ALTERNATIF PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM HAL NON

advertisement
1
ALTERNATIF PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM HAL
NON LETTER OF CREDIT
PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk, IMAM BONJOL MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir
Dan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
MAYA SARI
NIM : 060200155
Departemen Hukum Keperdataan
Program Kekhususan Hukum Perdata BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
2
ALTERNATIF PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM HAL
NON LETTER OF CREDIT
PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk, IMAM BONJOL MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir
Dan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
MAYA SARI
NIM : 060200155
Departemen Hukum Keperdataan
Program Kekhususan Hukum Perdata BW
Disetujui Oleh
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
(Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS)
NIP. 1962204211988031004
DOSEN PEMBIMBING I
DOSEN PEMBIMBING II
(Ramli Siregar, SH. M. Hum)
NIP. 195303121983031002
(Puspa Melati Hasibuan, SH. M. Hum)
NIP. 196801281994032001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
3
KATA PENGANTAR
Assalaammu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala karena atas rahmat dan ridho-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul “Alternatif
Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal non Letter of Credit Pada PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk Imam Bonjol Medan” adalah untuk memenuhi persyaratan
kelulusan dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan untuk meraih
gelar sarjana hukum.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tidak ada
pengetahuan penulis yang dapat diandalkan kecuali hanya sekedar ketekunan dan
kesungguhan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon
kemurahan pembaca agar kiranya sudi memberikan masukan dan kritik
membangun bagi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa pada hakekatnya di dalam meyelesaikan
dan menyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, saran, motivasi dan perhatian
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M. Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
4
2.
Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M. Hum, DFM., selaku Pembantu Dekan
II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4.
Bapak Muhammad Husni, SH., MH., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5.
Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS., selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6.
Ibu Rabiatul Syahriah, SH., M. Hum., selaku Ketua Program Kekhususan
BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7.
Bapak Ramli Siregar, SH., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang
begitu peduli dan sangat perhatian dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8.
Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah memberikan saran dan arahan dengan begitu peduli dan perhatian
serta sabar dan teliti dalam membimbing dan memberikan ilmunya kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9.
Ibu Dr. Sunarmi, SH., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi
di kampus yang kita cintai ini.
10.
Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang
telah membimbing, mendidik dan membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan, serta seluruh staf administrasi yang telah banyak membantu
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
5
penulis (Bang Harun, Bang Armen, Bang Irfan, Kak Yuni, Kak Juli, Kak
Fitri, dll).
11.
Pimpinan, staf dan pegawai PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol
Medan yang telah membantu selama penulis melakukan riset (Bu Rosna
Porwan, Bu Saniam, Pak Boitha Sitompul, Pak Syarif Effendy, Pak Irsan,
Pak Hadi, Pak Amwal).
12.
Rekan – rekan mahasiswa/i, khususnya stambuk 2006 yang telah
memberikan warna pada penulis dalam menjalani hari-hari di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
13.
Rekan – rekan mahasiswa/i, khususnya teman – teman grup c yang dari
awal telah saling membantu dalam menyelesaikan seluruh mata kuliah dan
diharapkan kita akan terus menjalin hubungan baik sampai saat ini.
14.
Rekan – rekan mahasiswa/i khususnya Kiki Fitri M.M, Sheila Miranda Hsb,
Fadillah, Rizka Utami, Andri Manurung, Okki Hariyadi, Frans Daniel JS,
Tanzila Nasution, Alex Immanuel, Indra Parluhutan, Putri Hafwany, Lesly,
dll yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas
kerjasamanya saling berbagi ilmu dan memberikan hasil yang terbaik buat
kita semua.
15.
Rekan – rekan mahasiswa/i BTM Aladdinsyah, SH., Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara khususnya pengurus BTM Aladdinsyah, SH
2008/ 2009 yang selama ini telah bekerja sama memberikan yang terbaik
untuk kemajuan mushola kedepannya (Sudirman Naibaho, Firnanda, Dewi,
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
6
Oktris, Defriansyah, Al Sailanov, Ahmad, Indra Lesmana, Inda Dian, Dina
Kristina, dll).
16.
Rekan – rekan mahasiswa/i yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa/i
Minang (IM3) Fakultas Hukm Universitas Sumatera Utara yang selama ini
telah memberikan banyak kontribusi dan kegembiraan dalam menjalani
hari-hari di kampus tercinta ini (Riko, Nurul, Randy, Okki, Dendi, Putri,
Donny, Dedek, Ermilia, Sri Chairani, Diannovi, Syahnida, Theo, Dirga,
Suhaji, Farid, Ari, Febri, Yulia, Adek, Yuke, Satrya, Indi, Riyadi, Sefiola,
Andi, Rahman, dll).
17.
Teman – teman SMA sekaligus sahabat terbaik yang telah memberikan
banyak pencerahan dan perhatian serta menjadi tempat berbagi penulis
dalam suka maupun duka selama ini (Dian wahyuni, Laila Fitria, Mira,
Henny, Melissa, Ayu, dll).
18.
Terima kasih kepada keluarga/ saudara penulis yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan kuliah dan memberikan dukungan moril buat
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik (Kak Merli,
Kak Sari, Kak Yenny, Diana, M. Yusuf).
19.
Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu
yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung.
Khusus kepada kedua orang tua penulis yang dengan seluruh
kemampuannya telah memberikan banyak motivasi, arahan, dukungannya baik
finansial maupun dukungan moril dan membimbing, membekali dengan ajaran
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
7
agama, selalu mendoakan penulis untuk kelancaran pendidikan dan kesehatan dan
yang terpenting untuk jasanya dari penulis lahir, kemudian menginjak bangku
sekolah sampai penulis dapat menuntut ilmu di perguruan tinggi dan akhirnya
menyelesaikan skripsi untuk syarat memperoleh gelar sarjana hukum.
Mereka memiliki peran yang sangat penting dan tak terhingga, karena
tanpa mereka penulis tidak mungkin ada di sini dan menyelesaikan skripsi dengan
baik dan tepat waktu, rasanya ucapan terima kasih saja tidak akan pernah cukup
untuk menggambarkan wujud penghargaan penulis terhadap kebaikan dan
ketulusan mereka.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkannya,
dan sekaligus memberikan ilmu bagi pembaca.
Amin ya Rabbal ’Alamin.
Wassalaammu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
Medan, Desember 2009
Penulis
Maya Sari
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
8
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------- i
Daftar Isi ----------------------------------------------------------------------------------- vi
Abstrak ----------------------------------------------------------------------------------- viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ------------------------------------------------------ 1
B. Perumusan Masalah ------------------------------------------------ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ---------------------------------- 10
D. Keaslian Penulisan ------------------------------------------------ 11
E. Tinjauan Kepustakaan -------------------------------------------- 12
F. Metode Penulisan ------------------------------------------------- 15
G. Sistematika Penulisan -------------------------------------------- 16
BAB II
TRANSAKSI
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
SECARA
UMUM
A. Pengertian Perdagangan Internasional -------------------------- 20
B. Ketentuan Dalam Negeri di Bidang Ekspor Impor ----------- 27
C. Persyaratan Menjadi Eksportir dan Importir ------------------- 30
D. Pengelompokan Barang Ekspor Impor ------------------------- 38
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG ALAT PEMBAYARAN
A. Pengertian dan Sifat Umum Alat Pembayaran ---------------- 45
B. Jenis-jenis Alat Pembayaran ------------------------------------- 47
C. Cara-cara Pembayaran Dalam Perdagangan Internasional --- 52
D. Syarat-syarat Umum dan Khusus Yang Dapat
Disertakan Dalam Perjanjian Jual Beli Internasional ------------- 56
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
9
BAB IV
ALTERNATIF PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM HAL
NON LETTER OF CREDIT PADA PT. BANK MANDIRI
(PERSERO), Tbk IMAM BONJOL MEDAN
A. Jenis Alternatif dan Tata Cara Pembayaran Luar Negeri
Dalam Hal Non Letter of Credit pada PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk Imam Bonjol Medan --------------------------------- 64
B. Para Pihak Yang Terlibat Dalam Lalu Lintas Pembayaran
Luar Negeri ------------------------------------------------------------- 80
C. Kelemahan dan Kelebihan Alternatif Pembayaran Luar
Negeri Dalam Hal Non Letter of Credit ---------------------------- 86
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan --------------------------------------------------------- 91
B. Saran ---------------------------------------------------------------- 93
Daftar Pustaka ---------------------------------------------------------------------------- 94
Lampiran
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
10
ABSTRAK
Pembayaran yang harus dilakukan dalam hubungan dagang dengan
pengusaha asing di luar negeri biasanya memerlukan campur tangan dari Bank.
Begitu berartinya peranan bank dalam lalu lintas pembayaran ekspor impor baik
yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Bertitik tolak dari latar belakang
di atas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini antara lain
alternatif pembayaran dalam hal non Letter of Credit (L/C) yang berlaku serta
bagaimana prosedur/ tata cara pembayaran dengan menggunakan alternatif
pembayaran dalam hal non L/C, para pihak yang terlibat dalam lalu lintas
pembayaran luar negeri dalam hal non L/C serta kelebihan dan kelemahan dari
alternatif pembayaran dalam hal non L/C.
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris, yakni merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk
selanjutnya dianalisa dan diamati sehingga nantinya mendukung teori-teori yang
diperoleh dari bahan kepustakaan. Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode
pengumpulan data meliputi field research (penelitian lapangan) dan library
research (penelitian kepustakaan).
Dalam perdagangan internasional dikenal cara pembayaran barang yaitu
clean payment and settlements, documentary credit dan documentary collection.
Dalam proses pembayaran itu bank mempunyai peranan penting. Salah satunya
pelayanan yang diberikan Bank Mandiri dalam transaksi pembayaran luar negeri
dalam hal non L/C yakni Inkaso (collection) dengan documentary collection.
Documentary collection adalah cara pembayaran luar negeri dengan
mempergunakan surat tagihan yang disebut draft atau bill of exchange. Surat
penagihan tersebut disertai berbagai macam dokumen yang dipergunakan untuk
mengambil barang dari pelabuhan atau bandara. Draft dapat dibagi dua yaitu sight
draft dan time draft. Apabila ingin memiliki barang yang mereka pesan, importir
wajib mengaksep draft yang disampaikan eksportir (melalui remitting dan
collecting bank) kepada mereka. Adapun pihak dalam dan luar negeri yang terkait
yaitu eksportir, importir, remitting bank, collecting bank dan presenting bank.
Transaksi pembayaran dengan collection ini memiliki kelebihan dan
kelemahan baik bagi eksportir maupun importir. Kelebihan dan kelemahan yang
ditanggung melihat pada bergaining position terletak pada para pihak apakah itu
eksportir maupun importir dan biasanya dipengaruhi juga oleh kualitas dari
komoditi barang yang diperjualbelikan dalam lalu lintas perdagangan
internasional. Transaksi pembayaran dengan collection didasarkan pada hubungan
baik para pihak dan telah mengetahui kredibilitas masing-masing pihak. Pada
umumnya pembayaran dengan collection ini resiko paling banyak ditanggung oleh
pihak eksportir.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
11
`
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan mendorong
peningkatan kebutuhan masyarakat. Peningkatan kebutuhan kualitas maupun
kuantitas masyarakat ini didorong dan ditunjang oleh kemajuan teknologi
informasi-komunikasi dan transportasi (darat, laut dan udara). 1 Semakin tinggi
peradaban dan ilmu pengetahuan, maka semakin banyak jenis kebutuhan yang
dituntut oleh masyarakat bersangkutan. Semakin banyak kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan untuk kepuasan hidup masyarakatnya, merupakan alasan yang
paling nyata, bahwa setiap negara tidak semuanya dapat menghasilkan barang
yang dibutuhkannya dan harus membeli kebutuhan barang tersebut dari negara
lain. Akhirnya mereka saling terkait dalam suatu perdagangan barang karena
faktor kebutuhan, dan terjalinlah hubungan-hubungan antara pengusaha yang satu
dengan pengusaha lainnya dari negara yang berbeda.
Oleh karena itu menjadi keharusan bagi negara-negara tersebut untuk
mengadakan kegiatan perdagangan luar negeri yang dapat membawa keuntungan
oleh spesialisasi produksi di antara berbagai negara. Dengan adanya perdagangan
luar negeri memungkinkan pula suatu negara mempelajari teknik produksi lebih
modern dan memperluas pasar bagi produksi-produksi yang tidak dapat dinaikkan
lagi penjualannya di dalam negeri.
1
H. Malayu SP. Hasibuan, 1993, Kredit Berdokumen (L/C) dan Lalu Lintas Pembayaran
Penunjang Globalisasi Perekonomian, Penerbit Tarsito, Bandung, hlm. 1.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
12
Sebagai suatu bentuk hubungan dagang sudah barang tentu salah satu
pihak harus mengadakan pembayaran dan pihak lain harus menyerahkan barang.
Pembayaran berarti setiap pemenuhan atau pelaksanaan perjanjian secara
sukarela, misalnya pembayaran sejumlah uang, melaksanakan pekerjaan oleh
seorang buruh, dan lain sebagainya. 2
Membicarakan tentang pembayaran, sebenarnya tidak terlepas dari
persoalan yang menyangkut tentang apa maksud dan tujuan pembayaran itu
dilakukan. Hal ini adalah logis karena pembayaran itu sendiri tidak lain
merupakan suatu kewajiban yang timbul sebagai akibat dari suatu usaha yang
dilakukan sebelumnya. Suatu hubungan pembayaran luar negeri dalam bahasa
asing di sebut foreign payment relation diperlukan dalam penyelesaian lalu lintas
bayar membayar antara pihak yang mengadakan usaha (perdagangan) dimana
mereka masing-masing berada di negara yang berlainan. Suatu hubungan
pembayaran luar negeri pada hakikatnya diperlukan dalam penyelesaian transaksitransaksi yang diadakan oleh para pihak, yaitu dalam transaksi-transaksi
perdagangan internasional yang meliputi transaksi ekspor impor baik barang
maupun jasa.
Pembayaran bukanlah suatu proses yang dapat berdiri sendiri (zelfstandige
process) atau terjadi secara spontan tanpa ada kaitannya dengan transaksi lain
sebagai latar belakang atau peristiwa yang melatarbelakanginya, sebab setiap
pembayaran merupakan pelaksanaan atau realisasi dari suatu transaksi ekonomi.
Transaksi ekonomi di sini dapat dimasukkan misalnya jual beli. Jual beli inilah
2
Hartono Hadisoeprapto, 1984, Kredit Berdokumen (Letter of Credit) Cara Pembayaran
dalam Jual Beli Perniagaan, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 16.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
13
yang mengakibatkan proses selanjutnya yaitu pembayaran. Dalam perjanjian jual
beli, pembayaran yang harus dilakukan oleh seorang pembeli umumnya berupa
sejumlah uang tertentu, karena kalau tidak berupa sejumlah uang tertentu maka
perjanjian tersebut bukan merupakan perjanjian jual beli lagi.
Perdagangan internasional terutama dilaksanakan melalui perjanjian jual
beli. Perjanjian jual beli internasional dikenal dengan sebutan perjanjian ekspor/
impor. Dalam jual beli semacam ini kegiatan jual disebut ekspor dan kegiatan beli
disebut impor. Pihak penjual disebut eksportir dan pihak pembeli disebut importir.
Secara ringkas kegiatan ini disebut ekspor dan impor. Kegiatan ekspor impor
didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri
karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap negara
memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi,
demografi struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan
perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas
dan kuantitas produk.
Sebagaimana dalam perjanjian secara umum, perjanjian ekspor/ impor
berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak yang terlibat. Eksportir
berkewajiban memberikan barang kepada importir. Importir berkewajiban
melakukan pembayaran kepada eksportir. Paralel dengan kewajiban tersebut
kedua belah pihak juga memiliki hak, eksportir berhak menerima pembayaran dari
importir dan importir berhak untuk menerima barang dari eksportir. 3
3
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, 2001, Seri Hukum Bisnis : Transaksi Bisnis
Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 23.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
14
Hal ini sesuai dengan definisi jual beli menurut Pasal 1457 Kitab Undangundang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUH Perdata) yang menyatakan
bahwa jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain
untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Menurut Pasal 1457 KUH Perdata
seorang penjual mempunyai dua macam kewajiban, pertama wajib menyerahkan
barang, dan kedua wajib menanggung pemakaian atas barang yang dijual itu.
Sedangkan kewajiban utama pembeli adalah membayar harga barang yang dibeli
(Pasal 1513 KUH Perdata). Sesuai dengan Pasal 1466 KUH Perdata pembeli
berkewajiban pula untuk memikul biaya-biaya pembuatan akta jual beli dan
biaya-biaya
tambahan
lainnya,
kecuali
kalau
diperjanjikan
sebaliknya.
Berdasarkan Pasal 1266 dan 1267 serta Pasal 1517 KUH Perdata, jika pembeli
tidak membayar harga pembelian, penjual dapat menuntut pembatalan pembelian.
Walaupun perjanjian ekspor/ impor pada hakikatnya tidak berbeda dengan
perjanjian jual beli pada umumnya yang diselenggarakan dalam suatu negara
tetapi mempunyai beberapa perbedaan. Beberapa hal yang menyebabkan ekspor/
impor berbeda antara lain, pembeli dan penjual dipisahkan dengan batas-batas
negara, barang yang diperjualbelikan dari satu negara ke negara lain terkena
berbagai peraturan seperti kepabeanan yang dikeluarkan masing-masing negara.
Diantara negara-negara yang terkait terdapat berbagai perbedaan seperti bahasa,
mata uang, kebiasaan dalam perdagangan, hukum, dan sebagainya.
4
4
Siswanto Sutojo, 2001, Membiayai Perdagangan Ekspor Impor, PT. Damar Mulia
Pustaka : Jakarta, hlm. 1.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
15
Hal terpenting dalam kesuksesan melaksanakan ekspor adalah ketika
eksportir menerima pembayaran dari transaksinya. Guna menghindari gagal atau
‘tidak ada pembayaran’ dari importir, eksportir harus mengetahui jenis dan caracara pembayaran dalam transaksi ekspor. Ketidaktahuan tentang cara-cara
pembayaran yang berlaku dan resiko yang dihadapi dari masing-masing jenis
pembayaran, sebaiknya dihindari. Memperkecil resiko, eksportir disarankan untuk
melakukan kontrak dalam jumlah kecil pada tahap awal transaksi. Importir yang
berpengalaman juga akan membeli dengan jumlah percobaan yang kecil (trial
order). Setelah beberapa transaksi kecil yang aman dan memuaskan, eksportir dan
importir dapat secara bertahap meningkatkan jumlah barang dalam transaksinya. 5
Dalam pembayaran tersebut tidaklah semudah yang dilakukan dalam
transaksi dagang di dalam negeri, karena kedua belah pihak (importir dan
eksportir) tidak mungkin berhadapan atau bertatap muka langsung untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya. Pembayaran dalam bentuk uang itu tidaklah
harus dilakukan dalam bentuk uang tunai, melainkan karena adanya hambatanhambatan tertentu, misalnya karena khawatir dirampok atau hilang dalam
perjalanan, termasuk juga untuk pembayaran dalam jumlah yang besar maka
pembayaran dalam bentuk uang tunai dapat digantikan terlebih dahulu dengan
menggunakan alat pembayaran lainnya, misalnya dengan check, wesel, credit
card, letter of credit, dan lain sebagainya.
Di Indonesia, sesuai dengan yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 1982 jo Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi
5
http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/view.php?file=PASARINTERNASIONAL/petunjuk
ekspor/Panduan%20Ekspor.doc, tanggal 21 Oktober 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
16
Nomor 27/KP/I/82, dan terakhir dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/11/PBI/2003 Tentang Pembayaran Transaksi Impor, cara pembayaran
atas transaksi perdagangan luar negeri bermacam-macam, misalnya dengan
menggunakan Letter of Credit (selanjutnya disebut L/C) atau tanpa L/C.
L/C adalah janji membayar dari bank penerbit kepada penerima jika penerima
menyerahkan kepada bank penerbit dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C. Bank
menerbitkan L/C dalam rangka pembayaran transaksi impor atas dasar permintaan
importir yang diajukan kepada Bank dengan mengisi formulir permohonan
penerbitan L/C. Bank hanya dapat mengubah L/C atas dasar permintaan importir
yang diajukan kepada Bank dengan mengisi formulir permohonan perubahan L/C.
Dapat dilihat bahwa L/C memang relatif lebih aman, dan relatif paling
kecil resikonya bagi kedua belah pihak. L/C paling populer dan banyak digunakan
karena resiko tidak terbayarnya transaksi dapat dialihkan ke bank. Namun
demikian penggunaan L/C menimbulkan biaya tambahan bagi eksportir dan
importir, yaitu biaya membuka L/C bagi importir dan biaya-biaya negosiasi bagi
eksportir. Oleh karena transaksi pembayaran luar negeri dengan menggunakan
L/C menimbulkan biaya tambahan bagi eksportir dan importir, maka para pelaku
usaha memilih transaksi pembayaran luar negeri tanpa L/C.
