makalah penyelidikan magnet daerah panas bumi akesahu pulau

advertisement
PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU
PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA
Oleh
Liliek Rihardiana Rosli
SARI
Penyelidikan geofisika dengan cara magnet telah dilakukan di daerah panas bumi Akesahu. Secara
administratif daerah Akesahu termasuk ke dalam wilayah Kematan Tidore, Kota Tidore Kepulauan,
Provinsi Maluku Utara dan secara koordinat UTM antara 5826140 mE – 5837040 mE dan 968360
mN – 984280 mN. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km x 16 km. Penyelidikan magnet di daerah
Akesahu telah dilakukan terhadap 6 (enam) lintasan yaitu A, B, C, D, E, F dan lintasan regional
dengan jumlah titik ukur 248. Dari hasil penyelidikan diperoleh harga anomali magnet positif berkisar
antara 4.0 gamma sampai 1261 gamma dan anomali negatif -2.0 gamma sampai -713 gamma.
Nilai anomali positif ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik (lava, andesit), dan nilai anomali
negatif ditafsirkan sebagai batuan non magnetik (sedimen dan piroklastik). Diperkirakan nilai anomali
magnet negatif ini mempunyai kaitan yang erat dengan keberadaan manifestasi panas bumi di daerah
penyelidikan, yang dicirikan dengan munculnya mata air panas Akesahu. Hasil penafsiran dari
penampang magnet dan peta anomali magnet total diperoleh 3 (tiga) kelompok anomali magnet, yaitu
: anomali magnet > 50 gamma (tinggi) ditafsirkan sebagai batuan lava dan andesit; anomali magnet
berharga antara 0 – 50 gamma (sedang) ditafsirkan sebagai lava dan andesit yang telah terlapukan dan
anomali magnet < -2 gamma (rendah), ditafsirkan sebagai batuan sedimen dan piroklastik dan
diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan munculnya mata air panas di daerah penyelidikan. Dari
penyelidikan magnet di daerah Akesahu ditemukan 6 (enam) struktur sesar yang masing-masing
berarah hampir Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut – Baratdaya. Sesar-sesar tersebut
ini diperkirakan sebagai pengontrol adanya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan.
PENDAHULUAN
Dalam rangka merealisasikan salah satu
rencana kerja Proyek Inventarisasi Potensi
Panas Bumi pada tahun anggaran 2005 telah
dilaksanakan penyelidikan geofisika cara
magnet di daerah panas bumi Akesahu Pulau
Tidore oleh staf Subdit. Panas Bumi,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral. Setelah adanya pemekaran wilayah
secara administratif daerah penyelidikan panas
bumi Akesahu termasuk ke dalam wilayah
Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku
Utara. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km
x 16 km yang berada pada koordinat geografis
antara 127° 21´ 36" –- 127° 27´ 18" Bujur
Timur dan 0° 37´ 14" –- 0° 45´ 54"
Lintang Utara atau secara koordinat UTM
terletak antara 5826140 mE –- 5837040 mE
dan 968360 mN – 984000 mN. Berdasarkan
pertimbangan keilmu-bumian bahwa di daerah
Akesahu ada indikasi aktivitas panas bumi,
dan dipilihnya daerah tersebut sebagai daerah
penyelidikan panas bumi, sehingga diharapkan
akan punya potensi yang prospek terutama
untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
(PLTP). Maluku utara merupakan daerah
yang sangat memerlukan pengembangan
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
sumber daya energi alternatif mengingat tidak
terdapatnya sumber daya energi yang baik,
kecuali pembangkit listrik tenaga diesel
(PLTD). Untuk mencapai lokasi memakan
waktu sekitar 3 (tiga) hari dari Bandung
dengan menggunakan kendaraan udara, laut
dan darat dengan rute Bandung – Jakarta –
Manado – Ternate – Tidore – Akesahu/Lokasi.
