makna simbolik ritual bulan purnama dan ritual tilem

advertisement
MAKNA SIMBOLIK RITUAL BULAN PURNAMA DAN RITUAL TILEM
PADA MASYARAKAT SUKU BALI DI DESA LALONGGAPU,
KECAMATAN LANDONO, KABUPATEN KONAWE SELATAN
*Debby Ayu Marinticha **Muh. Zein Abdullah ***Marsia Sumule G
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Thridharma Anduonohu, Kendari.
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah bentuk simbol yang
ada dalam ritual bulan purnama dan ritual tilem pada masyarakat suku Bali dan
makna simbol dalam ritual bulan purnama dan ritual tilem pada masyarakat suku
Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk simbol yang ada
dalam ritual bulan purnama dan ritual tilem ,serta untuk mengetahui makna simbol
dalam ritual bulan purnama dan ritual tilem pada masyarakat suku Bali.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Lalonggapu Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Teori Simbol dari Susanne Langer. Dalam penelitian ini informan
berjumlah sebanyak 6 orang untuk mewakili masyarakat suku Bali di Desa
Lalonggapu. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interpretatif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berbagai simbol yang ada dalam
ritual bulan purnama dan ritual tilem digunakan oleh masyarakat Bali atau umat
hindu sebagai sebuah sarana untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
sebagai ungkapan syukur mereka kepada Tuhan atas segala bentuk keselamatan
serta perlindungan dan berkat yang mereka peroleh selama berada di dunia.
Dimanapun mereka berada , masyarakat suku Bali akan selalu menggunakan
simbol - simbol ini dalam peribadatan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan sumbangan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat, khususnya masyarakat suku Bali yang ada di
perantauan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat dalam
perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya pada penelitian Makna simbolik
Ritual Bulan Purnama dan Ritual Tilem Pada Masyarakat Suku Bali di Desa
Lalonggapu Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan.
Kata Kunci : Simbol Komunikasi, Makna Simbolik Ritual Bulan Purnama
dan Ritual Tilem Pada Suku Bali
1
PENDAHULUAN
Ritual atau upacara persembahyangan bulan purnama dan tilem menjadi
salah satu kegiatan yang rutin dilakukan dikalangan masyarakat suku Bali, pada
setiap bulannya. Dalam setiap ritualnya, masyarakat suku Bali tidak terlepas dai
berbagai macam simbol yang sering mereka pergunakan dimana simbol – simbol
itu menjadi sebuah budaya dikalangan mereka. Simbol – simbol yang digunakan
dalam upacara ini memiliki makna dan keunikan tersendiri, juga menjadi salah
satu dari berbagai keunikan budaya yang di miliki oleh masyarakat suku Bali.
Semua kebudayaan ,adat istiadat yang di miliki masyarakat suku Bali ini
tentu hanya diketahui oleh kalangan mereka sendiri. Tetapi hal ini tidak menutup
kemungkinan bagi masyarakat diluar kalangan suku Bali untuk sekedar
mengetahui budaya atau adat istiadat yang di miliki oleh suku Bali, karena selain
kita mengetahui kebudayaan suku – suku lain, wawasan kita juga akan bertambah
banyak tentang budaya yang ada pada masyarakat suku Bali. Inilah yang menjadi
alasan peneliti untuk mengkaji tentang bentuk simbol ritual bulan purnama dan
ritual tilem dan juga mengenai makna simbol dari ritual bulan purnama dan ritual
tilem pada masyarakat suku Bali.
Penelitian ini akan menekankan pada bentuk simbol dan makna simbol
yang terkandung pada ritual bulan purnama dan ritual tilem. Dimana simbol
merupakan bagian dari proses komunikasi . Simbol – simbol yang ada pada ritual
persembahyangan ini adalah salah satu bentuk rasa syukur mereka atas apa yang
telah Tuhan berikan didalam kehidupan masyarakat Bali.
