BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana
2.1.1
Pengertian Kemampuan
Sebagaimana dikemukakan pada Bab I sebelumnya bahwa kemampuan
yang dimaksud dalam bahasan ini adalah kemampuan yang erat kaitannya dengan
pengetahuan siswa dalam mengenal bangun datar sederhana. Untuk memberikan
pengertian tentang kemampuan itu sendiri menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (1988:552) dijelaskan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau
kecakapan melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Wikipedia Bahasa Indonesia
(dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/kemampuan)
menerangkan
bahwa
kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan.
Menurut Zain (dalam Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefinisikan kemampuan sebagai
suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin
(2007:57) kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa
kemampuan
(Ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat
dilakukan seseorang.
Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua faktor (Robbin, 2007:57) yaitu:
1. Kemampuan intelektual (Intelektual ability)
yaitu kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar
dan memecahkan masalah.
2. Kemampuan fisik (physical abiliti) yaitu kemampuan melakukan tugastugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik
serupa.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan kemampuan
dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki oleh siswa
kelas I SDN 3 Tapa untuk melakukan suatu aktivitas dalam mengenal bangun
datar sederhana.
2.1.2
Kemampuan Siswa Sekolah Dasar Belajar Matematika
Sehubungan dengan kemampuan siswa sekolah dasar, banyak para ahli
yang memandang bahwa siswa sekolah dasar dipandang sebagai individu-individu
yang berbeda dan tahap kemampuan berfikirnya masih dalam tahap berfikir
konkret. Hal ini sesuai dengan beberapa pandangan para ahli yang diuraikan pada
bahasan berikut.
a) Piaget
Piaget (dalam Nyimas, 2007:2-3) memandang bahwa setiap individu
mengalami
perubahan
perilaku
yang
mendasari
penetapan
tahap-tahap
perkembangan kognitif. Tiap tahapan perkembangan menggambarkan isi struktur
kognitif
yang
khas
sesuai
perbedaan
perkembangan kognitif menurut Piaget :
antar
tahapan.
Berikut
tahapan
1. Tahap Sensorimotor, ( 0 – 2 tahun )
Pada tahap sensorimotor anak menganal lingkungan dengan kemampuan
sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan,
penciuman, pendengaraan, perabaan dan menggerak-gerakannya.
2. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun )
Pada tahap praoperasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang
realitas. Ia telah menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi
membuat gambar dan menggolong – golongkan.
3. Tahap Operasional Konkret ( 7 – 12 tahun )
Pada tahap ini, daya kemampuan anak telah berkembangan. Anak sudah
berfikir logis untuk memecahkan masalah konkret.
4. Tahap Operasional Formal ( 12 tahun ke atas )
Kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu
memprediksi, berfikir tentang situasi hipotesi, tentang hakekat berfikir serta
mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog.
Pada tahap – tahap perkembangan siswa diuraikan di atas menunjukkan
bahwa setiap anak sekolah dasar umumnya berada pada umur sekitar 7 – 11 tahun.
Pada usia ini menunjukkan bahwa taraf berfikir siswa masih dalam taraf berfikir
operasi konkret. Dalam kaitannya dengan bahasan Bab I sebelumnya anak perlu
dibantu dengan benda – benda konkret.
b) Bruner
Bruner (dalam Nyimas,2007:6) menyatakan cara menyajikan pelajaran
harus disesuaikan dengan derajat berfikir anak dan membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda
konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
2. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan
visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau
situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
3. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol – simbol abstrak ( Abstract symbols
yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orangorang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya
huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambanga-lambang matematika,
maupun lambang-lambang abstrak lainnya.
Bruner melalui teorinya itu (dalam Nyimas,2007:6) mengungkapkan
bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memamnipulasi
benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik
oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
Pandangan di atas mendukung pandangan Piaget yang menekankan
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebaiknya dimulai dengan
menggunakan benda-benda konkret.
c) Dienes
Menurut Dienes (dalam Nyimas,dkk,2007:8) “objek-objek konkret dalam
bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran
matematika jika dimanipulasi dengan baik.”