Metoda Penyelidikan
Pada daerah penyelidikan ini telah dilakukan
penyelidikan geofisika cara magnet yang
bertujuan untuk mencari informasi struktur
geologi bawah permukaan seperti instrusi,
sesar/patahan,
sedangkan
maksudnya
diharapkan akan ada hubungannya dengan
sistem manifestasi panas bumi yang terjadi di
daerah penyelidikan. Penyelidikan magnet
merupakan salah satu bagian dari metoda
geofisika yang sudah biasa digunakan dalam
penyelidikan panas bumi disamping metode
gaya berat dan geolistrik. Metoda magnet ini
dilakukan dengan cara mengukur intensitas
medan magnet yang terjadi pada batuanbatuan yang ada di sekitarnya akibat adanya
proses induksi medan magnet bumi yang
sudah ada secara alami di bumi ini. Di dalam
31 - 1
penyelidikan magnet besarnya intensitas
magnet suatu batuan ditentukan juga oleh
faktor kerentanan (susceptibilitas) magnet k
dari batuan tersebut, yaitu kemampuan dari
suatu batuan dalam menerima sifat magnet
dari medan magnet bumi. Kerentanan magnet
k suatu batuan sebanding dengan konsentrasi
kelompok mineral magnetit di dalam batuan
tersebut. Dengan kata lain batuan yang sedikit
atau sama sekali tidak mengandung mineral
magnetit, akan mempunyai intensitas magnet
yang kecil, sehingga untuk batuan yang telah
mengalami ubahan (alterasi) atau pelapukan,
intensitasnya akan rendah. Besarnya intensitas
batuan yang termagnetisasi pada suatu titik
amat secara rumus dapat dinyatakan sebagai
berikut
I =
kH
Dimana I = intensitas medan magnet batuan
(nT)
H = intensitas madan magnet bumi
yang menginduksi batuan dalam (nT)
k = kerentanan magnet batuan
Cara Kerja Lapangan
Secara umum penyelidikan dengan cara
magnet ini menggunakan 2 (dua) buah alat
magnetometer, satu alat digunakan untuk
pengukuran medan magnet di Base Stasion
(BS) untuk variasi harian dan satu lagi
digunakan untuk pengukuran medan magnet
di lapangan. Alat yang digunakan buatan
USA, yaitu Unimag dengan no seri 7041 dan
7043. Pada pengukuran medan magnet variasi
harian, dilakukan pembacaan setiap interval
waktu 10 (sepuluh) atau 15 (lima belas) menit
ditentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari pengukuran variasi harian adalah
untuk digunakan sebagai koreksi terhadap
harga pengukuran medan magnet di lapangan,
terutama apabila suatu saat terjadi badai
magnet (magnetic storm). Menentukan tempat
atau lokasi untuk menjadi Base Stasion (BS)
harus dicari suatu tempat yang mempunyai
harga pembacaan stabil, artinya bila dilakukan
beberapa kali pengukuran harganya harus
relatif stabil. Caranya adalah tempat Base
Stasion ini harus agak jauh dari gangguan
benda-benda yang mengandung sifat magnet,
seperti rumah-rumah beratap seng, pagar besi,
lalu lintas kendaraan dan jaringan listrik.
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
Setiap akan melakukan pengukuran di
lapangan
terlebih
dahulu
dilakukan
pembacaan di Base Stasion dan berlaku juga
setiap selesai pengukuran di lapangan.harus
melakukan pembacaan di Base Stasion (BS).
Harga intensitas total magnetik titik amat tetap
untuk daerah Maluku Utara termasuk daerah
panas bumi Akesahu P. Tidore adalah 40000
nT (dari peta IGRF). Sedangkan untuk harga
intensitas magnet tetap lokal (IGRF/lokal)
didapat dari rata-rata titik ikat pengukuran di
lapangan.
