9 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State of The Art)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul “Corporate social
responsibility brand leadership: a multiple case study” yang dimuat dalam
jurnal penelitian dan ditulis oleh Adam Lindgreen, Yue Xu, François Maon,
dan Jeremy Wilcock (2012) yang menerapkan beberapa kerangka kerja yang
ada untuk mempertimbangkan gagasan dengan menyatukan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) dengan strategi kepemimpinan merek. Dengan hasil
yang diperoleh bahwa pendekatan secara intuitif di mana melakukan
pendekatan dengan menggunakan hati, serta secara mendalam untuk
kepemimpinan merek CSR muncul dari beberapa hasil studi kasus.
Kemampuan yang berbeda diperlukan di setiap tahap pengembangan dan
implementasi proses CSR untuk menciptakan merek yang memimpin.
Adapun penelitian kedua selanjutnya yang berjudul “Corporate social
responsibility in financial services: A comparison of Chinese and East Asian
banks vis-à-vis American banks” yang dimuat dalam jurnal penelitian ditulis
oleh Petra Bouvain, Chris Baumann, dan Erik Lundmark (2013) yang
meneliti dengan cara membandingkan asosiasi-asosiasi antara kegiatan
corporate social responsibility dan nilai merek yang ada pada industri
pelayanan keuangan di Timur Asia dan USA. Dengan hasil yang diperoleh
dari seluruh sample bahwa nilai merek secara positif berhubungan dengan
kegiatan CSR, tetapi hal tersebut dihubungkan dengan faktor kegiatan CSR
yang berbeda tergantung pada pasar geografisnya.
Pada penelitian ketiga yang berjudul “Impact of Corporate Social
Responsibility on Brand image in Different FMCGs of PakPistan” yang
dimuat didalam jurnal penelitian, serta ditulis oleh S. M. M. Raza Naqvi,
Maria Ishtiaq, Nousheen Kanwal, Mohsin Ali dan Samar Inderyas (2013)
yang meneliti hubungan antara tanggung jawab sosial (CSR) dengan empat
dimensi dari citra merek (brand awareness, brand loyalty, perceived quality
dan Brand Statisfaction) serta mencari tahu bagaimana citra suatu merek di
dalam pikiran pelanggan dan sejauh mana merek tersebut bertanggung jawab
9
10
secara sosial terhadap pelanggannya dalam penelitian ini khususnya merek
FMCGs di Pakistan. Dengan hasil yang diperoleh perusahaan di pakistan
dapat menggunakan CSR sebagai alat untuk menerapkan strategi jangka
panjang dan dapat meningkatkan hubungan dengan masyarakat serta kinerja
ekonomi. Tidak hanya bagi perusahaan FMCG tetapi juga bagi perusahaan
lain untuk membuat pasar konsumen dengan menerapkan praktek-praktek
ekologinya dalam strategi mereka sebagai suatu perusahaan dengan praktekprakteknya sehingga dapat mempertahankan merek di pasar untuk jangka
waktu yang lama.
Menurut penelitian keempat yang berjudul “The Impact of Corporate
Social Responsibility (CSR) Performance and Perceived Brand Quality on
Customer Based Brand Preference” yang dimuat dalam jurnal penelitian serta
ditulis
oleh
Matthew
Tingchi
Liu, Ipkin
Anthony Wong, Guicheng
Shi, Rongwei Chu, dan James L. Brock (2014) yang menyelidiki bagaimana
kinerja
corporate
social
responsibility
(CSR)
kepada
(lingkungan,
masyarakat, dan stakeholder) dan kualitas merek dianggap mempengaruhi
merek yang menjadi pilihan. Efek mediasi kualitas merek-merek yang
dirasakan pada hubungan antara kinerja CSR dan preferensi merek juga turut
dipelajari. Dengan hasil yang menunjukan untuk meningkatkan pelanggan
yang memiliki merek pilihan dapat dilakukan melalui kinerja kegiatan CSR.
