Vol. 1 No. 2, Desember 2016 ISSN 2548-4494 J urnal Rumput Laut Indonesia PUI-P2RL-UNHAS Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI INDONESIA SINOPSIS Jurnal Rumput Laut Indonesia merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) yang terdapat di Universitas Hasanuddin. Jurnal Rumput Laut Indonesia memuat tulisan hasil penelitian dan pengembangan yang terkait dengan aspek ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial yang berhubungan dengan rumput laut. PENANGGUNG JAWAB Ketua PUI-P2RL Universitas Hasanuddin DEWAN REDAKSI Dr. Inayah Yasir, M.Sc. (Ketua) Andi Arjuna, S.Si., M.Na. Sc.T. Apt. (Sekretaris) Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA. (Anggota) Moh. Tauhid Umar, S.Pi., M.P (Anggota) Raiz Karman, S.Pd. (Anggota) DEWAN PENYUNTING Prof. Dr. Ir. Agus Heri Purnomo, M.Sc. (Ekonomi Sumberdaya) Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA. (Ekologi) Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc. (Bioteknologi dan Pasca Panen) Prof. Dr. Jana Tjahna Anggadiredja, M.S. (Teknologi Pangan dan Farmasi) Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc. (Budidaya Rumput Laut) Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc (Pasca Panen) Agung Sudariono, Ph.D. (Pakan Akuakultur) Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Si. (Bioteknologi) Asmi Citra Malina, S.Pi., M.Agr., Ph.D (Biotek) Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc (Penyakit Rumput Laut) Dr. Ir. St. Hidayah Triana, M.Si. (Rekayasa Genetika) Dr. Lideman, S.Pi., M.Sc (Reproduksi Biologi) ALAMAT REDAKSI: Jurnal Rumput Laut Indonesia, Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin. Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai V Kampus Unhas Tamalanrea Km. 10. Makassar 90245 Telepon : 085212108106 Email : [email protected] Website : http://journal.indoseaweedconsortium.or.id/ SAMPUL DEPAN: Panen Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii di Unit Bisnis Pembibitan Rumput Laut PUI-P2RL-UNHAS (Foto: Inayah Yasir) Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 71-76 ISSN 2548-4494 Metode Maserasi Kinetik untuk Analisis Antibakteri dari Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Terhadap Bakteri Patogen Tanaman Kentang Maceration Kinetic Method for Antibacterial Activity Analysis of Seaweed Ulva reticulata Against Potato Plant Pathogenic Bacteria Huyyirnah1,2 Diterima: 02 Agustus 2016 Disetujui: 06 September 2016 ABSTRACT Many research reported that seaweed have broad antibacterial activity against human, fish and plant pathogenic microbes. The study aims is to find the biopotential of green seaweed Ulva reticulata against bacterial pathogens of potato plants. Green seaweed U. reticulata were extracted by maceration kinetic method using solvents with different polarity (n-hexane, chloroform, ethyl acetate, methanol, and methanol/water). Antimicrobial activity testing performed by agar diffusion method against Erwinia sp., Streptomyces sp., Pseudomonas sp., Xanthomonas sp. and Ralstonia solanacearum. The chloroform extract of U. reticulata had the highest antibacterial activity against Streptomyces sp. with diameter of inhibition zone of 20.55 mm. The bioautographic assay of active extracts using Liebermann-Burchard reagent suggested that the extracts contained terpenoid and steroid compounds. Keywords: Antibacterial, potato, maceration kinetic, method, potato, seaweed, Ulva reticulata. PENDAHULUAN Selain kandungan primernya yang bernilai ekonomis, penelitian tentang kandungan metabolit sekunder dari rumput laut, baik dari ekstrak maupun senyawa murni (drug discovery), memperlihatkan