Beberapa simbol yang selalu di bawa atau dipersiapkan sebelum
melaksanakan ritual bulan purnama dan tilem yaitu seperti perlengkapan upacara
atau ritual perani, canang sari, kewangen, dupa, tirtha, selain itu tak lepas juga
baju adat yang selalu mereka pakai ketika melaksanakan setiap persembahyangan
di pura.
Ritual atau upacara persembahyangan bulan purnama dan tilem ini oleh
masyarakat suku Bali pada umumnya dipandang sebagai simbolisasi kepada
Tuhan yang memberikan peringatan kepada segenap manusia akan adanya Rwa
Binneda
atau
dua
sisi
yang
saling
2
bertentangan
dalam
kehidupan.
Persembahyangan ini pun merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh umat
Hindu atau suku Bali di manapun.
Salah satu Keunikan yang ada dalam ritual ini adalah mereka membawa
sebagian dari hasil bumi untuk dibawa ke pura, sebagai wujud syukur mereka
terhadap apa yang telah Tuhan berikan kepada mereka. Seperti buah –buahan,
jajanan, dan hasil bumi lainnya. Ritual atau upacara ini di ikuti oleh seluruh
anggota keluarga terkecuali bagi wanita yang sedang datang bulan , tidak
diperbolehkan untuk ikut bersama dalam persembahyangan dipura namun hanya
boleh melaksanakannya dirumah saja .
Seperti halnya pada masyarakat suku Bali yang ada di desa Lalonggapu,
Kecamatan Landono , Kabupaten Konawe Selatan. Pada setiap bulan purnama
dan tilem tiba, mereka juga akan mengikuti persembayangan atau ritual ini di pura
Wanagiri Tridanamulya dan pura dalem. Berdasarkan pemaparan diatas maka
penulis tertarik untuk melihat bentuk simbol dan makna simbol yang dipakai pada
ritual bulan purnama dan ritual tilem pada masyarakat suku Bali di desa
Lalonggapu, Kecamatan Landono , Kabupaten Konawe Selatan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka permasalah yang
dirumuskan adalah :
1.
Bagaimana bentuk simbol ritual bulan purnama dan ritual tilem Pada
Masyarakat suku Bali di desa Lalonggapu kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan?
2.
Bagaimana Makna simbol ritual bulan purnama dan ritual tilem Pada
Masyarakat suku Bali di desa Lalonggapu kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan?
Tujuan Penelitian dan Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui bentuk simbol ritual bulan purnama dan ritual
tilem Pada Masyarakat suku Bali di desa Lalonggapu kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan.
3
2.
Untuk mengetahui makna simbol ritual bulan purnama dan ritual tilem
Pada Masyarakat suku Bali di desa Lalonggapu kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan.
Landasan Teori
Teori komunikasi yang digunakan adalah Teori simbol. Teori simbol yang
termaksud sangat bermanfaat diciptakan oleh Susanne Langer, philosophy in a
New Key yang sangat diperhatikan oleh pelajar yang mempelajari simbolisme.
Teori Langer sangat bermanfaat karena teori ini menegaskan beberapa konsep dan
istilah yang bisa digunakan dalam bidang komunikasi. Teori ini memberikan
sejenis standarnisasi untuk tradisi semiotika dalam kajian komunikasi (Little john,
2009 :153)
Langer, seorang filsuf, memikirkan simbolisme yang menjadi inti
pemikiran filosofi karena simbolisme mendasari pengetahuan dan pemahaman
semua manusia. Menurut Langer semua binatang yang hidup didominasi oleh
perasaan, tetapi perasaan manusia dimediasikan oleh konsepsi simbol dan bahasa.
Simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang
untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol
adalah sebuah instrumen pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi manusia
tentang suatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu. Kemudian simbol merupakan
inti dari kehidupan manusia dan proses simbolisasi. Sebuah simbol atau kumpulan
simbol-simbol bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola
atau bentuk. (Little john, 2009 :153)
Langer memandang makna sebagai sebuah hubungan kompleks diantara
sebuh simbol, objek dan manusia yang melibatkan donotasi (makna bersama) dan
konotasi (makna priadi). .Abstraksi, sebuah proses pembentukan ide umum dari
sebentuk keterangan konkret, berdasarkan pada denotasi dan konotasi
dari
simbol. Langer mencatat bahwa proses manusia secara utuh cenderung abstrak.