Sedangkan Pembayaran transaksi impor tanpa L/C dapat dilaksanakan
dengan cara antara lain dengan Pembayaran dimuka (Advance Payment),
Pembayaran kemudian (Open Account), Inkaso (Collection), Konsinyasi
(Consignment) serta pembayaran lainnya yang lazim dalam perdagangan
internasional sesuai kesepakatan antara penjual dengan pembeli. Dalam hal ini,
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
17
penulis mengkhususkan pelayanan yang diberikan terhadap pelaku usaha dalam
hal ini eksportir dan importir sebagai pihak yang terlibat dalam lalu lintas
perdagangan internasional pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol
Medan, atas transaksi pembayaran luar negeri dalam hal non L/C khususnya cara
pembayaran Inkaso (collection).
Pedoman pembayaran dengan collection yang dipakai oleh Bank Mandiri
adalah Uniform Rules for Collection of Commercial Paper ICC yang mengatur
hak dan kewajiban eksportir dan bank yang ditunjuk oleh eksportir untuk
melakukan penagihan. URC (Uniform Rules For Collection), Revisi 1995
Publikasi 522 merupakan ketentuan yang diterbitkan oleh International Chamber
of Commerce (ICC).
Yang dimaksud dengan cara pembayaran collection adalah inkaso
(collection) melalui bank, yaitu pengiriman dokumen oleh eksportir kepada
importir dengan menggunakan jasa bank untuk menagih pembayarannya, baik
dengan menggunakan wesel (draft) ataupun promissory notes (promes). Cara
pembayaran dengan collection ini meliputi documentary collection yaitu
pengiriman seluruh dokumen termasuk wesel atau promes untuk ditagihkan atau
dengan pengiriman wesel atau promes saja untuk ditagihkan yang dikenal dengan
istilah clean (bill) collection. Dalam hal clean (bill) collection sebagaimana
dimaksud di atas, eksportir dapat meminta kepada bank agar wesel atau promes
diserahkan kepada importir untuk dibayar secara tunai atau diaksep.
Di samping itu terdapat pula cara inkaso lain adalah cash against
documents (CAD), yaitu pengiriman dokumen pengapalan saja untuk ditagihkan.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
18
Dalam hal cash against documents (CAD), penyerahan dokumen pengapalan
kepada importir oleh bank yang diminta untuk menyalurkan dokumen itu juga
dilakukan setelah adanya pembayaran oleh importir. Transaksi ini tidak
didasarkan atas adanya sesuatu banker’s L/C akan tetapi pada umumnya atas
dasar surat pesanan (order) dari importir.
Dalam hal documentary collection sebagaimana dimaksud di atas,
eksportir dapat meminta kepada bank yang menyalurkan dokumen agar dokumendokumen itu diserahkan kepada importir atas dasar :
a.
Pembayaran tunai (D/P = documents against payment), yaitu penyerahan
dokumen kepada importir setelah adanya pembayaran, atau
b.
Akseptasi atas wesel berjangka atau promes (D/A = documents against
acceptance), yaitu penyerahan dokumen kepada importir setelah wesel
berjangka promes diaksep importir.
Apabila dibandingkan dengan cara pembayaran L/C terutama yang
menggunakan banker’s L/C, cara inkaso (collection) ini lebih menguntungkan
pembeli (importir) karena pemesanan barang tidak diikuti dengan pembukaan
suatu L/C. Dengan demikian importir tidak perlu menyetor sejumlah dana yang
diperlukan sebagai jaminan untuk cover pembukaan L/C. Di samping itu importir
tidak perlu membayar biaya bank berupa komisi pembukaan L/C dan porto. Cara
pembayaran ini sebenarnya menimbulkan resiko bagi masing-masing pihak baik
terhadap eksportir maupun importir dalam lalu lintas perdagangan internasional.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
19
Dengan pertimbangan banyaknya kendala-kendala yang dihadapi pelaku
usaha dalam melakukan pembayaran dengan L/C dan besarnya biaya yang
diperlukan dalam pembukaan L/C pada bank relasinya, menyebabkan pelaku
usaha mencari alternatif pembayaran luar negeri selain L/C. Oleh karena itu
penulis mengangkat judul tersebut dengan penekanan terhadap cara pembayaran
luar negeri dalam hal non L/C dengan pengkhususan cara pembayaran dengan
Inkaso (collection) pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol Medan.
B.
Perumusan Masalah
Pembayaran yang harus dilakukan dalam hubungan dagang dengan
pengusaha asing di luar negeri biasanya memerlukan campur tangan dari Bank.
Begitu berartinya peranan bank dalam lalu lintas pembayaran ekspor impor baik
yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Bertitik tolak dari latar belakang
di atas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini adalah :
1.
Jenis alternatif pembayaran dalam hal non Letter of Credit yang berlaku
serta bagaimana prosedur/ tata cara pembayaran dengan menggunakan
alternatif pembayaran dalam hal non Letter of Credit pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan.
2.
Para pihak yang terlibat dalam lalu lintas pembayaran luar negeri dalam hal
non Letter of Credit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol
Medan.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
20
3.
Apakah kelebihan dan kelemahan dari alternatif pembayaran dalam hal non
Letter of Credit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol
Medan.
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1.
Untuk mengetahui jenis alternatif pembayaran dalam hal non Letter of
Credit yang berlaku serta prosedur/ tata cara pembayaran dengan
menggunakan pembayaran dalam hal non Letter of Credit pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan.
2.
Untuk mengetahui para pihak terlibat dalam lalu lintas pembayaran luar
negeri dalam hal non Letter of Credit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,
Imam Bonjol Medan.
3.
Untuk lebih mengetahui kelebihan dan kelemahan dari alternatif
pembayaran luar negeri dalam hal non Letter of Credit pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan.
Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah :
1.
Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan penulis tentang alternatif
pembayaran luar negeri selain daripada Letter of Credit, dan mengetahui
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
21
bagaimana prosedur/ tata cara pembayaran luar negeri dalam hal non Letter
of Credit termasuk para pihak yang terlibat serta mengetahui kelebihan dan
kelemahan alternatif pembayaran dalam hal non Letter of Credit pada PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan.
2.
Secara praktis, untuk dapat memberikan sumbangan juridis terhadap
alternatif pembayaran luar negeri dalam hal non Letter of Credit pada PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan.
D.
Keaslian Penulisan
Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran
penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang
berkaitan dengan judul dari skripsi penulis, ditambah sumber riset dari lapangan
di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan. Dalam penulisan skripsi
lain sepanjang pengetahuan penulis yang banyak penekanannya adalah mengenai
L/C sebagai alat pembayaran luar negeri serta tanggung jawab bank di dalam
pembukaan L/C sebagai alat pembayaran luar negeri.
Adapun judul yang penulis angkat tentang “Alternatif pembayaran luar
negeri dalam hal non Letter of Credit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,
Imam Bonjol Medan.” Dalam penulisan ini yang harus ditekankan adalah
alternatif pembayaran luar negeri dalam hal non L/C yang berlaku dan prosedur
pembayaran maupun para pihak yang terlibat di dalam transaksi pembayaran luar
negeri tersebut. Di samping itu penulis mengangkat judul tersebut karena ingin
mengetahui lebih lanjut bagaimana kelebihan dan kelemahan alternatif
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
22
pembayaran luar negeri dalam hal non L/C serta pilihan pelaku usaha sebagai
alternatif pembayaran dalam lalu lintas perdagangan internasional.
Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan
Hukum Perdata, Hukum Dagang, serta peraturan perundang-undangan lainnya
yang membahas mengenai alternatif pembayaran luar negeri dalam hal non L/C.
E.
Tinjauan Kepustakaan
Dalam membicarakan tentang pembayaran, sebenarnya tidak dapat
terlepas dari persoalan yang menyangkut tentang apa maksud dan tujuan
pembayaran itu dilakukan. Hal ini adalah logis karena pembayaran itu sendiri
tidak lain merupakan suatu kewajiban yang timbul sebagai akibat dari suatu usaha
yang dilakukan sebelumnya. Oleh sebab itu sebelum membicarakan yang lain,
lebih dahulu perlu di mengerti tentang cara-cara pembayaran yang dikenal dalam
perdagangan luar negeri.
Perkataan Letter of Credit menurut I.C.C., Guide to Documentary Credit
Operation, Publication No. 415, menunjukkan ;
“suatu perjanjian tertulis yang oleh suatu bank (issuing bank)
diberikan kepada penjual (beneficiary) atas permintaan dan instruksiinstruksi dari pembeli (applicant) untuk melakukan pembayaran tunai
atau pada suatu waktu mendatang yang ditetapkan sampai sejumlah
uang yang disebutkan, dalam suatu waktu yang diwajibkan dan atas
dokumen-dokumen yang ditentukan.” 6
6
I.C.C., Guide to Documentary Credit Operation, Publication No. 415 Paris : ICC
Publishing As, 1985), p. 6., Dalam buku Ramlan Ginting, 2002, Letter of Credit : Tinjauan Aspek
Hukum dan Bisnis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, hlm. 11.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
23
Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak, L/C adalah bukan credit
opening di dalam arti sebenarnya yaitu suatu pemberian kredit melainkan harus
diartikan :
“bahwa bank memberitahukan kepada penjual bahwa uang yang
diperjanjikan dalam perjanjian jual beli itu telah dikuasainya/
dipegangnnya untuk kepentingan penjual.” 7
Kartono, SH., juga menyatakan bahwa L/C mengandung pengertian :
“sebagai alat atau syarat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan
dan atas beban si pembeli.” 8
Sedangkan penggunaan istilah documentary credit (kredit berdokumen),
JT. Sianipar memberi definisi tentang L/C sebagai berikut :
“suatu persetujuan atau surat perintah untuk membayarkan uang dari
seorang kepada orang lain dengan syarat, biasanya surat perintah
membayar ini datangnya dari pembeli untuk penjual.”
Yang dimaksud dengan cara “Pembayaran Dimuka” (Advance Payment)
adalah :
“pembayaran yang dilakukan oleh importir kepada eksportir sebelum
barang dikapalkan, baik untuk seluruh nilai barang (full payment)
maupun untuk sebagian (partial payment) tanpa menggunakan L/C.” 9
7
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1979, Pembukaan Kredit Berdokumen (Documentary
Credit Opening) cetakan kedua, Liberty, Yogyakarta, hlm. 4.
8
Kartono, 1980, Komentar Tentang Letter of Credit (L/C), Konosemen (B/L, Bill of
Lading), Wesel (B/E, Bill of Exchange), Dokumen-dokumen lainnya, cetakan 1, Pradnya Paramita,
Jakarta, hlm, 9.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
24
Kesepakatan tentang cara pembayaran ini dicantumkan dalam kontrak
jual-bell (sales contract) antar kedua pihak, atau dalam surat pesanan (purchase
order) yang diterima oleh eksportir dari importir. Pembayaran dimuka ini dapat
dilakukan melalui Bank Devisa atau langsung dibayarkan kepada eksportir.
Caranya dapat dilakukan dengan transfer, pemberian cek, wesel, dan sebagainya.
Sedangkan dokumen ekspor pada umumnya dikirim langsung oleh eksportir
kepada importir.
Cara pembayaran "Perhitungan Kemudian" (Open Account) adalah
kebalikan dari cara "Pembayaran Dimuka" (Advance Payment), yang menyatakan
bahwa :
“pembeli akan melunasi pembayaran dikemudian hari pada tanggal
yang sudah disepakati, misalnya setelah barang diterima oleh importir
atau pada jangka waktu tertentu setelah barang dikapalkan.” 10
Kesepakatan tentang cara pembayaran ini dicantumkan dalam kontrak
jual-beli (sales contract) antara kedua pihak, atau dalam surat pesanan (purchase
order) yang diterima eksportir dari importir.
Sedangkan yang dimaksud dengan Konsinyasi adalah :
“Mengekspor barang yang belum terjual, jadi hanya dititipkan kepada
suatu pihak diluar negeri untuk dijual. Dengan demikian barang tidak
dijual kepada importir, tetapi hanya dititipkan saja untuk dijual.
Kedudukan importir disini bukan sebagai pemilik atau pembeli
barang. Sampai saat barang dijual oleh importir, hak atas barang
tersebut masih ada pada eksportir. Pembayaran atas barang itu baru
9
http://4.bp.blogspot.com/EI5IEppjIRY/Sbc1euPY3KI/AAAAAAAAABA/PB2EH1rsGh
s/s1600 h/advance+pymnt.bmp, tanggal 10 Maret 2009.
10
http://4.bp.blogspot.com/EI5IEppjIRY/Sbd5NxHEyxI/AAAAAAAAABI/prQKbHq4s5
Y/s1600-h/open+account.bmp, tanggal 10 Maret 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
25
akan dikirimkan kepada eksportir setelah barang itu terjual. Transaksi
ini tidak menggunakan L/C”
Cara pembayaran dengan Collection, menyatakan bahwa :
“Penagihan pembayaran dari pembeli yang dilakukan melalui Bank,
yaitu
pengiriman
dokumen
ekspor
kepada
importir
(tertarik/tertagih/drawee) dengan menggunakan jasa Bank untuk
menagih pembayarannya. Jadi eksportir baru memperoleh
pembayaran setelah dananya tertagih atau dibayar oleh importir.”
F.
Metode Penulisan
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris, yakni merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, untuk mengumpulkan data atau bahan untuk
selanjutnya dianalisa dan diamati sehingga nantinya mendukung teori-teori yang
diperoleh dari bahan kepustakaan. Sedangkan data yang dipergunakan dalam
penelitian skripsi ini adalah data sekunder. Adapun data sekunder yang
dimaksudkan penulis antara lain bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Bahan hukum primer yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa KUH Perdata dan
Undang-undang serta peraturan pelaksana perundang-undangan lainnya. Bahan
hukum sekunder, yaitu semua dokumen resmi yang merupakan informasi atau
hasil kajian tentang pelaksanaan pembayaran luar negeri, seperti seminar hukum,
buku-buku teks, karya tulis ilmiah, jurnal hukum dan beberapa sumber dari situs
internet yang berkaitan dengan persoalan di atas, sedangkan bahan hukum tersier,
yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
26
mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus,
ensiklopedia, bibliograpi, dan lain-lain.
Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
1.
Field research (penelitian lapangan)
Sehubungan dengan pengumpulan data atau bahan-bahan yang diperlukan
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, juga dilakukan studi lapangan, yaitu
pengumpulan data-data mengenai objek yang diteliti yang dalam hal ini dilakukan
melalui wawancara salah satunya dengan Bapak Boitha Sitompul sebagai
pelaksana ekspor pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan
mengenai alternatif pembayaran luar negeri dalam hal non L/C.
2.
Library research (penelitian kepustakaan)
Yakni mengumpulkan bahan-bahan penulisan melalui bacaan-bacaan seperti
buku, majalah ilmiah, hasil-hasil seminar, surat kabar, pendapat sarjana dan
bahan-bahan bacaan yang relevan sebagai dasar pengembangan uraian teoritis
penulisan ini.
G.
Bab I
Sistematika Penulisan
: Pendahuluan
Merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan
informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri
dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
27
Bab II
: Transaksi Perdagangan Internasional Secara Umum
Hal ini terdiri dari pembahasan mengenai pengertian perdagangan
internasional, ketentuan dalam negeri di bidang ekspor impor,
persyaratan menjadi eksportir dan importir dan pengelompokan
barang ekspor impor.
Bab III : Tinjauan Umum Tentang Alat Pembayaran
Memberikan penjelasan mengenai pengertian, sifat umum, jenis-jenis
alat
pembayaran,
cara-cara
pembayaran
dalam
perdagangan
internasional serta syarat-syarat umum dan khusus yang dapat
disertakan dalam perjanjian jual beli internasional.
Bab IV : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal Non Letter of Credit
Memberikan penjelasan mengenai alternatif pembayaran luar negeri
dalam hal non Letter of Credit dan untuk mengetahui para pihak yang
terlibat dalam lalu lintas pembayaran luar negeri, serta kelemahan dan
kelebihan alternatif pembayaran luar negeri dalam hal non Letter of
Credit pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol Medan.
Bab V : Kesimpulan Dan Saran
Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran dari
hasil penulisan dan kaitannya dengan masalah yang diidentifikasikan.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
28
BAB II
TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL SECARA UMUM
Hukum perdagangan internasional merupakan bidang hukum yang
berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas. Hubunganhubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya, dari
bentuknya yang sederhana, yaitu dari barter, jual beli barang atau komoditi
(produk-produk pertanian, perkebunan, dan sejenisnya), hingga hubungan atau
transaksi dagang yang kompleks.
Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional ini paling
tidak disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi informasi)
sehingga transaksi-transaksi dagang semakin berlangsung dengan cepat. Batasbatas Negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi. Bahkan dengan pesatnya
teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak perlu mengetahui atau mengenal
siapa rekanan dagangnya yang berada jauh di belahan bumi lain.
Ada berbagai motif atau alasan mengapa negara atau subjek hukum
(pelaku dalam perdagangan) melakukan transaksi dagang internasional. Fakta
yang sekarang ini terjadi adalah perdagangan internasional sudah menjadi tulang
punggung bagi negara untuk menjadi makmur, sejahtera dan kuat. Hal ini sudah
banyak terbukti dalam sejarah perkembangan dunia.
Besar dan jayanya negara-negara di dunia tidak terlepas dari keberhasilan
dan aktivitas negara-negara tersebut di dalam perdagangan internasional. Sebagai
satu contoh, kejayaan Cina masa lalu tidak terlepas dari kebijakan dagang yang
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
29
terkenal dengan nama “Silk Road” atau jalan suteranya. Silk Road tidak lain
adalah rute-rute perjalanan yang ditempuh oleh saudagar-saudagar Cina untuk
berdagang dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 11
Setelah kejayaan Cina, menyusul negara-negara lain seperti Spanyol
dengan Spanish Conquistadors-nya, Inggris dengan The British Empire-nya
(beserta perusahaan multinasionalnya yang pertama di dunia, yakni “The EastIndia Company”, Belanda dengan VOC-nya, dan lain-lain. Kejayaan negaranegara ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintahnya untuk melakukan transaksi
dagang internasional.
Kesadaran untuk melakukan transaksi dagang internasional ini juga telah
cukup lama disadari oleh para pelaku pedagang di tanah air sejak abad ke-17.
Salah satunya adalah Amanna Gappa, kepala suku Bugis yang sadar akan
pentingnya dagang (dan pelayaran) bagi kesejahteraan sukunya. Keunggulan suku
Bugis dalam berlayar dengan hanya menggunakan perahu-perahu Bugis yang
kecil telah mengarungi lautan luas hingga ke Malaya (sekarang menjadi wilayah
Singapura dan Malaysia). 12
Esensi untuk bertransaksi dagang ini adalah dasar filosofinya. Telah
dikemukakan bahwa berdagang ini merupakan suatu “kebebasan fundamental”
(fundamental freedom).13 Dengan kebebasan ini, siapa saja harus memiliki
11
Jonathan Reuvid (ed.), 1997, The strategic Guide to International Trade, Kogan Page,
London, para. Xv., dalam buku Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, 2004, Penerbit
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 2.
12
PH.O.L. Tobing, 1977, Hukum Pelayaran dan Perdagangan, Amanna Gappa, Yayasan
Kebudayaan Sulawesi Selatan, Ujung Pandang, hlm. 154.
13
Huala Adolf, 2002, Hukum Ekonomi Internasional : Suatu Pengantar cet. 3, Bab I,
Rajawali Pers, Jakarta.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
30
kebebasan untuk berdagang. Kebebasan ini tidak boleh dibatasi oleh adanya
perbedaan agama, suku, kepercayaan, politik, sistem hukum, dan lain-lain.
Piagam Hak-hak dan Kewajiban Negara (Charter of Economic Rights and
Duties of States) juga mengakui bahwa setiap negara memiliki hak untuk
melakukan perdagangan internasional. (“Every State has the right to engage in
international trade”) (Pasal 4).
A.
Pengertian Perdagangan Internasional
Walaupun perkembangan bidang hukum berjalan dengan cepat, namun
ternyata masih belum ada kesepakatan tentang definisi untuk bidang hukum ini.
Hingga dewasa ini terdapat berbagai definisi yang satu sama lain berbeda.
Definisi pertama adalah definisi yang dikeluarkan oleh Sekretaris Jenderal
PBB dalam laporannya tahun 1966. 14 Definisi ini sebenarnya merupakan definisi
buatan seorang guru besar terutama dalam hukum dagang internasional dari City
of London College, yaitu Profesor Clive M. Schmitthoff. Sehingga dapat
dikatakan bahwa definisi yang tercakup dalam Laporan Sekretaris Jenderal
tersebut tidak lain adalah laporan Schmitthoff.
Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional sebagai :
‘…. the body of rules governing commercial relationship of a private
law nature involving different nations.’15
14
15
Huala Adolf, 2004, Op.Cit., hlm. 4.
