25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara faktorial (Gomez dan Gomez, 2007). Faktor pertama adalah pupuk organik (K) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : K0 = Pupuk organik 0 ton/ha K1 = Pupuk organik sapi 15 ton/ha K2 = Pupuk organik kascing 15 ton/ha Faktor kedua adalah biourin sapi (U) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: U0 = Biourin sapi 0 liter/ha U1 = Biourin sapi 1.000 liter/ha U2 = Biourin sapi 2.000 liter/ha U3 = Biourin sapi 3.000 liter/ha Terdapat 12 kombinasi perlakuan dan semua kombinasi perlakuan diulang 4 kali, sehingga ada 48 unit percobaan, seperti disajikan pada Tabel berikut ini: Tabel 4.1 Dua Belas Kombinasi Perlakuan pada Petak Percobaan Biourin sapi U0 U1 U2 U3 K0 K0U0 K0U1 K0U2 K0U3 Jenis pupuk Organik K1 K1U0 K1U1 K1U2 K1U3 K2 K2U0 K2U1 K2U2 K2U3 26 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Percobaan ini merupakan percobaan lapangan, dilaksanakan di lahan kering Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, dengan ketinggian + 1.020 m dpl, dan suhu 25oC-35oC dengan kelembaban berkisar 80%-90%. Curah hujan berkisar 1.227,50 mm/tahun-2.896,00 mm/tahun. Analisis tanah awal, pupuk kandang sapi, pupuk organik kascing dan biourin sapi dikerjakan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Udayana Denpasar Bali. Rinciannya dapat dilihat dalam lampiran 1. Percobaan telah dilaksanakan pada tanggal 5 Mei sampai dengan 30 September 2012. Kebutuhan air bagi tanaman dicukupi dari sumber atau mata air yang ada sepanjang tahun di lokasi percobaan. 4.3 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung varietas lokal Seraya (deskripsi dapat disajikan pada lampiran 7). Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik sapi yang mana pupuk kandang sapi difermentasi dengan fermentor bakteri Rommino Bacillus sp., (RB), pupuk organik kascing dan biourin sapi. Alat-alat yang digunakan seperti alat pengolahan tanah (bajak dan cangkul), meteran, ember, ring sampel, timbangan, oven, tali rafia, kantong plastik, dan alat tulis. 27 4.4 Pelaksanaan Percobaan 4.4.1 Teknologi pembuatan pupuk organik Teknologi pembuatan pupuk organik sapi menggunakan media kotoran sapi yang difermentasi dengan fermentor RB (Ruminno bacillus) selama 21 hari. Pembuatan pupuk organik kascing menggunakan media kotoran sapi dan cacing tanah. Pengolahan urin sapi menjadi biourin dengan menggunakan fermentor RB (Ruminno bacillus) dan AZBA (Azotobacter). Adapun proses pengolahaannya dapat disajikan pada Lampiran 8, 9 dan 10). 4.4.2 Persiapan lahan Tanah diolah sebanyak dua kali dengan menggunakan bajak pada pengolahan pertama dan pada pengolahan ke dua menggunakan cangkul. Pada pengolahan tanah ke dua dilakukan pembentukan petak dengan ukuran 4,00 m x 3,50 m. Jarak antar petak perlakuan 0,5 m dan jarak antar ulangan 1,0 m. Denah tata letak petak percobaan di lapangan disajikan pada Gambar 4.1. 28 4,00 m 3,50 m 0,5 m K1U1 K2U0 K0U0 K1U0 K0U3 K1U2 K2U3 K0U1 K2U1 K0U2 K1U3 K2U2 0,5 m II 1,0 m U K0U3 K1U3 K2U2 K0U2 K2U0 K0U0 K1U1 K2U1 K0U1 K1U0 K2U3 K1U2 K2U3 K0U1 K1U2 K2U2 K1U0 K2U0 K0U2 K1U3 K2U1 K0U3 K1U1 K0U0 K0U1 K2U3 K1U2 K0U3 K2U2 K1U3 K0U2 K2U1 K1U0 K0U0 K2U0 K1U1 III IV I Keterangan: I, II, III, IV = Ulangan K0 = Pupuk organik 0 ton/ha U0 = 0 liter biourin sapi/ha K1 = Pupuk organik sapi 15 ton/ha U1 = 1.000 liter biourin sapi/ha K2 = Pupuk organik kascing 15 ton/ha U2 = 2.000 liter biourin sapi/ha U3 = 3.000 liter biourin sapi/ha Gambar 4.1. Denah Tata Letak Percobaan di Lapangan. 