Ini adalah sebuah proses yang mengesampingkan detail dalam memahami objek,
peristiwa, atau situasi secara umum. (Little john, 2009 :154)
4
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lalonggapu Kecamatan Landono
Kabuapaten Konawe Selatan. Penentuan lokasi tersebut atas dasar pertimbangan
bahwa di desa Lalonggapu adalah salah satu Lingkungan mayoritas suku Bali
sehingga untuk menjawab permasalahan mengenai bentuk simbol dan makna
simbol dalam ritual bulan purnama
dan ritual tilem ini sangat tepat dan akan
mempermudah peneliti.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Bali yang ada di Desa
Lalonggapu Kecamatan Landono dengan jumlah penduduk 411 jiwa.
Informan Penelitian
Dalam penelitian ini diambil informan sebanyak 6 orang yang mewakili
masyarakat Bali di Desa Lalonggapu Kecamatan Landono. Diantaranya yakni 1
pendeta, dan 5 masyarakat umum.
Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling (secara
sengaja), yaitu informan dilakukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan peneliti,
dengan pertimbangan bahwa informan mampu memberikan keterangan terhadap
permasalahan yang diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga jenis teknik pengumpulan data, yaitu
observasi (penelitian lapangan), wawancara, dan studi pustaka.
1. Observasi
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
pada masyarakat suku Bali di desa Lalonggapu Kecamatan Landono.
2. Wawancara
5
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada sejumlah informan berkaitan dengan makna
simbolik ritual bulan purnama dan ritual tilem.
3. Studi Pustaka
Studi dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur yang relevan
dengan permasalahan penelitian.
Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang di peroleh melalui wawancara dengan
beberapa informan yang suda ditentukan sebelumnya.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dipeoleh melalui buku-buku referensi,
laporan, jurnal dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan fokus yang
dibahas dalam penelitian ini.
Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diperoleh berdasarkan bahan informasi
atau temuan dari objek yang diteliti.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang di peroleh dalam bentuk angka-angka
atau persentase.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
interpretative merupakan suatu upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa
sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang
diteliti.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini berfokus pada makna simbolik ritual bulan purnama dan ritual
tilem pada masyarakat suku Bali di desa Lalonngapu Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan. Dimana dalam penelitian ini mempunyai dua pokok
pembahasan yang dianalisis yaitu bentuk simbol dan makna simbol dalam ritual
bulan punama dan ritual tilem.
Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan juga
dokumentasi. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini,
maka yang menjadi landasan teori untuk menelaah permasalahan diatas adalah
menggunakan teori Simbol oleh Susanne Langer (Littlejohn, 2009:153).
Studi mengenai simbol tentunya menjadi penting, karena simbol menjadi
media yang paling banyak digunakan dalam komunikasi manusia. Dalam
menjalankan proses komunikasi dan interaksi, manusia membutuhkan simbol
untuk mentrsanfer pesan kepada orang lain. Setiap simbol yang ada tidak bisa
dimaknai sama, setiap komunitas memberikan makna berbeda terhadap sebuah
simbol walaupun simbol tersebut berwujud sama.
Artinya untuk memahami simbol yang harus dipahami terlebih dahulu
adalah lingkungan tempat simbol itu digunakan atau berasal. Untuk memaknai
simbol yang digunakan komunitas tertentu, tentunya hanya dapat dilakukan
dengan cara melibatkan diri dalam komunitas baik secara langsung maupun tidak
langsung. Manusia dikatakan sebagai animal simbolicum yang mempunyai
dorongan untuk mencipta simbol-simbol tersebut. Dalam hubungannya manusia
dikatakan juga sebagai makhluk budaya, maka manusia diartikan juga sebagai
makhluk yang dengan akalnya dapat mengubah dan bahkan dapat menciptakan
realitas melalui simbol-simbol atau system perlambangan.