Ibid.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
31
Dari definisi tersebut dapat tampak unsur-unsur berikut :
1.
Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturan yang mengatur
hubungan-hubungan komersial yang sifatnya hukum perdata.
2.
Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksi yang berbeda
negara.
Definisi di atas menunjukkan dengan jelas bahwa aturan-aturan tersebut
bersifat komersial. Artinya, Schmitthoff dengan tegas membedakan antara hukum
perdata dan hukum publik.
Dalam definisinya itu, Schmitthoff menegaskan bahwa ruang lingkup
bidang hukum ini tidak termasuk hubungan-hubungan komersial internasional
dengan ciri hukum publik. Termasuk dalam bidang hukum publik ini yakni
aturan-aturan yang mengatur tingkah laku atau perilaku negara-negara dalam
mengatur perilaku perdagangan yang mempengaruhi wilayahnya, misalnya
aturan-aturan hukum internasional publik yang mengatur hubungan dagang dalam
kerangka GATT atau aturan-aturan yang mengatur blok-blok perdagangan
regional, aturan-aturan yang mengatur komoditi, dan sebagainya. 16
Dari latar belakang definisi tersebut pun berdampak pada ruang lingkup
cakupan hukum dagang internasional. Schmitthoff menguraikan bidang-bidang
berikut sebagai bidang cakupan bidang hukum ini yaitu :
a.
Jual beli dagang internasional meliputi pembentukan kontrak, perwakilanperwakilan dagang (agency), pengaturan penjualan eksklusif;
b.
Surat-surat berharga;
16
Ibid., hlm. 6.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
32
c.
Hukum mengenai kegiatan-kegiatan tentang tingkah laku
mengenai
perdagangan internasional;
d.
Asuransi;
e.
Pengangkutan melalui darat dan kereta api, laut, udara, perairan pedalaman;
f.
Hak milik industri;
g.
Arbitrase komersial. 17
Dalam upayanya memberi batasan atau definisi hukum perdagangan
internasional, Rafiqul Islam menekankan keterkaitan erat antara perdagangan
internasional dan hubungan keuangan (financial relations). Dalam hal ini Rafiqul
Islam memberi batasan perdagangan internasional sebagai berikut :
‘…. a wide ranging, transnational, commercial exchange of goods
and services between individual business persons, trading bodies and
states’ 18
Hubungan finansial terkait erat dengan perdagangan internasional.
Keterkaitan
erat
ini
tampak
karena
hubungan-hubungan
keuangan
ini
mendampingi transaksi perdagangan antara para pedagang (dengan pengecualian
transaksi barter atau counter trade). 19 Dengan adanya keterkaitan erat antara
perdagangan internasional dan keuangan, Rafiqul Islam mendefinisikan :
“Hukum perdagangan dan keuangan sebagai suatu kumpulan aturan,
prinsip, norma dan praktik yang menciptakan suatu pengaturan untuk
transaksi-transaksi
perdagangan
transnasional
dan
sistem
17
Ibid.
Rafiqul Islam, 1999, International Trade Law, NSW : LBC, hlm. 1.
19
Ibid.
18
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
33
pembayarannya, yang memiliki dampak terhadap perilaku komersial
lembaga-lembaga perdagangan.” 20
Kegiatan-kegiatan komersial tersebut dapat dibagi ke dalam kegiatan
“komersial” yang berada dalam ruang lingkup hukum perdata internasional,
perdagangan antarpemerintah atau antarnegara yang diatur oleh hukum
internasional publik. 21 Dari batasan tersebut tampak bahwa ruang lingkup hukum
perdagangan internasional sangat luas. 22 Karena ruang lingkup kajian bidang
hukum ini sifatnya adalah lintas batas atau transnasional, konsekuensinya adalah
terkaitnya lebih dari satu sistem hukum yang berbeda.
Sarjana lainnya yang mencoba memberi batasan bidang hukum ini adalah
sarjana Australia, Sanson. Sanson memberi batasan bidang ini sesuai dengan
pengeritan kata-kata dari bidang hukum ini, yaitu hukum, dagang dan
internasional (dengan kata dasar nation atau negara). Hukum perdagangan
internasional menurut definisi Sanson :
‘can be defined as the regulation of the conduct of parties involved in
the exchange of goods, services an technology between nations.’ 23
Definisi di atas sederhana. Ia tidak menyebut secara jelas bidang hukum
ini jatuh ke bidang hukum privat, publik, atau hukum internasional. Sanson hanya
menyebut bidang hukum ini adalah the regulation of the conduct of parties. Para
pihaknya pun dibuat samar, hanya disebut parties. Sementara itu, objek kajiannya
20
Ibid.
Ibid.
22
Ibid.
23
Huala Adolf, 2004, Op. Cit., hlm. 8.
21
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
34
agak jelas yaitu jual beli barang, jasa dan teknologi. Meskipun ia memberi definisi
yang mengambang tersebut, Sanson membagi hukum perdagangan internasional
ini ke dalam dua bagian utama, yaitu hukum perdagangan internasional publik
(public international trade law) dan hukum perdagangan internasional privat
(private international trade law). 24
Public international trade law adalah hukum yang mengatur perilaku
dagang antarnegara. Sementara itu, private international trade law adalah hukum
yang mengatur perilaku dagang secara orang perorangan (private traders) di
negara-negara yang berbeda.” 25 Meskipun ada pembedaan ini, namun para sarjana
mengakui bahwa batas-batas kedua istilah ini pun sangat sulit untuk dibuat garis
batasnya. 26
Hercules Booysen, sarjana Afrika Selatan dalam upayanya memberi
definisi, beliau hanya mengungkapkan unsur-unsur dari definisi hukum
perdagangan internasional. Menurut beliau ada tiga unsur, yakni sebagai berikut :
1)
Hukum perdagangan internasional dapat dipandang sebagai suatu cabang
khusus dari hukum internasional (international trade law may also be
regarded as a specialized branch of international law).
2)
Hukum perdagangan internasional adalah aturan-aturan hukum internasional
yang berlaku terhadap perdagangan barang, jasa dan perlindungan hak atas
kekayaan
intelektual
(HAKI).
Bentuk-bentuk
hukum
perdagangan
internasional seperti ini misalnya saja adalah aturan-aturan WTO, perjanjian
24
Ibid., hlm. 9.
Ibid.
26
Ibid.
25
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
35
multilateral mengenai perdagangan mengenai barang seperti GATT,
perjanjian mengenai perdagangan di bidang jasa (GATS/WTO, dan
perjanjian mengenai aspek-aspek yang terkait dengan HAKI (TRIPS). 27
Dalam lingkup definisi ini diakui bahwa negara bukanlah semata-mata
pelaku utama dalam bidang perdagangan internasional. Negara lebih
berperan sebagai regulator (pengatur). Oleh karena itu, hukum perdagangan
internasional
juga
mencakup
aturan-aturan
internasional
mengenai
transaksi-transaksi nyata yang bersifat internasional dari para pedagang
(international law merchants). Dengan demikian, international law
merchants ini merupakan bagian dari hukum perdagangan internasional. 28
3)
Hukum perdagangan internasional terdiri dari aturan-aturan hukum nasional
yang memiliki atau pengaruh langsung terhadap perdagangan internasional
secara secara umum. Karena sifat aturan-aturan hukum nasional ini, aturanaturan tersebut merupakan bagian dari hukum perdagangan internasional.
Contoh dari aturan hukum nasional seperti itu adalah perundang-undangan
yang ekstrateritorial (the extraterritorial legislation). 29
Harry Waluya dalam bukunya “Ekonomi Internasional” mengatakan
bahwa :
“Internasional Bussinis” atau “Perdagangan Internasional” dapat
didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu
negara asal (country of origin) yang melintasi perbatasan menuju
suatu negara tujuan (country of destination) yang dilakukan oleh
27
Interlegal’s Definitions (http://home.yebro.co.za/ ˜interlegal/ definitions. htm).
Interlegal’s Definitions (http://home.yebro.co.za/ ˜interlegal/ definitions. htm).
29
Interlegal’s Definitions (http://home.yebro.co.za/ ˜interlegal/ definitions. htm).
28
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
36
perusahaan multinational coorporation (MNC) untuk melakukan
perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga
kerja, perpindahan tekonologi (pabrik) dan perpindahan merek
dagang.” 30
Dari beberapa definisi di atas tampaklah bahwa perdagangan internasional
itu merupakan perdagangan antar negara, dimana penjual dan pembeli berada
dalam wilayah negara yang berbeda. Transaksi perdagangan luar negeri yang
lebih di kenal dengan istilah ekspor impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi
yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara
pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara yang berbeda. 31
Jadi sesuatu perdagangan dikatakan sebagai perdagangan internasional
apabila :
a)
Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan (geo politik);
b)
Barang harus dikirim atau diangkut dari suatu negara ke negara lainnya
melalui bermacam peraturan seperti peraturan pabean yang bersumber dari
pembatasan yang dilakukan oleh masing-masing pemerintah;
c)
Antar suatu negara dengan negara lainnya tidak jarang terdapat perbedaan
dalam bahasa, mata uang, takaran dan timbangan serta hukum dalam
perdagangan dan lain-lainnya. 32
30
31
Harry Waluya, 1995, Ekonomi Internasional, Bineka Cipta : Jakarta, hlm. 5.
Roselyne Hutabarat, 1994, Transaksi Ekspor Impor Edisi Kedua, Erlangga : Jakarta.
hlm.1.
32
Amir M.S. 1975, Teknik Perdagangan Luar Negeri, Bharata : Jakarta, hlm. 4.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
37
B.
Ketentuan Dalam Negeri di Bidang Ekspor Impor
Pengetahuan mengenai prosedur ekspor impor Indonesia atau tata cara
pelaksanaan perdagangan bebas internasional maupun berbagai peraturan yang
ditetapkan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang membawahi
Direktorat Jenderal Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak, dan atau
Departemen Perdagangan menjadi hal yang sangat penting, oleh karena instansi
pemerintah tersebut berurusan langsung dengan ketentuan maupun prosedur
ekspor impor Indonesia.
Kebijaksanaan impor nasional juga memperhatikan dengan seksama
ketentuan Undang-Undang seperti :
a.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization =
WTO).
b.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. 33
Ketentuan Umum di Bidang Impor dituangkan dalam Surat Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) antara lain Nomor 229/
MPP/ Kep/ 7/ 1997 tanggal 4 Juli 1997, yang mencakup batasan-batasan sebagai
berikut :
1)
Yang dinyatakan dengan impor adalah kegiatan memasukkan barang-barang
ke dalam Daerah Pabean.
33
Sumantoro, 1998, Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan RUU Tentang
Perdagangan Internasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta,
hlm. 11.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
38
2)
Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi darat,
perairan dan ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif dan landasan kontinen yang di dalamnya berlaku
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
3)
Barang yang diatur Tata Niaga Impornya adalah barang yang impornya
hanya boleh dilakukan oleh Perusahaan yang diakui dan setujui oleh
Menperindag untuk mengimpor barang yang bersangkutan.
4)
Barang yang dilarang diimpor adalah barang yang tidak boleh diimpor.
5)
Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru kecuali kapal niaga dan
kapal ikan.
6)
Impor hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka
Pengenal Impor (API), API Sementara (APIS) atau API Terbatas (APIT),
dan berlaku untuk barang-barang tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/MDAG/ PER/1/2007 tanggal
22 Januari 2007 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor, maka
pengelompokan terhadap barang ekspor antara lain :
a)
Barang yang ekspornya diatur
Dalam
rangka
mengikuti
ketentuan
internasional,
menyangkut
kesehatan, keselamatan, keamanan, lingkungan hidup dan moral bangsa
(K3LM) , menjaga kelestarian alam dan meningkatkan nilai tambah.
b)
Barang yang ekspornya diawasi
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjaga
kelestarian alam.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
39
c)
Barang yang ekspornya dilarang
Dalam
rangka
menjaga
kelangkaan,
menyangkut
kesehatan,
keselamatan, keamanan, lingkungan hidup dan moral bangsa (K3LM),
kelestarian alam dan bernilai sejarah.
d)
Barang yang ekspornya bebas (tidak diatur, tidak diawasi, tidak dilarang)
Dalam rangka mendorong ekspor antara lain melalui pembukaan akses
pasar, peningkatan daya saing, peningkatan diversifikasi produk.
Kebijakan Perdagangan Luar negeri yang diberlakukan oleh Pusat dan
disosialisasikan kepada daerah diantaranya Keputusan Menteri Perdagangan
Nomor 07/M-Dag/Per/4/2005 tanggal 19 April 2005, Keputusan Menteri
Perdagangan Nomor 43/M-Dag/Per/10/2007 tanggal 8 Oktober 2007 Tentang
Penerbitan Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin) Untuk Barang Ekspor
Indonesia serta Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Nomor
9/Daglu/Per/10/2007 tanggal 22 Oktober 2007 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Pemberlakuan dan Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) Untuk Barang
Ekspor.
Pengertian dari Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin), selanjutnya
disingkat SKA, adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor
Indonesia memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang
tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia. Dokumen ini didasarkan
pada kesepakatan dalam perjanjian bilateral, regional dan multilateral serta
ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu wajib disertakan pada waktu barang
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
40
ekspor tertentu Indonesia akan memasuki wilayah negara tertentu yang
membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di
Indonesia.
Surat permohonan penerbitan SKA harus dilengkapi dengan dokumen
pendukung antara lain, fotokopi Pemberitahuan Ekspor Sarang (PES) yang telah
diformat oleh petugas Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di pelabuhan muat atau
lembar cetak (print out) PES yang dibuat secara Pertukaran Data Elektronik
(PDE) dengan melampirkan antara lain :
(i)
Persetujuan Ekspor (PE);
(ii)
Tindasan asli (original copy)Bill of Lading (S/L) atau copy Air Way Bill
(AWB), atau copy Cargo Receipt jika pelaksanaan ekspornya melalui
pelabuhan darat;
(iii)
Invoice;
(iv)
Packing list dan ;
(v)
Dokumen lain sesuai dengan jenis SKA berdasarkan peruntukannya.
C.
Persyaratan Menjadi Eksportir dan Importir
Yang dimaksud dengan impor adalah proses memasukkan barang dari luar
negeri ke dalam wilayah pabean dalam negeri dengan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Transaksi impor dapat dilakukan
dengan menggunakan L/C maupun non L/C. Untuk impor tersebut, baik dengan
impor dengan L/C maupun impor dengan non L/C, harus mengikuti prosedur dan
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
41
persyaratan
yang
ditetapkan
oleh
Departemen
Keuangan,
Departemen
Perindustrian maupun bea cukai di mana negara itu berada.
Proses pemasukan barang impor itu sendiri dapat melalui udara, darat dan
laut yang kesemuanya harus menyertakan dokumen-dokumen impor yang lengkap
dan jelas dari negara tempat asal barang itu dimasukkan. Dokumen impor yang
biasanya disertakan untuk proses pemasukan barang tersebut antara lain dengan
Bill of Lading atau Air Way Bill, Commercial Invoice ataupun Certificate of
Origin dan lain-lainnya.
Perdagangan impor dilakukan untuk mendatangkan barang dari luar negeri
dan dipasarkan di dalam negeri. Pada prinsipnya pendatangan barang dari luar
negeri akan mengurangi cadangan devisa, terutama apabila dilakukan dengan
mata uang hard currency. Tetapi bagaimana pun juga perdagangan impor
memang perlu dilakukan karena pengadaan barang tersebut dilakukan pada
dasarnya karena belum dapat dipenuhinya kebutuhan oleh produksi di dalam
negeri.
Untuk itu para pedagang yang selalu mendatangkan barang impor dari luar
negeri lazim disebut dengan sebutan impor. Jadi secara singkat dapat dilakukan
bahwa importir adalah pengusaha yang melakukan kegiatan transaksi pemasukan
barang dari luar negeri ke dalam negeri dengan memenuhi persyaratan dan
ketentuan yang berlaku.
Di Indonesia, untuk dapat menjadi importir, sebuah perusahaan trading
harus mempunyai Angka Pengenal Impor (API) atau Angka Pengenal Impor
Sementara (APIS). Dari jenis-jenis angka pengenal importir ini akan
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
42
dikualifikasikan jenis-jenis importir menurut tugas dan fungsinya masing-masing.
Untuk menjadi importir di Indonesia, perusahaan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu yang dikeluarkan oleh BKPM (Badan Koordinator Penanaman Modal)
maupun Departemen Perdagangan melalui kantor wilayah masing-masing atas
nama Menteri Perdagangan.
Ketentuan mengenai API diatur dalam Keputusan Menteri Perdagangan
Nomor 1460/Kp/XII/84 tanggal 19 Desember 1984 Tentang Angka Pengenal
Impor dan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 373/Kp/XI/88 Tentang
Perubahan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1460/Kp/XII/84 di atas.
Berdasarkan Ketentuan umum di Bidang Impor yang dituangkan dalam
Surat
Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor
229/
MPP/Kep/7/1997 tanggal 4 Juli 1997 terdapat batasan-batasan bagi importir
sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan impor yang berlaku di Indonesia.
Impor hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka
Pengenal Impor. Angka pengenal impor di Indonesia terbagi atas :
1.
APIS Umum atau API Umum
API/ API S = Sementara Umum diterbitkan oleh Kepala Kanwil Deperindag
setempat dan diberikan kepada perusahaan yang hanya melakukan kegiatan usaha
perdagangan umum yang sudah memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan),
berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan tidak dapat diperpanjang dan dapat
berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatan impornya dan dapat
digunakan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
43
2.
API Produsen atau API Produsen
API Produsen diberikan kepada perusahaan Produksi atau Industri non PMA
atau PMDN yang telah mendapat izin usaha industri dari Departemen Teknis yang
membidangi produksi atau industri bersangkutan dan hanya dapat digunakan
untuk mengimpor bahan baku/ penolong yang semata-mata digunakan untuk
proses produksi industrinya sendiri. Masa berlaku API Produsen selama
perusahaan masih menjalankan kegiatan dan dapat digunakan di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
3.
APIT (Angka Pengenal Importir Terbatas)
Ketentuan mengenai APIT diatur dalam keputusan Menteri Perdagangan
Nomor 301A/Kp/X/77 tanggal 28 Oktober 1977 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian Izin Usaha Penanaman Modal dalam Bidang Perdagangan dan Izin
Dagang Terbatas dalam Rangka Penanaman Modal, dan Keputusan Menteri
Perdagangan Nomor 77/Kp/III/78 tanggal 9 Maret 1978 tentang Ketentuan
Mengenai Kegiatan Perdagangan Terbatas Bagi Perusahaan Produksi Dalam
Rangka Penanaman Modal.
APIT diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dan diberikan
khusus kepada perusahaan-perusahaan PMA dan PMDN yang melakukan impor
barang bahan baku produksi pada proyek-proyek penanaman modal yang telah
disetujui oleh pemerintah.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
44
APIT dikeluarkan oleh BKPM (Badan Koordinator Penanaman Modal)
atas nama Menteri Perdagangan untuk jangka waktu 2 tahun dan setelah itu dapat
dilakukan perpanjangannya lagi.
Pada dasarnya APIT hanya dapat digunakan untuk mengimpor barangbarang yang digunakan dalam proses produksi sendiri. Namun dengan Keputusan
Menperindag Nomor 160/MPP/Kep/4/1998 APIT yang dimiliki oleh perusahaan
PMA produksi dapat digunakan untuk mengimpor barang lain yang tidak diatur
tata niaga
impornya dan tidak
dilarang
impornya oleh Depperindag.
Kebijaksanaan ini ditempuh dalam rangka peningkatan daya tarik bagi penanaman
modal asing dan berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatannya dan
dapat digunakan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
APIS atau Angka Pengenal Impor Sementara hanya berlaku untuk 2 tahun
dan sesudah itu tidak dapat diperpanjang lagi sehingga pada saat importir
memperoleh APIS maka dia harus aktif melakukan transaksi impor untuk dapat
mencapai target peningkatan sehingga kemudian dapat mempunyai API tetap.
Untuk mencapai target API yang mempunyai masa berlaku 5 tahun,
importir disyaratkan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a.
Importir telah melakukan impor barang sekurang-kurangnya 4 kali dengan
nilai impor mencapai USD 100.000.
b.
Tidak pernah melakukan pembatalan atas transaksi yang telah disepakati
kecuali karena force majeur.
c.
Melampirkan bukti-bukti impor selam jangka waktu 2 tahun terakhir.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
45
d.
Melampirkan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) yang masih berlaku
untuk pengajuan usul tersebut.
e.
Melampirkan salinan mutasi rekening Koran selama 3 bulan terakhir yang
telah disahkan oleh pejabat bank yang berwenang.
f.
Bukti-bukti pembayaran pajak impor (lampiran tembusan formulir SSBC
dan SSP yang telah disahkan oleh bank).