Terdapat tiga lingkup kinerja CSR diantaranya (lingkungan, masyarakat dan
stakeholder) yang pasti dapat mempengaruhi merek menjadi pilihan,
walaupun pada tingkat yang berbeda.
Serta penelitian sebelumnya yang terakhir berjudul “Corporate social
responsibility to build strong Brazilian bank brand” yang dimuat dalam
jurnal penelitian serta ditulis oleh Edson Roberto Scharf, Josiane Fernandes,
dan Bruno Diego Kormann (2012) yang melakukan identifikasi dan
menganalisis serangkaian kegiatan CSR Bank Brazillian sebagai dukungan
untuk menguatkan organisasi merek. Cakupan spesifik yang dilakukan adalah
dengan membahas refleksi dari tindakan berkelanjutan yang dilakukan guna
memperkenalkan organisasi merek. Dengan hasil bila dibandingkan dengan
tidakan yang diadopsi oleh Banco do Brazil, serangkaian kegiatan CSR
mencerminkan bahwa penggunaaan instrumen, keinginan dalam pengelolaan
11
jawaban sosial, tuntutan lingkungan serta ekonomi, dan dalam penggunaan
secara konseptual dapat membantu penguatan merek perusahaan keuangan.
Tabel 2.1 State of The Art
Judul
Penelitian
Tempat & Tahun
Penelitian
Pendekatan
Kualitatif
Populasi &
Informasi
Melalui
Corporate
Adam Lindgreen,
social
(Cardiff Business
pendekatan lima
responsibility
School, University of
perusahaan
brand
Cardiff, Cardiff,
dengan cara
leadership: a
UK), Yue Xu, (Hull
memberikan
multiple case
University Business
masukan untuk
study
School, University of
beberapa kasus.
Hull, Hull,
UK), François Maon,
(Department of
Management, IESEG
School of
Management (LEMCNRS), Lille,
France), Jeremy
Wilcock, (Hull
University Business
School, University of
Hull, Hull, UK). 2012
Corporate
social
responsibility
in financial
services: A
comparison of
Chinese and
East Asian
banks vis-àvis American
banks
Petra Bouvain,
(University of
Canberra and
Macquarie University,
North Ryde,
Australia), Chris
Baumann, (Macquarie
University, North
Ryde, Australia and
Seoul National
University, Seoul,
South Korea), Erik
Lundmark,
Kuantitatif
Dengan cara
mengambil
sampling dari 84
bank-bank besar
di Asia Timur
(china,
Hongkong,
Jepang, Korea
Selatan dan
Taiwan).
Amerika
digunakan untuk
menguji
12
(Macquarie
University, North
Ryde, Australia). 2013
Impact of
Corporate
Social
Responsibility
on Brand
image in
Different
FMCGs of
Pakistan
S. M. M. Raza Naqvi
Kuantitaif
(Assistant Professor,
Department of
Management and
Social Sciences,
Muhammad Ali
Jinnah University,
Islamabad).
Maria Ishtiaq (MS
Scholar, Department
of Management and
Social Sciences,
Muhammad Ali
Jinnah University,
Islamabad).
Nousheen Kanwal
(MS Scholar,
Department of
Management and
Social Sciences,
Muhammad Ali
Jinnah University,
Islamabad).
Mohsin Ali
(University Institute of
Management Sciences,
Arid Agriculture
University,
Rawalpindi).
Samar Inderyas (MS
Scholar, Department
of Management and
Social Sciences,
Muhammad Ali
Jinnah University,
Islamabad). 2013.
The Impact of Matthew Tingchi Liu, Kuantitatif
Corporate
(University of
Social
Macau), Ipkin
Responsibility Anthony Wong,
(CSR)
(Institute for Tourism
Performance
Studies,
and Perceived Macau), Guicheng
hubungan antara
CSR dan nilai
merek, dengan
menggunakan
ANOVA dan
multiple
regression.
Penelitian ini
memeriksa
hubungan antara
tanggung jawab
sosial dan
dimensi citra
merek. Data
primer
dikumpulkan
melalui pesan
kuisioner yang
dikelola secara
pribadi dari 180
responden selama
Maret 2012.
