BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Asal Usul Penyakit Laudel F Snow

advertisement
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Asal Usul Penyakit
Laudel F Snow (dalam Henderson, 1981:83-85) mengatakan bahwa fenomena
penyakit di masyarakat dibagi atas 2 (dua) hal, yaitu:
1. Natural Illnesses (Penyakit-penyakit Alamiah)
Penyakit alamiah ini dibagi atas 2 yaitu: Penyakit yang disebabkan serangan
unsur (agents) alami seperti hujan, penyakit yang disebabkan kiriman Tuhan atau
hukuman Tuhan atas dosa manusia. Penyakit ini tidak dapat disembukan oleh obat –
obatan modern
2. Unnatural Illnesses
Penyakit ini disebabkan campur tangan kekuatan setan (demons) dan iblis
(evil) yang masuk kedalam tubuh manusia. Penyakit yang disbabkan iblis dan setan
ini juga dapat berbentuk penyakit alamiah.
Dalam pembagian ini antara Natural dan Unnatural Illnesses terdapat
kesamaan. Penyakit-penyakit yang disebabkan faktor alamiah dan penyakit yang
disebabkan setan (demon) dan iblis (evil) sama-sama tidak dapat disembuhkan dngan
obat-obatan modern. Akan tetapi jika iblis atau setan yang berperan, maka penyakit
dianggap tidak ilmiah. Sedangkan menurut Foster dan Anderson (1986:63) membagi
sistem kesehatan berdasarkan kepercayaan dan penjelasan tetang sebab-sebab
penyakit atas 2 (dua) cara yaitu:
13
14
1. Personalistik yaitu yang disebabkan campur tangan dari agen-agen tertentu yang
dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang
bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun makhluk
manusia (tukang sihir atau tenung).
2. Naturalistik yang terjadi akibat adanya gangguan ketidak seimbangan di dalam
tubuh manusia atau antara tubuh manusia dan lingkungannya. Seperti panas,
dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan
seimbang menurut usia dan kondisi individu. Dalam hal ini pengobatan alternatif
termasuk dalam naturalistik karena penyakitnya disebabkan leh gangauan ketidak
seimbangnya didalam tubuh manusia tetapi dalam pengobatannya terdiri atas
pengobatan tradisional ditambah pengobatan lain yang bukan pengobatan barat
modern yang tidak menggunakan peralatan medis (Agoes, 1992). Menurut Ortiz
dalam pengambilan keputusan (Decision Making Process) bahwa keputusan itu
bersifat rasional ketika keputusan tersebut diambil. Pengambilan keputusan
tesebut berbasic individu maksudnya pengambilan keputusan seseorang mengenai
sesuatu hal berasal dari orang tersebut sendiri yang diambil berdasarkan
pengalaman-pengalaman seseorang.
Keesing (1989) mengatakan bahwa pengetahuan yang berada dikepala
seseorang merupakan hal yang sudah ada atau terlukiskan dibenak orang tersebut,
dimana pengetahuan ini akan membatu orang tersebut untuk bertindak lebih lanjut,
danmengantikan budaya sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari. Keseluruhan
pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial yang isinya adalah
15
seperangakat model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan menginterprestasikan lingkungan yang dihadapinya dan untuk
menolong serta menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Sistem pengetahuan dapat dibagi 2 (dua), yaitu :
1. Sistem pengetahuan realita, yaitu pandangan atau penafsiran terhadap suatu objek
yang didasarkan kepada realitas suatu fenomena yang dapat dikaji secara ilmiah
dan secara material dapat terasa.
2. Sistem pengetahuan non realitas yaitu pandangan atau penafsiran terhadap sesuatu
objek yang didasarkan pada sifat tahayul atau mitos yang berkembang dalam
suatu kelompok masyarakat setempat (Noerhadi dalam Alfian, 1985).
Pengetahuan masyarakat dalam memilih penyembuhan penyakitnya diperoleh
dari pengalaman serta dorongan lingkungannya yang menghasilkan tingkah laku yang
disebut juga dengan budaya (Spradley, 1980). Kebudayaan menentukan sesuatu dapat
dikatakan sebagai penyakit atau sesuatu itu tidak dianggap sebagai suatu penyakit.
Pendefinisian penyakit dalam suatu masyarakat dan kebudayaan berbeda – beda,
adanya pendefinisian yang berbeda–beda ini terjadi karena dipengaruhi oleh letak
geografis, kondisi alam dan lingkungan, makanan, pola makan serta kebiasaan
makan.
Dengan
demikian
kebudayaan
atau
tidak
akan
ditentukan
oleh
pengklasifikasian objek-objek tersebut kedalam unsur-unsur kebudayaan (Wilson,
1966) mengatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan yang ditransmisi dan
16
disebarkan secara tradisional baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis
yang tercermin dalam tindakan (act) dan benda-benda hasil karya manusia (artefact).
Melalui pengamatan dan penelitian yang terus berkembang yang didapat dari
berbagai informasi maka, ditentukanlah struktur kebutuhan atau motif yang terdapat
pada orang yang mengamati. Jadi, sebenarnya motif kita melalui minat dan perhatian
terhadap segala sesuatu yang bersifat tradisional mempunyai peranan besar dalam
menentukan apa yang kita lihat, dengar, amati dilingkungan kita (Berungen, 1986).
Kalangie (1994) mengatakan bahwa sistem perawatan kesehatan adalah usaha
memelihara kesehatan mencakup berbagai kegiatan yang satu dengan lainnya
berkaitan dan merupakan respons-respons terhadap penyakit dan yang terorganisasi
secara sosial budaya dalam setiap masyarakat. Sedangkan menurut Foster dan
Anderson (1986), sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang
melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh.
Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah untuk
memobilitasi sumber-sumber daya pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya,
untuk menyetarakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut. Penyakit adalah
merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran
normalnya secara wajar dan, bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut.
Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai suatu konsep
patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan (George M.Foster,
1986). Kepercayaan suatu masyarakat terhadap sebab suatu penyakit adalah sangat
penting dalam menentukan tindakan penyembuhan (cure) yang dipilih. Helman
17
(1984) membagi atas 4 pandangan manusia tentang sebab suatu penyakit. Keempat
lingkungan penyebab penyakit tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya.
-
The Supernatural World
-
The Social World
-
The Natural World
-
The Patient World
2.2. Etiologi Penyakit
Menurut Helman, 1990 etiologi penyakit ini dipengaruhi oleh nilai yang
dianut oleh seseorang atau masyarakat. Jika suatu masyarakat cendrung menganggap
penyakit yang disebabkan oleh etiologi sosal dan supernatural, maka masyarakat ini
adalah
masyarakat
yang
masih
tradisional.