Sebagai contoh dari sistem perlambangan yaitu simbol – simbol yang ada
pada ritual bulan purnama dan ritual tilem pada masyarakat suku Bali yang mana
pada intinya adalah sebagai rasa ucapan syukur masyarakat suku Bali sekaligus
sebagai sarana untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa atau sebagai bentuk
manifestasi Tuhan dalam ajaran umat Hindu.
7
Sussane langer dalam Little john (2009:153) mengatakan semua binatang
yang hidup didominasi oleh perasaan, tetapi perasaan manusia dimediasikan oleh
konsepsi, simbol, dan bahasa. Binatang merespons tanda, tetapi manusia
menggunakan lebih dari sekedar tanda sederhana dengan mempergunakan simbol.
Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran suatu hal.
Sebagai contoh, jika seseorang melatih anjingnya untuk berguling, maka orang
tersebut memberikan perintah yang tepat, maka kata guling adalah sebuah tanda
untuk anjing supaya berguling. Dengan demikian, sebuah tanda berhubungan erat
dengan makna dari kejadian sebenarnya. Awan dapat menjadi tanda untuk hujan,
tertawa tanda untuk kebahagiaan, dan sebuah tanda jingga tua atau oranye
“kawasan pekerja” merupakan petunjuk untuk konstruksi selanjutnya.
Bentuk Simbol pada Ritual Bulan Purnama dan Ritual Tilem
Bentuk simbol yang ada dalam ritual bulan purnama dan ritual tilem ada
beberapa macam, antara lain perani, canang sari, kwangen, dupa dan tirtha.
Dimana masing- masing simbol ini juga memiliki makna dan keguanaan yang
berbeda juga, dalam ritual bulan purnama dan tilem , simbol – simbol inilah yang
selalu mereka gunakan dalam menyampaikan pesan terimakasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Namun, isi dari simbol – simbol ini tidak harus paten, melainkan
menyesuaikan dengan tempat dimana masyarakat Bali berada, baik dikampung
halaman, maupun diperantauan.
Simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat
seseorang untuk berfikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah
simbol adalah instrumen pemikiran; Simbol ada untuk sesuatu (Susanne Langer
dalam Littlejohn & karen, 2009:154) begitu juga dengan simbol – simbol yang
ada pada ritual bulan purnama dan tilem harus ada dalam setiap pelaksanaan ritual
ini. Begitupun juga saat berada di tempat perantauan, masyarakat suku Bali harus
membuat simbol- simbol ini untuk sarana persembahyangan mereka.
Makna Simbol Ritual Bulan Purnama dan Ritual Tilem
Berbicara tentang makna , pada dasarnya makna terbentuk berdasarkan
hubungan antara lambang komunikasi (simbol) dan konseptualisasi sekelompok
masyarakat yang telah di sepakati bersama (objek) dimana Simbol telah memiliki
8
kesatuan bentuk dan makna. Simbol atau lambang dapat diartikan sebagai sesuatu
yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan
kelompok/masyarakat (Sobur, 2004 : 157).
Lambang ini meliputi kata-kata (berupa pesan verbal), perilaku nonverbal,
dan
objek
yang
maknanya
disepakati
bersama.
Kemampuan
manusia
menggunakan lambang verbal dan nonverbal memungkinkan perkembangan
bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (fisik, dan sosial)
tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
Makna yang terkandung dalam setiap lambang atau simbol dalam ritual
bulan purnama dan ritual tilem mempunyai berbagai macam pesan komunikasi,
dimana itulah yang selalu mereka lakukandan kerjakan yang mana hal ini akan
diwarisi oleh keturunan mereka selanjutnya. Salah satunya seperti simbol prani
yaitu bagi masyarakat Bali diyakini sebagai lambang ungkapan syukur manusia
kepada Tuhan, atas apa yang selalu merek terima dalam kehidupan sehari- hari
karena didalamnya ada berbagai macam bentuk hasil bumi yang memiliki arti
sendiri. Sehingga lambang atau simbol ini
menghasilkan sebuah pesan
komunikasi yaitu apa yang diberikan Tuhn kepada kita, itu juga yang akan di
berikan kepadaNya.