APIS dan API diterbitkan serta ditandatangani oleh Kantor Wilayah
Departemen Perdagangan atas nama Menteri Perdagangan sesuai dengan tenpat
domisili dari perusahaan pemilik SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan). Sesuai
sifatnya yang diterbitkan oleh menteri maka APIS dan API berlaku secara
nasional sehingga importir dapat memasukkan barang ke seluruh pabean di
Indonesia dengan menaati ketentuan-ketentuan di bidang penyetoran pajak impor
di wilayah setempat.
Para pelaksana impor yang kini berlaku antara lain sebagai berikut :
1)
Importir Umum;
2)
Importir Umum Limbah;
3)
Importir Produsen;
4)
Importir Produsen Limbah B3;
5)
Importir Produsen Limbah non B3;
6)
Importir Terdaftar;
7)
Agen Tunggal;
8)
Perum Dahana;
9)
Multi Nitrotama Kimia;
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
46
10)
PT. Tridaya Esta;
11)
Pertamina;
12)
Bulog serta ;
13)
BAPEDAL.” 34
Ekspor adalah mengirimkan barang-barang ke luar dari suatu negara atau
wilayah, ke negara-negara atau wilayah-wilayah yang lain baik dalam suatu
rangkaian perdagangan normal, maupun sebagai suatu tindakan pribadi. 35 Barang
-barang yang diekspor adalah yang relatif biaya produksi dalam negeri lebih
rendah dan atau di luar negeri produksi tersebut relatif lebih tinggi, atau
diproduksi dan dapat dirasakan yang mempunyai comperative advantage yang
besar.
Di dalam perdagangan ekspor berlaku dua ketentuan hukum yang berbeda,
yaitu antara wilayah pabean negara yang satu dengan wilayah pabean negara
lainnya. Namun demikian pada prinsipnya ekspor dapat dilaksanakan oleh setiap
perusahaan yang telah mempunyai lisensi sebagai eksportir dan mendapat ijin
teknis usaha dari lembaga pemerintah non departemen.
Dalam bisnis, eksportir berperan sebagai produsen, penjual, atau broker
nahan mentah, komponen, barang jadi, atau jasa untuk importir yang pada
akhirnya akan memproduksi, merakit, atau menjual kembali kepada orang lain.
Karena ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan yang mempunyai lisensi
ekspor, maka juga dikenal adanya kualifikasi eksportir yang berhak untuk
34
Amir, M.S., Op. Cit., hlm. 134.
Abdurachman, A., 1970, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, Pradnya
Paramita, Jakarta, hlm. 386.
35
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
47
mengekspor barang-barang tertentu sesuai ketentuan yang berlaku dan
mendapatkan pengakuan dari Menteri Perdagangan.
Eksportir adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan (ekspor) dalam wilayah hukum negara
Kesatuan Republik Indonesia, baik sendiri maupun secara bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Seorang
pengusaha dapat melakukan ekspor apabila telah memiliki SIUP atau Surat Ijin
Usaha dari Departemen Teknis/ Lembaga Pemerintah non Departemen
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Disamping kriteria eksportir umum tersebut, juga dikenal istilah Eksportir
Terdaftar (ET), yaitu setiap perusahaan atau perorangan yang melakukan ekspor
barang yang diatur tata niaga ekspornya, diawasi ekspornya yang telah mendapat
pengakuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, dalam hal ini Direktur
Jenderal Perdagangan Internasional menurut persyaratan yang ditetapkan untuk
mengekspor barang-barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengakuan sebagai eksportir terdaftar berlaku tanpa batas waktu.
Selain kedua persyaratan seperti ditetapkan oleh Menteri Perdagangan
tersebut di atas, syarat-syarat lain dari eksportir adalah sebagai berikut :
1)
Mempunyai Surat Ijin Ekspor (SIUP) dari Departemen Perdagangan atau
instansi lain yang berwenang;
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
48
2)
Mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART)
perusahaan beserta surat kuasa perusahaan kepada pejabat yang ditunjuk
untuk menandatangani dokumen-dokumen atau surat berharga lainnya;
3)
Mempunyai NPWP dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan) dari perusahaan
tersebut (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/MDAG/ PER/1/2007
tanggal 22 Januari 2007 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor);
4)
Mengikuti syarat dan ketentuan tentang ekspor barang dari departemendepartemen terkait (perdagangan, keuangan, dan lain-lain, termasuk di
dalamnya menaati ketentuan tentang ekspor ke negara-negara terlarang
(Afrika Selatan, Israel, dan Portugis).
D.
Pengelompokan Barang Ekspor Impor
Pada prinsipnya ekspor dapat dilakukan ke seluruh negara (kecuali untuk
negara-negara terlarang) tetapi dengan ketentuan pengaturan barang sesuai yang
ditetapkan
oleh
Menteri
Perdagangan,
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
perkembangan ekonomi nasional serta kepentingan negara pada umumnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
31/Mpp/Kep/1/2003 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri
Perindustrian Dan Perdagangan Nomor 558/Mpp/Kep/12/1998 Tentang Ketentuan
Umum Dibidang Ekspor sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 575/Mpp/Kep/8/2002 dan diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/MDAG/ PER/1/2007 tanggal
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
49
22 Januari 2007, kriteria penggolongan barang yang diekspor dapat di kategorikan
sebagai berikut :
1.
Barang yang Diatur Tata Niaga Ekspornya
Barang yang diatur ekspornya ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dan
hanya dapat diekspor oleh eksportir terdaftar yang telah diakui oleh Menteri
Perdagangan. Pengaturan ekspor dilakukan sejalan dengan ketentuan perjanjian
internasional, bilateral, regional maupun multilateral dalam rangka menjamin
tersedianya bahan baku bagi industri dalam negeri, melindungi lingkungan dan
kelestarian alam, meningkatkan nilai tambah, memelihara prinsip-prinsip K3LM
serta meningkatkan daya saing dan posisi tawar.
Komoditi yang diatur tata niaga ekspornya meliputi antara lain kopi, tekstil,
produk tekstil, produk industri seperti precursor, produk pertambangan (intan dan
timah batangan), kayu lapis dan karet Internasional Natural Rubber Organization.
2.
Barang yang Diawasi Ekspornya
Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Menteri Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk
setelah mendapat rekomendasi dari instansi terkait. Penetapan terhadap barang
yang diawasi ekspornya lebih disebabkan karena barang-barang tersebut sangat
dibutuhkan di dalam negeri, hal ini dilakukan guna menjaga stabilitas pengadaan,
dan konsumsi dalam negeri, menjaga kelestarian alam serta memenuhi kebutuhan
dan mendorong pengembangan industri di dalam negeri.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
50
Komoditi yang diawasi ekspornya meliputi antara lain produk peternakan
(sapi, kerbau, kulit buaya dalam bentuk Wet Blue, binatang liar, tumbuhan alam),
produk perikanan (anak ikan napoleon, ikan napoleon dan benih ikan bandeng),
produk perkebunan, pertambangan (minyak dan gas bumi, emas murni/ perak)
serta produk industri (pupuk urea, skrap besi/baja khusus yang berasal dari
wilayah Pulau Batam, skrap dari stainless, tembaga, kuningan dan aluminium).
3.
Barang yang Dilarang untuk Diekspor
Barang yang dilarang ekspornya adalah barang yang tidak dapat diekspor.
Penetapan ketentuan terhadap barang yang dilarang ekspornya dikarenakan untuk
menjaga kelestarian alam, tidak memenuhi standar mutu, untuk menjamin
kebutuhan bahan baku bagi industri kecil /pengrajin, peningkatan nilai tambah;
serta merupakan barang bernilai sejarah dan budaya.
Komoditi yang dilarang ekspornya meliputi antara lain produk perikanan
(anak ikan dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias jenis botia, udang galah
dan udang penaedae), produk kehutanan, produk pertambangan (pasir alam, pasir
silika dan pasir kwarsa, pasir laut, tanah liat; tanah diatomea; dan top soil, bijih
timah dan konsentratnya, abu dan residu yang mengandung arsenik, logam atau
senyawanya, batu mulia), produk perkebunan (karet bongkah, bahan remailing &
rumah asap), produk peternakan, produk industri serta barang budaya (barang
kuno yang bernilai kebudayaan).
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
51
4.
Barang yang Bebas Ekspor
Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk dalam
barang yang dilarang ekspornya, diawasi ekspornya dan diatur tata niaga
ekspornya. Penetapan ketentuan terhadap barang yang bebas ekspornya
dikarenakan untuk diversifikasi produk dan diversifikasi pasar dan peningkatan
daya saing. Komoditi yang bebas ekspornya yakni ekspor tekstil dan produksi
tekstil (TPT).
Barang-barang impor yang didatangkan dari luar negeri selain mempunyai
ketentuan khusus yang mengatur tentang barang yang dapat diimpor maupun tidak
dapat diimpor juga harus menaati aturan tentang barang impor yang tata niaganya
diatur, diawasi mutunya, maupun barang impor yang harus diperiksa/ tidak
diperiksa oleh surveyor.
Barang-barang impor tersebut apabila diklasifikasikan maka hasilnya
adalah sebagai berikut :
a.
Barang Impor Bebas
Yang dimasukkan dengan barang impor bebas adalah semua jenis barang
yang tidak dilarang impornya, tidak diatur tata niaga impornya dan tidak termasuk
barang impor khusus.
b.
Barang yang Dilarang Impornya
Barang yang dilarang untuk diimpor antara lain terdiri dari kelompok bahan
kimia tertentu, limbah/ unsur tertentu, produk industri percetakan tertentu serta
bahan-bahan berbahaya tertentu lainnya.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
52
c.
Barang yang diatur Tata Niaga Impornya.
Yang dimaksud dengan Barang yang diatur Tata Niaga Impornya adalah
barang-barang yang impornya hanya dapat dilaksanakan oleh importir tertentu
yang terdiri dari kelompok beras, minuman keras, minyak pelumas, bahan
peledak, bahan kimia, limbah, alat-alat pertanian tertentu, otomotif dan bahanbahan berbahaya.
d.
Barang Impor Khusus
Yang dimaksud dengan Barang Impor Khusus adalah barang yang
diimpornya dapat dilakukan oleh badan hukum/ lembaga/ perorangan di luar yang
tercantum sebagai pelaksana impor di atas. Barang tersebut harus memenuhi salah
satu kriteria sebagai berikut :
1)
Barang Pindahan;
2)
Barang yang bersifat hibah dari negara/ badan pemberi bantuan kepada
Pemerintah Republik Indonesia;
3)
Barang yang dibiayai dengan bantuan kepada Pemerintah Republik
Indonesia;
4)
Barang dan/ atau bahan yang dimasukkan ke Perusahaan Pengelolaan di
Kawasan Berikat (PPDB) untuk diolah lebih lanjut menjadi barang olahan
sesuai dengan izin industri PPDB tersebut;
5)
Barang dan/ atau bahan yang dimasukkan ke Kawasan Berikat dan/ atau
gudang berikat untuk ditimbun, disimpan atau dikemas;
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
53
6)
Barang impor yang disetujui oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri atau
pejabat yang ditunjuknya untuk diberikan pengecualian dari ketentuan tata
niaga impor.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
54
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG ALAT PEMBAYARAN
Pembayaran berarti setiap pemenuhan atau pelaksanaan perjanjian secara
sukarela, misalnya pembayaran sejumlah uang, melaksanakan pekerjaan oleh
seorang buruh, dan lain sebagainya. 36 Pembayaran bukanlah suatu proses yang
dapat berdiri sendiri (zelfstandife process) atau terjadi secara spontan tanpa ada
kaitannya dengan transaksi lain sebagai latar belakang atau peristiwa yang
melatarbelakanginya, sebab setiap pembayaran merupakan pelaksanaan atau
realisasi dari suatu transaksi ekonomi. Transaksi ekonomi di sini dapat
dimaksudkan misalnya jual beli. Jual beli inilah yang mengakibatkan proses
selanjutnya yaitu pembayaran.
Dalam perjanjian jual beli, pembayaran yang harus dilakukan oleh seorang
pembeli umumnya berupa sejumlah uang tertentu, karena kalau tidak berupa
sejumlah uang tertentu maka perjanjian tersebut bukan merupakan perjanjian jual
beli lagi, melainkan perjanjian jenis lain, misalnya perjanjian tukar menukar.
Pembayaran dalam bentuk uang itu tidaklah harus dilakukan dalam bentuk
uang tunai, melainkan karena adanya hambatan-hambatan tertentu, misalnya
karena khawatir dirampok atau hilang dalam perjalanan, termasuk juga untuk
pembayaran dalam jumlah yang besar maka pembayaran dalam bentuk uang tunai
dapat digantikan terlebih dahulu dengan menggunakan alat pembayaran lainnya,
misalnya dengan check, wesel, credit card, letter of credit, dan lain sebagainya.
36
Hartono Hadisoeprapto, Loc. Cit.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
55
A.
Pengertian Dan Sifat Umum Alat Pembayaran
Sebagai suatu pengertian umum maka pembayaran dapatlah didefinsikan
sebagai pindahnya pemilikan dan penguasaan atas dana dari si pembayar kepada
si penerima. 37
Dikatakan sebagai pindahnya pemilikan ataupun penguasaan, sebab
adakalanya si penerima belum tentu menjadi pemilik dari dana yang telah
diterimanya. Kemungkinan bisa saja bahwa si penerima hanya sekedar menguasai
dana itu untuk kemudian diserahkannya kepada pihak ketiga atau lebih tepatnya
demi kepentingan pihak ketiga, misalnya seorang kasir dari sebuah perusahaan
menerima pembayaran dari pihak lain untuk perusahaan dimana mereka bekerja,
maka dalam hal ini kasir tadi hanyalah sekedar menguasai dana itu, untuk
selanjutnya diserahkan kepada perusahaan dan mereka hanya bisa menggunakan
dana itu sesuai dengan wewenang yang telah diberikan oleh pihak perusahaan.
Selanjutnya perlu juga dikemukakan bahwa pembayaran tidak akan
mungkin terjadi tanpa dilandasi suatu peristiwa sebagai dasar dari pembayaran itu.
Peristiwa yang merupakan dasar dari pembayaran itu adalah jual beli.
Menurut Pasal 1457 KUHPerdata, jual beli adalah suatu perjanjian timbal
balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak
milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk
membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari
memperoleh hak milik tersebut. 38 Jual beli itu harus bertimbal balik, bila tidak ada
37
Thomas Suyatno, et. Al., 1988, Lalu Lintas Pembayaran Dalam Dan Luar Negeri,
Intermedia Press, Jakarta, hlm. 4.
38
Surbekti, 1982, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, hlm. 1.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
56
timbal balik antara pihak yang terlibat didalamnya, maka jual beli tidak terjadi dan
akibatnya pembayaran tidak terjadi.
Supaya jual beli itu dapat terjadi, maka unsur essensial jual beli juga harus
dipenuhi yaitu harus ada barang dan harga. Sesuai dengan asas konsensualisme
yang menjiwai hukum perjanjian KUHPerdata, perjanjian jual beli itu sudah
dilahirkan pada detik tercapainya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu
kedua pihak sudah setuju tentang barang dan harga maka lahirlah perjanjian jual
beli yang sah. 39
Dari serangkaian kejadian yang diuraikan di atas, maka akan menghasilkan
suatu proses lanjut yakni pembayaran. Pembayaran ini merupakan refleksi
kewajiban dari pembeli setelah menerima haknya (barang) yang telah dijanjikan
sebelumnya. Dengan demikian, berarti pembayaran harus dilakukan oleh pembeli.
Pembayaran oleh pihak pembeli umumnya berupa sejumlah uang. Alat
pembayaran yang diserahkan oleh pembeli itu haruslah merupakan alat bayar
yang dapat diterima oleh masyarakat umum, yang berarti bahwa alat bayar itu
telah diakui oleh masyarakat itu sendiri sebagai suatu alat bayar yang sah, dalam
arti tidak ada lagi keraguan terhadap alat bayar itu.
Adapun alat-alat bayar yang digunakan bervariasi berdasarkan ketentuan
yang mengaturnya. Alat bayar dari suatu negara berbeda dengan negara lain,
namun demikian bukan berarti alat bayar suatu negara bila terdapat di negara lain
langsung dinyatakan tidak berlaku, melainkan uang negara lain itu ditukar ke
39
Ibid., hlm. 2.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
57
dalam mata uang negara sendiri (kurs/ nilai tukar mata uang) berdasarkan
ketentuan harga yang telah ada yang ditetapkan berdasarkan standar tertentu.
Standar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain adalah
tidak sama. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang memungkinkan untuk
membuat nilai mata uang suatu negara itu terhadap negara lain semakin kuat.
Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi dari Autonomos Credit lebih
besar dari transaksi Autonomos Debet, dan juga sebaliknya suatu mata uang
dikatakan lemah apabila neraca pembayaran mengalami defisit. Transaksi
autonomos credit dipengaruhi oleh harga, pendapatan, dan tingkat bunga.
Segala sesuatu yang mempengaruhi ketiga faktor ini baik dari dalam
maupun dari luar negeri akan mempengaruhi permintaan dan penawaran yang
pada gilirannya akan dapat mempengaruhi kurs dan valuta asing, sehingga bila
terjadi suatu transaksi perdagangan ekspor dan impor, maka pembayaran sebagai
akibat dari transaksi itu lebih ditentukan kepada nilai mata uang yang lebih kuat
dan stabil.
B.
Jenis – Jenis Alat Pembayaran.
Dewasa ini, alat pembayaran di Indonesia lebih bersifat sebagai alat tukar
daripada alat bayar. Hal ini tampak pada alat bayar yang bersifat tunai, sedangkan
terhadap jenis-jenis alat bayar lain lebih dari bersifat sebagai alat bayar
(pembayaran) semata. Secara umum alat pembayaran yang beredar di masyarakat
ada 2 (dua) jenis, yaitu :
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
58
1.
Alat pembayaran berupa uang tunai (uang chartal)
Uang chartal adalah uang logam dan uang kertas yang diterbitkan oleh
pemerintah dan atau pihak Bank Sentral, berlaku sebagai alat pembayaran yang
sah sampai jumlah yang tidak terbatas di negara yang bersangkutan.
Karena uang chartal merupakan alat pembayaran yang sah maka secara
hukum seorang penjual barang wajib menerima dan tidak boleh menolak apabila
dibayar dengan uang chartal itu. Akan tetapi atas persetujuan kedua belah pihak
(penjual dan pembeli), maka bisa saja pembayaran dengan uang tunai itu dapat
diganti.
Pembayaran dengan uang tunai juga dapat menghadapi hambatan sebab
banyak negara yang melarang atau membatasinya, yaitu dalam hal pengiriman
uang tunai ke luar dari luar daerah perbatasannya. Larangan ini bertujuan untuk
mencegah kemungkinan masuknya yang palsu dari luar negeri. Alat bayar berupa
uang tunai biasanya digunakan pada transaksi yang dilakukan di tempat-tempat
dimana antara pembeli dan penjual saling bertemu dan si pembayar melakukan
pembayaran itu secara langsung kepada si penerima tanpa perlu adanya jasa
perantara.
2.
Alat pembayaran giral.
Yaitu surat tagihan pada bank yang sewaktu-waktu dapat diambil dengan
cek giro atau surat perintah pembayaran lainnya. Dalam praktek perbankan yang
dimaksud dengan alat pembayaran giral yaitu bilyet giro, check, wesel, dan lainlain.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
59
Menurut Thomas Suyatno, alat pembayaran giral adalah warkat-warkat
yang lazim digunakan sebagai alat untuk :40
a.
Penyetoran/ pengambilan atas simpanan dalam rekening koran.
b.
Penyetoran/ pengambilan atas kredit dalam bentuk rekening koran.
Alat bayar giral bukanlah merupakan alat pembayaran yang sah, artinya
orang tidak dapat dituntut jika tidak mau menerima cek sesuatu bank untuk
melunasi hutangnya. Untuk pembayaran dalam jumlah-jumlah yang tidak terlalu
besar kita masih dapat menggunakan uang tunai, sedangkan pembayaran dalam
jumlah besar pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat bayar giral,
baik itu berupa cheque, wesel, bilyet giro, dan sebagainya. Hal seperti ini
dilakukan mengingat sekuritas dari pihak-pihak yang ada di sekitar pihak yang
berkepentingan.
Cheque, wesel, maupun bilyet giro adalah salah satu instrumen bank yang
biasa digunakan oleh masyarakat dan ketiga instrumen bank ini adalah merupakan
alat perintah tanpa syarat untuk membayar. Di antara ketiga jenis surat perintah
membayar tanpa syarat ini, di samping terdapat persamaan juga terdapat
perbedaan. Yang paling banyak persamaannya adalah antara wesel dengan
cheque, sebab cheque adalah salah satu jenis wesel yang bisa ditarik atas bank dan
hari bayarnya pada saat ditunjukkan (at sight).
