13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Asal Usul Penyakit Laudel F Snow (dalam Henderson, 1981:83-85) mengatakan bahwa fenomena penyakit di masyarakat dibagi atas 2 (dua) hal, yaitu: 1. Natural Illnesses (Penyakit-penyakit Alamiah) Penyakit alamiah ini dibagi atas 2 yaitu: Penyakit yang disebabkan serangan unsur (agents) alami seperti hujan, penyakit yang disebabkan kiriman Tuhan atau hukuman Tuhan atas dosa manusia. Penyakit ini tidak dapat disembukan oleh obat – obatan modern 2. Unnatural Illnesses Penyakit ini disebabkan campur tangan kekuatan setan (demons) dan iblis (evil) yang masuk kedalam tubuh manusia. Penyakit yang disbabkan iblis dan setan ini juga dapat berbentuk penyakit alamiah. Dalam pembagian ini antara Natural dan Unnatural Illnesses terdapat kesamaan. Penyakit-penyakit yang disebabkan faktor alamiah dan penyakit yang disebabkan setan (demon) dan iblis (evil) sama-sama tidak dapat disembuhkan dngan obat-obatan modern. Akan tetapi jika iblis atau setan yang berperan, maka penyakit dianggap tidak ilmiah. Sedangkan menurut Foster dan Anderson (1986:63) membagi sistem kesehatan berdasarkan kepercayaan dan penjelasan tetang sebab-sebab penyakit atas 2 (dua) cara yaitu: 13 14 1. Personalistik yaitu yang disebabkan campur tangan dari agen-agen tertentu yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun makhluk manusia (tukang sihir atau tenung). 2. Naturalistik yang terjadi akibat adanya gangguan ketidak seimbangan di dalam tubuh manusia atau antara tubuh manusia dan lingkungannya. Seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu. Dalam hal ini pengobatan alternatif termasuk dalam naturalistik karena penyakitnya disebabkan leh gangauan ketidak seimbangnya didalam tubuh manusia tetapi dalam pengobatannya terdiri atas pengobatan tradisional ditambah pengobatan lain yang bukan pengobatan barat modern yang tidak menggunakan peralatan medis (Agoes, 1992). Menurut Ortiz dalam pengambilan keputusan (Decision Making Process) bahwa keputusan itu bersifat rasional ketika keputusan tersebut diambil. Pengambilan keputusan tesebut berbasic individu maksudnya pengambilan keputusan seseorang mengenai sesuatu hal berasal dari orang tersebut sendiri yang diambil berdasarkan pengalaman-pengalaman seseorang. Keesing (1989) mengatakan bahwa pengetahuan yang berada dikepala seseorang merupakan hal yang sudah ada atau terlukiskan dibenak orang tersebut, dimana pengetahuan ini akan membatu orang tersebut untuk bertindak lebih lanjut, danmengantikan budaya sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari. Keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial yang isinya adalah 15 seperangakat model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan yang dihadapinya dan untuk menolong serta menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan. Sistem pengetahuan dapat dibagi 2 (dua), yaitu : 1. Sistem pengetahuan realita, yaitu pandangan atau penafsiran terhadap suatu objek yang didasarkan kepada realitas suatu fenomena yang dapat dikaji secara ilmiah dan secara material dapat terasa. 2. Sistem pengetahuan non realitas yaitu pandangan atau penafsiran terhadap sesuatu objek yang didasarkan pada sifat tahayul atau mitos yang berkembang dalam suatu kelompok masyarakat setempat (Noerhadi dalam Alfian, 1985). Pengetahuan masyarakat dalam memilih penyembuhan penyakitnya diperoleh dari pengalaman serta dorongan lingkungannya yang menghasilkan tingkah laku yang disebut juga dengan budaya (Spradley, 1980). Kebudayaan menentukan sesuatu dapat dikatakan sebagai penyakit atau sesuatu itu tidak dianggap sebagai suatu penyakit. Pendefinisian penyakit dalam suatu masyarakat dan kebudayaan berbeda – beda, adanya pendefinisian yang berbeda–beda ini terjadi karena dipengaruhi oleh letak geografis, kondisi alam dan lingkungan, makanan, pola makan serta kebiasaan makan. Dengan demikian kebudayaan atau tidak akan ditentukan oleh pengklasifikasian objek-objek tersebut kedalam unsur-unsur kebudayaan (Wilson, 1966) mengatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan yang ditransmisi dan 16 disebarkan secara tradisional baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis yang tercermin dalam tindakan (act) dan benda-benda hasil karya manusia (artefact). Melalui pengamatan dan penelitian yang terus berkembang yang didapat dari berbagai informasi maka, ditentukanlah struktur kebutuhan atau motif yang terdapat pada orang yang mengamati. Jadi, sebenarnya motif kita melalui minat dan perhatian terhadap segala sesuatu yang bersifat tradisional mempunyai peranan besar dalam menentukan apa yang kita lihat, dengar, amati dilingkungan kita (Berungen, 1986). Kalangie (1994) mengatakan bahwa sistem perawatan kesehatan adalah usaha memelihara kesehatan mencakup berbagai kegiatan yang satu dengan lainnya berkaitan dan merupakan respons-respons terhadap penyakit dan yang terorganisasi secara sosial budaya dalam setiap masyarakat. Sedangkan menurut Foster dan Anderson (1986), sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilitasi sumber-sumber daya pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyetarakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut. Penyakit adalah merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan, bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan (George M.Foster, 1986). Kepercayaan suatu masyarakat terhadap sebab suatu penyakit adalah sangat penting dalam menentukan tindakan penyembuhan (cure) yang dipilih. Helman 17 (1984) membagi atas 4 pandangan manusia tentang sebab suatu penyakit. Keempat lingkungan penyebab penyakit tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. - The Supernatural World - The Social World - The Natural World - The Patient World 2.2. Etiologi Penyakit Menurut Helman, 1990 etiologi penyakit ini dipengaruhi oleh nilai yang dianut oleh seseorang atau masyarakat. Jika suatu masyarakat cendrung menganggap penyakit yang disebabkan oleh etiologi sosal dan supernatural, maka masyarakat ini adalah masyarakat yang masih tradisional. Masyarakat dalam tipe ini adalahmasyarakat non barat yang akan mengambil tindakan pengobatan dan kekuatan magis. Resenstock (dalam Sarwono, 1997) menjelaskan teori model kepercayaan kesehatan (Health beliefe model theory) bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaan kesehatan (health beliefe). Dalam teori ini dikatakan bahwa motif dan kepercayaan seorang dalam mengambil tindakan dalam pengobatan tidak memperdulikan apakah yang dilakukan sesuai atau tudak dengan realitas atau pandangan orang lain. Dalam model kepercayaan kesehatan ini disebutkan terdapatnya 3 unsur yang mempengaruhi tindakan pengobatan: 1. Persepsi individu tentang kemungkinan terkena penyakit (perceived susceptibility). Mereka yang merasa dapat terkena penyakit akan merasa lebih 18 terancam. Pandangan individu tentang beratnya penyakit (perseive seriousness) 2. Makin beratnya resiko penyakit, maka makin besar ancaman yang diterima, sehingga mendorong melakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan penyakit. Ketiga unsur diatas sangat mempengaruhi tindakan yang di ambil oleh individu dalam menanggulangi penyakit. Aspek-aspek teoritik yang berkaitan dengan pengetahuan ini akan digunakan sebagai orientasi teoritik dalam memahami dan menjelaskan pengetahuan tentang pemilian masyarakat terhadap pengobatan alternatif. 2.3. Antropologi Medis-Ethnomedicine Ethnomedicine mengacu pada studi tentang praktek medis tradisional yang berkaitan dengan interprestasi budaya kesehatan, penyakit dan juga alamat proses kesehatan-mencari dan praktek-praktek penyembuhan. Praktek ethnomedicine adalah sistem multi-disiplin yang kompleks yang merupakan penggunaan tanaman, Spritualitas dan lingkungan alam dan telah menjadi sumber penyembuhan bagi orangorang selama ribuan tahun. Antropologi medis yang bersangkutan dengan kedua penyebab dan konsekuensi dari penyakit manusia, dan berbagai orientasi teoritis dapat dikelompokkan menjadi empat pendekatan utama: medis ekologi, antropologi medis kritis, antropologi medis interpretatif, dan ethnomedicine. Sementara antropolog medis dari semua keyakinan teoritis telah meneliti mengapa orang sakit, 19 analisis dan pemahaman tentang pola pengobatan telah sebagian besar terbatas pada ethnomedicine (Stevan Jr, 2000). 2.3.1. Ethnomedicine Kelompok Budaya Banyak suku di Afrika yang menggunakan tarian untuk menyembuhkan pilek dan penyakit. Pria akan menari ketika seseorang tidak bertindak seperti biasa karena diyakini penyakit merupakan roh yang tidak diketahui yang ada di dalam diri mereka. Roh-roh atau penyakit itu diyakini dapat dipaksa keluar oleh gerakan-gerakan melalui tari-tarian (Ramawati, 2009). Sementara pengobatan Barat jauh lebih teknis dan analitis berbasis, obat Afrika mengambil pendekatan yang lebih holistik. Kesehatan yang baik, penyakit, keberhasilan atau kemalangan tidak dilihat sebagai kejadian kebetulan melainkan timbul sebagai akibat dari tindakan individu dan keseimbangan atau ketidakseimbangan antara individu dan lingkungan sosial. Mayoritas orang di Afrika bergantung pada praktisi medis tradisional untuk kesehatan, yang menghasilkan ketergantungan pada tanaman obat tradisional untuk kesehatan (Ramawati, 2009). Akupuntur adalah metode penyembuhan tradisional yang berasal dari China. Akupuntur (Acupunturist) merupakan sebuah jarum untuk kedalam kulit untuk menyeimbangkan aliran chi yang diyakini sebagai energi yang mengalir melalui tubuh manusia. Dalam teori, Chi berjalan di sepanjang 14 jalur yang disebut meridains dan ketika seorang pasien terluka, stres, atau sakit, chi mereka diduga sedang diblokir. Dengan menempatkan jarum dalam Meridian pasien chi dianggap dimasukkan kembali ke dalam keseimbangan (Ramawati, 2009). 20 Ginseng juga biasa digunakan dalam pengobatan praktek Cina tradisional. Menurut agama Cina, perlu ada keseimbangan dari Yin dan Yang di dalam diri sendiri dan ginseng dapat membantu untuk mencapai itu. Ginseng Amerika, di sisi lain, mempromosikan energi negatif Yin, menenangkan tubuh, dan melepaskan kelebihan energi Yang. Tanaman ini secara umum memperbaiki kulit dan menyimpannya sehingga tampak awet muda. Ginseng juga bertindak sebagai obat baik untuk menyembuhkan sakit tenggorokan (Stevan Jr, 2000). Tai Chi adalah seni bela diri populer yang sangat umum dilakukan untuk latihan. Tai Chi yang paling populer di Cina, karena berasal dan sangat terhubung ke teori pengobatan tradisional Cina. Banyak orang dapat dilihat pada pagi hari melakukan Tai Chi secara serempak di taman atau daerah khusus dibuat untuk latihan semacam ini. Berbagai latihan Tai Chi ada saat ini di antara yang lebih populer gaya Yang, Chen dan Wu. Gerakan-gerakan dalam Tai Chi memungkinkan untuk sirkulasi chi (atau energi) di seluruh tubuh dikombinasikan dengan konsentrasi pada gerakan tenang, yang sering menghasilkan efek yang mirip dengan meditasi duduk. Tai Chi tidak mengobati penyakit tertentu atau penyakit, tetapi sangat membantu dalam meningkatkan kesehatan umum (terutama sebagai obat pencegahan). Tai Chi digunakan untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan secara keseluruhan serta koordinasi dan stamina otot. Tai Chi praktisi biasanya melakukan setiap hari, namun minimal dua kali seminggu dianjurkan oleh mayoritas guru. Tai Chi dilakukan dengan lambat namun anggun yang sesuai individu (Stevan Jr, 2000). 21 Dalam budaya Ethiopia, khususnya di wilayah barat daya, penggunaan tanaman untuk menyembuhkan luka dan penyakit yang sangat umum. Sebuah contoh dari ini adalah Alysicarpus, yang digunakan untuk membantu menyembuhkan luka dan lesi setelah ditumbuk menjadi bentuk lotion dan kemudian dioles didaerah cedera. Terletak di iklim tropis, pulau-pulau Filipina yang kaya dengan vegetasi tropis. Banyak pengobatan rumah di Filipina berasal dari penggunaan tumbuhan sebagai sumber daya. Di semua pulau sepanjang Filipina, penggunaan dan pentingnya tanaman lokal jelas dapat digunakan. Karena banyak dari Filipina adalah hutan hujan dan masih ada banyak daerah yang menggunakan hutan sebagai sumber daya utama, ada beberapa tanaman obat yang dapat ditemukan di Filipina. Salah satu tanaman tersebut Alagau ,yang hanya dapat ditemukan di Filipina. Alagau berfungsi sebagai sarana untuk mengobati beberapa penyakit, salah satu khususnya batuk (Stevan Jr, 2000). Pada budaya Hispanik tidak ada nama khusus dalam hal pengobatan ini. Obat ini mencakup dua tomatillos (tomat hijau) wajan goreng sampai