ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2007-2011 Zulkifly Prabowo Damanhuri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono 165 Malang [email protected] Abstract: This research had the purpose to identify and analyze the financial performance of local government in the City of East Java fiscal year 2007-2011. The samples in this research were all city government within the territory of the province of East Java which amounted to only 9 cities. Data were are analyzed used Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Keuangan Daerah, Rasio Pertumbuhan Keuangan Daerah, and Rasio Efisiensi Keuangan Daerah. Result of this research based on Rasio Kemandirian Keuangan Daerah still shown the pattern of instructive relationships, based on Rasio Efektivitas Keuangan Daerah financial management in East Java city government can be said to be effective, based on Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah seen an increase in the growth of almost all the city, based on Rasio Efisiensi Keuangan Daerah shows that the city government in East Java has a tendency inefficient. Keywords: financial performance, the city government, East Java, Rasio Keuangan Daerah Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah kota di Jawa Timur tahun anggaran 2007-2011. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah kota yang berada dalam wilayah Provinsi Jawa Timur yang hanya berjumlah 9 kota. Data analisis menggunakan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Keuangan Daerah, Rasio Pertumbuhan Keuangan Daerah, dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pola hubungan kemandirian daerah masih menunjukkan pola hubungan instruktif, berdasarkan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah pengelolaan keuangan daerah pemerintah kota di Jawa Timur dapat dikatakan efektif, berdasarkan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah terlihat peningkatan pertumbuhan dari hampir semua kota yang ada, berdasarkan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Pemerintah Kota di Jawa Timur memiliki kecenderungan Efisien Berimbang. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Pemerintah Kota, Jawa Timur, Rasio Keuangan Daerah otonom untuk mengatur dan mengurus PENDAHULUAN Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 kepentingan masyarakat setempat menurut Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah prakarsa (Pemda) dan UU masyarakat sesuai peraturan perundang- tentang No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan sendiri berdasarkan aspirasi antara undangan. Adanya Undang-Undang tersebut Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi titik telah memberi kewenangan yang lebih luas awal dimulainya otonomi daerah. Otonomi kepada Pemerintah Daerah (Pemda) tingkat daerah (otoda) adalah kewenangan daerah kota untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah mulai dari pengendalian dan mendorong Pemda perencanaan, evaluasi, sehingga untuk lebih di atas, maka dirasa perlu untuk meneliti mengenai kinerja keuangan Pemerintah Kota di Jawa Timur untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki keberhasilan dalam dan masing-masing satu menggunakan alat analisis rasio kemandirian aspek dari Pemda yang harus diatur secara keuangan daerah, rasio efektivitas, rasio hati-hati pertumbuhan rangka mengembangkan membangun daerahnya. adalah Salah pengelolaan keuangan pelaksanaan mengetahui daerah dan otonomi tersebut rasio di dengan efisiensi. daerah dan anggaran daerah. Anggaran Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan Pendapatan yang menunjukkan selanjutnya disingkat APBD adalah suatu dibelanjakan, rencana keuangan tahunan daerah yang kemampuan yang menunjukkan bahwa uang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah. publik tersebut telah dibelanjakan secara Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan ekonomis, efisien, dan efektif. dan Belanja Daerah bagaimana akan uang tetapi publik meliputi oleh Pemda adalah menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas Tujuan yang akan dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah untuk (pertanggungjawaban) Pemda atas dana yang menganalisis kinerja keuangan Pemerintah dipercayakan. Pengelolaan keuangan daerah Daerah Kota di Jawa Timur selama lima yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan tahun terakhir (2007-2011) dengan analisis efektif atau memenuhi prinsip value for rasio kemandirian, rasio pertumbuhan, rasio money efektivitas dan efisiensi PAD serta akuntabilitas partisipatif, dan keadilan transparansi, akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta kemandirian suatu daerah. Penggunaan Keuangan manajemen daerah dikelola keuangan melalui daerah yang analisis rasio pada sektor publik, khususnya merupakan suatu cara pengorganisasian dan terhadap APBD dan realisasinya belum pengelolaan banyak dilakukan sehingga secara teori kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk belum mencapai tujuan yang dikehendaki daerah ada kesepakatan secara bulat sumber-sumber tersebut. Namun, analisis rasio terhadap realisasi manajemen keuangan daerah disebut dengan APBD harus dilakukan untuk meningkatkan tata usaha keuangan daerah. Tata usaha kualitas keuangan keuangan daerah. Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan daerah untuk atau mengenai nama dan kaidah peraturannya. pengelolaan Alat daya dibagi melaksanakan menjadi dua golongan, yaitu tata usaha umum dan tata usaha keuangan (Halim, 2007:27). Tata Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 usaha umum menyangkut kegiatan surat- Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyurat, agenda, ekspedisi, menyimpan APBD surat-surat penting atau pengarsipan serta operasional keuangan pemerintah daerah, kegiatan dokumentasi lainnya. Tata usaha dimana satu keuangan adalah tata buku yang merupakan perkiraan pengeluaran rangkaian kegiatan yang dilakukan secara kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah sistematis di bidang keuangan berdasarkan dalam satu tahun anggaran tertentu dan di prinsip-prinsip, standar-standar tertentu serta pihak prosedur-prosedur tertentu sehingga dapat penerimaan dan sumber-sumber penerimaan memberikan informasi aktual di bidang daerah keuangan. Tata usaha keuangan ini sering pengeluaran yang dimaksud. APBD disebut dengan akuntansi keuangan daerah merupakan rencana keuangan tahunan yang merupakan suatu proses identifikasi, pemerintahan daerah yang dibahas dan pengukuran, disetujui bersama oleh pemerintah daerah pencatatan, dan pelaporan didefinisikan lain sebagai pihak rencana menggambarkan guna membiayai menggambarkan guna DPRD, menutupi serta perkiraan pengeluaran- transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu dan daerah (propinsi, kabupaten, atau kota) yang peraturan daerah. Asas umum yang harus dijadikan sebagai informasi dalam rangka dilakukan sebagai dasar penyusunan APBD pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak- antara lain : pihak yang memerlukan yang berada dalam a) APBD harus ditetapkan dengan disesuaikan dengan lingkungan akuntansi keuangan daerah. kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan Berikut dan kemampuan pendapatan daerah. disajikan lingkungan akuntansi keuangan daerah pada Gambar 1. b) Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKPD) dalam rangka pelayanan tercapainya kepada tujuan Daerah mewujudkan masyarakat untuk bernegara. RKPD merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode satu tahun. c) APBD mempunyai fungsi otorisasi, fungsi perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Sumber : Akuntansi Keuangan Daerah (Halim, 2007:38) d) APBD, perubahan APBD dan b) Pengukuran kinerja sektor publik pertanggungjawaban pelaksanaan APBD digunakan untuk pengalokasian sumber setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daya dan pembuatan keputusan. daerah. e) Semua c) Pengukuran penerimaan dan pengeluaran kinerja dimaksudkan sektor untuk publik mewujudkan daerah baik dalam bentuk uang, barang pertanggungjawaban dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD memperbaiki komunikasi kelembagaan. berdasarkan nilai perolehan atau nilai Kinerja wajar. sektor multidimensional, f) Jumlah pendapatan yang dianggarkan publik publik sehingga dan bersifat tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan dalam APBD merupakan perkiraan yang untuk terukur secara rasional yang dapat dicapai komprehensif. untuk setiap sumber pendapatan. swasta, karena sifat output yang dihasilkan Menurut Mardiasmo (2002:121) sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat organisasi, karena pengendalian pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud antara lain (Ihyaul Ulum,2005:276) : a) Pengukuran dimaksudkan kinerja sektor untuk publik membantu memperbaiki kinerja pemerintah dengan cara berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. menunjukkan kinerja Berbeda secara dengan sektor sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu perlu dikembangkan ukuran nonfinansial. Halim (2007:232) menyatakan, ada beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD : a) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah. Selain itu, tingkat kemandirian keuangan daerah juga menunjukkan tingkat ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian meningkatkan keberhasilan daerah, tingkat ketergantungan terhadap dicapai dari periode ke periode berikutnya. bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah Dengan mengetahui pertumbuhan masing- pusat dan provinsi) semakin rendah, dan masing komponen sumber pendapatan dan sebaliknya. pengeluaran, maka dapat dilakukan evaluasi b) Rasio Efektivitas dan Efisiensi terhadap potensi-potensi daerah yang perlu mendapat Rasio menggambarkan persentase pertumbuhan setiap komponen Daerah dalam pendapatan dan pengeluaran, maka semakin merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang besar kemampuan Pemerintah Daerah dalam direncanakan mempertahankan kemampuan Pemerintah dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin telah Pendapatan Asli Daerah (PAD) efektivitas perhatian. yang dan tinggi meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari setiap periode Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio METODE PENELITIAN yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau Sampel adalah bagian dari populasi yang 100 persen. Semakin tinggi rasio efektivitas karakteristiknya diselidiki dan dianggap bisa menggambarkan kemampuan daerah yang mewakili keseluruhan populasi. Menurut semakin baik (Halim, 2002:129-130). Untuk Sugiyono (2012:81), sampel adalah sebagian memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki efektivitas perlu dibandingkan dengan rasio oleh populasi tersebut. Sampel merupakan efisiensi yang dicapai pemerintah. Rasio bagian anggota populasi dalam penelitian efisiensi perbandingan yang diambil dengan menggunakan teknik antara besarnya biaya yang dikeluarkan tertentu. Pengambilan sampel dilakukan untuk dengan dengan pertimbangan bahwa populasi yang realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja ada sangat besar jumlahnya, sehingga tidak pemerintah daerah dikatakan efisien apabila memungkinkan rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau populasi yang ada, sehingga dibentuk sebuah dibawah l00 persen. Semakin kecil rasio perwakilan populasi. Pemerintah Kota yang efisiensi berada dalam wilayah Provinsi Jawa Timur menggambarkan memperoleh pendapatan menggambarkan kemampuan untuk meneliti seluruh daerah yang semakin baik. hanya berjumlah 9 Kota yaitu Kota Blitar, c) Rasio Pertumbuhan Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Malang, Rasio mengukur Pemda pertumbuhan seberapa dalam (growth besar ratio) Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota kemampuan Probolinggo, Kota Surabaya dan Kota Batu, mempertahankan dan oleh karena itu seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Dengan demikian LS. Luas wilayah Jawa Timur 147.130,15 penelitian ini menggunakan teknik Sampling km2 terbagi atas kawasan hutan 12.261,64 Jenuh