Masyarakat
dalam
tipe
ini
adalahmasyarakat non barat yang akan mengambil tindakan pengobatan dan kekuatan
magis. Resenstock (dalam Sarwono, 1997) menjelaskan teori model kepercayaan
kesehatan (Health beliefe model theory) bahwa perilaku individu ditentukan oleh
motif dan kepercayaan kesehatan (health beliefe). Dalam teori ini dikatakan bahwa
motif dan kepercayaan seorang dalam mengambil tindakan dalam pengobatan tidak
memperdulikan apakah yang dilakukan sesuai atau tudak dengan realitas atau
pandangan orang lain. Dalam model kepercayaan kesehatan ini disebutkan
terdapatnya 3 unsur yang mempengaruhi tindakan pengobatan:
1. Persepsi individu tentang kemungkinan terkena penyakit (perceived
susceptibility). Mereka yang merasa dapat terkena penyakit akan merasa lebih
18
terancam.
Pandangan
individu
tentang
beratnya
penyakit
(perseive
seriousness)
2. Makin beratnya resiko penyakit, maka makin besar ancaman yang diterima,
sehingga mendorong melakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan
penyakit.
Ketiga unsur diatas sangat mempengaruhi tindakan yang di ambil oleh
individu dalam menanggulangi penyakit. Aspek-aspek teoritik yang berkaitan dengan
pengetahuan ini akan digunakan sebagai orientasi teoritik dalam memahami dan
menjelaskan pengetahuan tentang pemilian masyarakat terhadap pengobatan
alternatif.
2.3. Antropologi Medis-Ethnomedicine
Ethnomedicine mengacu pada studi tentang praktek medis tradisional yang
berkaitan dengan interprestasi budaya kesehatan, penyakit dan juga alamat proses
kesehatan-mencari dan praktek-praktek penyembuhan. Praktek ethnomedicine adalah
sistem multi-disiplin yang kompleks yang merupakan penggunaan tanaman,
Spritualitas dan lingkungan alam dan telah menjadi sumber penyembuhan bagi orangorang selama ribuan tahun. Antropologi medis yang bersangkutan dengan kedua
penyebab dan konsekuensi dari penyakit manusia, dan berbagai orientasi teoritis
dapat dikelompokkan menjadi empat pendekatan utama: medis ekologi, antropologi
medis kritis, antropologi medis interpretatif, dan ethnomedicine. Sementara
antropolog medis dari semua keyakinan teoritis telah meneliti mengapa orang sakit,
19
analisis dan pemahaman tentang pola pengobatan telah sebagian besar terbatas pada
ethnomedicine (Stevan Jr, 2000).
2.3.1. Ethnomedicine Kelompok Budaya
Banyak suku di Afrika yang menggunakan tarian untuk menyembuhkan pilek
dan penyakit. Pria akan menari ketika seseorang tidak bertindak seperti biasa karena
diyakini penyakit merupakan roh yang tidak diketahui yang ada di dalam diri mereka.
Roh-roh atau penyakit itu diyakini dapat dipaksa keluar oleh gerakan-gerakan melalui
tari-tarian (Ramawati, 2009).
Sementara pengobatan Barat jauh lebih teknis dan analitis berbasis, obat
Afrika mengambil pendekatan yang lebih holistik. Kesehatan yang baik, penyakit,
keberhasilan atau kemalangan tidak dilihat sebagai kejadian kebetulan melainkan
timbul
sebagai
akibat
dari
tindakan
individu
dan
keseimbangan
atau
ketidakseimbangan antara individu dan lingkungan sosial. Mayoritas orang di Afrika
bergantung pada praktisi medis tradisional untuk kesehatan, yang menghasilkan
ketergantungan pada tanaman obat tradisional untuk kesehatan (Ramawati, 2009).
Akupuntur adalah metode penyembuhan tradisional yang berasal dari China.
Akupuntur (Acupunturist) merupakan sebuah jarum untuk kedalam kulit untuk
menyeimbangkan aliran chi yang diyakini sebagai energi yang mengalir melalui
tubuh manusia. Dalam teori, Chi berjalan di sepanjang 14 jalur yang disebut
meridains dan ketika seorang pasien terluka, stres, atau sakit, chi mereka diduga
sedang diblokir. Dengan menempatkan jarum dalam Meridian pasien chi dianggap
dimasukkan kembali ke dalam keseimbangan (Ramawati, 2009).
20
Ginseng juga biasa digunakan dalam pengobatan praktek Cina tradisional.
Menurut agama Cina, perlu ada keseimbangan dari Yin dan Yang di dalam diri
sendiri dan ginseng dapat membantu untuk mencapai itu. Ginseng Amerika, di sisi
lain, mempromosikan energi negatif Yin, menenangkan tubuh, dan melepaskan
kelebihan energi Yang. Tanaman ini secara umum memperbaiki kulit dan
menyimpannya sehingga tampak awet muda. Ginseng juga bertindak sebagai obat
baik untuk menyembuhkan sakit tenggorokan (Stevan Jr, 2000).
Tai Chi adalah seni bela diri populer yang sangat umum dilakukan untuk
latihan. Tai Chi yang paling populer di Cina, karena berasal dan sangat terhubung ke
teori pengobatan tradisional Cina. Banyak orang dapat dilihat pada pagi hari
melakukan Tai Chi secara serempak di taman atau daerah khusus dibuat untuk latihan
semacam ini. Berbagai latihan Tai Chi ada saat ini di antara yang lebih populer gaya
Yang, Chen dan Wu. Gerakan-gerakan dalam Tai Chi memungkinkan untuk sirkulasi
chi (atau energi) di seluruh tubuh dikombinasikan dengan konsentrasi pada gerakan
tenang, yang sering menghasilkan efek yang mirip dengan meditasi duduk. Tai Chi
tidak mengobati penyakit tertentu atau penyakit, tetapi sangat membantu dalam
meningkatkan kesehatan umum (terutama sebagai obat pencegahan). Tai Chi
digunakan untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan secara keseluruhan serta
koordinasi dan stamina otot. Tai Chi praktisi biasanya melakukan setiap hari, namun
minimal dua kali seminggu dianjurkan oleh mayoritas guru. Tai Chi dilakukan
dengan lambat namun anggun yang sesuai individu (Stevan Jr, 2000).
21
Dalam budaya Ethiopia, khususnya di wilayah barat daya, penggunaan
tanaman untuk menyembuhkan luka dan penyakit yang sangat umum. Sebuah contoh
dari ini adalah Alysicarpus, yang digunakan untuk membantu menyembuhkan luka
dan lesi setelah ditumbuk menjadi bentuk lotion dan kemudian dioles didaerah
cedera.
Terletak di iklim tropis, pulau-pulau Filipina yang kaya dengan vegetasi
tropis. Banyak pengobatan rumah di Filipina berasal dari penggunaan tumbuhan
sebagai sumber daya. Di semua pulau sepanjang Filipina, penggunaan dan pentingnya
tanaman lokal jelas dapat digunakan. Karena banyak dari Filipina adalah hutan hujan
dan masih ada banyak daerah yang menggunakan hutan sebagai sumber daya utama,
ada beberapa tanaman obat yang dapat ditemukan di Filipina. Salah satu tanaman
tersebut Alagau ,yang hanya dapat ditemukan di Filipina. Alagau berfungsi sebagai
sarana untuk mengobati beberapa penyakit, salah satu khususnya batuk (Stevan Jr,
2000).
