BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat.7 Para ahli Kesehatan Masyarakat Amerika membuat
batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia,
dan tidak terjadi dengan sendirinya.8 Jika diurai lebih rinci, sampah dibagi
sebagai berikut 1:
a. Human excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia, meliputi tinja (faeces) dan air kencing (urine)
b. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumah
tangga, contohnya adalah air bekas cucian pakaian yang masih
mengandung larutan detergen.
c. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan
kegiatan rumah tangga, refuse inilah yang dalam pengertian sehari-hari
kerapkali disebut sampah. Contohnya adalah panci bekas, botol bekas,
kertas bekas pembungkus bumbu dapur, sendok kayu yang sudah tidak
dipakai lagi dan dibuang, sisa sayuran ,nasi basi, daun - daun tanaman, dan
masih banyak lagi. Jadi barang - barang buangan yang kerap kali dilihat di
tempat sampah di kampung - kampung itulah refuse atau sampah dalam
pengertian sehari - hari.
d. Industrial waste, merupakan bahan - bahan buangan sisa-sisa industri.
1. Sumber-Sumber Sampah
Berdasarkan sumbernya sampah dapat digolongkan sampah
domestik misalnya sampah rumah, pasar, sekolah, dan sebagainya.
Lainnya adalah sampah nondomestik, misalnya sampah pabrik,
pertanian, perikanan, peternakan, industri, kehutanan, dan sebagainya.
Berdasarkan komposisinya sampah karton, atau karbon dan sampah
yang tidak seragam atau campuran seperti sampah pasar atau sampah
6
tempat umum lainnya. Berdasarkan proses terjadinya sampah
dibedakan menjadi sampah alami misalnya daun - daunan dan sampah
nonalami saperti sampah karena kegiatan manusia. Berdasarkan asal
lokasinya dapat dibedakan sampah kota (urban) dan sampah daerah
misalnya sampah di pedesaan, pemukiman, atau pantai. Berdasarkan
jenisnya sampah dibedakan sampah organik dan sampah anorganik.
Berdasarkan sifatnya sampah dapat dibedakan dalam sampah yang
dapat dicernakan (diuraikan, degradable) misalnya sampah anorganik.
Atau sampah yang mudah terbakar dan sampah yang tidak mudah
terbakar.9
Sumber atau tempat penghasil sampah pada umumnya berkaitan
dengan tata guna lahan. Jumlah sumber sampah dapat dikembangkan
sesuai dengan katagori penggunaannya
10
. Sumber sampah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Daerah pemukiman
Sampah pemukiman berasal dari aktivitas rumah tangga berupa
persiapan memasak di dapur, sisa makanan, pembersihan lantai
rumah dan halaman. Jenis sampah biasanya berupa sampah basah
dan kering.
b) Daerah komersial
Sumber sampah komersial yaitu pasar, pertokoan, restoran,
perusahaan, tempat hiburan, bioskop, supermarket, hotel, percetakan,
bengkel dan sebagainya. Di negara berkembang sebagian besar
katagori sampah ini berasal dari pasar dan kebanyakan berupa
sampah organik.
c) Daerah institusi
Sumber sampah ini adalah perkantoran, sekolah, tempat ibadah dan
lembaga non komersial lainnya. Jenis samapah yang dihasilkan
sebagian besar sampah kering (rubbish).
7
d) Sampah jalan dan tempat terbuka
Sampah katagori ini berasal dari kegiatan penyapuan jalan dan
trotoar, taman, lapangan , tempat rekreasi. Jenis sampah biasanya
berupa daun, ranting pohon, kertas pembungkus, puntung rokok.
e) Daerah industri
Sumber sampah industri berasal dari perusahaan yang bergerak
dibidang industri berat, industri ringan, pabrik. Jenis sampah yang
dihasilkan tergantung dari bahan baku yang digunakan oleh industri
tersebut. Sampah industri ada yang dikatagorikan sebagai sampah
domestik dan ada juga sampah khusus
f) Tempat pembangunan, pemugaran, pembongkaran
Sampah yang dijumpai adalah sampah material atau bahan
bangunan, jenisnya tergantung bahan bangunan yang dipakai
g) Rumah sakit dan tempat pengobatan
Sampah rumah sakit pengelolaannya ditangani terpisah dengan
sampah lainnya karena bersifat khusus kemungkinan mengandung
kuman penyakit menular. Sampah yang dihasilkan berupa bekas
operasi, pembalut luka, potongan anatomi, sampah dapur dan kantor.
2. Jenis dan Macam Sampah
a). Berdasarkan jenis sampah
Jenis sampah dapat berupa sampah rumah tangga, sampah
industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian,
sampah
perkebunan,
sampah
peternakan,
sampah
institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi
2 (dua) yaitu sebagai berikut :
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan –
bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan
melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
8
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya
sampah dari dapur, sisa – sisa makanan, pembungkus (selain
kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah, daun dan
ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari
bahan-bahan nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun
hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah
anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk –
produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca
dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak
dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan
(unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat
rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan
kaleng,
b). Berdasarkan karakteristik sampah, dibagi menjadi11:
1) Garbage adalah sampah hasil pengolahan atau pembuatan
makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari
rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.
2) Rubbish adalah sampah yang berasal dari perkantoran,
perdagangan, baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton,
plastik, dan sebagainya, maupun yang tidak mudah terbakar
seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya.
3) Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang
mudah terbakar termasuk abu rokok.