29 4.4.3 Penanaman Penanaman dilakukan secara tugal dengan 3-4 benih per lubang pada kedalaman + 5 cm. Jarak tanam yang digunakan yaitu 60 cm x 40 cm, sehingga dengan menyisakan 2 tanaman per lubang tanam terdapat 112 tanaman per petak (83.333 populasi tanaman/ha). Tata letak tanaman dalam petak percobaan disajikan pada Gambar 4.2. 4,00 m X X X X X X X X X X X 60 cm 40 cm X X D X C X X X X X X X X X X X X X X 3,50 m X X X X X X X X X X X X X X A X X X X B X X X X X X X X X X 35 cm Keterangan: Ukuran petak = 4,00 m x 3,50 m = tanaman sampel X 20 cm cmcmc m = ubinan dengan ukuran 2,40 m x 1,60 m Gambar 4.2. Tata Letak Tanaman dalam Petak Percobaan. 30 4.4.4 Pemupukan Pupuk organik sapi dan pupuk organik kascing masing-masing dicampur pada permukaan tanah pada saat pembuatan petak diberikan dua minggu sebelum tanam sebanyak 21 kg/petak (15 ton/ha). Pemupukan dengan biourin sapi diberikan sebanyak 2 kali masing-masing 40% dosis yaitu pada umur 14 hst dan sisanya 60% diberikan pada umur 42 hst dengan cara disiramkan di dekat pangkal batang tanaman sesuai dosis perlakuan. Volume biourin sapi yang diberikan berturut-turut 0 liter/rumpun (biourin sapi 0 liter/ha), 0,006 liter/rumpun (biourin sapi 1.000 liter/ha), 0,012 liter/rumpun (biourin sapi 2.000 liter/ha) dan 0,018 liter/rumpun (biourin sapi 3.000 liter/ha) setiap pemberian perlakuan. Pemberian biourin sapi dicampur dengan air dengan perbandingan : 100 liter biourin sapi dicampur dengan 200 liter air (1:2) pada setiap dosis perlakuan. 4.4.5 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan gulma, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu umur 21 hst dan 42 hst sekaligus melakukan pembumbunan. 4.5 Panen Panen jagung dilakukan setelah tongkol memperlihatkan tanda-tanda masak seperti kelobotnya berwarna kuning dan mengering, biji kelihatan mengkilat dan apabila ditekan dengan kuku tidak membekas, bila biji dilepaskan terlihat ada lapisan hitam pada pangkal biji. 31 4.6 Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan, komponen hasil dan variabel lain. Pengamatan terhadap variabel pertumbuhan dilakukan terhadap 5 rumpun tanaman sampel (10 tanaman) pada masing-masing petak di luar ubinan, sedangkan pengamatan variabel komponen hasil dilakukan pada ubinan. 4.6.1 Variabel Pertumbuhan 1. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai dengan ujung titik tumbuh tertinggi. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan mulai umur 3 minggu, dan pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai tanaman mencapai tinggi maksimum (keluar bunga jantan). 2. Jumlah daun/tanaman (helai) Daun yang dihitung yaitu daun yang telah membuka penuh dan minimal 50% masih berwarna hijau. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali pada tanaman sampel dimulai dari umur tanaman 3 minggu. 3. Indeks luas daun (ILD) (cm2) Indeks luas daun diamati umur 21, 35, 49 dan 63 hst. Indeks luas daun dihitung dengan membagi total luas daun tanaman dengan luas lahan yang diduduki tanaman. Luas daun dihitung dengan dengan metode panjang x lebar x daun maksimum x konstanta. Nilai konstanta dicari dengan menghitung luas daun sebenarnya di atas kertas melimeter blok dibagi dengan perkalian panjang dan lebar daun maksimum. Indeks luas daun diperoleh dengan rumus: 32 ILD = Panjang x lebar daun maksimum x jumlah daun/tanaman Jarak tanam ……… (1) 4. Saat munculnya bunga jantan (tasseling) (hst) Penghitungan saat tasseling dilakukan apabila 50% dari tanaman dalam satu petak sudah keluar bunga jantannya. 5. Saat munculnya bunga betina (silking) (hst) Saat silking ditentukan dengan kriteria 50% dari tanaman dalam satu petak sudah mengeluarkan rambut dengan panjang lebih kurang 2 cm. Apabila rambut belum mencapai 2 cm belum dianggap saat silking. 