperti: kesabaran, kejujuran, ketelitian, rasa tenggang
rasa, dll., dimana sikap-sikap tersebut merupakan modal dasar dalam membangunan
karakter moral yang kuat pada peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka idealnya
pembelajaran biologi mengacu pada proses,
produk, bahkan hingga penerapannya dalam
kehidupan di masyarakat.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) atau sains adalah mata pelajaran
yang dikembangkan melalui kemamapuan
berfikir analitis, induktif, dan deduktif. Susiwi (2009) menerangkan bahwa tujuan dari
pembelajaran sains adalah menjelaskan fenomena alam sekitar. Sains harus melibatkan
siswa pada pengalaman langsung. Proses belajar biologi melibatkan siswa pada pengalaman belajar yang memuat keterampilan
proses sains (Wenno, 2008).
Dalam praktek pembelajaran sains di
sekolah kondisi ideal tersubut belum dapat
diwujudkan sepenuhnya. Pada umumnya guru di berbagai jenjang pendidikan mengajar
biologi dengan metode ceramah, tekstual dan
kurang berbasis proses ilmiah, akibatnya
pengembangan ketiga aspek (kognitif, psikomotor, afektif) pada peserta didik kurang berimbang. Salah satu faktor penyebabnya karena guru cenderung belum memahami hakikat pembelajaran biologi secara benar. Pembelajaran biologi belum dipahami sebagai
sebagai proses dan produk, melainkan hanya
sebagai produk (content) saja. Akibatnya
mengajar biologi sama dengan memindahkan
ilmu pengetahuan (transfer knowledge)
semata, sehingga pembelajaran cenderung
verbal dan berorientasipada kemampuan
kognitif siswa.
260
Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa...
Pendekatan keterampilan proses pada
hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada
pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar (Conny,
1992). Pendekatan keterampilan proses ini
dipandang sebagai pendekatan yang oleh
banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka
menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses akan
efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan
proses harus tersusun menurut urutan yang
logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan
pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa harus lebih dahulu
mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis agar siswa dapat menciptakan
kembali konsep-konsep yang ada dalam
pikiran dan mampu mengorganisasikannya.
Dengan demikian, keberhasilan anak dalam
belajar menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah
laku dari seorang anak yang belum paham
terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti
permasalahannya.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat
bahwa keunggulan pendekatan keterampilan
proses di dalam proses pembelajaran, antara
lain adalah: (1) siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, (2) siswa menemukan sendiri konsepkonsep yang dipelajari, (3) melatih siswa
untuk berpikir lebih kritis, (4) melatih siswa
untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam
pembelajaran, (5) mendorong siswa untuk
menemukan konsep-konsep baru, dan (6)
memberi kesempatan kepada siswa untuk
belajar menggunakan metode ilmiah.
Pendekatan keterampilan proses berbeda dengan pendekatan tradisional, karena
di dalam pembelajaran dengan pendekatan
tradisional, guru hanya memberikan materi
pelajaran yang berfokus pada pemberian
konsep-konsep, informasi, dan fakta yang
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa pun
hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja,
sedangkan aplikasinya belum tentu dapat
dilakukan. Padahal di dalam pembelajaran
sains, siswa juga dituntut untuk mengalihgunakan informasi yang diperolehnya pada
bidang lain dan bahkan di dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan sains dalam
berbagai bentuk seperti tabel, grafik, diagram, dan lain-lain. Dengan demikian, penerapan pendekatan tradisional di dalam
pembelajaran sains tidaklah cocok.
Belajar adalah proses yang diarahkan
kepada tujuan dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, dan menyelidiki. Serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk siswa
agar tingkah laku siswa berubah disebut
pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian
rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke
arah yang lebih baik melalui nteraksi dengan
lingkungannya. Perubahan perilaku yang
diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas
belajar disebut hasil belajar. Hasil belajar
oleh Anni, dkk (2006) dibedakan menjadi
tiga, di antaranya adalah ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
digolongkan menjadi tiga, yaitu: faktor dari
dalam, faktor dari luar, dan faktor instrumen.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi belajar yang berasal
dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor
ini diantaranya adalah: (a) minat individu
merupakan ketertarikan individu terhadap
sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi
menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan
cepat (b) motivasi belajar antara siswa yang
satu dengan siswa lainnya tidaklah sama.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi
lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa.
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor
yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini diantaranya adalah lingkungan sosial.
