INTERAKSI OBAT Interaksi antar obat dpt berakibat menguntungkan

advertisement
19/02/2016
INTERAKSI OBAT
Diantara berbagai faktor yg mempengaruhi
respon tubuh terhadap pengobatan terdapat
faktor interaksi obat :
1. Obat dapat berinteraksi dgn makanan
2. Zat kimia yg masuk dari lingkungan
3. Dengan obat lainnya(interaksi antar obat)
obat resep maupun obat bebas.
Interaksi antar obat dpt berakibat
menguntungkan atau merugikan :
Menguntungkan :
1. Penisilin dgn Probenesid(menghambat ) sekresi penisilin
di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dlm
plasma & dgn demikian meningkatkan efektivitasnya dlm
terapi gonore.
2. Kombinasi obat Antihipertensi: meningkatkan efektivitas
& mengurangi efek samping
3. Kombinasi obat Anti asma : meningkatkan efektivitas
4. Kombinasi obat Antiidiabetik : meningkatkan efektivitas
5. Kombinasi Obat Anttuberkolosis : Memperlambat
timbulnya resistensi kuman terhadap obat
6. Kombinasi obat anti-HIV: Memperlambat timbulnya
resistensi virus terhadap obat
1
19/02/2016
Merugikan:
Pengobatan
dengan
beberapa
obat
sekaligus(polifarmasi) memudahkan terjadinya
interaksi obat dan insiden efek samping obat:
1. Penggunaan 1-5 macam obat adalah 3,5 %
2. Penggunaan 16-20 macam obat 54%
3. Interaksi obat dianggap penting secara klinik
jika
berakibat
meningkatkan
toksisitas/mengurangi efektivitas obat yg
berinteraksi (obat dgn batas keamanan
sempit),
misalnya:
glikosida
jantung,
antikoagulan
Insiden interaksi obat yg penting dlm
klinik sukar diperkirakan, karena:
1.
2.
3.
4.
5.
Dokumentasinya sangat kurang
Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan
para dokter/tenaga medis akan mekanisme dan kemungkinan
terjadinya interaksi obat ( toksisitas dan efektivitas)
Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi
individual(populasi
tertentu
lbh
peka:
pasien
usia
lanjut,berpenyakit
parah,adanya
perbedaan
kapasitas
metabolisme antar individu termasuk polimorfisme genetik)
Penyakit tertentu(terutama gagal ginjal,penyakit hati yg kronik,
penyakit yg mengurangi aliran darah ke hati atau ginjal,misalnya
penyakit jantung)
Faktor-faktor lain(Dosis Besar, obat ditelan bersamasama,penggunaan obat bebas, termasuk suplemen dan obat
herbal, merokok, minum alkohol).
2
19/02/2016
Mekanisme interaksi obat secara garis besar dpt
dibedakan atas 3 mekanisme,yaitu :
1. Interaksi Farmaseutik atau Inkompatibilitas
2. Interaksi Farmakokinetik
3. Interaksi Farmakodinamik
1. Interaksi Farmaseutik atau Inkompatibilitas
Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh(sebelum obat
diberikan) antara obat yg tidak dapat
dicampur(inkompatibel). Pencampuran obat demikian
menyebakan terjadinya interaksi langsung secara fisik
atau kimiawi, yg hasilnya mungkin terlihat sebagai
bentuk endapan, perubahan warna. Interaksi ini
biasanya berakibat inaktivasi obat.
Bagi tenaga medis(Dokter,bidan,perawat), interaksi
farmaseutik yg penting adalah interaksi antar obat suntik
dan interaksi antara obat suntik dgn cairan infus.
Banyak obat suntik yg tidak kompatibel dgn berbagai obat
suntik lain,yaitu dgn bahan obat atau bahan
pembawanya(vehicle). Maka dianjurkan tdk mencampur
obat suntik dlm satu semprit atau dgn cairan infus,kecuali
jika jelas diketahui tdk ada interaksi.
Contoh:
1.Gentamisin mengalami inaktivasi jika dicampur
dgn
karbenilisin,
2. Penisilin G jika dicampur dgn Vitamin C
3.Amfoterisin B mengendap dlm larutan garam
fisiologis/larutan ringer
4. Fenitoin mengendap dlm larutan Dekstrosa 5%
3
19/02/2016
2. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi
Absorpsi,distribusi,Metabolisme atau sekresi obat kedua, sehingga kadar plasma
obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau
penurunan efektivitas obat tersebut.