Pada budaya Hispanik tidak ada nama khusus dalam hal pengobatan ini. Obat
ini mencakup dua tomatillos (tomat hijau) wajan goreng sampai kulit berwarna hijau
charcoaled. Satu jam kemudian tomat hijau yang sudah berubah warna diiris dua
potong dan diletakkan di atas piring. Kemudian seseorang dapat terlentang di tempat
tidur dengan selimut hangat di sebelahnya dan tomatillos diletakkan satu set pada sisi
yang lain. Kita mengambil sepotong dari mereka dan menggosok tomatillo hangat
panas pada leher kelenjar getah bening Anda (tempat yang bengkak). Gerakan
menggosok akan membuat hangat atau sedikit panas untuk mengurangi ukuran
22
kelenjar getah bening. Setelah itu biarkan jus dari tomatillos kering di leher seseorang
sepanjang malam. Pastikan untuk diselipkan diri di bawah selimut hangat untuk
menjaga cairan hangat bagi mereka untuk diserap di kulit. Seseorang dapat
melakukan ini tiga kali seminggu atau sampai kita melihat efek dari obat ini. Penyakit
yang membengkak karena kelenjar getah bening di leher seseorang karena infeksi
tenggorokan atau infeksi bahwa tubuh sedang berproses. Dengan menggosok
tomatillos panas di leher selama sekitar lima menit dimanapun pembengkakan
kelenjar getah bening berada dan jika tidak dilakukan setiap malam maka kelenjar
getah bening tidak akan semakin kecil. (Stevan Jr, 2000)
Dalam budaya Meksiko, sengatan lebah sangat umum. Dalam bagian dunia,
ada banyak spesies lebah, termasuk lebah pembunuh, yang tidak dimiliki banyak di
AS. Obat rumah dengan menempatkan irisan kentang pada sengatan, dalam rangka
untuk menyembuhkan sengatan tersebut lebih cepat. Rumah obat lain Hispanik
terkait dengan makanan adalah berkumur cabe rawit untuk membantu sakit
tenggorokan. Karena cabai merah adalah sumber vitamin C.
Sementara untuk sepanjang India utara, orang percaya bahwa memberikan
perlindungan dari roh-roh jahat dan kekuatan. Sepanjang India, mereka juga
menggunakan beberapa herbal dan tanaman untuk menyembuhkan penyakit. Banyak
budaya Timur Tengah dan budaya India telah menggunakan teh jahe sebagai cara
membunuh atau staving pilek. Ini membantu untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh karena rempah-rempahnya, hal ini diketahui memiliki sifat membunuh kuman.
(Stevan Jr, 2000).
23
Dalam budaya Jepang, Reiki adalah sebuah bentuk penyembuhan yang
sistematis sentuhan yang berasal di negeri ini. Ada reklamasi tradisi di Jepang pada
paruh kedua abad kedua puluh, ketika biksu Buddha Tendai dimulai atau menemukan
kembali sistem kesehatan. Reiki digunakan untuk relaksasi serta mempromosikan
penyembuhan. Reiki berkaitan dengan merawat tubuh dengan energi universal.
Ketika orang memiliki energi yang rendah, mereka merasa sakit-sakitan, tetapi ketika
mereka penuh energi, mereka mampu mendapatkan yang terbaik mereka. Lain
sebagian besar ethnomedicine Jepang telah berakar dalam budaya Cina. Ini adalah
praktek disebut Kampo, kadang-kadang disebut sebagai Kanpo. Dalam pengertian
yang paling dasar kampo adalah studi Jepang dan praktek obat tradisional Cina. Ini
seringkali
mencakup
akupunktur
tetapi
yang
paling
luas
dikenal
untuk
penggunaannya herbal untuk menyembuhkan dan mengobati penyakit dan
penderitaan. Saat ini kampo sebenarnya telah diintegrasikan ke pasien Nasional
negara kesehatan sistem dapat memiliki perawatan kampo mereka ditutupi oleh
asuransi mereka. Saat ini di Jepang ada 148 obat yang berbeda kampo disetujui oleh
departemen kesehatan, tenaga kerja dan kesejahteraan. Daripada memodifikasi
formula seperti adalah praktek dalam pengobatan Cina Tradisional. Tradisi kampo
Jepang menggunakan kombinasi tetap tertentu dari herbal dalam proporsi standar
yang berasal dari literatur klasik pengobatan Cina. Kampo obat diproduksi oleh
berbagai produsen, namun karena peraturan yang ketat kedokteran masing-masing
terdiri dari bahan yang sama persis. Obat-obatan karena itu dibuat dalam kondisi
manufaktur yang ketat bahwa perusahaan farmasi saingan Amerika atau tempat lain.
24
Kedua perusahaan terkemuka membuat obat kampo yang Tsumura dan Kanebo
(Stevan Jr, 2000).
Dalam budaya Korea Miso Soup telah lama menjadi obat untuk
menyembuhkan luka pada kulit. Praktek kuno ini telah diwariskan selama ratusan
tahun dan masih umum digunakan saat ini. Dalam kasus flu, orang Korea
menggunakan obat rumah yang mencakup Cinnamon dan ginseng untuk membantu
orang yang menderita flu. Mereka biasanya melakukan ini karena kayu manis
menguatkan sistem kekebalan tubuh dan diyakini memiliki sifat antibiotik, dan
ginseng adalah tonik untuk membantu dengan kelelahan (Stevan Jr, 2000).
Sementara orang-orang Maya adalah sebuah kelompok adat di Meksiko dan
Amerika Tengah. Mereka adalah masyarakat yang sangat tradisional yang memiliki
kontak luas dengan masyarakat Barat dan modern. Karena model medis mereka
adalah campuran dari kepercayaan tradisional bersama dengan teknologi barat,
karena mereka hidup dalam kondisi miskin mereka tidak memiliki akses ke obat
terbaik, tapi mereka menggunakan apa yang mereka dapat bersama dengan praktekpraktek tradisional herbal, sihir, dan mantra diteruskan oleh para tetua dalam
masyarakat. Mereka jauh lebih menerima pikiran dan tubuh sebagai satu unit tunggal
berinteraksi, dan bekerja untuk menyembuhkan pikiran tubuh dan jiwa (Stevan Jr,
2000).
Untuk budaya Amerika Herbal dan tanaman obat lainnya memiliki peran
dominan dalam praktek penyembuhan budaya asli Amerika. Banyak obat-obatan
modern yang digunakan saat ini dalam masyarakat Barat berasal dari metode
25
penyembuhan tradisional penduduk asli Amerika. Ironisnya, ilmuwan modern,
dokter, dan orang awam yang cepat untuk menolak praktek-praktek dukun kuno.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam budaya penduduk asli Amerika
diperlukan waktu lebih lama bagi seorang individu untuk menjadi seorang herbalis
efektif dan penyembuh daripada yang dilakukannya bagi seseorang hari ini untuk
menjadi seorang dokter. Dalam budaya asli Amerika individu biasanya dipilih oleh
orang suku kedokteran pada usia yang sangat muda. Ini individu dipilih berfungsi
sebagai magang sampai mereka berusia tengah, kemudian mereka mengambil alih
sebagai penyembuh. Salah satu tanaman yang budaya asli Amerika sering
dimanfaatkan adalah tembakau. Tembakau ini dikunyah dan kemudian diludahibagian tubuh yang dimaksudkan untuk menjadi mati rasa. Juga dapat ditambahkan ke
air mandi dalam bentuk teh untuk mengurangi rasa sakit rematik atau kram. Asap
dianggap memurnikan dan ditiup di daerah menderita. dandelion lain adalah genus
tanaman yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk tujuan pengobatan.