Di samping jenis-jenis alat pembayaran yang disebutkan di atas, dikenal
juga jenis alat pembayaran lain, di antaranya, yaitu :
40
Thomas Suyatno, Op.Cit., hlm. 19.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
60
1)
Traveller Cheque
Traveller cheque atau yang dikenal dengan cek perjalanan/ cek wisata
adalah merupakan suatu alat/ instrumen pembayaran luar negeri yang mempunyai
fungsi sebagai uang kertas, umumnya ditarik dan diterbitkan oleh sebuah bank
yang bertaraf internasional atas salah satu kantor cabangnya atau bank
korespondennya. Oleh karena itu diterbitkan oleh bank yang bertaraf
internasional, maka traveller check ini diterima secara luas sebagai alat
pembayaran. Maksud dikeluarkannya instrumen ini adalah sebagai pengganti uang
tunai untuk dibawa dalam perjalanan, di samping itu traveler check mempunyai
kelebihan dibanding uang tunai itu sendiri.
Kelebihannya yaitu bila alat ini hilang maka kita bisa mendapatkan ganti
traveller check yang baru secara penuh asal kita cepat melaporkannya kepada
penerbitnya ataupun kepada perwakilannya yang terdekat, sedangkan jika kita
kehilangan uang tunai kita tidak bisa meminta penggantian.
2)
Letter of Credit
Adalah suatu pernyataan tertulis dari bank atas permintaan nasabahnya
untuk menyediakan suatu jumlah uang tertentu bagi kepentingan pihak ketiga/
penerima atau beneficiary, jumlah uang tersebut merupakan suatu credit/ credit
line (karena itu diberi nama letter of credit) yang dapat diambil oleh penerima
dengan syarat sebagaimana diuraikan dalam L/C. 41 Dengan penerbitan L/C berarti
sebuah bank bertindak sebagai penjamin importir yakni pihak yang akan
41
Ibid., hlm. 66.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
61
memberikan kepercayaan dan kepastian kepada penjual bahwa pembayaran akan
dilakukan oleh bank tersebut sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam L/C
Sistem pembayaran di dalam L/C ini merupakan cara yang paling aman bagi
eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir asalkan
eksportir dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang diisyaratkan
dalam L/C tersebut. Kepastian akan amannya kepentingan kedua belah pihak
dengan penggunaan L/C ini adalah :
a)
Kepada penjual (eksportir) dipastikan akan adanya pembayaran bilamana
dokumen-dokumen pengapalan lengkap sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dalam L/C.
b) Kepada pembeli (importir) dipastikan bahwa pembayaran hanya akan
terjadi dan dilakukan oleh pihak-pihak bank bila telah sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan seperti yang diminta dalam L/C.
3)
Credit Card (Kartu Kredit)
Adalah merupakan salah satu alat pembayaran berbentuk sebuah kartu yang
terbuat dari sejenis plastik, dimana pada kartu itu dicetak nama dan nomor
keanggotaan serta kode rahasia dari pihak bank terhadap nasabahnya, serta juga
tanda tangannya. Para pihak yang terlibat dalam lalu lintas pembayaran dengan
credit card, yaitu :
a)
Penerbit/ Issuer, yaitu perusahaan atau bank yang menerbitkan alat
pembayaran ini, misalnya Master Charge, Euro Card, Visa dan lainnya;
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
62
b) Pemegang/ Holder, yaitu perorangan atau perusahaan yang memiliki credit
card, setelah terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada penerbit;
c)
Merchant, yaitu took, restoran, agen perjalanan, dan lain-lain yang
bersedia untuk menerima dan sekaligus mengaksep pembayaran dengan
menggunakan credit card.
C.
Cara - Cara Pembayaran Dalam Perdagangan Internasional.
Dalam Pasal 1513 KUHPerdata ditentukan bahwa kewajiban utama
pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan tempat sebagaimana
telah ditentukan menurut perjanjian. Hal ini berarti bahwa waktu dan tempat
pembayaran dapat ditentukan atau diatur oleh para pihak dengan perjanjian,
sehingga hal itu dapat menimbulkan cara pembayaran yang bermacam-macam,
yaitu : 42
1.
Cara pembayaran yang dilakukan pada saat terjadinya penyerahan barang,
dikenal dengan cara pembayaran tunai (Cash Payment).
Yaitu pembayaran yang secara langsung dilakukan oleh pihak pembeli/
importir kepada pihak penjual/ eksportir dan biasanya pihak pembeli mempunyai
perwakilan/ agen yang berada di tempat penjual. Dalam perdagangan
internasional, cara pembayaran tunai jarang dipergunakan karena pembeli dan
penjual umumnya belum saling mengenal satu sama lainnya, di samping itu jenis
mata uangnya juga berlainan sehingga menimbulkan banyak masalah yang rumit.
42
Ibid., hlm. 16.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
63
2.
Cara pembayaran yang dilakukan sebelum saat terjadinya penyerahan
barang, dikenal dengan cara pembayaran kredit.
Yaitu importir terkebih dahulu harus membayar seluruh jumlah harga
barang yang dibelinya kepada eksportir, setelah itu barula ia dapat menguasai atau
mempunyai hak atas barang tersebut.
3.
Cara penyerahan yang dilakukan sesudah saat terjadinya penyerahan barang,
yaitu dilakukan dengan L/C.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1970 ditentukan bahwa cara
pembayaran ekspor impor harus dilakukan dengan L/C. Akan tetapi dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 (L.N. Nomor 1 Tahun
1982) dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/11/PBI/2003 Tentang Pembayaran
Transaksi Impor ditentukan bahwa cara pembayaran transaksi impor dapat
dilakukan dengan menggunakan L/C atau tanpa L/C. Cara-cara pembayaran
ekspor impor yang tidak menggunakan L/C, antara lain adalah :
a.
Pembayaran di muka (Advance Payment)
Dalam sistem pembayaran ini pihak pembeli/ importir akan melakukan
pembayaran di muka (pay in advance) kepada pihak penjual/ eksportir sebelum
barang-barang dikirim oleh penjual. Hal ini berarti importir memberikan kredit
kepada eksportir untuk mempersiapkan barang-barangnya, oleh karena itu
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
64
dengan pembayaran di muka maka berarti eksportir mempunyai baik barang
maupun uang. 43
Dapat disimpulkan bahwa dalam sistem pembelian dengan cara advance
payment (pembayaran di muka) importir menanggung segala resiko, baik
tentang pembayaran yang telah dilakukan maupun tentang kemungkinan tidak
dikirimnya barang-barang yang dipesan.
b.
Pembayaran kemudian (Open Account)
Sistem pembayaran dengan menggunakan cara open account merupakan
kebalikan dari sistem pembayaran dengan cara advance payment dalam hal
pihak yang menanggung resiko, dimana dalam hal ini resiko ditanggung oleh
pihak eksportir, sedangkan yang mendapat fasilitas kredit atau penangguhan
pembayaran adalah importir. Disebut open account atau pembayaran kemudian
karena belum dilakukan pembayaran apa-apa oleh importir kepada eksportir
sebelum barang-barang dikapalkan atau tiba dan diterima oleh importir atau
sebelum waktu tertentu yang telah disepakati.
Eksportir setelah melakukan pengapalan barang akan mengirim invoice
kepada importir. Dalam invoice tersebut eksportir akan mencantumkan tanggal
atau waktu tertentu dimana importir harus melakukan pembayaran dan
pemberian discount harga bagi pembayaran yang dilakukan sebelum jatuh
waktu.
43
Ibid., hlm. 18.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
65
c.
Wesel Inkaso (Collection Draft)
Sistem pembayaran dengan cara collection draft/ wesel inkaso lebih besar
kekuatannya bila dibanding dengan open account, sebab eksportir mempunyai
hak dalam pengawasan barang-barang sampai draft/ weselnya diaksep atau
dibayar. Eksportir atau penarik wesel (drawer) mengapalkan barang-barang
ekspornya yang ditujukan kepada importir dan sementara itu dokumendokumen pemilikan/ penguasaan atas pengiriman barang-barang tersebut baik
secara langsung atau melalui banknya di dalam negeri dikirimkan ke bank
lainnya di luar negeri yang merupakan pihak tertarik di luar negeri (drawee).
Pemilikan atas dokumen yang diperlukan oleh pihak importir untuk
mengeluarkan barang-barang tersebut tidak dilepaskan sampai persyaratan
penagihan wesel tersebut dipenuhi.
Dokumen-dokumen tersebut dapat diserahkan kepada pembeli atas dasar:
1) D/P (document against payment), yaitu penyerahan dokumen kepada
importir dilakukan apabila pihak importir telah membayar.
2) D/A (document against acceptance), yaitu penyerahan dokumen kepada
importir dilakukan apabila importir telah mengaksep wesel yang
bersangkutan.
d.
Konsinyasi (Consignment)
Consignment/ konsinyasi adalah pengiriman barang-barang ekspor kepada
pihak importir di luar negeri, dimana barang-barang tersebut dikirim oleh pihak
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
66
eksportir sebagai titipan untuk dijualkan oleh pihak importir dengan harga yang
ditetapkan oleh pihak eksportir.
Barang-barang tersebut dikumpul dan dijual oleh importir yang merupakan
agen dari eksportir tersebut, dan segera setelah barang-barang terjual maka
pembayaran dilakukan kepada pihak eksportir, sedangkan bila barang-barang
tersebut tidak terjual maka akan dikembalikan kepada eksportir. Disini importir
hanya melaksanakan tugas dari eksportir. Eksportir tetap memegang hak milik
atas barang-barang tersebut, sedangkan pihak importir hanya merupakan pihak
yang dititipi barang oleh pihak eksportir untuk dijual, atau demi kepentingan
pihak eksportir semata.
e.
Cara pembayaran lainnya yang lazim digunakan dalam perdagangan luar
negeri sesuai dengan kesepakatan antara eksportir dan importir.
Cara pembayaran lainnya masih merupakan hal yang kabur, karena cara
pembayaran ini hanya berdasarkan kesepakatan antara para pihak saja. 44
D.
Syarat - Syarat Umum dan Khusus yang Dapat Disertakan Dalam
Perjanjian Jual Beli Perusahaan
Dalam dunia perdagangan baik yang bersifat nasional atau internasional,
besar atau kecil, professional ataupun amatir, langsung ataupun tidak langsung
tetap akan berlaku syarat-syarat (klausul) dalam perdagangan tersebut dan
mempunyai pengaruh besar terhadap pelaksanaan perjanjian yang bersangkutan,
dan biasanya dirumuskan dengan huruf-huruf atau kata-kata singkat. Syarat-syarat
44
Ibid.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
67
tersebut antara lain tentang pengangkutan barang-barang, kualitas barang yang
dibeli/ dijual, pembayaran harga barang, dan sebagainya.
Adapun syarat-syarat umum yang terdapat dalam klausul jual beli
internasional itu antara lain:
1.
LOCO, yaitu pembeli menerima penyerahan barang digudang penjual. Resiko
dan hak milik beralih kepada pembeli mulai saat barang diangkut keluar dari
gudang penjual.
2.
FAS (Free Alongside Ship), dimana pihak penjual menyerahkan barangnya
disamping kapal yang disediakan oleh pembeli di pelabuhan muatan.
3.
F.O.B. (Free On Board), dimana penjual menyerahkan barang diatas kapal
yang disediakan oleh pembeli di pelabuhan muatan. Biaya pengangkutan dan
ongkos lain sampai di atas kapal menjadi tanggungan penjual.
4.
C.I.F. (Cost, Insurance, and Freight), dimana penjual menanggung semua
biaya dan ongkos-ongkos mengangkut barang sampai di pelabuhan negara
pembeli. Tanggungan pihak penjual adalah segalanya sampai barang tiba di
pelabuhan pembeli.
5.
C & F (Cost and Freight), hampir sama dengan syarat C.I.F., hanya saja
premi asuransi menjadi tanggungan pihak pembeli sendiri.
6.
FRANCO, merupakan kebalikan dari syarat loco, dimana penjual yang harus
menyerahkan barang ke gudang pembeli.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
68
Dengan adanya syarat-syarat itu, maka timbullah persoalan mengenai
beralihnya resiko dan hak milik. 45 Di samping syarat-syarat yang diadakan sendiri
oleh pembeli dan penjual masih ada kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
internasional yang harus ditaati oleh mereka, meskipun kebiasaan ini tidak
tertulis. Hal ini mempunyai dasar hukum pada Pasal 1339 KUHPerdata yang
menyatakan : “Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh keadilan, kebiasaan atau undangundang.”
Jadi, syarat-syarat yang tidak tertulis jelas di dalam kontrak tetapi hal itu
sudah merupakan kebiasaan yang hidup dalam perdagangan internasional berlaku
juga terhadap kontrak itu. Pasal 1347 KUHPerdata menyebutkan bahwa syaratsyarat menurut kebiasaan selalu diperjanjikan, dianggap secara diam-diam
dimasukkan dalam perjanjian, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. Pada
pokoknya ada syarat-syarat yang tidak dinyatakan secara terus terang, tetapi
secara diam-diam. 46
Perdagangan internasional telah membawa serta kerusakan terhadap tidak
pastinya hukum yang berlaku bagi perjanjian jual beli internasional, karena
masing-masing pihak berada pada sistem hukum yang berbeda. Dari keadaan ini
timbul usaha untuk mencari kesatuan hukum bagi perjanjjian jual beli itu dalam
kontrak baku (standaardcontracten). Kecendrungan untuk membentuk peraturan
yang bersifat internasional dengan alasan tidak ada kepastian hukum
45
H.M.N. Purwosucipto, 1984, Pengertian Pokok Hukum Dagang 4, Djambatan, Jakarta,
hlm. 19. (selanjutnya disebut H.M.N. Purwosucipto 1).
46
Ibid., hlm. 10.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
69
mempengaruhi kecendrungan nasional untuk membuat peraturan nasional
mengenai jual beli dalam negeri yang sesuai dengan peraturan tersebut. Akibat
dari perkembangan kontrak baku dan syarat-syarat umum tersebut.
Di samping syarat-syarat yang bersifat umum itu, sering masih terdapat
syarat-syarat yang lebih khusus lagi untuk merubah atau melengkapi syarat-syarat
yang bersifat umum tersebut. Syarat-syarat khusus yang dimaksud adalah :
a.
Syarat khusus pembayaran pada dokumen.
b.
Syarat khusus penyerahan dengan dokumen.
Syarat khusus pembayaran pada dokumen yang disertakan pada syarat
FOB, maka resiko hak milih beralih pada saat pemuatan, sedangkan jika
disertakan pada syarat FAS, maka beralihnya resiko dan hak milik di atas dermaga
samping kapal yang akan mengangkutnya. Sesudah beralihnya hak milik, pembeli
sudah menjadi pemilik barang, dan penjual tidak boleh lagi menguasai barang.
Walaupun demikian, tanpa adanya dokumen pembeli belum bisa menguasai
barang. Hal ini berarti penjual mempunyai hak untuk menahan (hak retensi)
dokumen selama pembeli belum membayar.
Syarat khusus penyerahan dengan dokumen yang disertakan pada syarat
FOB/ FAS, berarti para pihak menghendaki agar penyerahan dokumen dipandang
sebagai pindahnya hak milik. Hak milik berpindah setelah dokumen diserahkan.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
70
BAB IV
ALTERNATIF PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM HAL NON
LETTER OF CREDIT PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk, IMAM
BONJOL MEDAN
Cara pembayaran atas transaksi perdagangan luar negeri pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan bisa menggunakan L/C dan non L/C.
Pembayaran transaksi impor tanpa (non) L/C antara lain dengan cara pembayaran
di muka (advance payment), perhitungan kemudian (open account), inkaso
(collections), dan konsinyasi (consignment). 47
Pembayaran di muka (advance payment) merupakan pembayaran yang
dilakukan manakala pembeli (importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual
(eksportir) sebelum merealisasi ekspor sesuai dengan kesepakatan para pihak. 48
Karena pembayaran atas barang yang diperjanjikan tersebut telah dilaksanakan
pihak pembeli/ importir, maka barang-barang yang akan dikirim penjual/ eksportir
sudah menjadi milik pembeli/ importir. Dokumen-dokumen ekspor yang dikirim
oleh eksportir tidak disertai dengan wesel penerbit, yang diterbitkan oleh penjual.
Dengan demikian penyerahan dokumen-dokumen kepada pembeli tersebut
dilaksanakan secara ”free of payment” (penyerahan dokumen-dokumen oleh
penjual kepada bank tanpa suatu permintaan membayar).
Peranan Bank Mandiri di dalam transaksi ekspor advance payment ini
hanya sebagai peneliti saja atas kebenaran serta kelengkapannya dengan cara
47
48
www. Beacukai. go. id/../5-pbi2003. pdf, tanggal 21 Oktober 2009.
Hartono Hadisoeprapto, Loc.It.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
71
membandingkan dengan isi dari Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), surat
pengantar dokumen dari eksportir dan perjanjian jual beli. Bank Mandiri tidak
terikat dan tidak menjamin realisasi ekspor dengan cara advance payment ini. 49
Pembayaran ekspor dengan perhitungan kemudian (open account)
dilakukan atas dasar kesepakatan antara penjual dan pembeli, dengan suatu
perjanjian jual beli yang mensyaratkan bahwa barang-barang yang dikirimkan
oleh penjual/ eksportir pembayarannya akan dilakukan sesuai dengan jadwal
tertentu melalui pemindah bukuan/ transfer dari rekening importir ke dalam
rekening eksportir. Dengan cara pembayaran perhitungan kemudian, penjual
mengirimkan dokumen-dokumen yang tidak disertai dengan wesel melainkan
mengirimkan jadwal tagihan yang disampaikan kepada banknya pembeli. Di
dalam
jadwal
tersebut
telah
ditandatangani
oleh
pihak
pembeli,
dan
mengamanatkan kepada banknya untuk memindahkan sejumlah uangnya kepada
rekeningnya penjual pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan, pada banknya
penjual.
Peranan Bank Mandiri dalam transaksi ini selain meneliti dokumendokumen dengan menyesuaikan Pemberitahuan Ekspor Barang atau perjanjian
jual belinya, dan memelihara rekening pembeli bagi banknya pembeli dan
memelihara rekening atas nama penjual bagi banknya penjual juga Bank Mandiri
melaksanakan amanat pembeli untuk memindahkan sejumlah uang yang disimpan
di rekening pembeli kepada rekening penjual. 50
49
Wawancara dengan M. Syarif Effendy sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 3 November 2009.
50
Wawancara dengan M. Syarif Effendy sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 3 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
72
Pembayaran ekspor dengan konsinyasi juga dilakukan atas dasar
kesepakatan antara eksportir dan importir di mana importir tidak berfungsi
sebagai pihak pembeli. Importir dalam hal ini bertindak sebagai penampung serta
penjual dari barang-barang eksportir kepada pihak lain. Dengan demikian hak
milik atas barang sepenuhnya masih ada pada pihak eksportir. selama ini dikenal
dua macam konsinyasi. Pertama, konsinyasi murni yang dilakukan tanpa L/C dan
importir akan membayar apabila barang-barang konsinyasi tersebut telah terjual.
Kedua, konsinyasi tidak murni yang dilakukan atas dasar L/C (dengan atau uang
muka) dan setelah barang-barang tersebut terjual, maka kelebihan harga jual
ditransfer kepada eksportir.
Apabila dokumen-dokumen dikirim melalui bank, maka bank akan
mengirimkan dokumen-dokumen tersebut dengan surat pengantar dan perubahan
lainnya tergantung pada permintaan di dalam cara pembayaran ekspornya.
Pembayaran ekspor dengan inkaso (collection) juga dilaksanakan atas
dasar kesepakatan antara penjual dengan pembeli di luar negeri (importir) di
dalam suatu perjanjian jual beli. Dalam perjanjian tersebut disyaratkan bahwa
pihak penjual menyerahkan barang terlebih dahulu, pembeli akan melaksanakan
pembayaran memenuhi pembayaran dari wesel yang diterbitkan oleh penjual/
beneficiary, setelah dokumen-dokumen tersebut dikirim oleh pihak eksportir atau
setelah wesel yang diterbitkan oleh penjual tersebut diakseptasi oleh pihak
importir.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
73
Apabila pembayaran dapat dilaksanakan atas dasar penunjukan wesel
bersama-sama dengan penyerahan dokumen maka transaksi jual beli demikian itu
disebut Document against Payment (D/P) dan apabila pembayaran baru
dilaksanakan setelah dokumen-dokumen tersebut dikirim dan wesel diakseptasi
oleh pihak pembeli/ importir, maka collection draft tersebut dikenal dengan nama
Documents against Aceeptance (D/A). Dalam sistem pembayaran collection draft
ini ada kemungkinan wesel yang diterbitkan beneficiary tersebut tidak terbayar
karena pihak pembeli melakukan wanprestasi, padahal barang-barang dan
dokumennya telah ditangan pembeli, sehingga pihak penjual mengalami kerugian.
Oleh sebab itu di dalam transaksi ekspor yang menggunakan pembayaran wesel
inkaso (collection draft) pihak penjual harus yakin benar terhadap itikad baik dari
pembeli.
