BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai calon sarjana dan ilmuwan, dipersiapkan tidak hanya untuk menjadi konsumen ilmu pengetahuan melainkan juga sebagai produsen dalam bidang ilmiah, di samping itu mahasiswa juga dipersiapkan untuk memiliki berbagai kompetensi yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan jenjang dan jenis program studi yang ditempuhnya. Mahasiswa memiliki tugas bukan saja dapat membaca tulisan-tulisan ilmiah, tetapi juga harus mampu menulis sendiri karaya-karya yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu, mahasiswa wajib terus mengasah kemampuannya untuk menguasai, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu dengan meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah. Keterampilan menulis karya ilmiah merupakan salah satu kemampuan penting bagi mahasiswa dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan akademik selama masa perkuliahan, seperti menyusun makalah, menyusun laporan observasi, menulis buku, sampai dengan menyusun skripsi atau tugas akhir. Bahkan tidak saja demikian, keterampilan menulis karya ilmiah juga penting bagi masyarakat akademik di perguruan tinggi dalam rangka menyemarakkan dan menggairahkan kebudayaan nasional menyongsong pesatnya perkembangan arus informasi dewasa ini (Supriadi, 2007: 109). 1 2 Mengingat pentingnya keterampilan menulis karya ilmiah, setiap mahasiswa perlu mengetahui cara-cara menyusun tulisan yang bersifat ilmiah dan mempunyai keterampilan menulis karya ilmiah. Di sinilah letak peran penting Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia (MKU-BI) yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa di perguruan tinggi. Hal ini diatur dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional, pasal 37 Ayat 2 di mana seluruh perguruan tinggi diwajibkan untuk menyelenggarakan Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Dijelaskan pula dalam SK DIKTI (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok MPK di perguruan tinggi, yaitu bahasa Indonesia, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan pancasila.. Dengan demikian sangatlah jelas bahwa peran bahasa Indonesia penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan sehingga perguruan tinggi diminta untuk memberikan ruang dan waktu terhadap pendalaman bahasa Indonesia. Materi bahasa Indonesia dalam MKU-BI ini diberikan sebagai bekal tugas-tugas akademik mahasiswa yang merupakan ciri pokok kegiatan di perguruan tinggi. Karya tulis ilmiah merupakan produk kegiatan masyarakat akademik. Berdasarkan ragamnya, karya ilmiah memiliki konsep yang berbeda dengan karya nonilmiah. Karya ilmiah dapat diartikan sebagai karangan faktawi yang disajikan dalam bentuk paparan. Keterampilan menulis karya ilmiah merupakan bagian dari kompetensi yang dikembangkan melalui MKU-BI yang diberikan pada mahasiswa dengan 3 harapan mahasiswa dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan sikap ilmiah ke dalam berbagai bentuk karya ilmiah yang berkualitas (memenuhi syarat objektivitas, koherensi, kohesi, efektivitas, efisiensi, dan komunikatif). Di samping itu, mahasiswa dapat menyunting secara kritis berbagai karya ilmiah dan menyempurnakannya berdasarkan hasil suntingan, dan memanfaatkan kemahiran dalam berbahasa Indonesia untuk mengembangkan diri sepanjang hayat (Dikti, 2006: 2). Dengan demikian, sebaiknya materi MKU-BI ditujukan untuk kebutuhan praktis bukan teoretis. Oleh karena itu MKU-BI berperan dalam melatih mahasiswa untuk mempunyai keterampilan menulis karya ilmiah. Fenomena yang terjadi, walaupun mulai di jenjang sekolah menengah sudah diajarkan tentang menulis karya ilmiah, namun pada umumnya para mahasiswa masih mengalami banyak kelemahan dalam menulis ilmiah. Hal ini dikemukakan oleh Anshori (2004: 395) bahwa siswa dan mahasiswa tidak memiliki pengalaman menulis yang memadai. Bahkan, sebagian besar para sarjana pun tidak mampu menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk bahasa tulis. Aktivitas menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara dan membaca. Dari ketiga kemampuan tersebut, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 296). Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Fuad (2005:15) menyebutkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia pada karya tulis ilmiah pada mahasiswa sangat memprihatinkan. 4 Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Cahyani (2005: 7) dan Mangun (2014: 2) bahwa kemampuan menullis karya ilmiah siswa masih sangat rendah, baik dalam penguasaan konsep maupun penulisan karya tulis itu sendiri. Di samping itu, ada beberapa penyebab kesulitan dalam menuangkan ide dengan tulisan, yaitu adanya rasa takut membuat kesalahan menulis sebuah topik, kurang mampu mengorganisasikan karangan, mengembangkan paragraf, menata bahasa secara efektif terutama menyusun kalimat, menempatkan kosa kata yang tepat, dan menggunakan mekanik tulisan, khususnya teknik penulisan. Demikian juga hasil penelitian Listyorini (2005: 35) menunjukkan bahwa hasil karya ilmiah mahasiswa masih banyak kesalahan mekanik dalam menulis ilmiah, yaitu dalam hal penggunaan tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Menurut Putra (2011:7), rendahnya keterampilan menulis karya ilmiah ternyata relevan dengan rendahnya budaya baca tulis masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih berbudaya dengar-ucap dibanding budaya baca tulis (Alwasilah, 2007:8). Padahal, perkembangan zaman saat ini lebih menekankan pada peningkatan budaya tulis daripada budaya lisan, khususnya dalam bidang akademik. Lebih lanjut kajian yang dilakukan oleh Hegelhud dan Kock (2003: 75) menemukan bahwa rendahnya keterampilan menulis disebabkan oleh faktor dari diri siswa dan lingkungan. Faktor dari diri siswa dikaitkan dengan faktor ketertarikan dan kesiapan siswa, karena faktor tersebut memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan keberhasilan menulis. Kesiapan menurut Bruner (2006: 47) sebagai readiness yang merupakan bekal awal bagi seseorang 5 untuk belajar. Jika siswa memiliki ketertarikan dan kesiapan dalam belajar tulis menulis maka siswa dapat menguasai keterampilan tersebut. Perlu disadari bahwa budaya akademik di Indonesia memang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Tidak saja di tingkat pendidikan dasar dan menengah, rendahnya budaya akademik juga dirasakan pada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini tampak pada penelitian Mukminin dan McMahon (2013: 1) yang menemukan bahwa mahasiswamahasiswa program doktoral dari Indonesia yang belajar di Amerika merasa kesulitan beradaptasi dengan budaya akademik di sana. Kebanyakan dari mereka terkendala oleh lima hal, yakni (1) beban kerja akademik yang terlalu berat, (2) kurang adaptif terhadap dinamika kelas, (3) kurang familiar dengan lingkungan dan budaya kerja di kampus, (4) memiliki konflik personal dengan para dosen, dan (5) kesulitan berkomunikasi. Permasalahan tersebut juga dialami oleh mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Australia. Novera (2004: 475) dalam penelitiannya menemukan masalah utama yang dihadapi oleh mahasiswa Indonesia di Australia adalah penguasaan bahasa Inggris, tuntutan akademik di negara tersebut, dan fasilitas khusus bagi mahasiswa muslim. Dua dari tiga permasalahan tersebut jelas merupakan faktor akademik yang membuktikan bahwa budaya akademik di Indonesia memang masih cukup rendah. Rendahnya budaya akademik di Indonesia terlihat pula pada jumlah karya ilmiah yang dihasilkan oleh para akademisi. Menurut data yang dilansir dari SC Imago JR (2013), diketahui bahwa Indonesia berada di peringkat 61 dunia ditinjau 6 dari jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional yang terindeks scopus. Sementara itu, di tingkat Asia Indonesia hanya berada di peringkat 11 di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Pakistan. Data di atas memperlihatkan bahwa budaya tulis, khususnya menulis karya ilmiah perlu ditingkatkan di semua jenjang pendidikan, tidak terkecuali jenjang pendidikan sarjana (S1), dan melalui MKU-BI inilah, budaya menulis akademik mahasiswa dapat ditingkatkan. Di samping budaya menulis, kualitas proses pembelajaran MKU-BI juga perlu diperhatikan. Terkait dengan proses pembelajaran menurut Alwasilah (2002: 324), dosen masih cenderung mengajarkan tentang teori-teori kebahasaan daripada melatih mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Di samping itu, dosen lebih banyak menekankan materi pada pengajaran teori menulis dan sedikit sekali bahkan tidak pernah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berlatih menulis. Kajian Alwasilah (2007: 208) menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis di Indonesia belum berhasil. Pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kemampuan menulis perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya kemerosotan mutu pembelajaran menulis (Ismail, 2013: 7). Berdasarkan hal tersebut, perlu diciptakan suatu kondisi yang dapat menumbuh kembangkan aktivitas mahasiswa dalam menulis ilmiah, dan untuk itu diperlukan strategi dan substansi pembelajaran yang tepat. Strategi dan substansi pembelajaran harus dipilih atau disusun secara cermat berdasarkan teori-teori yang sudah berkembang bahkan harus mengembangkan teori-teori yang baru. 7 Tidak tepatnya pemilihan strategi pembelajaran akan mengakibatkan kemampuan menulis dari masa ke masa tidak pernah menunjukkan hasil yang memuaskan (Anshori, 2004: 395), dan menurut Sanjaya (2008: 70) dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan dalam suatu proses pembelajaran. Artinya, bahwa strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran. Dengan demikian metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran, mempunyai pengaruh terhadap hasil keterampilan menulis ilmiah. Keberhasilan dalam pembelajaran menulis, ditentukan oleh salah satunya adalah pemilihan metode pembelajaran tersebut. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi mahasiswa, materi yang diajarkan, tujuanpem belajaran yang akan dicapai, serta keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran, akan lebih efektif dan efesien dalam pembentukan kompetensi menulis ilmiah. Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik tertentu berupa kelebihan dan kekurangan apabila diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, dosen dan guru harus mempertimbangkan dengan benar metode yang dipilih untuk materi perkuliahan tertentu agar tepat sasaran dan tercapai tujuan yang diinginkan. 