berbagai aktivitas antibakteri, antivirus, antiparasit, antijamur, sitotoksik dan antikanker (Zainuddin, 2010). Beberapa jenis rumput laut banyak ditemukan bermanfaat dalam pertanian (pangan), industri, kesehatan dan lingkungan (Bachtiar, 2007). Bachtiar (2007) mengemukakan bahwa rumput laut hijau, merah atau coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan: (1) industri farmasi seperti sebagai antibakteri, antitumor, antikanker atau sebagai reversal agent; dan (2) industri agrokimia terutama untuk antifeedant, bakterisida, fungisida dan herbisida. Rumput laut juga memiliki senyawa berpotensi antimikroba terhadap mikroba patogen penting bidang medis, pertanian, dan lingkungan (Gonzalez et al., 2001). Tamat et al., (2007) melaporkan bahwa rumput laut hijau (Chlorophyta) memiliki pigmen dominan klorofil di dalam plastida dan sangat tahan terhadap cahaya panas. Lapisan luar dinding sel terbentuk dari pektin, sedangkan lapisan dalam berbahan selulosa. Beberapa dari Chlorophyta yang dikenal luas adalah Enteromorpha, Ulva, Caulerpa, Halimeda dan Spirulina. Umumnya rumput laut ini kaya akan antioksidan. 1 Departemen Ilmu Kelautan, FIKP Unhas PUI-P2RL Universitas Hasanuddin Huyyirnah ( ) Email: [email protected] 2 Ulva merupakan salah satu rumput laut hijau (Chlorophyta) yang berpotensi sebagai antimikroba dan telah diidentifikasi mengandung senyawa hidrokarbon. Ulva banyak ditemukan tersebar di daerah pantai Sulawesi Selatan, diantaranya adalah U. intestinalis dan U. reticulata, namun belum dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan potensi rumput laut merah, hijau dan coklat mulai dikembangkan dalam mengatasi penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri maupun jamur patogen. Delattre et al. (2005) menyatakan bahwa rumput laut bisa menjadi sumber senyawa bioaktif baru yang menjanjikan, yang dapat membantu kelangsungan hidup tanaman dengan menawarkan perlindungan terhadap stres yang diakibatkan oleh patogen. Patogen yang menyerang tanaman seringkali menjadi faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian. Beberapa jenis penyakit yang sering ditemukan menyerang tanaman lain adalah penyakit layu, penyakit daun menggulung, busuk umbi, dan hawar daun. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, dapat menimbulkan kerugian yang besar, karena dapat mengurangi kualitas dan kuantitas produksi tanaman, bahkan dapat mematikan tanaman. Selain itu beberapa strain Pseudomonas juga dapat menyebabkan noda bintik-bintik pada tanaman kentang, juga penyakit layu akibat Erwinia sp. dan Xanthomonas sp. yang banyak menyerang tanaman sayuran dan tanaman hias. Jimenez et al., (2011) telah menemukan aktivitas anti-phytopathogenic dari ekstrak rumput laut, namun masih sedikit yang mengkaji potensi rumput laut hijau non komersil terutama U. reticulata, sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjadi- Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 71-76 kannya sebagai bioprospecting target dalam mengendalikan bakteri patogen tanaman. METODE PENELITIAN Rumput laut hijau Ulva reticulata dikoleksi dari Dusun Tamalabba, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Rumput laut yang telah diambil disimpan dalam cool box agar tetap segar dan tidak mengalami kekeringan. Ekstraksi Menggunakan Metode Maserasi Kinetik Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi kinetik selama 24 jam untuk setiap pelarut pada suhu kamar. Proses maserasi kinetik ini dibantu dengan stirer untuk meningkatkan kontak antara simplisia dengan pelarut agar penyebarannya merata serta mempermudah masuknya pelarut ke dalam sel rumput