PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : PUTRI OCTAVIANI SHINTA DEWI J 410 090 052 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN Putri Octaviani Shinta Dewi J 410 090 052 Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162 Abstrak PG. Poerwodadie Magetan merupakan Industri yang bergerak dibidang agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama berupa gula pasir. Industri ini menggunakan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan melebihi (NAB) nilai ambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. POERWODADIE Magetan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah karyawan PG. Poerwodadie magetan sebanyak 182 orang (pada lokasi terpapar < NAB 130 orang dan lokasi terpapar >NAB 79 orang). Pemilihan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling pada lokasi terpapar intensitas bising > NAB menjadi 40 orang. Sedangkan pada lokasi yang terpapar intensitas bising < NAB menjadi 50 orang. Pada pengambilan sampel yang kedua menggunakan random sampling diketahui sampel penelitian ini pada lokasi > NAB menjadi 20 orang sedangkan pada lokasi < NAB menjadi 20 orang. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS 21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pada telinga kanan p = 0,038 dan pada telinga kiri p = 0,018 yang menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan. Kata Kunci : Intensitas Kebisingan, Penurunan Daya Dengar ABSTRACT PG. Poerwodadie Magetan industry works in the field of sugar cane plantation with granulated sugar as the major product. This industry uses machines which produce overwhelming noises that surpass (NAB) threshold value 85 dB(A). The purpose of this study is to determine the influence of the noise intensity toward the decrease of the hearing ability on the worker’s at PG. Poerwodadie Magetan. The research method is analytic method with cross sectional plan. The research population is the worker of PG. Poerwodadie Magetan With amount of 182 workers (exposed location < NAB 130 person and exposed location > NAB 79 person). Sample selection uses purposive sampling technique in exposed location of noise intensity > NAB become 40, while in exposed location of noise intensity < NAB become 50 person. On the second sampling uses random sampling, it is discovered that sample on > NAB location is 20 person and sample on < NAB is 20 person. Statistic test uses chi square with SPSS 21. The result of the study shows that on the right ear p = 0,038 and on the left ear p = 0,018 that points on score p < 0,05 which means there is a significant between the noise intensity toward the decrease of the hearing ability on the worker’s at PG. Poerwodadie Magetan. Keywords : noise intensity, decrease of hearing ability A. PENDAHULUAN PG. POERWODADIE PTPN XI merupakan pabrik yang bergerak dalam bidang usaha agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama gula pasir (Admin, 2009). Dalam menjalankan proses memproduksi gula, pabrik PG. Poerwodadie menggunakan mesin- mesin produksi dalam skala besar. Dengan penerapan mesin produksi tersebut dapat menimbulkan suara bising yang tidak dikehendaki. Pengaruh utama dari kebisingan bagi kesehatan pekerja adalah kerusakan pada indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus- menerus mengakibatkan kerusakan menetap pada indera-indera pendengar (Mulia, 2005). Gejala penurunan pendengaran disertai dengan timbulnya tinitus (telinga berdenging) (Irma &Intan, 2013). Kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita, karena dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan salah komunikasi. Tingkat gangguan tersebut ditentukan oleh tiga aspek yaitu lama pajanan kebisingan, intensitas kebisingan dan frekuensinya. Kebisingan yang berlangsung lama akan memperburuk pendengaran. Intensitas yang sangat kuat dapat mengganggu pendengaran, bahkan akibat paling buruk adalah manusia bisa tuli. Aspek yang ketiga adalah frekuensi yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga setiap detik. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Hertz (Hz) (Purnomo, 2003). Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran kebisingan yang telah dilakukan peneliti, bahwa tingkat kebisingan yang terjadi pada pabrik tersebut sebesar 92 dB(A). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas kebisingan yang terjadi melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/Men/X/2011 tentang faktor fisik dan kimia ditempat kerja yaitu 85 dB(A) untuk 8 jam kerja. Selain itu pekerja juga kurang disiplin dalam pemakaian alat pelindung diri (ear muff maupun ear plug) dan masa kerja pekerja lebih dari 5 tahun. Dari uraian diatas adanya kasus penurunan daya dengar pada pekerja berasal dari bunyi/suara yang tidak dikehendaki yang melebihi standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja pabrik di PG. POERWODADIE Magetan. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian observasional analitik, menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011). Penelitian dilaksanakan di PG. Poerwodadie Magetan pada bulan Juni-juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di PG. Poerwodadie sejumlah 182 orang. Besar sampel pekerja yang terpajan bising < NAB 103 orang. Sedangkan pada pada pekerja yang terpajan bising > NAB 79 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dan random sampling. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan tabulasi bantuan komputer program SPSS versi 21 dengan interpretasi hasil sebagai berikut: 1. Jika p value ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan 2. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Analisis Univariat 1) Karakteristik Responden a) Jenis Kelamin Dari hasil pengambilan data karakteristik responden, diketahui bahwa sampel yang menjadi subyek penelitian ini berjenis kelamin laki – laki. b) Usia Dari hasil pengambilan data karakteristik responden, diketahui bahwa sampel yang menjadi subyek penelitian ini berusia antara 20 – 45 tahun. Tabel 2. Frekuensi Usia Responden No. 1. 2. 3. 4. 5 Usia (tahun) 20 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 Jumlah Frekuensi 1 4 7 3 25 ∑ 40 Persentase (%) 2,5 10 17,5 7,5 62,5 ∑ 100 Mean: 39,10 Standar deviasi: 6.356 Berdasarkan tabel 2, frekuensi umur responden yang paling banyak adalah umur 41 – 45 tahun sebanyak 25 responden atau 62,5% dari jumlah sampel. Frekuensi umur responden yang paling sedikit adalah umur 20 – 25 tahun sebanyak 1 responden atau 2,5% dari jumlah sampel. Nilai mean pada tabel frekuensi umur responden adalah 39,10 dan standar deviasinya 6356. c) Masa Kerja Berdasarkan hasil pengambilan data karakteristik responden, masa kerja yang di ambil adalah > 5 tahun. Berikut distribusi respondennya Tabel 3. Frekuensi Masa Kerja Responden No. 1. 2. 3. 4. Masa Kerja (tahun) 5 – 10 11 – 16 17 – 22 23 – 28 Jumlah Frekuensi 15 7 9 9 ∑ 40 Persentase (%) 37,5 17,5 22,5 22,5 ∑ 100 Mean : 15,05 Standar deviasi : 7418 Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa frekuensi masa kerja responden yang paling banyak adalah masa kerja 5 – 10 tahun sebanyak 15 responden atau 37,5% dari jumlah sampel. Sedangkan frekuensi masa kerja responden yang paling sedikit adalah masa kerja 11 – 16 tahun sebanyak 7 responden atau 17,5% dari jumlah sampel. Nilai mean pada tabel frekuensi umur responden adalah 15,05 dan standar deviasinya 7456. d) Riwayat Penyakit Pendengaran Berdasarkan data responden dipoliklinik PG. Poerwodadie, bahwa subjek penelitian tidak mempunyai riwayat penyakit pendengaran sebelumnya baik bawaan sejak lahir maupun sebelum bekerja di PG. Poerwodadie Magetan. 2) Intensitas Kebisingan a) Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di lokasi > NAB Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi > NAB No Lokasi 1 Stasiun gilingan 2 Pabrik tengah 3 Sentral Listrik Mean :89,67 Standart deviasi:2.517 Intensitas kebisingan (dB) 87 90 92 Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013 Analisa Hasil > NAB >NAB >NAB b) Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi < NAB Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi < NAB No Lokasi Intensitas kebisingan (dB) 58 58 62 1 Pos satpam 2 Kantor 3 Garasi Mean :59.33 Standar deviasi :2309 Analisa Hasil < NAB < NAB < NAB Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013 3) Penurunan Daya Dengar Penurunan daya dengar dilakukan dengan menggunakan alat ukur audiometer dengan perolehan hasil sebagai berikut: 1) Lokasi terpapar > NAB Tabel 6. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kanan > NAB NO NAMA Daya dengar 4000 Hz TELINGA KANAN 500 1000 2000 4000 Keterangan 1 A 45 35 20 70 70 Penurunan daya dengar 2 B 25 20 10 30 30 Penurunan daya dengar 3 C 20 20 25 50 50 Penurunan daya dengar 4 D 25 60 10 25 30 Penurunan daya dengar 5 E 25 20 30 15 15 Normal 6 F 20 15 20 15 15 Normal 7 G 30 25 15 10 10 Normal 8 H 25 20 15 15 15 Normal 9 I 15 20 30 15 15 Normal 10 J 35 25 25 25 25 Normal 11 K 15 20 25 30 30 Penurunan daya dengar 12 L 35 30 10 20 20 Normal 13 M 35 15 30 15 15 Normal 14 N 25 25 35 10 10 Normal 15 O 30 25 15 65 65 Penurunan daya dengar 16 P 30 60 25 45 45 Penurunan daya dengar 17 Q 25 25 25 30 30 Penurunan daya dengar 18 R 40 20 15 30 30 Penurunan daya dengar 19 S 25 20 10 10 10 Normal 20 T 40 45 25 25 25 Normal Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013 Tabel 7. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kiri > NAB NO NAMA Daya dengar 4000 Hz TELINGA KIRI 500 1000 2000 4000 Keterangan 1 A 30 25 20 20 70 Penurunan daya dengar 2 B 30 20 15 35 35 Penurunan daya dengar 3 C 25 20 10 50 50 Penurunan daya dengar 4 D 30 25 10 35 35 Penurunan daya dengar 5 E 30 20 15 25 25 Normal 6 F 20 20 25 20 20 Normal 7 G 30 25 15 10 10 Normal 8 H 25 15 20 20 20 Normal 9 I 25 20 10 20 20 Normal 10 J 40 30 30 25 25 Normal 11 K 25 20 30 40 40 Penurunan daya dengar 12 L 30 20 15 20 20 Normal 13 M 30 25 15 15 15 Normal 14 N 35 25 25 20 20 Normal 15 O 15 20 20 60 60 Penurunan daya dengar 16 P 35 25 35 65 65 Penurunan daya dengar 17 Q 30 25 30 30 30 Penurunan daya dengar 18 R 35 30 20 30 30 Penurunan daya dengar 19 S 20 20 10 20 20 Normal 20 T 40 30 20 30 30 Penurunan daya dengar Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013 Berdasarkan tabel 7 dan 8 tersebut, diperoleh hasil pengukuran penurunan daya dengar pada telinga kiri dan kanan di lokasi yang terpapar intensitas kebisingan > NAB terdapat hasil tertinggi yaitu 70 dB (A). 2) Lokasi terpapar < NAB Tabel 8. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kanan < NAB 1 U 20 15 15 30 Daya dengar 4000 Hz 30 2 V 35 25 10 10 10 Normal 3 W 30 20 10 30 30 penurunan daya dengar 4 X 25 20 15 25 25 Normal 5 Y 25 20 10 15 15 Normal 6 Z 30 20 10 10 10 Normal 7 AA 35 20 10 15 15 Normal 8 BB 40 30 10 20 20 Normal 9 CC 25 25 15 15 15 Normal 10 DD 35 25 20 20 20 Normal 11 EE 35 25 15 25 25 Normal 12 FF 20 30 40 20 20 Normal 13 GG 20 60 25 20 20 Normal 14 HH 40 30 10 15 15 Normal 15 II 35 30 15 25 25 Normal 16 JJ 30 30 10 15 15 Normal 17 KK 30 25 15 25 25 Normal 18 LL 25 30 15 20 20 penurunan daya dengar 19 MM 25 25 15 10 10 Normal 20 NN 30 25 10 25 25 Normal No TELINGA KANAN NAMA 500 1000 2000 4000 Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013 Keterangan penurunan daya dengar Tabel 9. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kiri < NAB Daya No Keterangan dengar NAMA TELINGA KIRI 500 1000 2000 4000 Hz 4000 1 penurunan daya U 2 3 25 20 20 40 40 dengar 40 30 10 25 25 Normal 30 25 15 15 15 Normal 25 35 30 25 25 Normal V W 4 X 5 penurunan daya 20 35 25 35 35 dengar 30 30 25 25 25 Normal 35 30 25 25 25 Normal 25 20 25 15 15 Normal 30 15 10 20 20 Normal 35 25 15 25 25 Normal Y 6 7 8 9 10 Z AA BB CC DD 11 penurunan daya 35 25 30 30 30 dengar 40 30 30 25 25 Normal 35 25 20 20 20 Normal 30 25 10 10 10 Normal 35 30 20 25 25 Normal 30 25 10 15 15 Normal EE 12 13 14 15 16 FF GG HH II JJ 17 KK 18 30 20 25 25 25 Normal 25 20 15 20 20 Normal 35 30 20 10 10 Normal 30 25 10 10 10 Normal LL 19 MM 20 NN Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013 Berdasarkan tabel 9 dan 10 tersebut, diperoleh hasil pengukuran penurunan daya dengar pada telinga kiri dan kanan di lokasi yang terpapar intensitas kebisingan < NAB terdapat hasil tertinggi yaitu 40 dB (A). a. Analisis Bivariat Hasil analisis bivariat menggunakan SPSS 21 dengan uji statistik chi square sebagai berikut: Tabel 10. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar Telinga Kanan Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .038 Continuity Correction 2.976 1 .084 Likelihood Ratio 4.435 1 .035 4.286 b Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases .082 4.179 1 .041 40 Dari hasil uji statistik SPSS 21 menunjukkan bahwa pada telinga kanan nilai p = 0,038 , nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada telinga kanan. Tabel 11. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar Telinga Kiri .041 Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .018 Continuity Correction 4.103 1 .043 Likelihood Ratio 5.812 1 .016 5.584 b Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases .041 5.444 1 .020 40 Dari hasil uji statistik SPSS 21 menunjukkan bahwa pada telinga kanan nilai p = 0,018 , nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada telinga kiri. 2. Pembahasan a. Karakteristik Subjek Penelitian 1) Jenis Kelamin Responden penelitian pada penelitian ini berjenis kelamin laki – laki. Sehingga responden penelitian akan cenderung mengalami penurunan pendengaran karena menurut Anizar (2009) pria cenderung mengalami kehilangan pendengaran lebih cepat dari pada wanita 2) Usia Pada tabel 2 terlihat bahwa nilai mean usia responden penelitian sebesar 39,10 tahun. Sehingga menurut Commite On Conservation Of Hearing Of American Academy Of Ortolarynology dapat dikatakan bahwa usia responden akan lebih terhindar dari penurunan pendengaran karena seseorang dalam usia produktif yaitu 15 – 55 tahun dapat terhindar dari presbiacussis (penurunan pendengaran) (Ballenger dalam Deo, 2012) Hasil pada tabel 2 tersebut akan menunjukkan bahwa jika terdapat penurunan pendengaran bukan karena usia. Karena menurut Intan & Irma .020 (2013) bahwa terjadinya penurunan pendengaran terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. 3) Masa Kerja Hasil analisa pada tabel 3 diketahui bahwa mean masa kerja responden sebesar 15,05 tahun tidak mempengaruhi terjadinya penurunan daya dengar. Karena menurut Pulat (1992), Grandjean (1993), Plog (1995), dan Dobie (1995) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa terjadinya penurunan daya dengar pada frekuensi 4000 Hz dibandingkan frekuensi lain menunjukkan bahwa kehilangan pendengaran tersebut disebabkan karena pemajanan kebisingan pada intensitas tinggi. 4) Riwayat Penyakit Pendengar Semua responden dalam penelitian ini tidak mempunyai riwayat penyakit pendengaran. Sehingga menunjukkan bahwa jika terjadi penurunan pendengaran bukan disebabkan oleh karena penyakit sebelumnya dan hanya disebabkan karena kebisingan. Berdasarkan Harrianto (2008) beberapa penyakit yang pernah diderita sejak dalam kandungan perlu ditanyakan, karena penyakit tersebut dapat menyebabkan gangguan pendengaran sebelum terpajan bising di tempat kerja. b. Intensitas Kebisingan Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan menggunakan sound level meter pada lokasi yang terpajan intensitas kebisingan > NAB dan < NAB yang dapat dilihat pada tabel 4 dan 5 bahwa lokasi pos satpam memiliki nilai intensitas kebisingan sebesar 58 dB(A), pada lokasi kantor memiliki nilai intensitas kebisingan sebesar 58 dB(A) sedangkan pada lokasi di garasi intensitas kebisingan memiliki nilai 62 dB(A). Pada lokasi – lokasi tersebut pekerja terpapar intensitas kebisingan selama 8 jam sehingga berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/Men/X/2011 tentang faktor fisik dan kimia ditempat kerja dapat dikatakan masih dibawah nilai ambang batas karena NAB kebisingan yaitu 85 dB(A) untuk 8 jam kerja. Sedangkan lokasi yang intensitas kebisingannya > NAB terdapat pada lokasi stasiun gilingan dengan memiliki intensitas kebisingan 87 dB(A), pada lokasi pabrik tengah intensitas bisingnya sebesar 90 dB(A) dan pada sentral listrik intensitas kebisingannya 92 dB(A) ketiga lokasi tersebut masih diatas nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk 8 jam kerja. c. Penurunan Daya Dengar Dari hasil pengukuran penurunan daya dengar menggunakan audiometri pada responden yang terpapar bising > NAB dan terpapar bising < NAB menunjukkan bahwa pada telinga kanan dan kiri mempunyai pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar. Hal tersebut sejalan dengan teori yang telah dikemukakan oleh Soepardi, dkk (2007) bahwa terjadinya penurunan daya dengar terjadi apabila daya dengarnya > 25 dB(A). Dan apabila daya dengarnya < 25(A) dianggap normal. d. Analisis Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar Kebisingan merupakan semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan penurunan daya dengar (Anizar, 2009). Bising yang intensitasnya lebih dari 85 desibel dB(A) dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz (Soepardi,dkk, 2007). Dari hasil diperoleh bahwa nilai p < 0,05 sehingga menunjukkan pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan. Sehingga hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Anizar (2009) jika terpapar kebisingan yang berlebihan dapat merusak telinga bagian dalam sehingga kemampuan untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi menjadi hilang dan dapat meningkatkan kerusakan hingga suara berfrekuensi rendah tidak dapat didengar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh Muslichah Iriani (2009) menyimpulkan bahwa adanya pengaruh paparan bising terhadap gangguan pendengaran pada pekerja di PT. GE LIGHTING Indonesia Yogyakarta. Sedangkan pada penelitian Marselina Deo (2012) menyimpulkan bahwa ada pengaruh paparan bising terhadap gangguan fungsi pendengaran pada tenaga kerja di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA. D. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Intensitas kebisingan di PG. Poerwodadie Magetan pada lokasi yang terpapar intensitas kebisingan > NAB nilai rata-ratanya 89,67 dB(A). sedangkan pada lokasi yang terpapar intensitas kebisingan < NAB nilai rata-ratanya 59,33 dB(A). 2. Dengan uji statistik Chi Square di peroleh hasil penurunan daya dengar pada telinga kanan p = 0,038 dan pada telinga kiri p = 0,018 yang menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan. B. Saran 1. Bagi Perusahaan a. Sebaiknya perusahaan melakukan pengukuran faktor fisik terutama kebisingan secara rutin untuk mengetahui tingkat kebisingan sehingga jika diketahui terdapat kebisingan yang melebihi NAB dapat segera dilakukan pengendalian bising yaitu: 1) Pengendalian pada sumber 2) Pengendalian pada media bising 3) Pengendalian pada penerima Guna mengurangi penurunan daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie sehingga produktivitas kerja meningkat. b. Sebaiknya perusahaan mewajibkan, memberi motivasi dan memantau pekerjanya untuk membiasakan diri dan disiplin dalam pemakaian alat pelindung diri (ear plug dan ear muff) agar tidak terjadi penurunan daya dengar. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pengembangan penelitian lainnya terkait dengan Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar pada Pekerja. Daftar Pustaka Admin. 2009. PG. POERWODADIE. Di unduh: 21 April 2013. http://www.ptpn11.com/pg-poerwodadie.html Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Deo, Marselina. 2012. Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran pada Tenaga Kerja Bagian Weaving di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Iriani, Muslichah. 2009. Pengaruh Paparan Bising terhadap Gangguan Pendengaran pada Pekerja di PT. GE LIGHTING INDONESIA YOGYAKARTA. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Irma, I dan Intan A. 2013. Penyakit Gigi, Mulut, dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika. Mulia R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purnomo, H. 2003. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Soepardi E.A., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R.D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jakarta: FK UI. Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.