atau Sensus. km2 (26,02%) persawahan seluas 11.286,71 km2 Analisa data yang digunakan dalam (26,07%), mencapai pertanian 11.449,15 tanah km2 kering (24,29%), penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai pemukiman/kampung seluas 5.712,15 km2 berikut : (12,12%), perkebunan seluas 1.581,94 km2 1) Menghitung Rasio Kemandirian (3,36), tanah tandus/rusak seluas 1.293,78 Keuangan Daerah km2 𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑲𝒆𝒎𝒂𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊𝒂𝒏 737,71 km2 (1,57%), kebun campuran seluas = 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒔𝒍𝒊 𝑫𝒂𝒆𝒓𝒂𝒉 𝑩𝒂𝒏𝒕𝒖𝒂𝒏 𝑷𝒖𝒔𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒂𝒏 (2,75%), tambak/kolam mencapai 605,65 km2 (1,29%) selebihnya terdiri dari rawa/danau, padang rumput, dan lain-lain seluas 1.201,42 km2 (2,55%). 2) Menghitung Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Analisis Rasio Kemandirian Keuangan 𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑬𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 = 𝑹𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊 𝑷𝑨𝑫 𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕 𝑷𝑨𝑫 Daerah Berdasarkan analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah diketahui bahwa Kota 3) Menghitung Rasio Pertumbuhan Blitar selama lima tahun berturut-turut selalu Keuangan Daerah 𝑷𝑨𝑫𝒕𝟏 − 𝑷𝑨𝑫𝒕𝟎 𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒉𝒂𝒏 = 𝑷𝑨𝑫𝒕𝟎 4) Menghitung Rasio Efisiensi Keuangan menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Rendah Sekali dengan pola hubungan Instruktif dan. Kota Kediri selama lima tahun berturut-turut Daerah selalu menunjukkan 𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑬𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏𝒔𝒊 kemampuan keuangan daerah yang Rendah 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒎𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏 𝑷𝑨𝑫 = 𝑹𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊 𝑷𝑨𝑫 Sekali dengan pola hubungan Instruktif dan. Kota Madiun selama lima tahun berturutturut HASIL ANALISIS selalu menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Rendah Sekali dengan Propinsi Jawa Timur berada di antara pola hubungan Instruktif. Kota Malang propinsi Jawa Tengah dan propinsi Bali. selama lima tahun berturut-turut selalu Bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa menunjukkan kemampuan keuangan daerah dan bagian selatan berbatasan dengan Laut yang Rendah Sekali dengan pola hubungan Hindia. Instruktif. Kota Mojokerto selama lima tahun Propinsi Jawa Timur terletak diantara 111º - 114,02º BT dan 7,12º - 8,48º berturut-turut selalu menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Rendah Analisis Sekali dengan pola hubungan Instruktif. Daerah Kota Pasuruan selama lima tahun berturutturut selalu menunjukkan Rasio Efektivitas Keuangan Berdasarkan analisis Rasio Efektivitas kemampuan Keuangan Daerah diketahui bahwa Kota keuangan daerah yang Rendah Sekali dengan Blitar selama lima tahun berturut-turut selalu pola hubungan Instruktif. Kota Probolinggo menunjukkan kemampuan keuangan daerah selama lima tahun berturut-turut selalu yang Efektif. Kota Kediri selama lima tahun menunjukkan kemampuan keuangan daerah berturut-turut yang Rendah Sekali dengan pola hubungan kemampuan keuangan daerah yang Efektif. Instruktif. Kota Surabaya pada periode 2007 Kota Madiun selama lima tahun berturut- menunjukkan kemampuan keuangan daerah turut yang hubungan keuangan daerah yang Efektif. Kota Malang Partisipatif, sedangkan pada periode 2008- selama lima tahun berturut-turut selalu 2010 menunjukkan kemampuan daerah yang menunjukkan kemampuan keuangan daerah Rendah dengan pola Hubungan Konsultatif, yang Efektif. Kota Mojokerto selama lima dan menunjukkan tahun berturut-turut selalu menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Tinggi kemampuan keuangan daerah yang Efektif. dengan pola hubungan Delegatif. Kota Batu Kota Pasuruan selama tiga tahun berturut- selama lima tahun berturut-turut