BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa sebagai calon sarjana dan ilmuwan, dipersiapkan tidak hanya
untuk menjadi konsumen ilmu pengetahuan melainkan juga sebagai produsen
dalam bidang ilmiah, di samping itu mahasiswa juga dipersiapkan untuk memiliki
berbagai kompetensi yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni sesuai dengan jenjang dan jenis program studi yang ditempuhnya. Mahasiswa
memiliki tugas bukan saja dapat membaca tulisan-tulisan ilmiah, tetapi juga harus
mampu menulis sendiri karaya-karya yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu,
mahasiswa
wajib
terus
mengasah
kemampuannya
untuk
menguasai,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu dengan meningkatkan keterampilan
menulis karya ilmiah.
Keterampilan menulis karya ilmiah merupakan salah satu kemampuan
penting bagi mahasiswa dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan akademik
selama masa perkuliahan, seperti menyusun makalah, menyusun laporan
observasi, menulis buku, sampai dengan menyusun skripsi atau tugas akhir.
Bahkan tidak saja demikian, keterampilan menulis karya ilmiah juga penting bagi
masyarakat akademik di perguruan tinggi dalam rangka menyemarakkan dan
menggairahkan kebudayaan nasional menyongsong pesatnya perkembangan arus
informasi dewasa ini (Supriadi, 2007: 109).
1
2
Mengingat pentingnya keterampilan menulis karya ilmiah, setiap
mahasiswa perlu mengetahui cara-cara menyusun tulisan yang bersifat ilmiah dan
mempunyai keterampilan menulis karya ilmiah. Di sinilah letak peran penting
Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia (MKU-BI) yang wajib diikuti oleh seluruh
mahasiswa di perguruan tinggi. Hal ini diatur dalam undang-undang RI No. 20
tahun 2003 tentang pendidikan nasional, pasal 37 Ayat 2 di mana seluruh
perguruan tinggi diwajibkan untuk menyelenggarakan Matakuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK). Dijelaskan pula dalam SK DIKTI (Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor
43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok MPK di
perguruan tinggi, yaitu bahasa Indonesia, pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, dan pancasila.. Dengan demikian sangatlah jelas bahwa peran
bahasa Indonesia
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
perguruan tinggi diminta untuk memberikan ruang dan waktu terhadap
pendalaman bahasa Indonesia.
Materi bahasa Indonesia dalam MKU-BI ini diberikan sebagai bekal
tugas-tugas akademik mahasiswa yang merupakan ciri pokok kegiatan di
perguruan tinggi. Karya tulis ilmiah merupakan produk kegiatan masyarakat
akademik. Berdasarkan ragamnya, karya ilmiah memiliki konsep yang berbeda
dengan karya nonilmiah. Karya ilmiah dapat diartikan sebagai karangan faktawi
yang disajikan dalam bentuk paparan.
Keterampilan menulis karya ilmiah merupakan bagian dari kompetensi
yang dikembangkan melalui MKU-BI yang diberikan pada mahasiswa dengan
3
harapan mahasiswa dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk mengungkapkan
pikiran, gagasan, dan sikap ilmiah ke dalam berbagai bentuk karya ilmiah yang
berkualitas (memenuhi syarat objektivitas, koherensi, kohesi, efektivitas, efisiensi,
dan komunikatif). Di samping itu, mahasiswa dapat menyunting secara kritis
berbagai karya ilmiah dan menyempurnakannya berdasarkan hasil suntingan, dan
memanfaatkan kemahiran dalam berbahasa Indonesia untuk mengembangkan diri
sepanjang hayat (Dikti, 2006: 2). Dengan demikian, sebaiknya materi MKU-BI
ditujukan untuk kebutuhan praktis bukan teoretis. Oleh karena itu MKU-BI
berperan dalam melatih mahasiswa untuk mempunyai keterampilan menulis karya
ilmiah.
Fenomena yang terjadi, walaupun mulai di jenjang sekolah menengah
sudah diajarkan tentang menulis karya ilmiah, namun pada umumnya para
mahasiswa masih mengalami banyak kelemahan dalam menulis ilmiah. Hal ini
dikemukakan oleh Anshori (2004: 395) bahwa siswa dan mahasiswa tidak
memiliki pengalaman menulis yang memadai. Bahkan, sebagian besar para
sarjana pun tidak mampu menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk bahasa
tulis. Aktivitas menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa
setelah kemampuan mendengarkan, berbicara dan membaca. Dari ketiga
kemampuan tersebut, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh
penutur asli bahasa yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 296).
Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Fuad (2005:15)
menyebutkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia pada karya tulis ilmiah pada
mahasiswa sangat memprihatinkan.
4
Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Cahyani (2005: 7) dan
Mangun (2014: 2) bahwa kemampuan menullis karya ilmiah siswa masih sangat
rendah, baik dalam penguasaan konsep maupun penulisan karya tulis itu sendiri.
Di samping itu, ada beberapa penyebab kesulitan dalam menuangkan ide dengan
tulisan, yaitu adanya rasa takut membuat kesalahan menulis sebuah topik, kurang
mampu mengorganisasikan karangan, mengembangkan paragraf, menata bahasa
secara efektif terutama menyusun kalimat, menempatkan kosa kata yang tepat,
dan menggunakan mekanik tulisan, khususnya teknik penulisan. Demikian juga
hasil penelitian Listyorini (2005: 35) menunjukkan bahwa hasil karya ilmiah
mahasiswa masih banyak kesalahan mekanik dalam menulis ilmiah, yaitu dalam
hal penggunaan tata bahasa, ejaan, dan tanda baca.
Menurut Putra (2011:7), rendahnya keterampilan menulis karya ilmiah
ternyata relevan dengan rendahnya budaya baca tulis masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia lebih berbudaya dengar-ucap dibanding budaya baca tulis
(Alwasilah, 2007:8). Padahal, perkembangan zaman saat ini lebih menekankan
pada peningkatan budaya tulis daripada budaya lisan, khususnya dalam bidang
akademik.
Lebih lanjut kajian yang dilakukan oleh Hegelhud dan Kock (2003: 75)
menemukan bahwa rendahnya keterampilan menulis disebabkan oleh faktor dari
diri siswa dan lingkungan. Faktor dari diri siswa dikaitkan dengan faktor
ketertarikan dan kesiapan siswa, karena faktor tersebut memiliki pengaruh yang
cukup signifikan dalam menentukan keberhasilan menulis. Kesiapan menurut
Bruner (2006: 47) sebagai readiness yang merupakan bekal awal bagi seseorang
5
untuk belajar. Jika siswa memiliki ketertarikan dan kesiapan dalam belajar tulis
menulis maka siswa dapat menguasai keterampilan tersebut.
Perlu disadari bahwa budaya akademik di Indonesia memang masih
rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Tidak saja di
tingkat pendidikan dasar dan menengah, rendahnya budaya akademik juga
dirasakan pada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini tampak pada penelitian
Mukminin dan McMahon (2013: 1) yang menemukan bahwa mahasiswamahasiswa program doktoral dari Indonesia yang belajar di Amerika merasa
kesulitan beradaptasi dengan budaya akademik di sana. Kebanyakan dari mereka
terkendala oleh lima hal, yakni (1) beban kerja akademik yang terlalu berat, (2)
kurang adaptif terhadap dinamika kelas, (3) kurang familiar dengan lingkungan
dan budaya kerja di kampus, (4) memiliki konflik personal dengan para dosen,
dan (5) kesulitan berkomunikasi.
Permasalahan tersebut juga dialami oleh mahasiswa Indonesia yang
menempuh pendidikan di Australia. Novera (2004: 475) dalam penelitiannya
menemukan masalah utama yang dihadapi oleh mahasiswa Indonesia di Australia
adalah penguasaan bahasa Inggris, tuntutan akademik di negara tersebut, dan
fasilitas khusus bagi mahasiswa muslim. Dua dari tiga permasalahan tersebut jelas
merupakan faktor akademik yang membuktikan bahwa budaya akademik di
Indonesia memang masih cukup rendah.
Rendahnya budaya akademik di Indonesia terlihat pula pada jumlah karya
ilmiah yang dihasilkan oleh para akademisi. Menurut data yang dilansir dari SC
Imago JR (2013), diketahui bahwa Indonesia berada di peringkat 61 dunia ditinjau
6
dari jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional yang terindeks scopus.
Sementara itu, di tingkat Asia Indonesia hanya berada di peringkat 11 di bawah
Singapura, Malaysia, Thailand, dan Pakistan.
