rasulullah saw - An-Nur

advertisement
SEJARAH
RASULULLAH SAW
Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya
0|
Judul: SEJARAH RASULULLAH SAW
Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya
Penulis: Kunkun Kuntara
Desain Sampul: Dimas Irfan Anshari
Cetakan-I : Ramadhan 1436 H / Juni 2015 M
Dilarang memperbanyak isi buku ini tanpa izin dari penulis
All Right Reserved
1|
Kata Pengantar
Buku Sejarah Rasulullah SAW ini dapat penulis selesaikan. Buku ini
ditulis secara berkala dan setiap minggu diupdate dalam format pdf
dan dapat didownload di www.annur.web.id
Semoga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan sejarah
kehidupan Rasulullah SAW, sehingga dapat mencintai dan
meneladani kehidupannya.
Semoga upaya ini menjadi ladang amal
menghadap-Nya kelak.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Semarang, Ramadhan 1436 H
Kunkun Kuntara
2|
dan sebagai bekal
Daftar Isi
Bagian 1 Periode sebelum kelahiran Rasulullah SAW ……..…. 5
Doa Nabi Ibrahim a.s. tentang Nabi Muhammad SAW ………… 5
Ramalan tentang kelahiran Rasulullah SAW ……………………. 5
Sejarah dan Asal Usul Berhala di Mekkah ………………………. 7
Kota Mekkah …………………………………………………………. 8
Kisah penyerbuan Abrahah ……………………………………….
9
Abdul Muththalib Kakek Nabi SAW ………………………………. 12
Aminah Mengandung Rasulullah SAW …………………………… 13
Bagian 2 Periode Mekkah …….…..………………………………. 14
Abdul Muththalib Kakek Nabi SAW ……………………………….. 14
Kelahiran Rasulullah SAW ………………………………………… 14
Masa Penyusuan Nabi ……….……………………………………. 15
Masa Kanak-kanak ………………………………………………… 15
Masa Pembedahan dada …………………………………………. 16
Ibu dan kakeknya wafat …………………………………………… 17
Menggembala Ternak ……………………………………………… 18
Kisah Pendeta Bahira ……………………………………………… 18
Nabi SAW menziarahi makam Ibunda …………………………… 20
Penjagaan Allah SWT Terhadap Nabi-Nya Sebelum Diutus ….. 21
Pernikahan dengan Khadijah r.a. ………………………………… 25
Partisipasi Nabi Muhammad SAW dalam Pembangunan Ka’bah 27
Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama ……………………. 28
3|
Nama-Nama Nabi SAW …………………………………………… 32
Dakwah Sembunyi-sembunyi ……………………………………... 35
Orang-orang Pertama yang memeluk Islam …………………….. 36
Kisah Isra’ dan Mi’raj …………………………………..…………… 47
Bagian 3 Periode Madinah ……..………….……………………… 57
Hijrah ………………………………………………………………… 57
Istri-istri Nabi SAW …………………………………………………. 68
Peperangan …………………………………………………………. 81
Perang Badar ………………………………………………………. 82
Perang Uhud ……………………………………………………….. 91
Perang Dzatur Riqa’ ……………………………………………….. 96
Perang Khandaq …………………………………………………… 109
Perang Bani Quraizha …………………………………………….. 126
Perjanjian Hudaibiyah ………………………………………………128
Perang Khaibar dan Wadil Qura …………………………………. 137
Penaklukan Mekkah ……………………………………………….. 140
Haji Wada …………………………………………………………… 157
Sakitnya Rasulullah SAW …………………………………………. 166
Wasiat-wasiat terakhir Nabi SAW ………………………………… 171
Rasulullah SAW wafat ……………………………………………... 174
Pemakaman Rasulullah SAW ……………………………………... 175
Karakteristik Nabi Muhammad SAW ……………………………… 180
Kewajiban Mencintai Nabi Muhammad SAW …………..………… 189
4|
Shalawat atas Nabi Muhammad SAW ………………….………… 190
Daftar Pustaka
Tentang Penulis
5|
PERIODE SEBELUM KELAHIRAN RASULULLAH SAW
Doa Nabi Ibrahim a.s. tentang Nabi Muhammad SAW
“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari
kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka
ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka,
dan menyucikan mereka. Sungguh Engkaulah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana.” (QS Al-Baqoroh, 2: 129)
Ramalan tentang Kelahiran Rasulullah SAW
6|
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak
bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka
berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,
menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan
segala yang buruk bagi mereka, serta membebaskan beban-beban
dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (AlQur’an), mereka itulah orang-orang beruntung,” (QS Al-A’raf, 7: 157)
“Dan (Ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil!
Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu, yang membenarkan
kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar
gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS As-Shaf, 61: 6)
Peryqlytos Artinya ‘Ahmad’
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Dia akan memberikan kepadamu
lagi seorang Penolong (Periqlytos), supaya Dia menyertai kamu
selama-lamanya.” (Yohanes, XIV: 16)
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu bahwa salah satu yang dikabarkan
Isa bin Maryam dalam Injil untuk orang-orang Kristen tentang sifat
Rasulullah SAW yang diterima dari Allah, ialah apa yang ditegaskan
Yohanes Al-Hawari kepada orang-orang Kristen ia ketika menulis Injil
untuk mereka dari zaman Isa bin Maryam a.s.. Di dalamnya
dijelaskan tentang kedatangan Rasulullah SAW kepada mereka.