2.1.Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna
Interaksi langsung. Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dlm lumen saluran
cerna sebelum absorpsi dpt mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini dpt
dihindarkan/sangat dikurangi jika obat yg berinteraksi diberikan dgn jarak waktu
minimal 2 jam.
2.2.Interaksi dalam Distribusi
Terjadinya peningkatan kompetisi antara obat yg bersifat basa dgn obat yg bersifat
asam untuk berikatan dgn protein yg sama.
2.3.Interaksi dalam Metabolisme
Hambatan metabolisme obat, terutama menyangkut obat-obat yg merupakan
subtrat enzim metabolisme.
2.4.Interaksi dalam Ekskresi Ginjal
Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat. Obat-obat yg dpt
menyebabkan kerusakan ginjal adalah siklosporin dan Amfoterisin B. Jika obat2 ini
diberikan bersama dgn obat2 lain yg eliminasinya terutama melalui ginjal maka
akan terjadi akumulasi obat2 lain tersebut sehingga akan menimbulkan efek toksik.
3. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi antara
obat yg bekerja pd sistem reseptor, tempat kerja
atau sistem fisiologik yg sama, sehingga terjadi
efek yg aditif,sinergistik atau antagonistik, tanpa
terjadi perubahan kadar obat dlm plasma.
3.1. Interaksi pada Reseptor
Biasanya merupakan antagonisme antara Agonis
dan Antagonis/bloker dari reseptor yg
bersangkutan.
3.2. Interaksi Fisiologik
Interaksi pd sistem fisiologik yg sama dpt
menghasilkan peningkatan atau penurunan
respon(potensial/antagonisme).
4
19/02/2016
4. Interaksi lain-lain
4.1. Interaksi antar antimikroba
Pada Meningitis yg disebabkan oleh
pneumokokus yg sensitif terhadap Ampisilin,
pemberian penisilin bersama dng
Kloramfenikol/klortetrasiklin menimbulkan
antagonisme. Pemberian Ketokonazol bersama
dgn Amfoterisin B untuk penyakit jamur sistemik
bersifat antagonisme.
5. Saran-saran Klinik
5.1. Gunakan sedikit mungkin jenis obat untuk
setiap pasien, termasuk obat bebas dan obat
herbal
5. Saran-saran Klinik
5.1. Gunakan sedikit mungkin jenis obat untuk setiap
pasien, termasuk obat bebas dan obat herbal,
5.2. Minum obat dengan air putih, jgn dgn jus buah/buah
5.3. Terutama hati-hati jika menggunakan :
a.Obat2 dgn batas keamanan yg sempit, misalnya
antikoagulan,digitalis,antidiabetik,antiaritmia,antikonv
ulsan,imunosupresan,obat
sitotoksik,antipsikotik,antidepresi trisiklik.
b.Penghambat protein enzim, misalnya
Ketokonazol,eritromisin
4. Terutama pada :
a. Pasien Usia lanjut atau sakit parah
b. adanya gangguan fungsi hati atau ginjal.
5
19/02/2016
Faktor2 yg mempengaruhi Respons
Pasien terhadap Obat
Obat biasanya diberikan dalam dosis biasa
atau dosis rata2.
Faktor2 Farmakokinetik menentukan brp dari
jumlah obat yg diminum dpt mencari tempat
kerja obat untuk bereaksi dgn reseptornya.
Faktor2 Farmakodinamik menentukan
intensitas efek farmakologik yg ditimbulkan
oleh kadar obat disekitar tempat reseptor tsb.
1. Kondisi Fisiologik
Usia,bb,luas permukaan tubuh atau kombinasi
faktor2 ini dpt digunakan untuk menghitung
dosis anak dari dosis dewasa.
Untuk perhitungan dosis, usia anak dibagi dlm
beberapa kelompok usia sbb:
a. Sampai 1 bulan (Neonantus)
b. Sampai 1 tahun(bayi)
c. Anak 1-5 tahun
d. Anak 6-12 tahun
6
19/02/2016
Tabel. Daftar perkiraan dosis bayi dan anak terhadap
dosis dewasa (BB).