Digunakan untuk memurnikan dan membersihkan individu dengan menempatkan
mereka di tenda-seperti ruangan yang penuh uap. Hal ini sebagian besar acara religius
percaya bahwa roh-roh mengusir penyakit dan memurnikan tubuh (Stevan Jr, 2000).
Herbal bukan hanya untuk mengusir solusi penyakit ini dan memurnikan
tubuh.
Gerakan
tubuh
adalah
cukup
umum
bagi
banyak
Budaya
asli
Amerika. Menari dan olahraga adalah praktik umum di kalangan suku-suku. Banyak
suku-suku asli Amerika di Amerika Serikat menggunakan obat herbal untuk
menyembuhkan aliments. Salah satu obat herbal yang digunakan adalah
26
penggunaan blackberry akar dan daun untuk mengobati sakit perut. Penggunaan
pengobatan alami untuk menyembuhkan penyakit setiap hari adalah obat yang telah
digunakan selama ratusan tahun, dan masih obat seperti sirup dan teh blackberry
sering digunakan saat ini (Stevan Jr, 2000).
Upacara yang sangat penting bagi budaya Pueblo Laguna dan sering
digunakan untuk penyembuhan. Ia berpikir bahwa selama upacara suku bisa lebih
dekat dengan waktu suci dewa-dewa mereka dan bahwa energi ini akan membantu
dengan penyembuhan (Stevan Jr, 2000).
Dalam budaya Turki dan kebudayaan lain di seluruh dunia, Lintah yang
digunakan untuk meringankan korban gigitan ular dan banyak penyakit lainnya.
Lintah yang dikenal untuk dijual di pasar hewan di Istanbul.
Penggunaan pengobatan rumah dan obat-obatan rakyat telah sangat menurun
dalam beberapa dekade terakhir dengan budaya Barat mengadopsi model bio-medis,
menyebabkan budaya barat menjadi tergantung lebih pada perscription dan obatobatan OTC. Meskipun masih ada Home remedies yang telah turun-temurun, budaya
Barat telah mulai lebih suka solusi kimia untuk banyak masalah medis karena
ketersediaan dan terbukti mempengaruhi. Dalam beberapa tahun terakhir,
bagaimanapun, orang mulai menjadi sadar akan dampak negatif dari obat kimia dan
telah berpaling kembali ke W: homoeopati obat-obatan dan solusi alami sebagai
alternatif obat farmasi modern. Ada banyak pengobatan untuk penyakit yang berbeda
Barat di luar sana (Stevan Jr, 2000).
27
2.4. Pengobatan Tradisonal
Sistem pelayanan kesehatan yang ada belum merata dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, sehingga pemerintah mengambil kebijakan dengan
memanfaatkan semua potensi upaya kesehatan yang ada di masyarakat. Salah satu
potensi besar dalam bentuk peran serta masyarakat adalah upaya pengobatan
tradisional yang hingga sekarang masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
(Soenardi, 1989).
Menurut WHO (Agoes A dan Jakob T, 1999), pengobatan tradisional adalah
ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman
praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melalukan
diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental
ataupun sosial. Defenisi pengobatan tradisional menurut WHO tersebut mengacu
kepada adanya pengalaman praktek yaitu, hasil-hasil yang diamati secara terusmenerus dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan.
Obat tradisional adalah jumlah
total dari pengetahuan, keterampilan dan
praktek berbasis pada teori, kepercayaan dan pengalaman masyarakat adat budaya
yang berbeda yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit
dan peningkatan fisik dan penyakit mental. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal
47 menyatakan pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan
atau perawatan cara lainnya dapat dipertanggungjawabkan maknanya. Pengobatan
tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar.
28
Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan
memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi
besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah
daripada obat modern. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat tradisional yang digunakan
masyarakat yang saat ini disebut sebagai Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang
perlu diteliti dan dikembangkan.
Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 Tahun 1992, Fitofarmaka adalah
sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri
dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku.
Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan
pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu
cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan
memerlukan satu-satunya alternatif pengobatan. Pengobatan tradisional di Indonesia
banyak ragamnya. Cara pengobatan tersebut telah lama dilakukan. Ada yang asli dari
warisan nenek moyang yang pada umumnya mendayagunakan kekuatan alam, daya
manusia, ada pula yang berasal dari masa Hindu atau pengaruh India dan Cina.
Secara garis besar Agoes (1992), dalam seminar telah menetapkan jenis bahwa
pengobatan tradisional dengan ramuan obat terdiri dari : Pengobatan Tradisional
29
dengan ramuan asli Indonesia, Pengobatan Tradisional dengan ramuan Cina,
Pengobatan Tradisional dengan ramuan obat India.
Sistem pelayanan kesehatan yang ada belum merata dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, sehingga pemerintah mengambil kebijakan dengan
memanfaatkan semua potensi upaya kesehatan yang ada di masyarakat. Salah satu
potensi besar dalam bentuk peran serta masyarakat adalah upaya pengobatan
tradisional
yang
hingga
sekarang
ini
masih
banyak
dimanfaatkan
oleh
masyarakat.(Soenardi, 1989). Menurut WHO (Agoes A dan Jakob T, 1999),
pengoabatan tradisonal adalah ilmu dans eni pengobatan berdasarkan himpunan
pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah
ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap
ketidakseimbangan fisik, mental ataupun social. Defenisi pengobatan tradisional
menurut WHO tersebut mengacu kepada adanya pengalaman praktek yaitu, hasilhasil yang diamati secara terus-menerus dari generasi ke generasi baik secara lisan
maupun tulisan.
Pengobatan tradisional disebut juga pengobatan alternatif, atau pengobatan non
konvensional. Di beberapa negara lain, negara Barat (Eropa, Amerika, Australia)
disebut juga pengobatan komplementer dan alternatif (Complementary and
Alternative Medicine) disingkat ACM. Beberapa pengertian yang perlu dipahami
berkaitan dengan pembinaan upaya pengobatan tradisional yaitu antara lain:
a. Pengobatan Tradisional adalah slah satu upaya pengobatan dan atau perawatan
cara lain diluar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, mencakup cara (metoda),
30
obat dan pengobatannya, yang mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
ketrempailan yang diperoleh secara turun temurun, berguru, magang atau
pendidikan/pelatihan baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. (UU. Kes. No.