kulit berwarna hijau charcoaled. Satu jam kemudian tomat hijau yang sudah berubah warna diiris dua potong dan diletakkan di atas piring. Kemudian seseorang dapat terlentang di tempat tidur dengan selimut hangat di sebelahnya dan tomatillos diletakkan satu set pada sisi yang lain. Kita mengambil sepotong dari mereka dan menggosok tomatillo hangat panas pada leher kelenjar getah bening Anda (tempat yang bengkak). Gerakan menggosok akan membuat hangat atau sedikit panas untuk mengurangi ukuran 22 kelenjar getah bening. Setelah itu biarkan jus dari tomatillos kering di leher seseorang sepanjang malam. Pastikan untuk diselipkan diri di bawah selimut hangat untuk menjaga cairan hangat bagi mereka untuk diserap di kulit. Seseorang dapat melakukan ini tiga kali seminggu atau sampai kita melihat efek dari obat ini. Penyakit yang membengkak karena kelenjar getah bening di leher seseorang karena infeksi tenggorokan atau infeksi bahwa tubuh sedang berproses. Dengan menggosok tomatillos panas di leher selama sekitar lima menit dimanapun pembengkakan kelenjar getah bening berada dan jika tidak dilakukan setiap malam maka kelenjar getah bening tidak akan semakin kecil. (Stevan Jr, 2000) Dalam budaya Meksiko, sengatan lebah sangat umum. Dalam bagian dunia, ada banyak spesies lebah, termasuk lebah pembunuh, yang tidak dimiliki banyak di AS. Obat rumah dengan menempatkan irisan kentang pada sengatan, dalam rangka untuk menyembuhkan sengatan tersebut lebih cepat. Rumah obat lain Hispanik terkait dengan makanan adalah berkumur cabe rawit untuk membantu sakit tenggorokan. Karena cabai merah adalah sumber vitamin C. Sementara untuk sepanjang India utara, orang percaya bahwa memberikan perlindungan dari roh-roh jahat dan kekuatan. Sepanjang India, mereka juga menggunakan beberapa herbal dan tanaman untuk menyembuhkan penyakit. Banyak budaya Timur Tengah dan budaya India telah menggunakan teh jahe sebagai cara membunuh atau staving pilek. Ini membantu untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena rempah-rempahnya, hal ini diketahui memiliki sifat membunuh kuman. (Stevan Jr, 2000). 23 Dalam budaya Jepang, Reiki adalah sebuah bentuk penyembuhan yang sistematis sentuhan yang berasal di negeri ini. Ada reklamasi tradisi di Jepang pada paruh kedua abad kedua puluh, ketika biksu Buddha Tendai dimulai atau menemukan kembali sistem kesehatan. Reiki digunakan untuk relaksasi serta mempromosikan penyembuhan. Reiki berkaitan dengan merawat tubuh dengan energi universal. Ketika orang memiliki energi yang rendah, mereka merasa sakit-sakitan, tetapi ketika mereka penuh energi, mereka mampu mendapatkan yang terbaik mereka. Lain sebagian besar ethnomedicine Jepang telah berakar dalam budaya Cina. Ini adalah praktek disebut Kampo, kadang-kadang disebut sebagai Kanpo. Dalam pengertian yang paling dasar kampo adalah studi Jepang dan praktek obat tradisional Cina. Ini seringkali mencakup akupunktur tetapi yang paling luas dikenal untuk penggunaannya herbal untuk menyembuhkan dan mengobati penyakit dan penderitaan. Saat ini kampo sebenarnya telah diintegrasikan ke pasien Nasional negara kesehatan sistem dapat memiliki perawatan kampo mereka ditutupi oleh asuransi mereka. Saat ini di Jepang ada 148 obat yang berbeda kampo disetujui oleh departemen kesehatan, tenaga kerja dan kesejahteraan. Daripada memodifikasi formula seperti adalah praktek dalam pengobatan Cina Tradisional. Tradisi kampo Jepang menggunakan kombinasi tetap tertentu dari herbal dalam proporsi standar yang berasal dari literatur klasik pengobatan Cina. Kampo obat diproduksi oleh berbagai produsen, namun karena peraturan yang ketat kedokteran masing-masing terdiri dari bahan yang sama persis. Obat-obatan karena itu dibuat dalam kondisi manufaktur yang ketat bahwa perusahaan farmasi saingan Amerika atau tempat lain. 24 Kedua perusahaan terkemuka membuat obat kampo yang Tsumura dan Kanebo (Stevan Jr, 2000). Dalam budaya Korea Miso Soup telah lama menjadi obat untuk menyembuhkan luka pada kulit. Praktek kuno ini telah diwariskan selama ratusan tahun dan masih umum digunakan saat ini. Dalam kasus flu, orang Korea menggunakan obat rumah yang mencakup Cinnamon dan ginseng untuk membantu orang yang menderita flu. Mereka biasanya melakukan ini karena kayu manis menguatkan sistem kekebalan tubuh dan diyakini memiliki sifat antibiotik, dan ginseng adalah tonik untuk membantu dengan kelelahan (Stevan Jr, 2000). Sementara orang-orang Maya adalah sebuah kelompok adat di Meksiko dan Amerika Tengah. Mereka adalah masyarakat yang sangat tradisional yang memiliki kontak luas dengan masyarakat Barat dan modern. Karena model medis mereka adalah campuran dari kepercayaan tradisional bersama dengan teknologi barat, karena mereka hidup dalam kondisi miskin mereka tidak memiliki akses ke obat terbaik, tapi mereka menggunakan apa yang mereka dapat bersama dengan praktekpraktek tradisional herbal, sihir, dan mantra diteruskan oleh para tetua dalam masyarakat. Mereka jauh lebih menerima pikiran dan tubuh sebagai satu unit tunggal berinteraksi, dan bekerja untuk menyembuhkan pikiran tubuh dan jiwa (Stevan Jr, 2000). Untuk budaya Amerika Herbal dan tanaman obat lainnya memiliki peran dominan dalam praktek penyembuhan budaya asli Amerika. Banyak obat-obatan modern yang digunakan saat ini dalam masyarakat Barat berasal dari metode 25 penyembuhan tradisional penduduk asli Amerika. Ironisnya, ilmuwan modern, dokter, dan orang awam yang cepat untuk menolak praktek-praktek dukun kuno. Sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam budaya penduduk asli Amerika diperlukan waktu lebih lama bagi seorang individu untuk menjadi seorang herbalis efektif dan penyembuh daripada yang dilakukannya bagi seseorang hari ini untuk menjadi seorang dokter. Dalam budaya asli Amerika individu biasanya dipilih oleh orang suku kedokteran pada usia yang sangat muda. Ini individu dipilih berfungsi sebagai magang sampai mereka berusia tengah, kemudian mereka mengambil alih sebagai penyembuh. Salah satu tanaman yang budaya asli Amerika sering dimanfaatkan adalah tembakau. Tembakau ini dikunyah dan kemudian diludahibagian tubuh yang dimaksudkan untuk menjadi mati rasa. Juga dapat ditambahkan ke air mandi dalam bentuk teh untuk