laut akibat pengadukan. Proses ekstraksi dilakukan secara bertingkat dimulai dari pelarut non polar sampai polar. Pelarut yang digunakan secara berturut-turut mulai dari n-heksana, kloroform, etil asetat, metanol, serta metanol dan air dengan perbandingan 1:1. Sebanyak 50 gr simplisia direndam dengan 300 ml pelarut (1:6) dalam labu Elenmeyer dan diekstraksi di atas magnetic stirrer dengan putaran sedang. Ekstraksi dilakukan selama 24 jam dan diulang sebanyak tiga kali. Setelah diekstraksi dengan pelarut n-heksana, ampas dikeringkan terlebih dahulu sebelum diremaserasi dengan pelarut koroform dan begitu seterusnya hingga pelarut terakhir yaitu metanol dan air dengan perbandingan 1:1. Setelah selesai proses ekstraksi, pelarut organik kemudian diuapkan secara vakum dengan menggunakan rotavapor hingga diperoleh ekstrak. Uji Aktivitas Antibakteri Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antimikroba adalah metode Difusi Agar dengan modifikasi FPD (Huyyirnah & Zainuddin, 2015). Setiap ekstrak (n-heksana, kloroform, etil asetat, metanol dan metanol dan air dengan perbandingan 1:1 yang dilarutkan kembali dalam pelarut yang sesuai dengan konsentrasi 4,0% (2,0 mg ekstrak dalam 50 μl pelarut). Digunakan lima bakteri, masing-masing dengan tiga ulangan pada disk steril. Sebagai kontrol positif digunakan antibiotik tetrasiklin 30 ppm. Setelah pelarut menguap, kemudian disk yang telah mengandung ekstrak diletakkan pada cawan petri yang berisi 20 ml medium NA, yang telah diinokulasi dengan 200 µl bakteri uji (Erwinia sp., Streptomyces sp., Pseudomons sp., Xanthomonas sp., Ralstonia solanacearum). Cawan kemudian disimpan terlebih dahulu selama tiga jam pada suhu 4,0°C untuk proses pradifusi dan selanjutnya 72 diinkubasi dalam inkubator bersuhu 37ºC selama 24 jam. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan analisis statistik Oneway ANOVA (Analysis of Variance) terhadap data diameter zona hambat dari lima perlakuan ekstrak rumput laut hijau U. reticulata. Bila terdapat pengaruh yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan antara rata-rata. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Hasil ekstraksi 300 g serbuk halus rumput laut hijau U. reticulata menggunakan metode maserasi kinetik memakai pelarut dengan polaritas yang berbeda juga memberikan hasil yang berbeda pula (Tabel 1). Tabel 1. Hasil penimbangan berat basah, berat kering, berat serbuk serta berat ekstrak dari rumput laut hijau Ulva reticulata Berat Berat Basah Kering (g) 3000 300 Pelarut n-heksana Kloroform etil asetat Methanol Metanol:Air (1:1) Berat Rendemen Ekstrak (%) (mg) 1536,9 1931,7 547,5 4804,9 9422,1 0,51 0,64 0,18 1,6 3,14 Hasil ini sejalan yang telah dilaporkan Asri (2011), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar bahan aktif yang terkandung dalam rumput laut hijau U. reticulata adalah bersifat polar. Bioaktivitas suatu bahan atau ekstrak dari rumput laut dapat diketahui melalui beberapa uji hayati baik secara in vitro maupun in vivo. Serangkaian uji farmakologi tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai bioaktivitas dari ekstrak yang diteliti sehingga dibutuhkan sediaan ekstrak kasar (crude extract) dengan jumlah yang cukup memadai untuk mendukung proses ujinya. Dalam penelitian ini rendemen ekstrak tertinggi diperoleh dari proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut polar yaitu metanol:air (3,14%) disusul oleh pelarut metanol (1,60%), sedangkan ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut non-polar hanya memberikan hasil rendemen berkisar antara 0,18%–0,64%. Hal ini menunjukkan bahwa komponen yang dapat