4) Street Sweeping (sampah jalanan) yaitu sampah yang berasal
dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran berbagai
macam sampah, daun-daun, kertas, plastik, pecahan kaca, besi,
debu, dan sebagainya.
9
5) Industrial Waste yaitu sampah yang berasal dari industi dan
pabrik.
6) Dead Animal (bangkai binatang) yaitu bangkai binatang yang
sudah mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh
orang.
7) Abondonned Vehicle (bangkai kendaraan) adalah bangkai mobil,
sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
8) Construction Waste (sampah pembangunan) yaitu sampah dari
proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang
berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi beton, batu,
dan sebagainya.
B. Pengomposan atau Composting
Prinsip dasar dari pengomposan adalah mencampur bahan organik
kering yang kaya karbohidrat dengan bahan yang banyak mengandung
nitrogen. Pengomposan sering didefinisikan sebagai suatu proses biologis
yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah material organik
seperti kotoran ternak, sampah daun, kertas, dan sisa makanan menjadi
kompos. Selain itu, pengomposan juga bisa diartikan dengan proses
penguraian senyawa yang terkandung dalam sisa bahan organik dengan suatu
perlakuan khusus. Tujuannya adalah agar lebih mudah dimanfaatkan oleh
tanaman.
Kompos bisa diartikan sebagai pupuk alami yang terbuat dari bahan–
bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk
mempercepat proses pembusukan12. Pengolahan sampah menjadi kompos
merupakan proses mikrobologi dan berjalan secara aerobik dan anaerobik
yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu sesuai hasil
rekayasa.
1
Prinsip Pengomposan
Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai nisbah C/N bahan
organik menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil
10
perbandingan antara karbon dan nitrogen yang terkandung didalam suatu
bahan. Nilai nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki
nisbah C/N sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat
diserap oleh tanaman.13 Dalam proses pengomposan terjadi perubahan
seperti 1) karbon, selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin menjadi CO2
dan air 2) zat putih telur menjadi amoniak, CO2 dan air 3) peruraian
senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan
perubahan tersebut kadar karbon akan hilang atau turun dan senyawa N
yang larut (amonia) meningkat. Dengan demikian C/N semakin rendah dan
relatif stabil mendekati C/N tanah.14
Ada dua mekanisme proses pengomposan berdasarkan ketersediaan
oksigen bebas, yakni pengomposan secara aerobik dan anaerobik.
a) Pengomposan secara aerobik
Pada pengomposan secara aeorobik, oksigen mutlak dibutuhkan.
Mikroorganisme
yang
terlibat
dalam
proses
pengomposan
membutuhkan oksigen dan air untuk merombak bahan organik dan
mengasimilasikan sejumlah karbon, nitrogen, fosfor, belerang dan
unsur lainnya untuk sintesis protoplasma sel tubuhnya.
Dalam sistem ini kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap
menjadi CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam
sel hidup. Selama proses pengomposan aerobik tidak timbul bau
busuk. Selama proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi
eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi.15 Hasil dari
dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O (air),
humus dan energi.13
b) Pengomposan secara Anaerobik
Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis
secara struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran
oksigen (hampa udara). Proses ini merupakan proses yang dingin dan
tidak terjadi fluktuasi temperatur seperti yang terjadi pada proses
11
pengomposan secara aerobik.Namun,pada proses anaerobik perlu
tambahan panas dari luar sebesar 30oC.13
Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas mentah (CH4),
karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot
molekul rendah seperti asam asetat, asam propionate, asam butirat,
asam laktat, dan asam suksinat. Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai
bahan bakar alternative (biogas). Sisanya berupa lumpur yang
mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini yang
disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum
digunakan harus dikeringkan.
2
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan
a. Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran kecil akan cepat didekomposisi kerena
luas
permukaannya
meningkat
dan
mempermudah
aktivitas
mikroorganisme perombak. Ukuran bahan mentah yang terlalu kecil
akan menyebabkan rongga udara berkurang sehingga timbunan menjadi
lebih mampat dan pasokan oksigen ke dalam timbunan akan semakin
berkurang. Jika pasokan oksigen berkurang, mikroorganisme yang ada
di dalamnya tidak bisa bekerja secara optimal.13
Bahan organik perlu dicacah sehingga berukuran kecil. Bahan
yang keras sebaliknya dicacah hingga berukuran 0.5-1 cm, sedangkan
bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran yang agak besar sekitar
5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaliknya tidak terlalu kecil
karena bahan yang terlalu hancur (banyak air) (kelembabannya menjadi
tinggi).14
b. Nisbah C/N
Kondisi kelengasan dan bahan dasar kompos menentukan nisbah
C/N dan nilai pupuk kompos. Hasil akhir kompos hara mengandung
antara 30-60% bahan organik. Pengujian kimiawi termasuk pengukuran
C, N dan nisbah C/N merupakan indikator kematangan kompos.
Apabila nisbah C/N kompos 20 atau lebih kecil berarti kompos siap
12
digunakan. Akan tetapi, nisbah C/N bahan kompos yang baik dapat
berkisar antara 5 dan 20.15
Jika
C/N
tinggi,
aktivitas
biologi
mikroorganisme
akan
berkurang. Selain itu, diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk
menyelesaikan degradasi bahan kompos sehingga waktu pengomposan
akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan memilki mutu
rendah. Jika nisbah C/N terlalu rendah atau kurang dari 30, kelebihan
nitrogen N yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat
diasimilasi dan akan hilang melalui volatisasi sebagai amonia atau
terdenitrifikasi.