selalu turut menunjukkan kemampuan keuangan daerah kemampuan keuangan daerah yang Efektif yang Rendah Sekali dengan pola hubungan tetapi pada periode 2010 menunjukkan Instruktif. kemampuan Sedang pada Berikut dengan periode disajikan pola 2011 grafik kemandirian keuangan daerah pada Gambar 2. selalu selalu menunjukkan menunjukkan (2007-2009) selalu keuangan kemampuan menunjukkan daerah yang mendekati Efektif Berimbang kemudian pada periode 2011 menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Efektif. Kota Probolinggo berturut-turut selama selalu lima tahun menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Efektif. Kota Surabaya pada periode 2007-2008 menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Efektif, sedangkan pada periode 20092011 menunjukkan kemampuan daerah yang mendekati Efektif Berimbang. Kota Batu selama periode 2007-2008 menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang Efektif Pada periode 2009 rata-rata nilai rasio sedangkan pertumbuhan selama periode 2009-2010 keuangan daerah sebesar menunjukkan kemampuan keuangan daerah 17,39%, pemerintah kota yang memiliki nilai yang Tidak Efektif kemudian pada tahun rasio pertumbuhan keuangan daerah di atas 2011 menunjukkan kemampuan keuangan rata-rata pada periode 2009 adalah Kota daerah yang Efektif Berimbang. Kediri, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Berikut disajikan grafik kemandirian keuangan daerah pada Gambar 3. Kota Pasuruan. Pada periode 2010 rata-rata nilai rasio pertumbuhan keuangan daerah sebesar 8,67%, pemerintah kota yang memiliki nilai rasio pertumbuhan keuangan daerah di atas rata-rata pada periode 2010 adalah Kota Blitar, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Probolinggo dan Kota Surabaya. Pada periode 2011 rata-rata nilai rasio pertumbuhan keuangan daerah sebesar 46,60%, pemerintah kota yang memiliki nilai rasio pertumbuhan keuangan daerah di atas Analisis Rasio Pertumbuhan Keuangan Madiun, Kota Malang, Kota Surabaya dan Daerah Berdasarkan analisis Rasio Pertumbuhan PAD diketahui pada periode 2007 rata-rata nilai rasio pertumbuhan keuangan daerah sebesar 44,83%, pemerintah kota yang memiliki nilai rasio pertumbuhan keuangan daerah di atas rata-rata pada periode 2007 adalah Kota Kediri, Kota Malang, Kota Mojokerto, dan Kota Batu. Pada periode 2008 rata-rata nilai rasio pertumbuhan keuangan rata-rata pada periode 2011 adalah Kota daerah sebesar 20,22%, pemerintah kota yang memiliki nilai rasio pertumbuhan keuangan daerah di atas ratarata pada periode 2008 adalah Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Pasuruan, dan Kota Batu. Kota Batu. Berikut disajikan grafik pertumbuhan pendapatan asli daerah pada Gambar 4. Analisis Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Berdasarkan analisis Rasio Efisiensi Keuangan Daerah diketahui bahwa Kota Blitar memiliki nilai rata-rata rasio selama lima tahun sebesar 100,67% yang berarti Efisien Berimbang. Kota Kediri memiliki nilai rata-rata rasio selama lima tahun sebesar 99,66% yang berarti mendekati Efisien Berimbang. Kota Madiun memiliki nilai rata-rata rasio selama lima tahun sebesar 94,27% yang berarti mendekati Efisien Berimbang. Kota Malang memiliki PEMBAHASAN nilai rata-rata rasio selama lima tahun Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui sebesar 96,82% yang berarti mendekati bahwa pada Rasio Kemandirian sebagian Efisien Mojokerto besar Pemerintah Kota di Jawa Timur masih memiliki nilai rata-rata rasio selama lima memiliki pola hubungan Instruktif dimana tahun peranan pemerintah pusat lebih dominan Berimbang. sebesar mendekati Kota 98,59% Efisien yang berarti Berimbang. Kota kecuali Kota Surabaya yang mampu Pasuruan memiliki nilai rata-rata rasio memiliki pola hubungan Partisipatif dimana selama lima tahun sebesar 102,23% yang peranan berarti Tidak Efisien. Kota Probolinggo berkurang, hal ini menunjukkan bahwa Kota memiliki nilai rata-rata rasio selama lima Surabaya yang juga sebagai ibukota Provinsi tahun berarti Jawa Timur lebih mampu membiayai sendiri Kota kegiatan pemerintahannya dengan PAD yang Surabaya memiliki nilai rata-rata rasio didapat. Kota Surabaya sebagai Ibukota selama lima tahun sebesar 100,01% yang Provinsi Jawa Timur juga merupakan pusat berarti Batu perekonomian bagi wilayah timur Indonesia memiliki nilai rata-rata rasio selama lima sehingga Jawa Timur memiliki sejumlah tahun industri sebesar mendekati 99,44% Efisien Efisien sebesar yang Berimbang. Berimbang. 