6. Diameter batang (cm) Pengukuran diameter batang dilakukan setelah munculnya bunga jantan (tasseling) dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah ruas ketiga. 7. Panjang ruas (cm) Panjang ruas diukur bersamaan dengan pengukuran diameter batang dengan mengukur panjang ruas ketiga. 8. Umur panen (hst) Pengamatan umur panen dilakukan dengan kriteria 50% dari tanaman dalam petak ada tanda-tanda siap panen (kelobot tongkol sudah mengering, 75% daun tanaman sudah menguning dan mengering serta biji sudah padat, mengkilap dan jika ditekan terasa keras). 33 9. Berat segar brangkasan/tanaman (g) Berat segar brangkasan/tanaman diperoleh dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman di atas tanah, kecuali biji tanaman dalam ubinan dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. Berat segar Brangkasan/tanam (g) = Berat segar berangkasan/ubinan (g) ………………… (2) Jumlah tanaman/ubinan 10. Berat segar brangkasan/ha (ton) Berat segar brangkasan/ha dihitung dengan mengkonversi berat segar berangkasan ubinan. Berat segar Brangkasan/ha = 10.000 m2 x B. berangkasan/ubinan (kg) x 1 (ton) …. (3) (ton) 3,6 m2 1.000 kg 11. Berat kering oven brangkasan/tanaman (g) Berat kering oven brangkasan/tanaman dicari dengan cara menimbang sub sampel brangkasan segar sebanyak 100 g kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 800C sampai beratnya konstan. Berat sub sampel tersebut kemudian dikonversi menjadi berat kering oven/tanaman BKO Berat segar Berangkasan/ = berangkasan/tanaman (kg) x BKO sub sampel (g) ...... (4) tanaman (g) 100 g sub sampel (g) Jumlah tanaman/ubinan 12. Berat kering oven brangkasan/ha (ton) Berat kering oven brangkasan/ha diperoleh dengan mengkonversi berat kering oven/ubinan. BKO = 10.000 m2 x BKO brangkasan/ubinan (kg) x 1 ton ... (5) Brangkasan/ 3,6 m2 1000 (kg) ha (ton) 34 4.6.2 Variabel Komponen Hasil 1. Jumlah tongkol/tanaman (tongkol) Jumlah tongkol/tanaman diperoleh dengan menghitung semua tongkol isi pada ubinan saat panen dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. Tongkol isi dihitung apabila dari 50% tongkol terisi biji. Jumlah Tongkol/tanaman (tongkol) = Jumlah tongkol/ubinan ……………………. (6) Jumlah tanaman/ubinan 2. Jumlah tongkol/ha (tongkol). Jumlah tongkol/ha dihitung berdasarkan jumlah tongkol/ubinan kemudian dikonversi ke hektar. Jumlah Tongkol/ha = 10.000 m2 x jumlah tongkol/ubinan (tongkol) ………. (tongkol) 3,6 m2 (7) 3. Berat 100 biji kering oven (g) Berat 100 biji kering oven diperoleh dengan cara menimbang 100 biji hasil ubinan yang telah dikering oven pada suhu 800C sampai beratnya konstan. 4. Berat biji kering oven/tanaman (g) Berat biji kering oven/tanaman diperoleh dengan cara menimbang berat biji hasil ubinan dibagi jumlah populasi ubinan kemudian dikonversi ke berat biji kering oven dengan formula: Berat biji kering = Berat basah biji/tanaman (g) x BKO 100 biji (g) …. (8) Oven/tanaman (g) Berat basah biji 100 g 35 5. Berat biji pipilan kadar air 12% (g/tanaman) Hasil biji pipilan kadar air 12% g/tanaman ditentukan dengan menghitung kadar air biji saat panen terlebih dahulu, dengan formula: Kadar air saat panen (%) = Brt biji saat panen/tanaman(g) - BKO biji/tanaman (g) x100% .. (9) Berat biji saat panen/tan (g) Berat biji kadar air = (100–kadar air saat panen) (%) x Brt biji saat panen/tanaman .. (10) 12% per (100 – kadar air 12%) (%) tanaman (g) 6. Hasil biji pipilan kadar air 12% (ton/ha) Hasil biji pipilan kadar air 12%/ha diperoleh dengan cara mengkonversi berat biji/ubinan ke hektar. Persamaan yang dipakai sebagai berikut : Hasil biji kadar air 12% = 10.000 m2 x /ha (ton) 3,6 m2 Berat biji kadar air 12% 3,6 