Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2011 Ika Putri Ramadhani, M. Biomed 1, and Fanny Ayundia, S.SiT2, Gusrianti, SKM3 Akademi kebidanan Alifah Padang, Sumatera Barat Email: [email protected] Abstract — The immediate cause of the highest maternal mortality due to haemorrhage. Bleeding is one of the factors that is anemia. The incidence of anemia in the province of West Sumatra is high in Indonesia of 82.6 %. Research conducted by Murbas (2007) found that pregnant women anemia was 60.9 % in the city of Padang. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of anemia in pregnant women in Balai Gadang subdistrict of Koto Tangah Padang in 2011. The study design was a cross sectional study. Population of 116 pregnant women. Sampling techniques with simple random sampling. Data collection tool was a questionnaire. Data analysis was performed using univariate and bivariate statistics using Chi Square test ( p < 0.05 ). Data collection was conducted in November 2011. The results showed 58.6% of pregnant women in Balai Gadang Subdistrict of Koto Tangah Padang experiencing anemia. A total of 38.8 % of respondents aged more than 35 years. Respondents who have parity more than 3 as much as 36.2%. Respondents with pregnancy spacing less than 2 years by 31%. The level of knowledge is at most moderate as many as 47.4 %. Statistical tests found no significant association of age Pregnant women with anemia ( p = 0.006 ), there is a significant association of parity with anemia (p = 0.000), there is a significant association with anemia of pregnancy distance (p = 0.03) and there is also the knowledge level relationships pregnant women with anemia (p = 0.04). The above results suggest that there are significant relationship between age, parity, pregnancy and level of knowledge of the distance to the incidence of anemia in pregnant women. For that, health center has to build collaboration with the health vlunteer to improve giving information about the dangers of anemia in pregnancy and how to handle it. Keywords: Age , Parity , Distance Pregnancy , Knowledge Level , Anemia I. PENDAHULUAN Milenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. MDGS mempunyai beberapa tujuan dan target. Salah satu target MDGS adalah meningkatkan kesehatan Ibu. Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian Ibu secara global masih rendah. Angka kematian Ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) di Indonesia menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Target MDGs adalah untuk menurunkan rasio hingga tiga perempatnya dari angka tahun 1990. Target MDGs menurunkan Angka Kematian Ibu adalah 110 jika rasio pada tahun 1990 adalah 450 (http://www.undp.or.id , diakses tanggal 4 Januari 2011). Tingginya angka kematian Ibu di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Tingginya angka kematian Ibu menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat serta kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%) dan abortus (5%). Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying faktor), yang mana bersifat medik maupun non medik. Faktor non medik diantaranya keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan Ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain (Wasnidar, 2007: 87). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN (Depkes, 2007). Menurut SKRT (2001) AKI di Indonesia adalah sebesar 343 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 AKI turun menjadi 307, tahun 2005 menjadi 262 dan tahun 2006 menjadi 253 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tahun 2007 sebesar 248 per kelahiran hidup dan tahun 2009 AKI menjadi 226 per kelahiran hidup (Depkes, 2007). AKI di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan Negara-negara anggota ASEAN. Risiko kematian Ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan Thailand yaitu 1 dari 1.100 (WHO, 2002). Angka Kematian Ibu di Sumatera Barat tahun 2006 sebesar 230 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 229 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2008 sebesar 211,9 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, 2009). Perdarahan merupakan salah satu faktor yang disebabkan karena anemis, baik perdarahan antepartum maupun perdarahan