mengurangi rasa sakit rematik atau kram. Asap dianggap memurnikan dan ditiup di daerah menderita. dandelion lain adalah genus tanaman yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk tujuan pengobatan. Digunakan untuk memurnikan dan membersihkan individu dengan menempatkan mereka di tenda-seperti ruangan yang penuh uap. Hal ini sebagian besar acara religius percaya bahwa roh-roh mengusir penyakit dan memurnikan tubuh (Stevan Jr, 2000). Herbal bukan hanya untuk mengusir solusi penyakit ini dan memurnikan tubuh. Gerakan tubuh adalah cukup umum bagi banyak Budaya asli Amerika. Menari dan olahraga adalah praktik umum di kalangan suku-suku. Banyak suku-suku asli Amerika di Amerika Serikat menggunakan obat herbal untuk menyembuhkan aliments. Salah satu obat herbal yang digunakan adalah 26 penggunaan blackberry akar dan daun untuk mengobati sakit perut. Penggunaan pengobatan alami untuk menyembuhkan penyakit setiap hari adalah obat yang telah digunakan selama ratusan tahun, dan masih obat seperti sirup dan teh blackberry sering digunakan saat ini (Stevan Jr, 2000). Upacara yang sangat penting bagi budaya Pueblo Laguna dan sering digunakan untuk penyembuhan. Ia berpikir bahwa selama upacara suku bisa lebih dekat dengan waktu suci dewa-dewa mereka dan bahwa energi ini akan membantu dengan penyembuhan (Stevan Jr, 2000). Dalam budaya Turki dan kebudayaan lain di seluruh dunia, Lintah yang digunakan untuk meringankan korban gigitan ular dan banyak penyakit lainnya. Lintah yang dikenal untuk dijual di pasar hewan di Istanbul. Penggunaan pengobatan rumah dan obat-obatan rakyat telah sangat menurun dalam beberapa dekade terakhir dengan budaya Barat mengadopsi model bio-medis, menyebabkan budaya barat menjadi tergantung lebih pada perscription dan obatobatan OTC. Meskipun masih ada Home remedies yang telah turun-temurun, budaya Barat telah mulai lebih suka solusi kimia untuk banyak masalah medis karena ketersediaan dan terbukti mempengaruhi. Dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, orang mulai menjadi sadar akan dampak negatif dari obat kimia dan telah berpaling kembali ke W: homoeopati obat-obatan dan solusi alami sebagai alternatif obat farmasi modern. Ada banyak pengobatan untuk penyakit yang berbeda Barat di luar sana (Stevan Jr, 2000). 27 2.4. Pengobatan Tradisonal Sistem pelayanan kesehatan yang ada belum merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga pemerintah mengambil kebijakan dengan memanfaatkan semua potensi upaya kesehatan yang ada di masyarakat. Salah satu potensi besar dalam bentuk peran serta masyarakat adalah upaya pengobatan tradisional yang hingga sekarang masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat (Soenardi, 1989). Menurut WHO (Agoes A dan Jakob T, 1999), pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melalukan diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial. Defenisi pengobatan tradisional menurut WHO tersebut mengacu kepada adanya pengalaman praktek yaitu, hasil-hasil yang diamati secara terusmenerus dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Obat tradisional adalah jumlah total dari pengetahuan, keterampilan dan praktek berbasis pada teori, kepercayaan dan pengalaman masyarakat adat budaya yang berbeda yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan peningkatan fisik dan penyakit mental. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat dipertanggungjawabkan maknanya. Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar. 28 Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut sebagai Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 Tahun 1992, Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan memerlukan satu-satunya alternatif pengobatan. Pengobatan tradisional di Indonesia banyak ragamnya. Cara pengobatan tersebut telah lama dilakukan. Ada yang asli dari warisan nenek moyang yang pada umumnya mendayagunakan kekuatan alam, daya manusia, ada pula yang berasal dari masa Hindu atau pengaruh India dan Cina. Secara garis besar Agoes (1992), dalam seminar telah menetapkan jenis bahwa pengobatan tradisional dengan ramuan obat terdiri dari : Pengobatan Tradisional 29 dengan ramuan asli Indonesia, Pengobatan Tradisional dengan ramuan Cina, Pengobatan Tradisional dengan ramuan obat India. Sistem pelayanan kesehatan yang ada belum merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga pemerintah mengambil kebijakan dengan memanfaatkan semua potensi upaya kesehatan yang ada di masyarakat. Salah satu potensi besar dalam bentuk peran serta masyarakat adalah upaya pengobatan tradisional yang hingga sekarang ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.(Soenardi, 1989). Menurut WHO (Agoes A dan Jakob T, 1999), pengoabatan tradisonal adalah ilmu dans eni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun social. Defenisi pengobatan tradisional menurut WHO tersebut mengacu kepada adanya pengalaman praktek yaitu, hasilhasil yang diamati secara terus-menerus dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Pengobatan tradisional disebut juga pengobatan alternatif, atau pengobatan non konvensional. Di beberapa negara lain, negara Barat (Eropa, Amerika, Australia) disebut juga pengobatan komplementer dan alternatif (Complementary and Alternative Medicine) disingkat ACM. Beberapa pengertian yang perlu dipahami berkaitan dengan pembinaan upaya pengobatan tradisional yaitu antara lain: a. Pengobatan Tradisional adalah slah satu upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain diluar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, mencakup cara (metoda), 30 obat dan pengobatannya, yang mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan ketrempailan yang diperoleh secara turun temurun, berguru, magang atau pendidikan/pelatihan baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. (UU. Kes. No. 23/1992). b. Upaya kesehatan tradisional adalah cara menanggulangi masalah (gangguan) kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dengan perawatan dan pengobatan tradisional yang diselenggarakan secara komprehensif, mencakup upaya promotif (peningkatan kesehatan), upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan penyakit) dan upaya rehabilitatif (pemulihan). c. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (geneti) atau campuran dan bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. (UU. Kes. No. 23/1992). d. Pengobat Tradisional (Battra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional. (Kepmenkes Nomor 1076/SK/Menkes/VII/2003). e. Pengobatan tradisional ditinjau dari cara pengobatannya dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Pengobatan tradisonal yang menggunakan ramuan obat tradisional, seperti shinse, tabib, gurah, battra ramuan asli Indonesia (Jamu), aromaterapi, flower 31 therapy, pengobatan sauna (mandi rempah-rampah), oukup, homoepathy, dan lain lain. 2) Pengobatan tradisional yang menggunakan keterampilan atau teknik mekanik, seperti akupuntur, pengobatan patah tulang, pijat urut, pijat refleksi, shiatsu, pijat qigung, “Touch For Health”, Spa terapis, kiropraktor, bokem, dan lainlain. 3) Pengobatan tradisional yang berdasarkan ajaran agama. 4) Upaya pengobatan tradisional yang menggunakan cara supranatural antara lain : a) Pengobatan dengan Tenaga dalam, (“mind maipulation”, atau manipulasi bionergi metafisika), b) Paranormal (menggunakan indra ke enam, pewaskita), c) Kebatinan (menggunakan jampi-jampi) d) Dan lain-lain yang belum diidentifikasi 2.5. Dasar Hukum Pelayanan Kesehatan Tradisional Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang Pelayanan Kesehatan tradisional yaitu pada pasal 1, 48, 59, 60 dan 61. Pada pasal 1 butir 16 yang disebutkan bahwa ”Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan 32 sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”. Dalam pasal 48 juga disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam pasal 59 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan. Dalam pasal ini juga disebutkan bahwa seluruh jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah, agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama. Dalam pasal 60 dan 61 disebutkan bahwa orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan masyarakat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya (Faizati, 2003). Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan, antara lain: Jamu, Gurah, Homeopathy, Aroma Terapi, SPA terapi, dan metode lain yang menggunakan ramuan. Sedangkan yang termasuk dalam Yankestrad Keterampilan, antara lain: akupunktur, chiropraksi, pijat urut, shiatsu, patah tulang, dukun bayi, battra sunat, refleksi, akupressur, bekam, apiterapi, penata kecantikan kulit/rambut, tenaga dalam, paranormal, reiki, qigong, kebatinan, dan metode lainnya yang mengunakan keterampilan (Faizati, 2003). 33 2.5.1. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan Tradisional melalui Toga Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi maupun untuk keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini sangat berguna, khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung masyarakat yang sehat secara mandiri, akan berdampak pada upaya untuk mewujudkan pencapaian tujuan MDG’s di bidang Kesehatan, yaitu Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, Menurunkan Angka Kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya (Faizati, 2003). Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam mencapai tujuan MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin dengan memanfaatkan daun Katuk dan Lobak sebagi sayur dan biji jagung tua yang disangrai untuk memperlancar keluarnya ASI dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif. Pemanfaatan daun Kacang Panjang, daun Dadap Serep, dan Bawang Merah untuk mengobati payudara bengkak (mastitis) dengan cara ditumbuk dan ditempelkan ke seluruh payudara, kecuali pada puting susu. Jeruk nipis dicampur dengan kapur sirih dan minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan perut setelah melahirkan. Dalam menjaga kesehatan anak, bisa menggunakan Temulawak dan Beras Kencur untuk menambah nafsu makan. Jika anak demam, dapat diobati dengan 34 memanfaatkan daun Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan air kemudian diminum, selain itu dapat memanfaatkan daun Dadap Serep dan daun Kembang Sepatu yang diremas-remas dan ditempelkan di kepala anak. Pemanfaatan pijat pada anak yang sudah ada turun temurun di Indonesia untuk memperlancar peredaran darah dan meningkatkan kebugaran pada anak (Faizati, 2003). Pemanfaatan daun Jambu Biji yang masih muda dapat digunakan dalam penanggulangan diare pada Balita sedangkan untuk mengobati disentri, bisa memanfaatkan daun Sambiloto kering yang direbus atau menggunakan daun Patikan Cina yang dicampur dengan Bawang Merah dan Pulosari. Tanaman Serai dan Lavender bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk. Pemanfaatan TOGA/Jamu untuk memelihara kesehatan yang berimplikasi pada peningkatan Usia harapan Hidup seperti daun Landep Segar dan Gandarusa sebagai obat pegal linu dan masih banyak hal-hal lain dari bumi Indonesia yang belum tergali pemanfaatannya untuk kesehatan (Faizati, 2003). 2.5.2. Legalitas Hukum Pengobatan Tradisional 1. Kepmenkes No. 1076/ 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional (battra) 2. Kepmenkes No. 1109/ 2007 tentang pengobatan komplementer alternatif, merupakan pengaturan cara pengobatan tradisional pada pelayanan kesehatan formal, dokter/dokter gigi, dan battra. 3. UU No. 36 Tahun 2009, pada Pasal 48 dinyatakan: “Pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan”. 35 4. Pasal 59-61 mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional, jenis pelayanan kesehatan tradisional, pembinaan dan pengawasan, serta pengembangannya. Pasal 101 dinyatakan, “Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan atau pemeliharaan kesehatan, tetap dijaga kelestariannya.” 5. Permenkes No. 003/ 2010 tentang Saintifikasi Jamu, yang mengatur tentang perlunya pembuktian ilmiah obat tradisional melalui penelitian berbasis pelayanan (dual system), serta pemanfaatan obat tradisional untuk tujuan promotif dan preventif (pemeliharaan kesehatan dan kebugaran), kuratif (mengobati penyakit), dan paliatif (meningkatkan kualitas hidup). (Jurnal Internis edisi 18 bulan April 2011). 