Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada

advertisement
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil di Kelurahan Balai Gadang
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2011
Ika Putri Ramadhani, M. Biomed 1, and Fanny Ayundia, S.SiT2, Gusrianti, SKM3
Akademi kebidanan Alifah Padang, Sumatera Barat
Email: [email protected]
Abstract — The immediate cause of the highest maternal mortality
due to haemorrhage. Bleeding is one of the factors that is anemia.
The incidence of anemia in the province of West Sumatra is high in
Indonesia of 82.6 %. Research conducted by Murbas (2007) found
that pregnant women anemia was 60.9 % in the city of Padang. The
purpose of this study was to determine the factors associated with
the incidence of anemia in pregnant women in Balai Gadang
subdistrict of Koto Tangah Padang in 2011. The study design was
a cross sectional study. Population of 116 pregnant women.
Sampling techniques with simple random sampling. Data collection
tool was a questionnaire. Data analysis was performed using
univariate and bivariate statistics using Chi Square test ( p < 0.05 ).
Data collection was conducted in November 2011. The results
showed 58.6% of pregnant women in Balai Gadang Subdistrict of
Koto Tangah Padang experiencing anemia. A total of 38.8 % of
respondents aged more than 35 years. Respondents who have parity
more than 3 as much as 36.2%. Respondents with pregnancy
spacing less than 2 years by 31%. The level of knowledge is at most
moderate as many as 47.4 %. Statistical tests found no significant
association of age Pregnant women with anemia ( p = 0.006 ), there
is a significant association of parity with anemia (p = 0.000), there
is a significant association with anemia of pregnancy distance (p =
0.03) and there is also the knowledge level relationships pregnant
women with anemia (p = 0.04). The above results suggest that there
are significant relationship between age, parity, pregnancy and
level of knowledge of the distance to the incidence of anemia in
pregnant women. For that, health center has to build collaboration
with the health vlunteer to improve giving information about the
dangers of anemia in pregnancy and how to handle it.
Keywords: Age , Parity , Distance Pregnancy , Knowledge Level ,
Anemia
I. PENDAHULUAN
Milenium Development Goals (MDGs) merupakan
suatu komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia
dan pemberantasan kemiskinan. MDGS mempunyai beberapa
tujuan dan target. Salah satu target MDGS adalah
meningkatkan kesehatan Ibu. Dari semua target MDGs,
kinerja penurunan angka kematian Ibu secara global masih
rendah. Angka kematian Ibu melahirkan (MMR/Maternal
Mortality Rate) di Indonesia menurun dari 390 pada tahun
1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan
kerja keras untuk mencapai target tersebut. Target MDGs
adalah untuk menurunkan rasio hingga tiga perempatnya dari
angka tahun 1990. Target MDGs menurunkan Angka
Kematian Ibu adalah 110 jika rasio pada tahun 1990 adalah
450 (http://www.undp.or.id , diakses tanggal 4 Januari 2011).
Tingginya angka kematian Ibu di Indonesia sampai
saat ini masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di
bidang kesehatan. Tingginya angka kematian Ibu
menunjukkan
derajat
kesehatan
masyarakat
dan
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat serta
kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian
Ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%)
dan abortus (5%). Penyebab kematian langsung tersebut tidak
dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar
belakang (underlying faktor), yang mana bersifat medik
maupun non medik. Faktor non medik diantaranya keadaan
kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan Ibu, lingkungan
hidup, perilaku, dan lain-lain (Wasnidar, 2007: 87).
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan
kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Ibu di Indonesia
masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain di
ASEAN (Depkes, 2007). Menurut SKRT (2001) AKI di
Indonesia adalah sebesar 343 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 AKI turun menjadi 307,
tahun 2005 menjadi 262 dan tahun 2006 menjadi 253 per
100.000 kelahiran hidup. AKI tahun 2007 sebesar 248 per
kelahiran hidup dan tahun 2009 AKI menjadi 226 per
kelahiran hidup (Depkes, 2007). AKI di Indonesia masih
relatif tinggi dibandingkan dengan Negara-negara anggota
ASEAN. Risiko kematian Ibu karena melahirkan di Indonesia
adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan Thailand yaitu 1 dari
1.100 (WHO, 2002).