postpartum (Wylie, 2010: 87). Perdarahan, yang biasanya tidak dapat diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian Ibu. Kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri (Depkes, RI., 2003). Angka kejadian anemia termasuk tinggi di Indonesia adalah provinsi Sumatera Barat (82,6 %) dan yang terendah adalah Sulawesi Tengah. Dampak buruk anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin sangat serius, maka perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini (Amiruddin, 2007). Profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2006 jumlah Ibu dengan kehamilan berisiko tinggi sebanyak 15.137 (14,21%) salah satu penyebabnya adalah anemia dalam kehamilan sebanyak (6,34%). Faktor penyebab kejadian anemia diantaranya faktor langsung (interval kehamilan, paritas, intake makanan yang kurang, gangguan absorbsi, kehilangan darah yang banyak, usia kehamilan dan penyakit kronik). Sedangkan secara tidak langsung disebabkan pengetahuan, pendidikan, status ekonomi, sistim pelayanan yang rendah, faktor biologis dan budaya (Manuaba, 2002: 56). Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui hubungan usia, paritas, jarak kehamilan dan tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang anemia dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Kelurahan Balai Gadang tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia, paritas, jarak kehamilan dan tingkat pengetahuan Ibu hamil dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Kelurahan Balai Gadang tahun 2011. II. METODA PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Metode yang digunakan adalah survey dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden, sedangkan menurut waktu pengambilannya termasuk cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah semua Ibu hamil yang berada di Kelurahan Balai Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin. Besar sampel didapatkan sebanyak 162 responden. Pengambilan sampel telah dilakukan di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah. Kelurahan Balai Gadang terdapat 4 (empat) desa yaitu Desa Air Dingin, Sei. Bangek, Tanjung Aur dan Baringin. Sampel diambil pada masing-masing desa menggunakan probability sampling. Jumlah Ibu hamil yang ada di Kelurahan Balai Gadang sebanyak 279 Ibu hamil. Desa Air dingin terdapat 80 Ibu hamil, kemudian diambil secara proporsional sebanyak 46 responden. Desa Sei. Bangek terdapat 68 Ibu hamil dan diambil sebanyak 39 responden. Desa Baringin terdapat 65 Ibu hamil dan diambil sebanyak 38 responden. Desa Tanjung Aur terdapat 66 Ibu hamil dan diambil sebanyak 38 responden. Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 162 responden. Tetapi sampel yang telah diteliti sebanyak 116 responden. Hal ini disebabkan oleh Ibu hamil waktu dilakukan penelitian sudah banyak yang melahirkan. Kemudian sampel diambil dengan cara simple random sampling yaitu responden yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian kemudian setiap responden diseleksi secara acak (Nursalam, 2003 : 97). III. HASIL DISTRIBUSI FREKUENSI UMUR RESPONDEN 20-35 tahun > 35 tahun 38,8% 61,2% Gambar 1 Distribusi Frekuensi umur responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 Pada gambar 1 dapat dilihat umur responden dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu umur < 20 tahun, 2035 tahun dan > 35 tahun. Responden yang didapatkan adalah hanya yang berumur 20-35 tahun dan > 35 tahun. Pada penelitian ini dari 116 responden yang berumur > 35 tahun yaitu sebanyak 45 (38,8%) responden. DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN 10,3% PT SD SMP SMA 42,2% Gambar 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden pada penelitian ini yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 49 (42,2%) responden dan tingkat pendidikan paling rendah adalah SD dan Perguruan tinggi sebanyak 12 (10,3%) responden. DISTRIBUSI RESPONDEN FREKUENSI JENIS Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa paritas ibu hamil >3 didapatkan sebanyak 42 (36,2%) responden. PEKERJAAN 63,8% Percent 60 2,6% 36,2% 40 97,4 % 20 0 2-3 Gambar 3 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dari 116 responden, jenis pekerjaan responden paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 113 (97,4%) responden. DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN ANEMIA RESPONDEN Distribusi frekuensi kejadian anemia responden dapat dilihat pada gambar 4.4 bahwa dari 116 responden sebanyak 68 (58,6%) responden mengalami anemia. 