2.6. Terapi Air Terapi air adalah penggunaan air untuk penyembuhan dengan cara meringankan berbagai keluhan (Hadibroto & Alam, 2006). Kemampuan air untuk penyembuhan sudah diakui sejak dahulu, terutama di kerajaan Yunani, kekaisaran Romawi, kebudayaan Turki serta masyarakat Eropa dan China Kuno. Masyarakat umum menyadari bahwa air memiliki banyak manfaat terhadap tubuh. Mandi air panas bermanfaat membuat tubuh lebih rileks, menyingkirkan pegal-pegal dan rasa kaku pada otot serta membuat tidur menjadi lebih nyenyak. Uap air panas dapat membuka pori-pori, merangsang keluarnya keringat, membuat pembuluh darah melebar dan mengendurkan otot-otot. Mandi air dingin di bak atau di pancuran 36 member efek berupa rasa segar dan gairah semangat. Suhu dingin mengerutkan pembuluh darah di kulit sehingga aliran darah dialihkan ke jaringan-jaringan internal dan organ-organ tubuh untuk mempertahankan suhu dasar tubuh. Air dingin atau air es digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan memar serta menutup pori-pori (Bagus, 2010). Terapi air, dalam ilmu kedokteran, digunakan sebagai salah satu fisioterapi pada pasien yang mengalami kecelakaan serius dengan akibat cedera otot, atau pasien dengan keluhan pada persendiannya, dan mereka yang mengalami hambatan fisik seperti pasien stroke. Banyak rumah sakit di negara-negara maju kini memberi pilihan berupa proses melahirkan di dalam air. Terapi air dapat digunakan dalam berbagai cara sesuai dengan manfaatnya masing- masing, yaitu berendam air panas, berendam air dingin, berendam air biasa, mandi uap, mandi cara Sitz (Sitz bath), pancuran air panas dan dingin, pembungkusan, kantong air, dan floatasi (mengambang dalam larutan air garam) (Bagus, 2010). 2.6.1. Asal Usul Terapi Air Terapi air dipergunakan pertama kali pada zaman Mesir kuno. Selain itu, peradaban Yunani dan Romawi juga melakukan hal yang sama. Penduduk Mesir menggunakan minyak esensial dan bunga untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara bangsa Romawi dan Yunani mempunyai kebiasaan berendam lama untuk rekreasi sekaligus terapi (roman baths). Pada abad 19 mulai dikenal kegunaan daya apung air (buoyancy) yang bermanfaat untuk terapi latihan dalam air. Bangsa Yunani bahkan membuat undang-undang yang mewajibkan mandi air dingin bagi 37 masyarakatnya dengan berbagai cara dikaitkan dengan mitologi mereka (Bagus, 2010). Air sebagai bagian terapi sudah dipergunakan oleh Hipocrates dengan diwalinya penggunaan air sebagai modalitas sekitar tahun 500 SM. Hipocrates tercatat sebagai pemikir besar yang sudah menyadari sifat-sifat fisiologis air, baik air panas maupun dingin, dapat digunakan dalam perawatan sakit demam, tukak lambung, perdarahan dan dalam penyakit-penyakit operasi serta medis. Hipocrates memahami fenomena reaksi karena ia mengamati bahwa setelah seseorang mandi air dingin, tubuhnya dengan cepat mengembalikan pansanya dan tetap hangat (Bagus, 2010). Pada tahun 1826, Prissnitz mengembangkan pusat terapi air pertama di Grafenberg. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai pendiri terapi air (hydro-therapy). Terapi air merupakan metode paling klasik dalam perawatan penyakit dan sudah dipergunakan sejak dulu oleh ras-ras primitive (Bagus, 2010). 2.6.2. Penggunaan Sifat Air dalam Proses Terapi Air Terapi air adalah pengobatan yang menggunakan sifat air (Sutawijaya, 2010). Banyak sekali sifat air yang menguntungkan kita. Beberapa sifat air yang dapat digunakan dalam proses terapi air adalah daya apung, dimanfaatkan tubuh untuk bagian jantung, besarnya daya yang terjadi sebanding dengan besar bagian tubuh yang masuk serta densitasnya; tekanan hidrostatik, air mempunyai tekanan hidrostatik sehingga menimbulkan tekanan ke segala arah dengan kekuatan yang sama sesuai dengan kedalaman dan tekanan cairan; pergerakan air, aliran turbulensi air dapat 38 memberikan manfaat yaitu memberikan tahanan pada tubuh dan efek latihan dapat dipercepat; energi panas, air dapat berubah wujud ke dalam suhu yang panas atau dingin sehingga air dapat digunakan untuk terapi kompres hangat atau dingin ataupun terapi mandi uap (Bagus, 2010). 2.7. Mandi Uap Mandi uap (sauna) adalah salah satu jenis terapi air dimana seseorang mandi di ruang uap hangat yang dirancang khusus. Uap itu dari air yang dipanaskan sehingga menguap dan dipompakan ke ruangan tertutup sehingga menciptakan panas basah. Tujuan dari sauna adalah membantu mengeluarkan racun melalui keringat sekaligus pembersihan kulit. Pengeluaran racun dilakukan oleh panas kering dan pembersihan kulit oleh panas basah (Bagus, 2010). 2.7.1. Efek Mandi Uap Adapun efek terapi uap menurut Crinnion (2007) adalah sirkulasi perifer meningkat 5-10%; sirkulasi ke otot, ginjal dan bagian visceral menurun; laju metabolik meningkat; konsumsi oksigen meningkat; terjadi pengeluaran cairan; denyut jantung meningkat; tekanan darah menurun; meningkatkan cortisol plasma, kortikosteroid, growth hormone, TSH dan prolaktin; bronkodilatasi; relaksasi otot dan penurunan aktivitas sistem neuromuscular; kehilangan air dan elektrolit (Na, K, Cl) yang merupakan kompensasi dari regulasi hormon aldosteron di ginjal; lipolisis (Bagus, 2010). 39 2.7.2. Penelitian yang Berhubungan dengan Mandi Uap Penelitian yang dilakukan oleh Kihara, et.al (2004) membuktikan bahwa mandi uap (sauna) dapat menurunkan aritmia jantung pada pasien gagal jantung kronik. Raisanen (2010) mengungkapkan ada enam keuntungan dari mandi uap yaitu mengurangi stres, mendetoksifikasi, membuat tidur nyenyak, merelaksasikan otot dan meredakan sakit dan nyeri di otot dan sendi, meningkatkan kerja jantung, melawan penyakit dan meredakan kesesakan. 2.8. Oukup Beberapa tahun terakhir ini oukup dikenali sebagai SPA (solid per aqua) tradisional yang kegunaannya lebih kepada perawatan tubuh, kebugaran dan rileksasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa pusat sumber informasi yaitu pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup dan pasar, oukup memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Menghilangkan sakit pinggang secara perlahan-lahan 2. Menetralkan kadar gula dalam tubuh 3. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ancaman penyakit 4. Memperindah bentuk tubuh serta menghaluskan kulit 5. Menyegarkan jasmani 6. Mengendurkan saraf yang tegang 7. Memperlancar peredaran darah 8. Mengeluarkan angin yang tidak signifikan di dalam tubuh 40 9. Mengantisifasi ancaman hipertensi atau reumatik 10. Menurunkan kadar kolesterol secara perlahan-lahan 11. Menurunkan kadar lemak 12. Menyehatkan paru-paru dan jantung 13. Membangkitkan nafsu makan 14. Meringankan kepala yang pusing/flu 15. Menetralisir kesehatan ibu seusai bersalin Masing-masing usaha menawarkan keistimewaan tersendiri, mulai dari kualitas ramuan, kenyamanan tempat, dan harga yang bersaing. Begitu juga ruang untuk oukup, masing-masing usaha memiliki disain sendiri dengan luas ruangannya hampir semua sama yaitu 1 x 1,5 meter. Tarif yang dikenakan bervariasi mulai dari Rp.10.000 sampai Rp.50.000. Belum pernah ada laporan atau penelitian yang mengungkapkan keanekaragaman jenis yang digunakan sebagai ramuan oukup. Begitu pula tentang standarisasi ramuan, baik yang dijual di pasar, yang digunakan ditempat-tempat praktek oukup bahkan pengetahuan masyarakat tentang ramuan pun berbeda-beda (Trindah, 1986). 2.8.1. Keanekaragaman Tumbuhan yang Dipergunakan sebagai Ramuan Oukup Ramuan oukup terbuat dari rebusan berbagai tumbuhan. Menurut, Nasution (2009) terdapat 69 jenis tumbuhan yang dipergunakan sebagai ramuan oukup. Tumbuh-tumbuhan ini mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan 41 putik bunga (Gunawan, 2009). Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmetik dan parfum menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida. Tumbuh-tumbuhan ini ketika direbus akan mengeluarkan aroma atau bau yang disebut dengan aromaterapi. Aromaterapi dapat mengurangi stres, menenangkan pikiran dan membangkitkan semangat, gairah dan dipercaya dapat membersihkan racun dalam tubuh (Ulla, 2009). Ramuan oukup terbuat dari rebusan berbagai tumbuhan. Menurut, Nasution (2009) terdapat 69 jenis tumbuhan yang dipergunakan sebagai ramuan “Oukup”. Tabel 2.1. Keanekaragaman Tumbuhan yang Dipergunakan sebagai Ramuan Oukup Nama Jenis No Nama Lokal 1 2 3 4 Daun Paris Rengas Seledri Pegagan 5 6 Nira Pinang Nama Ilmiah Justicia sp. Gluta renghas L. Apium graveolens L Centella asiatica (L.) Urban Arenga pinnata Merr. Areca catechu L. Bagian Tumbuhan yang Digunakan Daun Daun Daun Daun Akar Akar Ketersedian di Alam Banyak Kurang Banyak Banyak Kurang Banyak 42 Tabel 2.1 (Lanjutan) Nama Jenis No Nama Lokal 7 8 9 10 11 12 13 Rotan Rotan Rambung Rotan Runtih Rumbia Kentang Enau Sundur Langit 14 Nenas 15 Salinsayo 16 Kemiri 17 Sapot-sapot 18 Bambu 19 20 Rumput Parang Tegoh Sere wangi 21 Asam glugur 22 23 24 Bunga lawang Jitan hitam/ torbangun Nilam 25 26 Kemangi Pirawas 27 Kulit manis 28 Bawang putih Nama Ilmiah Calamus sp.1 Calamus sp.2 Calamus sp. 3 Metroxylon Calamus sp.4 Arenga pinnata Merr. Emilia sonchifolia (L.) DC Ananas comosus (L.) Merr. Gaultheria leucocarpa Blume Aleurites moluccana Willd Desmodium dasylobum Miq. Bambusa vulgaris Schrad. Eleusine indica(L.) Gaertn Andropogon citratus DC. Garcinia atroviridis Griff Illicium verum Hook Coleus amboinicus Lour Pogostemon cablin (Blaanco) Bth. Ocimum basilicum L. Cinnamomum porrectum (Roxb.) Kosterm Cinnamomum burmanii Blume Allium cepa L. Bagian Tumbuhan yang Digunakan Akar Akar Akar Akar Daun Buah Daun Ketersedian di Alam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Buah Kurang Daun Kurang Biji Banyak Daun Kurang Akar Banyak Seluruh bagian Batang Kurang Banyak Daun Banyak Bunga Daun Kurang Banyak Daun Banyak Daun Daun Kurang Banyak Daun Banyak Umbi Banyak 43 Tabel 2.1 (Lanjutan) Nama Jenis No 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 Nama Lokal Bawang merah Gundera Nama Ilmiah Allium sativum L. Allium schoenoprasum L. Benalu kopi/ suridan Serurulla ferugia kopi (Jack) Danser Senduduk/senggani Melastoma sp. L. Pala Myristica fragrans Houtt Cengkeh Syzygium aromaticum L. Merr. Kayu putih Eucalyptus alba Reinw Pandan wangi Pandannus amaryllifolius Roxb. Lada Piper nigrum L. Sirih liar Piper caducibracteum Ciak-ciak Polygonium chinense L. Jeruk hantu Citrus sp. 1 Jeruk kayu Citrus sp.2 Jeruk kejaren Citrus sp. 3 Jeruk kelele Citrus sp. 4 Jeruk kersik Citrus sp. 5 Jeruk kuku harimau Citrus medica “Sarcodactylis” Jeruk malem Citrus sp. 6 Jeruk mungkur purut Citrus Hystrix DC. Jeruknipis Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle Jeruk pagar/ gawang Citrus medica L. Jeruk puraga Citrus nobilis Lour. Daun besan Eurycoma longifolia Jack daun ikan-ikan Maoutia asperra Wedd Bagian Tumbuhan yang Digunakan Umbi Daun Ketersedian di Alam Banyak Kurang Daun Banyak Daun Bunga Banyak Banyak Daun Banyak Daun Banyak Daun Banyak Biji Daun Banyak Banyak Daun Kurang Buah Buah Buah Buah Buah Buah Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Buah Buah Buah Kurang Banyak Kurang Buah Buah Buah Banyak Banyak Kurang Daun Kurang 44 Tabel 2.1 (Lanjutan) Nama Jenis No Nama Lokal 53 Jelatang 54 55 Salagundi Bungle 56 Cekala 57 Jahe 58 Jahe merah 59 60 Jahe prancis Kencur 61 Kuning gajah/kunyit 62 63 Laja Lempuyang 64 Lengkuas 65 Temu giring 66 Temu ireng 67 Temu kunci 68 Temu mangga 69 Temulawak Nama Ilmiah Laportea decumana Wedd Vitex trifolia L. Zingiber purpureum Roxb. Nicolaia speciosa (blume) Horan. Zingiber officinale Roscoe. Zingiber officinale var. Rabrum Theilade Zingiber sp. Kaempferia galanga L. Curcuma domestica Val. Alpinia sp. Zingiber Americans Blume Alpina galanga (L.) Willd Curcuma heyneana Val. & Zyp. Curcuma aeroginosa Roxb. Bosenbergia paandurata Roxb. Curcuma mangga Val. & Zyp Curcuma xanthorhiza Roxb. Bagian Tumbuhan yang Digunakan Seluruh bagian Daun Rimpang Ketersedian di Alam Banyak Banyak Batang Banyak Rimpang Banyak Rimpang Bnyak Rimpang Rimpang Banyak Banyak Rimpang Banyak Rimpang Rimpang Banyak Banyak Rimpang Banyak Rimpang Kurang Rimpang Kurang Rimpang Banyak Rimpang Banyak Rimpang Banyak 45 2.9. Masa Nifas Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain: 1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002). 2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999). Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpenthy, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pun kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu: 1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu tclah diperbolehkan berdiri dan bcrjalan. 2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyelurula alat-alat genital. 