Responden
merupakan 22
siswa dari
Universitas yang
berbeda di
Pakistan, data
tersebut
kemudian
dianalisis melalui
SPSS dan
pengujian
hipotesis secara
korelasi dan
regresi.
Pada tahun 2011,
dikumpulkan 243
respon kuisioner
valid berdasarkan
tingkat
kenyamanan di
China. Serta
13
Brand Quality
on Customer
Based Brand
Preference
Corporate
social
responsibility
to build
strong
Brazilian
bank brand
2.2
Shi, (Macau
University of Science
and
Technology), Rongwei
Chu, (Fudan
University), James L.
Brock, (Pacific
Lutheran University).
2014
Edson Roberto Scharf, Kualitatif
(PPGAD
Administração, FURB
University of
Blumenau, Blumenau,
Brazil),Josiane
Fernandes, (PPGAD
Administração, FURB
University of
Blumenau, Blumenau,
Brazil),Bruno Diego
Kormann, (PPGAD
Administração, FURB
University of
Blumenau, Blumenau,
Brazil). 2012
penggunaan
Analisis regresi
untuk menguji
hipotesis.
Sebuah studi
kasus,
berdasarkan Yin,
dan melakukan
wawancara
mendalam
dengan para
penanggung
jawab untuk
keberlangsungan
perusahaan dari
pembelajaran
organisasi yang
terapkan.
Landasan Konseptual
2.2.1
Public relations
2.2.1.1 Pengertian Public relations
Di zaman modern seperti saat ini, public relations adalah salah satu
fungsi manajemen terpenting dalam sebuah perusahaan. Griswold dalam
(Ardianto, 2011:9) menyatakan bahwa public relations adalah fungsi
manajemen yang melakukan evaluasi terhadap publik, memperkenalkan
berbagai kebijakan dan prosedur dari suatu individu atau organisasi
berdasarkan
kepentingan
publik,
dan
membuat
perencanaan,
serta
melaksanakan suatu program kerja dalam upaya memperoleh pengertian dan
pengakuan publik.
Sukatendel dalam (Ardianto S. S., 2010:112) memiliki definisi, yaitu di
mana public relations merupakan metode atau cara yang dapat digunakan
untuk menciptakan citra positif kepada seluruh pemangku kepentingan
14
perusahaan mengenai suatu organisasi untuk terciptanya kepentingan
bersama.
Sedangkan Frank Jenkins dalam (Morissan, 2008:8) mendefinisikan
public relations sebagai suatu profesi yang bekerja untuk merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar
perusahaan terhadap seluruh khalayaknya untuk mencapai tujuan-tujuan
spesifik perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa public relations adalah suatu kegiatan atau
pekerjaan dalam sebuah manajemen perusahaan yang bertujuan untuk
menjadi jembatan antara perusahaan dengan publiknya serta membangun
citra positif perusahaan di mata publik.
Pengertian public relations memiliki kaitan yang cukup besar dengan
penelitian ini karena PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia memiliki public
relations yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga hubungan internal
(dalam perusahaan) maupun melakukan serta menjaga hubungan dengan
publik melalui kegiatan-kegiatan corporate social responsibility (CSR).
2.2.1.2 Fungsi Public relations
Beberapa definisi public relations di atas mengarahkan pada tugas-tugas
public relations yang cukup signifikan dalam sebuah organisasi. Fungsi
utama public relations dalam buku Crisis Public relations mengatakan fungsi
seorang humas perusahaan adalah menumbuhkan dan mengembangkan
hubungan baik antar lembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun
eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan
partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik)
yang menguntungkan lembaga organisasi (Nova, 2009:38).
Sedangkan menurut pakar Humas Internasional Cutlip, Center, dan Canfield
fungsi public relations dapat dirumuskan, sebagai berikut (Ruslan, 2010:19):
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama,
dimana fungsi tersebut melekat pada manajemen lembaga atau
organisasi.