m2 (kg) 1.000 kg x 1 ton ... (11) 7. Hasil biji pipilan kering oven/ha (ton) Hasil biji pipilan kering oven/ha dicari dengan mengkonversi berat biji kering oven ubinan ke hektar. Hasil biji kering Oven/ha (ton) = 10.000 m2 x Berat biji x 1 x 1 ton …….. (12) 2 3,6 m kering oven 1.000 kg 3,6 m2 (kg) 8. Indeks Panen (%) Indeks panen dihitung dengan cara membagi hasil ekonomi dengan hasil biologi. Hasil ekonomi yaitu berat biji kering oven, sedangkan hasil biologi adalah seluruh bagian tanaman di atas tanah (brangkasan dan biji) dalam keadaan kering oven. 36 IP(%) = BKO/ha (ton) x 100 % ……... (13) BKO biji/ha (ton) + BKO berangkasan/ha (ton) 4.6.3 Variabel Penunjang 1. Berat volume tanah (bulk density) (g cm-3) Berat volume tanah diamati sebanyak dua kali yaitu umur tanaman 42 hst dan dan saat panen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil contoh tanah di lapangan dengan menggunakan ring sampel pada kedalaman 0-10 cm. Berat volume tanah dihitung dengan rumus: Berat volume tanah (g cm-3) = Berat tanah kering oven (g) Volume tanah (cm-3) ................................. (14) 2. Kadar air tanah (%) Pengamatan kadar air tanah dilakukan dengan metode gravimetrik (Soepardi, 1979). Pengamatan air tanah dilakukan dua kali yaitu umur tanaman 42 hst dan pada saat panen. Contoh tanah ditimbang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C sampai beratnya konstan. Kadar air tanah dihitung dengan rumus: KAT (%) = Berat tanah Berat tanah basah (g) - kering oven (g) Berat tanah kering oven (g) x 100% …………… (15) 3. Total ruang pori tanah (%) Pengukuran dihitung berdasarkan hasil penetapan berat volume tanah (bulk density) dan kerapatan partikel tanah (2,65 g cm-3) (Buckman dan Brady, 1982). Pengukuran ruang pori dilakukan sebelum pemberian pupuk organik dan pada saat panen. Total ruang pori dihitung dengan persamaan: 37 f = (1,0 – b/p) x 100 % ……………………………………………….. (16) Dimana: f = Total ruang pori (%) b = Berat volume tanah (g cm-3) p = Kerapatan partikel tanah yang diasumsikan 2,65 g cm-3 4. N-total, C-organik tanah (%) dan pH N-total, C-organik tanah (%) dan pH tanah diamati pada saat panen. Penentuan N-total dan C-organik tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari masing-masing petak perlakuan sebanyak 500 g kemudian dikeringkan, diayak halus dan dilakukan analisis di laboratorium. Metode yang digunakan untuk penepatan N-total yaitu metode Kjeldah, sedangkan C-organik dengan metode Walkey and Black. 4.7 Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis secara stastistika dengan menggunakan analisis varian (analisis sidik ragam) sesuai dengan rancangan yang digunakan. Bila pengaruh interaksi nyata (p<0,05) terhadap variabel yang diamati maka dilanjutkan dengan uji nilai rata-rata dengan uji jarak berganda Duncan 5%. Bila pengaruh faktor tunggal yang berpengaruh nyata (p<0,05) dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jenis pupuk kandang sapi, pupuk organik kascing dan dosis biourin sapi dengan berat biji kadar kering oven/ha (Gomez dan Gomez, 1984). 38 Analisis pendapatan kotor (gross margin) dari penggunaan pupuk organik sapi, pupuk organik kascing dan biourin sapi dihitung dengan rumus gross margin sebagai berikut: GM = R – IV GM = gross margin – (Rp) R = penerimaan yang berasal dari penjualan jagung R = Q x Py Q = Jumlah produksi (kg) Py = Harga jagung (Rp/kg) IV = biaya variabel yaitu biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jagung dengan teknologi pupuk organik dan biourin sapi yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya : Benih Pupuk organik Sapi Pupuk organik kascing Biourin sapi Pestisida Tenaga kerja