Data di atas memperlihatkan bahwa budaya tulis, khususnya menulis karya
ilmiah perlu ditingkatkan di semua jenjang pendidikan, tidak terkecuali jenjang
pendidikan sarjana (S1), dan melalui MKU-BI inilah, budaya menulis akademik
mahasiswa dapat ditingkatkan. Di samping budaya menulis, kualitas proses
pembelajaran MKU-BI juga perlu diperhatikan. Terkait dengan proses
pembelajaran menurut Alwasilah (2002: 324), dosen masih cenderung
mengajarkan tentang teori-teori kebahasaan daripada melatih mahasiswa untuk
menggunakan bahasa Indonesia untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Di samping
itu, dosen lebih banyak menekankan materi pada pengajaran teori menulis dan
sedikit sekali bahkan tidak pernah memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk berlatih menulis. Kajian Alwasilah (2007: 208) menyimpulkan bahwa
pembelajaran menulis di Indonesia belum berhasil.
Pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kemampuan menulis
perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya kemerosotan mutu pembelajaran
menulis
(Ismail, 2013: 7). Berdasarkan hal tersebut, perlu diciptakan suatu
kondisi yang dapat menumbuh kembangkan aktivitas mahasiswa dalam menulis
ilmiah, dan untuk itu diperlukan strategi dan substansi pembelajaran yang tepat.
Strategi dan substansi pembelajaran harus dipilih atau disusun secara cermat
berdasarkan teori-teori yang sudah berkembang bahkan harus mengembangkan
teori-teori yang baru.
7
Tidak tepatnya pemilihan strategi pembelajaran akan mengakibatkan
kemampuan menulis dari masa ke masa tidak pernah menunjukkan hasil yang
memuaskan (Anshori, 2004: 395), dan menurut Sanjaya (2008: 70) dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan dalam suatu proses pembelajaran.
Artinya, bahwa strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Selanjutnya untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai
metode pembelajaran. Dengan demikian metode pembelajaran di sini dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran,
mempunyai pengaruh terhadap hasil keterampilan menulis ilmiah. Keberhasilan
dalam pembelajaran menulis, ditentukan oleh salah satunya adalah pemilihan
metode pembelajaran tersebut. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi mahasiswa, materi yang diajarkan, tujuanpem belajaran yang akan
dicapai, serta keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran, akan lebih
efektif dan efesien dalam pembentukan kompetensi menulis ilmiah.
Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik tertentu berupa
kelebihan dan kekurangan apabila diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, dosen dan guru harus mempertimbangkan dengan benar metode yang
dipilih untuk materi perkuliahan tertentu agar tepat sasaran dan tercapai tujuan
yang diinginkan.
8
Dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi menulis karya ilmiah,
ada beberapa metode pembelajaran yang kemungkinan dapat digunakan secara
efektif dan efisien. Diantara metode-metode yang ada, ada tiga metode
pembelajaran
yang
diduga
mampu
mengefektifkan
pelaksanaan
proses
pembelajaran menulis karya ilmiah. Ketiga metode tersebut adalah (1) mind
mapping (MM), (2) problem based learning (PBL), dan (3) cooperative
integratedreading and composition (CIRC).
Pembelajaran dengan metode MM dikatagorikan sebagai teknik mencatat
kreatif, karena pembuatan MM ini membutuhkan suatu imajinasi dengan
menggunakan bahasa gambar untuk menyusun, mengembangkan, dan mengingat
suatu informasi. Menurut Buzan (2007: 9) dan Edward (2009: 64-65), MM
menggunakan kemampuan otak akan mengenal visual untuk mendapatkan hasil
yang sebesar-besarnya. Dengan gambar dan kombinasi warna serta cabang-cabang
melengkung, MM lebih merangsang secara visual sehingga dapat memudahkan
mengingat suatu informasi. Di samping itu, proses pembuatan MM dapat
menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya mengandalkan otak kiri, tetapi
dapat menarik perhatian mata dan merangsang bekerjanya otak kanan.