7|
Yohanes Al-Hawari mengabarkan bahwa Isa bin Maryam bersabda:
“Barang siapa yang membuatku marah, sama saja membuat marah
Tuhan. Andai aku tidak melakukan di depan mereka tindakantindakan yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum
aku, pastilah mereka tidak memiliki dosa. Namun sejak kini mereka
sombong dan mengaku mengagungkan aku Tuhan. Namun kalimat
yang tertera dalam Namus (sebutan bagi Jibril oleh orang Kristen
Arab) itu harus terealisir. Merka telah membuatku marah tanpa
mendapatkan apa-apa. Andai saja Al-Munhammana telah datang
kepadaku, dia yang diutus kepada kalian dari sisi Tuhan dan Ruhul
Qudus, dan dia yang berasal dari Tuhan telah keluar, ia menjadi saksi
atas aku juga atas kalian. Karena sejak dulu kalian senantiasa
bersamaku dalam hal ini maka aku kabarkan ini kepada kalian, agar
kalian tidak berkeluh kesah.”
Dalam bahasa Ibrani Al-Munhammana berarti Muhammad, dan
Muhammad dalam bahasa Romawi ialah Paraclet.
Sejarah dan Asal Usul Berhala di Mekkah
Sepeninggal Ibrahim dan Ismail pada awalnya bangsa Quraisy masih
taat pada syariat Allah yang diajarkan oleh Ibrahim dan Ismail.
Mereka masih tetap menyembah Allah yang Esa sampai zamannya
Amru bin Amir Al Khuzaiy. Amru bin Amir Al Khusay adalah orang
pertama yang menyesatkan bangsa Quraisy untuk menyembah
berhala dan membuat syariat yang menyimpang dari syariat Allah
yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pada mulanya Amru
bin Amir ini pergi ke kota Syam. Di sana dia melihat suatu kaum yang
menyembah berhala yang terbuat dari batu dan kayu. Amru sangat
tertarik sekali pada cara persembahan berhala itu. Sehingga dia
membawa sejumlah berhala ke kota Mekkah dan mengajak
penduduknya untuk menyembahnya.
Diriwayatkan, Amru bin Amir melewati kota Patra dalam perjalanan ke
Syam. Patra adalah kota yang terletak di wilayah Yordania sekarang.
Kota ini merupakan kota yang sangat maju sekali dalam bidang
8|
perindustrian. Sehingga bangsa Yunani dan Romawi pernah
berusaha untuk menguasainya. Penduduk kota ini sangat terkenal
dengan menyembah berhala. Sebagian riwayat mengatakan bahwa
patung Latta, patung yang paling besar yang disembah oleh
penduduk Hijaz sebelah utara dibeli dari kota Patra.
Kota Mekkah
Kota Mekkah terletak di dasar sebuah lembah yang dikelilingi oleh
gunung-gunung dari berbagi arah. Di sebelah timur terbentang
Gunung Abu Qabis, di sebelah barat dibatasi oleh Gunung Qaiqa’an.
Dua gunung tersebut memanjang berbentuk bulan sabit mengelilingi
bangunan-bangunan kota Mekkah. Dataran rendah lembah itu
dikenal dengan nama Al-Bath-ha’, ditengahnya terdapat Ka’bah yang
dikelilingi oleh rumah-rumah suku Quraisy. Adapun dataran tingginya
dikenal dengan nama Ma’la. Sementara di ujung antara dua gunung
yang membentuk bulan sabit, Nampak rumah-rumah sangat
sederhana milik kaum Quraisy pedalaman yang miskin dan suka
melakukan tindak kekerasan, tetapi mereka tidak termasuk suku
Quraisy yang berkembang baik dari segi budaya, kekayaan maupun
kedudukan.
Mekkah secara geografis terletak antara 39-40 BT dan 21-22 BR,
terletak ± 330 m diatas permukaan laut, lahannya menempati sebuah
lembah kering yang dikelilingi gunung-gunung batu yang tandus,
panjang lembah ini dari barat ketimur sekitar 3 km dan dari utara ke
selatan sekitar 1,5 km.
Jarak beberapa kota dari kota Mekkah :




Jeddah 74 km
Thaif 80 km
Madinah 498 km
Riyadh 990 km
Kisah Penyerangan Abrahah ke Mekkah
9|
Abrahah Ash-Shabbah Al-Habsi, gubernur yang berkuasa di Yaman
dari Najasy, membangun sebuah gereja yang sangat besar di Shan’a,
karena dia melihat bangsa Arab yang melaksanakan haji di Ka’bah.
Dengan adanya gereja yang sangat besar itu dia menginginkan untuk
mengalihkan pusat kegiatan haji di sana. Seseorang dari Bani
Kinanah mendengar niat Abrahah ini. Maka ketika tengah malam dan
dengan cara mengendap-ngendap, dia masuk ke dalam gereja dan
melumurkan kotoran ke pusat kiblatnya. Tentu saja Abrahah sangat
murka setelah mengetahui hal ini.