HASIL PENYELIDIKAN
Dalam penyelidikan ini telah dilakukan
pengukuran magnet pada 6 (enam) lintasan
grid dengan panjang lintasan antara 4 km
hingga 7.5 km tergantung dari keadaan
morfologi di lapangan, dan juga pada
beberapa lintasan regional. Jarak titik ukur
pada lintasan grid 250 meter, kecuali apabila
menemukan daerah yang mempunyai harga
anomali yang kontras dengan daerah
sekitarnya, maka dilakukan jarak titik ukur
yang lebih rapat menjadi 100 meter hingga 50
meter. Sedangkan pada lintasan regional jarak
titik ukur sekitar 500 meter sampai 1000
meter yang dilakukan secara random (acak).
Pada penyelidikan dengan cara magnet di
daerah panas bumi Akesahu Pulau Tidore
telah diukur sebanyak 248 titik ukur (lihat
gambar 2.1 memperlihatkan sebaran titik ukur
magnet pada lintasan grid dan regional).
Selanjutnya dari hasil penyelidikan magnet
dapat ditampilkan tabel kerentanan magnet
batuan, penampang anomali magnet dari ke 6
(enam) lintasan ukur magnet secara grid,
sedangkan untuk lintasan regional dibuatkan
penampang, dianggap karena sudah cukup
terwakili dari penampang-penampang dari
lintasan grid. Dari hasil penyelidikan, nilai
anomali magnet positif yang diperoleh
berkisar antara 4.0 gamma sampai 1261
gamma dan nilai anomali negatif berkisar
antara -2.0 gamma sampai -713 gamma.
Nilai anomali magnet positif ditafsirkan
sebagai batuan yang bersifat magnetik dan
ditempati oleh satuan batuan lava dan andesit,
sedangkan anomali magnet negatif ditafsirkan
sebagai batuan yang bersifat non magnetik ,
yaitu ditempati oleh batuan sedimen, dan
piroklastik.
31 - 2
Gambar 2.1 Peta lokasi titik amat geomagnetik
Kerentanan Magnet Batuan di Daerah
Penyelidikan
Kerentanan magnetik batuan merupakan
parameter
fisis
fundamental
dalam
penyelidikan magnetik, karena merupakan
ukuran kemampuan dari suatu batuan untuk
menerima magnetisasi dari medan magnet
bumi. Untuk mendapat gambaran yang jelas
tentang sifat-sifat kemagnetan batuan yang
dijumpai di daerah penyelidikan telah
dilakukan
pengukuran
susceptibilitas
(kerentanan) magnetik batuan pada 9
(sembilan) contoh batuan yang representatif
yang diukur pada beberapa lokasi titik amat
(tabel 2.1), nilai tersebut merupakan nilai ratarata pembacaan. Nilai kerentanan magnit
batuan di daerah penyelidikan berkisar antara
0.0 sampai 2.47 x 10-6 cgs. Di lapangan nilai
terendah terdapat pada batuan sedimen
vulkanik (tufa dan abu gunung api) dan nilai
tertinggi terdapat pada batuan andesit. Batuan
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
yang memberikan nilai kerentanan magnit < 1
menandakan batuan tersebut bersifat non
magnetik (sedimen dan piroklastik) dan
batuan yang telah mengalami proses
demagnetisasi. Sedangkan batuan yang masih
segar dan mengandung mineral magnetik
seperti lava andesit mempunyai nilai
kerentanan magnet k yang relatif tinggi > 1,
bila dibandingkan dengan batuan lain yang
ada di daerah penyelidikan. Harga kerentanan
magnet suatu batuan sebanding dengan
besarnya kandungan mineral magnetik yang
ada di dalam batuan tersebut. Artinya bahwa
apabila di dalam batuan itu kandungan
mineral magnetitnya tinggi, maka akan
menjadi batuan
bersifat magnetik, dan
dikatakan bahwa batuan tersebut akan
mempunyai nilai kerentanan magnet k yang
relatif tinggi > 1 ( tinggi ) dan sebaliknya.