USIA
Bayi prematur
Bayi baru lahir
2 Bulan
4 Bulan
6 Bulan
1 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
7 Tahun
10 Tahun
12 Tahun
14 Tahun
16 Tahun
BERAT
BADAN(Kg)
DOSIS ANAK
(% dosis dewasa)
1,13
1,81
2,27
3,18
4,54
6,35
7,70
10,00
14,97
18,00
23,00
30,00
37,00
45,36
54,43
2,5-5%
4-8%
5-19%
12,5%
15%
20%
23%
25%
33%
40%
50%
60%
75%
80%
90%
Neonantus dan Bayi Prematur
Pd Usia ekstrim ini terdapat perbedaan respons yg
terutama disebabkan oleh blm sempurnanya berbagai
fungsi farmakokinetik tubuh:
1. Fungsi biotransformasi hati(terutama glukuronidasi
dan jg hidroksilasi yg kurang)
2. Fungsi ekskresi ginjal(filtrasi glomerulus dan sekresi
tubuli) yg hanya 60-70% dari fungsi ginjal dewasa
3. Kapasitas ikatan protein plasma(terutama albumin) yg
rendah
4. Sawar darah-otak, serta sawar kulit yg blm sempurna.
Dgn demikian diperoleh kadar obat yg tinggi dlm
darah dan jaringan.
Prinsip umum penggunaan obat pd neonantus dan bayi
prematur adalah:
7
19/02/2016
Prinsip umum penggunaan obat pada
neonantus dan bayi prematur adalah:
1. Hindarkan penggunaan
Sulfonamida,aspirin,heksaklorofen(kadar
berapapun untuk kulit yg tdk utuh, kadar 3%
atau lbh untuk kulit utuh), morfin, barbiturat.
2. Untuk obat2 lain : gunakan dosis yg lbh rendah
dari dosis yg dihitung berdasarkan luas
permukaan tubuh.(tidak ada pedoman umum u/
menghitung berapa dosis hrs diturunkan, maka
digunakan petunjuk dari pabrik obat yg
bersangkutan. Kemudian monitor respons klinik
pasien,dan bila perlu monitor kadar obat dlm
plasma).
2. Usia Lanjut
Perubahan respons pasien usia lanjut disebabkan oleh
banyak faktor, yakni :
a. Penurunan Fungsi ginjal(filtrasi glomerulus dan
sekresi tubuli), penurunan filtrasi glomerulus sekitar
30% pd usia lanjut(65 thn),penurunan kapasitas
metabolisme beberapa obat, - kadar albumin
plasma(sehingga dpt + kadar obat bebas).
Pengurangan bb dan cairan tubuh serta penambahan
lemak tubuh(sehingga dpt mengubah distribusi obat).
b. Perubahan faktor2 farmakodinamik(peningkatan
sensitivitas reseptor otak.
c. Adanya berbagai penyakit
d. Penggunaan banyak obat sehingga + kemungkinan
terjadinya interaksi obat.
8
19/02/2016
Prinsip umum penggunaan obat pada pasien usia lanjut
1. Berikan obat hanya yg betul2 diperlukan
2. Pilih obat yg memberikan rasio manfaat resiko paling
menguntungkan bagi pasien usia lanjut.
3. Mulai dgn pengobatan dgn dosis separuh lebih sedikit
dari dosis yg biasa diberikan kpd pasien dewasa
muda.
4. Selanjutnya sesuaikan dosis obat berdasarkan respon
klinik pasien.
5. Berikan regimen dosis yg sederhana(yg ideal 1x
sehari) dn sediaan obat yg mudah ditelan(sirop atau
tablet yg dilarutkan dlm air).
6. Periksa secara berkala semua obat yg dimakan pasien,
dan hentikan obat yg tidak diperlukan.
3. Kondisi Patologik
1.
Penyakit saluran cerna
Penyakit ini dpt mengurangi kecepatan dan atau jumlah obat yg
diabsorpsi pd pemberian oral melalui perlambatan pengosongan
lambung, percepatan waktu transit dlm saluran
cerna,malabsorpsi/metabolisme dlm saluran cerna.
2. Penyakit kardiovaskuler
penyakit ini mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar dan
ginjal untuk eliminasi obat sehingga kadar obat tinggi dalam darah dan
menimbulkan efek yg berlebihan atau efek toksik.
3. Penyakit hati
Penyakit ini mengurangi metabolisme obat di hati dan sintesis protein
plasma sehingga meningkatkan kadar obat, terutama kadar bebasnya
dalam darah dan jaringan.
4. Penyakit ginjal
Penyakit ini mengurangiu ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yg
aktif melalui ginjal sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan
jaringan dan menimbulkan respons yg berlebihan atau toksik.
9
19/02/2016
4. Faktor Genetik
Kemampuan mematabolisme obat
dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Metabolisme obat yg dikendalikan
oleh banyak gen akan membentuk distribusi
kemampuan metabolisme yg berbeda tiap
individu.
10
Download