Dengan membawa pasukan yang jumlahnya mencapai enam puluh
ribu prajurit, dia menuju Ka’bah untuk menghancurkannya. Untuk
kendaraannya, dia memilih seekor gajah yang paling besar, di
samping sembilan atau tiga belas ekor gajah yang lain di tengah
pasukannya dan gajahnya, siap untuk menginvasi Mekkah.
Sesampainya di Wadi Muhassir, yaitu antara Muzdalifah dan Mina,
tiba-tiba gajahnya menderum dan tak mau bangkit lagi mendekati
Ka’bah. Setiap kali mereka mengalihkannya ke arah selatan, utara,
timur, atau barat yang berlawanan dengan arah Ka’bah, gajah itu
mau berdiri dan hendak lari. Namun, jika dialihkan ke arah Ka’bah
lagi, maka dia pun menderum. Tatkala keadaan mereka seperti itulah
Allah mengirimkan burung-burung itu menyerupai Khathathif dan
Balsan. Setiap burung membawa tiga biji batu yang dipatuknya, dan
dua batu di kedua kakinya, yang besarnya seperti kacang. Batubatuan itu jika mengenai salah seorang di antara mereka,
mengakibatkan sendi-sendi tulangnya terlepas dan tak lama
kemudian dia pun mati. Tidak semuanya terkena batu-batu itu.
Akhirnya mereka melarikan diri, sebagian menabrak yang lain hingga
banyak yang jatuh terinjak-injak dan mereka mati berserakan.
Tentang Abrahah sendiri, Allah SWT mengirim penyakit kepadanya,
sehingga sendi-sendi tulangnya lepas sendiri-sendiri. Setibanya di
Shan’a dia tidak ubahnya anak burung, dadanya terbelah hingga
terlihat jantungnya lalu dia pun mati.
Sementara saat itu orang-orang Quraisy berpencar menjadi beberapa
kelompok dan mengungsi ke atas gunung, karena takut terhadap
10 |
invasi pasukan Abrahah. Setelah pasukan Abrahah mengalami
kejadian seperti itu, mereka pun kembali lagi ke rumah dalam
keadaan selamat.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, lima puluh atau lima puluh
lima hari sebelum kelahiran Nabi SAW, atau tepatnya pada akhir
bulan Februari atau awal bulan Maret 571 M. Peristiwa ini merupakan
prolog yang dibukakan Allah untuk Nabi dan Bait-Nya. Sebab selagi
pandangan kita terarah ke Baitul Maqdis, maka kita akan melihat
musuh-musuh Allah yang musyrik menguasai kiblat ini, sekalipun
rakyatnya orang-orang Muslim, seperti peristiwa Bukhtanashar pada
tahun 587 SM dan orang-orang Romawi pada tahun 70 M. Tetapi
Ka’bah tidak pernah dikuasai orang-orang Nasrani (yang saat itu
mereka disebut orang-orang Muslim), sekalipun penduduknya orangorang musyrik.
Pasukan Gajah (sumber: https://muhandisun.files.wordpress.com)
11 |
Peta Wadi Muhassir (sumber: https://ekliptika.files.wordpress.com)
Abdul Muththalib Kakek Nabi SAW
Abdul Muththalib mempunyai sepuluh anak laki-laki : Al-Harits, AzZubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahb, Al-Ghhaidaq, AlMuqawwim, Shaffar, Al-Abbas. Ada yang berpendapat, anaknya ada
sebelas, yaitu ditambah Qatsam. Ada pula yang berpendapat,
anaknya ada tiga belas. Mereka yang berpendapat seperti itu
menambahkan Abdul Ka’bah dan Hajla. Ada yang berpendapat,
Abdul Ka’bah adalah Al-Muqawwim, dan Hajlah adalah Al-Ghaidaq.
Sementara itu, tak ada seorang di antara anak-anaknya yang
bernama Qatsam. Sedangkan anak perempuannya ada enam:
Ummul-Hakim atau Al-Baidha, Barrah, Atikah, Shafiyyah, Arwa, dan
Umaimah.
Abdullah bin Abdul Muththalib
Dia adalah bapak Nabi SAW. Ibunya adalah Fathimah binti Amr bin
A’idz bin Imran bin Makhzum bin Yaqzhab bin Murrah. Abdullah
adalah anak Abdul Muththalib yang paling bagus dan paling
dicintainya. Abdul Mutthalib pernah bernazar untuk menyembelih
salah seorang anaknya, yaitu Abdullah.
12 |
Abdul Muththalib menikahkan anaknya, Abdullah, dengan Aminah
binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab, yang saat itu Aminah
dianggap wanita paling terpandang di kalangan Quraisy dari segi
keturunan maupun kedudukannya. Bapaknya adalah pemuka Bani
Zuhrah. Abdullah hidup bersamanya di Mekkah. Kemudian Abdul
Muththalib mengutusnya pergi ke Madinah untuk mengurus korma.
Namun dia meninggal di sana. Ada yang berpendapat, Abdullah pergi
ke Syam untuk berdagang, lalu bergabung dengan kafilah Quraisy.