Pembelajaran dengan metode MM akan sangat membantu memudahkan
mahasiswa dalam proses pembelajaran, terutama digunakan dalam menulis karya
ilmiah, yaitu dapat mempermudah membuat urutan dan keruntutan dalam menulis
ilmiah. Metode MM dapat membantu potensi kedua belah otak yang dapat
memicu kreativitas dalam proses menulis ilmiah. Kebiasaan menggunakan dan
mengembangkan potensi kedua belah otak, akan mampu meningkatkan beberapa
9
aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman sehingga mahasiswa dapat
mengembangkan tulisan ilmiah melalui MM.
Pembelajaran dengan metode PBL menuntut mahasiswa mendapatkan
pengetahuan untuk memecahkan masalah dengan memilih strategi belajar sendiri.
Hal ini dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan kecakapan
memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, serta
keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan. Menurut Arends (2008: 43), PBL
tidak dirancang untuk membantu pengajar dalam menyampaikan informasi dalam
pembelajaran, tetapi untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition) adalah sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk
pengajaran membaca dan menulis, metode ini mengatur supaya peserta didik
belajar atau bekerja dengan cara berpasangan, di mana mahasiswa ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, terdiri atas 4 atau 5 siswa.
Dengan belajar kelompok, para mahasiswa dapat meningkatkan pikiran kritis,
kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Di samping itu mahaiswa
mendapatkan pembelajaran untuk menjadi pendengar yang baik, menghargai
pendapat orang lain dan dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,
serta mendorong teman lain untuk bekerja sama dalam berdiskusi.
Salah satu ciri pembelajaran kooperatif yang terkandung dalam metode
pembelajaran CIRC adalah kemampuan mahasiswa untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil yang heterogen. Tujuannya adalah agar mahasiswa yang pandai
10
dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan mahasiswa
yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan
dalam kelompok tersebut. Motode CIRC ini dapat memotivasi mahasiswa karena
adanya saling bekerja sama, sehingga hasil belajar mereka mengalami
peningkatan dengan adanya metode tersebut.
Dari aspek pemikiran yang lain, keterampilan menulis karya ilmiah pada
dasarnya merupakan implementasi dari kemampuan berpikir, utamanya dalam hal
kemampuan berpikir logis. Berpikir logis adalah berpikir dengan menggunakan
logika atau berpikir dengan menggunakan penalaran secara konsisten untuk
mengambil sebuah kesimpulan. Dapat diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu
logika induktif dan logika deduktif. Dengan demikian, kemampuan berpikir logis
dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dengan menggunakan logika induktif
dan logika deduktif.
Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi
umum ke proposisi khusus. Adapun logika induktif penarikan kesimpulan yang
diambil dari proposisi khusus ke proposisi umum. Jenis logika ini harus mengikuti
penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada
bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian,
memberikan suatu kesimpulan berdasarkan atas pengalaman atau kenyataan yang
ditangkap melalui panca indranya.
Berdasarkan latar belakang seperti itulah, maka dapat dipertimbangkan
akan pentingnya meneliti tentang penerapan metode MM, PBL, CIRC dan
kemampuan berpikir logis untuk mengembangkan keterampilan menulis karya
11
ilmiah. Selanjutnya berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut.
Keterampilan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang penting
dalam proses pembelajaran. Keterampilan menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang kompleks, karena munulis pada prinsipnya bukan
hanya sekadar menuangkan bahasa ujaran dalam sebuah tulisan, melainkan
merupakan mekanisme ungkapan ide, gagasan atau ilmu yang dituliskan dengan
struktur yang benar, berkoherensi dengan baik antarparagraf, dan bebas dari
kesalahan-kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca (Alwasilah, 2005:
152).
Keterampilan menulis karya ilmiah merupakan salah satu kegiatan yang
penting dikuasai oleh mahasiswa karena merupakan bagian integral dalam seluruh
proses pembelajaran yang dialami mahasiswa, terutama dalam menunjang tugastugas dalam perkuliahan. Namun pada kenyataannya keterampilan menulis
mahasiswa masih lemah (Mochtar, 2001:142). Hal ini disebabkan oleh
karakteristik setiap mahasiswa berbeda, ada yang cepat berpikir, ada yang lambat,
ada yang selalu meminta bantuan orang lain, ada yang mandiri, dan sebagainya.
Dosen sebagai kolabolator mahasiswa, harus mampu mengakomodasi
setiap
karakteristik
mahasiswa.