31 - 3
Tabel 2.1 Hasil pengukuran kerentanan (susceptibilitas) magnetik batuan
di daerah Akesahu-Tidore, Maluku Utara.
No
No.
Lokasi
Conto
1
2
3
4
5
6
7
8
9
R-1
R-32
R-33
R-51
R-61
R-64
RB-2
RB-3
A
6700
X
328066
328274
328579
325218
323035
324708
324530
324445
Nama
k
Y
batuan
Batuan (10-6 cgs)
80074
79563
79130
69782
74836
73789
76713
77175
Lava andesit
Lava Andesit
Lava andesit
Lava andesit
andest
andesit
andesit lapuk
andesitlapuk
1.7
1.2
1.5
1.1
1.5
2.5
0.3
0.6
andesit
1.6
328152 78966
Penampang Anomali Magnet
Penampang anomali magnit dilakukan pada 6
(enam) lintasan ukur yang terdiri dari
4(empat) lintasan berada di bagian timur
Pulau Tidore, berarah hampir utara-selatan
yakni A, B, C, D serta 2 (dua) lintasan yakni E
dan F berada di bagian utara berarah barattimur. Penampang anomali magnet tersebut
dapat dilihat pada gambar 2.2a s/d 2.2f.
2.2.1 Penampang Lintasan A
Pada lintasan A, (gambar 2.2a), nilai
kemagnetan yang berupa tonjolan-tonjolan
positif dan negatif terdapat silih berganti
(berselingan). Nilai kemagnetan positif
berkisar antara 4 sampai 288 gamma, nilai
positif terendah terdapat pada titik amat
A2750 dan tertinggi pada titik amat A7500.
Nilai kemagnitan negatif berkisar antara –2.0
sampai –233 gamma, masing-masing terdapat
pada titik amat A 3250 dan A 4500.
Tonjolan anomali positif dan negatif yang
berselingan seperti tampak pada gambar 2.2a
mengindikasikan struktur dan cukup komplek
seperti adanya perselingan antara batuan yang
segar belum terlapukan dengan batuan
terlapukan atau batuan sedimen vulkanik.
Lintasan A di permukaan ditempati oleh
batuan piroklastik kaldera Talaga dan aluvium
di utara dan piroklastik Kie Matubu di selatan.
Kontras anomali positif dan negatif yang
cukup besar (>300 gamma), tampak antara
titik amat A1500 sampai A7500, kondisi
demikian
mengindikasikan
adanya
sesar/kontak litologi di daerah tersebut. Hal ini
juga didukung oleh data geologi dengan
ditemukannya batuan yang berbeda di atas
permukaan pada lokasi tersebut.
Penampang Lintasan A
400
300
200
100
gamma
0
-100
-200
-300
Titik amat - mtr
Gambar 2.2a. Penampang anomali magnet lintasan A
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
31 - 4
Penampang Lintasan B
Seperti halnya lintasan A, lintasan B juga
memperlihatkan kondisi yang sama yakni nilai
anomali positif dan negatif yang berselingan.
Nilai kemagnitan positif berkisar antara 10
sampai 698 gamma, nilai positif terendah
terdapat pada titik amat B 5000 dan tertinggi
pada titik amat B 1500. Nilai kemagnitan
negatif berkisar antara –54 sampai –672
gamma, masing-masing terdapat pada titik
amat B 6000 dan B 7750.
Secara geologi nilai anomali positif dan
negatif yang berselingan seperti tampak pada
gambar 2.2b, mengindikasikan struktur yang
komplek seperti diuraikan sebelumnya
struktur tsb antara lain berupa perselingan
antara batuan batuan yang segar belum
terlapukkan dengan batuan terlapukan atau
batuan sedimen vulkanik. Di permukaan,
lintasan B didominasi oleh batuan piroklastik
kaldera Talaga di utara dan piroklastik Kie
Matubu di ujung selatan. Kontras nilai
kemagnitan positif dan negatif di sekitar titik
amat B 1000 – B 2000, B 3000 – B4500 dan B
7000 – B 8000 yang mencapai nilai 500 –
1000 gamma mengindikasikan adanya struktur
sesar ataupun kontak litologi di sekitar titik
amat tsb di atas.