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial di
sini yaitu manusia atau sesama manusia, baik
manusia itu hadir ataupun tidak langsung
hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering mengganggu aktivitas
belajar. Salah satu dari lingkungan sosial
tersebut yaitu lingkungan siswa di sekolah
yang terdiri dari teman sebaya, teman lain
kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan
lainnya yang dapat juga mempengaruhi
proses dan hasil belajar individu.
Faktor instrumen yaitu faktor yang
berhubungan dengan perangkat pembelajaran seperti kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana pembelajaran (media pembelajaran), serta guru sebagai perancang
pembelajaran. Dalam penggunaan perangkat
pembelajaran tersebut harus dirancang oleh
guru sesuai dengan hasil yang diharapkan.
METODE PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VII-A SMPN 1 Pogalan sebanyak 30
siswa. Faktor yang diteliti dalam penelitian
261
ini adalah aktivitas dan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik). Lokasi penelitian
yang digunakan berada di SMPN 1 Pogalan
Trenggalek.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan. Menurut (Sugiyono, 2007:110)
hasil dari perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan. Model ini
lebih sempurna karena sudah menggunakan
tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test),
sehingga besarnya efek dari eksperimen
dapat diketahui dengan pasti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes, dokumentasi dan observasi. Teknik tes digunakan untuk mengukur keterampilan proses
sains. Teknik dokumentasi dalam penelitian
ini berupa daftar nilai hasil ulangan kelas
VII-A tahun pelajaran 2013/2014 sebagai
data awal yang digunakan untuk keseimbangan. Tekik observasi digunakan untuk melihat keterlaksanaan metode yang diterapkan
di kelas.
Data hasil belajar dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Untuk data hasil
belajar menggunakan rumus:
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑥 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
(Arikunto, 2007)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi pelaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses dijelaskan sebagai berikut: pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses ditunjang dengan RPP, LKS, dan soal
evaluasi yang telah disesuaikan dengan
model pembelajaran yaitu dengan pendekatan keterampilan proses dan kemampuan berpikir kreatif yang hendak diukur.
262
Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa...
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses terlihat peningkatan hasil belajar dari sebelum
siklus hingga siklus II berakhir. Siklus I pertemuan I ketuntasan 53%, siklus I pertemuan
2 angka ketuntasan 60%, siklus II pertemuan
I ketuntasan sebesar 80%, siklus II pertemuan II ketuntasan meningkat menjadi
86%, dan di akhir seluruh pembelajaran ketuntasan mencapai 86% dengan jumlah siswa
yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa.
Tabel 1 Hasil Evaluasi
S1
S1
No Inisial
P1
P2
1. AP
60
60
2. AIA
65
70
3. ANR
95
95
4 BAK
57
75
5 BAS
58
65
6 DM
69
65
7 DL
85
90
8 EE
90
95
9 FAS
75
70
10 GSC
67
74
11 IP
65
70
12 IPR
58
45
13 KHK
60
65
14 MAM
60
65
15 MIA
65
74
16 NDS
80
85
17 NM
95
95
18 NA
70
70
19 NR
70
70
20 RPR
65
72
21 RP
68
70
22 RAP
60
65
23 RP
68
74
24 SW
58
65
25 SKA
65
72
26 SF
75
75
27 TPD
75
74
28 TY
85
85
29 WA
65
60
30 YDP
80
72
Jumlah
2043 2.043
Rata-rata
69,1 68,1
Ketuntasan
53
53
(%)
S2
P1
65
65
85
70
75
75
85
95
90
75
85
65
69
75
95
90
95
70
75
75
70
60
66
70
80
75
80
100
65
75
2.187
72,9
60
S2
P2
70
70
90
75
78
80
90
95
90
75
85
65
70
75
95
95
100
75
85
75
70
65
70
70
80
75
80
100
70
80
2.315
77,2
80
U
Kom
65
65
80
72
78
75
90
100
85
70
80
60
78
78
80
95
90
70
85
72
68
70
70
75
75
75
80
95
70
90
2.393
79, 7
86
Dari data yang diperoleh dari hasil
penelitian tindakan kelas yang dilakukan ternyata pendekatan keterampilan proses dalam
KBM dapat meningkatkan aktifitas belajar
siswa dan meningkatkan hasil pembelajaran
IPA Kelas VII-A materi klasifikasi makhluk
hidup, hal ini ditandai adanya peningkatan
secara signifikan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa sangat antusias,
keterlibatan siswa secara menyeluruh tidak
hanya didominasi siswa pandai saja.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat mengatasi
kesulitan belajar siswa dan kesulitan guru
menanamkan konsep pembelajaran, meningkatkan aktivitas, antusias, keberanian, rasa
percaya diri belajar siswa dan membuat siswa senang atau tidak bosan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang
ditunjukkan dengan peningkatan nilai ratarata dari tiap siklus. Penilaian kemampuan
berpikir kreatif siswa meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, kemampuan mengelaborasi dan kemampuan
mengevaluasi.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran menyebabkan pengasaan materi dari tiap
siklus meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009) yang
menyatakan bahwa belajar memerlukan keterlibatan pembelajaran secara aktif. Penerapan pendekatan keterampilan proses, menyebabkan siswa tidak pasif menerima dan
menghafal informasi yang diberikan guru,
tetapi berusaha menemukan konsep melalui
pengalaman langsung bukan hanya sekedar
mendengar dan menerima konsep dari apa
yang disampaikan guru. Menurut Turpin
(2000), pengajaran ilmu yang efektif terdiri
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
dari proses yang memungkinkan siswa untuk
mendapatkan proses penyelidikan ilmiah,
menampilkan kemampuan berpikir kritis dan
menginternalisasikan konsep ilmiah dan
prinsip-prinsip ilmiah.
