BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra memiliki definisi yang cukup luas. S astra merupakan sebuah gambaran dari kehidupan masyarakat. Berbagai macam bentuk karya sastra mulai dari karya lisan sampai karya tulis bisa dengan mudah ditemukan dimana saja, karena sastra sudah menjadi bagian dari kehidupan. M enurut Wellek dan Warren (1990:109) sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Pengarang menciptakan sebuah sastra dengan cara menggambarkan sua tu keadaan dalam waktu tertentu. Sehingga, sastra juga disebut sebagai media untuk mengekspresikan perasaan seseorang terhadap suatu kejadian. Ada banyak bentuk dari karya sastra salah satunya adalah film. Film merupakan penjelmaan terpadu antara berbagai unsur yakni sastra, teater, seni rupa, dengan teknologi canggih dan modern serta sarana publikasi (Baksin, 2003:3). M enurut UU No. 8 Tahun 1992 tentang perfilman, definisi film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kim iawi, proses 1 2 elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, eletronik, dan atau lainnya. Skenario dibuat oleh pengarang dan dijadikan sebuah film sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:134). Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium dan bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial (Damono, 1984:1). Film merupakan sebuah bentuk karya sastra yang memiliki aspek sastra berupa bahasa . Film memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik seperti karya sastra tertulis, bedanya unsur tersebut disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk gambar dan suara. Film berfungsi sebagai contoh nyata untuk menggambark an konsep kebaikan, keburukan, atau politik serta interaksi sosial dalam kehidupan. S etiap film memiliki alur dan tema tertentu yang menggambarkan suatu kehidupan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, banyak ahli filsafat sastra menyatakan film sama seperti novel, lakon, atau cerita. Film bisa dianggap sebagai sesuatu secara khusus, detail, serta ilustrasi konkrit yang menggambarkan masalah moral tertentu dan usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut (Freeland dan Wartenberg, 1995:7). Karya sastra adalah gambaran kehidupan sosial masyarakat yang telah diperkaya oleh imajinasi sastrawan (Damono, 1984:12). Penelitian ini membahas tentang representasi fenomena sosial di masyarakat Korea melalui film. Film yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) karya 3 Hong Seok-jae yang ditayangkan perdana pada tahun 2014 dalam 19 th Busan International Film Festival (BIFF) dan dirilis di bioskop K orea Selatan pada tanggal 12 M aret 2015. Film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) berhasil memenangkan beberapa penghargaan diantaranya Director’s Guild Award dan NETPAC Award pada 19 th Busan International Film Festival (BIFF). Film ini juga berhasil menarik perhatian lebih dari seratus ribu penonton hanya dalam tiga hari setelah film ini dirilis dan memenangkan Penghargaan Aktor dan Penonton pada 40 th Seoul Independent Film Festival. 1 Film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) menceritakan tentang sekelompok pemuda yang aktif berkomunikasi melalui media sosial dan masalah yang timbu l akibat perilaku mereka. Sekelompok pemuda tersebut kesal dengan komentar jahat seorang wanita di media sosial men gejek seorang tentara yang bunuh diri. M ereka membalas dengan mengirim komentar negatif melalui media sosial kepada wanita itu. Komentar wanita itu dan komentar-komentar balasannya cepat tersebar dan menjadi isu populer saat itu. Namun, saat mereka mendatangi apartemennya untuk menuntut permintaan maaf, wanita itu sudah gantung diri karena merasa tertekan. Sekelompok pemuda itu pun dituduh bertanggung jawab atas kematian wanita itu akibat ulah mereka di media sosial. Judul film Socialphobia memiliki arti fobia sosial atau ketakutan seseorang terhadap interaksi sosial dan cenderung menutup diri dari lingkungan sosial . Kata fobia berasal dari bahasa Yunani, yaitu phobos yang berarti takut. Takut adalah perasaan cemas sebagai respon terhadap suatu ancaman (Nevid, Rathus, dan 1 http://www.koreanfilm.or.kr/jsp/news/reports.jsp?mode=VIEW &seq=317 4 Greene, 2005: 168). Sehingga makna dari judul film ini adalah pengguna media sosial mirip seperti penderita fobia sosial. M