Angka Kematian Ibu di Sumatera Barat tahun 2006
sebesar 230 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar
229 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2008 sebesar
211,9 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sumbar, 2009).
Perdarahan merupakan salah satu faktor yang
disebabkan karena anemis, baik perdarahan antepartum
maupun perdarahan postpartum (Wylie, 2010: 87).
Perdarahan, yang biasanya tidak dapat diperkirakan dan
terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen
kematian Ibu. Kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi
karena retensio plasenta dan atonia uteri (Depkes, RI., 2003).
Angka kejadian anemia termasuk tinggi di Indonesia
adalah provinsi Sumatera Barat (82,6 %) dan yang terendah
adalah Sulawesi Tengah. Dampak buruk anemia defisiensi zat
besi pada wanita hamil dan janin sangat serius, maka perlu
kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini
(Amiruddin, 2007).
Profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2006 jumlah
Ibu dengan kehamilan berisiko tinggi sebanyak 15.137
(14,21%) salah satu penyebabnya adalah anemia dalam
kehamilan sebanyak (6,34%).
Faktor penyebab kejadian anemia diantaranya faktor
langsung (interval kehamilan, paritas, intake makanan yang
kurang, gangguan absorbsi, kehilangan darah yang banyak,
usia kehamilan dan penyakit kronik). Sedangkan secara tidak
langsung disebabkan pengetahuan, pendidikan, status
ekonomi, sistim pelayanan yang rendah, faktor biologis dan
budaya (Manuaba, 2002: 56).
Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk
mengetahui hubungan usia, paritas, jarak kehamilan dan
tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang anemia dengan
kejadian anemia pada Ibu hamil di Kelurahan Balai Gadang
tahun 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan usia, paritas, jarak kehamilan dan tingkat
pengetahuan Ibu hamil dengan kejadian anemia pada Ibu
hamil di Kelurahan Balai Gadang tahun 2011.
II.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Metode
yang
digunakan adalah survey dengan menggunakan
kuesioner yang diisi langsung oleh responden, sedangkan
menurut waktu pengambilannya termasuk cross sectional.
Sampel pada penelitian ini adalah semua Ibu hamil yang
berada di Kelurahan Balai Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Air Dingin. Besar sampel didapatkan
sebanyak 162
responden.
Pengambilan sampel telah dilakukan di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah. Kelurahan Balai
Gadang terdapat 4 (empat) desa yaitu Desa Air Dingin, Sei.
Bangek, Tanjung Aur dan Baringin. Sampel diambil pada
masing-masing desa menggunakan probability sampling.
Jumlah Ibu hamil yang ada di Kelurahan Balai Gadang
sebanyak 279 Ibu hamil. Desa Air dingin terdapat 80 Ibu
hamil, kemudian diambil secara proporsional sebanyak 46
responden. Desa Sei. Bangek terdapat 68 Ibu hamil dan
diambil sebanyak 39 responden. Desa Baringin terdapat 65
Ibu hamil dan diambil sebanyak 38 responden. Desa Tanjung
Aur terdapat 66 Ibu hamil dan diambil sebanyak 38
responden. Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 162
responden. Tetapi sampel yang telah diteliti sebanyak 116
responden. Hal ini disebabkan oleh Ibu hamil waktu dilakukan
penelitian sudah banyak yang melahirkan. Kemudian sampel
diambil dengan cara simple random sampling
yaitu
responden yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan
dalam penelitian kemudian setiap responden diseleksi secara
acak (Nursalam, 2003 : 97).
III. HASIL
DISTRIBUSI FREKUENSI UMUR RESPONDEN
20-35 tahun
> 35 tahun
38,8%
61,2%
Gambar 1
Distribusi Frekuensi umur responden di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah
Tahun 2011
Pada gambar 1 dapat dilihat umur responden
dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu umur < 20 tahun, 2035 tahun dan > 35 tahun. Responden yang didapatkan adalah
hanya yang berumur 20-35 tahun dan > 35 tahun. Pada
penelitian ini dari 116 responden yang berumur > 35 tahun
yaitu sebanyak 45 (38,8%) responden.
DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENDIDIKAN
RESPONDEN
10,3%
PT
SD
SMP
SMA
42,2%
Gambar 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan
Koto Tangah Tahun 2011
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan responden pada penelitian ini yang paling banyak
adalah tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 49 (42,2%)
responden dan tingkat pendidikan paling rendah adalah SD
dan Perguruan tinggi sebanyak 12 (10,3%) responden.
DISTRIBUSI
RESPONDEN
FREKUENSI
JENIS
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa paritas ibu hamil
>3 didapatkan sebanyak 42 (36,2%) responden.
PEKERJAAN
63,8%
Percent
60
2,6%
36,2%
40
97,4
%
20
0
2-3
Gambar 3
Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden
di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan
Koto Tangah Tahun 2011
Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dari 116 responden,
jenis pekerjaan responden paling banyak adalah Ibu Rumah
Tangga (IRT) sebanyak 113 (97,4%) responden.
DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN ANEMIA
RESPONDEN
Distribusi frekuensi kejadian anemia responden dapat
dilihat pada gambar 4.4 bahwa dari 116 responden sebanyak
68 (58,6%) responden mengalami anemia.
60
Gambar 5
Distribusi Frekuensi Paritas Responden di kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah
Tahun 2011
DISTRIBUSI FREKUENSI JARAK KEHAMILAN
RESPONDEN
Pada gambar 6 dapat dilihat dari 116 responden
didapatkan rata-rata jarak kehamilan responden < 2 tahun
yaitu sebanyak 36 (31%) responden.
69 %
60
58,6%
50
>3
41,4%
40
31%
40
Percent
30
20
20
10
0
≥2 tahun
< 2 tahun
0
anemia
tidak anemia
Gambar 4
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Responden di
Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun
2011
DISTRIBUSI FREKUENSI PARITAS RESPONDEN
Gambar 6
Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan Responden
di kelurahan Balai Gadang Kecamatan
Koto Tangah Tahun 2011
DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN
RESPONDEN TENTANG ANEMIA
HUBUNGAN PARITAS
KEJADIAN ANEMIA
IBU
HAMIL
DENGAN
47,4%
50
Tabel 3
Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di
Kel. Balai Gadang Kec. Koto TangahTahun 2011
40
31,9
%
30
Percent
Paritas
Kadar Hb (g%)
Total
Anemia
Tidak
Anemia
f
%
F
%
F
%
2–3
33
44,6
41
55,4 74
100
>3
35
83,3
7
16,7 42
100
Total
68
58,6
48
41,4 116 100
α =0.05
p= 0,000
20,7%
20
10
0
Tinggi
Sedang
Gambar 7
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
tentang Anemia di Kelurahan Balai Gadang
Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011
Rendah
Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa dari 116 responden,
sebanyak 55 (47,4%) responden dengan tingkat pengetahuan
sedang tentang anemia pada Ibu hamil dan sebanyak 24
(20,7%) responden dengan tingkat pengetahuan rendah.
HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN
ANEMIA
Tabel 2
Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di
Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah
Tahun 2011
Umur
Tidak Berisiko
≥20 dan <35
Berisiko >35
Total
α = 0.05
Kadar Hb (g%)
Anemia
Tidak
Anemia
f
%
F
%
34
47,9 37
52,1
F
71
%
100
34
75,6
11
45
100
68
58,6
48
41,4
p= 0,006
116
100
24,4
Total
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hhdari 116
responden, terdapat 71 responden yang berumur 20-35 tahun,
yang anemia sebanyak 47,9%, angka ini lebih rendah
dibandingkan dengan responden yang tidak anemia yaitu
sebesar 52,1%.