Inilah yang dilakukan masyarakat suku Bali, di mana dalam kebudayaan
masyarakat tersebut, simbol-simbol/lambang digunakan untuk menunjuk objek
fisik kehidupan mereka, yang telah mereka yakini secara turun-temurun.
Sebuah simbol bekerja menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola
atau bentuk. Menurut Langer konsep adalah makna yang disepakati bersama di
antara pelaku komunikasi. Makna yang disepakati bersama adalah makna
denotatif dan makna pribadi disebut makna konotatif (Littlejohn & karen,
2009:154) Dapat dikatakan, bahwa masyarakat tersebut telah melakukan
simbolisasi jika maknanya telah disepakati bersama.
Suatu daerah tentunya memiliki simbol yang melambangkan identitas
budaya di daerah tersebut. Identitas budaya merupakan ciri yang ditunjukan
seseorang karena orang itu merupakan anggota dari sebuah etnik tertentu
( Liliweri, 2011:87 ). Setiap suku bangsa ataupun etnis telah menetapkan simbolsimbol kebudayaan mereka masing-masing untuk menyatakan kepentingan
tertentu.
9
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami ketika suatu kelompok
masyarakat telah mewariskan simbol-simbol dan norma-norma secara turun
temurun, maka berarti kelompok tersebut telah memiliki identitas budaya.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu :
Pada ritual bulan purnama dan ritual tilem masyarakat Bali menyampaikan
pesan melalui simbol –simbol yang ada. simbol yang digunakan yaitu prani,
canang sari, kwangen, dupa dan tirtha. Pada kedua ritual tersebut menggunakan
simbol yang sama. Yang membedakan adalah tempat pelaksanaan dan kepada
siapa maksud ritual itu di laksanakan. Pada dasarnya, semua simbol yang di buat
adalah sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Bali kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas apa yang mereka terima selama ada di dunia dan juga sebagai salah satu
saranan untuk menyucikan diri lahir dan batin dari segala perilaku yang tidak
berkenan pada Tuhan. Selain itu, salah satu simbol ini dipercayai sebagai
manifestasi Tuhan yang mereka sembah, yaitu simbol kwangen.
Komponen- komponen yang terdapat pada simbol – simbol tersebut juga
memiliki makna yang berbeda. Komponen yang digunakan untuk membuat
simbol – simbol ini juga tidak bisa di patenkan, maksudnya adalah kita bisa
gunakan komponen yang terdapat atau dihasilkan di daerah tempat dimana kita
berada, baik itu di kampung halaman maupun diperantauan.
Disisi lain simbol – simbol ini mempunyai nilai ekonomi, budaya, dan
estetika. Dimana keindahan dalam membuat simbol- simbol ini akan
menghasilkan tingkat kepuasan tersendiri bagi pembuatnya, selain itu masyarakat
Bali mempercayai bahwa, segala bentuk simbol yang indah akan menyenangkan
hati Tuhan Yang Maha Esa.
10
Saran
Dari uraian diatas maka dapat disampaikan beberapa saran –saran yang
nantinya dapat menjadi dasar untuk mendorong dan memotivasi para pembaca
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat suku Bali yang ada di desa Lalonggapu, kiranya dapat
memahami dengan jelas tentang simbol – simbol yang digunakan dalam
ritual bulan purnama dan tilem.
2. Diharapkan kepada para mangku dan pendeta kiranya dapat memberikan
penjelasan yang mudah dipahami oleh masyarakat suku Bali setempat
yaitu kepada orang tua dan para muda - mudi.
3. Untuk para pemuda dan pemudi yang ada di desa lalonggapu, kiranya
dapat melestarikan nilai nilai budaya yang telah diajarkan oleh agama,
yang mana hal ini akan menjadi identitas budaya bagi suku Bali
dimanapun berada.