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992:125-127), konsep-konsep
matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, dienes
membagi tahap-tahap belajar menjadi enam tahap, yakni :
1) Permainan Bebas (Free Play)
2) Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
3) Pemainan Kesamaan Sifat (Searching for Communalities)
4) Permainan Representasi (Representation)
5) Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
6) Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
d) Teori Belajar Van Hiele
Menurut Van Hiele (dalam Nyimas, 4-2) terdapat lima tahapan
pemahaman geometri, yaitu :
1) Tahap Pengenalan, pada tahap ini siswa hanya baru mengenal bangun-bangun
geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun geometri
lainnya.
2) Tahap Analisis, pada tahap ini anak sudah memahami sifat-sifat dari bangunbangun geometri.
3) Tahap Pengurutan, pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih
meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun
geometri beserta sifat-sifatnya, maka pada tahap ini anak sudah mampu
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan
bangun geometri lainnya.
4) Tahap Deduksi, pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu
mengambil kesimpulan secara deduktif.
5) Tahap Keakuratan, pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya
ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
2.1.3
Pengertian Bangun Datar Sederhana
Menurut Suharjana (2008:14) Bangun datar sederhana adalah bangun yang
memiliki dua dimensi yaitu panjang dan lebar dan tidak memiliki tinggi dan tebal.
2.1.4
Jenis-Jenis Bangun Datar Sederhana
Jenis-jenis bangun datar sederhana yakni segitiga, segi empat dan
lingkaran.
1. Segitiga
a.
Pengertian segitiga
Segitiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi yang berupa
garis lurus dan tiga sudut (Wikipedia, 2011). Menurut Clara (2009, 3.10) “segitiga
merupakan model bangun datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis.” Sedangkan
menurut Mulkam (1997, 37) “segitiga adalah sebuah bangun yang terbentuk dari
tiga buah titik dengan cara menghubungkan ketiga buah titik yang tidak terletak
pada suatu garis lurus.”
Dari beberapa definisi segitiga di atas, dapat disimpulkan bahwa segitiga
adalah bangun datar yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis lurus yang sama
panjang dan memiliki tiga sudut yang jumlah sudutnya180 derajat.
b. Jenis-jenis Segitiga
1.
Jenis-jenis Segitiga Ditinjau dari Sudut-sudutnya
Ditinjau dari sudut-sudutnya, segitiga dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Segitiga lancip
Menurut Solichin (2010:123) segitiga lancip adalah segitiga yang besar
tiap sudutnya merupakan sudut lancip atau besar sudutnya antara 0° sampai
dengan 90°.
Gambar 1. Segitiga Lancip
b.
Segitiga Tumpul
Menurut Solichin (2010:123) segitiga tumpul adalah segitiga yang salah
satu dari tiga sudutnya merupakan sudut tumpul atau besar sudutnya antara 90°
dan 180°.
Gambar 2. Segitiga Tumpul
c.
Segitiga Siku-siku
Menurut Solichin (2010:123) segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah
satu sudutnya siku–siku atau besar sudutnya 90°.
Gambar 3. Segitiga Siku-Siku
2.
Jenis-jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-sisinya
Ditinjau dari panjang sisi-sisinya, segitiga dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
a.
Segitiga Sembarang
Menurut Solichin (2010:125) Segitiga sembarang adalah segitiga yang
ketiga sisinya berbeda panjangnya dan ketiga sudutnya berbeda besarnya.
Gambar 4. Segitiga Sembarang
b.
Segitiga Sama Sisi
Menurut Solichin (2010:125) segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga
sisinya sama panjang.
Gambar 5. Segitiga Sama Sisi
c.
Segitiga Sama Kaki
Menurut Solichin (2010:126) segitiga sama kaki adalah segitiga yang
mempunyai dua sisi sama panjang.
Gambar 6. Segitiga Sama Kaki
2. Segi Empat
a.
Pengertian Segi Empat
Clara (2009, 3.21-3.22) mengemukakan bahwa “segi empat adalah sebuah
model bangun datar yang dibatasi oleh empat ruas garis. Sedangkan menurut
Samanta (dalam Dwi Sriutami) “segi empat adalah sebuah bangun datar yang
mempunyai empat sisi yang sama panjang dan jumlah sudutnya 360 derajat.”
Menurut Mulkam (1997, 45) “segi empat adalah suatu bidang yang
dibatasi oleh dua pasang sisi yang berhadapan dan dua pasang sudut yang saling
berhadapan pula.” Sedangkan, menurut Urangge “segi empat adalah sebuah
bidang data yang terdiri atas empat titik yang masing-masing titik saling
berhubungan dan dihubungkan oleh garis diikuti dengan titik yang lain.”