8 Dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi menulis karya ilmiah, ada beberapa metode pembelajaran yang kemungkinan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Diantara metode-metode yang ada, ada tiga metode pembelajaran yang diduga mampu mengefektifkan pelaksanaan proses pembelajaran menulis karya ilmiah. Ketiga metode tersebut adalah (1) mind mapping (MM), (2) problem based learning (PBL), dan (3) cooperative integratedreading and composition (CIRC). Pembelajaran dengan metode MM dikatagorikan sebagai teknik mencatat kreatif, karena pembuatan MM ini membutuhkan suatu imajinasi dengan menggunakan bahasa gambar untuk menyusun, mengembangkan, dan mengingat suatu informasi. Menurut Buzan (2007: 9) dan Edward (2009: 64-65), MM menggunakan kemampuan otak akan mengenal visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan gambar dan kombinasi warna serta cabang-cabang melengkung, MM lebih merangsang secara visual sehingga dapat memudahkan mengingat suatu informasi. Di samping itu, proses pembuatan MM dapat menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya mengandalkan otak kiri, tetapi dapat menarik perhatian mata dan merangsang bekerjanya otak kanan. Pembelajaran dengan metode MM akan sangat membantu memudahkan mahasiswa dalam proses pembelajaran, terutama digunakan dalam menulis karya ilmiah, yaitu dapat mempermudah membuat urutan dan keruntutan dalam menulis ilmiah. Metode MM dapat membantu potensi kedua belah otak yang dapat memicu kreativitas dalam proses menulis ilmiah. Kebiasaan menggunakan dan mengembangkan potensi kedua belah otak, akan mampu meningkatkan beberapa 9 aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman sehingga mahasiswa dapat mengembangkan tulisan ilmiah melalui MM. Pembelajaran dengan metode PBL menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dengan memilih strategi belajar sendiri. Hal ini dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan kecakapan memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, serta keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan. Menurut Arends (2008: 43), PBL tidak dirancang untuk membantu pengajar dalam menyampaikan informasi dalam pembelajaran, tetapi untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition) adalah sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis, metode ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja dengan cara berpasangan, di mana mahasiswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dengan belajar kelompok, para mahasiswa dapat meningkatkan pikiran kritis, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Di samping itu mahaiswa mendapatkan pembelajaran untuk menjadi pendengar yang baik, menghargai pendapat orang lain dan dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, serta mendorong teman lain untuk bekerja sama dalam berdiskusi. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif yang terkandung dalam metode pembelajaran CIRC adalah kemampuan mahasiswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Tujuannya adalah agar mahasiswa yang pandai 10 dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan mahasiswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Motode CIRC ini dapat memotivasi mahasiswa karena adanya saling bekerja sama, sehingga hasil belajar mereka mengalami peningkatan dengan adanya metode tersebut. Dari aspek pemikiran yang lain, keterampilan menulis karya ilmiah pada dasarnya merupakan implementasi dari kemampuan berpikir, utamanya dalam hal kemampuan berpikir logis. Berpikir logis adalah berpikir dengan menggunakan logika atau berpikir dengan menggunakan penalaran secara konsisten untuk mengambil sebuah kesimpulan. Dapat diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Dengan demikian, kemampuan berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dengan menggunakan logika induktif dan logika deduktif. Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Adapun logika induktif penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi khusus ke proposisi umum. Jenis logika ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian, memberikan suatu kesimpulan berdasarkan atas pengalaman atau kenyataan yang ditangkap melalui panca indranya. Berdasarkan latar belakang seperti itulah, maka dapat dipertimbangkan akan pentingnya meneliti tentang penerapan metode MM, PBL, CIRC dan kemampuan berpikir logis untuk mengembangkan keterampilan menulis karya 11 ilmiah. Selanjutnya berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut. Keterampilan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang penting dalam proses pembelajaran. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang kompleks, karena munulis pada prinsipnya bukan hanya sekadar menuangkan bahasa ujaran dalam sebuah tulisan, melainkan merupakan mekanisme ungkapan ide, gagasan atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar, berkoherensi dengan baik antarparagraf, dan bebas dari kesalahan-kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca (Alwasilah, 2005: 152). Keterampilan menulis karya ilmiah merupakan salah satu kegiatan yang penting dikuasai oleh mahasiswa karena merupakan bagian integral dalam seluruh proses pembelajaran yang dialami mahasiswa, terutama dalam menunjang tugastugas dalam perkuliahan. Namun pada kenyataannya keterampilan menulis mahasiswa masih lemah (Mochtar, 2001:142). Hal ini disebabkan oleh karakteristik setiap mahasiswa berbeda, ada yang cepat berpikir, ada yang lambat, ada yang selalu meminta bantuan orang lain, ada yang mandiri, dan sebagainya. Dosen sebagai kolabolator mahasiswa, harus mampu mengakomodasi setiap karakteristik mahasiswa. Dosen dapat menolong perkembangan keterampilan menulis setiap mahasiswa semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dosen harus menciptakan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis mahasiwa sekaligus memfasilitasi karakter dan pengetahuan mahasiswa yang berbeda tersebut. 