Peranan bank di dalam transaksi ekspor dengan cara pembayaran wesel
inkaso atas kondisi documens against dan documents against acceptance hanya
meneliti atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan cara membandingkan
isi Pemberitahuan Ekspor Barang, surat pengantar dokumen dari eksportir dan
perjanjian jual belinya, dan mengirimkan wesel yang diterbitkan oleh beneficiary
bersama dengan dokumen-dokumen yang lain kepada pembeli. 51
Dari berbagai macam transaksi pembayaran luar negeri non L/C, penulis
mengkhususkan dalam skripsi ini hanya memberikan pelayanan atas alternatif
pembayaran perdagangan luar negeri dalam hal non L/C dengan menggunakan
Inkaso (collection) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan,
51
Wawancara dengan M. Syarif Effendy sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 3 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
74
Pedoman pembayaran dengan collection adalah Uniform Rules for Collection of
Commercial Paper ICC yang mengatur hak dan kewajiban eksportir dan bank
yang ditunjuk oleh eksportir untuk melakukan penagihan. URC (Uniform Rules
For Collection) Revisi 1995 Publikasi 522 merupakan ketentuan yang diterbitkan
oleh International Chamber of Commerce (ICC).
A.
Jenis Alternatif dan Tata Cara Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal Non
Letter of Credit Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol
Medan
Pada umumnya cara yang baik dan terjamin dimaksud lazim ditempuh
dalam dunia perdagangan luar negeri adalah cara pembayaran yang tidak langsung
dalam arti melalui aktivitas perbankan, salah satunya pelayanan PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan sebagai lembaga perbankan di Indonesia.
Bank Mandiri mempunyai peranan penting dalam membantu kelancaran
proses pembayaran tersebut di atas, antara lain dalam transfer uang dan
penyediaan dana pembayaran. Sebagian besar proses pembayaran barang dalam
transaksi perdagangan ekspor impor dilakukan melalui sistem perbankan. Dalam
proses pembayaran boleh dikatakan tidak pernah terjadi lalu lalang uang secara
fisik dari satu negara ke negara lain. Kebanyakan yang berlalu lalang dari negara
importir ke negara eksportir adalah pemindah bukuan rekening koran antar bankbank yang mewakili eksportir dan importir. Dalam kebanyakan hal pemindah
bukuan itu wajib disertai dengan penyerahan berbagai macam dokumen
pengapalan barang, dokumen asuransi dan dokumen keuangan.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
75
Alternatif pembayaran luar negeri dalam hal non L/C yang dikenal pada
Bank Mandiri di khususkan atas pembayaran transaksi dengan Inkaso
(collection).52 Transaksi dengan pembayaran inkaso dilakukan melalui bank
sebagai sarana reimbursementnya. Jadi disini dokumen-dokumen barang yang
dikapalkan oleh eksportir akan diserahkan langsung kepada Bank untuk
ditagihkan pembayarannya. Titik berat ketentuan mengenai collection ini, adalah
penyelesaian pembayaran dengan non-L/C. Namun demikian, dalam pembayaran
dengan L/C jika pihak nominated bank tidak menegosiasi tetapi hanya menerima
dokumen dan meneruskannya kepada issuing bank, tindakan bank ini dikenal juga
dengan collection.
Yang disebut collection dalam ketentuan URC 522 ini adalah : 53
a.
Memperoleh pembayaran dan/atau akseptasi.
b.
Menyerahkan dokumen-dokumen atas dasar pembayaran dan atau akseptasi.
c.
Menyerahkan dokumen-dokumen sesuai syarat dan kondisi yang lain.
Sesuai dengan pengertian di atas, dalam collection juga dimungkinkan
untuk pengiriman barang dan meminta pembayaran atas pengiriman barang
tersebut. Selanjutnya juga collection mengandung pengertian, bukan saja
menghendaki pembayaran dan/atau akseptasi, tetapi juga menyerahkan dokumendokumen dengan tanpa adanya pembayaran (free of payment), tetapi dengan
syarat tertentu, misalnya tanda terima.
52
Wawancara dengan M. Syarif Effendy sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 3 November 2009.
53
Pasal 2 URC (Uniform Rules for Collection) Revisi 1995 Publikasi 522 diterbitkan oleh
International Chamber of Commerce (ICC), yang disadur dari tulisan H.M. Syarif Arbi dalam
bukunya “Petunjuk Praktis Perdagangan Luar Negeri Seri Ekspor”.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
76
Eksportir, dalam mengirimkan dokumen kepada importir bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu pertama, eksportir mengirim dokumen dan menagih sendiri
langsung kepada importir, dalam kondisi normal, importir setelah menerima
dokumen akan
segera
membayar
kepada
eksportir,
sehingga
eksportir
tidak dirugikan. Kedua, eksportir menagih dan mengirim dokumen melalui Bank
untuk mengirimkan dokumen-dokumen dan menagihkan kepada importir, dan
apabila
ini
dilakukan
maka
proses
ini
yang
disebut
dengan
“documentary collection” yaitu kegiatan mengirim dokumen dan menagih kepada
importir di luar negeri yang dilakukan oleh bank atas permintaan eksportir.
Skema dari documentary collection : 54
Cara pembayaran collection dengan documentary collection yaitu
penagihan pembayaran luar negeri dengan menggunakan surat tagihan yang
disebut draft atau internasional bill of exchange (BOE). The United Nations
54
http://www.komexindo.com/?p=175, tanggal 19 Juni 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
77
Commission on International Trade Law mendefinisikan draft atau international
bill of exchange sebagai surat tagihan tanpa syarat yang dibuat oleh seseorang
(drawer) dan ditujukan kepada orang lain (drawee) yang berdomisili di negara
lain, untuk membayar si pembuat draft atau pemegang surat tagihan tersebut
sejumlah uang pada saat surat tagihan itu diserahkan, atau pada tanggal yang
ditentukan.
Surat tagihan tersebut disertai dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
mengeluarkan barang dari pelabuhan. Jadi di sini dokumen-dokumen barang yang
dikapalkan oleh eksportir akan diserahkan langsung kepada bank untuk ditagihkan
pembayarannya. Di Bank Mandiri sendiri dokumen yang dipergunakan dalam
collection antara lain, dokumen keuangan (financial documents) adalah yang
berwujud wesel, promes, cek dan instrumen serupa lainnya yang digunakan untuk
mendapatkan pembayaran berupa uang. Sedangkan yang dimaksud dengan
dokumen komersial adalah invoice, dokumen angkutan (shipping documents),
dokumen kepemilikan barang (B/L) atau dokumen lain yang serupa atau dokumen
apapun yang bukan financial documents. Semua dokumen keuangan dan
komersial tersebut di atas harus disertai dengan collection order yang memuat
instruksi penagihan dari principal secara lengkap dan jelas.
Dokumen-dokumen yang diserahkan ke bank untuk di-inkasokan salah
satunya antara lain :
1.
Draft (Wesel)
Wesel adalah surat perintah pembayaran tertulis tanpa syarat kepada pihak
tertentu untuk membayar sejumlah uang tertentu yang disebutkan dalam wesel
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
78
tersebut. Dalam transaksi ekspor, wesel ditandatangani oleh beneficiary sebagai
sarana untuk menagih pembayaran kepada bank (buyer) di luar negeri. Wesel ini
biasa disebut dengan Wesel Ekspor.
Dilihat dari sudut pembayarannya, maka wesel (draft) di Bank Mandiri
Imam Bonjol Medan dibedakan antara :
a.
Sight Draft, bila draft yang diajukan segera dapat dibayar, dan
b.
Usance Draft, bila pembayaran wesel dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo (30, 90 atau 120 hari) setelah wesel ditunjukkan. (diperlukan
akseptasi).
2.
Invoice
Daftar perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan barang yang
terdapat di dalam setiap peti. Total keseluruhan jumlah satuan barang harus sama
seperti jumlah yang tercantum di dalam invoice.
3.
Bill of Lading
Adalah tanda terima barang yang akan diangkat dengan kapal. Dokumen
tadi disiapkan oleh eksportir atau perusahaan EMKL (freight forwarder)
kemudian dimintakan tandatangan kepada perusahaan perkapalan yang akan
mengangkut barang yang bersangkutan. Bill of lading (selanjutnya disingkat B/L)
juga berlaku sebagai bukti kontrak pengangkutan barang. Barang akan diangkut
dengan kapal milik perusahaan perkapalan dengan kapal mereka yang berlayar
secara regular (regular line vessels) dan singgah di pelabuhan tujuan ekspor
barang. Syarat draft (B/L) dapat dinegosiasikan antara lain berbentuk tertulis di
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
79
tandatangani oleh pihak yang mengeluarkan, tanpa syarat, terdapat jumlah uang
tertentu selain dapat dibayar pada saat diminta, juga dapat dibayar kepada
pembawa perintah. Adapun Pihak-pihak yang terlibat dalam draft adalah
pendanda tangan dan pengirim draft (drawer), pihak ketiga yang membayar draft
(payee) dan pihak yang menerima draft (drawee). B/L juga berfungsi sebagai
surat bukti kepemilikan barang yang diangkut.
B/L, biasanya dikeluarkan dalam set lengkap yang lazimnya terdiri dari
rangkap 3 (full set B/L) yang penggunaannya adalah satu lembar untuk shipper
dan dua lembar untuk consignee atau penerima barang. Setiap B/L mencantumkan
hal-hal seperti cap kemasan barang, nama kapal pengangkut, kepastian barang
telah dimuat di kapal yang ditandai dengan kata “shipped” atau “on board”, nama
pelabuhan keberangkatan dan pelabuhan tujuan, nama dan alamat eksportir
(shipper) dan consignee (pembeli, agennya atau yang ditunjuk – to order), serta
penjelasan apakah biaya pengangkutan barang telah dibayar atau belum dibayar.
Selain itu dokumen yang perlu diserahkan adalah beneficiary statement
serta other documents. Other Documents adalah dokumen yang tidak diminta dan
dokumen yang diminta berkenaan dengan jenis komoditas ekspor yang dikirim
dan merupakan dokumen yang digunakan oleh importir untuk mengontrol barang
yang dikirim oleh eksportir kepadanya. Dokumen-dokumen ini antara lain :
a.
Certificate of Origin
Certificate of Origin (selanjutnya disingkat COO) merupakan surat
pernyataan yang menyatakan bukti asal-usul barang. Dokumen ini penting artinya
untuk memperoleh fasilitas bea masuk maupun sebagai alat perhitungan kuota di
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
80
negara tujuan atau untuk mencegah masuknya barang dari negara terlarang.
Sertifikat ini memuat tentang detail pengapalan dan negara asal barang yang
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Sehingga fungsi COO bagi importir
yang mendatangkan barang dari satu negara tertentu adalah untuk menjaga
kualitas barang atau ciri-ciri spesifiknya.
b.
Certificate of Inspection
Adalah dokumen yang menyatakan keterangan mengenai mutu, jenis,
jumlah, harga dan keterangan lain yang dibutuhkan. Sertifikat ini penting artinya
untuk penilaian suatu barang dalam transaksi. Biasanya sifat barang yang diekspor
atau diimpor berupa barang cair, sehingga harus ada penegasan tentang pemuatan
dalam tangki kapal. Untuk ini diterbitkanlah Surat Inspeksi Barang (Certificate of
Inspection).
c.
Certificate of Weight (Weight List)
Surat pernyataan tentang perincian berat dari setiap kemasan dan
menyebutkan berat kotor serta berat bersih barang, baik menurut satuannya
maupun menurut total keseluruhan. Sertifikat ini diperlukan untuk pengontrolan
barang yang harganya didasarkan pada berat timbangannya dan untuk perhitungan
biaya tambang yang dibuat oleh perusahaan pergudangan.
d.
Certificate of Quality and Health
Certificate of Quality adalah surat keterangan kualitas barang, dibuat oleh
Kantor/ Instansi yang berwenang sesuai dengan jenis barang yang diekspor.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
81
Sedangkan Certificate of Health adalah surat keterangan tentang kesehatan barang
yang dikirim yang dibuat oleh Dinas Kesehetan jika barang yang dikirim berasal
dari hewan ataupun makanan.
e.
Packing List
Yang dimaksud dengan Packing List atau daftar pengepakan adalah daftar
yang berisi perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang
terdapat dalam tiap peti atau total keseluruhannya sama dengan jenis dan jumlah
yang tercantum dalam faktur perdagangan. Packing list penting sekali untuk
barang yang tidak sejenis atau tidak seragam seperti mesin-mesin spareparts
(suku cadang), barang kelontong, tekstil, pakaian jadi dan lainnya.
f.
Laporan Pemeriksaan Surveyor (LPS)
Untuk memastikan bahwa barang yang dikirim oleh eksportir memenuhi
persyaratan dan kondisi yang diperjanjikan dalam sales contract. Dokumen ini
memberikan keterangan tentang nomor tarif pos, prosentase bea masuk, PPn, bea
masuk tambahan, mutu, jenis, jumlah dan harga serta keterangan lainnya.
Dokumen LPS diperlukan sebagai dasar perhitungan BBM, PPn, dan pajak
lainnya. Dokumen-dokumen lain yang penggunaannya lebih spesifik untuk
komoditi tertentu antara lain Test Certificate, Manufacture’s Certificate,
Certificate of Quality, Certificate of Health, Log List, Tally Sheet dan lain-lain.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
82
Sesuai dengan pengertian collection sebagaimana dimaksud dalam URC
522, maka pengamanan yang dilakukan eksportir dapat dilakukan melalui
document against payment (D/P) dan document against acceptance (D/A).
1)
Collection Dengan Kondisi Document Againts Payment
Dalam D/P, eksportir menahan pemilikan dan hanya menyerahkan
dokumen ekspor (documents of title/bill of lading dan dokumen lain) setelah
adanya pembayaran dari importir. Jadi importir dapat menguasai barang atau
dokumen barang setelah melakukan pembayaran. Berkaitan dengan hal tersebut,
terdapat beberapa istilah. Pertama, documentary sight draft, dalam hal ini yang
ditunjuk untuk melakukan pelepasan dokumen dan penagihan selalu bank. Draft
yang dipergunakan selalu “at sight”.
CAD ini sebenarnya sama dengan D/P at sight. Perbedaannya hanya
terletak pada pihak yang ditunjuk sebagai collecting agent adalah bukan bank.
Yang bertindak sebagai collecting agent bisa eksportir sendiri atau perwakilan/
agen dari eksportir. Seperti halnya D/P at sight, pengunjukan dokumen dalam
ketentuan CAD dilakukan segera setelah barang tiba di pelabuhan tujuan. Bill of
exchange yang dipergunakan selalu sight draft dan tidak bisa menggunakan time
draft.
Ketiga, D/P, pihak yang melakukan penagihan bisa bank atau non bank. 55
Draft yang dipergunakan bisa “sight draft” bisa “time draft”, yaitu apabila
pembayarannya dilaukan pada saat ditunjukkan (pada saat penyerahan draft dan
dokumen). Dalam D/P, eksportir akan tetap menguasai barang selama belum
55
Wawancara dengan Boitha Sitompul sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 4 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
83
dibayar secara tunai oleh importir. Penggunaan ketentuan D/P adalah agar
eksportir tetap dapat menguasai barang selama belum dibayar oleh importir. Jadi
hak atas barang tetap ada pada eksportir dan importir tidak dapat mengambil
barang jika belum membayar sesuai dengan ketentuan sales contract.
Bill of exchange dalam D/P yang dipergunakan selalu “to order”.
Berkaitan dengan hal ini, terdapat dua kemungkinan dalam jenis bill of exchange
yang dipergunakan dalam pengunjukan documents of title.
a)
Dipergunakan sight bill (untuk document against payment at sight).
Dalam hal ini pihak yang ditunjuk sebagai collecting agent akan
mengunjukkan dokumen dan meminta pembayaran segera. Ini berarti segera
setelah ditunjukkan sebagaimana diminta oleh eksportir dalam collection letter.
Pengunjukan itu umumnya baru dilakukan segera setelah kedatangan barang di
pelabuhan tujuan (arrival draft). Hal ini dilakukan agar importir memiliki
kesempatan untuk melakukan pemeriksaan atas barang. Pengunjukan itu dapat
pula dilakukan segera setelah dokumen ekspor sampai ke tangan collecting agent.
Namun cara pengunjukan kedua ini kurang lazim dilakukan dan hanya dapat
dilakukan jika eksportir mendominasi importir.
b) Dipergunakan time bill (untuk document against payment with tenor).
Yang dimaksud dengan with tenor adalah tenggang waktu pembayaran.
Jadi eksportir memberi kesempatan untuk membayar dalam jangka waktu tertentu
untuk mencari pembeli. Ketika menerima export document yang dikirim per pos
ke collecting agent, maka collecting agent hanya akan memberikan copy non
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
84
negotiable document (commercial & financial) kepada importir. Asli B/L sebagai
document of title masih ditahan oleh pihak yang ditunjuk, sehingga importir tidak
dapat mengambil barang sebelum melakukan pembayaran yang dipersyaratkan.
Untuk mencegah kesalahpahaman dan terjadinya penafsiran ganda, maka
ketentuan pembayaran harus secara tegas dicantumkan dalam sales contract. Dari
sini dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sales contract atau
Commercial Contract (Contract of Sale to Goods) dibuat oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam suatu transaksi ekspor impor, yang telah terikat dalam suatu
kesepakatan atau consensus yang lazimnya dikenal dengan istilah Consensus Ad
Idem dalam istilah hukumnya (Pasal 1320 Kuh Perdata).
Sales Contract memuat tentang kepastian hak dan kewajiban bagi
eksportir maupun importir sehingga transaksi tersebut dapat direalisasikan dengan
baik. Sales contract berisikan konsensus sebagai berikut :
(i)
Persetujuan tentang kesepakatan syarat-syarat dan kondisi-kondisi tentang
transaksi jual/ beli atau ekspor/ impor yang dilakukan oleh penjual/
eksportir/ seller/ beneficiary dengan pembeli/ importir/ buyer;
(ii)
Jumlah dan jenis pengiriman barang yang harus dikirim oleh eksportir dan
telah disepakati oleh importir;
(iii)
Jadwal pengiriman ke kota/ pelabuhan yang telah ditetapkan;
(iv)
Jumlah yang harus dibayar oleh importir atas harga barang yang telah
disepakati oleh eksportir.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
85
Isi dari sales contract adalah syarat dan kondisi yang disepakati dalam
perjanjian antara importir dan eksportir untuk melakukan transaksi ekspor dan
impor. Berikut contoh klausula yang harus dicantumkan dalam sales contract :
(i)
Untuk document against payment dengan pembayaran at sight; “Document
against payment at sight; presentation of document after arrival of the
goods”.
(ii)
Document against payment dengan pembayaran berjangka; “Document
against payment 60 days after sight”.
(iii)
Cash against documents : “cash against documents”.
(iv)
Documentary sight draft : “documentary sight draft, presentation of
document after arrival of the goods”.
Karena berbagai macam sebab atau alasan tertentu (biasanya karena terjadi
penyimpangan dari satu atau beberapa ketentuan dalam kontrak penjualan),
adakalanya drawee menolak membayar atau tidak bersedia mengaksep draft.
Kemungkinan lain pada tanggal jatuh tempo drawee tidak bersedia membayar
time draft yang telah mereka aksep sebelumnya. 56 Dalam hal drawee menolak
mengaksep draft, hal pertama yang wajib dilakukan collecting bank adalah
menahan dokumen, kemudian menghubungi administrasi pelabuhan atau bandara
untuk mengetahui kepastian tanggal kedatangan kapal atau pesawat terbang yang
membawa barang pesanan importir. Selanjutnya mereka menghubungi eksportir
56
Wawancara dengan Syarif Effendy sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 3 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
86
untuk melaporkan penolakan importir serta meminta instruksi tentang penanganan
barang, bilamana barang tersebut tiba.
Pemberitahuan kepada eksportir secepat mungkin atas penolakan
mengaksep draft dapat memberi banyak waktu bagi eksportir untuk menyusun
instruksi yang akan mereka berikan sebelum kapal tiba di pelabuhan yang dituju.
Antara lain eksportir dapat meminta tolong collecting bank atau kantor perwakilan
mereka untuk menyewa gudang di pelabuhan guna menyimpan sementara barang
yang diangkut kapal. Dengan demikian eksportir dapat terhindar dari pembayaran
denda menahan kapal (dumerrage charges) yang sangat tinggi tarifnya. Di lain
pihak apabila pada tanggal jatuh tempo importir tidak membayar tagihan, secepat
mungkin collecting bank memberikan peringatan tertulis kepada importir dan/
atau yang diberi kuasa (endoser) membayar oleh importir misalnya bank
penjamin.