Lalu dia singgah di Madinah dalam keadaan sakit, dan meninggal di
sana dan dikuburkan di darun-Nabighah Al-Ja’di. Saat itu umurnya
dua puluh lima tahun. Abdullah meninggal dunia sebelum Rasulullah
SAW dilahirkan. Begitu pendapat mayoritas pakar sejarah. Ada pula
yang berpendapat, Abdullah meninggal dunia dua bulan setelah
Rasulullah lahir. Warisan yang ditinggalkan Abdullah berupa lima
ekor unta, sekumpulan domba, pembantu wanita Habsy, yang
namanya Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman, dialah yang
mengasuh Rasulullah SAW.
Aminah Mengandung Rasulullah SAW
Ibnu Ishaq berkata: Banyak orang mengatakan, dan hanya Allah yang
lebih tahu, bahwa Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah SAW
bercerita: Saat mengandung Rasulullah SAW, ia bermimpi didatangi
seseorang kemudian orang itu berkata kepadanya: “Sesungguhnya
engkau sedang mengandung penghulu umat ini. Jika dia telah lahir
ke bumi, maka ucapkanlah: “Aku berlindung kepada Allah Tuhan
Yang Esa dari keburukan semua pendengki,’ dan namakanlah dia
Muhammad.”
Saat mengandung Rasulullah SAW, ia melihat cahaya keluar dari
perutnya yang dengannya dia bisa melihat istana-istana Bushra di
wilayah Syam.
Tak berapa lama kemudian Abdullah bin Abdul Muththalib, ayahanda
Rasulullah SAW meninggal dunia, saat Rasulullah SAW sedang
berada dalam kandungan ibundanya.
13 |
PERIODE MEKKAH
Rasulullah lahir dan masa kanak-kanak
Abdullah adalah bapak Rasulullah SAW. Abdullah adalah anak dari
Abdul Muthtalib yang paling bagus dan paling dicintainya, sedangkan
ibunda Rasulullah SAW bernama Aminah.
Rasulullah SAW dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim di
Mekkah pada Senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, permulaan tahun
dari peristiwa gajah, dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra
Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun
571 M. Berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman
Al-Muansshurfuri dan peneliti astronomi Mahmud Basya.
Rasulullah hidup bersama ibunda tercinta sampai beliau berumur
enam tahun.
Mengenai tahun ketika Nabi SAW dilahirkan, beberapa ahli berlainan
pendapat. Sebagian besar mengatakan pada tahun Gajah (570
Masehi). Ibn Abbas juga mengatakan ia dilahirkan pada Tahun Gajah
itu.
Terdapat juga perbedaan pendapat mengenai waktu kelahirannya,
yaitu siang atau malam, demikian juga tempat kelahirannya di
Mekkah.Caussin de Perceval menyatakan, bahwa Nabi SAW
dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia
dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd’l-Muttalib.
“Bukankah Dia Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (QS Ad-Duha, 93: 6-7)
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
14 |
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang Mukmin. Jika mereka bepaling (dari
keimanan) maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, Tiada ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah
Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung’. (QS At-Taubah, 9: 128-129)
Rumah Kelahiran Rasulullah SAW, Mekkah. Sekarang menjadi
tempat perpustakaan.
Masa Penyusuan Nabi
Pada awalnya Nabi disusui oleh Suaibah budak wanita Abulahab
selama beberapa hari. Kemudian Abdul Muthalib memberikan
cucunya yang paling disayangi itu kepada seorang ibu susu yang
datang dari dusun seperti kebiasaan bangsa Arab. Bangsa Arab lebih
senang untuk menyusukan anaknya kepada seorang ibu susu dari
dusun karena keadaan di dusun udaanya lebih bersih untuk
pertmbuhan anak kecil. Di samping pengaruh dusun sangat baik
sekali untuk pertumbuhan akhlak si bayi dan bahasa di dusun lebih
fasih daripada bahasa di kota.
Waktu itu ada beberapa wanita datang dari dusun Bani Saad untuk
mencari pekerjaan menyusukan anak bayi. Wanita Bani Saad sangat
terkenal dengan pekerjaan mereka yang satu ini dan terkenal dengan
kefasihan bahasanya. Di antara mereka yang datang itu adalah Siti
15 |
Halimah Sa’diyyah. Siti Halimah datang karena waktu itu di desanya
sangat melarat sekali. Pada umumnya para ibu susu itu mencari bayi
dari keluarga orang kaya agar mereka mendapat upah yang besar.
Pada mulanya setiap kali bayi Abdul Muthalib itu ditawarkan pada
setiap orang mereka selalu menolak termasuk juga Siti Halimah yang
pada waktu itu juga mencari bayi dari keluarga yang kaya. Namun Siti
Halimah tidak mendapatkan bayi orang kaya karena itu lalu terpaksa
menerima bayi Abdul Muthalib yang miskin dan yatim.
Setelah bayi Abdul Muthalib itu diterima oleh Siti Halimah, Allah
memberikan rasa cinta di hati Siti Halimah, sehingga beliau amat
sayang sekali pada bayi yatim dan miskin itu. Dan Allah juga
memberikan rezeki dan keberkatan bagi keluarga Halimah yang fakir.