12 Di samping itu, dosen harus dapat menggunakan beberapa metode sehingga dapat menjamin berhasilnya pembelajaran sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Bahkan, metode pembelajaran dapat berfungsi dengan optimal, jika diselaraskan dengan materi pelajaran, tujuan pengajaran, serta keterampilan menggunakannya. Ada kemungkinan rendahnya keterampilan menulis ilmiah disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dosen belum tentu menerapkan metode pembelajaran yang menuntut kemampuan berpikir mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah. Mahasiswa cenderung hanya sebagai pendengar saja atau cenderung pasif. Di samping itu rendahnya keterampilan menulis ilmiah mahasiswa berkaitan dengan kemampuan berpikir logis. Dalam kegiatan pembelajaran dosen belum tentu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran secara logis yang dimilikinya sehingga mahasiswa cenderung hanya mengikuti langkahlangkah yang diajarkan oleh dosen. Masalah-masalah tersebut perlu diidentifikasi, sehingga dapat ditemukan aspek-aspek yang dapat menunjang peningkatan keterampilan menulis ilmiah. Berkaitan dengan hal tersebut, faktor penunjang untuk meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah adalah pemilihan metode pembelajaran yang dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis pada mahasiswa. Dari identifikasi masalah di atas terdapat banyak permasalahan sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut. 13 1. Keterampilan menulis ilmiah dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan menulis ilmiah dalam membuat makalah ditinjau dari tingkat kemampuan berpikir logis pada mahasiswa. 2. Metode pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini meliputi tiga metode yaitu metode pembelajaran mind mapping (MM), metode pembelajaran problem based learning (PBL), dan metode pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC). 3. Karakteristik mahasiswa yang dipilih dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan berpikir logis mahasiswa, dalam hal ini kemampuan berpikir logis mahasiswa dikelompokkan menjadi kemampuan berpikir logis tinggi dan rendah. 4. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa program studi nonkebahasaan semester II tahun akademik 2012/2013 perguruan tinggi swasta di Surakarta. Terkait hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian membandingkan keterampilan menulis ilmiah yang diberikan dengan metode pembelajaran problem based learning (PBL), metode pembelajaran mind mapping (MM), dan metode pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC), ditinjau dari kemampuan berpikir logis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan padalatar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 14 1. Adakah perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode PBL, MM, dan CIRC ? 2. Adakah perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi dan rendah ? 3. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan berpikir logis dalam mempengaruhi keterampilan menulis karya ilmiah? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Menemukan perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode MM, PBL, dan CIRC. 2. Menemukan perbedaan keterampilan menulis ilmiah antara kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi dan rendah. 3. Menentukan ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan berpikir logis dalam mempengaruhi keterampilan menulis ilmiah D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu, khususnya dalam bidang pembelajaran matakuliah umum (MKU) Bahasa Indonesia dalam aspek keterampilan menulis ilmiah melalui penerapan pendekatan pembelajaran PBL, MM dan CIRC. 15 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dosen Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada dosen pengampu MKU Bahasa Indonesia dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan berpikir logis pada mahasiswa. b. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada mahasiswa dalam memilih metode belajar dalam menulis karya ilmiah. c. Bagi Pengambil Kebijakan Hasil penelitian ini diharap kandapat menja dimasukan tentang ada tidaknya pengaruh metode pembelajaran yang digunakan dosen dan kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menulis ilmiah. Dengan mengetahui adanya pengaruh tersebut, penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan apakah dalam pembelajaran dengan menggunakan metode PBL, MM, dan CIRC serta kemampuan berpikir logis dapat dikembangkan lebih luas dalam meningkatkan keterampilan menulisilmiah. d. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman, sebagai bahan awal, pembanding atau rujukan bagi penelitian yang dilakukan.