Pada proses dekomposisi bahan organik, sebagian C akan
diassimilasikan dalam mikroorganisme dan sebagian lagi hilang dalam
bentuk CO2 oleh proses respirasi. Rasio C dan N dari mikroorganisme
berkisar 10. Oleh karena itu jika bahan memiliki ratio C dan N tinggi
maka perlu penambahan N, dan jika ratio C/N bahan organik rendah
maka N yang terlalu banyak akan hilang. Tingkat kelembaban dan
aerasi tidak mempengaruhi jumlah C dan N yang hilang, tetapi rasio
C/N dari residu mempengaruhi jumlah N yang tervolatilisasi pada
proses pengomposan. Sedangkan jumlah C yang hilang dalam bentuk
gas berkorelasi dengan BOD (ketersediaan C) dari bahan. Jumlah N
yang hilang juga berhubungan dengan panjang berlangsungnya proses
pengomposan. Dari hubungan antara C dan N yang hilang dalam proses
pengomposan menunjukkan bahwa 85% dari total awal N kompos
tersedia bagi mikrobia untuk tumbuh dan 70% dari C tersedia hilang
sebagai CO2 selama proses immobilisasi.
Mikroorganisme akan mengikat nitrogen tetapi tergantung pada
ketersediaaan karbon. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N
terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat
dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas.
Dalam hal ini jumlah nitrogen bebas dilepaskan dalam bentuk gas NH3dan kompos yang dihasilkan mempunyai kualitas rendah. Apabila
13
ketersediaan karbon berlebihan (C/N>40) jumlah nitrogen sangat
terbatas
sehingga
merupakan
faktor
pembatas
pertumbuhan
mikroorganisme. Proses dekomposisi menjadi terhambat karena
kelebihan
karbon
pertama
kali
harus
dibakar/dibuang
oleh
mikroorganisme dalam bentuk CO2.15
Dari hubungan antara C dan N yang hilang dalam proses
pengmposan menunjukkan bahwa 85% dari total awal N kompos
tersedia bagi mikroba untuk tumbuh dan 70% dari C tersedia hilang
sebagai CO2 selama proses immobilisasi.
c. Komposisi Bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan
lebih cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat
bila ditambah dengan kotoran hewan. Ada juga yang menambah bahan
makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme
sehingga selain dari bahan organik, mikroorganisme juga mendapatkan
bahan tersebut dari luar.14
Laju dekomposisi bahan organik juga tergantung dari sifat bahan
yang akan dikomposkan. Sifat bahan tanaman tersebut diantaranya jenis
tanaman, umur, dan komposisi kimia tanaman. Semakin muda umur
tanaman maka proses dekomposisi akan berlangsung lebih cepat. Hal
ini disebabkan kadar airnya masih tinggi, kadar nitrogennya tinggi ,
imbangan C/N yang sempit serta kandungan leacheat yang rendah.
d. Kelembaban dan Aerasi
Bahan mentah yang baik untuk penguraian atau perombakan
berkadar air 50-70%. Bahan dari hijauan biasanya tidak memerlukan
tambahan air, sedangkan cabang tanaman yang kering atau rumputrumputan harus diberi air saat dilakukan penimbunan. Kelembaban
timbunan secara menyeluruh diusahakan sekitar 40-60%. Aaerasi yang
tidak seimbang akan menyebabkan timbunan berada dalam keadaan
anaerob dan akan menyebabkan bau busuk dari gas yang banyak
mengandung belerang.
14
Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam
proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40-60%
dengan nilai yang paling baik adalah 50%. Kelembaban yang optimum
harus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal
sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila
kondisi
tumpukan
terlalu
lembab,
tentu
dapat
menghambat
pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga
udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau.
Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat
mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai
karena terbatasnya habitat yang ada.
e. Temperatur
Pada pengomposan secara aerobik akan terjadi kenaikan
temperatur yang cukup cepat selama 3-5 hari pertama dan temperatur
kompos dapat mencapai 55-70
o
C. Kisaran temperatur tersebut
merupakan yang terbaik bagi pertumbuhan mikrooranisme. Pada
kisaran temperatur ini, mikroorganisme dapat tumbuh 3 kali lipat
dibandingkan dengan temperatur yang kurang dari 55 oC. Selain itu,
pada temperatur tersebut enzim yang dihasilkan juga paling efektif
menguraikan bahan organik. Penurunan nisbah C/N juga dapat berjalan
dengan sempurna.
Kegagalan untuk mencapai temperatur termofilik dalam waktu 3
sampai 6 hari disebabkan timbunan terlalu tipis untuk mempertahankan
panas atau kelembaban yang berlebihan atau nisbah C/N bahan organik
terlalu rendah atau hara yang dikandung kompos terlalu rendah.
Pendinginan merupakan indikator selesainya proses pengomposan,
meskipun bahan kompos telah dibalik dan disiram tidak timbul panas.15
Berdasarkan kemampuan bertahan hidup, mikroba terbagi atas 3
kelompok, yaitu psycrofilik (5–10 0C), mesofilik (10/15 oC–40/45 oC)
dan termofilik (45/50 oC–70 oC). Suhu yang berkisar antara 60 oC dan
70 oC merupakan kondisi optimum kehidupan mikroorganisme tertentu
15
dan membunuh bakteri patogen yang tidak kita kehendaki.15 Ukuran
reaktor kompos terutama tingginya mempengaruhi suhu kompos.
