KEWASPADAAN UNIVERSAL PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN BANYUMAS UNIVERSAL PRECAUTION OF DENTAL HEALTH SERVICE AT PUBLIC HEALTH CENTER IN THE ENTIRE BANYUMAS REGENCY Fani Tuti Handayani dan A. Haris Budi Widodo Jur. Kedokteran Gigi, Fak. Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Unsoed Purwokerto ABSTRACT In the past last years, universal precaution have been introduced by The Ministry of Health, Republic of Indonesia. The sosialization of universal precaution were function as an efforts on blood and body fluids infection control. Dental treatment procedures may cause any blood and body fluids that enable become an infecting agent. This research purpose was to determine the application of universal precaution on dental treatment prosedures in the public health center (Puskesmas) in the regency of Banyumas as an efforts on blood and body fluids infection control. This is a descriptive survey research. Sample in this research were total of the population constitude 39 public health center in the regency of Banyumas. The method used to collect data was interview with questionnaire sheets. An univariate analysis was used to analyze all data by SPSS computer program version 16 for windows. The result of this research shows 25,6% of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas were categorized as good in management of the needle or sharp applience perfectly. 38,5 % of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas decontaminate all health appliances. 59 % of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas were categorized as good in hand washing to prevent the cross infection. The application of perfect protection for blood exposure was 0%. 87,2% of dental polyclinic at public health center in the regency of Banyumas do waste disposal properly and safety. Key Words : Universal precaution, dental health, public health center. PENDAHULUAN Kesehatan gigi merupakan targetnya adalah meminimalkan dampak bagian integral dari kesehatan secara dari penyakit mulut dan kraniofasial keseluruhan yang sangat mempengaruhi dengan menekankan pada upaya promotif kualitas hidup seseorang. WHO pada dan tahun 2003 telah membuat acuan Global sistemik yang bermanifestasi di rongga Goals for oral Health 2020, dimana mulut dengan diagnosa dini, pencegahan 47 mengurangi dampak penyakit 48 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. jenazah dan masyarakat lain. Penerapan kewaspadaan universal pada pelayanan Indonesian Health Profile 2003 kesehatan meliputi: cuci tangan, menyebutkan bahwa penyakit jaringan pemakaian alat pelindung, pemakaian pulpa dan periapikal termasuk sepuluh antiseptik dan disinfektan, dekontaminasi, penyakit terbanyak pada pasien rawat pembersihan jalan di rumah sakit umum di seluruh tingkat tinggi untuk bahan/alat kesehatan, Indonesia, maka dapat dinilai bahwa pengelolaan khusus untuk alat bekas besarnya masalah penyakit gigi dan mulut pakai dan benda tajam, pengelolaan tidak limbah hanya merupakan masalah kesehatan masyarakat tetapi sekaligus dan Profil sterilisasi/disinfeksi Kesehatan Kabupaten masalah sosial. Penyakit gigi dan mulut Banyumas 2007 menyebutkan bahwa dapat menjadi faktor risiko penyakit lain, pelayanan dasar kesehatan gigi sebagai infeksi fokal misalnya tonsilitis, diberikan oleh Puskesmas selama tahun faringitis, otitis media, 2007 adalah sebanyak 4.741 penambalan toksemia, bayi timbangan bakteremia, rendah yang permanen dan 3.830 pencabutan gigi. (BBLR), diabetes melitus, dan bahkan Perilaku penyakit jantung. Penderita HIV / AIDS, memenuhi standar kewaspadaan universal hepatitis dan penyakit sistemik lain dapat (universal precaution) untuk mencegah memiliki manifestasi kelainan di dalam penularan berbagai penyakit infeksi yang rongga mulut. penularannya dapat melalui darah dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun Prosedur petugas kesehatan harus cairan tubuh, baik pada petugas kesehatan maupun kepada pasien lainnya. Standar Kewaspadaan Universal yang Penerapan standar kewaspadan universal berisi pada panduan spesifik yang dapat pelayanan kesehatan belum di diimplementasikan di berbagai sarana Kabupaten kesehatan di Indonesia dan dapat juga diteliti. Sehubungan dengan hal tersebut digunakan oleh kalangan lain yang dirumuskan permasalahan “Bagaimana membutuhkan seperti keluarga pasien, penerapan kewaspadaan universal pada petugas kepolisian, petugas pengurus Banyumas gigi pernah Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi ..... 49 DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN BANYUMAS 46 pelayanan kesehatan gigi di Kabupaten Banyumas?” METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan mempunyai maksud menguraikan atau adalah penelitian survei yang bersifat mendeskripsikan suatu keadaan di dalam deskriptif atau explanatory study yang suatu komunitas atau masyarakat. Tabel 1 Definisi operasional No 1 Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Pengelolaan Dilihat dari 4 indikator: Observasi dan benda tajam 1.Tersedianya wadah tahan tusukan sebagai tempat Wawancara secara aman membuang benda tajam dengan menggunakan check untuk 2. Wadah berisi kurang dari ¾ penuh list kuesioner. meminimal- 3.Benda tajam bekas pakai tidak menonjol 4. 4. skala data: Ordinal kan Penyarungan one hand technique risiko tusukan Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kategori Variabel: Baik : skor 4 2 Buruk : skor 0-3 Dekontami- Dilihat dari 3 indikator: Observasi nasi 1. Tersedia sterilisator,msh berfungsi baik menggunakan check 2. Semua peralatan dibersihkan dengan baik setiap kali list kuesioner. habis pakai skala data: Ordinal semua alat kesehatan dengan 3. Alat kesehatan bersih tersimpan dlm lemari Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kat. Variabel: Baik : skor 3; Buruk : skor 0-2 3 Cuci tangan Dilihat dari 3 indikator: Observasi dengan benar 1. Tersedia air mengalir bersih dan sabun menggunakan check untuk 2. Tersedia lap bersih list kuesioner. mencegah 3.Petugas infeksi silang mengeringkannya setiap setelah kontak dengan cairan kesehatan selalu mencuci tangan dan tubuh dan membuka sarung tangan setiap setelah kontak dengan pasien Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kat. Variabel: Baik : skor 3; Buruk : skor 0-2 dengan skala data: Ordinal 50 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 Tabel 1 Definisi operasional 4 Pengguna-an Dilihat dari tersedianya alat pelindung sebagai berikut Observasi alat pelindung untuk dipakai petugas: menggunakan check yang 1. Sarung tangan sekali pakai list kuesioner. sesuai untuk 2. Sarung tangan multiguna mencegah 3. Masker pajanan darah 4. Jubah, pakaian kerja dengan Skala data: Ordinal 5. Kacamata pelindung (pelindung mata) Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya Kat. Variabel: Baik : skor 5; Buruk : skor 0-4 5 Pembuang-an Dilihat dari indikator berikut: Observasi; limbah yang 1. Penguburan atau Pembakaran reguler menggunakan check benar dan 2. Tidak tampak ada pencemaran limbah list kuesioner. Kategori indikator: 0 : Tidak; 1 : Ya skala data: Ordinal aman Kategori Variabel: Baik : skor 2 Buruk : skor 0-1 Lokasi penelitian adalah poli gigi di Apabila dokter gigi dan perawat gigi 39 puskesmas se-Kabupaten Banyumas. keduanya telah bertugas minimal 1 bulan, Populasi pada penelitian ini adalah semua maka responden dipilih adalah dokter Puskesmas Banyumas gigi. Apabila dokter gigi dan perawat gigi sejumlah 39. Sampel dalam penelitian ini setempat belum bertugas minimal 1 adalah bulan, maka tidak dilakukan penelitian di total puskesmas di Kabupaten populasi yaitu semua Kabupaten Banyumas, pada puskesmas Instrumen sejumlah 39. Responden pada penelitian penelitian adalah dokter gigi, perawat gigi atau penelitian ini adalah kuesioner daftar tilik paramedis yang bertugas pada poli gigi standar Ditjen P2M & PL Depkes RI puskesmas setempat dengan minimal tahun 2004. masa tugas telah mencapai 1 bulan. yang tersebut. digunakan dalam Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi ..... 51 DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN BANYUMAS HASIL DAN PEMBAHASAN 46 Hasil penelitian menunjukkan 13 % kecelakaan kerja terjadi seusai bahwa responden dalam penelitian ini pembuangan dan jarum dan alat tajam. sebagian besar adalah perempuan (79,5 Hasil penelitian menunjukkan %). Jabatan responden yang terbanyak bahwa hanya 38,5 % atau kurang dari adalah dokter gigi (53,8 %) kemudian separuh poli gigi di puskesmas se- perawat gigi (38,5 %) dan 7,7 % adalah Kabupaten lainnya. Sebanyak 7,7 % responden dekontaminasi alat kesehatan. 