11
DAFTAR PUSTAKA
A.W.Wijaya. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya (Yaogyakarta: PT
LKiS Printing Cemerlang, 2009), hlm. 12.
Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003) hlm. 11-42.
Ahmad Sihabudin. Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm. 21.
Ayu Ira Dewi, Putu, 2008. Pelaksanaan Persembahyangan Purnama Tilem
Kampus IHD Negeri Denpasar di Singaraja (Perspektif Nilai Pendidikan
Agama Hindu). IHDN Denpasar
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Bina Aksara.
Alo, Liliweri. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna :Jakarta. Kencana
Prenada Media Group
Aminuddin. 1997. Stilistika; Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.
Semarang: CV IKIP Semarang Press, hlm. 206
Alo, lili Weri. 2001. Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Remaja.
Rosdakarya.
Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007)
Effendy, Onong Uchjana.2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Effend,Onong Uchjana.1999. Hubungan Masyarakat ,Suatu Studi Komunikologis.
Bandung :PT.Remaja Rosdakarya
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto.1998. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta:
Kanisius.
12
Herusatoto, Budiono. 2000. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
Kanisius.
Harimurti Kridalaksana, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hamad, Ibnu. 2006. Communication as Discourse. Makalah. Jakarta: Tahun 2006.
Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001),hal. 41
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, ( Jakarta: Dian Rakyat,
1985), 56
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009)
Hal. 153-154
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: UI-Press, 1990) hal 77
Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia.
Little john, Stephen w . dan Karen A. Foss . 2009 . Teori Komunikasi :Theories of
Human Communication, Jakarta : Salemba Humanika.
McQuail, Denis, 2000, McQuail’s Mass Communication Theory. London,
Thousand Oaks, SAGE Publications, New Delhi.
Mulyana,Deddy.,dan Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Komunikasi Antarbudaya.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana,Deddy., 2008. Komunikasi Efektif Suatu (Pendekatan Lintas Budaya).
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remanja Rosdakarya.
Martin, Judith dan Thomas K. Nakayama. 2007. Intercultural Communication in
Contexts. New York:Mc Graw Hill International.
Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rahmat. 2005. Komunikasi Antarbudaya. Panduan
Praktis dengan Orang-orang yang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
13
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moleong, 2008. Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nurudin , 2003. Sistem Komunikasi Indonesia. Malang: PT. RajaGrafindo persada
Jakarta.
Pram.2013. Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaanya - Cet. 1. Jakarta : Cerdas Interaktif
Rahardjo, Turnomo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural. Jakarta: PT. Ripteka
Radford, Gary, 2005, On The Philosophy of Communication, Wadsworth,
Belmont.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication :Konteks-konteks
Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 236-238.
Samovar, L., Porter, Richard. dan McDaniel, Edwin R. (2010). Komunikasi Lintas
Budaya. Jakarta: Salemba Humanika
Warman I Nyoman Singgin dan Sutara I Gede. Hari Raya Hindu Bali-India.
Surabaya: Paramita. 2003.
Yudha, Triguna, 2000, Teori Tentang Simbol. Denpasar : Widya Dharma
Sobur, Alex. 2004. SemiotikaKomunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Tambang Raras, Niken. 2004. Hari Suci Purnama Tilem. Surabaya: Paramita
Wiana, ketut .2000. Arti dan Fungsi sarana persembahyangan. Surabaya:
Paramita Hal 148
Sumber elektronik :
Pengertian dan unsur unsur Komunikasi . (2011, November). Retrieved Juni
Rabu,
2016,from
Latansa"s
https://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/pengertian-dan-unsur-unsurkomunikasi
14
Blog:
Septian, L. D. (2014, Juli Selasa). Komunikasi Efektif. Retrieved Juni Jumat,
2016, from Jurnal Septian: http://septianludy.blogspot.co.id/2014/07/komunikasiefektif.html
Ninielse99 . (2011) . Kearifan local budaya bali. Retrieved February, 2017, from
https://nenielse99.wordpress.com/2011/09/27/kearifan-lokal-budaya-bali.html
15
Download