Semakin tinggi volume timbunan dibanding permukaan maka semakin
mudah timbunan menjadi panas. Timbunan bahan yang paling ideal
adalah 1,2–2 m.16
f. Keasaman (pH)
Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik yaitu sekitar 6,5-7,5
(netral). Oleh karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi
tambahan kapur atau abu dapur untuk menaikkan pH.
PH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,57,5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses
pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan
organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan
asam akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan
produksi ammonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen
akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos
yang sudah matang biasanya mendekati netral.
g. Pengadukan atau Pembalikan Tumpukan
Pengadukan sangat diperlukan agar cepat tercipta kelembaban
yang dibutuhkan saat proses pengomposan berlangsung. Pengadukan
pun dapat menyebabkan terciptanya udara dibagian dalam timbunan,
terjadinya penguraian bahan organik yang mampat, dan proses
penguraian berlangsung merata. Hal ini terjadi karena lapisan pada
bagian tengah tumpukan akan terjadi pengomposan cepat. Pembalikan
sebaliknya dilakukan dengan cara pemindahan lapisan atas ke lapisan
tengah., lapisan tengah ke lapisan bawah, dan lapisan bawah ke lapisan
atas.17
Pencampuran yang kurang baik dari komposan yang mempunyai
tingkat kematangan berbeda harus dihindarkan karena menyebabkan
terjadinya genangan di tempat-tempat tertentu, kehilangan struktur yang
16
tidak seragam dan nisbah hara yang tidak seimbang dari timbunan
kompos. Pada kondisi yang menguntungkan , awal homogenesis limbah
dapat dilaksanakan pada saat pengumpulan limbah dan kemungkinan
melalui proses penghalusan. Homogenisasi dan pencampuran bahan
dasar kompos dan bahan aditif sekaligus mengatur kandungan lengas
dari bahan yang sudah matang.15
h. Organisme Perombak
Jasad hidup dalam tanah atau mikroorganisme tanah terdiri dari
dua golongan besar, yaitu golongan fauna dan golongan flora.
Golongan fauna terdiri dari mikro fauna (protozoa), mesofauna
(Collembola dan akarina), dan makro fauna (cacing tanah, semut,
rayap). Golongan flora terdiri dari mikro flora (Bakteri, fungi,
ganggang dan aktinomicetes).
Dilihat dari fungsinya, mikroorganisme mesofilik yang hidup
pada temperatur rendah (10-45
o
C) berfungsi untuk memperkecil
ukuran partikel bahan organik sehingga luas permukaan bahan
bertambah dan mempercepat proses pengomposan. Sementara itu,
bakteri termofilik yang hidup pada temperature tinggi (45-65oC) yang
tumbuh dalam waktu terbatas berfungsi untuk mengkonsumsi
karbohidrat
dan
protein
sehingga
bahan
kompos
dapat
terdegredasidengan cepat. Mikrorganisme kelompok mesophilik dan
termophilik melakukan proses pencernaan secara kimiawi, dimana
bahan organik dilarutkan dan kemudian diuraikan. Cara kerjanya yaitu
dengan mengeluarkan enzim yang dilarutkan enzim yang dilarutkan
kadalam selaput air (water film) yang melapisi bahan organik, enzim
tersebut berfungsi menguraikan bahan organik menjadi unsur-unsur
yang mereka serap, karena terjadi di permukaan bahan, maka proses
proses penguraian ini akan mengakibatkan mikroorganisme. Demikian
seterusnya, semakin besar populasi mikroorganisme, semakin cepat
pula proses pembusukan.
17
3. Kegunaan Kompos
a. Penggembur tanah
b. Memperbaiki struktur tanah
c. Memperkaya mikroba tanah
d. Menaikkan daya serap tanah terhadap tumbuhan
e. Menyehatkan tanah dan tanaman
f. Menyimpan air tanah lebih lama
g. Mencegah lapisan kering pada tanah
h. Mencegah lapisan kering pada tanah
i. Mencegah beberapa penyakit akar
j. Meningkatkan unsur hara dalam tanah
k. Bisa menjadi pupuk masa depan karena pemakaiannya lebih hemat
l. Bersifat multi lahan, karena bisa digunakan di lahan pertanian,
perkebunan, reklamasi lahan kritis, padang golf dan lain – lain
m. Pengurangan bahan – bahan yang sebelumnya dibuang ke landfill
n. Penghematan uang (bagi pengelola sampah)
4. Kelemahan Kompos
a. Bau
Bau sering kali timbul selama proses pengomposan, terutama jika
menggunakan bahan baku yang berpotensi menghasilkan bau dan
pengomposannya secara anaerobik.
b. Cuaca
Elemen iklim yang patut diperhatikan adalah angin, temperatur,
dan kelembaban. Ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan
timbunan bahan kompos menjadi kering sehingga mematikan
mikroba pengompos. Air hujan juga tidak boleh masuk ke dalam
campuran kompos karena akan menghilangkan oksigen yang
terdapat di dalamnya.
c. Potensi kehilangan N
Proses pengomposan mengakibatkan sebagian N terurai dan lepas
ke udara.
18
d. Lambat melepaskan unsur hara
Kompos umumnya berbentuk senyawa organik kompleks yang
lambat melepaskan unsur haranya.