96,51% Kota yang berarti disajikan grafik besar, di pusat antaranya semakin galangan pembuatan kapal terbesar di Indonesia PT mendekati Efisien Berimbang. Berikut pemerintah pertumbuhan pendapatan asli daerah pada Gambar 4. PAL yang berlokasi di Kota Surabaya, hal ini menjadikan Kota Surabaya lebih memiliki sektor yang kompleks sehingga pendapatan daerahnya terdorong oleh berbagai sektor tersebut. Berdasarkan rasio KESIMPULAN DAN SARAN efektivitas diketahui bahwa hampir seluruh Kesimpulan Pemerintah Kota memiliki kemampuan Berdasarkan Rasio Daerah, Kemandirian pengelolaan keuangan daerah yang Efektif Keuangan sedangkan Kota Surabaya dan Kota Batu kemandirian daerah Pemerintah Kota di Jawa dalam pengelolaan keuangan daerahnya Timur dalam lima tahun terakhir masih Tidak Efektif. menunjukkan pola pola hubungan hubungan instruktif Berdasarkan rasio pertumbuhan diketahui dimana peranan pemerintah pusat lebih bahwa seluruh Pemerintah Kota di Jawa dominan daripada kemandirian pemerintah Timur dan daerah dengan rasio kemandirian daerah telah rata-rata mencapai 22,72%. Terkecuali pada dicapai dari periode ke periode berikutnya. Pemerintah Kota Surabaya yang memiliki Pemerintah Kota di Jawa Timur menyadari rasio rata-rata 56,56% (Pola Hubungan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan Partisipatif), bagian yang turut menentukan suksesnya Pemerintah Kota Surabaya mencapai nilai pembangunan yang dilaksanakan, maka rasio 100,75% (Pola Hubungan Delegatif). pemerintah mengusahakan agar tidak terjadi Berdasarkan Rasio Efektivitas Keuangan lagi Daerah, mampu meningkatkan mempertahankan keberhasilan penurunan mempertahankan yang atau tahun keuangan 2011 daerah pemerintah kota di Jawa Timur dapat peningkatan dikatakan Efektif. Hal ini dibuktikan dengan pengawasan yang intensif dari petugas/aparat hasil perhitungan antara realisasi PAD yang memberikan dibandingkan dengan target PAD yang penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat hampir seluruh kota mencapai nilai rasio akan pentingnya Pendapatan Asli Daerah diatas 100% yang berarti masuk dalam tersebut dalam menunjang pembangunan. kategori efektif. Adapun kota yang dalam Berdasarkan rasio efisiensi diketahui bahwa lima tahun terakhir sulit untuk mendapatkan seluruh Pemerintah Kota yang ada di Jawa nilai rasio 100% adalah Kota Surabaya yang Timur belum mampu untuk Efisien. Seluruh rata-rata rasionya hanya 97,41% dan Kota Kota di Jawa Timur hanya mampu Efisien Batu yang rata-rata rasionya hanya 94,32%. Berimbang dalam pengelolaan keuangan Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Pendapatan daerahnya sehingga masih perlu banyak Asli Daerah, pada tahun 2011 terlihat perbaikan guna terpenuhinya prinsip value peningkatan pertumbuhan dari semua kota for money. yang ada, peningkatan ini sejalan dengan dengan bersangkutan yang pengelolaan pada dicapai sebelumnya nilai minimal bahkan jalan serta pelaksanaan otonomi daerah di mana daerah sudah mulai berusaha untuk meningkatkan penyederhanaan, penyempurnaan mekanisme Pendapatan Asli Daerahnya. Kenaikan dari dan prosedur, serta penataan ulang jenis- realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) jenis pajak daerah, retribusi daerah ataupun tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah jenis penerimaan daerah lainnya. Langkah- daerah dalam meningkatkan penerimaan langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daerah yang berasal dari sumber pajak dan efektivitas sumber-sumber PAD tersebut, retribusi yang potensial. Berdasarkan Rasio serta meningkatkan mutu pelayanan kepada Efisiensi Keuangan Daerah, selama periode