1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang fisika banyak dijumpai fenomena transisi fase pada materi. Transisi fase pada materi dicontohkan pada perubahan wujud zat dari padat menjadi cair, dari gas menjadi padat dan sebagainya. Perubahan wujud zat pada transisi fase diakibatkan oleh faktor kenaikan suhu. Pada medan magnet juga ditemui fenomena transisi fase, seperti perubahan sifat magnet bahan dari ferromagnetik menjadi paramagnetik. Perubahan sifat kemagnetan bahan tersebut terjadi pada transisi fase yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu. Ketika suatu materi dipanaskan dan melewati suhu kritis, fenomena transisi fase tersebut terjadi. Bahan ferromagnetik kehilangan kemagnetisasiannya ketika melewati suhu kritis dan berubah menjadi bahan paramagnetik. Sebuah elektron dalam atom memiliki momen magnet. Momen magnetik adalah momen dipol permanen di dalam atom yang terdiri dari dua sumber. Sumber pertama berasal dari gerakan elektron mengelilingi inti atom. Sumber yang kedua berasal dari perputaran elektron pada sumbunya atau yang disebut momen magnet spin. Momen magnet spin pada materi dapat berada pada salah satu dari dua keadaan yaitu spin up atau spin down. Spin up dimana arah spin magnetik mengarah ke atas yang bernilai +1 dan sebaliknya spin down memiliki arah spin ke bawah yang bernilai -1. Bahan ferromagnetik memiliki spin magnetik yang seragam dan searah dengan bertambahnya suhu, ketika proses kenaikan suhu melewati transisi fase pada titik kritis, spin magnetik pada bahan ferromagnet berubah menjadi acak dan bahan berubah menjadi paramagnetik. Titik kritis tersebut tidak lain adalah suhu Curie. Spin magnetik pada keadaan di bawah titik kritis searah pada arah tertentu, spin magnetik dalam materi akan berubah menjadi acak ketika melewati titik kritis atau suhu yang dimiliki lebih besar dari suhu Curie. Ketika medan magnet luar diberikan pada materi, spin magnetik terorientasi dan mengikuti arah tertentu sesuai dengan arah medan magnet luar 1 2 yang diberikan. Materi yang diberikan medan magnet luar akan menghasilkan magnetisasi. Secara umum magnetisasi adalah besar vektor momen magnet per satuan volume. Magnetisasi terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti medan magnet, ukuran kisi dan temperatur. Pengaruh medan magnet yang akan dikaji dalam beberapa bentuk keadaan, yaitu tanpa adanya medan magnet, dengan medan magnet konstan, medan magnet yang bervariasi dan medan magnet yang berbentuk gelombang sinusoidal. Ukuran kisi pada sistem pun akan dianalisis untuk mengetahui pengaruh magnetisasi yang timbul pada beberapa ukuran kisi yang berbeda. Untuk setiap ukuran kisi yang berbeda, respon interaksi yang diberikan spin magnetik berbeda pula. Hal ini didasarkan pada pergerakan spin yang berfluktuasi untuk setiap ukuran kisi yang berbeda. Seperti sebelumnya, temperatur memiliki peranan penting dalam perubahan magnetisasi dalam sistem. Transisi fase perubahan sifat magnet pada material yang terjadi disebabkan oleh temperatur Curie atau temperatur kritis. Keadaan saturasi magnetisasi akan menuju nol pada suhu Curie. Spin yang berada pada kisi memungkinkan setiap spin untuk berinteraksi dengan tetangga-tetangganya. Salah satu metode untuk mengkaji bentuk spin magnetik pada transisi fase adalah model Ising. Model ini memungkinkan identifikasi transisi fase sebagai model sederhana. Model Ising terdiri dari tiga bentuk yang pertama model Ising 1 dimensi yang ditandai dengan tiap spin magnetik hanya memiliki dua tetangga terdekatnya yaitu kiri dan kanan. Bentuk yang kedua model Ising 2 dimensi dimana tiap spin magnetik memiliki empat spin tetangga terdekatnya yaitu kiri, kanan, atas dan bawah. Bentuk ketiga adalah model Ising 3 dimensi dimana tiap spin magnetik memiliki enam tetangga terdekatnya yaitu kiri, kanan, atas, bawah, depan dan belakang. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana menganalisis simulasi model Ising 2 dimensi dengan 3 memperlihatkan hubungan antara faktor-faktor kemagnetan bahan terhadap perubahan suhu. 1.3. Batasan Masalah 1. Proses simulasi spin magnetik menggunakan model Ising 2 dimensi untuk mengkaji interaksi spin dengan empat tetangga yang paling terdekat (kiri, atas, kanan dan bawah). 2. Analisis simulasi model spin Ising 2 dimensi magnetik dengan variasi bentuk medan magnet yaitu tanpa variabel medan magnet, dengan medan magnet konstan, dengan medan magnet yang bervariasi dan dengan medan magnet yang berbentuk gelombang sinusoidal. 3. Analisis simulasi model Ising 2 dimensi dengan beberapa bentuk medan magnet yang bersifat isotropik. 1.4. Tujuan Penelitian 1. Melakukan proses simulasi dari program untuk melihat perbedaan dari beberapa bentuk medan magnet yang telah ditentukan. 2. Menentukan hasil analisis dari kurva hubungan antara faktor-faktor kemagnetan terhadap perubahan temperatur untuk tiap bentuk medan magnet yang telah ditentukan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai pembelajaran mengenai perbandingan model Ising 2 dimensi untuk tiap variasi medan magnet. 2. Diharapkan pengembangan penelitian untuk bentuk-bentuk model Ising 2 dimensi yang telah dilakukan dapat menjadi dasar pemahaman dan pembelajaran untuk kasus model Ising dengan berberapa bentuk medan magnet yang diberikan. 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan salah satu dari beberapa penelitian dengan mengangkat tema model Ising 2 dimensi dengan berbagai perlakuan. Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian terkhusus pada simulasi model Ising 1dimensi 4 maupun 2 dimensi dengan algoritma yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi dan studi literatur yang dilakukan, sejauh ini belum ada penelitian yang dilakukan menggunakan software ImageJ dengan beberapa variasi bentuk medan magnet yang disajikan.