5. Persyaratan Pembuatan Kompos :
1. Tergantung pada sifat dan komposisi sampah
2. Kompos mampu diserap oleh pasar
3. Perlu dukungan dari dinas pertanian dan perkebunan
4. Harga kompos terjangkau oleh petani
6. Karakteristik dan Kualitas Kompos :
Kompos yang memiliki kualitas yang baik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut18:
a. Berwarna coklat
b. Berstruktur gembur
c. Berkonsistensi gembur
d. Berbau daun dan lapuk.
Kompos
yang
berkualitas
adalah
kompos
yang
telah
terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek
yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Ciri-ciri kompos yang baik
adalah sebagai berikut19 :
a. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah.
b. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk
suspensi.
c. Nisbah C / N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan
derajat humifikasinya.
d. Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah
e. Suhu kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
f. Tidak berbau.
7. Operasi Pembuatan Kompos :
a. Pengumpulan sampah
Sampah yang berasal dari sektor rumah tangga dikumpulkan dalam
sebuah tempat penampungan sampah.
19
b. Pemisahan jenis sampah
Sampah yang sudah dikumpulkan kemudian dipisahkan jenisnya,
antara sampah organik dengan sampah anorganik.
c. Penghancuran
Setelah
dipisahkan,
sampah
organik
yang
akan
digunakan
dihancurkan dengan cara pencacahan / perajangan menggunakan
pisau atau golok dengan ukuran 5 cm. Sedangkan sampah anorganik
yang tidak digunakan dibuang ke tempat pembuangan sampah yang
tersedia.
d. Pencampuran dengan bahan lain
Sampah yang sudah dicacah kemudian dicampur dengan bahan lain
seperti larutan EM 4, dan cacing tanah secara merata sesuai variasi
penambahan berbagai bahan.
e. Penimbunan
Setelah semua bahan tercampur merata maka selanjutnya sampah
ditimbun.
C. Efektif Mikroorganisme (EM)
Efektif mikroorganisme atau yang lebih dikenal dengan EM adalah suatu
kultur campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri
fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes dan jamur peragian)
yang dapat dipergunakan sebagai inokulan untuk mengikat keragaman
mikroba tanah.20 EM yang pertama kali ditemukan dinamai EM 1 pada tahun
1980 oleh Teruo Higa dengan kandungan 8 jenis species dan 10 genus
mikroorganisme. EM adalah konsep mikroorganisme efektif yang aplikasi
praktisnya dikembangkan oleh Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, di
Okinawa Jepang. Teruo Higa menemukan mikroorganisme yang dapat hidup
bersama dalam kultur campuran dan secara fisiologis dapat bergabung menjadi
satu dengan yang lain, bila kultur ini dimasukkan ke dalam lingkungan alami
maka pengaruh baik masing – masing akan lebih dilipatgandakan secara
20
sinergis. Seiring dengan perkembangannya ditemukan pula turunannya yaitu
EM 2, EM 3, EM 4 dan EM 5.
Konsep dan teknologi pemakaian EM ini masuk ke Indonesia pada tahun
1995 yang pertama kali diaplikasikan di lahan pertanian Muhammad Djuhiya
(Cisanea, Bandung) pada tanaman horti dan di lahan pertanian Sari Asih (Desa
Malaka Sari, Bandung) pada lahan padi. Penerapannya sudah bagus tetapi
teknologi dan informasi pemakaian EM ini masih sangat kurang, maka pada
tahun 1996 Dinas Pertanian Propinsi Bandung mengirimkan tim untuk belajar
tentang EM tersebut di Thailand, selanjutnya kegiatan sosialisasinya pertama
kali melalui TVRI Manado.
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam
medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari
mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenis
mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain : Lactobacillus sp.,
Khamir, Actinomycetes, Streptomyces.12 EM 4 dalam keadaan dormant /
istirahat / belum aktif mengandung 90 % Lactobacillus sp dan sisanya / genus
yang lain dan pada keadaan asam maka bakteri streptomyces sp akan berperan
lebih aktif dan jika sudah diaktifkan dengan pemberian air / mollase / bahan
organik maka total kandungan mikroorganismenya adalah 80 genus atau
109/gram dari kesemuanya ada lima kelompok mikroorganisme yang sama,
yaitu : Lactobacillus sp, Actinomycetes sp, ragi / yeast, bakteri fotosintetik
(Rhodopseudomonas sp) dan bakteri fermentasi (Pennicillium dan Aspergillus
niger). Kadar pH EM 4 yang masih dormant jika belum rusak sekitar < 3,5 jika
sudah melebihi 4 dan tidak berbau sedap lagi berarti EM 4 tersebut sudah
rusak.
EM 4 dapat bekerja optimal jika prosesnya dalam keadaan anaerob, pH
rendah (3 - 4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air sedang antara
30 – 40 %, suhu fermentasi sekitar 40 – 50o C dan untuk pengomposan secara
umum pHnya sebesar 6,5 – 7,5 %.
21
Mikroorganisme dalam EM4
Bakteri dalam EM 4 adalah20 :
a. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas sp)
Bakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri dan
swasembada. Bakteri ini membentuk zat – zat yang bermanfaat dari
sekresi akar tumbuhan, menguraikan bahan organik dan atau gas – gas
berbahaya (misalnya hidrogen sulfida), menggunakan sinar matahari atau
panas bumi sebagai sumber energi. Zat tersebut meliputi asam amino,
asam nukleat, zat bioaktif dan gula yang semuanya dapat mempercepat
pertumbuha dan perkembangan tanaman.
b. Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus sp)
Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula, sedangkan
bakteri fotosintetik dan ragi menghasilkan karbohidrat lainnya. Berbagai
jenis makanan dan minuman seperti yoghurt dan asinan sudah sejak lama
dibuat menggunakan bakteri asam laktat, namun bakteri asam laktat itu
sendiri adalah zat yang dapat mengakibatkan kemandulan (sterillizer).