23/1992).
b. Upaya kesehatan tradisional adalah cara menanggulangi masalah (gangguan)
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dengan perawatan dan pengobatan
tradisional yang diselenggarakan secara komprehensif, mencakup upaya promotif
(peningkatan kesehatan), upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan
penyakit) dan upaya rehabilitatif (pemulihan).
c. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (geneti) atau campuran dan bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. (UU. Kes. No. 23/1992).
d. Pengobat Tradisional (Battra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara
tradisional. (Kepmenkes Nomor 1076/SK/Menkes/VII/2003).
e. Pengobatan tradisional ditinjau dari cara pengobatannya dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1) Pengobatan tradisonal yang menggunakan ramuan obat tradisional, seperti
shinse, tabib, gurah, battra ramuan asli Indonesia (Jamu), aromaterapi, flower
31
therapy, pengobatan sauna (mandi rempah-rampah), oukup, homoepathy, dan
lain lain.
2) Pengobatan tradisional yang menggunakan keterampilan atau teknik mekanik,
seperti akupuntur, pengobatan patah tulang, pijat urut, pijat refleksi, shiatsu,
pijat qigung, “Touch For Health”, Spa terapis, kiropraktor, bokem, dan lainlain.
3) Pengobatan tradisional yang berdasarkan ajaran agama.
4) Upaya pengobatan tradisional yang menggunakan cara supranatural antara
lain :
a) Pengobatan dengan Tenaga dalam, (“mind maipulation”, atau manipulasi
bionergi metafisika),
b) Paranormal (menggunakan indra ke enam, pewaskita),
c) Kebatinan (menggunakan jampi-jampi)
d) Dan lain-lain yang belum diidentifikasi
2.5. Dasar Hukum Pelayanan Kesehatan Tradisional
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang
kesehatan terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang Pelayanan Kesehatan
tradisional yaitu pada pasal 1, 48, 59, 60 dan 61. Pada pasal 1 butir 16 yang
disebutkan bahwa ”Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan
32
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”. Dalam pasal 48 juga disebutkan
bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam pasal 59 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Ramuan. Dalam pasal ini juga disebutkan bahwa seluruh jenis
Pelayanan Kesehatan Tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah, agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan
norma agama. Dalam pasal 60 dan 61 disebutkan bahwa orang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan
masyarakat
diberikan
kesempatan
seluas-luasnya
untuk
mengembangkan,
meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya (Faizati, 2003).
Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan, antara lain: Jamu, Gurah,
Homeopathy, Aroma Terapi, SPA terapi, dan metode lain yang menggunakan
ramuan. Sedangkan yang termasuk dalam Yankestrad Keterampilan, antara lain:
akupunktur, chiropraksi, pijat urut, shiatsu, patah tulang, dukun bayi, battra sunat,
refleksi, akupressur, bekam, apiterapi, penata kecantikan kulit/rambut, tenaga dalam,
paranormal, reiki, qigong, kebatinan, dan metode lainnya yang mengunakan
keterampilan (Faizati, 2003).
33
2.5.1. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan Tradisional
melalui Toga
Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam
mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi maupun
untuk keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini sangat
berguna, khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses
pelayanan kesehatan. Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung
masyarakat yang sehat secara mandiri, akan berdampak pada upaya untuk
mewujudkan pencapaian tujuan MDG’s di bidang Kesehatan, yaitu Menanggulangi
Kemiskinan dan Kelaparan, Menurunkan Angka Kematian Anak, Meningkatkan
Kesehatan Ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya
(Faizati, 2003).
Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam mencapai
tujuan MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin dengan memanfaatkan daun
Katuk dan Lobak sebagi sayur dan biji jagung tua yang disangrai untuk
memperlancar keluarnya ASI dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif.
Pemanfaatan daun Kacang Panjang, daun Dadap Serep, dan Bawang Merah untuk
mengobati payudara bengkak (mastitis) dengan cara ditumbuk dan ditempelkan ke
seluruh payudara, kecuali pada puting susu. Jeruk nipis dicampur dengan kapur sirih
dan minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan perut setelah
melahirkan. Dalam menjaga kesehatan anak, bisa menggunakan Temulawak dan
Beras Kencur untuk menambah nafsu makan. Jika anak demam, dapat diobati dengan
34
memanfaatkan daun Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan air kemudian
diminum, selain itu dapat memanfaatkan daun Dadap Serep dan daun Kembang
Sepatu yang diremas-remas dan ditempelkan di kepala anak. Pemanfaatan pijat pada
anak yang sudah ada turun temurun di Indonesia untuk memperlancar peredaran
darah dan meningkatkan kebugaran pada anak (Faizati, 2003).
Pemanfaatan daun Jambu Biji yang masih muda dapat digunakan dalam
penanggulangan diare pada Balita sedangkan untuk mengobati disentri, bisa
memanfaatkan daun Sambiloto kering yang direbus atau menggunakan daun Patikan
Cina yang dicampur dengan Bawang Merah dan Pulosari. Tanaman Serai dan
Lavender bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk. Pemanfaatan TOGA/Jamu
untuk memelihara kesehatan yang berimplikasi pada peningkatan Usia harapan Hidup
seperti daun Landep Segar dan Gandarusa sebagai obat pegal linu dan masih banyak
hal-hal lain dari bumi Indonesia yang belum tergali pemanfaatannya untuk kesehatan
(Faizati, 2003).
2.5.2. Legalitas Hukum Pengobatan Tradisional
1. Kepmenkes No. 1076/ 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional
(battra)
2. Kepmenkes No. 1109/ 2007 tentang pengobatan komplementer alternatif,
merupakan pengaturan cara pengobatan tradisional pada pelayanan kesehatan
formal, dokter/dokter gigi, dan battra.
3. UU No. 36 Tahun 2009, pada Pasal 48 dinyatakan: “Pelayanan kesehatan
tradisional merupakan bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan”.
35
4. Pasal 59-61 mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional, jenis pelayanan
kesehatan tradisional, pembinaan dan pengawasan, serta pengembangannya. Pasal
101 dinyatakan, “Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan
aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan atau
pemeliharaan kesehatan, tetap dijaga kelestariannya.”
5. Permenkes No. 003/ 2010 tentang Saintifikasi Jamu, yang mengatur tentang
perlunya
pembuktian ilmiah obat tradisional melalui penelitian berbasis pelayanan (dual
system), serta pemanfaatan obat tradisional untuk tujuan promotif dan preventif
(pemeliharaan kesehatan dan kebugaran), kuratif (mengobati penyakit), dan
paliatif (meningkatkan kualitas hidup). (Jurnal Internis edisi 18 bulan April 2011).
2.6. Terapi Air
Terapi air adalah penggunaan air untuk penyembuhan dengan cara
meringankan berbagai keluhan (Hadibroto & Alam, 2006). Kemampuan air untuk
penyembuhan sudah diakui sejak dahulu, terutama di kerajaan Yunani, kekaisaran
Romawi, kebudayaan Turki serta masyarakat Eropa dan China Kuno. Masyarakat
umum menyadari bahwa air memiliki banyak manfaat terhadap tubuh. Mandi air
panas bermanfaat membuat tubuh lebih rileks, menyingkirkan pegal-pegal dan rasa
kaku pada otot serta membuat tidur menjadi lebih nyenyak. Uap air panas dapat
membuka pori-pori, merangsang keluarnya keringat, membuat pembuluh darah
melebar dan mengendurkan otot-otot. Mandi air dingin di bak atau di pancuran
36
member efek berupa rasa segar dan gairah semangat. Suhu dingin mengerutkan
pembuluh darah di kulit sehingga aliran darah dialihkan ke jaringan-jaringan internal
dan organ-organ tubuh untuk mempertahankan suhu dasar tubuh. Air dingin atau air
es digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan memar serta menutup pori-pori
(Bagus, 2010).