Sore harinya, kambing Halimah selalu pulang dipenuhi dengan air
susu, kemudian ia memerah dan meminumnya. Sebelum ada beliau,
mereka tidak pernah melihat hal seperti ini. Para tetangga Halimah
pernah berkata kepada penggembala kambing mereka, “Gembalalah
ke tempat penggembalaan kambing Binti Abu Dzu’aib.” Namun
ternyata, kambing mereka tetap kelaparan dan tidak mengandung air
susu. Sedangkan air susu kambing Halimah tetap penuh.
Sehingga banyak kaum wanita yang menyusui bayi keluarga orang
kaya yang merasa heran terhadap rezeki dan keberkatan yang
diberikan kepada keluarga Siti Halimah. Untuk itu mereka banyak
berkata kepada Halimah,” Hai Halimah sungguh beruntung sekali
kamu dengan menerima bayi yang membawa keberkatan bagimu.”
Nabi berada di dusun Bani Saad selama dua tahun. Selama itu
keluarga Siti Halimah hidupnya sangat berbahagia sekali. Karena
rezekinya makin lama makin bertambah kaya. Dan keluarga itu
sangat bersyukur kepada Allah yang melimpahkan rahmat-Nya
kepada sang bayi dan keluarga Siti Halimah. Sedangkan Muhammad
makin lama makin tumbuh baik dan sangat dikagumi sekali oleh
teman sebayanya.
Waktu Nabi berumur dua tahun beliau dibawa oleh keluarga Siti
Halimah berkunjung ke rumah bunda Nabi di kota Mekkah. Kemudian
16 |
keluarga Siti Halimah memohon kepada bunda Nabi agar rela
mengembalikan Nabi sekali lagi ke rumah Halimah di dusun sampai
anak itu agak besar. Permintaan itu dikabulkan oleh Bunda Nabi dan
akhirnya Nabi kembali lagi ke dusun Siti Halimah.
Masa Pembedahan Dada
Pada suatu ketika Nabi masih diasuh di dusun Bani Saad didatangi
oleh dua orang Malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk membelah
dada Nabi dan membersihkannya dari segala tabiat yang buruk
sebagai persiapan untuk menerima tugas risalah di masa yang akan
datang.
Dari Khalid bin Ma’dan al-Khila’I bahwa beberapa sahabat Rasulullah
SAW berkata: “Wahai Rasulullah, berceritaralah kepada kami tentang
diri Anda!” Rasulullah bersabda: “Boleh, aku adalah jawaban dari do’a
bapakku Ibrahim dan aku adalah kabar gembira (tentang Nabi
terakhir) yang diberitakan oleh saudaraku Nabi Isa (kepada
kaumnya). Ibuku bermimpi sewaktu mengandungku bahwa ada
cahaya yang keluar darinya yang menerangi istana-istana yang ada
di Syam, aku menyusui pada kabilah Sa’ad bin Bakar. Pada waktu
aku bersama saudara susuanku menggembala kambing di belakang
rumah keluarganya, tiba-tiba datanglah dua orang berpakaian putih.
Mereka membawa bejana dari emas berisi salju. Mereka memelukku
kemudian membedah dadaku dan mengeluarkan jantungku.
Kemudian mereka membedahnya dan mengeluarkan darinya
gumpalan hitam. Mereka membuang gumpalan hitam itu., kemudian
mencuci jantungku itu dan perutku dengan salju yang mereka bawa.
Setelah itu salah satu di antara mereka berkata: “Coba timbang dia
dengan dengan sepuluh orang dari umatnya!”. Ternyata beratku
melebihi mereka. Kemudian dia berkata lagi: Timbanglah dia dengan
umatnya
sebanyak
seratus
orang!”.
Kemudian
mereka
menimbangnya dan beratku tetap unggul. Mereka berkata lagi:
Timbanglah dia dengan seribu dari umatnya!,” dan ternyata beratku
tetap mengungguli mereka. Kemudian dia berkata: “Sudahlah, demi
Allah kalau kamu menimbangnya dengan seluruh umatnya sekalipun,
maka pasti dia lebih berat!”.
17 |
Ibu dan Kakeknya Wafat
Ibnu Ishak berkata: “Abdullah bn Abi Bakar bin Hazm berkata kepada
kami: “Ibu Rasulullah meninggal dunia ketika beliau berusia enam
tahun. Hal itu terjadi di Abwa tempat yang terletak antara Mekkah dan
Madinah. Kepergian bundanya itu itu membawa pengaruh besar
sekali bagi kejiwaan beliau. Beliau sangat rindu sekali kepada
bundanya yang baru saja mengasuhnya, namun kejadian itu tak lain
adalah suatu cobaan yang telah diderita oleh Nabi sejak hari
kelahiran beliau.
Kemudian beliau dibawa pulang oleh Ummu Aiman ke Mekkah untuk
diserahkan kepada kakeknya Abdul Muththalib bin Hasyim. Karena
Abdul Muthalib adalah seorang tokoh terkemuka, maka disediakan
baginya di dekat Ka’bah sebuah sofa untuk duduk. Tidak seorangpun
dari anaknya yang berani duduk di atasnya dan mereka selalu duduk
di sekitar sofa itu hingga bapaknya Abdul Muthalib datang dan duduk
di tasnya. Namun Rasulullah pada waktu itu langsung duduk di atas
sofa itu ketika datang. Paman-paman beliau yang melihatnya
langsung mengambilnya untuk memindahkannya. Namun kakeknya
yang menyaksikan hal itu berkata: “Biarkan dia duduk di atas sofa itu,
demi Allah anakku ini akan mengukir sejarah.”
