14 Warta Tbmbuhan Obat Indonesia Bacillus subtilis. KESIMPULAN Dengan melihat data yan,g diperoleh dari penelitian in~imaka diapat d i m~bilkesimpulan: I -1. 1.-2- 12-1 -...-- a:-- be1nvarna ooklat, berasa pahit, bersifat higroskopis d an .menga - lndung air 9%-10,1%, striknin 3,43%, arbutin, kumarin dan zat pahit. 2. Sediaan kapsul dari ekstrak kering SPW dried Sbychnos lilpstrina EIl. dapat dibuat dlzngan foxmula tertentu sehingga sifa~thigroskopis dari ekstrak k:ering tersebut bukan merupakan suatu hambatan dalam pembuatamya, atau dengan kata lain bentuk sediaan kapsul merupakan bentuk sediaan yang paling cocok dengan sifat ekstrak kering spmy dried Strychnos ligustina B1. bila dibandingkain dengan bentuk s,ediaan obat lainnya. 3. Kadar striknin dalam KapSUl eKstraK Kerlng spray dried Strychnos ligusnina B1. a1dalah 5 1ng dimanla ha1 ini menunjukkan bahqwa sediaaIn kapsul tersebut ;aman dipakai sebagai obat. 4. Hasil identifikasi menunjulclcan Danwa selain alkaloids dalam Strychnos ligustrina B1. juga terkandung arbutin, kumarin dan zat pahit. 5. Alkaloids total dari serbuk kayu Strychnos ligustrina BI. mempunyai daya antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis dengan MIC masing-masing sebesar 25 mg untuk bakteri ureus dan untuk balkteri 1. Heyne. K.., 1987', Tumbuhan Bergurla lndonesda Ill, ter- ....,. ". jem ahan , Badan Pen,nliti-n rl,an Pengcsmbangan Kehutanan Jakarta, Cstakan pertama, Jakarta. 2. Mclean, R.C. and W.R. hrimey Cook, Textbook of Theoritical Botrmy, Vol. It, Longmas, 1956, Green and I., LondonN ~I York, M Toronto. 3. Miller, I:.V.,The Chemistry of Plants, Chrspmann an~dHall Ltd, Lon1don, 1957, p. 174. te, R., et al, Antimicrobial and Antifungal Activities of u u udDimeric and Related Alkaloids, Planta Medica, 54, Thic)me Medical Publishers, Inc., New York, 1987, p. 404 412. 5. Sastro lamidjojo, S., Obat Asli Indonesia, Khusus dari -Tumbuhan yang terdapat di Indonesia, Pustaka Universitas No. 10, Dian Rakyat Jakarta, cetakan 3, 1967, hal. 418, 6. Kloppenburg, J., dan Versteegh, Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman di Indonesiadan Khasiatnya sebagai Obatobatan Tradisional, Bagian Botani, 1983, Yayasan Dana Sejahtera dan CD RS Bhetesda Yogyakarta, hal. 199. 7. Sugiarso, N. C., The Action of Strychnos on Alloxan Diabetes in Mice, Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. VIII, No. 1, lnstitut Teknologi Bandung, 1983, hal. 42-49. 8. Pharmacopoeia Commission of People's Republic of China, The People's Medical Publishing House, Beijing, China, 3, p. 168-169. r, H., Plant Drug Anal!pis, Transllated by TtI. A Scott, nger-Verlag Berlin Hleidelberg, Germany, 1984, p. r a I-295. PELESTARIAN TUMBUHAN OBAT MELALUI KULTUR JARINC I*, DEDE~ Abstrak Tanaman obat langka yang telah diteliti dan berhasil disimpan antara lain Purwoceng (Pimpinella pruatian), pulasari (Alyxia stellata) dan pule pandak (Rauwolfia serpentina). Metode yang telah dipakai dapat pula diterapkan pada tumbuhan obat lainnya seperti bidara laut (Strychnos sp.). .Penyimpanan dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu jangka pen' tahun) denaan teknik kultur Ingat manraar rumbuhan obar oap Keourunan manusia maka dilakukan usaha pelestariannya. PISNUA~IULI Urn merupa~kan neg,ara tropiis dan Ipakan sumw;r ...Lumbuhan ucraneka ragam, khususnya tu~mbuhanobat. Dari