larut dalam senyawa polar dari rumput laut hijau U. reticulata lebih besar daripada yang dapat larut dalam senyawa non-polar. Hal ini juga telah dilaporkan sebelumnya dalam penelitian Nawi (2011) dan Fitriani (2012). Huyyirnah Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 71-76 Aktivitas Antibakteri Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Analisis sidik ragam one-way ANOVA memperlihatkan bahwa semua perlakuan ekstrak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lima bakteri patogen tanaman (Tabel 2, Gambar 1, 2, 3, 4 dan 5). Pengujian setiap ekstrak rumput laut hijau U. Reticulata memperlihatkan aktivitas antibakteri terha- dap bakteri patogen tanaman. Penghambatan yangn diberikan bersifat bakterisidal (clear zone) dan bakteriostatik (halo zone), yang berarti kemampuan antibakteri setiap ekstrak berbeda. Potensi bakteriostatik dari rumput laut hijau U. reticulata terbesar ditunjukkan oleh ekstrak metanol:air (1:1) terhadap bakteri Erwinia sp. (20,28 mm) sedangkan potensi bakterisidal terbesar diperlihatkan oleh ekstrak n-heksana juga terhadap bakteri Erwinia sp. (17,35 mm) (Gambar 1). Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat dari beberapa ekstrak rumput laut hijau Ulva reticulata terhadap bakteri patogen tanaman kentang Ekstrak dari pelarut Rata-rata diameter zona hambat (mm) Erwinia sp. d n-heksana 17,35±0,13 Kloroform 15,17±0,76c a Streptomyces sp. 6,00±0 a 6,00±0 20,55±0,41e 13,40±0,53 Pseudomonas sp. c a 6,00±0 6,00±0a 9,75±0,43 Xanthomonas sp. a 6,00±0a 11,28±0,26c b 10,28±0,10 R.solanacearum b 6,00±0a 10,28±0,10b etil asetat 9,83±0,29 Metanol 14,07±0,12b 12,05±0,09b 6,00±0a 6,00±0a 6,00±0a Metanol:air(1:1) 20,28±0,26e 16,25±0,22d 6,00±0a 6,00±0a 6,00±0a Ket. Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan pada taraf p<0,05 pada maing-masing kolom. Gambar 2). tidak aktif. Tiga isolat bakteri lainnya bersifat Gambar 1. Grafik diameter zona hambat ekstrak terhadap isolat bakteri Erwinia sp. Secara keseluruhan, hasil pengujian aktivitas antibakteri memperlihatkan bahwa ekstrak kloroform merupakan ektrak yang paling aktif memberikan penghambatan pertumbuhan tiga isolat bakteri yaitu Erwinia sp. (15,17 mm), Streptomyces sp. (20,55 mm), dan Xanthomonas sp. (11,28 mm). Ekstrak metanol dan air (1:1) hanya berpotensi antibakteri terhadap isolat bakteri Erwinia sp. (20,28 mm, Gambar 1) dan Streptomyces sp. (16,25mm, Metode Maserasi Kinetik untuk Analisis Antibakteri..... Gambar 2. Grafik diameter zona hambat ekstrak terhadap isolat bakteri Streptomyces sp. Ekstrak metanol hanya aktif terhadap dua isolat bakteri yaitu Erwinia sp. (14,07 mm) dan Streptomyces sp. (12,05 mm). Hasil ini memberikan informasi bahwa ekstrak polar U. reticulata memiliki potensi antibakteri. 73 Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 71-76 lima isolat bakteri patogen. Potensi antibakteri ekstrak ini cukup baik untuk menghambat isolat bakteri Ralstonia solanacearum (13,40 mm), namun bersifat lemah terhadap isolat bakteri lainnya (Gambar 5). Gambar 3. Grafik diameter zona hambat ekstrak terhadap isolat bakteri Pseudomonas sp. Potensi antibakteri terhadap patogen tanaman dari ekstrak polar ini juga telah ditemukan menghambat pertumbuhan bakteri Erwinia carotovora secara in vitro (Jimenez, 2011). Gambar 5. Grafik diameter zona hambat ekstrak terhadap isolat bakteri Ralstonia solanacearum Ekstrak kloroform dan n-heksana dari rumput laut U. reticulata memiliki potensi yang sangat besar sebagai antibakteri. Senyawa antibakteri dari rumput hijau U. reticulata umumnya bersifat non-polar karena larut pada pelarut non-polar