15
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi
dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang mewakilinya,
atau sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada
pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta dari pesan/organisasi ke publiknya atau
sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa public relations
berfungsi untuk menjembatani hubungan komunikasi baik secara internal
maupun eksternal. Dalam melakukan kegiatan komunikasi, public relations
harus terlebih dahulu mengerti tugas-tugas serta khalayak yang akan
dihadapi.
Penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai fungsi public
relations PT Askrindo (Persero) dalam membina hubungan baik dengan
khalayak sesuai dengan target guna mencapai tujuan yang sesuai dengan
keinginan perusahaan dan menciptakan komunikasi dua arah timbal balik,
mengatur arus informasi melalui kegiatan corporate social responsibility
demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak serta demi
menimbulkan kesadaran khalayak akan merek dan produk Askrindo.
2.2.1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Public relations
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya pada suatu organisasi atau
perusahaan, public relations memiliki beberapa ruang lingkup pekerjaan.
Secara sederhana pekerjaan yang biasa dilakukan public relations dapat
disingkat menjadi PENCILS (Kriyantono, 2008:21) :
1. Publicity & Publication, seorang public relations memperkenalkan
perusahaan kepada publik. Misalnya melalui media above the line (ATL)
atau below the line (BTL) seperti membuat tulisan ataupun gambar yang
16
disebarkan ke media elektronik, media cetak, baliho, spanduk, banner
dan lainnya.
2. Events, tugas lain seorang public relations adalah mengorganisasikan
event atau kegiatan yang dibuat sehingga tujuan event sebagai
pembentukan citra dapat terlaksana.
3. News, seorang public relations diharuskan memiliki kemampuan dan
tugas untuk memperkenalkan perusahaan kepada publik. Melalui
pembuatan publikasi seperti press release, advertorial, dll yang disebar
luaskan melalui berbagai media yang digunakan oleh perusahaan.
4. Community Involvement, public relations harus membuat programprogram yang ditujukan untuk menciptakan keterlibatan komunitas atau
masyarakat sekitarnya.
5. Identity-Media, merupakan pekerjaan public relations dalam membina
hubungan dengan media. Sebagaimana dapat dilihat suatu kegiatan
publikasi yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya berasal dari
internal perusahaan tetapi perusahaan juga harus bisa membentuk suatu
publisitas yang baik sehingga perlu dilakukannya media relations yang
kuat, di mana hubungan antara perusahaan dengan media harus dibina
dengan sebaik mungkin.
Media relations merupakan suatu hubungan yang dibangun dan
dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik yang tujuannya
untuk meningkatkan citra, kepercayaan, dan tercapainya tujuan individu
maupun perusahaan. Fungsi dari media relations adalah untuk
meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik
terhadap perusahaan, meningkatkan nilai jual, membantu perusahaan
keluar saat terjadinya komunikasi krisis, dan meningkatkan hubungan
dari publik yang beragam (Hardiman, 2007:43).
6. Lobbying, seorang public relations dituntut mempunyai keahlian
persuasi dan negosiasi dengan berbagai pihak. Terutama kepada pihakpihak yang memiliki hubungan khusus dengan perusahaan, sehingga
17
dapat tercipta hubungan yang baik antara perusahaan dengan khalayak
atau publiknya.
7. Social Investment, di mana public relations memiliki tugas atau
kewajiban untuk membuat program-program yang bermanfaat bagi
kepentingan dan kesejahteraan sosial.
2.2.1.4 Khalayak Public relations
Dalam menjalankan fungsi dan perannya, praktisi public relations harus
terlebih dahulu mengenal publik atau khalayak yang akan dihadapi. Publik
atau khalayak adalah kelompok orang-orang yang berkomunikasi dengan
suatu organisasi, baik secara internal. Kegiatan-kegiatan PR tidak diarahkan
kepada masyarakat umum, tetapi khusus diarahkan kepada publik terbatas
atau publik tertentu seperti fokus publik dari perusahaan (Ardianto E. ,
2011:118).