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, bahwa segi empat adalah
bangun dua dimensi yang terdiri empat titik yang masing-masing titik saling
berhubungan sehingga mempunyai empat sisi yang sama panjang dan memiliki
jumlah sudut 360 derajat.
b. Jenis-Jenis Segi empat
Menurut Tentor ahli dari UGM (2009:49) bahwa segi empat terdiri dari 6
jenis yaitu :
1. Persegi
Persegi adalah sebuah bangun datar yang dibatasi oleh empat buah sisi
yang sama panjangnya.
Gambar 7. Persegi
2. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah bangun datar yang dibatasi oleh empat buah sisi
dengan sisi-sisi yang saling berhadapan sama panjang dan sejajar, serta sisi-sisi
yang bersebelahan saling tegak lurus.
Gambar 8. Persegi Panjang
3. Jajargenjang
Jajargenjang adalah bangun datar yang dibatasi oleh empat buah sisi
dengan sisi-sisi yang saling berhadapan sama panjang dan sejajar. Sisi-sisi yang
saling bersebelahan tidak saling tegak lurus.
Gambar 9. Jajargenjang
4. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah bangun datar yang dibatasi oleh empat buah sisi yang
panjangnya sama, dengan sisi-sisi yang saling berhadapan saling sejajar dan sisisisinya tidak saling tegak lurus.
Gambar 10. Belah Ketupat
5. Layang-layang
Layang-layang adalah bangun dtar segi empat yang dibentuk oleh dua
segitiga sama kaki, yang alasnya sama panjang dan berimpit.
Gambar 11. Layang-layang
6. Trapesium
Trapesium adalah bangun datar segiempat yang sepasang sisinya yang
berhadapan saling sejajar.
Gambar 12. Trapesium
3. Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan semua titik pada bidang dalam jarak tertentu,
yang disebut jari-jari, dari suatu titik tertentu, yang disebut pusat (Wikipedia,
2010). Sedangkan menurut Mulkam (1997, 59) lingkaran adalah garis lengkung
yang antara pangkal dan ujungnya bertemu pada suatu titik dan titik-titik pada
garis lengkung itu sama jauhnya terhadap semua titik-titik tertentu. Atau lingkaran
adalah tempat kedudukan titik-titik yang sama jauhnya terhadap sebuah titik
tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
lingkaran adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama yang ditarik oleh garis
sehingga membentuk lingkaran.
Gambar 13. lingkaran
2.2 Hakikat Upaya Guru Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengenal
Bangun Datar Sederhana
2.2.1
Pengertian Upaya
Dalam kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian upaya adalah
tindakan yang dilakukan seseorang, untuk mencapai apa yang diinginkan atau
merupakan sebuah strategi.
Menurut Soeharto (dalam Soekamto 2002:26) upaya adalah aspek yang
dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
upaya. Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara, juga dapat dimaksud
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah
untuk menjaga sesuatu hal agar tidak meluas atau timbul.
2.2.2
Jenis-jenis Upaya
Menurut Soeharto (dalam Soekamto 2002:28) Jenis- jenis upaya yaitu
sebagai berikut :
1. Upaya preventif memiliki konotasi negatif yaitu sesuatu masalah atau suatu
hal yang berusaha untuk dicegah. Adapun sesuatu yang dimaksud itu
mengandung bahaya baik bagi lingkup personal, maupun global. Dalam
lingkup pendidikan masalah yang dimaksud adalah berbagai hal yang dapat
menghambat perkembangan pendidikan baik itu dari siswa, guru, kepala
sekolah dan unsur – unsur yang yang terkait didalamnya.
2. Upaya preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan kondisi yang telah
kondusif atau baik, jangan sampai terjadi keadaan yang tidak yang baik.
3. Upaya kuratif, adalah upaya yang bertujuan untuk membimbing siswa
kembali kepada jalur yang semula, dari yang mulanya menjadi siswa
bermasalah menjadi siswa yang bias menyelesaikan masalah dan terbebas
dari masalah. Upaya ini juga berusaha untuk membangun rasa kepercayaan
diri siswa agar bias bersosialisasi dengan lingkungannya.