Keterlambatan pemberian surat peringatan dapat dipergunakan sebagai
alasan drawee terlambat membayar. Bilamana surat peringatan itu tidak
ditanggapi oleh drawee, sedangkan dalam collection order eksportir tidak
melarang dilakukan protes, dengan bantuan notaris publik atau pengacara
setempat collecting bank dapat mengajukan surat protes. Namun dikatakan hampir
tidak pernah terjadi pada Bank Mandiri dalam memberikan penyediaan layanan
pembayaran luar negeri dengan collection tersebut. 57
57
Wawancara dengan Boitha Sitompul sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 4 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
87
2)
Collection dengan ketentuan document against acceptance (D/A)
Dalam D/A, eksportir akan menyerahkan dokumen ekspor jika importir
telah melakukan akseptasi atas draft atau bill of exchange yang berarti adanya
suatu pengakuan utang yang penagihannya dilakukan pada waktu jatuh tempo dan
selalu digunakan time draft (wesel berjangka) yaitu apabila pembayarannya
dilakukan pada tanggal tertentu atau dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini
eksportir akan menahan pemilikan barang dan hanya menyerahkan dokumen
ekspor jika pembeli telah mengaksep time draft tersebut. Prosedur ketentuan
pembayaran D/A sebagian besar sama dengan D/P, dalam arti eksportir akan
meminta bantuan collecting agent untuk melakukan penagihan. Collecting agent
ini dapat berupa bank atau dapat juga non bank.
Dalam D/A pelepasan dokumen ekspor akan dilakukan jika importir telah
melakukan akseptasi atas bill of exchange yang berarti importir memberikan
pengakuan utang, bill of exchange yang dipergunakan selalu time bill of exchange
dan penagihan pembayaran dari importir dengan menggunakan bill of exchange
yang sudah diaksep. Status bill of exchange yang sudah diaksep merupakan
dokumen yang berdiri sendiri terlepas dari sales contract.
Pembayaran dengan D/A terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama
dimulai dengan penandatangan sales contract, pengapalan barang dan pengiriman
dokumen ekspor kepada collecting agent. Dalam sales contract disebutkan bahwa
ketentuan pembayaran adalah D/A. Barang dan asli dokumen ekspor dikirimkan
eskportir kepada collecting agent dan hanya akan diserahkan kepada importir jika
telah mengaksep time draft.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
88
Tahap kedua, importir (drawee) melakukan akseptasi atas bill of exchange.
Setelah itu dilakukan pelepasan documents of title kepada importir. Penagihan
pembayaran kepada importir dilakukan dengan menggunakan bill of exchange
yang telah diaksepnya. 58 Agar “time draft” dapat diperjualbelikan, maka harus
dibuat menjadi to order time draft. Time draft yang sudah diaksep akan lebih
bernilai daripada time draft yang belum diaksep. Time draft ini akan mengikuti
tingkat kredibilitas dari importir dan negara importir yang bersangkutan.
Pencantuman ketentuan D/A dalam sales contract tergantung pada saat
penghitungan tenggang waktu pembayaran. Berikut contoh klausula yang harus
dicantumkan dalam sales contract :
a)
Dihitung dari tanggal bill of lading : “Document against acceptance,
payment 80 days after bill of lading date”.
b)
Dihitung dari tanggal kedatangan kapal : “Document against acceptance,
payment 90 days after arrival of the steamer”.
c)
Dihitung sejak importir diberitahu megenai kedatangan dokumen ekspor :
“Document against acceptance, payment 90 days after sight.”
d)
Ditetapkan pada tanggal tertentu : “Payments on….. (specified date)…..
Document will be released against acceptance”.
Pada dasarnya syarat-syarat yang diperlukan untuk menggunakan
ketentuan D/A adalah sama dengan D/P. Pertimbangan yang perlu diperhatikan
adalah dalam hal penyerahan dokumen barang. Dalam D/A eksportir menyadari
58
Wawancara dengan M. Syarif Effendy sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 3 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
89
bahwa distribusi barang terdiri dari beberapa tahap, yaitu dimulai dari importir,
kemudian grosir baru ke pengecer. Jadi importir butuh waktu untuk melakukan
distribusi barang dengan cepat. Importir tidak mungkin segera membayar karena
harus memberikan kredit kepada grosir. Demikian pula grosir harus memberikan
kredit kepada pengecer.
Kalau importir tidak boleh melakukan pembayaran kemudian, maka
importir akan keberatan untuk membeli barang tersebut. Dengan demikian dengan
adanya ketentuan D/A maka ada kesempatan bagi importir untuk melakukan
distribusi barang kepada jaringannya. Alasan lainnya digunakan ketentuan D/A
karena barang yang dijual biasanya sudah siap diperjualbelikan tanpa perlu
adanya penambahan value added lagi. Penggunaan ketentuan D/A adalah agar
eksportir tetap dapat menguasai barang selama belum dilakukan akseptasi oleh
importir. Akseptasi pada dasarnya merupakan suatu pengakuan hutang (a promise
to pay) dan bill of exchange yang sudah diaksep merupakan suatu “unconditional
order to pay.”
Antara sight/ time draft dalam transaksi D/P dan accepted time draft dalam
transaksi D/A memiliki perbedaan yaitu dalam sight/ time draft D/P masih diikuti
dokumen asli ekspor sehingga barang masih dikuasai eksportir, sedangkan pada
accepted time draft D/A tidak lagi dilengkapi dengan dokumen ekspor, karena
telah diambil alih oleh collecting agent dan diserahkan kepada importir pada
waktu importir mengaksep time draft.
Penagihan pembayaran antara keduanya juga berbeda. Pada sight/ time
draft D/P, kewajiban untuk membayar tidak terpisahkan dengan sales contract,
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
90
sedangkan pada accepted time draft terlepas dari ketentuan sales draft. Jadi antara
D/P dan D/A mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
B.
Para Pihak Yang Terlibat Dalam Lalu Lintas Pembayaran Luar Negeri
Ketentuan penagihan pembayaran transaksi perdagangan ekspor impor
dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional (International Chamber of
Commerce-ICC), Paris dalam “Uniform Rules for Collection”. Dengan demikian
apabila terjadi perselisihan pendapat antara pembeli, penjual dan bank-bank yang
terkait dalam transaksi pembayaran documentary collection mereka mempunyai
pedoman
umum
yang
dapat
dipergunakan
sebagai
referensi
untuk
menyelesaikannya.
Dalam peraturan pembayaran transaksi perdagangan internasional tersebut
dijelaskan secara tegas ketentuan-ketentuan documentary collection mengenai
pihak-pihak yang terkait dalam collection. Adapun pihak-pihak yang terkait dalam
transaksi pembayaran dengan collection di Bank Mandiri meliputi : 59
1.
Principal, yaitu pihak yang mempercayakan penanganan collection-nya
pada bank.
2.
Remitting Bank, adalah bank yang diberi kepercayaan oleh principal untuk
menangani collection.
3.
Collecting Bank, yaitu bank dimana saja selain remitting bank yang terlibat
dalam pemrosesan perintah collection.
59
Wawancara dengan Boitha Sitompul sebagai pelaksana ekspor pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 4 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
91
4.
Presenting Bank, yaitu bank yang menyampaikan tagihan kepada drawee.
5.
Drawee, adalah pihak yang akan menerima tagihan seperti tertera dalam
perintah collection.
Tugas collecting bank dalam proses documentary collection adalah
menerima pembayaran tagihan, mendapatkan aksep time draft atau menyerahkan
dokumen keuangan dan/ atau dokumen komersial setelah menerima pembayaran
tagihan atau mendapatkan aksep time draft.
Di Bank Mandiri sendiri dokumen yang dipergunakan dalam collection
antara lain, dokumen keuangan (financial documents) adalah yang berwujud
wesel, promes, cek dan instrumen serupa lainnya yang digunakan untuk
mendapatkan pembayaran berupa uang. Sedangkan yang dimaksud dengan
dokumen komersial adalah invoice, dokumen angkutan (shipping documents),
dokumen kepemilikan barang (B/L) atau dokumen lain yang serupa atau dokumen
apapun yang bukan financial documents. Semua dokumen keuangan dan
komersial tersebut di atas harus disertai dengan collection order yang memuat
instruksi penagihan dari principal secara lengkap dan jelas.
Kewajiban dan tanggung jawab Bank Mandiri, berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Boitha Sitompul sebagai pelaksana ekspor di bagian
Bill Processing Center Medan yang terkait dalam proses penagihan adalah
meneliti kelengkapan seluruh dokumen yang diterima sesuai dengan daftar yang
tercantum dalam collection order, dan segera memberi tahu eksportir bilamana
ada dokumen yang tercantum daftar tetapi tidak mereka terima. Namun Bank
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
92
Mandiri tidak bertanggung jawab atas keabsahan dokumen tersebut. Remitting
bank akan mempergunakan jasa collecting bank yang ditunjuk oleh principal atau
bank lain di tempat draft akan dibayar atau diaksep.
Collection order dan dokumen-dokumen yang menyertainya dapat
dikirimkan langsung kepada collecting bank atau bank-bank perantara yang lain.
Apabila dalam proses documentary collection bank mempergunakan jasa bank
yang lain mereka melimpahkan juga seluruh resiko kepada bank yang disebut
terakhir. Principal akan mengganti rugi semua kewajiban dan biaya yang telah
dikeluarkan bank dalam pelaksanaan penagihan pembayaran.
Bank Mandiri tidak ikut bertanggung jawab atas akibat dari keterlambatan
penyampaian atau hilangnya surat atau dokumen dalam perjalanan maupun
pemotongan kalimat, kerusakan, kesalahan arti dan terjemahan istilah teknik yang
disampaikan melalui telegram, telex atau sistem elektronika yang lain. Dalam
menjalankan tugas penagihan, Bank Mandiri juga tidak bertanggung jawab atas
akibat negatif yang ditimbulkan oleh bencana alam, penjarahan, pemogokan,
kekacauan, pemberontakan, peperangan dan hal-hal lain yang berada di luar
kekuasaannya. 60
Tanpa persetujuan bank terlebih dahulu eksportir tidak boleh mengirimkan
barang ke alamat bank. Apabila mereka melakukan hal itu tanpa persetujuan bank
terlebih dahulu bank boleh bersikap tidak bertanggung jawab atas kelancaran
pengiriman barang tadi kepada importir-drawee. Semua dokumen yang diterima
bank wajib diserahkan kepada drawee seperti apa adanya, kecuali drawer
60
Wawancara dengan Boitha Sitompul sebagai pelaksana ekspor pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 4 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
93
memberi kuasa remitting atau collecting bank untuk membubuhkan cap atau tanda
umum yang diperlukan dalam pelaksanaan penagihan.
Dalam collection order wajib dicantumkan alamat jelas drawee atau
tempat dimana draft akan ditagihkan atau diminta aksepnya. Apabila ditentukan
draft dapat ditagihkan pada presenting bank maka pada saat draft ditagihkan
presenting bank wajib membayar tagihan tersebut tanpa menunda-nundanya.
Bilamana ditentukan permintaan aksep draft dapat dilakukan pada presenting
bank maka pada saat draft ditunjukkan kepada mereka bank wajib segera
mengaksepnya.
Bilamana pembayaran draft atau bill of exchange dilakukan kemudian hari
dalam collection order wajib dicantumkan instruksi apakah dokumen dapat
diserahkan dengan syarat D/A atau D/P. Bilamana instruksi tersebut tidak
dicantumkan bank hanya akan menyerahkan dokumen bila drawee membayar
draft.
Bilamana eksportir menginstruksikan tagihan dibayar dengan mata uang
lokal maka presenting bank hanya akan menyerahkan dokumen apabila drawee
membayar tagihan dalam mata uang lokal. Akan tetapi bilamana ditentukan
dokumen hanya dapat diserahkan bilamana drawee membayar tagihan dalam mata
uang asing, bank akan menyerahkan dokumen sesuai dengan ketentuan tersebut.
Selanjutnya bank akan mentransfer dana pembayaran tersebut sesuai dengan
instruksi yang diberikan dalam collection order. Pembayaran tagihan secara
menyicil hanya diperkenankan bilamana dalam collection order eksportir
mencantumkan izin tentang hal itu.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
94
Presenting bank wajib meneliti bill of exchange atau draft yang diserahkan
kepada mereka disusun secara betul dan lengkap. Namun mereka tidak
bertanggung jawab akan keabsahan dan keaslian tandatangan yang tertera dalam
draft itu. Presenting bank tidak bertanggung jawab atas keabsahan dan keaslian
tandatangan yang tertera dalam promissory notes, payment receipts dan instrumen
penagihan yang lain.
Dalam collection order harus dicantumkan dengan jelas tindakan protes
apa yang wajib dilakukan bank bilamana drawee menolak membayar atau
mengaksep draft. Tanpa instruksi yang jelas dari principal bank tidak akan
melakukan tindakan protes bilamana drawee tidak bersedia membayar atau
mengaksep draft, hal ini dalam prakteknya juga berlaku pada Bank Mandiri. 61
Semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengajukan protes menjadi
tanggungan principal. Bilamana principal menunjuk orang atau badan lain kecuali
bank untuk mewakili mereka melakukan protes kepada drawee, hal itu wajib
dicantumkan dalam collection order.
Bank-bank yang terkait dalam proses documentary collection tidak ikut
bertanggung jawab atas kondisi komoditas yang diekspor. Akan tetapi bilamana
mereka (dengan atau tanpa instruksi eksportir) terpaksa mengambil tindakan
tertentu untuk melindungi komoditas yang bersangkutan, bank harus segera
melaporkan hal itu kepada bank lain yang sebelumnya menyerahkan collection
order kepada mereka.
61
Wawancara dengan Syarif Effendy sebagai pelaksana ekspor Bill Processing Center
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 3 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
95
Bilamana dalam menjalankan tugasnya collecting bank merasa perlu
memberikan saran atau pemberitahuan tentang sesuatu hal kepada bank lain dari
mana mereka menerima collection order, saran atau pemberitahuan tersebut harus
diberikan secara rinci.
Saran-saran atau
pemberitahuan tersebut
wajib
disampaikan secara cepat termasuk dengan mempergunakan sarana telegram,
telex atau sistem komunikasi elektronika yang lain.
Apabila mereka menerima pembayaran tagihan collecting bank wajib
segera memberitahukan hal itu kepada bank lain dari mana mereka menerima
collection order. Pemberitahuan tersebut hendaknya dilakukan secara rinci
termasuk jumlah yang dibayarkan, pengurangan biaya tagihan serta cara
pembayaran yang dilakukan. Hal yang serupa wajib dilakukan bilamana collecting
bank menerima aksep atas time draft dari drawee. Hal yang serupa juga wajib
dilakukan bilamana drawee menolak pembayaran atau mengaksep draft, termasuk
sebab-sebab penolakan pembayaran atau aksep.
Apabila dalam collection order disebutkan dengan tegas drawee wajib
membayar bunga sedangkan drawee menolaknya, collecting bank tidak
diperkenankan menyerahkan dokumen hanya karena drawee membayar atau
mengaksep draft. Dalam keadaan seperti ini bunga menjadi bagian dari seluruh
jumlah tagihan yang harus dibayar oleh drawee. Apabila dalam collection order
disebutkan biaya penagihan (termasuk komisi bank) tidak ditagihkan kepada
drawee, maka biaya tersebut menjadi tanggungan principal dan dapat
dikurangkan dari hasil tagihan yang dapat diperoleh bank.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
96
Walaupun dalam Uniform Rules For Collections telah diatur secara rinci
ketentuan-ketentuan dalam proses penagihan transaksi perdagangan luar negeri,
hal itu tidak berarti para eksportir dapat mengabaikan ketentuan dan praktek
hukum yang berlaku di masing-masing negara drawee.
Prof. Venedikian menyebutkan dalam bukunya beberapa pemerintah
negara di Amerika Latin tidak mengikuti secara penuh ketentuan dalam Uniform
Rules For Collections. Pemerintah negara-negara tersebut memperbolehkan
dokumen-dokumen perdagangan internasional diserahkan kepada drawee
walaupun mereka belum membayar barang yang dipesan atau mengaksep draft
yang ditujukan kepada mereka. 62 Oleh karena itu beliau menyarankan untuk
melindungi kepentingan mereka sebelum melakukan perdagangan dengan negara
yang belum mereka ketahui ketentuan hukum dagangnya, seyogjanya para
eksportir mempelajari ketentuan hukum dagang negara tersebut.
C.
Kelemahan Dan Kelebihan Masing - Masing Alternatif Pembayaran Luar
Negeri Dalam Hal Non Letter Of Credit.
Penagihan pembayaran barang dengan documentary collection dapat
memberikan banyak kelebihan/ kemudahan bagi eksportir dan importir. Walaupun
demikian transaksi pembayaran ini juga mengandung resiko dan kelemahan.
Dalam bukunya Finance of International Trade, Alasdair Watson Ph. D,
professor di The Institute of Bankers, London, England mengutarakan manfaat
pembayaran transaksi perdagangan internasional dengan documentary collection.
62
Venedikian, Harry M, Warfield, Gerald A, 2000, Global Trade Financing, Toronto,
John Wiley & Sons, Dalam Siswanto Sutojo, Op. Cit., hlm. 76.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
97
Jumlah penjualan barang produsen eksportir atau eksportir pedagang yang
bersangkutan diharapkan dapat meningkat secara berarti. Sementara itu importir
yang diperbolehkan membayar dibelakang mendapat sumber pembiayaan kegiatan
impor mereka dengan syarat dan biaya ringan. Hal itu mungkin juga dapat
meningkatkan jumlah penjualan mereka.
Selama dokumen-dokumen yang menyertai pengiriman barang belum
diserahkan kepada drawee, hak kepemilikan barang oleh eksportir masih tetap
terlindungi, apalagi bilamana syarat penyerahan dokumen ditentukan berdasar
D/P. Biaya penagihan pembayaran relatif tidak mahal. Standar yang berlaku di
dunia perbankan internasional biaya penagihan berkisar sekitar 0,1 % sampai 0,
25 % jumlah nilai draft.
Adapun kelemahan dari transaksi pembayaran perdagangan internasional
dengan documentary collection antara lain, eksportir harus menunggu penerimaan
pembayaran produk yang mereka ekspor sampai uang diterima remitting bank.
Apabila transaksi perdagangan tersebut dibiayai dengan kredit, bank eksportir
wajib menanggung beban biaya bunga. Tingkat jaminan penerimaan pembayaran
produk tidak setinggi documentary credit.
Ada kemungkinan karena sebab tertentu yang menyimpang dari ketentuan
kontrak penjualan, importir menolak menerima barang. Akibatnya eksportir harus
membayar denda dumerage atau sewa gudang di pelabuhan importir hingga
barang yang bersangkutan dapat dijual kepada pembeli yang lain. Disamping itu
eksportir harus membayar tambahan biaya premi asuransi dan biaya-biaya yang
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
98
lain. Kecuali jumlah nilai barang yang diekspor tinggi sekali membawa kasus
perselisihan tersebut ke meja hijau terlalu mahal biayanya.
Di negara-negara tertentu pada saat importir meminta jatah devisa untuk
membayar produk impor, pemerintah meminta mereka menunjukkan dokumen
pengapalan barang tersebut. Dalam keadaan seperti itu eksportir/ remitting bank
terpaksa menyerahkan dokumen (berarti drawee sudah dapat mengeluarkan
barang dari pelabuhan atau bandara) walaupun mereka belum menerima
pembayaran. Dengan menyerahkan dokumen pengapalan kepada drawee eksportir
sudah “kehilangan” hak kepemilikan barang.
Kelemahan lain yang dihadapi eksportir dalam pembayaran documentary
collection adalah apabila terjadi perubahan peraturan lalu lintas devisa di negara
importir. Hingga restriksi transfer devisa keluar negeri itu dirubah atau diperlunak
besar kemungkinan eksportir belum dapat menarik pembayaran barang mereka.
Salah satu resiko yang menjadi kelemahan yang dihadapi importir adalah
menerima barang yang spesifikasi, mutu atau jumlahnya tidak cocok dengan yang
telah disetujui dalam kontrak penjualan. Hal itu dapat terjadi karena pada saat
mereka mengaksep draft mereka tidak mendapat kesempatan untuk melakukan
inspeksi barang. Resiko tersebut dapat diperkecil dengan jalan meminta eksportir
menyertakan surat keterangan inspeksi yang dibuat oleh badan inspeksi mutu dan
spesifikasi produk terkemuka di dunia misalnya SGS.
Dalam hal ini pilihan pelaku usaha dengan pembayaran inkaso (collection)
ini bergantung pada kondisi perekonomian baik dari pihak importir maupun dari
pihak eksportir sebagai pemasok barang ekspor. Apabila perekonomian suatu
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
99
negara di mana importir berada dalam keadaan stabil ataupun peningkatan dalam
dunia usahanya, maka pelaku usaha luar negeri memilih pembayaran wesel inkaso
dengan kondisi D/P, begitu juga sebaliknya, jika perekonomian suatu negara di
mana importir berada dalam keadaan kurang stabil ataupun mengalami krisis
ekonomi maka pelaku usaha menjatuhkan pilihannya dengan pembayaran wesel
inkaso dengan kondisi D/A.
Berbeda halnya dengan pembayaran luar negeri melalui L/C, eksportir
dapat menggantungkan kepercayaan pada L/C karena pembayaran terjamin. L/C
akan memudahkan pelunasan pembayaran, mengamankan dana yang disediakan
importir dan menjamin kelengkapan dokumen pengapalan, serta resiko dapat
dialihkan kepada bank yang terkait. Bagi importir dengan adanya L/C tersebut
berarti dengan dana minimum dapat mengimpor barang setidak-tidaknya sampai
barang tiba. Importir akan merasa aman karena bank akan menolak pembayaran
kalau semua persyaratan L/C belum terpenuhi.