Asam laktat ini dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme merugikan
dan meningkatkan percepatan perombakan bahan organik, lagipula bakteri
asam laktat dapat menghancurkan bahan organik seperti lignin dan
sellulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh
merugikan yang diakibatkan oleh bahan organik yang tudak terurai.
c. Ragi / Yeast
Ragi merupakan zat anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri
fotosintetik, bahan organik dan akar tanaman. Zat bioaktif seperti hormon
dan enzim yang dihasilkan oleh ragi akan meningkatkan jumlah sel aktif
dan perkembangan akar.
d. Actinomycetes sp
Actinomycetes sp strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan
jamur akan menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang
22
dihasilkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik yang dapat menekan
pertumbuhan jamur dan bakteri.
e. Jamur Fermentasi
Jamur
fermentasi
(peragian)
seperti
Aspergillus
niger
dan
Pennicillium menguraikan bahan organi secara tepat untuk menghasilkan
alkohol, ester dan zat anti mikroba yang akan menghilangkan bau dan
mencegah serbuan serangga dan ulat merugikan. Lactobacillus dan jamur
fermentasi inilah yang mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan
sampah organik.
Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki perkecambahan, bunga, buah dan kematangan hasil tanaman
b. Memperbaiki lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan
pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
c. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
d. Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk
e. Memfermentasikan bahan organik tanah dan mempercepat proses
dekomposisi
f. Menghilangkan bau busuk di WC dan kandang ternak
g. Membuat EM 5 untuk mencegah serangga
h. Mengubah tanah dasar tambak
i. Menstabilkan dan menjernihkan air limbah
j. Meningkatkan pertumbuhan plankton
k. Melindungi lingkungan alam
l. Menurunkan kadar BOD dan COD air limbah
m. Dapat digunakan sebagai pupuk organik cair atau sebagai sumber nutrisi
untuk kesuburan tanah dan tanaman
D. Cacing Lumbricus Rubellus
Cacing tanah termasuk ordo Oligochaeta, kelas Chaetopoda, filum
Annelida. Cacing tanah tergolong hewan tingkat rendah karena tidak
mempunyai tulang belakang (Avertebrata). Ada lebih dari 1800 jenis cacing
23
tanah yang dikenal para ilmuwan. Jenis yang paling banyak dikembangkan
berasal dari famili Megascolecidae dan Lumbricidae, dengan genus
Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.
Umumnya species-species di atas dimanfaatkan oleh ahli pertanian,
pembudidaya cacing tanah dan para peminat lainnya, terutama untuk
menghasilkan pupuk.6
Ciri-ciri fisik cacing tanah antara lain di tubuhnya terdapat segmen luar
dan dalam, berambut, tidak mempunyai kerangka luar, tubuhnya dilindungi
oleh kutikula (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan
binatang, dan tidak memiliki mata. Untuk dapat bergerak, cacing tanah harus
menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari
tubuhnya. Adanya lendir pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar
epidermis dapat mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat
dan kasar. Lendir itu pun dapat memperlicin tubuhnya dalam membuat
lubang di tanah sehingga cacing dapat dengan mudah keluar masuk lubang.
Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi di tubuhnya terdapat
prostomium. Prostomium ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk
seperti bibir. Organ ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi
lubang mulut. Prostomium terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya
prostomium ini membuat cacing tanah peka terhadap benda-benda di
sekelilingnya. Itulah sebabnya cacing tanah dapat menemukan bahan organik
yang menjadi makanannya walaupun tidak memiliki mata. Di bagian akhir
tubuhnya terdapat anus. Anus digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa
makanan dan tanah yang dimakannya. Kotoran yang keluar dari anus tersebut
sangat berguna bagi tanaman karena sangat kaya dengan unsur hara. Kotoran
tersebut dikenal dengan istilah kascing. Cacing tanah dewasa memiliki
klitelium yang merupakan alat yang membantu perkembangbiakan. Organ ini
merupakan bagian dari tubuh yang menebal dan warnanya lebih terang dari
warna tubuhnya. Pada cacing yang masih muda, organ ini belum tampak
karena hanya terbentuk saat cacing mencapai dewasa kelamin, sekitar 2 – 3
bulan.
24
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh agak pipih.
Jumlah segmen tubuhnya sekitar 90-195. Klitelumnya terletak antara segmen
27-32. Cacing ini hidup di tempat yang lembab dan tidak terkena matahari
langsung. Kelembaban ini penting untuk mempertahankan cadangan air
dalam tubuhnya. Kelembaban yang dikehendaki sekitar 60-90%. Selain
tempat yang lembab, kondisi tanah juga mempengaruhi kehidupan cacing
seperti pH tanah, temperatur, aerasi, CO2, bahan organik, jenis tanah, dan
suplai makanan. Diantara ke tujuh faktor tersebut, pH dan bahan organik
merupakan dua faktor yang sangat penting. Kisaran pH yang optimal sekitar
6,5 - 8,5. Adapun suhu ideal menurut beberapa hasil penelitian berkisar antara
21-30 derajat celcius.