ereka menghindari interaks i langsung dan lebih memilih berinteraksi melalui media sosial. Film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) merupakan bentuk representasi dari gejala sosial berupa penggunaan media sosial yang terdapat di dalam sebuah karya sastra. Karya seni sastra merupakan aktivitas yang representatif sebagai kreativitas yang menjadi alternatif dalam menjelaskan gejala -gejala sosial (Ratna, 2003:39). Representasi memiliki kecenderungan, yaitu sesuatu yang dihadirkan kembali merupakan suatu rekayasa, bukan yang sebenarnya, hanya tempelan-tempelan terhadap sebuah peristiwa, sehingga perlu ditafsirkan, dimaknai kembali, ataupun dibaca ulang (Susanto, 2012:33). Film ini menceritakan kehidupan pada zaman modern saat ini yang dimudahkan dengan kehadiran teknologi komunikasi dan informasi serta dampaknya bagi masyarakat terutama generasi muda di K orea . Sebagiaan besar pengguna media sosial akan terkejut saat mengetahui bahwa media sosial dianggap sebagai ruang publik oleh lembaga -lembaga sosial dan pengadilan, bukan sebagai ruang pribadi seseorang (Andrew s, 2013:123). Pengguna media sosial di dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) bebas menyampaikan pendapat mereka, termasuk menulis kata -kata kasar. M ereka tidak menyadari bahwa perkataan mereka bisa membahayakan diri mereka sendiri. Hal ini merupakan dampak dari penggunaan media sosial secara tidak bertanggung jawab yang tercermin di dalam film. Di satu sisi banyak keuntungan dan dampak positif media sosial apabila digunakan dengan bertanggung jawab. Akan tetapi, disisi lain akan muncul dampak negatif jika media sosial disalahgunakan. Film 5 mampu berperan sebagai media untuk memahami suatu peristiwa dalam kehidupan sosial. Kehidupan manusia modern semakin dimudahkan seiring berkembangnya kemajuan teknologi komunikasi seperti internet. M edia sosial merupakan sebuah alat yang memfasilitasi komunikasi dengan orang lain berbasis jaringan internet. Komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Semua orang bisa dengan mudah berhubungan satu sama lain melalui media sosial. M enurut Chris Brogan (2010:11) media sosial adalah satu set baru komunikasi dan alat kolaborasi yang memungkinkan banyak jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia untuk orang biasa. Adapun fungsi dari media sosial, yaitu sebagai sarana belajar, bersosialisasi, saling bertukar informasi, hiburan, dokumentasi, dan pengawasan (Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2014:33-34). Penggunaan media sosial sudah merupakan bagian dari rutinitas masyarakat Korea. M eningkatnya penggunaan media sosial berbanding lurus dengan kecepatan akses internet di K orea. M enurut laporan State of the Internet yang dirilis Akamai Technologies edisi kuartal IV tahun 2014 dalam website kompas 2 , Korea Selatan menduduki urutan pertama kecepatan internet tercepat secara global dengan rata-rata koneksi internet 22,2 M bps. Sejak tahun 1990 -an, pemerintah K orea Selatan memprioritaskan perkembangan internet untuk memajukan negaranya. Pemerintah mengupayakan seluruh masyarakat K orea memanfaatkan koneksi internet dalam kehidupan sehari-hari. 2 http://tekno.kompas.com/read/2015/03/26/09571067/ini.10.negara.dengan.internet.tercepat 6 Artikel yang ditulis oleh Jo M yeong-hyeon di website The Star 3 mengatakan bahwa film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) mewakili keadaan yang sedang terjadi. Kemajuan teknologi membuat orang-orang sibuk dengan telepon genggamnya dan lebih sering berkomunikasi melalui media sosial daripada berkomunikasi secara langsung. Film ini mengajarkan untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial karena tulisan kita bisa diakses dan dilihat oleh banyak orang. Selain film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ), adapun beberapa film Korea lain yang mem bahas tentang penggunaan media sosial salah satunya yaitu film Ingtoogi: T he Battle of Internet Trolls (잉 투 기 ) yang disutradarai oleh Um Taehwa dan dirilis pada tahun 2013. 