Setelah beliau berusia delapan tahun Abdul Muthalib meninggal
dunia. Kini beliau merasakan pahitnya sebagai yatim sekali lagi
bahkan yang kedua ini dirasa jauh lebih pahit dari yang pertama.
Sejak kecil beliau telah ditinggal mati oleh ayahnya. Sehingga beliau
tidak pernah sedikitpun merasakan belas kasih ayahnya.
Selanjutnya beliau dipelihara oleh pamannya Abu Thalib. Bapak Nabi
Muhammad SAW, yaitu Abdullah dan Abu Thalib adalah saudara
seayah dan seibu.
Menggembala Ternak
Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum
dilakukan oleh para Nabi, dan Rasul, seperti Musa, Daud dan Isa
alaihissalam. Menurut catatan sejarah di masa kecil Muhammad
SAW pernah menggembala ternak penduduk Mekkah.
18 |
Dalam hadis Abid bin Umair, beliau bersabda, “Tak ada nabi, kecuali
telah menggembala kambing.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana
denganmu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Termasuk aku.”
Dalam hadis Abu Hurairah, beliau bersabda, “Allah SWT tidak
mengutus seorang Nabi kecuali (sebelumnya) menjadi penggembala
kambing.” Selanjutnya beliau bersabda, “Dan aku menggembala milik
penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa kirat.”
Kisah Pendeta Bahira
Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asyar’ri, dia berkata, “Abu Thalib dan
Nabi SAW pergi ke negeri Syam bersama para pembesar suku
Quraisy. Ketika mereka hampir sampai di kediaman sang pendeta,
mereka pun turun dari kendaraan dan membongkar kendaraan
mereka. Keluarlah sang pendeta kepada mereka. Padahal, biasanya
mereka yang akan mendatanginya dan dia tidak keluar menjumpai
mereka, bahkan tidak menoleh. Namun, hari itu ketika mereka
sedang membongkar muatan, datanglah sang pendeta masuk ke
kelompok yang baru datang ini dan mencari-cari seseorang, hingga
akhirnya dia bertemu dengan Nabi SAW. Dia pun mengambil tangan
Rasululullah SAW dan berkata, “Ini adalah pemimpin alam. Ini adalah
utusan Tuhan semesta alam. Allah akan mengutusnya sebagai
rahmat bagi seluruh alam.” Kemudian para sesepuh Quraisy pun
berkata, “Dari mana kamu tahu itu?’ Dia menjawab, “sesungguhnya
ketika kalian mendekati tanjakan, tidak ada pohon ataupun batu yang
menunduk sujud. Mereka tidak sujud, kecuali kepada seorang Nabi.
Aku mengetahuinya dari tanda keNabian yang berada pada
punggungnya yang berbentuk seperti buah apel.”
Kemudian sang pendeta kembali ke gerejanya dan membuatkan
mereka makanan. Ketika dia datang membawa makanan kepada
mereka dan Nabi SAW menjaga unta-unta mereka, dia berkata,
“Bawalah dia kemari.” Nabi SAW pun datang dengan naungan awan
di atas kepalanya. Ketika sudah dekat dengan kumpulan orangorang, Nabi SAW melihat mereka sudah lebih dahulu berada di
bawah naungan pohon. Ketika beliau duduk, bayangan pohon
tersebut berpindah kepadanya. Pendeta Bahira berkata, “Lihatlah,
naungan bayangan pohon berpindah kepadanya.”
19 |
Tiba-tiba sang pendeta berdiri di antara mereka dan bersumpah
supaya mereka tidak membawanya ke negeri Romawi. Sebab,
apabila mereka tahu dengan ciri-ciri keNabian Nabi SAW tersebut,
mereka akan membunuhnya. Sang pendeta menoleh, ternyata
terlihat dari kejauhan tujuh orang dari Romawi dan mereka pun
mendatanginya. Pendeta berkata, “Apa yang membuat kalian datang
ke sini? Mereka menjawab, “Kami diberi kabar bahwa Nabi keluar
pada bulan ini, tidak ada satu jalan pun, kecuali diutus sejumlah
orang untuk menangkapnya. Kami sudah diberi tahu tentang
kabarnya, kami pun diutus ke jalanmu ini. “ Pendeta kembali
bertanya, “Apakah di belakang kalian ada seseorang yang lebih mulia
dari kalian?”
Mereka menjawab, “Sungguh, kami memilih yang terbaik untukmu
menuju jalanmu ini.” Pendeta berkata, “Apa pendapat kalian, suatu
perkara yang sudah Allah inginkan untuk terjadi, apakah ada
seseorang dari manusia untuk menolaknya terjadi?” Mereka
menjawab, “Tidak” mereka pun membaiat setia sang pendeta dan
tinggal bersamanya.