1. Perkembangbiakan
Cacing tanah berkembang mulai dari telur yang tersimpan dalam
kokon. Kokon yang dihasilkan dari perkawinan sepasang cacing tanah
diletakkan di permukaan tanah bila keadaan tanahnya lembab. Namun,
kalau tanahnya kering, kokon akan diletakkan dalam tanah. Kokon yang
baru keluar dari tubuhnya berwarna kuning kehijauan dan akan berubah
kemerahan saat akan menetas. Kokon akan menetas sekitar 14 – 21 hari
setelah terlepas dari tubuh cacing tanah.
Kalau keadaan tanah lembab. Cadangan makanan mencukupi, dan
faktor lingkungan lain sangat mendukung maka cacing tanah akan
menghasilkan kokon sepanjang tahun. Namun, jumlah kokon yang
dihasilkan tergantung pada perubahan suhu. Bila suhu rendah atau sekitar
30 C, kokon yang dihasilkan sangat sedikit. Sebaliknya kalu suhunya
dinaikkan maka cacing tanah akan menghasilkan kokon lebih banyak.
Suhu ideal untuk keperluan ini adalah 60 – 160 C.
2. Siklus hidup
Siklus hidup cacing tanah dimulai dari kokon, cacing muda, (juvenil),
cacing produktif, dan cacing tua. Lama siklus hidup ini tergantung pada
kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan jenis cacing tanah.
25
Dari berbagai penelitian diperoleh lama siklus hidup cacing tanah
L.rubellus hingga mati mencapai 1 – 5 tahun.
Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah
berumur 14 – 21 hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup
dan dapat mencapai dewasa kelamin dalam waktu 2,5 – 3 bulan. Saat
dewasa
kelamin
cacing
tanah
akan
menghasilkan
kokon
dari
perkawinannya yang berlangsung 6 – 10 hari.
Masa produktif aktif cacing tanah akan berlangsung selama 4 – 10
bulan dan akan menurun hingga cacing mengalami kematian. Cacing yang
sudah tidak produktif atau cacing tua biasanya bagian ekornya agak pipih
dan warna kuning pada ekornya sudah mencapai punggung. Bila cacing
masih produktif, warna kuning tersebut masih berada di ujung ekor.
E. Tanah
Tanah di Indonesia memiliki beberapa jenis, antara lain :
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun
dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang
terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar
dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang
mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan
cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan
dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
26
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan
gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah
vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan
unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air
hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok
tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh:
rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Tanah sebagai tempat hidup cacing dibutuhkan tanah yang subur dan
dan mengandung bahan organik dalam jumlah besar. Bahan-bahan organik
tanah dapat berasal dari serasah (daun-daun yang gugur), kotoran ternak, atau
tanaman dan hewan yang mati. Dalam hal ini, tanah yang cocok untuk
digunakan adalah tanah humus karena mengandung banyak bahan organik
dari daun-daun yang berguguran.
Tanah Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan
daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Humus dikenal
sebagai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh
organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat
kehitaman. Tebal bunga tanah (humus) di setiap tempat tidaklah sama. Pada
tanah pertanian umumnya bunga tanah (humus) sangat tipis, dikarenakan
selalu dirubah-rubah oleh Petani sedangkan di hutan-hutan yang belum
pernah digarap oleh manusia bunga tanahnya sangat tebal. Maka tidak
27
mengherankan bila tanah-tanah pada hutan yang baru dibuka umumnya
sangat subur.
Terjadinya Bunga Tanah (Humus) berasal dari Daun-daun, rantingranting dan cabang-cabang yang besar tidak akan membusuk kalau tidak ada
bakteri. Jadi pembusukan itu dilakukan oleh bakteri. Bakteri adalah jasat
hidup di dalam tanah yang sangat kecil dan sangat banyak jumlahnya. Untuk
hidupnya dia makan bahan organis yang membutuhkan air dan udara
secukupnya. Cepat dan tidaknya pembusukan itu tergantung daripada bakteri
itu.
Tanah humus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
•
Tanahnya gembur.
•
Warnanya kehitaman.
•
Merupakan hasil pelapukan fosil tumbuhan dan hewan yang membusuk.
•
Baik untuk lahan pertanian karena daya serap airnya yang tinggi
Tanah Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap kebertahanan dan
kesuburan tanah. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman dan akan
berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus
juga berperan dengan sangat memuaskan terutama dalam pengikatan bahan
kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu humus dapat meningkatkan
kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik
larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat
menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik
toksik. Dengan demikian sudah selayaknya pupuk-pupuk organik yang kaya
akan humus ini menggantikan peran dari pupuk-pupuk sintesis dalam
menjaga kualitas tanah.
F. Vermikompos
Pupuk organik asal cacing tanah disebut vermikompos, yaitu kompos
yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik oleh cacing tanah
selama proses
makannya.6 Kerjasama antara cacing tanah
dengan
mikroorganisme memberi dampak proses penguraian yang berjalan dengan
28
baik. Walaupun sebagian besar proses penguraian dilakukan mikroorganisme,
tetapi kehadiran cacing tanah dapat membantu proses tersebut karena bahanbahan yang akan diurai oleh mikroorganisme telah diurai lebih dahulu oleh
cacing. Dengan demikian, kerja mikroorganisme lebih efektif dan lebih cepat.