tahun ke tahun terjadi NDONESIA, -L-- lang L-- degradasi gt:nerasi lathan yang cepat seiring dengan erosi plasma nutfah. I3anyak jenis tumbuhan asli sukar .La.. pullah jika dicari di temvat tumbuhdijumpai ballhall nya yang asli. Di antara berbagai plasmla-nutfah yang ada, maka tumbuhan obat merupakan kelor"pok tumbuhan yang erosinya tergolong vesat ,...., * - - jaringan yang sederhana clan jangka panjang (sampai dengan 17 tahun) dengan teknik penyimpanan pembekuan ("Cryopreservation"). Dengan demikian kultur jaringan dapat dipakai untuk membentuk upaya perbanyak:an dan pelestarian tumdara laut, buhan obat, khususnya bi~ Pusat Penelitian dan Pengemblangan Tanamanmdux Bogor Pelestarian berbagai sumber genetika tumbuhan tersebut telah dilaksanakan di antaranya di kebun koleksi, kebun botani, cagar alam maupun kebun percobaan. Selain penyimpanan koleksi hidup di lapangan telah pula dilakukan penyimpanan berupa biji di bank biji, akan tetapi penyimpanan tersebut mempunyai beberapa masalah, di antaranya tidak dapat dilakukan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji, bijinya tidak dapat disimpan karena bersifat rekalsitran atau bijinya heterozigote. Menutut (1) pada tanaman yang mudah diperbanyak secara badaniah dan sifatnya tahunan memerlukan perlakuan Vol. 2 No. 1 15 Warta Tumbuhan Obat Indonesia an yang tinggi dilestarikan melalui koleksi hidup yang dipertahankan di kebun koleksi. Setiap saat koleksi tersebut perlu diperbaharui, agar tidak mati karena sifatnya yang tahunan. Dapat dibayangkan jumlah dana dan tenaga yang perlu disediakan untuk menanganinya Berkaitan dengan masalah tersebut maka sering dikatakan bioteknologi kultur jaringan merupakan teknologi yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pelest:arian plalsma nutlhh, khususnya tumbuhan obat. Penyimpanan I~lasma . .* .nl.utfah . .me1 . alui kultiur jaringan Pemanfaatan teknik kultur jaringan untuk menyimpan mulai dijajaki pada tahun 1979. Banyak tanaman yang tanggap terhadap perlakuan biak jaringan. Setelah penyimpanan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, jaringan tetap mem punyai k:emampuian untuk hidup membentuk tanama n dengari sifat yal"g sama dengan pohon induknya. DenganI demikii . .an penyimpanan in vitro pada banyak tanaman t~dak merubah sifat genetiknya (2). Beberapa keuntungan yang da pat .diam bil jika bla. han tanaman disimpan dalam tabung biak: Bebas dari gangguan hiama periyakit dian cekaman lingkungan lainnya ---+. Hemat dalam pemakaian teiupa~, Pertukaran tanaman lebih mudah; Dapat diperbanyak dengan cepat jika perlu. Selain menawarkan keuntungan yang lebih ba.ik . .. dari pada penyimpanan konvensional, tentu saja tiaak menutup adanya beberapa kekurangan dari teknik kultur jaringan tersebut. Beberapa kekurangan antara lain: Perlu modal awal yang relatiif besar; renaga yang mengerjakann:ya harus Irnempunqd keahlian yang relatif tinggi; Setelah penyimpaInan dal,at terja di adanya variasi genetik. ,erti yang telah dinyatakan cbleh Sastrapradja (1) u a u w d potensi biak jarinEall ulltu-L ..