60 Gambar 5 Distribusi Frekuensi Paritas Responden di kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 DISTRIBUSI FREKUENSI JARAK KEHAMILAN RESPONDEN Pada gambar 6 dapat dilihat dari 116 responden didapatkan rata-rata jarak kehamilan responden < 2 tahun yaitu sebanyak 36 (31%) responden. 69 % 60 58,6% 50 >3 41,4% 40 31% 40 Percent 30 20 20 10 0 ≥2 tahun < 2 tahun 0 anemia tidak anemia Gambar 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 DISTRIBUSI FREKUENSI PARITAS RESPONDEN Gambar 6 Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan Responden di kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG ANEMIA HUBUNGAN PARITAS KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DENGAN 47,4% 50 Tabel 3 Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Kel. Balai Gadang Kec. Koto TangahTahun 2011 40 31,9 % 30 Percent Paritas Kadar Hb (g%) Total Anemia Tidak Anemia f % F % F % 2–3 33 44,6 41 55,4 74 100 >3 35 83,3 7 16,7 42 100 Total 68 58,6 48 41,4 116 100 α =0.05 p= 0,000 20,7% 20 10 0 Tinggi Sedang Gambar 7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Anemia di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 Rendah Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa dari 116 responden, sebanyak 55 (47,4%) responden dengan tingkat pengetahuan sedang tentang anemia pada Ibu hamil dan sebanyak 24 (20,7%) responden dengan tingkat pengetahuan rendah. HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA Tabel 2 Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 Umur Tidak Berisiko ≥20 dan <35 Berisiko >35 Total α = 0.05 Kadar Hb (g%) Anemia Tidak Anemia f % F % 34 47,9 37 52,1 F 71 % 100 34 75,6 11 45 100 68 58,6 48 41,4 p= 0,006 116 100 24,4 Total Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hhdari 116 responden, terdapat 71 responden yang berumur 20-35 tahun, yang anemia sebanyak 47,9%, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan responden yang tidak anemia yaitu sebesar 52,1%. Dari 116 responden, terdapat 45 responden yang berumur >35 tahun, yang menderita anemia sebanyak 75,6%, angka ini lebih tinggi dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar 24,4%. Hasil uji statistik didapatkan terdapat hubungan yang bermakna usia Ibu hamil dengan kejadian anemia (p=0.006). Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 116 responden, terdapat 74 responden dengan paritas 2-3, yang mengalami anemia sebanyak 44,6%, angka ini lebih rendah dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar 55,4%. Dari 116 responden, terdapat 42 responden dengan paritas >3, yang mengalami anemia sebanyak 83,3%, angka ini lebih tinggi dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar 16,7%. Paritas Ibu hamil dengan kejadian anemia mempunyai hubungan yang signifikan dimana hasil uji statistik didapatkan nila p = 0,000. HUBUNGAN JARAK KEJADIAN ANEMIA KEHAMILAN DENGAN Tabel 4 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 Jarak Kehamilan Kadar Hb (g%) Anemia Tidak Anemia f % F % ≥ 2 tahun 39 48,8 41 51,3 < 2 Tahun 29 80,6 7 19,4 Total 68 58,6 48 41,4 α =0.05 p= 0,03 Total F 80 36 116 % 100 100 100 Pada tabel 4.4 dapat dilihat ada dari 80 responden dengan jarak kehamilan ≥ 2 tahun yang mengalami anemia sebanyak 39 (48,8%) responden dibandingkan dengan tidak anemia yaitu sebanyak 41 (51,3%) responden. Sedangkan sebanyak 36 responden dengan jarak kehamilan < 2 tahun, yang mengalami anemia lebih banyak dari tidak anemia yaitu sebanyak 29 (80,6%) responden. Dari data ini terlihat ada kecenderungan bahwa jarak kehamilan < 2 tahun mempunyai resiko untuk terjadinya anemia. Terdapat hubungan yang signifikan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p= 0,03). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 116 responden, terdapat 24 responden dengan tingkat pengetahuan rendah, yang mengalami anemia sebanyak 58,3%, angka ini lebih tinggi dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar 41,7$. Kemudian dari 116 responden, terdapat 55 responden yang memliki tingkat pengetahuan sedang, yang mengalami anemia sebanyak 69,1%, angka ini lebih tinggi dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar 30,9%. Sedangkan dari 116 responden, terdapat 21 responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, yang mengalami anemia sebanyak 43,2%, angka ini lebih rendah dibandingkan yang tidak anemia yaitu sebesar 56,8%. Dari data ini dapat dilihat adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin sedikit kejadian anemia. Berdasarkan uji statistic terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia (p=0,04). Tabel 5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentanAnemia dengan Kejadian Anemia di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Tahun 2011 Tingkat Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi Total α =0.05 Kadar Hb (g%) Anemia f 14 38 16 68 % 58,3 69,1 43,2 58,6 Total Tidak Anemia F % 10 41,7 17 30,9 21 56,8 48 41,4 p= 0,04 F 24 55 21 116 % 100 100 100 100 IV. PEMBAHASAN 1. ANALISA UNIVARIAT A. DISTRIBUSI FREKUENSI USIA RESPONDEN Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 71 reponden (61,2%). Umur akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Umur reproduksi yang optimal bagi Ibu hamil antara umur 20-35 tahun. Apabila di bawah 20 tahun, maka meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya pun belum siap menerima kehamilan, sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (Manuaba, 2001). B. DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN ANEMIA RESPONDEN Data yang terdapat pada gambar 4 menunujukkan bahwa sebagian besar responden menderita anemia yaitu sebanyak 68 (58,6%) responden dari 116 responden. Pada Ibu hamil terjadi peningkatan volume plasma darah sehingga terjadi hypervolemia dan bertambahnya sel-sel darah merah sedikit dibandingkan dengan peningkatan volume plasma, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) (Manuaba, 2001). Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat. Peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin untuk pertumbuhan (pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi), pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah Ibu: jumlahnya sekitar 1000 mg selama hamil (Arisman, 2004: 65). C. DISTRIBUSI FREKUENSI PARITAS RESPONDEN Responden yang memliki paritas >3 sebanyak 42 (36,2%) responden. Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang wanita akan semakin tinggi risikonya untuk mengalami komplikasi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Paritas dua sampai tiga merupakan paritas paling aman, Paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko tinggi dan berpeluang pada angka kematian lebih tinggi (Nining, 2002). D. DISTRIBUSI FREKUENSI JARAK KEHAMILAN RESPONDEN Pada gambar 4.6 menunjukan bahwa responden memiliki jarak kehamilan <2 tahun sebesar 35 (31%) responden. Salah satu penyebab yang dapat mempercepat kejadian anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal. Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun agar badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besi (Ammirudin, 2004). E. DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN RESPONDEN ANEMIA PADA IBU HAMIL TINGKAT TENTANG Pada gambar 7 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan dan wawasan tentang anemia pada kehamilan dalam tingkat sedang. Hal ini ditunjang oleh tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah SMA. Sebagian besar responden mempunyai pendidikan sampai tingkat SMA yaitu sebanyak 49 (42,2%) responden dari 116 responden. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan (Soekanto, 2002). Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang terhadap individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007). 