Terapi air, dalam ilmu kedokteran, digunakan sebagai salah satu fisioterapi
pada pasien yang mengalami kecelakaan serius dengan akibat cedera otot, atau pasien
dengan keluhan pada persendiannya, dan mereka yang mengalami hambatan fisik
seperti pasien stroke. Banyak rumah sakit di negara-negara maju kini memberi
pilihan berupa proses melahirkan di dalam air. Terapi air dapat digunakan dalam
berbagai cara sesuai dengan manfaatnya masing- masing, yaitu berendam air panas,
berendam air dingin, berendam air biasa, mandi uap, mandi cara Sitz (Sitz bath),
pancuran air panas dan dingin, pembungkusan, kantong air, dan floatasi
(mengambang dalam larutan air garam) (Bagus, 2010).
2.6.1. Asal Usul Terapi Air
Terapi air dipergunakan pertama kali pada zaman Mesir kuno. Selain itu,
peradaban Yunani dan Romawi juga melakukan hal yang sama. Penduduk Mesir
menggunakan minyak esensial dan bunga untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Sementara bangsa Romawi dan Yunani mempunyai kebiasaan berendam lama untuk
rekreasi sekaligus terapi (roman baths). Pada abad 19 mulai dikenal kegunaan daya
apung air (buoyancy) yang bermanfaat untuk terapi latihan dalam air. Bangsa Yunani
bahkan membuat undang-undang yang mewajibkan mandi air dingin bagi
37
masyarakatnya dengan berbagai cara dikaitkan dengan mitologi mereka (Bagus,
2010).
Air sebagai bagian terapi sudah dipergunakan oleh Hipocrates dengan
diwalinya penggunaan air sebagai modalitas sekitar tahun 500 SM. Hipocrates
tercatat sebagai pemikir besar yang sudah menyadari sifat-sifat fisiologis air, baik air
panas maupun dingin, dapat digunakan dalam perawatan sakit demam, tukak
lambung, perdarahan dan dalam penyakit-penyakit operasi serta medis. Hipocrates
memahami fenomena reaksi karena ia mengamati bahwa setelah seseorang mandi air
dingin, tubuhnya dengan cepat mengembalikan pansanya dan tetap hangat (Bagus,
2010).
Pada tahun 1826, Prissnitz mengembangkan pusat terapi air pertama di
Grafenberg. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai pendiri terapi air (hydro-therapy).
Terapi air merupakan metode paling klasik dalam perawatan penyakit dan sudah
dipergunakan sejak dulu oleh ras-ras primitive (Bagus, 2010).
2.6.2. Penggunaan Sifat Air dalam Proses Terapi Air
Terapi air adalah pengobatan yang menggunakan sifat air (Sutawijaya, 2010).
Banyak sekali sifat air yang menguntungkan kita. Beberapa sifat air yang dapat
digunakan dalam proses terapi air adalah daya apung, dimanfaatkan tubuh untuk
bagian jantung, besarnya daya yang terjadi sebanding dengan besar bagian tubuh
yang masuk serta densitasnya; tekanan hidrostatik, air mempunyai tekanan hidrostatik
sehingga menimbulkan tekanan ke segala arah dengan kekuatan yang sama sesuai
dengan kedalaman dan tekanan cairan; pergerakan air, aliran turbulensi air dapat
38
memberikan manfaat yaitu memberikan tahanan pada tubuh dan efek latihan dapat
dipercepat; energi panas, air dapat berubah wujud ke dalam suhu yang panas atau
dingin sehingga air dapat digunakan untuk terapi kompres hangat atau dingin ataupun
terapi mandi uap (Bagus, 2010).
2.7. Mandi Uap
Mandi uap (sauna) adalah salah satu jenis terapi air dimana seseorang mandi
di ruang uap hangat yang dirancang khusus. Uap itu dari air yang dipanaskan
sehingga menguap dan dipompakan ke ruangan tertutup sehingga menciptakan panas
basah. Tujuan dari sauna adalah membantu mengeluarkan racun melalui keringat
sekaligus pembersihan kulit. Pengeluaran racun dilakukan oleh panas kering dan
pembersihan kulit oleh panas basah (Bagus, 2010).
2.7.1. Efek Mandi Uap
Adapun efek terapi uap menurut Crinnion (2007) adalah sirkulasi perifer
meningkat 5-10%; sirkulasi ke otot, ginjal dan bagian visceral menurun; laju
metabolik meningkat; konsumsi oksigen meningkat; terjadi pengeluaran cairan;
denyut jantung meningkat; tekanan darah menurun; meningkatkan cortisol plasma,
kortikosteroid, growth hormone, TSH dan prolaktin; bronkodilatasi; relaksasi otot
dan penurunan aktivitas sistem neuromuscular; kehilangan air dan elektrolit (Na, K,
Cl) yang merupakan kompensasi dari regulasi hormon aldosteron di ginjal; lipolisis
(Bagus, 2010).
39
2.7.2. Penelitian yang Berhubungan dengan Mandi Uap
Penelitian yang dilakukan oleh Kihara, et.al (2004) membuktikan bahwa
mandi uap (sauna) dapat menurunkan aritmia jantung pada pasien gagal jantung
kronik. Raisanen (2010) mengungkapkan ada enam keuntungan dari mandi uap yaitu
mengurangi stres, mendetoksifikasi, membuat tidur nyenyak, merelaksasikan otot dan
meredakan sakit dan nyeri di otot dan sendi, meningkatkan kerja jantung, melawan
penyakit dan meredakan kesesakan.
2.8. Oukup
Beberapa tahun terakhir ini oukup dikenali sebagai SPA (solid per aqua)
tradisional yang kegunaannya lebih kepada perawatan tubuh, kebugaran dan rileksasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa pusat sumber informasi
yaitu pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup dan pasar, oukup memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Menghilangkan sakit pinggang secara perlahan-lahan
2. Menetralkan kadar gula dalam tubuh
3. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ancaman penyakit
4. Memperindah bentuk tubuh serta menghaluskan kulit
5. Menyegarkan jasmani
6. Mengendurkan saraf yang tegang
7. Memperlancar peredaran darah
8. Mengeluarkan angin yang tidak signifikan di dalam tubuh
40
9. Mengantisifasi ancaman hipertensi atau reumatik
10. Menurunkan kadar kolesterol secara perlahan-lahan
11. Menurunkan kadar lemak
12. Menyehatkan paru-paru dan jantung
13. Membangkitkan nafsu makan
14. Meringankan kepala yang pusing/flu
15. Menetralisir kesehatan ibu seusai bersalin
Masing-masing usaha menawarkan keistimewaan tersendiri, mulai dari
kualitas ramuan, kenyamanan tempat, dan harga yang bersaing. Begitu juga ruang
untuk oukup, masing-masing usaha memiliki disain sendiri dengan luas ruangannya
hampir semua sama yaitu 1 x 1,5 meter. Tarif yang dikenakan bervariasi mulai dari
Rp.10.000 sampai Rp.50.000. Belum pernah ada laporan atau penelitian yang
mengungkapkan keanekaragaman jenis yang digunakan sebagai ramuan oukup.