Sedangkan dalam (Ardianto S. S., 2010:16-18) terdapat tujuh macam
publik yang dapat dibedakan dalam ruang lingkup masing-masing dan dilihat
dari kepentingannya. Khalayak tersebut adalah:
1. Masyarakat di sekitarnya: tipe masyarakat di dalamnya akan bergantung
dari macam usaha yang ada. Misalnya usaha hotel, pasar swalayan,
rumah sakit, dan jasa akan berbeda satu sama lain komunitas sekitarnya.
2. Karyawan perusahaan: di sini akan terlihat banyak ragamnya ditinjau dari
kedudukan, masalah-masalah status ekonomi, usia, dan karakter
demografi lainnya.
3. Pers, Radio, Televisi: Pers dapat dibagi dalam pers nasional, regional,
lokal,
dagang,
dan
profesional.
Setiap
surat
kabar/majalah
mempekerjakan para wartawan yang kepentingan sangat berbeda.
4. Konsumen dan pemasok: pada sektor tertentu pemasok dan pelanggan
tergantung satu sama lain, dan kadang jatuh bangun bersama.
5. Investor: kelompok pemegang saham pun akan sangat berbeda.
Kadangkala sebuah perusahaan besar membagi investor menjadi
18
beberapa kelompok dan mengembangkan cara berkomunikasi dengan
setiap kelompok.
6. Distributor adalah suatu publik yang pekerjaannya menangani barangbarang konsumen dalam partai besar dan hadir di antara pembuat barang
dan para pembelinya.
7. Pemuka pendapat (opinion leader): siapa saja yang dapat mengajukan
pendapatnya yang dapat membantu usaha itu sendiri berkembang atau
justru merusaknya.
2.2.1.5 Strategi Public relations
Inti dari strategi yang dilakukan oleh public relations adalah bagaimana
dua pihak yang saling berkaitan melakukan kegiatan komunikasi dalam suatu
kepentingan untuk mencapai sebuah tujuan. Filosofi dari public relations
adalah membereskan masalah internal, sehingga apa yang menjadi tujuan
tercapai. Oleh karena itu diperlukan strategi agak perencanaan dalam
penyampaian informasi berjalan lancar. Strategi tidak hanya sebuah cara
yang dicari untuk dikembangkan, namun perlu pertimbangan agar cara
tersebut berjalan secara efektif. Strategi public relations dalam buku
Manajemen Public relations dan Media Komunikasi (Ruslan, 2010:142):
1. Strategi operasional
Melalui strategi operasional seorang public relations melaksanakan
program humas yang dilakukan dengan pendekatan kemasyarakatan
(sociology
approach),
melalui
pendekatan
yang
memperhatikan
bagaimana sosial kultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari
opini publik atau kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau
surat pembaca dan lain sebagainya yang dimuat diberbagai media massa.
Di mana pihak humas bersikap atau berkemampuan untuk mendengar
(listening) dan memahami, bukan hanya sekedar mendengar (hear)
mengenai aspirasi yang ada di dalam masyarakat, baik mengenai etika,
moral maupun nilai – nilai kemasyarakatan yang ada di lingkungan
masyarakat tersebut.
2. Pendekatan persuasif dan edukatif
19
Melalui strategi ini fungsi humas adalah menciptakan komunikasi dua
arah (timbal balik) dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada
pihak publiknya yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan,
maupun dengan melakukan pendekatan persuasif agar tercipta saling
pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi, dan lain sebagainya.
3. Pendekatan tanggung jawab sosial humas
Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan sasaran
yang hendak dicapai tersebut bukan ditujukan untuk mengambil
keuntungan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat), namun untuk
memperoleh keuntungan bersama.
4. Pendekatan kerjasama
Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi
dengan berbagai kalangan, baik hubungan kedalam (internal relations)
maupun hubungan ke luar (external relations) untuk meningkatkan
kerjasama. Humas berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang
diwakilinya agar diterima oleh atau mendapat dukungan masyarakat
(publik sasarannya). Hal ini dilakukan dalam rangka menyelenggarakan
hubungan baik dengan publiknya (community relations), dan untuk
memperoleh opini publik serta perubahan sikap yang positif bagi kedua
belah pihak (mutual understanding).