3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun. 46 2.9.1. Tujuan Asuhan Masa Nifas Semua kcgiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan cvaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah: 1. Memulihkan kesehatan umum penderita a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan b. Mengatasi anemia c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi d. Mengernbalikan kesehatan urnum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah 2. Mempertahankan kesehatan psikologis 3. Mencegah infeksi dan komplikasi 4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI) 5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selcsai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal 2.10. Manfaat Oukup dalam Pemulihan Kesehatan Ibu Nifas pada Suku Karo Masyarakat Indonesia umumnya sudah mengenal mandi uap dengan menggunakan rempah-rempah. Oukup adalah sauna tradisional suku Karo yang memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai ramuannya untuk kesehatan pasca melahirkan dan pengobatan berbagai jenis penyakit (Nasution, 2009). Oukup 47 juga dikenal dengan istilah mandi rempah. Oukup merupakan salah satu cara perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Oukup berguna untuk mengeluarkan keringat, melancarkan peredaran darah, menghilangkan bau badan serta lemak di dalam tubuh. Oukup dahulu dilakukan dengan cara memasak air disertai dengan ramuan-ramuan tertentu, kemudian setelah mendidih diangkat dan diletakkan di dalam ember. Ember tersebut diletakkan di bawah kursi, ibu duduk di atas kursi tersebut sambil dibungkus dengan selimut sehingga menyebabkan uap air panas itu memaksa si ibu berkeringat, gunanya agar si ibu sehat karena sisa kotoran di dalam tubuhnya keluar. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang dianggap berada dalam kondisi panas (Foster & Anderson 2005). Maka dalam kondisi dingin setelah melahirkan, sang ibu dan juga bayinya dianggap memerlukan pemanasan. Di lingkungan masyarakat Karo misalnya, wanita yang baru melahirkan diharuskan tidur bersama bayinya di dekat tungku dapur selama sekitar 10 hari sambil didiangi kayu keras yang dibakar secara terus menerus untuk menghangatkan badan mereka (Bangun 1986). Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara umum dilihat dalam pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk kelangsungan umat manusia, namun dalam kehidupan berbagai kelompok etnis, terdapat bermacammacam titikberat perhatian dan sikap, khususnya dalam menanggapi proses ini. Sebagian etnis lebih mementingkan aspek kultural dari kehamilan dan kelahiran, dan 48 sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya. Banyak etnis di dunia mempercayai bahwa tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada tahapan kehidupan yang lainnya merupakan suatu masa krisis yang gawat atau membahayakan, baik yang bersifat nyata maupun bersifat gaib. Untuk itu dilakukan upacara-upacara adat yang disebut crisis rite (upacara waktu krisis) atau rites de passage (upacara peralihan) untuk menolak bahaya gaib yang mengancam individu dan lingkungannya (Koentjaraningrat 1990). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor sosialbudaya mempunyai peranan penting dalam memahami perawatan ibu pasca melahirkan. Sebagian pandangan budaya mengenai hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perawatan tubuh bagi ibu pasca melahirkan juga menjadi perhatian yang sangat besar bagi orang Karo. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Oukup bukan hanya dari suku Karo saja, suku lain juga ada hanya namanya saja yang berbeda. Untuk suku Jawa dinamakan ungkep, suku Minang dinamakan batangi, suku Batak dinamakan martup, sedangkan suku Minahasa disebut bakera. Ditinjau dari segi kegunaannya sama yaitu menyegarkan kembali stamina dan memulihkan kesehatan bagi ibu pasca melahirkan, hanya saja ramuan yang digunakan pastinya berbeda-beda. 49 2.11. Perilaku Kesehatan Perilaku manusia (human behavior) merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (speciesspecific behavior) yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Menurut teori Green et al. (1999), kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non¬perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi: perilaku seseorang berhubungan faktor predisposisi, faktor pemungkinan dan faktor penguat. Oleh sebab itu, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku serta hal-hal yang berhubungan perilaku, adalah: 1. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial-ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai faktor predisposisi. 50 2. Faktor pemungkin (enabling factor). Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya. 3. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, faktor menguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia (2008), ditentukan oleh konsep risiko, penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau penyakit secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari risiko. Menurut Judge dan Bono ( 2001), teori perubahan perilaku self efficacy yang menekankan adanya contoh dalam diri seseorang sehingga perilaku seseorang dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga menjadikan sebuah budaya masyarakat. Teori perubahan perilaku ini biasa digunakan dalam perubahan perilaku masyarakat khususnya kesehatan dengan memanfaatkan tokoh masyarakat sekitar yang dianggap mempunyai peran penting dan mempunyai suritaula dan khususnya dibidang kesehatan. Pendekatan perubahan perilaku masyarakat didasarkan pada tokoh 51 masyarakat sekitar yang mempunyai pengaruh lebih atau suritauladan dalam perilaku hidup sehat 2.12. Kerangka Pikir - Bahan-bahan Ramuan Oukup Penggunaan Oukup Kesehatan pada Ibu Nifas Gambar 2.1. Kerangkap Pikir Penelitian Dari kerangka pikir dapat dilihat manfaat kandungan dari bahan-bahan oukup yang diperlukan untuk perawatan kesehatan pada ibu pasca melahirkan dan untuk mendapatkan manfaatnya maka direbus sampai mendidih, setelah mendidih maka bahan-bahan ramuannya dioukupkan dengan cara memantulkan uap yang dihasilkan dari rebusan ramuan oukupnya ke tubuh ibu agar memaksa ibu untuk berkeringat sehingga memberi manfaat kesehatan pada ibu pasca melahirkan.