4. Upaya adaptasi adalah upaya yang berusaha untuk membantu terciptanya
penyesuaian antara siswa dan lingkungannya sehingga dapat timbul
kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah. Upaya – upaya tersebut dapat
juga dilakukan dalam mengahadapi maraknya penyebaran ajaran islam
sempalan, pada siswa. Pada suatu daerah yang masyarakatnya pernah
terpengaruh ajaran islam sempalan ini misalnya, maka gabungan antara
kelima upaya diatas efektif sekali untuk dilakukan. Jika upaya preventif gagal
dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan, maka langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan upaya kuratif sebagai langkah awal
penyembuhan. Pembinaan kembali suatu masyarakat atau individu menjadi
individu yang memiliki rasa percaya diri dan sosialisasi yang tinggi adalah
merupakan suatu upaya yang berat. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama dari
berbagai pihak antara lain, keluaraga, masyarakat, pemerintah dan aparat
yang berwajib dalam melaksanakan upaya koretif dan preservatif selanjutnya.
Berdasarkan pengertian upaya yang telah dikemukakan di atas, maka
upaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru yang tersusun secara sistematis, terencana dan
terarah untuk dapat mencapai apa yang diinginkan yakni kemampuan mengenal
bangun datar sederhana.
2.2.3
1.
Beberapa Upaya Guru Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengenal
Bangun Datar Sederhana
Menggunakan media kalung bangun datar dan metode bermain
pasangan
Menurut
Heny
(dalam
http://repository.upi.edu/kampusdaerah/
sumedangview.php? no), diakses tanggal 21 Maret 2013, Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penggunaan media dan menerapkan metode bermain mencari
pasangan
yaitu:
1)
menyampaikan
tujuan
dan
menyampaikan materi melalui kegiatan bermain
memotivasi
siswa,
2)
mencari pasangan, 3)
membimbing siswa dalam mengerjakan soal tes latihan, 4) menyimpulkan materi,
5) evaluasi.
2.
Menerapkan pembelajaran
menyenangkan (PAKEM)
yang
aktif,
kreatif,
efektif
dan
Syaiful (2009:164) mengemukakan bahwa “Selama ini pembelajaran yang
berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan (1) guru lebih banyak ceramah;
(2) media belum dimanfaatkan; (3) pengelolaan belajar cenderung klasikal dan
kegiatan belajar kurang bervasiasi; (4) tuntutan guru terhadap hasil belajar dan
produktivitas rendah; (5) tidak ada pajangan hasil karya peserta didik; (6) guru
dan buku sebagai sumber belajar; (7) semua peserta didik dianggap sama; (8)
penilaian hanya berupa tes; (9) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak
menantang dan (10) interaksi pembelajaran searah. Pembelajaran yang demikian
ini tidak menunjukkan upaya dari gurunya, hanya menghabiskan waktu dan
anggaran tanpa kemajuan yang berarti. Konsep yang demikian itu segera
ditinggalkan.”
“Dalam meningkatkan kemampuan siswa, upaya yang dapat dilakukan
oleh seorang guru adalah dengan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Peter Kline dalam The Everiday
genius mengatakan bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Oleh karena itu ciptakanlah
lingkungan yang baik, maka peserta didik akan berkembang dalam proses belajar
mandiri.”(Syaiful, 2009:168)
Menurut Syaiful (2009:176), bahwa “Bentuk kegiatan belajar mengajar
menggunakan PAKEM pada anak SD lebih banyak menggunakan bermain berupa
praktek. Pakem menjadikan peserta didik lebih kritis dan menjadi lebih kreatif,
susana dan pengalaman belajar menjadi lebih bervariasi, meningkatkan
kematangan emosional/sosial, produktivitas peserta didik tinggi, siap menghadapi
perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan. Menyenangkan dalam hal
belajar dapat dilihat (1) tidak tertekan; (2) bebas berpendapat; (3) tidak ngantuk;
(4) bebas mencari objek; (5) tidak jemu; (6) berani berpendapat; (7) belajar sambil
bermain; (8) banyak ide; (9) santai tapi serius (serius tapi santai); (10) dapat
berkomunikasi dengan orang lain; (11) tidak merasa canggung; (12) belajar di
alam bebas; (13) tidak takut. Agar pembelajaran berlangsung dengan suasana
menyenagkan guru harus suka memuji hasil karya dan gagasan yang ungkapkan
peserta didik, tidak cuek (tetapi tanggap, peduli dan responsif), dan guru tidak
mempermalukan peserta didik tetapi memberi penguatan bahwa peserta didik
tersebut bisa lebih baik.”
Download