Penampang lintasan B
800
600
400
200
0
-200
-400
-600
-800
gamma
Titik amat- mtr
Gambar 2.2b. Penampang anomali magnet lintasan B
Penampang Lintasan C
Seperti halnya lintasan A dan B, lintasan C
juga memperlihatkan pola anomali yang sama
yang dicirikan dengan nilai anomali positif
dan negatif yang berselingan. Pada lintasan ini
nilai kemagnetan positif berkisar antara 39
sampai 1246 gamma, masing-masing terdapat
pada titik amat C5750 dan C7500, sedangkan
nilai kemagnetan negatif yang berkisar antara
–42 sampai –713 gamma. Nilai anomali
negatif terendah terdapat pada titik amat
C2250 dan negatif terkecil pada titik amat
C5250 (lihat gambar 2.2c).
Seperti halnya pada dua lintasan sebelumnya,
nilai anomali positif
dan negatif yang
berselingan seperti tampak pada gambar 2.2c
juga mengindikasikan struktur yang komplek
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
pada lintasan sebelumnya yang berkelanjutan
sampai lintasan ini (terdapat perselingan
antara batuan yang segar belum terlapukan
dengan batuan terlapukan atau batuan sedimen
vulkanik). Kondisi geologi lintasan C di
permukaan ditempati oleh batuan lava andesit
pra kaldera Telaga dan batuan piroklastik
kaldera Talaga di utara serta piroklastik Kie
Matubu di ujung selatan. Kontras nilai
kemagnetan positif dan negatif yang lebih
besar dari 500 gamma di sekitar titik amat
C1250 – C2500, C3250 – C4500, C6500 –C7000 dan C8000 –- C8500 mengindikasikan
adanya struktur sesar ataupun kontak litologi
di sekitar titik amat tersebut di atas.
31 - 5
Penampang Lintasan C
1500
1000
500
gamma
0
-500
-1000
Titik amat- mtr
Gambar 2.2c. Penampang anomali magnet lintasan C
Penampang Lintasan D
Seperti halnya tiga lintasan sebelumnya,
lintasan
D,
(gambar
2.2d),
juga
memperlihatkan pola anomali yang relatif
sama yang dicirikan dengan pola anomali
positif dan negatif yang berselingan. Pada
lintasan ini nilai kemagnitan positif berkisar
antara 73 gamma dan 1261 gamma, masingmasing diperoleh pada titik ukur D5250 dan
D7500, sedangkan nilai kemagnitan negatif
bervariasi antara –39 sampai –721 gamma
masing-masing tampak pada titik amat D3500
sampai pada titik ukur D2250.
Sama seperti lintasan-lintasan sebelumnya
kondisi
geologi
lintasan
D
juga
mengindikasikan geologi ataupun struktur
geologi yang komplek yang berkaitan dengan
kontak ataupun struktur sesar. Di permukaan
lintasan ini ditutupi oleh batuan lava andesit
pra kaldera Talaga di utara dan batuan
piroklastik Talaga di bagian tengah serta lava
andesit Gulili dan G. Kici di selatan.
Perkiraan adanya struktur sesar ataupun
kontak litologi dari batuan yang berbeda
dicirikan oleh nilai kontras anomali positif
dan negatif yang mencapai > 1000 gamma di
sekitar titik amat D1500 – D2250, D2500 –
D4000, D4500-D5750, D6250 - D7250 dan
D7500 - D8000
LINTASAN D
1500
1000
500
0
GAM M A
-500
-1000
-1500
TITIK AM AT - M ETER
Gambar 2.2d. Penampang anomali magnet lintasan D
Penampang Lintasan E
Berbeda dengan penampang sebelumnya yang
berarah hampir utara – selatan, penampang
lintasa E dan F berarah hampir barat – timur.