2. ANALISA BIVARIAT A. HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 116 responden, yang mempunyai umur 20-35 tahun cederung sedikit mengalami anemia yaitu dari 71 responden yang anemia sebanyak 34 (47,9%) responden, sedangkan yang tidak anemia sebanyak 37 (52,1%) responden. Tetapi responden yang berusia > 35 tahun cenderung lebih banyak mengalami anemia yaitu sebesar 34 (75,6%) responden dari 45 responden. Faktor umur sangat perlu diperhatikan karena kebutuhan zat gizi disetiap golongan umur berbeda-beda, karena umur menentukan ada tidaknya proses pertumbuhan. Secara statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara kelompok umur dengan status anemia dimana p = 0,006. Menurut asumsi peneliti bahwa seorang Ibu sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena pada usia ini disebut sebagai usia reproduktif sehat dan perlu juga didukung oleh status gizi yang baik dan dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar Ibu tidak terkena anemia. B. HUBUNGAN PARITAS DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Hubungan paritas dengan kejadian anemia secara statistik menunjukan hubungan yang bermakna dimana nilai p=0,000. Ibu hamil yang mempunyai jumlah kelahiran > 3 lebih banyak menderita anemia yaitu sebesar 35 (83,3%) responden. Sedangkan Ibu hamil yang mempunyai jumlah kelahiran 2-3 banyak yang tidak mengalami anemia yaitu sebesar 7 (16,7%) responden. Menurut asumsi peneliti seorang Ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk Ibu dan untuk janin yang dikandungnya. C. HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA Dari 116 responden, terdapat 36 responden dengan jarak kelahiran <2 tahun, sebanyak 80,6% menderita anemia, angka ini lebih kecil daripada yang tidak anemia. Uji statistik menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan status anemia, dimana nilai p=0,03. Menurut Depkes RI (2000) jumlah kelahiran yang baik agar terwujudnya keluarga sejahtera dan sehat adalah berjumlah 2 anak saja dengan jarak kelahiran sama dengan atau lebih dari 3 tahun. Menurut asumsi peneliti salah satu penyebab yang dapat mempercepat kejadian anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal. Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun agar badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besi. D. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah (58,3%) dan sedang (69,1%) lebih banyak mengalami anemia dibandingkan dengan Ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi (43,2%). Berdasarkan uji statistik dengan Chi Square menunjukan bahwa probabilitas lebih kecil dari α (0,04<0,05) berarti Ho ditolak. Berarti terdapat hubungan yang signifkan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia. Hal ini disebabkan karena Ibu hamil lebih banyak mempunyai latar belakang pendidikan SMA. Artinya dengan tingkat pendidikan Ibu rendah diasumsikan pengetahuannya tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia pada Ibu hamil, dan sebaliknya, jika Ibu hamil berpendidikan tinggi, sehingga diasumsikan kecil peluangnya untuk terjadi anemia. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa dengan kurangnya pengetahuan Ibu hamil tentang gizi dan anemia mengakibatkan kemungkinan rendahnya kadar hemoglobin Ibu juga makin besar. Pengetahuan gizi yang kurang mempengaruhi cara memilih makanan yang banyak mengandung sumber zat besi yang tinggi dengan harga yang terjangkau sekaligus mempengaruhi cara memilih bahan makanan sebagai penghambat dan pemacu penyerapan zat besi sehingga tidak banyak zat besi yang terbuang (Arisman, 2004). Selain pengetahuan responden tentang gizi yang kurang, pengetahuan responden tentang cara mengkonsumsi tabelt Fe juga masih kurang. Ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan melalui kuesioner tentang cara mengkonsumsi tabelt Fe, banyak responden yang tidak bisa menjawab. Salah satunya pertanyaannya adalah kapan sebaiknya mengkonsumsi tablet Fe. Pengetahuan mengenai cara mengkonsumsi tabelt Fe ini sangat penting karena melalui pengetahuan inilah anemia bisa dicegah. Jika Ibu hamil tahu kapan sebaiknya tabelt Fe dikonsumsi maka penyerapan tabelt Fe dapat maksimal sehingga anemia tidak terjadi. Tabelt Fe sebaiknya dikonsumsi 30 menit sebelum makan pada malam hari. Peneliti berasumsi bahwa Ibu hamil lebih banyak mempunyai latar belakang pendidikan SMA. Artinya dengan tingkat pendidikan Ibu yang sebagian besar tamatan SMA diasumsikan pengetahuannya tentang gizi dan cara mengkonsumsi tabelt Fe masih kurang, sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia pada Ibu hamil, dan sebaliknya, jika Ibu hamil berpendidikan tinggi, sehingga diasumsikan kecil peluangnya untuk terjadi anemia. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa dengan kurangnya pengetahuan Ibu hamil tentang gizi dan anemia mengakibatkan kemungkinan rendahnya kadar hemoglobin Ibu juga makin besar. V. KESIMPULAN Dari hasil analisis yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Lebih dari separuh (58,6%) responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011 mengalami anemia. Kurang dari separuh (38,8%) responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011 berusia > 35 tahun. Kurang dari separuh (36,2%) responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011 mempunyai paritas >3. Kurang dari separuh (31%) responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011yang mempunyai jarak kehamilan <2 tahun. Kurang dari separuh (47,4%) responden di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2011 mempunyai tingkat pengatahuan sedang. Terdapat hubungan yang signifikan umur Ibu hamil dengan kejadian anemia. Terdapat hubungan yang signifikan paritas Ibu hamil dengan kejadian anemia. Terdapat hubungan yang signifikan jarak kehamilan dengan kejadian anemia. Terdapat hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan tentang anemia pada Ibu hamil dengan kejadian anemia [13] Depkes RI, 2003. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta [14] Depkes RI, 2001. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta [15] Dharma dkk, 2006 Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin. Jakarta: Bagian 2. Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diunduh http://9monthsmagazine.blogspot.com. Diakses tanggal 17 Desember 2010 3. [16] Dinkes Propinsi Sumatera Barat, 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar 2009. [17] Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2010. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Barat. 4. [18] Dinkes Kota Padang, 2005. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Barat [19] Dinkes Kota Padang, 2009. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Barat. 5. [20] Dorlan, 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC [21] Herlina N, 2008 Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Skripsi 6. Universitas Sumatera Utara. http://alijeco.blogspot.com/2008/05.html. diakses tanggal 13 Januari 2011 7. [22] Litwin C, 2008 Serum Soluble Tranferrin Receptor: In Diagnosis of Iron 8. Deficiency Anemia. http://www.aruplab.com/Default.htm. diakses tanggal 13 Januari 2011 9. [23] Mahdin, 2002 Aspek-Aspek Konsekuensi Fungsional Anemia Gizi Kurang Zat Besi. Medika no.4: 370. [24] Manuaba I.B.G, 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC [25] Mohan LK & Arlin MT, 2002 DAFTAR PUSTAKA Food Nutrition and Diet Therapy. Eds Krause’s. 9th Edition. Philadelphia: WB. Saunders Company [1] Almatsier S, 2001 Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT [26] Murbas, 2007 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Gramedia Pustaka Utama dengan Kadar hemoglobin di Sumatera Barat. Skripsi Fakultas [2] Amiruddin & Wahyudin, 2004 Kedokteran, Padang Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis terhadap Kejadian Anemia [27] Notoatmodjo S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Ibu Hamil di Puskesmas Batimurun. Diunduh Rineka Cipta http://www.ridwanamiruddin.wordpress.com. Diakses tanggal 3 [28] Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Januari 2011 Jakarta: Rhineka Cipta [3] Amiruddin, 2007 Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia (Evidence Based). Diunduh http://anemia.htm. Diakses tanggal 5 Januari 2011 [4] Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rhineka Cipta [5] Arisman, 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC [6] Arisman, 2005 Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: Penerbit widya Medika [7] Atmarita & tatang S, 2004 Analisis Status Gizi dan Kesehatan masyarakat. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi [8] Budiyanto MAK, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang [9] Bunn H, 2002 Patofisiologi Anemia. Dalam: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, eds Harrison. Volume 4. Jakarta: EGC [10] Brody T, 2002. Nutritional Biochemistry. California: Academy Press. [11] Czajka D, 2002 Minerals. In: Food, Nutrition & Diet Therapy. Eds Krause’s. 9th Edition. Philadelphia: WB. Saunders Company [12] Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta