pengaruh manajemen laba akrual dan ukuran - Seminar

advertisement
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST)
Maret 2016, pp. 70~74
70
PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ – 45)
Lina Ayu Safitri
AMIK BSI Yogyakarta
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen laba akrual dan ukuran
perusahaan terhadap return saham pada indeks LQ – 45. Sampel penelitian diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan didapat
kesimpulan bahwa antara manajemen laba akrual berpengaruh terhadap return saham. Model
manajemen laba akrual digunakan karena memberikan kemudahan dalam memberikan
informasi kepada para pengguna laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode
discretionary accrual untuk menguji adanya manajemen laba, dengan model modifikasi Jones,
karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Bartov et al (2000) menunjukkan bahwa model
cross-sectional Jones dan cross-sectional modified Jones adalah model yang baik untuk
mendeteksi adanya manajemen laba dibandingkan dengan model time series. Akan tetapi
penelitian ini justru menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini dapat terjadi kemungkinan jika perusahaan memiliki ukuran besar atau kecil
ternyata tidak berpengaruh terhadap return saham selama laba yang dimiliki perusahaan besar,
sehingga perusahaan akan tetap mampu memberikan keuntungan.
Keywords : discretionary accrual, ukuran perusahaan, return saham
1. Pendahuluan
Manajemen laba akrual (discretionary
accrual) berhubungan dengan harga
saham, laba yang akan datang dan aliran
kas (Subramanyam, 1996). Manajemen
memilih metode manajemen laba akrual
karena mereka dapat lebih mudah
mengkomunikasikan
informasi
kepada
pihak pihak yang berkepentingan secara
informative sehingga manajemen laba
akrual
dapat
menggambarkan
nilai
ekonomis yang dimiliki perusahaan dengan
meningkatkan
kemampuan
laba
perusahaan.Manajemen
laba
akrual
dianggap sebagai ukuran kinerja perusahan
yang lebih superior daripada aliran kas
karena akrual mengurangi masalah waktu
dan ketidakcocokan (mismatching) yang
melekat dalam pengukuran aliran kas
(Dechow, 1994 dalam Aloysia, 2003 ).
Menurut Watts dan Zimmerman, 1986
menyebutkan bahwa dengan adanya
fleksibilitas dari GAAP, akuntansi akrual
menjadi kebijakan dari pihak manajerial
untuk meningkatkan tingkat keinformatifan
data sehingga dapat memberikan informasi
secara privat. Informasi mengenai laba
perusahaan penting bagi pihak intern
maupun ekstern. Karena dari informasi
tersebut mereka mengetahui kinerja
manajemen.
Laba
yang
biasanya
dilaporkan dalam
laporan keuangan
merupakan hasil dari laba akrual. Pihak
manajemen dalam menghasilkan laporan
keuangan
memiliki
dorongan
untuk
memanipulasi laba baik untuk kepentingan
perusahaan maupun pribadi. Return saham
merupakan gambaran keuntungan maupun
kerugian yang diperoleh dari suatu
investasi
saham
yang
dilakukan
perusahaan.
Sedangkan
ukuran
perusahaan yang diukur dengan total asset
Diterima 10 Januari 2016 ; Revisi 10 Februari 2016; Disetujui 15 Maret 2016
ISBN: 978-602-61242-4-1
yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat
menggambarkan besarnya kemampuan
perusahaan dalam berinvestasi. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh
manajemen laba yang diukur dengan akrual
diskresioner dan ukuran perusahaan
terhadap return saham perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran apakah penggunaan laba akrual
dan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap return saham.
Return Saham
Saham adalah bentuk dari surat berharga
yang lebih disukai oleh investor karena
dapat memberikan return yang tinggi.
Return adalah imbalan yang diberikan
kepada investor karena investasi yang
diberikannya. Harga saham yang bersifat
fluktuatif akan berdampak pada besarnya
return saham yang diperoleh. Oleh karena
itu return saham menjadi pertimbangan
utama
investor
untuk
menanamkan
investasinya
dan
perusahaan
juga
berusaha untuk menarik perhatian investor
agar menanamkan investasinya.
Manajemen Laba
Manajemen laba muncul karena adanya
agency theory yang menyatakan bahwa
adanya kecenderungan individu dalam
memaksimalkan unitilitasnya.
Pihak manajemen yang memiliki andil
dalam penyusunan laporan keuangan
dapat melakukan manipulasi terhadap laba
yang diperoleh perusahaan dengan tujuan
untuk kepentingan perusahaan maupun
pribadi.
Penggunaan
metode
akrual
dalam
manajeman laba karena laba akrual dapat
menjadi ukuran yang lebih baik dibanding
arus kas dari aktivitas operasi perusahaan
karena
dalam
model
akrual
mempertimbangkan waktu (Dechow,1994
dalam Safitri, 2012).
Manajemen laba akrual dapat mendeteksi
ada tidaknya manipulasi karena kelebihan
dari pendekatan total akrual memberikan
potensi untuk mengungkapkan bagaimana
cara menaikkan maupun menurunkan
laba.
Total akrual dibagi menjadi dua yaitu
discretionary accrual dan non discretionary
accrual. Discretionary
accrual adalah
komponen akrual yang berada dalam
kebijakan manajemen, artinya manajer
memberikan intervensinya dalam proses
pelaporan keuangan. Sedangkan non
discretionary accrual adalah komponen
akrual diluar kebijakan manajemen (Perry
dan Wiliam, 1994). Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat ditarik hipotesis pertama
sebagai berikut :
H1
=
Manajemen
laba
berpengaruh terhadap return saham
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan digunakan untuk
mengklasifikasikan
besar
kecilnya
perusahaan.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan log total asset. Menurut
Ferry dan Jones (1979) menyebutkan
bahwa besarnya ukuran perusahaan dapat
dinilai dari total penjualan, rata-rata tingkat
penjualan dan total aktiva.
Indriani
(2005)
dalam
penelitiannya
menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki
total
aktiva
yang
besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
sudah dalam proses kedewasaan yang
memiliki arus kas positif sehingga memiliki
prospek yang baik dimasa yang akan
datang.Berdasarkan penjelasan ini dapat
ditarik hipotesis kedua sebagai berikut :
H2
=
Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap return saham
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksplanatori
yang menjelaskan pengaruh manajemen
laba dengan discretionary accrual dan
ukuran perusahaan terhadap return saham.
Populasi dalam penelitian ini diambil dari
perusahaan yang tergabung dalam indeks
LQ-45 pada tahun 2010-2014.
Pengambilan
sampel
menggunakan
purposive sampling.
Metode
discretionary
accrual
yang
digunakan menggunakan model modifikasi
Jones karena menurut penelitian yang
dilakukan oleh Bartov et al (2000)
menunjukkan bahwa model cross-sectional
KNiST, 30 Maret 2016
71
ISBN: 978-602-61242-4-1
Jones dan cross-sectional modified Jones
model adalah model yang baik untuk
mendeteksi adanya manajemen laba
dibandingkan dengan model time series.
Manajemen Laba Akrual
Dalam menghitung untuk mendapatkan
nilai discretionary accruals dari perusahaan
yang tergabung dalam indeks LQ - 45
menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
Rit =
Pt  Pt -1
Pt -1
dalam hal ini:
Rit = Return perusahaan i pada
bulan ke t
Pt
= Harga saham penutupan
pada bulan ke t
Pt-1 = Harga saham penutupan
pada bulan ke t-1
3. Pembahasan
3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
a.
Uji Normalitas
Hasil pengujian Normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikansi dari unstandardized residual
0,303 lebih besar dari α (Asymp. Sig. >
0,05), sehingga data yang digunakan
dalam penelitian ini terdistribusi normal.
b.
Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan
bahwa semua variabel independen dalam
penelitian ini memiliki nilai tolerance
0,995 lebih dari 0,1 dan nilai VIF 1,005
kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
gejala
multikolinearitas
dalam
persamaan
regresi dari penelitian ini.
c.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil
pengujian
heteroskedastisitas
dengan uji glesjer menunjukkan tidak
terjadi
masalah
heteroskedastisitas,
karena taraf signifikansi dari nilai thitung
(0,471 dan 0,650) lebih besar dari 5% (p
> 0,05).
1. Ukuran perusahaan
Pada
penelitian
ini
ukuran
perusahaan didefinisikan sebagai
nature log (ln) dari total assets.
Pengukuran ini merujuk pada
penelitian
Llukani
(2013);
Swastika (2013); dan Ali et al.
(2015)
2. Return Saham
Rumus menghitung return saham
di penelitian ini menggunakan :
3.2 Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi
berganda secara lengkap disampaikan
pada Lampiran. Persamaan regresi dalam
penelitian ini merupakan model yang fit,
karena nilai signifikansi dari uji F yaitu
0,006 lebih kecil dari 0,05, dengan nilai
2
koefisien determinasi (Adjusted R ) sebesar
0,076. Ringkasan hasil pengujian hipotesis
ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
KNiST, 30 Maret 2016
72
ISBN: 978-602-61242-4-1
Hasil Uji Hipotesis
N
o.
1.
Variabel
thitung
Signifika
nsi
Ukuran
Perusah
1,1242 0,217
aan
2.
Manajem
-2,931 0,004
en Laba
Sumber : data primer diolah
Keteran
gan
H0
Diterima
H2
Diterima
Hasil uji hipotesis 1 (H1) menunjukkan
bahwa
variabel
ukuran
perusahaan
memiliki
thitung
=
1,242 dengan
signifikansi = 0,217 (> 0,05), maka H0
diterima dan hipotesis 1 (H1) tidak
terdukung secara statistik. Artinya ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap
return saham.