Pendeta berkata kepada sesepuh Quraisy, “Demi Allah siapakah
penjaga anak ini?” mereka berkata, “Abu Thalib”. Dia pun terus
bersumpah kepada Abu Thalib sehingga Abu Thalib memulangkan
Nabi SAW, lalu mengutus Abu Bakar dan Bilal bersamanya. Sang
pendeta membekali beliau dengan ka’ak (sejenis biscuit) dan minyak
(HR Turmudzi).
Nabi Muhammad SAW pun pulang dari perjalanan ini untuk kembali
memulai kehidupan yang berat dan bukanlah termasuk kebiasaan
lelaki untuk duduk dan diam. Para rasul sebelumnya juga makan dari
hasil jerih payah mereka dan bekerja dengan keahlian yang
bermacam-macam untuk membiayai hidup mereka.
20 |
Kuil Pendeta Bahira, Damaskus, Suriah (sumber:
http://lintangeayu.blogspot.com)
21 |
Pohon Sahabi, Yordania, tempat Nabi Muhammad SAW sewaktu
kecil berteduh
Muhammad Al-Amin
Sebuah julukan diberikan kepada Muhammad remaja oleh penduduk
Mekkah. Mereka kerap memanggilnya al-Amin: orang yang dapat
dipercaya. Al-Amin juga berarti “selalu dicintai dan dihormati”, dan
“orang yang selalu memiliki sesuatu yang baik".
Julukan itu diberikan karena kepribadian Muhammad yang luhur. Ia
tidak pernah berbohong, berdusta, dan berkhianat. Setiap ucapan
yang keluar dari mulutnya berisi kebenaran. Dimana-mana, penduduk
Mekkah tidak pernah absen membincangkannya. “Muhammad tidak
pernah berbohong. Kita tidak akan memercayai orang lain
sebagaimana kita memercayai Muhammad,” kata penduduk Mekkah.
Nabi SAW menziarahi makam Sang Bunda
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, “Nabi SAW
menziarahi makam ibundanya, beliau menangis, dan membuat orang
di sekitarnya turut menangis. Beliau bersabda, ‘Aku memohon izin
kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan kepadanya, tetapi tidak
memberikan izin, dan aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya
maka Dia mengizinkanku. ‘maka ziarahilah kubur karena
sesungguhnya itu mengingatkan kematian.” (HR Muslim)
Makam Aminah, Ibunda Nabi SAW
22 |
Masjidil Haram 1297 H / 1880 M
Penjagaan Allah SWT Terhadap Nabi-Nya Sebelum Diutus
Sesungguhnya Allah SWT melindungi Nabi-Nya dari kesyirikan
jahiliyah dan penyembahan berhala. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dalam Musnad-nya dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, ia berkata,
“Telah bercerita kepadaku seorang tetangga Khadijah bahwa ia
mendengar Nabi SAW sedang berkata kepada Khadijah:
“Wahai Khadijah, demi Allah aku tidak akan menyembah Latta dan
demi Allah aku pun tidak akan menyembah ‘Uzza selamanya.”
Beliau juga tidak makan sembelihan yang dipersembahkan untuk
berhala. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh Zaid bin ‘Amr bin
Nufail.
Allah SWT telah menjaga beliau pada masa mudanya dari
kecenderungan anak muda biasanya dan alasan-alasan bebas yang
secara naluri kepemudaan cenderung kepadanya. Akan tetapi,
tabiatnya tidak merendahkan kehormatan orang-orang yang memberi
petunjuk dan kemuliaan orang-orang yang memberi bimbingan.
Ali bin Abi Thalib r.a. meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, “Aku tidak
pernah tertarik dengan hal buruk yang dulu diperhatikan orang-orang
jahiliyah, kecuali dua kali seumur hidup. Pada keduanya Allah telah
menyelamatkanku darinya. Pada suatu malam, aku berkata kepada
seorang pemuda yang bersamaku dari Quraisy di ujung kota Mekkah
23 |
di tempat kambing-kambing keluarganya yang ia gembalakan,
‘Tolong awasi kambingku, Aku akan mendengarkan obrolan pada
mala mini di Mekah, seperti obrolannya dua pemuda.’ Ia berkata,
‘Baik’. Lalu aku pergi keluar dan aku datangi rumah terdekat di
Mekkah. Aku mendengar nyanyian, pukulan, rebana, dan seruling.
Aku bertanya, ‘Apa ini?’ lalu mereka berkata, ‘Si fulan menikah
dengan si fulanah,’ seorang dari Quraisy menikah dengan perempuan
dari Quraisy. Kemudian aku terbuai dengan nyanyian dan suara itu
hingga aku merasa mengantuk dan tertidur. Tidak ada yang
membangunkanku selain panasnya sinar matahari, lalu aku pulang.
Setelah itu, temanku berkata, ‘Apa yang tadi malam kamu perbuat?’
Lalu aku ceritakan padanya, kemudian aku katakan padanya pada
malam lainnya seperti itu juga. Ia melakukan yang sama, lalu aku
pergi ke luar dan aku mendengar hal yang sama dengan malam
sebelumnya, lalu aku terbuai dengan apa yang aku dengar hingga
kau merasa mengantuk dan tertidur. Tidak ada yang
membangunkanku selain sentuhan matahari. Kemudian aku pulang
ke tempat temanku dan ia bertanya, ‘Apa yang tadi malam kamu
perbuat?’ lalu kujawab, ‘Aku tidak melakukan apa-apa’.”