Dosen
dapat
menolong
perkembangan
keterampilan menulis setiap mahasiswa semaksimal mungkin. Oleh karena itu,
dosen harus menciptakan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan menulis mahasiwa sekaligus memfasilitasi karakter dan pengetahuan
mahasiswa yang berbeda tersebut.
12
Di samping itu, dosen harus dapat menggunakan beberapa metode
sehingga dapat menjamin berhasilnya pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
direncanakan. Bahkan, metode pembelajaran dapat berfungsi dengan optimal, jika
diselaraskan dengan materi pelajaran, tujuan pengajaran, serta keterampilan
menggunakannya. Ada kemungkinan rendahnya keterampilan menulis ilmiah
disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Dosen belum tentu menerapkan metode pembelajaran yang menuntut
kemampuan berpikir mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah. Mahasiswa
cenderung hanya sebagai pendengar saja atau cenderung pasif. Di samping itu
rendahnya keterampilan menulis ilmiah mahasiswa berkaitan dengan kemampuan
berpikir logis. Dalam kegiatan pembelajaran dosen belum tentu memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran secara logis
yang dimilikinya sehingga mahasiswa cenderung hanya mengikuti langkahlangkah yang diajarkan oleh dosen.
Masalah-masalah tersebut perlu diidentifikasi, sehingga dapat ditemukan
aspek-aspek yang dapat menunjang peningkatan keterampilan menulis ilmiah.
Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
faktor
penunjang
untuk
meningkatkan
keterampilan menulis karya ilmiah adalah pemilihan metode pembelajaran yang
dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis pada mahasiswa.
Dari identifikasi masalah di atas terdapat banyak permasalahan sehingga
perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut.
13
1. Keterampilan menulis ilmiah dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan
menulis ilmiah dalam membuat makalah ditinjau dari tingkat kemampuan
berpikir logis pada mahasiswa.
2. Metode pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini meliputi tiga metode
yaitu metode pembelajaran mind mapping (MM), metode pembelajaran
problem based learning (PBL), dan metode pembelajaran cooperative
integrated reading and composition (CIRC).
3. Karakteristik mahasiswa yang dipilih dalam penelitian ini adalah tingkat
kemampuan berpikir logis mahasiswa, dalam hal ini kemampuan berpikir logis
mahasiswa dikelompokkan menjadi kemampuan berpikir logis tinggi dan
rendah.
4. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa program studi nonkebahasaan
semester II tahun akademik 2012/2013 perguruan tinggi swasta di Surakarta.
Terkait hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian membandingkan
keterampilan menulis ilmiah yang diberikan dengan metode pembelajaran
problem based learning (PBL), metode pembelajaran mind mapping (MM), dan
metode pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC),
ditinjau dari kemampuan berpikir logis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan padalatar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di
atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
14
1. Adakah perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok mahasiswa
yang mengikuti pembelajaran dengan metode PBL, MM, dan CIRC ?
2. Adakah perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok mahasiswa
yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi dan rendah ?
3. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan berpikir
logis dalam mempengaruhi keterampilan menulis karya ilmiah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Menemukan perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode MM, PBL, dan
CIRC.
2. Menemukan perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok
mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi dan rendah.
3. Menentukan ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan
kemampuan berpikir logis dalam mempengaruhi keterampilan menulis ilmiah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu, khususnya
dalam bidang pembelajaran matakuliah umum (MKU) Bahasa Indonesia dalam
aspek keterampilan menulis ilmiah melalui penerapan pendekatan pembelajaran
PBL, MM dan CIRC.
15
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada dosen
pengampu
MKU
Bahasa
Indonesia
dalam
menentukan
metode
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan berpikir logis pada
mahasiswa.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
mahasiswa dalam memilih metode belajar dalam menulis karya ilmiah.
c. Bagi Pengambil Kebijakan
Hasil penelitian ini diharap kandapat menja dimasukan tentang ada
tidaknya pengaruh metode pembelajaran yang digunakan dosen dan
kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menulis ilmiah. Dengan
mengetahui adanya pengaruh tersebut, penelitian ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan apakah dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode PBL, MM, dan CIRC serta kemampuan berpikir logis dapat
dikembangkan
lebih
luas
dalam
meningkatkan
keterampilan
menulisilmiah.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman, sebagai
bahan awal, pembanding atau rujukan bagi penelitian yang dilakukan.
Download