kloroform. Senyawa yang larut di dalam pelarut ini merupakan senyawa yang bersifat non-polar juga seperti senyawa-senyawa terpenoid, steroid dan karotenoid (Harborne, 1987). Gambar 4. Grafik diameter zona hambat ekstrak terhadap isolat bakteri Xanthomonas sp. Ekstrak etil asetat merupakan satu-satunya ekstrak yang dapat memberikan penghambatan terhadap ke 74 Ekstrak n-heksana memperlihatkan aktivitas antibakteri yang tergolong sangat tinggi pada isolat bakteri Erwinia sp. dengan diameter zona hambatan 17,35 mm. Aktivitas antibakteri tersebut ditunjukkan dengan adanya zona bening pada uji difusi agar. Berbeda dengan ekstrak kloroform yang aktivitas penghambatannya ditunjukkan dengan adanya zona halo. Perbedaan ini diduga disebabkan karena senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak kloroform bersifat bakteriostatik sedangkan yang terkandung dalam ekstrak n-heksana bersifat mematikan bakteri atau bakterisidal (Tjay & Rahardja, 2002). Pada pengujian KLT bioautografi dipilih metode bioautografi pencelupan karena lebih mudah dan sederhana (Djide & Sartini, 2009). Selain itu, dengan bioautografi pencelupan, senyawa aktif Huyyirnah Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 71-76 pada lempeng dibiarkan menyerap ke dalam medium agar lebih lama supaya dapat menghasilkan zona hambat yang lebih besar dengan nilai Rf yang sama. Metode bioautografi langsung menyebabkan penyebaran bakteri pada lempeng sering tidak merata, dan kemungkinan terjadinya kontaminasi lebih besar. Bioautografi kontak memerlukan waktu yang lama untuk proses penyerapan senyawa aktif ke dalam Medium Agar sebelum lempengnya diangkat. Gambar 6. Profil KLT-Bioautografi ekstrak Kloroform Pengujian KLT-Bioautografi ekstrak kloroform, yang dideteksi dengan pereaksi LiebermannBurchard memberikan zona penghambat terhadap bakteri Erwinia sp. berubah warna menjadi warna merah keunguan (Gambar 6). Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu komponen yang bersifat antibakteri yang terdapat dalam ekstrak kloroform rumput laut hijau Ulva reticulata adalah senyawa terpenoid. Sejalan dengan penelitian oleh Tamat et al. (2007) yang telah mendeteksi adanya senyawa golongan terpenoid dalam rumput laut jenis ini. Gambar 7. Profil KLT-Bioatugrafi ekstrak n-Heksana Ekstrak n-heksana yang dideteksi dengan pereaksi Liebermann-Burchard memberikan warna noda biru kehijauan (Gambar 7). Menurut Harborne (1987) dengan reagen Liebermann-Burchard, uji kebanyakan senyawa steroid memberikan warna biru hijau. Dari hasil tersebut diduga senyawa antibakteri yang terkandung di dalam ekstrak nheksana tersebut adalah golongan senyawa steroid. Potensi antibakteri dari senyawa golongan steroid telah dilaporkan pula dalam penemuan senyawa steroid. Senyawa β-sitosterol yang telah terdeteksi dalam sebelas spesies rumput laut, dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen tanaman. Dari jenis rumput laut hijau lainnya, terdeteksi mengandung senyawa aktif antibakteri dari ekstrak metanol berupa senyawa steroid 24-isophyl-5-cholesten- Metode Maserasi Kinetik untuk Analisis Antibakteri..... beta-ol (Ghazala dan Shameel, 2005), sedangkan suatu steroidal glycoside berhasil diisolasi dari alga hijau jenis Codium sp. (Ali et al., 2002). Antibakteri dapat digolongkan menjadi lima kelompok berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu (1) menghambat sintesis dinding sel bakteri; (2) menghambat sintesis protein; (3) merusak membran sel bakteri; (4) menghambat replikasi dan transkripsi asam nukleat; dan (5) menghambat sintesis metabolit yang penting (Choma, 2005). Terpenoid dapat bersifat antibakteri