10,3 % disebut lainnya sebab responden bukan atau 4 poli gigi tidak mempunyai dokter gigi ataupun perawat gigi namun sterilisator yang masih berfungsi dengan responden merupakan perawat umum baik. yang ditugaskan untuk membantu dokter melakukan pencucian alat dengan baik gigi di poli gigi pada puskesmas tersebut. setiap kali habis pakai dan 18 poli gigi Hasil penelitian menunjukkan (46,2 8 Banyumas poli %) gigi tidak melakukan (20,5 %) mempunyai tidak lemari bahwa pengelolaan benda tajam secara penyimpan alat yang sudah bersih. Hasil aman untuk risiko tusukan (variabel 1) penelitian Depkes (2001) menunjukkan hanya diterapkan pada 25,6 % poli gigi adanya puskesmas melakukan se-Kabupaten Banyumas. perubahan kepatuhan disinfeksi/sterilisasi sesuai banyak tidak dilakukan adalah one-hand pelatihan technique. 61,5 % poli gigi di puskesmas universal di Pusat Kesehatan Putat Jaya se-Kabupaten Surabaya dengan kenaikan sekitar 35%. tidak menerapkan one-hand technique untuk penggunaan dan penerapan dilakukan kewaspadaan Cuci tangan dengan benar untuk jarum mencegah infeksi silang hanya dapat suntik. Hasil penelitian Depkes (2003) dilakukan bila tersedia air mengalir bersih menunjukkan bahwa 17 % kecelakaan dan sabun serta tersedia lap bersih. Hasil kerja disebabkan oleh luka tusukan penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 sebelum atau selama pemakaian, 70 % poli gigi (15,4%) yang tidak didukung kecelakaan sesudah dengan air mengalir yang bersih serta pemakaian dan sebelum pembuangan dan sabun. Sedangkan 12 poli gigi (30,8%) kerja pembuangan setelah alat Indikator dari variabel 1 yang paling Banyumas prosedur untuk terjadi 52 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 tidak menyediakan lap yang bersih. sesuai untuk pajanan darah. Hanya 76,9 Perilaku petugas kesehatan untuk selalu % poli gigi yang selalu menggunakan mencuci tangan dan mengeringkannya sarung tangan sekali pakai untuk pajanan setiap setelah kontak dengan cairan tubuh darah. Sarung tangan multi guna sebagai sudah dilakukan pada 37 poli gigi sarana pelindung pengelolaan alat dengan (94,9%) se-Kabupaten pajanan darah hanya dilmiliki oleh 4 poli Banyumas. 2 poli gigi hasil observasi gigi (10,3 %). Penggunaan masker selama yang tidak prosedur tindakan dental hanya dilakukan mencuci tangan memiliki alasan bahwa oleh 71,8 % petugas poli gigi puskesmas selama melakukan prosedur kerja selalu se-Kabupaten Banyumas. Jubah kerja menggunakan instrumen gigi sehingga tidak pernah diwajibkan sehingga 100 % kemungkinan tangan mengenai cairan petugas kesehatan poli gigi puskesmas se- saliva maupun permukaan mukosa mulut Kabupaten Banyumas tidak menggunakan amat kecil. Hasil penelitian terhadap jubah kerja. Kacamata pelindung hanya variabel cuci tangan dengan benar untuk dimiliki oleh 2 poli gigi (5,1 %). mencegah infeksi silang pada poli gigi di Kesadaran penggunaan pelindung sebagai puskesmas media puskesmas menunjukkan perilaku se-Kabupaten Banyumas proteksi diri masih kurang menunjukkan 59 % poli gigi telah terutama bagi petugas kesehatan di poli melakukan. Hasil penelitian Wibowo, dkk gigi (2009) menunjukkan bahwa dari 32 penelitian responden dokter gigi puskesmas di menyebutkan bahwa sebanyak 56,3% Surabaya yang diambil secara random responden sampling, 75% melakukan cuci tangan setiap sebelum memeriksa pasien dan 87,5% responden memakai masker setiap kali mencuci memeriksa pasien dan 62,5% responden tangan setelah memeriksa pasien. se-Kabupaten ternyata Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % poli gigi puskesmas se- Banyumas. Wibowo, dkk mengganti pergantian tidak sarung pasien, pernah Hasil (2009) tangan 62,5% menggunakan kacamata pelindung ketika memeriksa pasien. Kabupaten Banyumas memiliki kriteria 87,2% poli gigi di puskesmas se- buruk dalam penggunaan pelindung yang Kabupaten Banyumas memiliki kategori Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi ..... 