5. Pendekatan kordinatif dan integratif
Untuk memperluas peranan PR di masyarakat, maka fungsi humas
dalam
arti
sempit
hanya
mewakili
lembaga/institusinya.
Tetapi
peranannya yang lebih luas adalah berpartisipasi dalam menunjang
program pembangunan nasional, dan mewujudkan Ketahanan Nasional di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya (Poleksosbud) dan Hankamnas.
2.2.2 Merek
Menurut Keller dalam
(Tjiptono, 2005:19) merek dapat diibaratkan
suatu produk yang mampu memberikan pandangan tersendiri yang secara
unik dapat membedakannya dari produk-peroduk lain yang dirancang untuk
kebutuhan yang sama.
20
Dalam perkembangannya, merek memiliki banyak definisi. Hal ini tidak
lepas dari beragamnya perspektif pemerhati dan ahli pemasaran. Seperti
pendapat Keegan dalam (Sadat, 2009:18) misalnya mendefinisikan merek
sebagai sekumpulan citra dan pengalaman kompleks dalam benak pelanggan,
yang mengomunikasikan harapan mengenai manfaat yang akan diperoleh dari
suatu produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Dapat disimpulkan
bahwa menciptakan merek dapat dimulai dengan memilih nama, logo,
simbol, desain, serta atribut lainnya, atau dapat saja merupakan kombinasi
dari aspek-aspek tersebut yang bertujuan untuk membedakan sebuah produk
dengan produk pesaing melalui keunikan serta segala sesuatu yang dapat
menambah nilai bagi pelanggan.
2.2.3 Brand Image
Citra merek juga dapat diyakini sebagai kepercayaan dan cara pandang
yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek produk atau layanan yang
diberikan perusahaan. Citra merek atau brand image dapat dianggap sebagai
asosiasi yang muncul pada benak konsumen ketika mengingat sebuah merek
tertentu. Menurut (Kotler, 2008:346) citra merek adalah kesatuan antara
persepsi dan keyakinan konsumen yang terbentuk di dalam memori ingatan
konsumen atas suatu merek.
Sehingga terbentuknya citra merek yang positif ataupun negatif,
berkaitan dengan persepsi serta keyakinan konsumen yang terjadi melalui
pengalaman konsumen dalam menggunakan produk atau layanan suatu
merek. Juga diketahui untuk menciptakan suatu brand image yang positif
membutuhkan suatu program marketing yang memiliki jaringan yang kuat,
menguntungkan, serta kesatuan yang unik untuk menciptakan ingatan akan
suatu merek.
2.2.4 Brand awareness
Dalam
(Darmadi Durianto, 2004:54-55) dikatakan bahwa brand
awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali,
mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk
tertentu. Bagian dari suatu kategori produk merupakan adanya hubungan
yang kuat antara kategori produk dengan merek yang diingat, karena suatu
merek dengan produk yang dimiliki oleh perusahaan harus memiliki
21
komunikasi yang baik. Karena dengan adanya komunikasi yang baik antara
konsumen dengan merek, maka konsumen akan memiliki suatu keinginan dan
kesaggupan untuk membeli ataupun menggunakan produk atau jasa merek
yang dikomunikasikan. Kesadaran merek merupakan elemen ekuitas yang
sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh
secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen
terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga
akan rendah.
Kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat merek suatu
produk berbeda tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi konsumen
terhadap merek produk yang ditawarkan. Dalam proses mengenali atau
mengingat suatu merek memerlukan tingkat komunikasi merek atau cara
berpikir konsumen terhadap merek tersebut. Karena melalui tingkatan
tersebut, bagai mana suatu merek diingat dan diketahui oelh konsumen dapat
terlihat. Berikut adalah tingkatan brand awareness yang dikemukakan dalam
(Handayani, 2010:65) :
1.