Begitu pula tentang standarisasi ramuan, baik yang dijual di pasar, yang digunakan
ditempat-tempat praktek oukup bahkan pengetahuan masyarakat tentang ramuan pun
berbeda-beda (Trindah, 1986).
2.8.1. Keanekaragaman Tumbuhan yang Dipergunakan sebagai Ramuan Oukup
Ramuan oukup terbuat dari rebusan berbagai tumbuhan. Menurut, Nasution
(2009) terdapat 69 jenis tumbuhan yang dipergunakan sebagai ramuan oukup.
Tumbuh-tumbuhan ini mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang disebut
juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak
alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan
41
putik bunga (Gunawan, 2009). Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung
dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai
bahan baku dalam perisa maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients).
Industri kosmetik dan parfum menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan
pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan
menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan sebagai perisa atau
menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti
infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan
untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang
diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida.
Tumbuh-tumbuhan ini ketika direbus akan mengeluarkan aroma atau bau
yang disebut dengan aromaterapi. Aromaterapi dapat mengurangi stres, menenangkan
pikiran dan membangkitkan semangat, gairah dan dipercaya dapat membersihkan
racun dalam tubuh (Ulla, 2009).
Ramuan oukup terbuat dari rebusan berbagai tumbuhan. Menurut, Nasution
(2009) terdapat 69 jenis tumbuhan yang dipergunakan sebagai ramuan “Oukup”.
Tabel 2.1. Keanekaragaman Tumbuhan yang Dipergunakan
sebagai Ramuan Oukup
Nama Jenis
No
Nama Lokal
1
2
3
4
Daun Paris
Rengas
Seledri
Pegagan
5
6
Nira
Pinang
Nama Ilmiah
Justicia sp.
Gluta renghas L.
Apium graveolens L
Centella asiatica (L.)
Urban
Arenga pinnata Merr.
Areca catechu L.
Bagian
Tumbuhan
yang
Digunakan
Daun
Daun
Daun
Daun
Akar
Akar
Ketersedian
di Alam
Banyak
Kurang
Banyak
Banyak
Kurang
Banyak
42
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Nama Jenis
No
Nama Lokal
7
8
9
10
11
12
13
Rotan
Rotan Rambung
Rotan Runtih
Rumbia
Kentang
Enau
Sundur Langit
14
Nenas
15
Salinsayo
16
Kemiri
17
Sapot-sapot
18
Bambu
19
20
Rumput Parang
Tegoh
Sere wangi
21
Asam glugur
22
23
24
Bunga lawang
Jitan hitam/
torbangun
Nilam
25
26
Kemangi
Pirawas
27
Kulit manis
28
Bawang putih
Nama Ilmiah
Calamus sp.1
Calamus sp.2
Calamus sp. 3
Metroxylon
Calamus sp.4
Arenga pinnata Merr.
Emilia sonchifolia
(L.) DC
Ananas comosus (L.)
Merr.
Gaultheria
leucocarpa Blume
Aleurites moluccana
Willd
Desmodium
dasylobum Miq.
Bambusa vulgaris
Schrad.
Eleusine indica(L.)
Gaertn
Andropogon citratus
DC.
Garcinia atroviridis
Griff
Illicium verum Hook
Coleus amboinicus
Lour
Pogostemon cablin
(Blaanco) Bth.
Ocimum basilicum L.
Cinnamomum
porrectum (Roxb.)
Kosterm
Cinnamomum
burmanii Blume
Allium cepa L.
Bagian
Tumbuhan
yang
Digunakan
Akar
Akar
Akar
Akar
Daun
Buah
Daun
Ketersedian
di Alam
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Buah
Kurang
Daun
Kurang
Biji
Banyak
Daun
Kurang
Akar
Banyak
Seluruh
bagian
Batang
Kurang
Banyak
Daun
Banyak
Bunga
Daun
Kurang
Banyak
Daun
Banyak
Daun
Daun
Kurang
Banyak
Daun
Banyak
Umbi
Banyak
43
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Nama Jenis
No
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Nama Lokal
Bawang merah
Gundera
Nama Ilmiah
Allium sativum L.
Allium
schoenoprasum L.
Benalu kopi/ suridan Serurulla ferugia
kopi
(Jack) Danser
Senduduk/senggani Melastoma sp. L.
Pala
Myristica fragrans
Houtt
Cengkeh
Syzygium aromaticum
L. Merr.
Kayu putih
Eucalyptus alba
Reinw
Pandan wangi
Pandannus
amaryllifolius Roxb.
Lada
Piper nigrum L.
Sirih liar
Piper
caducibracteum
Ciak-ciak
Polygonium chinense
L.
Jeruk hantu
Citrus sp. 1
Jeruk kayu
Citrus sp.2
Jeruk kejaren
Citrus sp. 3
Jeruk kelele
Citrus sp. 4
Jeruk kersik
Citrus sp. 5
Jeruk kuku harimau Citrus medica
“Sarcodactylis”
Jeruk malem
Citrus sp. 6
Jeruk mungkur purut Citrus Hystrix DC.
Jeruknipis
Citrus aurantifolia
(Christm.) Swingle
Jeruk pagar/ gawang Citrus medica L.
Jeruk puraga
Citrus nobilis Lour.
Daun besan
Eurycoma longifolia
Jack
daun ikan-ikan
Maoutia asperra
Wedd
Bagian
Tumbuhan
yang
Digunakan
Umbi
Daun
Ketersedian
di Alam
Banyak
Kurang
Daun
Banyak
Daun
Bunga
Banyak
Banyak
Daun
Banyak
Daun
Banyak
Daun
Banyak
Biji
Daun
Banyak
Banyak
Daun
Kurang
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Buah
Buah
Buah
Kurang
Banyak
Kurang
Buah
Buah
Buah
Banyak
Banyak
Kurang
Daun
Kurang
44
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Nama Jenis
No
Nama Lokal
53
Jelatang
54
55
Salagundi
Bungle
56
Cekala
57
Jahe
58
Jahe merah
59
60
Jahe prancis
Kencur
61
Kuning gajah/kunyit
62
63
Laja
Lempuyang
64
Lengkuas
65
Temu giring
66
Temu ireng
67
Temu kunci
68
Temu mangga
69
Temulawak
Nama Ilmiah
Laportea decumana
Wedd
Vitex trifolia L.
Zingiber purpureum
Roxb.
Nicolaia speciosa
(blume) Horan.
Zingiber officinale
Roscoe.
Zingiber officinale
var. Rabrum Theilade
Zingiber sp.
Kaempferia galanga
L.
Curcuma domestica
Val.
Alpinia sp.
Zingiber Americans
Blume
Alpina galanga (L.)
Willd
Curcuma heyneana
Val. & Zyp.
Curcuma aeroginosa
Roxb.