dengan merusak membran sel bakteri. Dalam sel bakteri, membran sitoplasma berfungsi mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Membran sel ini memelihara keutuhan komponen-komponen sel bakteri. Adanya senyawa terpenoid, yang diduga memiliki kemampuan merusak membran sel bakteri, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Gunawan et al. 2008). KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kloroform rumput laut hijau Ulva reticulata memiliki aktivitas antibakteri yang sangat tinggi (halo zone) terhadap isolat bakteri Streptomyces sp. dengan diameter zona hambat 20,55 mm. Ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antibakteri kategori tinggi (clear zone) terhadap isolat bakteri Erwinia sp. dengan diameter zona hambat 17,35 mm. Pengujian KLT-Bioautografi dengan pereaksi Liebermann-Burchard terhadap ekstrak kloroform memperlihatkan noda/pita yang bersifat antibakteri terhadap Streptomyces sp. dengan Rf 0,60 dan berwarna merah keunguan. Terhadap ekstrak nheksana memperlihatkan noda/pita yang bersifat antibakteri terhadap Erwinia sp. dengan Rf 0,66 dan berwarna biru kehijauan. Komponen senyawa antibakteri pada ekstrak kloroform adalah senyawa terpenoid, sedangkan senyawa antibakteri yang terkandung pada ekstrak n-heksana adalah steroid. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ambo Tuwo dan Dr. Inayah Yasir atas saran dan tanggapannya terhadap naskah ini. DAFTAR PUSTAKA Ali, M.S., M. Saleem, R. Yamdagni & M.A. Ali. 2002. Steroid and Bacterial Steroidal Glycosides from Marine Green Algae Codium iyengarii Borgesen. Nat. Prod. Lett, 16 (6): 407–413. Asri, R.M. 2011. Analisis Fitokimia dan Uji Sitotoksik dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Ekstrak dan Fraksi Rumput Laut 75 Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 71-76 Hijau Ulva reticulata. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Bachtiar, E. 2007. Penelusuran Sumber Daya Hayati Laut (Alga) Sebagai Biotarget Industri. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran, Jatinangor. Choma, I. 2005. The Use Of Thin Layer Chromatography with Direct Bioautography for Antimicrobial Analysis. Http://Www. Lcgeurope. Com/Lcgeurope. Diakses tanggal 02 Januari 2012. Delattre, C., B. Michaud, B. Courtois, & J. Courtois. 2005. Oligosaccharides Engineering from Plants and Algae Applications. In: Biotechnology and Therapeutics. Minerva Biotechnol, 17: 107–117. Djide, M.N. & Sartini. 2009. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar. Fitriani. 2012. Studi Potensi Aktivitas Antibakteri dari Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Terhadap Bakteri Penyebab Penyakit Ice-ice Pada Kappaphycus alvarezii. Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Ghazala, B. & M. Shameel. 2005. Phytochemistry and Bioactivity of Some Fresswater Green Algae from Pakistan. Pharmaceutical Biology, 43 (4): 358–369. Gonzalez, del Val A, G. Platas & A. Basilio. 2001. Screening of Antimicrobial Activities. In. Red, Green and Brown Macroalgae from Gran Canaria (Canary Islands, Spain). Int. Microbiol, 4: 35–40. 76 Gunawan, I.W.G., B.I.W.A. Gede, & N.L Sutrisnayanti. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri linn). Jurnal Kimia, 2 (1). Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan, Edisi II, Penerbit ITB, Bandung. Huyyirnah & E.N. Zainuddin. 2015. Pengembangan Kinerja Metode Uji Difusi Agar dengan Teknik Flying Paper Disc (FPD). Integrated Lab Journal, 3 (02): 223–228. Jimenez, E., F. Dorta, C. Medina, A. Ramirez, I. Ramirez & H. Pena-Cortes. 2011. Antiphytopatogenic Activities of Macro-Algae Extract. 