4 Alasan pemilihan film Socialphobia (소 셜 포 비아 ) sebagai objek penelitian karena film tersebut lebih sesuai untuk meneliti tentang dampak penggunaan media sosial bagi masyarakat K orea dibandingkan film Ingtoogi (잉 투 기 ). Film Ingtoogi (잉 투 기 ) juga membahas tentang penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi modern di Korea, namun film tersebut lebih menonjolkan pertengkaran dan konflik antar pemain. Dampak-dampak penggunaan media sosial bagi masyarakat Korea yang tercermin di film Ingtoogi (잉 투 기 ) lebih sedikit daripada di film Socialphobia (소 셜 포 비아 ). Film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) juga menggunakan jenis media sosial yang beragam daripada film Ingtoogi (잉 투 기 ). Dari uraian di atas, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pemilihan film Socialphobia (소 셜 포 비 아) sebagai objek penelitian. Pertama, film Socialphobia 3 4 http://thestar.chosun.com/svc/m/view.html?catid=25&contid=2014100604330 https://mubi.com/films/ingtoogi -the-ba ttle-of-internet-trolls 7 (소 셜 포 비아 ) menceritakan keadaan yang sedang terjadi pada zaman sekarang yaitu penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, film ini menceritakan dampak positif dan negatif yang terjadi pada pengguna media sosial khususnya bagi kalangan generasi muda di Korea . Kemudian, Alasan terakhir adalah film tersebut belum pernah dianalisis secara akademis dan teoretis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, masalah -masalah yang akan dibahas, yaitu: a. Bagaimana representasi dampak positif penggunaan media sosial bagi generasi muda di Korea dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 )? b. Bagaimana representasi dampak negatif penyalahgunaan media sosial bagi generasi muda di Korea dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 )? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian terhadap film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk m engetahui representasi berbagai bentuk dampak positif penggunaan media sosial bagi generasi muda di Korea yang terdapat dalam film Socialphobia (소 셜 포 비아 ). Dampak positif dari media sosial bisa dimanfaatkan untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi dan menjalankan aktivitasnya. 8 b. Untuk mengetahui representasi dampak negatif penyalahgunaan media sosial bagi generasi m uda di Korea yang terdapat dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ). Melalui film ini, penonton bisa mengetahui dibalik dampak negatif dari media sosial terdapat pesan agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan kesalahan dan berdampak buruk bagi orang lain. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: a. M anfaat teoretis pengaplikasian dari teori penelitian sosiologi ini sastra adalah melalui untuk film . menperkaya Teori tersebut digunakan untuk mengetahui representasi dampak positif dan negatif penggunaan media sosial di kalangan generasi muda di K orea yang tercermin dalam sebuah karya sastra berupa film . b. M anfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai dampak-dampak yang muncul akibat penggunaan media sosial khususnya generasi muda di Korea yang terdapat di dalam film dan untuk mengapresiasi sebuah karya sastra berupa film . 9 1.5 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis karya sastra dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Penelitian dari Wardhani (2014) mahasiswi Prodi Bahasa Korea, Universitas Gadjah M ada yang berjudul Representasi dan Dampak Hallyu pada Kehidupan M asyarakat Korea dalam Drama Reply 1997 (응 답 하 라 1997): Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian tersebut menjelaskan fenomena dan dampak positif serta negatif dari Hallyu dalam kehidupan masyarakat Korea yang tercermin di dalam film dengan menggunakan kajian sosiologi sastra . Penelitian berjudul Representasi M odernisasi di Korea: Kajian Sosiologi Sastra dalam Film The Way Home karya Nyoman M irah Trinipastika mahasiswi Prodi Bahasa Korea yang ditulis tahun 2013. Penelitian tersebut menjelaskan tentang bentuk modernisasi yang dialami oleh masyarakat K orea dalam bentuk fisik dan non-fisik yang tercermin dalam film. Penelitian tersebut menggunakan teori sosiologi sastra sebagai landasan teori. Penelitian dari Aulianisa (2014) M ahasiswi Jurusan Sastra Perancis, Universitas Gadjah M ada, yang berjudul Dam pak Perang Terhadap Kaum Perempuan dalam Novel Morte Parmi Les Vivants Karya Freidoune Sahebjam: Sebuah Pendekatan Sosiologi S astra. Penelitian tersebut menjelaskan tentang dampak perang terhadap kaum perempuan di Afganistan yang digambarkan dalam novel Morte Parmi Les Vivants dengan mendeskripsikan permasalahan sosial menggunakan kajian sosiologi sastra. 