Hasil Uji Hipotesis 2 (H2) menunjukkan
bahwa variabel manajemen laba memiliki
thitung = -2,931 dengan signifikansi = 0,004
(< 0,05), maka H0 ditolak dan hipotesis 2
(H2) terdukung secara statistik. Artinya
manajemen laba berpengaruh terhadap
return saham. Menurut Subramanyam
(1996) menunjukkan bahwa pasar saham
melekatkan nilai untuk manajemen akrual
(accrual discretionary). Pembagian laba
menurut Subramanyam (1996) yang
menjadi tiga yaitu : aliran kas operasi,
akrual non diskresioner, dan akrual
diskresioner
menunjukkan
bahwa
komponen tersebut direspon oleh pasar
saham.
Untuk
accrual
discretionary
dilakukan
dengan
meningkatkan
kemampuan laba karena adanya informasi
spesifik yang didapat. Hal tersebut juga
memungkinkan pihak manajer melakukan
tindakan oportunistik untuk memaksimalkan
keuntungan mereka. Pada saat yang sama,
akrual diskresioner sendiri memungkinkan
manajer untuk terlibat dalam pelaporan
yang oportunistik untuk memaksimalkan
kemakmuran mereka. Hasil dari uji diatas
menunjukkan hasil korelasi negative karena
kemungkinan pendeteksian manajemen
laba akrual terhadap return saham dapat
dilakukan dengan menaikkan laba atau
menurunkan laba. Nilai koefisien negatif
menunjukkan bahwa pasar akan merespon
karena adanya kinerja perusahaan yang
buruk, sehingga manajemen melakukan
kebijakan
akuntansi
yaitu
dengan
menggeser laba masa depan menjadi laba
sekarang.
4. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat
disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa
antara manajemen laba akrual berpengaruh
terhadap return saham.Hal ini didukung
juga oleh penelitian yang sudah dilakukan
oleh Aloysia (2003) yang menunjukkan
bahwa variabel aliran kas operasi, akrual
diskresioner, akrual non diskresioner dan
interaksi antara variabel akrual diskresioner
dengan KAP non-Big 5 secara statistis
berpengaruh terhadap return saham
perusahaan dan dari penelitiannya juga
menunjukkan bahwa secara statistis tidak
ada perbedaan antara perusahaan yang
mempunyai akrual diskresioner menaikkan
laba dengan perusahaan yang mempunyai
akrual diskresioner menurunkan laba.
Nilai discretionary accrual yang bernilai
negatif memberikan kemungkinan adanya
manajemen laba yang tidak hanya dititik
beratkan
pada
income
increasing
discretionary accrual saja tetapi bisa juga
dilakukan tindakan perataan laba.tetapi
lebih kepada tindakan perataan laba
Aloysia (2003)
Referensi
Bartov, E., F. Gul, dan J. Tsui, 2000,
“Discretionary-Accruals Models and
Audit Qualification”, Working Paper.
Becker, C., M. DeFond, J. Jiambalvo, dan
K. Subramanyam, 1998, “The Effect
of Audit Quality on Earnings
Management”,
Contemporary
Accounting Research 15, Spring, pp.
1-24.
Dechow, P.M., 1994, “Accounting Earnings
and Cash Flows as Measures of Firm
Performance: The Role of Accounting
Accruals”, Journal of Accounting and
Economics 18, pp. 3-42.
KNiST, 30 Maret 2016
73
ISBN: 978-602-61242-4-1
Dechow, P.M., R.G. Sloan. Dan A.P.
Sweeney, 1995, “Detecting Earnings
Management”,
The
Accounting
Review 70, pp. 193-225.
Jensen, M., dan W. Meckling, 1976,
“Theory of the Firm: Managerial
Behaviour, Agency Costs and
Ownership Structure”, Journal of
Financial Economics 3, pp. 305-360.
Jogiyanto, H.M., 2000, ”Teori Portofolio dan
Analisis Investasi”, Edisi 2, BPFE,
Universitas
Gadjah
Mada,
Yogyakarta.
Khrishnan, G., dan Gul, F. A., 2002, “Has
Audit Quality Declined? Evidence
From the Pricing of Discretionary
Accruals”, Working Paper.
Scott, W. R., 2000, “Financial Accounting
Theory”, Second Edition, PrenticeHall Canada Inc., Scarborough,
Ontario.
Subramanyam, K., 1996, “The Pricing of
Discretionary Accruals”, Journal of
Accounting and Economics 22,
Augustus-December, pp. 249-281.
Watts, R., dan J. Zimmerman, 1986,
“Positive
Accounting
Theory”,
Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs,
NJ.
Kusuma, H dan Wigiya, 2003, “Manajemen
Laba oleh Perusahaan Pengakusisi
sebelum Merger danAkuisisi di
Indonesia”, JAAI Vol.7 No.1 Juni
2003, ISSN : 1410 – 2420
Yanti, Aloysia, 2003,”Pengaruh Manajemen
Laba Terhadap Return Saham
dengan Kualitas Audit Sebagai
Variabel Pemoderasi”,SNA VI.
KNiST, 30 Maret 2016
74
Download