2011. Marine Drugs, 9: 739–756. Tamat, S.R., T. Wikanta & L.S. Maulina. 2007. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ektrak Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5 (2): 31-36. Tjay, T.H. & K. Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Elex Media Komputindo, Jakarta. Nawi, W.N.F. 2011. Uji Aktivitas Antimikroba dan Analisis KLT-Bioautografi Ekstrak Alga Hijau Enteromorpha linza Terhadap Mikroba Patogen pada Manusia. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Zainuddin, E.N. 2010. Antibacterial Potential of Marine Algae Collected from South Sulawesi Coast Against Human Pathogens. Proceedings of International Conference and Talkshow on Medicinal Plants. BPPT, Jakarta, Indonesia. Huyyirnah Format Penulisan Jurnal Rumput Laut Indonesia Naskah merupakan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan huruf Time New Roman font 11. Panjang naskah tidak lebih dari 10 halaman yang diketik satu spasi pada kertas ukuran A4, dengan jarak 2,5cm dari semua sisi, tanpa headnote dan footnote. Bagian awal tulisan terdiri atas judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; nama penulis dengan footnote berisi nama institusi penulis dan alamat email penulis korespondensi; serta abstrak dan keywords yang ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak tidak lebih dari 250 kata yang berisi tentang inti permasalahan atau latar belakang penelitian, cara penelitian atau pemecahan masalah, dan hasil yang diperoleh. Keywords merupakan kata yang menjadi inti dari uraian abstrak. Keywords maksimal lima kata, istilah yang lebih dari satu kata dihitung sebagai satu kata. Bagian utama tulisan terdiri atas, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran. Bagian akhir tulisan terdiri atas ucapan terima kasih (jika ada), dan daftar pustaka. Dalam penulisan naskah, semua kata asing ditulis dengan huruf miring. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat yang kurang dari sepuluh harus dieja. Rumus matematika ditulis secara jelas dengan Microsoft Equation atau aplikasi lain yang sejenis dan diberi nomor. Tabel harus diberi judul yang jelas dan diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul tabel diletakkan sebelum tabel. Batas tabel berupa garis hanya menjadi pembatas bagian kepala tabel dan penutup tabel, tanpa garis pembatas vertikal. Tabel tidak dalam bentuk file gambar (jpg). Keterangan diletakkan di bawah tabel. Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul gambar diletakkan di bawah gambar dengan posisi tengah (center justified). Gambar diletakkan di tengah, kualitas gambar harus jelas dan tidak pecah bila dibesarkan (minimal 1000 px). Gambar dilengkapi dengan keterangan yang jelas. Bilamana gambar dalam bentuk grafik yang dibuat di excel, maka gambar dikirimkan dalam bentuk excel, kecuali bila menggunakan Word 2010 atau yang lebih mutakhir, sehingga gambar dapat diedit bilamana diperlukan. Penulisan daftar pustaka menggunakan sistem Harvard Referencing Standard. Semua pustaka yang tertera dalam daftar pustaka harus dirujuk di dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat diutamakan. Bila penulis pertama memiliki lebih dari satu referensi dengan tahun yang sama, maka penandaan tahun ditambahkan dengan a, b, c, d, dst berdasarkan urutan kemunculan di dalam tulisan. Penulisan disesuaikan dengan tipe referensi, yaitu buku, artikel jurnal, prosiding seminar atau konferensi, skripsi, tesis atau disertasi, dan sumber rujukan dari website. A. Buku dan Tulisan Dalam Buku: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul Buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi. Contoh: O’Brien, J.A. & J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems. Edisi 10. McGraw-Hill. New YorkUSA. B. Tulisan dalam Buku: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Judul Tulisan. In (Nama belakang, nama depan disingkat dari editor) (Ed.) Judul Buku dicetak miring. Vol. Nomor. Penerbit. Tempat Publikasi, Rentang Halaman. Contoh: Zhang, J. & B. Xia. 1992. Studies on two new Gracilariafrom South China and a summary of Gracilariaspecies inChina. In Abbott, I. A. (Ed.) Taxonomy of Economic Seaweeds with Reference to Some Pacific and WesternAtlantic Species, Vol. III. Report no. T-CSGCP-023, California Sea Grant College Program, La Jolla, CA, pp. 195–206. C. Artikel Jurnal: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Jurnal dicetak miring, Vol, Nomor, rentang halaman. Contoh: Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal of Artistic and Creative Education, 6 (1): 94-111. D. Prosiding Seminar atau Konferensi: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Konferensi dicetak miring. Tanggal, Bulan dan Tahun, Kota, Negara, Halaman. Contoh: Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18 February 2011, Zurich, Swis, pp. 776-786. E. Skripsi, Tesis atau Disertasi: Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi, Tesis, atau Disertasi dicetak miring. Universitas, Kota. Contoh: Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya. F. Sumber Rujukan dari Website: Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator dicetak miring (URL). Tanggal Diakses. Contoh: Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2013. Vol. 1 No. 2, Desember 2016 ISSN ISSN.2548-4494 2548-4494 J urnal Rumput Laut Indonesia JRLI Vol. 1 No. 2 Hal. 71 - 142 Makassar, Desember 2016 ISSN 2548-4494 Huyyirnah Metode Maserasi Kinetik untuk Analisis Antibakteri dari Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Terhadap Bakteri Patogen Tanaman Kentang 71 - 76 Hartono, Khusnul Yaqin, Farida G. Sitepu Keanekaragaman Jenis Rumput Laut di Perairan Littoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Magarabombang Kabupaten Takalar 77 - 81 Irawati, Badraeni, Abustang, Ambo Tuwo Pengaruh Perbedaan Bobot Tallus Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Strain Coklat yang Dikayakan 82 - 87 Ruth Angka Palayukan, Badraeni, Hasni Yulianti Azis, Ambo Tuwo Efektifitas Rumput Laut Gracilaria sp. sebagai Bioremediator dalam Perubahan N dan P dalam Bak Pemeliharaan Udang Vaname Litopenaeus vannamei 88 - 93 Amal Aqmal, Ambo Tuwo, Haryati Analisis Hubungan antara Keberadaan Alga Filamen Kompetitor Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus sp. di Provinsi Sulawesi Selatan 94 - 102 Muhammad Hendra, Rajuddin Syamsuddin, Muchlis Syamsuddin, Inayah Yasir Pengaruh Pupuk Organik Cair yang Mengandung Vitamin Terhadap Pertumbuhan Bibit Kappaphycus alvarezii yang Dipelihara dalam Sistem Resirkulasi 103 - 107 Rizal Pribadi, Edison Saade, Haryati Tandipayuk Pengaruh Metode Pengerasan Terhadap Kualitas Fisik dan Kimiawi Pakan Gel Ikan Koi Cyprinus carpio haematopterus Menggunakan Tepung Rumput Laut Kappaphycus alvarezii sebagai Pengental 108 - 116 Supriadi, Rajuddin Syamsuddin, Abustang, Inayah Yasir Pertumbuhan dan Kandungan Karotenoid Lawi-Lawi Caulerpa racemosa yang Ditumbuhkan pada Tipe Substrat Berbeda 117 - 122 Uswaton Khasanah, Muhammad Farid Samawi, Khairul Amri Analisis Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo 123 - 131 Asmaul Husna, Metusalach, Fachrul Fisika Kimia Karaginan Kappaphycus alvarezii Hasil Ekstraksi Menggunakan Natrium Hidroksida (NAOH) dan Penjendal Isopropil Alkohol (IPA) dan Etanol 132 - 142