10 Adapun artikel yang membahas tentang film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) dalam Jurnal Pendidikan Rohani melalui Film tahun 2015 yang ditulis oleh Kim M in-su. Artikel tersebut menjelaskan tentang pesan moral yang terdapat dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ), serta mengapresiasi film tersebut melalui perspektif keagamaan. Jurnal tersebut juga menjelaskan unsur-unsur tersirat yang terdapat di dalam film, misalnya terdapat tanda salib dalam nama akun Twitter yang digunakan pemeran utama Kim Ji Ung. Penelitian di atas menggunakan drama, film, dan novel sebagai objeknya, namun pada penelitian ini menggunakan film yang berbeda yaitu film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ). Teori yang digunakan dalam penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian di atas, sehingga penelitian tersebut dapat dijadikan tinjauan pustaka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian mengenai representasi dampak media sosial bagi generasi muda di Korea dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) menggunakan teori sosiologi sastra sebagai objek penelitian secara akademik maupun non-akademik. 1.6 Landasan Teori Film Socialphobia (소 셜 포 비아 ) merupakan karya sastra yang menceritakan tentang sekelompok remaja menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi dan dampak yang timbul akibat penggunaan media sosial. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan masyarakat di dalam sebuah karya sastra. Oleh sebab itu, teori yang sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra. Jdanov (1956) dalam Escarpit (2005:8) mengatakan 11 bahwa sastra harus dipandang dalam hubungan yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat. Teori sosiologi sastra digunakan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat dan karya sastra. M enurut Damono (1984:2) sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial (Wellek dan Warren, 1990:110). M enurut Swingewood dalam bukunya “The Sociology of Litetature” mengklasifikasikan 3 pendekatan dalam mengkaji objek penelitian dengan teori sosiologi sastra yaitu, pendekatan sastra sebagai cerminan sosial, mempertimbangkan situasi sosial penulis, dan sebagai manifestasi peristiwa sejarah dalam sebuah keadaan sosial tertentu (Laurenson, 1972: 13-21). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Laurenson, 1972:13). Pendekatan ini mengadopsi dan mendokumentasikan aspek-aspek dalam sebuah karya sastra, kemudian melakukan argumentasi untuk membuktikan bahwa sastra tersebut adalah sebuah cerminan masanya. Dengan teori ini, pengarang memiliki tugas mengartikulasikan nilai-nilai dan fakta-fakta murni dari suatu masa, dan menjadikannya sebuah karya (Laurenson, 1972: 16). Dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) menceritakan dampak yang terjadi pada masyarakat akibat penggunaan media sosial. Karya sastra adalah gambaran 12 kehidupan sosial masyarakat yang telah diperkaya oleh imajinasi sastrawan (Damono, 1984:12). Hal ini mengambarkan fakta yang terjadi di dalam masyarakat, mesti tidak semuanya yang ada di film persis terjadi. Pengarang memasukkan pikiran-pikirannya ke dalam karya sastra agar gambaran kehidupan sosial masyarakat menjadi lebih hidup. Penelitian ini menggunakan pendekatan Swingew ood yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. Hal tersebut dikarenakan pendekatan ini masih memiliki hubungan dengan objek film yang digunakan. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses -proses sosial, termasuk perubahan sosial dalam masyarakat (Soemardjan dan Soemardi, 1964:14). Proses sosial memiliki pengaruh timbal balik antar berbagai segi kehidupan masyarakat. Bentuk umum dari proses-proses sosial ialah interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama ternyadinya aktivitas aktivitas sosial. A dapun syarat terjadinya interaksi sosial, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi (Soekanto, 1982:55-58). Karya sastra sebagai produk dari dunia sosial yang senantiasa berubah -ubah, merupakan kesatuan dinamis yang bermakna, sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa penting zamannya (Damono, 1984:40). M edia sosial merupakan suatu bentuk dari interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat modern, yaitu kemajuan dan kemudahan dalam berkomunikasi. Kehadiran media sosial dalam kehidupan sosial menimbulkan dampak-dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Dampak-dampak yang tercermin di dalam film tersebut yang akan 13 diteliti dalam penelitian kali ini. O leh karena itu, penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra sebagai landasannya untuk menge tahui hubungan karya sastra dengan masyarakat. 