Dari 116 responden, terdapat 45 responden yang
berumur >35 tahun, yang menderita anemia sebanyak 75,6%,
angka ini lebih tinggi dibandingkan yang tidak anemia yaitu
sebesar 24,4%. Hasil uji statistik didapatkan terdapat
hubungan yang bermakna usia Ibu hamil dengan kejadian
anemia (p=0.006).
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 116
responden, terdapat 74 responden dengan paritas 2-3, yang
mengalami anemia sebanyak 44,6%, angka ini lebih rendah
dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar 55,4%.
Dari 116 responden, terdapat 42 responden dengan
paritas >3, yang mengalami anemia sebanyak 83,3%, angka
ini lebih tinggi dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar
16,7%. Paritas Ibu hamil dengan kejadian anemia mempunyai
hubungan yang signifikan dimana hasil uji statistik didapatkan
nila p = 0,000.
HUBUNGAN
JARAK
KEJADIAN ANEMIA
KEHAMILAN
DENGAN
Tabel 4
Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia di
Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun
2011
Jarak
Kehamilan
Kadar Hb (g%)
Anemia
Tidak Anemia
f
%
F
%
≥ 2 tahun
39 48,8
41
51,3
< 2 Tahun
29 80,6
7
19,4
Total
68 58,6
48
41,4
α =0.05
p= 0,03
Total
F
80
36
116
%
100
100
100
Pada tabel 4.4 dapat dilihat ada dari 80 responden
dengan jarak kehamilan ≥ 2 tahun yang mengalami anemia
sebanyak 39 (48,8%) responden dibandingkan dengan tidak
anemia yaitu sebanyak 41 (51,3%) responden. Sedangkan
sebanyak 36 responden dengan jarak kehamilan < 2 tahun,
yang mengalami anemia lebih banyak dari tidak anemia yaitu
sebanyak 29 (80,6%) responden. Dari data ini terlihat ada
kecenderungan bahwa jarak kehamilan < 2 tahun mempunyai
resiko untuk terjadinya anemia. Terdapat hubungan yang
signifikan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil (p= 0,03).
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 116
responden, terdapat 24 responden dengan tingkat pengetahuan
rendah, yang mengalami anemia sebanyak 58,3%, angka ini
lebih tinggi dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar
41,7$. Kemudian dari 116 responden, terdapat 55 responden
yang memliki tingkat pengetahuan sedang, yang mengalami
anemia sebanyak 69,1%, angka ini lebih tinggi dibandingkan
yang tidak anemia yaitu sebesar 30,9%. Sedangkan dari 116
responden, terdapat 21 responden memiliki tingkat
pengetahuan tinggi, yang mengalami anemia sebanyak 43,2%,
angka ini lebih rendah dibandingkan yang tidak anemia yaitu
sebesar 56,8%. Dari data ini dapat dilihat adanya
kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka semakin sedikit kejadian anemia.
Berdasarkan uji statistic terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia (p=0,04).
Tabel 5
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentanAnemia
dengan Kejadian Anemia di Kelurahan Balai Gadang
Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011
Tingkat
Pengetahuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
α =0.05
Kadar Hb (g%)
Anemia
f
14
38
16
68
%
58,3
69,1
43,2
58,6
Total
Tidak
Anemia
F
%
10
41,7
17
30,9
21
56,8
48
41,4
p= 0,04
F
24
55
21
116
%
100
100
100
100
IV. PEMBAHASAN
1.
ANALISA UNIVARIAT
A. DISTRIBUSI FREKUENSI USIA RESPONDEN
Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu
sebanyak 71 reponden (61,2%). Umur akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Umur reproduksi yang optimal bagi
Ibu hamil antara umur 20-35 tahun. Apabila di bawah 20
tahun, maka meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan
karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum
sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya
pun belum siap menerima kehamilan, sedangkan pada usia >
35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di
usia ini (Manuaba, 2001).
B. DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN ANEMIA
RESPONDEN
Data yang terdapat pada gambar 4 menunujukkan
bahwa sebagian besar responden menderita anemia yaitu
sebanyak 68 (58,6%) responden dari 116 responden. Pada Ibu
hamil terjadi peningkatan volume plasma darah sehingga
terjadi hypervolemia dan bertambahnya sel-sel darah merah
sedikit dibandingkan dengan peningkatan volume plasma,
sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) (Manuaba,
2001). Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat.
Peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin
untuk pertumbuhan (pertumbuhan janin memerlukan banyak
sekali zat besi), pertumbuhan plasenta dan peningkatan
volume darah Ibu: jumlahnya sekitar 1000 mg selama hamil
(Arisman, 2004: 65).
C. DISTRIBUSI FREKUENSI PARITAS RESPONDEN
Responden yang memliki paritas >3 sebanyak 42
(36,2%) responden. Semakin banyak jumlah kelahiran yang
dialami oleh seorang wanita akan semakin tinggi risikonya
untuk mengalami komplikasi. Makin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Paritas dua
sampai tiga merupakan paritas paling aman, Paritas tinggi
(lebih dari tiga) mempunyai resiko tinggi dan berpeluang pada
angka kematian lebih tinggi (Nining, 2002).
D. DISTRIBUSI FREKUENSI JARAK KEHAMILAN
RESPONDEN
Pada gambar 4.6 menunjukan bahwa responden
memiliki jarak kehamilan <2 tahun sebesar 35 (31%)
responden. Salah satu penyebab yang dapat mempercepat
kejadian anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek.
Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan
mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal.
Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun agar
badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus
menghabiskan cadangan zat besi (Ammirudin, 2004).
E. DISTRIBUSI
FREKUENSI
PENGETAHUAN
RESPONDEN
ANEMIA PADA IBU HAMIL
TINGKAT
TENTANG
Pada gambar 7 menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan dan wawasan tentang
anemia pada kehamilan dalam tingkat sedang. Hal ini
ditunjang oleh tingkat pendidikan sebagian besar responden
adalah SMA. Sebagian besar responden mempunyai
pendidikan sampai tingkat SMA yaitu sebanyak 49 (42,2%)
responden dari 116 responden. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan
(Soekanto, 2002). Pendidikan adalah suatu proses belajar yang
berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang terhadap individu, kelompok atau
masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
2.
ANALISA BIVARIAT
A. HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN
KEJADIAN ANEMIA
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 116
responden, yang mempunyai umur 20-35 tahun cederung
sedikit mengalami anemia yaitu dari 71 responden yang
anemia sebanyak 34 (47,9%) responden, sedangkan yang
tidak anemia sebanyak 37 (52,1%) responden. Tetapi
responden yang berusia > 35 tahun cenderung lebih banyak
mengalami anemia yaitu sebesar 34 (75,6%) responden dari
45 responden. Faktor umur sangat perlu diperhatikan karena
kebutuhan zat gizi disetiap golongan umur berbeda-beda,
karena umur menentukan ada tidaknya proses pertumbuhan.
Secara statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan
antara kelompok umur dengan status anemia dimana p =
0,006.
Menurut asumsi peneliti bahwa seorang Ibu
sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena pada usia ini
disebut sebagai usia reproduktif sehat dan perlu juga didukung
oleh status gizi yang baik dan dilakukan pemeriksaan
kehamilan dengan teratur agar Ibu tidak terkena anemia.
B. HUBUNGAN PARITAS DENGAN ANEMIA PADA
IBU HAMIL
Hubungan paritas dengan kejadian anemia secara
statistik menunjukan hubungan yang bermakna dimana nilai
p=0,000. Ibu hamil yang mempunyai jumlah kelahiran > 3
lebih banyak menderita anemia yaitu sebesar 35 (83,3%)
responden. Sedangkan Ibu hamil yang mempunyai jumlah
kelahiran 2-3 banyak yang tidak mengalami anemia yaitu
sebesar 7 (16,7%) responden.
Menurut asumsi peneliti seorang Ibu yang sering
melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada
kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan
nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk
Ibu dan untuk janin yang dikandungnya.
C. HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA
Dari 116 responden, terdapat 36 responden dengan
jarak kelahiran <2 tahun, sebanyak 80,6% menderita anemia,
angka ini lebih kecil daripada yang tidak anemia. Uji statistik
menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara jarak
kehamilan dengan status anemia, dimana nilai p=0,03.
Menurut Depkes RI (2000) jumlah kelahiran yang baik agar
terwujudnya keluarga sejahtera dan sehat adalah berjumlah 2
anak saja dengan jarak kelahiran sama dengan atau lebih dari
3 tahun.
Menurut asumsi peneliti salah satu penyebab yang
dapat mempercepat kejadian anemia pada wanita adalah jarak
kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang
merupakan mekanisme biologis dan memulihkan faktor
hormonal. Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2
tahun agar badan ibu siap untuk menerima janin kembali
tanpa harus menghabiskan cadangan zat besi.
D. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG ANEMIA DENGAN
KEJADIAN
ANEMIA
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa Ibu yang
mempunyai tingkat pengetahuan rendah (58,3%) dan sedang
(69,1%) lebih banyak mengalami anemia dibandingkan
dengan Ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi (43,2%).
Berdasarkan uji statistik dengan Chi Square menunjukan
bahwa probabilitas lebih kecil dari α (0,04<0,05) berarti Ho
ditolak. Berarti terdapat hubungan yang signifkan tingkat
pengetahuan dengan kejadian anemia.
Hal ini disebabkan karena Ibu hamil lebih banyak
mempunyai latar belakang pendidikan SMA. Artinya dengan
tingkat pendidikan Ibu rendah diasumsikan pengetahuannya
tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya
anemia pada Ibu hamil, dan sebaliknya, jika Ibu hamil
berpendidikan tinggi, sehingga diasumsikan kecil peluangnya
untuk terjadi anemia. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa
dengan kurangnya pengetahuan Ibu hamil tentang gizi dan
anemia mengakibatkan kemungkinan rendahnya kadar
hemoglobin Ibu juga makin besar. Pengetahuan gizi yang
kurang mempengaruhi cara memilih makanan yang banyak
mengandung sumber zat besi yang tinggi dengan harga yang
terjangkau sekaligus mempengaruhi cara memilih bahan
makanan sebagai penghambat dan pemacu penyerapan zat
besi sehingga tidak banyak zat besi yang terbuang (Arisman,
2004).
Selain pengetahuan responden tentang gizi yang
kurang, pengetahuan responden tentang cara mengkonsumsi
tabelt Fe juga masih kurang. Ada beberapa pertanyaan yang
ditanyakan melalui kuesioner tentang cara mengkonsumsi
tabelt Fe, banyak responden yang tidak bisa menjawab. Salah
satunya
pertanyaannya
adalah
kapan
sebaiknya
mengkonsumsi tablet Fe.
Pengetahuan mengenai cara mengkonsumsi tabelt Fe
ini sangat penting karena melalui pengetahuan inilah anemia
bisa dicegah. Jika Ibu hamil tahu kapan sebaiknya tabelt Fe
dikonsumsi maka penyerapan tabelt Fe dapat maksimal
sehingga anemia tidak terjadi. Tabelt Fe sebaiknya
dikonsumsi 30 menit sebelum makan pada malam hari.
Peneliti berasumsi bahwa Ibu hamil lebih banyak
mempunyai latar belakang pendidikan SMA. Artinya dengan
tingkat pendidikan Ibu yang sebagian besar tamatan SMA
diasumsikan pengetahuannya tentang gizi dan cara
mengkonsumsi tabelt Fe masih kurang, sehingga berpeluang
untuk terjadinya anemia pada Ibu hamil, dan sebaliknya, jika
Ibu hamil berpendidikan tinggi, sehingga diasumsikan kecil
peluangnya untuk terjadi anemia. Hal tersebut sesuai dengan
teori bahwa dengan kurangnya pengetahuan Ibu hamil tentang
gizi dan anemia mengakibatkan kemungkinan rendahnya
kadar hemoglobin Ibu juga makin besar.