Ketuntasan belajar siswa pada uji
kompetensi sudah memenuhi indikator keberhasilan, sehingga pembelajaran dikatakan
tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam
penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses membawa siswa terlibat
dalam kegiatan pembelajaran. Pengalaman
secara langsung dan pembiasaan sikap kerjasama dan menghargai pendapat orang lain
inilah yang membawa perubahan sikap ke
arah lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Anni, dkk (2005) bahwa perubahan perilaku dalam belajar terjadi karena didahului
oleh proses pengalaman.
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Melalui pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dapat dikembangkan
sikap ilmiah yang mencakup berbagai sikap
diantaranya: kejujuran, kesabaran, keterbukaan, ketelitian, kemandirian, sikap menghargai orang lain, disiplin, dll. Sikap ilmiah
yang berkembang setelah melakukan keterampilan proses merupakan sikap dalam
DAFTAR RUJUKAN
263
membangun landasan karakter moral yang
kuat pada peserta didik. Dalam mengimplementasikan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran peran guru sangat
penting, sehingga untuk membantu peserta
didik diperlukan prasyarat tertentu yang
harus dilakukan oleh guru.
Pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses memiliki keunggulan yakni memungkinkan peserta didik dapat terlibat aktif
secara intelektual, manual dan sosial yang
dapat mengantarkan peserta didik untuk belajar IPA secara bermakna dan dapat mengoptimalkan hasil belajar juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Saran
Penggunaan pendekatan dan metode
pembelajaran harus sesuai dengan materi
pokok pelajaran yang diajarkan. Dengan
mempertimbangan keuntungan dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses, maka disarankan untuk dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA di berbagai jenjang pendidikan.
Pendekatan keterampilan proses disarankan penggunaannya karena sangat strategis sebagai wahana pengembangan ranah
kognitif, afektif, psikomotor, terutama sebagai pendukung dalam pembangunan landasan karakter peserta didik secara utuh. Data yang baik dalam penelitian tindakan kelas
adalah data yang mempunyai peningkatan
secara signifikan. Dengan data yang
signifikan dapat diketahui secara jelas bahwa
perubahan aktivitas dan hasil belajar menjadi
lebih baik setelah dilakukan tindakan.
264
Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa...
Anni, C. dkk. 2005. Psikologi Belajar.
Semarang: UPT MKK Unnes.
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2006. Jakarta: BSNP.
Carin, A.A., & Sund, R.B. 1990. Teaching
Modern Science. New York: Merril
Publishing Company.
Conny, S. 1992. Pendekatan Keterampilan
Proses. Jakarta: Gramedia Widisarana
Indonesia
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV.Alfabeta.
Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Susiwi. 2009. Analisis Keterampilan Proses
Sains Siswa SMA pada “Model
Pembelajaran
Praktikum
D-E-H.
Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14,
920:117-142.
Turpin, T. J. (2000). A study of The Effects
of An Integrated, Activity-Based
Science Curriculum on Student
Achievement, Science Process Skills,
and Science Attitudes. Upon The
Science Process Skills of Urban
Elementary Students. Journal of
Education, 2000, Vol 37(2) 5-16.
Wenno, I.H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Konteksual. Yogyakarta: Inti Media.
Download