-l--+.,. plbaraiian plasma nutfah memang besar, walaupun kendalanya tidak sedikit. Di Indonesia bioteknologi masih dalam tahap mula perkembangannya jadi sangat potensial untuk . dimanfaatkan algar nilai tambah 1 ltfah ben ar ditingkatkan. Penerapan .penyimpanan se vitro di Indonesia masih sangat terbatas, sementara teknik tersebut telah dikuasai dengan baik oleh negara industri. Padahal bahan dasar yang diteliti dalam bioteknologi adalah plasma nutfah. Untuk itu jangan sampai plasma nutfah yang ada di Indonesia khususnya untuk tumbuhan obat beralih ke negara lain. Maka perlu segera dilakukan upaya penyelamatJi antaranya melalui kultur an tumbuhan -I,-* jaringan. Dasar pemikiran merlgapa aplikasi t e k ~ ru -3-1-L L---- tersebut sangat terbatas- aualan uesar muual yang harus dikeluarkan bagi tersedianya sarana laborato- - ~ 9 . rium, bahan kiiia, aliran listrik dan lain sebagainya. Untuk itu dalam aplikasinya perlu perencanan yang matang, antara lain dalam pemilihan lokasi tempat penyimpanan serta cara penyimpanan yang disesuaikan dengan kondisi laboratorium yang ada. Cara penyimpanan melalui kultur jaringan Puslitbangtri (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri) mempunyai mandat untuk melakukan penelitian tanaman industri di antaranya tumbuhan obat. Penelitian dilakukan di antaranya bertujuan untuk perbaikan tanaman, perbanyakan dan pelestarian dengan penyimpanan dalam tabung biak. Penelitian pelestarian disesuaikan dengan kondisi laboratorium yang sangat sederhana pada waktu itu. Penyimpanan melalui kultur jaringan ada beberapa cara, yaitu: I. Penyiml~ a n a n b~erupa kultur jaringan dalam keadaan tu mbuh (j;iingka pendek) Penyimpanan ini dilakukan secara rurin di Puslitbangtri pada berbagai m: icam tan aman in(justri. Setelah penelitian perba, disimpan pada media nYakan atauI perbaik; ~ ntanaman ya:ng sama untuk pertumbuhan. Seperti pemakaian -A:., Am-, .,.,.." uaaal y a l r s rutin dipakai di Lboratorium mtula (MURASHIGE dan SKOOG dan jenis media yang lain) yang diberi sukrosa, vitamin dan zat pengatur tumbuh. Penyimpanan dengan cara ini memerlukan pemindahan yang rutin agar biakan tetap hidup. Dampak dari pemindahan yang sering dilakukan adalah tingkat kontaminasi yang tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut zat pengatur tumbuh dikurangi konsentrasinya dari media awal atau diganti dengan zat pengatur tumbuh lain yang mempunyai daya aktivitas yang lebih lemah. Tumbuhan obat yang telah disimpan dengan cara ini adalah pulosari (Alyxia stellata), purwoceng (Pimpinella alpina), pule pandak (Rauwolfia serpentina) dan bidara laut (Strychnos lucida). Biakan purwoceng dan pulosari telah disimpan selama 2-3 tahun. Pada tanaman purwoceng pemindahan harus sering dilakukan, dibandingkan pule pandak dan pulosari. Karena biakan cepat mengering dan menurun daya tumbuhnya. Penelitian pada tanaman bidara laut baru dilakukan pada tahap awal. Karena tumbuhan obat yang diteliti tersebut merupakan tumbuhan obat langka (3), maka pohon induknya sangat terbatas. Untuk itu sebagai langkah awal percobaan dititikberatkan pada usaha perbanyakan. dalam botol. Setelah mencapai jumlah yang memadai, penelitian dilanjutkan untuk penyimpanan cara kedua (penyimpanan dengan penekanan pertumbuhan). 2. Penyimpanan pertumbuhan minimal (jangka pendek dan menengah) Penyimpanan dengan cara ini biakan ditekan pertumbuhannya hingga metabolisme hampir mendekati nol. Untuk menekan pertumbuhan tersebut dilakukan beberapa manipulasi antara lain: o lingkungan biakan suhu dibuat rendah antara 0-lo°C untuk tanaman sub-tropik dan 15-22'~ untuk tanaman tropik. ~~ r.- ~