V.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dan pembahasan yang
telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Lebih dari separuh (58,6%) responden di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang
Tahun 2011 mengalami anemia.
Kurang dari separuh (38,8%) responden di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang
Tahun 2011 berusia > 35 tahun.
Kurang dari separuh (36,2%) responden di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang
Tahun 2011 mempunyai paritas >3.
Kurang dari separuh (31%) responden di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang
Tahun 2011yang mempunyai jarak kehamilan <2
tahun.
Kurang dari separuh (47,4%) responden di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang
Tahun 2011 mempunyai tingkat pengatahuan sedang.
Terdapat hubungan yang signifikan umur Ibu hamil
dengan kejadian anemia.
Terdapat hubungan yang signifikan paritas Ibu hamil
dengan kejadian anemia.
Terdapat hubungan yang signifikan jarak kehamilan
dengan kejadian anemia.
Terdapat hubungan yang signifikan tingkat
pengetahuan tentang anemia pada Ibu hamil dengan
kejadian anemia
[13] Depkes RI, 2003. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
[14] Depkes RI, 2001. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
[15] Dharma dkk, 2006
Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin. Jakarta: Bagian
2.
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Diunduh http://9monthsmagazine.blogspot.com. Diakses tanggal
17 Desember 2010
3.
[16] Dinkes Propinsi Sumatera Barat, 2009. Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sumbar 2009.
[17] Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2010. Profil Dinas Kesehatan
Sumatera Barat.
4.
[18] Dinkes Kota Padang, 2005. Profil Dinas Kesehatan Sumatera
Barat
[19] Dinkes Kota Padang, 2009. Profil Dinas Kesehatan Sumatera
Barat.
5.
[20] Dorlan, 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC
[21] Herlina N, 2008
Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Skripsi
6.
Universitas
Sumatera
Utara.
http://alijeco.blogspot.com/2008/05.html. diakses tanggal 13
Januari 2011
7.
[22] Litwin C, 2008
Serum Soluble Tranferrin Receptor: In Diagnosis of Iron
8.
Deficiency Anemia. http://www.aruplab.com/Default.htm. diakses
tanggal 13 Januari 2011
9.
[23] Mahdin, 2002
Aspek-Aspek Konsekuensi Fungsional Anemia Gizi Kurang Zat
Besi. Medika no.4: 370.
[24] Manuaba I.B.G, 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta: EGC
[25] Mohan LK & Arlin MT, 2002
DAFTAR PUSTAKA
Food Nutrition and Diet Therapy. Eds Krause’s. 9th Edition.
Philadelphia: WB. Saunders Company
[1] Almatsier S, 2001 Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT [26] Murbas, 2007
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia
Gramedia Pustaka Utama
dengan Kadar hemoglobin di Sumatera Barat. Skripsi Fakultas
[2] Amiruddin & Wahyudin, 2004
Kedokteran, Padang
Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis terhadap Kejadian Anemia
[27] Notoatmodjo S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Ibu Hamil di Puskesmas Batimurun. Diunduh
Rineka Cipta
http://www.ridwanamiruddin.wordpress.com. Diakses tanggal 3
[28] Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Januari 2011
Jakarta: Rhineka Cipta
[3] Amiruddin, 2007
Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia
(Evidence Based). Diunduh http://anemia.htm. Diakses tanggal
5 Januari 2011
[4] Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik .
Jakarta: PT Rhineka Cipta
[5] Arisman, 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
[6] Arisman, 2005
Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Jakarta:
Penerbit widya Medika
[7] Atmarita & tatang S, 2004
Analisis Status Gizi dan Kesehatan masyarakat. Jakarta:
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
[8] Budiyanto MAK, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang
[9] Bunn H, 2002
Patofisiologi Anemia. Dalam: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, eds Harrison. Volume 4. Jakarta: EGC
[10] Brody T, 2002. Nutritional Biochemistry. California: Academy
Press.
[11] Czajka D, 2002
Minerals. In: Food, Nutrition & Diet Therapy. Eds Krause’s. 9th
Edition. Philadelphia: WB. Saunders Company
[12] Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta
Download