53 DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN BANYUMAS baik dalam pembuangan limbah yang menerima pengetahuan mengandung 46 aman dan benar. Sebanyak 34 puskesmas pengertian sanggup berperilaku sesuai (87,2%) melakukan pembakaran sampah dengan pengetahuan yang didapat. Perlu secara reguler. Pencemaran limbah tidak ada teguran bagi puskesmas yang lalai nampak pada 38 puskesmas (97,4%), mengelola limbah sehingga berpotensi artinya ada 1 puskesmas yang tampak merugikan pencemaran Bednarsh limbah. Kelalaian masyarakat dan setempat. Eklund pembuangan limbah sangat terkait dengan menyebutkan sikap universal belum 100% diterapkan dan dan perilaku para petugas kesehatan. Bloom (2001) menyebutkan kekurangannya bahwa sikap merupakan kesiapan untuk prosedur beraksi terhadap objek. Sikap menyetujui, petugas bahwa (1997) bukan standar kewaspadaan terletak melainkan pada perilaku kesehatan. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. 3. poli alat kesehatan sebagian besar adalah wanita Kabupaten Banyumas dilakukan (79,5 %). Jabatan responden oleh 15 poli gigi (38,5 %). 4. di semua Responden dalam penelitian ini yang terbanyak adalah dokter gigi se- Cuci tangan untuk menghindari gigi (53,8 %) kemudian perawat infeksi silang di poli gigi se- gigi (38,5 %) dan 7,7 % adalah Kabupaten Banyumas dilakukan bukan oleh petugas kesehatan pada 23 dokter gigi maupun perawat gigi melainkan perawat umum. 2. Dekontaminasi poli gigi (59 %). 5. Penggunaan pelindung untuk Pengelolaan benda tajam secara pajanan darah tidak diterapkan aman untuk risiko tusukan di oleh poli Kabupaten Banyumas (0%). gigi se-Kabupaten Banyumas dilakukan oleh 10 poli gigi (25,6%). 6. seluruh poli gigi se- Pembuangan limbah yang benar dan aman dilakukan oleh 33 poli 54 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 47-55 gigi (87,2 %) dari seluruh poli lain gigi se-Kabupaten Banyumas. instrumen tindakan, lemari alat, Perlunya sosialisasi pelatihan petugas universal kesehatan untuk gigi sabun jumlah antiseptik, jubah kerja, kacamata pelindung, dan sarungtangan multiguna penerapan kewaspadaan 2. penambahan sterilisator, B. Saran 1. : 3. di Perlunya penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang Kabupaten Banyumas. mempengaruhi Perlunya peningkatan sarana dan diterapkannya berbagai variabel prasarana dalam kesehatan menunjang yang tidak penerapan standar kewaspadaan penerapan universal. kewaspadaan universal antara DAFTAR PUSTAKA Bednarsh, HS., Kathy J.E. 1997. Universal Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Depkes Precautions Reconsidered. Access vol 11(1): RI. 16-24 kesehatan gigi dan mulut 2009 – 2014. Ditjen P2M & PL Depkes RI. 1998. Standard Operating Procedure of Standard Precautions Against HIV/AIDS and Other Infections in Health Facility. Depkes RI. Jakarta 2009. Grand strategik pelayanan Depkes RI. Jakarta Georgescu, C.E. 2002. Cross Infection in Dentistry. Roum Biotechnol Lett 7(4): 861-8 Gourlay, DL., Howard A.H., Abdulaziz A. 2005. Universal Precaution in Pain Medicine: a Bachroen, C. 2004. Pre and Post Training Rational Approach to the Treatment of Evaluation on Universal Precautions (UP) Chronic Pain. Pain Medicine Vol.6 No.2: Practices at Putat Jaya Health Centre 107-112 Surabaya. Badan Litbang Kesehatan Depkes RI. Jakarta Departemen Kesehatan. 2003. Indonesian Health Profile. Depkes RI. Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas. Dinkes Kab. Banyumas. Purwokerto Kent G. 1984. Anxiety, Pain and Type of Dental Prosedure. Behav. Res. Ther. 22, 465-9 Olsen, R.J., Lynch P., et.al. 1993. Examination Gloves as Barriers to Hand Contamination in Clinical Practice. Journal of the American Medical Association 270(3):350-353 Fani Tuti Handayani, Kewaspadaan Universal Pelayanan Kesehatan Gigi DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN BANYUMAS Pedersen, Gordon W. 1998. Buku Ajar Praktis 46 Bedah Mulut. EGC. Jakarta Salehi AS., Paul G. 2010. Occupational Injury History and Universal Precautions Awarness: a Survey in Kabul Hospital Staff. BMC Infectious Diseases 10:19. Wibowo, T., Kristanti P., Dwi H. 2009. Proteksi Dokter Gigi sebagai Pemutus Rantai Infeksi Silang. Jurnal PDGI Vol 58 No.2: 6-9 ..... 55