Pola anomali magnet pada lintasan ini tampak
berbeda dengan pola anomali magnet lintasan
lainnya, yaitu tidak didapatkannya nilai
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
kontras anomali magnet. Pada sepanjang
lintasan ini mulai dari titik E1000
memperlihatkan
pola
tonjolan
secara
berselang-seling tinggi rendah yang makin
menurun mulai dari titik E1000 dengan nilai
anomali 1100 gamma sampai pada titik E5000
dengan nilai anomali 80 gamma tetapi masih
31 - 6
dalam harga positif (lihat gambar 2.2e).
Dengan keadaan nilai anomali magnet seperti
ini, mengindikasikan pada lintasan ini tidak
ditemukan adanya zona struktur sesar atau
patahan. Di permukaan daerah ini ditempati
oleh batuan lava dan andesit yang
diperkirakan telah terlapukan ke arah titik
amat E5000 sesuai dengan harga anomali
positif yang semakin menurun mengecil ,
diduga , karena semakin mendekati daerah
manifestasi air panas Akesahu.
LINTASAN E
1200
1000
800
gamma
600
400
200
0
JARAK TITIK AM AT - M
Gambar 2.2e. Penampang anomali magnet lintasan E
Penampang Lintasan F
Pada lintasan F, tidak berbeda jauh dengan
lintasan E, nilai kemagnitan positif hampir
mendominasi sepanjang lintasan ini mulai dari
titik amat F1000 dengan nilai anomali magnet
1100 gamma sampai dengan titik amat F4250
dengan nilai anomali magnet 10 gamma (lihat
gambar 2.2f). Dari titik amat F4500 hingga
titik amat F5000 baru didapat nilai anomali
magnet negatif dari -2.0 hingga -390 gamma,
yang mencirikan bahwa pengukuran makin
mendekati ke daerah mata air panas Akesahu.
Kondisi permukaan masih sama seperti pada
lintasan E ditempati oleh satuan batuan lava
dan andesit yang semakin terlapukan ke arah
titik amat F5000.
LINTASAN F
1200
800
400
gamma
0
-400
-800
TITIK AM AT - M
Gambar 2.2f. Penampang anomali magnet lintasan F
Peta Anomali Sisa Magnet Total
Pada penyelidikan geomagnetik untuk panas
bumi target anomali magnit yang diharapkan
adalah anomali rendah karena anomali rendah
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
tsb berkaitan dengan demagnitisasi batuan
akibat panas yang dilepaskan dari suatu
lapangan panas bumi, sedangkan anomali
sedang ataupun tinggi tidak merupakan
sasaran dalam penelitian panas bumi. Dengan
31 - 7
demikan aspek anomali rendah lebih
diutamakan di dalam pembahasan ini.
Nilai anomali magnet total (gambar 2.3), di
daerah penyelidikan dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok anomali, yakni sebagai
berikut : anomali magnet berharga > 50
gamma (tinggi); anomali magnet berharga 0
sampai 50 gamma (sedang ); dan anomali
magnet berharga < - 50 gamma (rendah).
Kelompok anomali magnet rendah (negatif)
penyebarannya berbentuk lensa-lensa tersebar
di pantai timur, utara, dan barat-utara. Di
bagian timur anomali rendah terdapat sekitar
Akesahu; Lintasan D sekitar titik amat D
7000, 4000 dan 2750; Lintasan C sekitar titik
amat C 8000, 6750, 4500 dan 2250; Lintasan
B sekitar titik amat B 7500, 6000; 5000; 4000
dan 2750; Lintasan A, sekitar titik amat A
6000-5000 dan 3000. Di utara sekitar titik
amat R 13 dan E 2000, sedangkan di bagian
barat sekitar titik amat R22-21 dan K.2.