Hasil dari proses vermikomposting ini berupa casting. Ada juga orang
mengatakan bahwa casting merupakan kotoran cacing yang dapat berguna
untuk pupuk. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan
organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan
casting tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya
casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen,
fosfor, mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap,
apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka casting dapat digunakan sebagai
pupuk. Cacing tanah dapat mengkonsumsi semua jenis bahan organik seberat
tubuh cacing. Sebagai contoh 1 kg cacing tanah setiap hari mampu
mengkonsumsi bahan organik seberat 1 kg.15
Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan
bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos
merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau
pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos
merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan
tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini.
Adapun keunggulan vermikompos antara lain :
a)
Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan
Mo tergantung pada bahan yang digunakan. Vermikompos merupakan
sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut
mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan
menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain
dapat meningkatkan kesuburan tanah, vermikompos juga dapat
membantu proses penghancuran limbah organik
29
b) Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air,
membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur
tanah dan menetralkan pH tanah.
c)
Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%.
Hal ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang
mampu
menyerap
dan
menyimpan
air,
sehingga
mampu
mempertahankan kelembaban
d) Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut.
Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi
bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam
alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos,
sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh
bagian tanaman
Vermikompos banyak mengandung humus yang berguna untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Humus merupakan suatu campuran yang
kompleks, terdiri atas bahan-bahan yang berwarna gelap yang tidak larut
dengan air (asam humik, asam fulfik dan humin) dan zat organik yang larut
(asam-asam dan gula). Kesuburan tanah ditemukan oleh kadar humus pada
lapisan olah tanah. Makin tinggi kadar humus (humic acid) makin subur tanah
tersebut. Kesuburan seperti ini dapat diwujudkan dengan menggunakan
pupuk organik berupa vermikompos, karena vermikompos mengandung
humus sebesar 13,88%.
Vermikompos mengandung hormon tumbuh tanaman. Hormon tersebut
tidak hanya memacu perakaran pada cangkokan. tetapi juga memacu
pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan rantingranting baru pada batang dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan
daun. Vermikompos mengandung banyak mikroba tanah yang berguna,
seperti aktinomisetes 2,8x106 sel/gr BK, bakteri 1,8 x 108 sel/gr BK dan fungi
2,6 x 105 sel/gr BK. Dengan adanya mikroorganisme tersebut berarti
vermikompos
mengandung
senyawa
yang
sangat
diperlukan
untuk
meningkatkan kesuburan tanah atau untuk pertumbuhan tanaman antara lain
30
bakteri Azotobacter sp. yang merupakan bakteri penambat N2 non simbiotik
yang akan membantu memperkaya N di dalam vermikompos. Di samping itu
Azotobacter
sp
juga
mengandung
vitamin
dan
asam
pantotenat.
Kandungan N vermikompos berasal dari perombakan bahan organik yang
kaya N dan ekskresi mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem
pencernaan cacing tanah. Peningkatan kandungan N dalam bentuk
vermikompos selain disebabkan adanya proses mineralisasi bahan organik
dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin yang dihasilkan dan ekskresi
mukus dari tubuhnya yang kaya N.
Vermikompos
mempunyai
struktur
remah,
sehingga
dapat
mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung
enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam
perombakan bahan organik.
Vermikompos juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran
permukaan. Pada saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing.
maka cacing akan mensekresikan suatu senyawa yaitu Ca-humat. Dengan
adanya senyawa tersebut partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan
(agregat) yang akan dieksresikan dalam bentuk casting. Agregat-agregat
itulah yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah.
Vermikompos yang baik dapat dilihat dari ciri-ciri fisiknya antara lain
berwarna hitam, mempunyai struktur remah, tidak berbau, sudah matang atau
tidak lagi dalam proses fermentasi, dan C/N rasionya kurang dari 20.6
Vermikompos asal cacing species Lumbricus rubellus mengandung
unsur-unsur sebagai berikut6 : N total 1,5 %, Fosfor 70,30 mg/100 g, Kalium
21,80%, Kalsium 34.99, Magnesium 21.34, Sulfur 153.70, Besi 13.50 mg/kg,
Mangan 661.50, Aluminium 5, Natrium 15.40, Cuprum 1.7, Zink 33.55,
Boron 34.37, pH : 6.6-7.5 dan C/N rasio 13
31
G. Kerangka Teori
Suhu
pengadukan
pH
Ukuran
sampah
jenis
sampah
kelem
baban
EM4
Lama waktu
Organik
Sampah
pengomposan
Lumbricus rubellus
Anorganik
Gambar 2.1 Kerangka Teori
H. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variasi I (V1) : sampah 6 kg
+
EM4 2% 600 ml
Variasi II (V2) : sampah 6 kg +
Variabel Terikat :
EM4 2% 300 ml+ cacing 216 gr +
Lama waktu
pengomposan
tanah biasa 10% dari berat sampah
Variasi III (V3) : sampah 6 kg +
cacing 432 gr + tanah biasa 20%
dari berat sampah
Kontrol (K) sampah 6 kg
Keterangan :
(*)
= Diukur
( **)
= Disamakan
-
Variabel pengganggu:
Suhu *
pH *
kelembaban *
ukuran sampah**
pengadukan**
jenis bahan sampah**
Gambar 2.2 Kerangka konsep
32
I.
Hipotesis
Ada perbedaan lama waktu pengomposan sampah rumah tangga berdasarkan
dosis EM4, cacing Lumbricus Rubellus dan campuran keduanya.
33
Download