Bosenbergia
paandurata Roxb.
Curcuma mangga
Val. & Zyp
Curcuma xanthorhiza
Roxb.
Bagian
Tumbuhan
yang
Digunakan
Seluruh
bagian
Daun
Rimpang
Ketersedian
di Alam
Banyak
Banyak
Batang
Banyak
Rimpang
Banyak
Rimpang
Bnyak
Rimpang
Rimpang
Banyak
Banyak
Rimpang
Banyak
Rimpang
Rimpang
Banyak
Banyak
Rimpang
Banyak
Rimpang
Kurang
Rimpang
Kurang
Rimpang
Banyak
Rimpang
Banyak
Rimpang
Banyak
45
2.9. Masa Nifas
Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain:
1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002).
2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir
persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan
Brown, 1999).
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
puerpenthy, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.
Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pun kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini,
yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu tclah diperbolehkan berdiri dan
bcrjalan.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyelurula alat-alat genital.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau
tahun.
46
2.9.1. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kcgiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di
bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan
cvaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengernbalikan
kesehatan
urnum
dengan
pergerakan
otot
untuk
memperlancar peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3.
Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas
selcsai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal
2.10.
Manfaat Oukup dalam Pemulihan Kesehatan Ibu Nifas pada Suku Karo
Masyarakat Indonesia umumnya sudah mengenal mandi uap dengan
menggunakan rempah-rempah. Oukup adalah sauna tradisional suku Karo yang
memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai ramuannya untuk kesehatan
pasca melahirkan dan pengobatan berbagai jenis penyakit (Nasution, 2009). Oukup
47
juga dikenal dengan istilah mandi rempah. Oukup merupakan salah satu cara
perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Oukup berguna untuk mengeluarkan
keringat, melancarkan peredaran darah, menghilangkan bau badan serta lemak di
dalam tubuh. Oukup dahulu dilakukan dengan cara memasak air disertai dengan
ramuan-ramuan tertentu, kemudian setelah mendidih diangkat dan diletakkan di
dalam ember. Ember tersebut diletakkan di bawah kursi, ibu duduk di atas kursi
tersebut sambil dibungkus dengan selimut sehingga menyebabkan uap air panas itu
memaksa si ibu berkeringat, gunanya agar si ibu sehat karena sisa kotoran di dalam
tubuhnya keluar. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek moyang
kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan.
Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada
dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang
dianggap berada dalam kondisi panas (Foster & Anderson 2005). Maka dalam
kondisi dingin setelah melahirkan, sang ibu dan juga bayinya dianggap memerlukan
pemanasan. Di lingkungan masyarakat Karo misalnya, wanita yang baru melahirkan
diharuskan tidur bersama bayinya di dekat tungku dapur selama sekitar 10 hari sambil
didiangi kayu keras yang dibakar secara terus menerus untuk menghangatkan badan
mereka (Bangun 1986). Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara umum dilihat
dalam pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk kelangsungan umat
manusia, namun dalam kehidupan berbagai kelompok etnis, terdapat bermacammacam titikberat perhatian dan sikap, khususnya dalam menanggapi proses ini.
Sebagian etnis lebih mementingkan aspek kultural dari kehamilan dan kelahiran, dan
48
sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya. Banyak etnis di dunia mempercayai
bahwa tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada tahapan kehidupan yang
lainnya merupakan suatu masa krisis yang gawat atau membahayakan, baik yang
bersifat nyata maupun bersifat gaib. Untuk itu dilakukan upacara-upacara adat yang
disebut crisis rite (upacara waktu krisis) atau rites de passage (upacara peralihan)
untuk menolak bahaya gaib yang mengancam individu dan lingkungannya
(Koentjaraningrat 1990). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor sosialbudaya mempunyai peranan penting dalam memahami perawatan ibu pasca
melahirkan. Sebagian pandangan budaya mengenai hal tersebut telah diwariskan
turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Perawatan tubuh bagi ibu pasca melahirkan juga menjadi perhatian yang
sangat besar bagi orang Karo. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek
moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca
melahirkan. Oukup bukan hanya dari suku Karo saja, suku lain juga ada hanya
namanya saja yang berbeda. Untuk suku Jawa dinamakan ungkep, suku Minang
dinamakan batangi, suku Batak dinamakan martup, sedangkan suku Minahasa
disebut bakera. Ditinjau dari segi kegunaannya sama yaitu menyegarkan kembali
stamina dan memulihkan kesehatan bagi ibu pasca melahirkan, hanya saja ramuan
yang digunakan pastinya berbeda-beda.
49
2.11. Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia (human behavior) merupakan reaksi yang dapat bersifat
sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai
spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (speciesspecific behavior) yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan.
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap, dan tindakan.
Menurut teori Green et al. (1999), kesehatan individu dan masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku
(non¬perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor
meliputi: perilaku seseorang berhubungan faktor predisposisi, faktor pemungkinan
dan faktor penguat. Oleh sebab itu, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan
perilaku serta hal-hal yang berhubungan perilaku, adalah:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor predisposisi mencakup
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi
seorang atau kelompok untuk bertindak. Sedangkan secara umum faktor
predisposisi ialah sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau
kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung
atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai
pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial-ekonomi, umur, jenis
kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai faktor predisposisi.
50
2. Faktor pemungkin (enabling factor). Faktor pemungkin mencakup berbagai
keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku
kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia
klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga
menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan
transportasi, waktu dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang
menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber
penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan
pasien, faktor menguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan
keluarga
Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia (2008), ditentukan
oleh konsep risiko, penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat
beratnya risiko atau penyakit secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko
terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari risiko.
Menurut Judge dan Bono ( 2001), teori perubahan perilaku self efficacy yang
menekankan adanya contoh dalam diri seseorang sehingga perilaku seseorang
dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga menjadikan sebuah budaya masyarakat.
Teori perubahan perilaku ini biasa digunakan dalam perubahan perilaku masyarakat
khususnya kesehatan dengan memanfaatkan tokoh masyarakat sekitar yang dianggap
mempunyai peran penting dan mempunyai suritaula dan khususnya dibidang
kesehatan. Pendekatan perubahan perilaku masyarakat didasarkan pada tokoh
51
masyarakat sekitar yang mempunyai pengaruh lebih atau suritauladan dalam perilaku
hidup sehat
2.12. Kerangka Pikir
-
Bahan-bahan Ramuan
Oukup
Penggunaan Oukup
Kesehatan pada Ibu
Nifas
Gambar 2.1. Kerangkap Pikir Penelitian
Dari kerangka pikir dapat dilihat manfaat kandungan dari bahan-bahan oukup
yang diperlukan untuk perawatan kesehatan pada ibu pasca melahirkan dan untuk
mendapatkan manfaatnya maka direbus sampai mendidih, setelah mendidih maka
bahan-bahan ramuannya dioukupkan dengan cara memantulkan uap yang dihasilkan
dari rebusan ramuan oukupnya ke tubuh ibu agar memaksa ibu untuk berkeringat
sehingga memberi manfaat kesehatan pada ibu pasca melahirkan.
Download