Unware of brand
Pada tahap ini konsumen masih memiliki keraguan terhadap merek yang
tawarkan, dikarenakan konsumen masih belum mengenal merek tersebut.
Pada tingkatan ini merupakan tingkatan yang harus dihindari oleh
perushaan, karena jangan sampai konsumen tidak mengetahui merek
yang dimiliki oleh perusahaan.
2.
Brand recognition
Pada tahapan ini konsumen sudah mampu mengidentifikasikan suatu
merek yang ditawarkan. Namun konsumen masih memiliki keraguan
dalam memilih merek tersebut. Tahap ini merupakan tingkat minimal
dari kesadaran merek, di mana pengenalan terhadap suatu merek muncul
kembali setelah dilakukan pengiatan melalui suatu bantuan misalnya,
iklan atau bentuk komunikasi yang bisa mengingkatkan merek.
3.
Brand recall
22
Pada tahapan ini, konsumen sudah mampu mengingat suatu merek tanpa
adanya suatu rangsangan atau sitimulus yang diberikan kepada
konsumen. Sehingga pada tahapan ini konsumen sudah memiliki
kemapuan dalam pengulangan terhadap suatu merek.
4.
Top of mind
Pada tahapan ini konsumen dapat mengingat suatu merek sebagai yang
pertama kali muncul di pikiran saat berbicara mengenai kategori produk
tertentu. Di mana suatu merek menjadi ingatan pertama di dalam pikiran
konsumen saat ditanyakan mengenai suatu kategori produk atau dapat
dikatakan merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek
yang ada di dalam pikiran konsumen.
Gambar 2.1 Brand Awareness Pyramid
Sumber Aaker dalam Durianto (2004: 92)
Tingkatan brand awareness menurut Aeker merupakan tahap-tahap di
mana suatu merek diperkenalkan dan dikomunikasikan kepada konsumen
sampai pada akhirnya merek tersebut diakui oleh konsumen melalui
penggunaan produk atau jasa suatu merek.
2.2.5 Brand association
Asosiasi Merek (Brand association) merupakan segala kesan yang muncul
di benak seseorang mengenai ingatannya terhadap suatu merek (Durianto,
Sugiarto, dan Sitinjak, 2004:69). Diketahui asosiasi merek berkaitan dengan
ingatan seseorang terhadap suatu merek dan terjadinya asosiasi merek karena
23
adanya pengalaman dalam mengkomunikasikan merek kepada kosumen atau
publik. Sehingga suatu asosiasi merek dapat terbentuk, dengan bagaimana
ingatan seseorang terkait dengan suatu merek dari produk tertentu, ingatan
tersebut terbentuk karena adanya pengalaman dan terjadinya komunikasi
anatara merek dengan konsumen.
Menurut Aaker dalam buku
(Tjiptono, 2005:40) menyatakan bahwa
brand associations merupakan sesuatu yang terkait dengan ingatan terhadap
suatu merek. Brand associations berkaitan erat dengan brand image, yang
didefinisikan sebagai serang kaian asosiasi merek dengan makna tertentu.
Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat
seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan
merek spesifik. Jadi dapat diketahui dengan semakin tingginya pengalaman
atau intensiatas konsumen dalam menggunakan merek tersebut maka
asosisasi merek dalam ingatan konsumen akan semakin tinggi dan kuat.
Untuk menciptakan citra merek yang positif membutuhkan programprogram marketing yang memiliki hubungan yang kuat, disukai dan ingatan
asosiasi atau kesatuan merek yang unik. Brand associations mungkin salah
satu dari brand attributes dan brand benefits. Brand attributes merupakan
penggambaran fitur dari karakteristik suatu produk atau jasa. Sehingga brand
attributes adalah bagaimana konsumen ataupun publik mengasosiasikan suatu
merek terkait dengan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk atau pun
jasa. Sedangkan brand benefits merupakan nilai personal dan pengartian
konsumen terhadap penggunaan atribut-atribut produk dan jasa, melalui
brand benefits adalah bagaimana akonsumen ataupun publik dapat
memberikan penilaian dan pengartian dari atribut-atribut yang digunakan
untuk mengasosiasikan produk ataupun jasa (Keller, 2008:77).