1.7 Metode Penelitian M etode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek sastra ini adalah menggunakan landasan teori sosiologi sastra. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahap pertama adalah melakukan studi pustaka untuk menentukan objek formal dan objek material. Objek penelitian ditentukan dengan memahami dan mencari masalah menarik. Setelah objek ditemukan, selanjutnya mencari teori yang tepat untuk menjawab rumusan masalah y ang terdapat di dalam objek. Teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra dengan pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Laurenson, 1972:13). Selanjutnya, menyusun rancangan penelitian. M elakukan pengumpulan data mengenai pengertian, sejarah, dan fungsi media sosial dalam hubungannya dengan dampak yang muncul bagi masyarakat K orea. Kemudian melakukan penelitian dengan metode analisis data, menarik simpulan, melaku kan penulisan dan penyusunan hasil penelitian. Setelah menuliskan hasil penelitian selanjutnya membaca kembali hasil laporan dan mencari hal-hal yang perlu direvisi. Kemudian langkah terakhir adalah melaporkan hasil penelitian. 14 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Socialphobia (소 셜 포 비아 ) yang rilis di Korea pada tanggal 12 M aret 2015. Setelah menonton keseluruhan film, dipilih dialog-dialog dan gambar-gambar pendukung yang menggambarkan dampak positif dan dampak negatif penggunaan media sosial bagi masyarakat Korea. Kemudian mencari data pendukung mengenai penjelasan tentang media sosial dan dampak penggunaan media sosial. Selanjutnya melakukan terjemahan bahasa pada dialog dari bahasa K orea ke bahasa Indonesia. Setelah itu melakukan pengumpulan data pendukung dengan melakukan studi kepustakaan. Data pendukung di dapat dari buku, kamus, artikel berbentuk media cetak maupun online, serta dalam bahasa Korea, Indonesia, maupun Inggris. 1.7.2 Metode Analisis Data Setelah data terkumpul dan diterjemahkan, selanjutnya adalah melakukan analisis data. Pertama adalah melakukan klarifikasi data. Setelah data terklarifikasi, selanjutnya adalah melakukan analisis data menggunakan kajian sosiologi sastra milik Swingewood dengan pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Laurenson, 1972:13). Langkah awal dalam penelitian ini adalah membuat uraian umum yang menjelaskan tentang media sosial dan penggunaan media sosial pada masyarakat Korea. Selanjutnya menganalisis data dengan memilih dialog dan gambar yang menunjukkan dampak penggunaan media sosial serta menganalisisnya 15 menggunakan teori sosiologi sastra. Dari analisis tersebut akan didapatkan representasi dampak positif dan dampak negatif penggunaan media sosial bagi masyarakat Korea yang dicerminkan di dalam film. Adapun langkah-langkah kerja dalam penelitian ini sebagai berikut : M emilih Film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ) sebagai objek penelitian dan menentukan sosiologi sastra sebagai teori yang digunakan. M enentukan potongan dialog dan gambar yang menunjukkan dampak positif dan negatif penggunaan media sosial. M enerjemahkan dialog ke dalam bahasa Indonesia dan mengumpulkan data pendukung penelitian. M elakukan sinkronisasi dan analisis data, menganalisis dampak positif dan dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan media sosial di dalam film . M enarik kesimpulan dalam penelitian. M enyusun hasil penelitian dan melaporkan dalam bentuk laporan penelitian. Bagan 1. Langkah Kerja Penelitian 16 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II menjelaskan tentang pengertian dan penggunaan media sosial serta dampaknya bagi masyarakat Korea, khususnya di kalangan generasi muda. Bab III menjelaskan tentang representasi dampak-dampak penggunaan media sosial yang terdapat di dalam film Socialphobia (소 셜 포 비 아 ). Bab VI berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis penelitian dan saran.