Dalam transaksi pembayaran luar negeri dalam hal non L/C yakni melalui
inkaso (Collection), pembayaran dari pihak importir/ drawee tidak jelas.
Bagaimana pun, eksportir tetap menanggung resiko antara lain keadaan ekonomi
dan politik negara importir, importir mengulur waktu pembayaran, tidak
mengambil alih dokumen dan importir juga membatalkan transaksi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Boitha Sitompul sebagai
pelaksana ekspor pada Bank Mandiri, eksportir juga harus menerima resiko
apabila pembayaran tidak dilakukan, walaupun wesel telah diterima. Jika importir
tidak melakukan pembayaran maka eksportir harus mencari pembeli barang yang
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
100
baru, dan itu tidaklah dapat diperoleh dalam waktu yang singkat dan juga harus
diperhitungkan kualitas dan jenis barangnya. Di samping itu jika barang telah ada
di pelabuhan tujuan dan telah lewat waktu untuk membongkar muatan kapal
(demurrage), maka eksportir harus membayar ongkos pengapalan dan pengapalan
kembali dan keadaan ini diperparah lagi jika izin impor jatuh tempo, maka
eksportir harus mengurus kembali perpanjangan surat izin dan itu memakan waktu
yang cukup lama.
Pertimbangan
eksportir
mengambil
transaksi
pembayaran
dengan
collection walaupun sebenarnya eksportir lebih banyak menanggung resiko dari
pembayaran tersebut antara lain bahwa antara eksportir dan importir sudah saling
megenal satu sama lain yang kemungkinan dikarenakan mereka telah sering
melakukan transaksi pembayaran luar negeri dengan L/C maupun non L/C
sebelumnya. 63Di samping itu eksportir dan importir tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk pembukaan L/C lagi, dan tidak urusan dengan bank pun sederhana
sehingga terjamin ketetapan waktu dalam lalu lintas pembayaran perdagangan
internasional.
63
Wawancara dengan Boitha Sitompul sebagai pelaksana ekspor pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, tanggal 5 November 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
C.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut :
1.
Dalam perdagangan internasional dikenal cara pembayaran barang yaitu
clean payment and settlements, documentary credit dan documentary
collection. Dalam proses pembayaran itu bank mempunyai peranan
penting. Salah satunya pelayanan yang diberikan PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan dalam alternatif pembayaran luar
negeri dalam hal non L/C khususnya collection (Inkaso). Collection
merupakan cara pembayaran luar negeri dengan mempergunakan surat
tagihan yang disebut draft atau bill of exchange, yang terdiri dari
penyerahan dokumen oleh bank kepada pihak tertarik (drawee) setelah
dilaksanakan pembayaran yang dikenal dengan istilah documents against
payment (D/P) maupun penyerahan dokumen oleh bank kepada pihak
tertarik (drawee) setelah penerimaan akseptasi yang disebut dengan
documents against acceptance (D/A). apabila pembayarannya dilakukan
pada saat penyerahan draft dan dokumen menggunakan sight draft (wesel
unjuk), dan time draft (wesel berjangka) jika pembayarannya dilakukan
pada tanggal atau jangka waktu tertentu.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
102
2.
Dalam proses pembayaran luar negeri dengan Inkaso (collection) pada PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, terdapat empat sampai
lima pihak dalam dan luar negeri yang terkait yaitu eksportir, importir,
remitting bank, collecting bank dan presenting bank, yang tunduk pada
ketentuan penagihan perdagangan internasional yang dikeluarkan oleh
Kamar Dagang Internasional dalam bentuk Uniform Rules For Collections.
Dengan demikian bilamana terjadi perbedaan pendapat antara eksportir,
importir dan bank-bank yang terkait dalam proses penagihan itu mereka
mempunyai pedoman umum yang dapat dipergunakan sebagai referensi
untuk menyelesaikannya.
3.
Kelebihan yang dapat diharapkan eksportir dari documentary collection
adalah peningkatan jumlah penjualan produk, proteksi kepemilikan barang
sebelum dokumen pengapalan barang diserahkan kepada importir dan biaya
penagihan tidak mahal. Sedangkan kelemahan yang harus eksportir hadapi
adalah harus menunggu pembayaran barang hingga pembayaran itu diterima
oleh remitting bank, jaminan penerimaan pembayaran tidak begitu tinggi,
ada kemungkinan importir menolak penerimaan barang, ada kemungkinan
terjadi kesulitan pembayaran karena negara importir mengeluarkan
peraturan yang mempersulit pengiriman devisa ke luar negeri.
Sedangkan kelebihan yang diharapkan dari pihak importir adalah mereka
mendapat sumber dana modal kerja dengan syarat dan biaya ringan, ada
kemungkinan bantuan dana tersebut dapat meningkatkan jumlah penjualan
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
103
mereka. Sedangkan kelemahan yang importir hadapi adalah eksportir
mengirimkan produk yang jumlah, mutu atau spesifikasinya tidak sesuai
dengan ketentuan kontrak penjualan. Kelemahan kedua ada kemungkinan
pemerintah negara eksportir melarang ekspor produk yang mereka pesan.
D.
Saran
Selayaknya perlu ditambahkan pelajaran mengenai Sistem Perdagangan
Internasional di Fakultas Hukum, mengingat hal ini sangatlah penting terutama
pada bagian Keperdataan Program Studi Hukum Dagang.
Peraturan-peraturan yang ada yang telah dikeluarkan oleh pihak
pemerintah, selayaknya haruslah diteliti dan direvisi dengan baik mengingat
perkembangan perdagangan luar negeri terus mengalami kemajuan yang pesat dan
sangat kompleks sekali, sehingga terkadang peraturan yang telah ada memberikan
kelonggaran bagi pihak-pihak yang tak bertanggung jawab untuk melakukan
kegiatan yang akan merugikan bangsa dan negara.
Disamping itu, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing jenis pembayaran luar negeri
khususnya pembayaran dengan inkaso (collection), dan diharapkan kepada
eksportir dan importir lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan perjanjian
pembayaran berkenaan dengan dokumen-dokumen pengapalan serta ketentuan
pembayaran dalam lalu lintas perdagangan luar negeri.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
104
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., 1970, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Adolf, Huala. 2002, Hukum Ekonomi Internasional : Suatu Pengantar cet. 3,
Rajawali Pers, Jakarta.
, 2004, Hukum Perdagangan Internasional. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Amir M.S., 1996, Letter of Credit dalam Bisnis Ekspor Impor, PT. Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
, 1975, Teknik Perdagangan Luar Negeri, Bharata : Jakarta.
Andhibroto, Soepriyo, 1997 Letter of Credit dalam Teori & Praktek, Dahara
Prize, Semarang.
Arbi, Syarif, HM. “Petunjuk Praktis Perdagangan Luar Negeri Seri Ekspor”
(Bahan tulisan tentang URC 522 ini kami sadur dari tulisan beliau).
Dirdjosisworo, Soedjono, 2006, Pengantar Hukum Dagang Internasional. PT.
Refika Aditama, 2006.
Ginting, Ramlan, 2002, Letter of Credit, Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Edisi
Revisi. Salemba Empat, Jakarta.
Hadisoeprapto, Hartono, 1984, Kredit Berdokumen (Letter of Credit) Cara
Pembayaran dalam Jual Beli Perniagaan, Penerbit Liberty, Yogjakarta.
Hutabarat, Roselyne, 1996, Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Islam, Rafiqul M, 1999, International Trade Law. NSW : LBC.
Kartono, 1980, Komentar Tentang Letter of Credit (L/C), Konosemen (B/L, Bill of
Lading), Wessel (B/E, Bill of Exchange), Dokumen-dokumen lainnya,
cetakan 1, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Malayu, Hasibuan, 1993, Kredit Berdokumen (L/C) dan Lalu Lintas Pembayaran
Penunjang Globalisasi Perekonomian, Penerbit Tarsito, Bandung.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
105
Pangaribuan, Emmy Simanjuntak, 1979, Pembukaan Kredit Berdokumen
(Documentary Credit Opening) cetakan kedua, Percetakan Liberty,
Yogyakarta.
Poerwadarminta, W.J.S., 1984, Kamus umum Bahasa Indonesia, diolah kembali
oleh Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
& Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta.
Purwosucipto, H.M.N., 1984, Pengertian Pokok Hukum Dagang 4, Djambatan,
Jakarta.
Sutojo, Siswanto, 2001, Membiayai Perdagangan Ekspor Impor, PT. Damar
Mulia Pustaka, Jakarta.
Sumantoro, Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan RUU Tentang
Perdagangan Internasional, 1988, Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman, Jakarta.
Surbekti, 1982, Aneka Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung.
Suyatno, Thomas, 1988, Lalu Lintas Pembayaran Dalam Dan Luar Negeri.
Intermedia Press, Jakarta.
Tobing, 1977, Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa. Ujung
Pandang : Yayasan Kebudayaan, Sulawesi Selatan.
Waluya, Harry, 1995, Ekonomi Internasional, Bineka Cipta : Jakarta.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, Seri Hukum Bisnis : Transaksi Bisnis
Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/view.php?file=PASARINTERNASIONAL/p
etunjuk ekspor/Panduan%20Ekspor.doc, tanggal 21 Oktober 2009.
http://www.komexindo.com/?p=175, tanggal 19 Juni 2009.
Interlegal’s Definitions (http://home.yebro.co.za/ ˜interlegal/ definitions. htm).
www. Beacukai. go. id/../5-pbi2003. pdf, tanggal 21 Oktober 2009.
http://4.bp.blogspot.com/EI5IEppjIRY/Sbc1euPY3KI/AAAAAAAAABA/PB2EH
1rsGhs/s1600 h/advance+pymnt.bmp, tanggal 10 Maret 2009.
http://4.bp.blogspot.com/EI5IEppjIRY/Sbd5NxHEyxI/AAAAAAAAABI/prQKb
Hq4s5Y/s1600-h/open+account.bmp, tanggal 10 Maret 2009.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
106
HASIL WAWANCARA
PT. BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk IMAM BONJOL MEDAN
Pertanyaan : Di dalam melaksanakan transaksi perdagangan luar negeri, ada
beberapa cara pembayaran yang dapat dilakukan.
Cara bagaimana yang dipilih oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
Imam Bonjol Medan di dalam melaksanakan transaksi perdagangan
luar negeri ?
Jawaban
: Cara pembayaran yang dipilih oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
Imam Bonjol Medan dalam melaksanakan transaksi perdagangan
luar negeri dapat dilakukan dengan menggunakan letter of credit
atau tanpa letter of credit. Pembayaran transaksi impor tanpa L/C
dapat dilaksanakan dengan cara Pembayaran dimuka (advance
payment),
Pembayaran
kemudian
(open
account),
Inkaso
(collection), Konsinyasi (consignment). Dalam hal non L/C cara
pembayaran luar negeri yang dipilih adalah Inkaso (collection).
Pertanyaan : Di dalam melaksanakan transaksi perdagangan luar negeri dengan
memilih cara pembayaran melalui non L/C khususnya Inkaso
(collection). Alasan utama apakah yang menjadi pertimbangan PT.
Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol Medan sehingga
menggunakan cara tersebut ?
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
107
Jawaban
: Alasan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol Medan
sehingga memilih cara pembayaran tanpa L/C khususnya melalui
Inkaso
(collection),
dikarenakan
cara
pembayaran
melalui
collection sangat sederhana karena pada dasarnya didasarkan pada
kesepakatan antara penjual dengan pembeli di luar negeri (importir)
di dalam suatu perjanjian jual beli dan tidak serumit pembayaran
dengan L/C, dimana bank harus melakukan tindakan penerbitan
L/C atas dasar permintaan importir.
Pertanyaan : Di dalam melaksanakan transaksi perdagangan luar negeri dengan
cara pembayaran dengan L/C digunakan pedoman ketentuan yang
telah diterbitkan oleh International Chamber of Commerce (ICC)
mengenai kredit berdokumen yakni Uniform Customs and Practice
for Documentary Credit (UCP DC 500).
Ketentuan apakah yang menjadi pedoman bagi PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk Imam Bonjol Medan dalam transaksi pembayaran
luar negeri dalam hal non L/C ?
Jawaban
: Ketentuan yang menjadi pedoman bagi PT. Bank Mandiri (Persero),
Tbk Imam Bonjol Medan dalam transaksi pembayaran luar negeri
dalam hal non L/C adalah Uniform Rules for Collection of
Commercial Paper ICC yang mengatur hak dan kewajiban
eksportir dan bank yang ditunjuk oleh eksportir untuk melakukan
penagihan. URC (Uniform Rules For Collection), Revisi 1995
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
108
Publikasi 522 merupakan ketentuan yang diterbitkan oleh
International Chamber of Commerce (ICC).
Pertanyaan : Di dalam melaksanakan transaksi perdagangan luar negeri pada
umumnya diperlukan dokumen-dokumen.
Dokumen apakah yang diperlukan dalam transaksi pembayaran
dengan Inkaso (collection) oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
Imam Bonjol Medan ?
Jawaban
:
Dokumen yang diperlukan dalam transaksi pembayaran dengan
Inkaso (collection) oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam
Bonjol Medan antara lain, Financial Document (berwujud wesel,
promes, cek dan instrumen serupa lainnya) digunakan untuk
mendapatkan pembayaran berupa uang dan Commercial Document
(berwujud faktur, dokumen angkutan, dokumen kepemilikan atau
dokumen lain yang serupa atau dokumen apapun yang bukan
financial documents. Misalnya, documents of title, asuransi,
certificate of origin, certificate of equality) dan dokumen ini
tidaklah harus wajib ada tetapi sesuai dengan kesepakatan dalam
sales contract yang telah disepakati importir dan eksportir.
Pertanyaan : Di dalam perdagangan luar negeri, Bank mempunyai peranan yang
sangat penting dalam rangka menjaga kelancaran lalu lintas
pembayaran luar negeri.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
109
Bagaimana peranan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol
Medan atas transaksi pembayaran dalam hal non L/C khususnya
Inkaso (collection) ?
Jawaban :
Peranan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol Medan atas
transaksi pembayaran dalam hal non L/C khususnya Inkaso
(collection)
selain
untuk
menjaga
kelancaran
lalu
lintas
pembayaran luar negeri, adalah agar memudahkan pembeli dan
penjual (eksportir dan importir) untuk mempunyai dan menunjuk
bank masing-masing, tapi hanya sebagai intermediary untuk
memperlancar
menyampaikan
arus pembayaran,
barang.
Bank
tidak
Mandiri
berkewajiban untuk
hanya
menerima/
menyampaikan dokumen tidak berkewajiban untuk melakukan
tindakan terhadap barang-barang yang berhubungan dengan
documentary collection. Bank hampir tidak ada melakukan
pembayaran hanya menagihkan dan meneruskan dokumen. Bank
tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan kualitas barang dan
ataupun jasa yang dikirim.
Pertanyaan : Hal terpenting dalam kesuksesan melaksanakan ekspor adalah ketika
eksportir menerima pembayaran dari transaksinya melalui peranan
perbankan.
Bagaimanakah kepastian pembayaran dalam transaksi pembayaran
luar negeri dengan menggunakan non L/C khususnya Inkaso
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
110
(collection) pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol
Medan ?
Jawaban
: Kepastian pembayaran dalam hal non L/C khususnya Inkaso
(collection) tidak jelas karena pada dasarnya transaksi tersebut
hanya didasarkan pada kepercayaan antar pihak. Jika terjadi
penolakan pembayaran oleh
importir
atas dokumen
yang
ditagihkan, remitting bank hanya dapat melakukan tindakan
penyampaian/ meneruskan instruksi atas nama eksportir kepada
importir dan instruksi yang diteruskan hanya berupa himbauan
dimana kekuatan desakan tidak ada/ lemah. Bagaimana pun,
eksportir tetap menanggung resiko antara lain keadaan ekonomi
dan politik negara importir, importir mengulur waktu pembayaran,
tidak mengambil alih dokumen dan importir juga membatalkan
transaksi
Pertanyaan : Hal terpenting dalam kesuksesan melaksanakan ekspor adalah ketika
eksportir
menerima
pembayaran
dari
transaksinya.
Guna
menghindari gagal atau ‘tidak ada pembayaran’ dari importir,
eksportir harus mengetahui jenis dan cara-cara pembayaran dalam
transaksi ekspor.
Bilamana terjadi penolakan pembayaran oleh pihak importir
terhadap eksportir terhadap Inkaso (collection) pada PT. Bank
Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol Medan ?
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
111
Jawaban
: Jika terjadi penolakan pembayaran oleh pihak importir terhadap
pihak eksportir atas dokumen yang akan ditagihkan, bank hanya
bisa meneruskan instruksi eksportir kepada banknya importir.
Penolakan oleh importir bisa dikarenakan barang/ komoditi yang
diterima importir tidak sesuai dengan perjanjian jual beli
sebelumnya, misal yang berkaitan dengan kualitas barang yang
dikirim. Dan ketidaklengkapan dokumen yang dikirim oleh pihak
collecting bank. Namun penolakan seperti di atas, hampir dikatakan
tidak pernah terjadi di PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam
Bonjol Medan.
Pertanyaan : Hal terpenting dalam kesuksesan melaksanakan ekspor adalah ketika
eksportir menerima pembayaran dari transaksinya, dan importir
menerima barang yang dibelinya sesuai dengan perjanjian jual beli
sebelumnya.
Bilamana pihak importir menolak menerima barang yang telah
dikirim oleh eksportir dengan Inkaso (collection) pada PT. Bank
Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol Medan ?
Jawaban :
Dapat terjadi penolakan barang oleh pihak importir terhadap barang
yang dikirim oleh eksportir pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
Imam Bonjol Medan. Penolakan ini dapat terjadi karena importir
menerima barang yang spesifikasi, mutu atau jumlahnya tidak
cocok dengan yang telah disetujui dalam kontrak penjualan. Hal itu
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
112
dapat terjadi karena pada saat mereka mengaksep draft mereka
tidak mendapat kesempatan untuk melakukan inspeksi barang.
Namun kondisi seperti ini juga hampir dikatakan tidak pernah
dialami oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Imam Bonjol
Medan.
Pertanyaan : Dengan memilih cara pembayaran melalui non L/C khususnya
Inkaso (collection) tentu saja PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
Imam Bonjol Medan mempunyai alasan utama.
Apabila timbul hambatan-hambatan pada penyelesaian pembayaran
atas non L/C khususnya Inkaso, bagaimana resiko yang dialami
oleh eksportir maupun importir ?
Jawaban :
Jika timbul resiko atas hambatan terhadap penyelesaian pembayaran
atas non L/C khususnya Inkaso, antara lain importir menolak
menerima barang maupun menolak membayar. Dalam hal importir
menolak menerima barang karena kondisinya tidak sesuai dengan
perjanjian jual beli, maka eksportir dapat memberikan potongan
harga (discount) kepada pihak importir. Jika importir tidak
melakukan pembayaran walaupun wesel telah diterima, maka
eksportir harus mencari pembeli barang yang baru, dan itu tidak
dapat diperoleh dalam waktu yang singkat dan juga harus
diperhitungkan kualitas dan jenis barangnya. Di samping itu jika
barang telah ada di pelabuhan tujuan dan telah lewat waktu untuk
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
113
membongkar muatan kapal (demurrage), maka eksportir harus
membayar ongkos pengapalan dan pengapalan kembali dan
keadaan ini diperparah lagi jika izin impor jatuh tempo, maka
eksportir harus mengurus kembali perpanjangan surat izin dan itu
memakan waktu yang cukup lama.
Pertanyaan : Dengan cara pembayaran melalui non L/C khususnya Inkaso
(collection) baik dengan kondisi document against payment (D/P)
maupun documents against acceptance (D/P) masing-masing
memberikan pilihan bagi pelaku usaha dalam bertransaksi.
Bagaimana pilihan pelaku usaha dalam alternatif pembayaran
dengan non L/C khususnya Inkaso pada PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk Imam Bonjol Medan?
Jawaban :
Pelaku usaha dalam transaksi pembayaran luar negeri dengan non
L/C khusunya Inkaso lebih sering menjatuhkan pilihan terhadap
pembayaran Inkaso (collection) dengan kondisi documents against
payment, hal ini dikarenakan jika barang/ komoditinya laku di
pasar internasional, umumnya eksportir mempunyai posisi yang
kuat (bargaining position), misalnya komoditi sawit. Sedangkan
pilihan importir dalam pembayaran dengan inkaso adalah dengan
kondisi documents against acceptance, dikarenakan importir dapat
memperoleh komoditi yang diinginkan dengan pembayaran
berjangka untuk melakukan pelunasan.
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
114
Maya Sari : Alternatif Pembayaran Luar Negeri Dalam Hal
(Persero) Tbk, Imam Bonjol Medan, 2010.
Non Letter Of Credit Pada PT. Bank Mandiri
Download