2.2.6
Corporate Social Responsibility
2.2.6.1 Arti Corporate Social Responsibility
Berdasarkan strategi yang dilakukan oleh public relations,
menurut Oliver van Heel dalam (Kurniati, 2011:4) menyatakan
pengertian dari kegiatan corporate social responsibility dapat diartikan
sebagai suatu pendekatan bisnis yang menciptakan kepentingan
24
dengan merangkum semua peluang dan mengelola semua risiko yang
dihasilkan dari kegiatan pembangunan ekonomi, lingkungan, dan
sosial. Sedangkan menurut Kotler dan Lee dalam (Hadi, 2010:61)
memberikan rumusan corporate social responsibility merupakan
kegiatan tanggung jawab sosial merupakan komitmen volunter
perusahaan untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan
komunitas.
2.2.6.2 Kategori Program Corporate Social Responsibility
Menurut Kotler dan Lee dalam buku (Kurniati, 2011:27-37), jenis
alternatif program CSR, dipilih dengan mempertimbangkan tujuan,
tipe program, keuntungan potensial yang akan diperoleh, serta tahaptahap kegiatan perusahaan menurut Kotler dan Lee menyebutkan
enam kategori program diantaranya:
1. Cause Promotions
Merupakan kegiatan CSR yang dilakukan dengan memberikan
sejumlah dana atau bentuk sumberdaya lainnya sebagai bentuk
kontribusi perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Terhadap
suatu
masalah
sosial
atau
untuk
mendukung
pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat, atau dalam
rangka merekrut relawan untuk mendukung masalah sosial
tersebut.
2. Cause Related Marketing
Sebuah kegiatan CSR di mana perusahaan, memiliki komitment
untuk menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya
untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan
produk.
3. Corporate Social Marketing
Suatu kegiatan CSR di mana perusahaan mengembangkan dan
melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat
dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik,
25
menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
4. Corporate Philanthropy
Kegiatan di mana perusahaan memberikan kontribusi secara
langsung dan dalam bentuk charity dengan bentuk pemberian
uang tunai, sumbangan dan sejenisnya.
5. Community Volunteering
Melalui kegiatan CSR ini di mana perusahaan mendukung serta
mendorong para karyawan, para pemegang franchise atau rekan
pedagang eceran untuk menyisihkan waktu mereka secara
sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal
maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.
6. Socially Responsible Bussiness Practice
Dalam kegiatan ini perusahaan melakukan investasi yang
mendukung pemecahan suatu masalah sosial untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas dan melindungi lingkungan.
2.3
Kerangka Pemikiran
Strategi Public Relations PT (Persero) Asuransi
Kredit Indonesia:
- Strategi Operasional
- Pendekatan Persuasif dan edukatif
- Pendekatan Tanggung Jawab Sosial Humas
- Pendekatan Kerjasama
- Pendekatan Kordinatif & Integratif
Corporate Social Responsibility
Brand Image:
1. Brand awareness
2. Brand association
-Brand attributes
-Brand benefits
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
26
Berdasarkan landasan konseptual dapat terbentuk kerangka pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini bahwa public relations (Humas) PT Askrindo
(Persero), melalui strategi public relations melakukan kegiatan corporate social
responsibility (CSR). Di mana melalui kegiatan CSR yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengelola brand image Askrindo. Dalam pengelolaan citra merek, perlu
diketahui harus dilakukan pengelolaan brand awareness terkait dengan kegiatan
yang dilakukan oleh humas PT Askrindo (Persero) dalam pengelolaan citra merek
perushaan. Serta bagaimana asosiasi merek yang ingin dibentuk oleh humas
Askrindo terkait dengan kegiatan CSR yang dilakukan, di mana dalam pembentukan
asosiasi merek terdapat dua bentuk asosiasi merek yang perlu dilakukan, diantaranya
bagaimana brand attributes serta brand benefits yang ingin dibentuk.
Download