Kelompok anomali rendah ini ditutupi oleh
batuan sedimen, pirolastik kaldera Talaga, dan
aluvium di utara, dan piroklastik Kie Matubu
di selatan, sedangkan kelompok anomali
magnet sedang mendominasi sebagian besar
daerah penyelidikan lainnya, dan ditutupi oleh
batuan lava dan andesit yang lapuk karena
telah mengalami proses demagnetisasi.
84000
R17
PETA ANOMALI SISA MAGNET TOTAL
DAERAH PANAS BUMI AKESAHU, P.TIDORE
PROVINSI MALUKU UTARA
R16
R18
R19
R15
R20
R21
R12
E 1000
R14 R13
R11
E 2000R10
F 1000
R7
R6
E 4000
F 2000
R22
250
82000
R9
E 3000 R8
F 3000
R4
F 4000
R24
K3
R25
F 5000
RA1
K4
K2
R26
R3
RA2
RA3
K5
C 8000
D8000
R2
B 8000
K1
R1
R27
80000
R5
E 5000
R23
C 7000
D7000
0m
B 7000 R32
R68
D6000
C 6000
R69
RB4
RB3
R72
-1000
0
250
500
1200 gamma
C 3000
500
D3000
B 3000
750
500
R61
1000
A 2000
R39
A 3000
R40 R77
C 2000
R62
D2000
R63
R42
C 1000
Titik pengukuran geomagnet
R78
B 2000
R41
A 2000
1250
R79
Kontur anomali magnet
R80
B 1000 R43
A 1000 R81
R64
R65
R66
R67
R44
Struktur
R82
R45
1500
R83
1250
R46
1000
72000
KETERANGAN
A 4000
R38
R74
R74A
750
R37
B 4000
RB1
R73
76000
R35
C 4000
D4000
RB2
0
4000 m
BS
R36
A 5000
R76
25
3000 m
R34
A 6000
0
C 5000
25
D5000
B 5000
R71
74000
2000 m
B 6000
R70
R75
78000
1000 m
Datum horizontal WGS 84
Proyeksi peta UTM zona 52 N
A 7000R33
500
750
Mata air panas
R47
0
50
Kontur ketinggian interval 50 meter
250
70000
Jalan raya
68000
318000
320000
322000
324000
326000
328000
Gambar 2.3 Penampang anomali magnet total
PEMBAHASAN
Dari hasil penyelidikan yang dilakukan
terhadap 6 (enam) lintasan, yaitu A, B, C, D,
E dan F diperoleh harga anomali magnet
positif dan negatif yang sangat kontras
diperlihatkan hanya pada 4 (empat) lintasan
A,B,C, dan D saja, hingga mencapai
perbedaan lebih dari 1000 gamma. Harga
anomali positif tinggi ditempati batuan
bersifat magnetik, yaitu oleh batuan lava dan
andesit sedangkan untuk harga anomali sedng
sampai rendah ditempati oleh batuan yang non
magnetik yaitu batuan yang telah mengalami
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
demagnetisasi,
batuan
sedimen
dan
piroklastik. Harga anomali pada lintasan E dan
F relatif sama, yakni pada sepanjang kedua
lintasan tersebut hamir hanya memperlihatkan
anomali positif, kecuali pada ujung lintasan F
mulai dari titik F4500 sampai F5000, yakni
berharga anomali magnet -10 gamma sampai
-390 gamma, dan ditempati oleh batuan
sedimen dan piroklastik. Perubahan harga
anomali positif tinggi kepada positif rendah
dan menerus ke anomali negatif diduga akibat
karena pengkuran pada lintasan E dan F
makin menuju mendekati ke arah mata air
panas Akesahu, yaitu ke daerah titik ukur
31 - 8
A7500 dan B8000. Di daerah ujung sampai
daerah tengah lintasan E dan F sebagian besar
ditempati oleh batuan lava dan andesit yang
terlapukan kuat. Interpretasi yang dilakukan
ini masih merupakan interpretasi secara
kualitatif belum kuantitatif. Dari hasil
penafsiran yang mengacu pada bentuk pola
kontur anomali magnet total dan penampang
anomali magnet terdapat 3 (tiga) kelompok
anomali magnet, yaitu anomali magnet > 50
gamma (tinggi) ditafsirkan sebagai lava dan
andesit, anomali magnet antara 0 – 50 gamma