masyarakat. tahun anggaran 2009-2011, tingkat efisiensi pada sektor utama yang digunakan untuk keuangan daerah pada sebagian Pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan Kota di Jawa Timur memiliki kecenderungan pertumbuhan fisik daerah, pembangunan Efisien Berimbang, dengan tingkat efisiensi jalan, irigasi, jaringan serta fasilitas umum di kisaran 100 %. Kecenderungan yang tidak masyarakat. Penyelenggaraan proses lelang efisien suatu terbuka dalam sehingga pada dasarnya pemborosan, adalah dimana memperhitungkan alokasi fiskal yang digunakan untuk membiayai pembangunan Meningkatkan pembangunan terhadap dalam proyek pemerintah realisasinya dapat menggunakan biaya seminimal mungkin guna memenuhi kebutuhan pemerintahan. dan aktivitas pemerintahan daerah tidak cermat dalam mengkalkulasi kapasitas fiskal DAFTAR RUJUKAN daerah serta tingkat prioritas pendanaan, Abdul Hafiz, 2008, Penatausahaan dan sehingga pencapaian sasaran tidak optimal. Akuntansi Keuangan Daerah (Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan), Alfabeta, Bandung Saran Pemerintah Kota di Jawa Timur harus Abdul Halim, 2007, Akuntansi Keuangan mengurangi ketergantungan kepada Daerah, Salemba Empat, Jakarta. pemerintah pusat dengan Adelia Shabrina Prameka, 2013, Kontribusi mengoptimalkan potensi sumber pendapatan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yang ada atau dengan meminta kewenangan Terhadap Pendapatan Asli Daerah yang lebih luas untuk mengelola sumber (PAD) Kabupaten Malang, Skripsi pendapatan lain yang masih dikuasai oleh Fakultas pemerintah Universitas Brawijaya Malang. yaitu pusat/propinsi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Ekonomi Suatu agar Cipta, Jakarta. tinggi. Melakukan Bisnis Arikunto S., 2006, Prosedur Penelitian sehingga mendorong kemandirian daerah semakin Dan Pendekatan Praktek, Rineka Ayu Febriyanti, 2013, Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Akuntansi Keuangan Daerah Malang Tahun Anggaran 2007-2011. Standar Akuntansi Pemerintahan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Wujud Reformasi Manajemen Universitas Brawijaya Malang. Keuangan Daerah, Skripsi Fakultas Dian Aprianti, 2012, Analisis Kinerja Keuangan Daerah Hasil Pemekaran Di Sumatera Selatan (Studi Kasus Kota Prabumulih, Kota Pagar Alam, Kabupaten Empat Lawang Tahun 20092001), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Hasbi Adiyatullah, 2011, Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Lamongan Sebelum Otonomi Daerah, Ekonomi dan Kabupaten Dan Setelah Skripsi Fakultas Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Ekonomi dan Bisnis Dan Universitas Brawijaya Malang Indra Bastian, 2010, Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta Lembaga Administrasi Negara dan BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance: Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan, Jakarta. Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, ANDI, Yogyakarta. Mariyam HAW, Wijaya, 2002. Otonomi Daerah Dan Kusumajadi, 2011, Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Terhadap Jakarta. Pengangguran Dan Kemiskinan. Skripsi I Dewa Gede Bisma dan Hery Susanto, 2010, Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara I Imam Bastari, 2004, Penerapan Sistem Fakultas Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi, dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Oesi Agustina, 2013, Analisis Kinerja Barat Tahun Anggaran 2003 – 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah Dan GaneÇ Swara, Vol. 4, No.3, Desember Tingkat Kemandirian Daerah Di Era 2010. Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Ketut Rahyuda, Metodologi 2004, Penelitian, Buku Ajar Universitas Udayana, Denpasar. Ihyaul Ulum, 2005, Akuntansi Sektor Publik : Sebuah Pengantar, Penerbitan Malang (Tahun Anggaran 2007-2011), Laporan Hasil Ekonomi dan Penelitian, Fakultas Bisnis Universitas Metode Penelitian Brawijaya Malang. Sugiyono, 2012, Universitas Muhammadiyah Malang, Kuantitatif Kualitatif Malang. Alfabeta, Bandung. dan R&D,