(sedang) ditafsirkan sebagai lava dan andesit
terlapukan, anomali magnet < -2.0 gamma
(rendah) ditafsirkan sebagai batuan sedimen
dan piroklastik
yang diperkirakan
mempunyai kaitan erat dengan manifestasi
panas bumi daerah penyelidikan. Dari bentuk
pola
kontur
anomali
magnet
hasil
penyelidikan di daerah panas bumi Akesahu
ditemukan 6 (enam) struktur sesar yang
masing-masing berarah hampir Barat – Timur,
Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut –
Baratdaya, dan berada terkonsentrasi pada
daerah mulai dari titik ukur 4000 sampai ke
daerah titik ukur di ujung-ujung lintasan A, B,
C dan D di sebelah utara. Sesar-sesar tersebut
ini diperkirakan sebagai pengontrol terhadap
terjadinya manifestasi panas bumi di daerah
penyelidikan.
KESIMPULAN
Dari hasil penyelidikan magnet dan hasil
interpretasi data lapangan di daerah
manifestasi panas bumi Akesahu dan
sekitarnya dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
- Hasil penyelidikan dengan cara magnet
yang diterapkan di daerah manifestasi panas
bumi Akesahu telah ditemukan 6 (enam)
buah struktur sesar dan adanya kelurusankelurusan anomali magnet yang arahnya
bervariasi, yakni masing-masing berarah
hampir Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara
dan Timurlaut – Baratdaya. Sesar-sesar
tersebut diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya manifestasi panas bumi di daerah
penyelidikan
yang
ditandai
dengan
munculnya mata air panas Akesahu.
- Anomali magnet tinggi yang tersebar di
beberapa tempat di daerah penyelidikan
ditempati oleh batuan bersifat magnetit,
seperti batuan lava andesit diperkirakan
mempunyai hubungan yang erat dengan
batuan intrusi yang muncul sebagai
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005
singkapan, dan bersifat magnetik sedang
sampai tinggi.
- Terdapat harga anomali magnet sedang,
yang hanya terdapat di sebagian daerah
penyelidikan, ditafsirkan sebagai batuan
yang non magnetik seperti sedimen dan
piroklastik serta batuan yang telah
mengalami
demagnetisasi
yang
diperkirakan
sudah empunyai kaitan
dengan mata air panas di daerah
penyelidikan.
- Terdapat harga anomali magnet rendah
yang terdapat pada sebagian daerah
penyelidikan yaitu di daerah kaldera Talaga
di utara dan di daerah kaki pegunungan Kie
Matubu, ditafsirkan sebagai batuan yang
telah mengalami demagnetisasi (lava dan
andesit yang telah lapuk), abu gunung api,
batuan
sedimen,
serta
piroklastik,
diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan
keterdapatan munculnya manifestasi panas
bumi, mata air panas Akesahu P. Tidore.
- Nilai anomali magnet positif pada daerah
penyelidikan ditafsirkan sebagai batuan
yang bersifat magnetik yang ditempati oleh
batuan lava dan andesit yang masih segar
seperti tersebut,
mempunyai harga
kerentanan magnet > 1, sedangkan untuk
nilai anomali magnet negatif ditafsirkan
sebagai batuan yang bersifat non magnetik,
yang ditempati oleh batuan sedimen dan
piroklastik dan batuan yang mengalami
demagnetisasi mempunyai harga kerentanan
magnet < 1.
Daftar Pustaka
o
o
Breiner.S. 1973, Application Manual for
Portable Magnetometers
Telford and Sheriff, 1990, Applied
Geophysics, Cambridge University.
31 - 9
Download