Nabi SAW bersabda, “Demi Allah, setelah itu aku tidak memiliki
keinginan untuk berbuat keburukan seperti yang dilakukan orangorang jahiliyah hingga akhirnya Allah memuliakanku dengan nubuwah
(kenabian) dari-Nya.”
Perang Fijar
Sewaktu Rasulullah SAW berusia lima belas tahun, beliau
menyaksikan pecahnya peperangan antara Quraisy yang didukung
Kinanah melawan Qais Ailian. Rasululullah SAW bersabda, “Ketika
itu aku memanah melindungi paman-pamanku. “Perang tersebut
dinamakan “Perang Fijar” karena kedua kampung tersebut, yaitu
Kinanah dan Qais Ailian, telah menghalalkan perkara yang semula
diharamkan di antara mereka.
24 |
Sejarah tidak memberikan kepastian berapa usia Muhammad pada
waktu pecah Perang Fijar. Ada yang mengatakan usia beliau saat itu
adalah lima belas tahun, ada juga yang berpendapat dua puluh
tahun. Kemungkinan perbedaan ini muncul karena perang tersebut
berlangsung selama empat tahun. Pada tahun permulaan, beliau
berusia lima belas tahun dan pada tahun berakhirnya perang itu
beliau sudah memasuki usia dua puluh tahun.
Nabi Muhammad SAW menjalankan perdagangan Khadijah r.a.
Ibnu Ishaq berkata, “Khadijah binti Khuwailid adalah seorang
saudagar wanita yang bermartabat tinggi dan kaya raya. Dia
mempekerjakan sejumlah lelaki untuk menjalankan hartanya dan
menginvestasikan untuknya dengan upah yang dia berikan kepada
mereka. Adapun suku Quraisy adalah kelompok saudagar.”
Berita perihal Rasulullah SAW tentang kejujuran perkataannya,
kebesaran amanahnya, dan kemuliaan akhlaknya sampai kepada
Khadijah. Kemudian Khadijah mengutus utusan dan menawarkan
Muhammad untuk pergi membawa hartanya ke negeri Syam sebagai
seorang saudagar. Khadijah memberikan Muhammad harta terbaik
yang belum pernah dia berikan kepada orang lain, bersama seorang
budak miliknya yang bernama Maisarah. Rasulullah SAW pun
menerima amanah itu dan pergi bersama budaknya Khadijah,
Maisarah. Setelah mendapat nasehat paman-pamannya, Muhammad
pergi dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itu pun berangkat
menuju negeri Syam, dengan melalui Wadi’l-Qura, Madyan dan Dhiar
Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad
dengan pamannya Abu Thalib tatkala umurnya baru dua belas tahun.
Rasulullah SAW berteduh di naungan sebuah pohon dekat gereja
salah seorang rahib. Sang Rahib pun mendatangi Maisarah dan
berkata kepadanya, “Siapakah lelaki yang berteduh di bawah pohon
ini? Maisarah menjawab, “Dia seorang lelaki dari suku Quraisy
penduduk haram.” Sang Rahib berkata kepadanya, “Tidaklah
berteduh di bawah pohon ini, kecuali dia adalah seorang Nabi.”
25 |
Kemudian Nabi SAW menjual dagangannya yang dia bawa dan
membeli apa yang ingin dia beli. Nabi SAW pulang kembali ke
Mekkah bersama Maisarah. Apabila tengah hari tiba dan terik
matahari sangat panas, Maisarah- seperti sebagian ulama katakanmelihat dua malaikat menaungi Nabi SAW dari terik matahari dan
beliau saat itu sedang naik untanya. Ketika sesampainya di Mekkah
dan ke tempat Khadijah dengan membawa apa yang telah dibeli Nabi
SAW, Khadijah mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda atau
hampir dua kali lipat.
Ketika Maisarah bertemu Khadijah, ia menceritakan perihal perkataan
sang rahib dan apa yang dia saksikan tentang naungan dua malaikat
di atasnya. Khadijah adalah seorang wanita yang tegar, mulia, dan
pintar, di samping kemuliaan yang akan Allah berikan kepadanya?
Dia adalah seorang wanita yang mulia dari garis keturunannya, kaya
raya, serta terkenal tegar dan kepintarannya. Sosok seperti Khadijah
menjadi incaran bagi para pemimpin suku Quraisy untuk dijadikan
pendamping hidup. Akan tetapi, Khadijah menganggap ada kehinaan
dalam diri sejumlah lelaki. Sebab, mereka adalah para pencari harta,
bukan pencari jati diri sehingga pandangan mereka terhadap
Khadijah hanya sebatas keinginan untuk menguasai kekayaannya
meskipun perkawinan itu adalah tanda akan ketamakan ini.
Pandangan tersebut akan sangat berbeda ketika Khadijah
mengetahui Nabi SAW. Dia melihatnya sebagai sosok yang sangat
berbeda dari kebanyakan lelaki. Menurutnya, Nabi SAW adalah
seorang lelaki yang tidak terpedaya oleh kebutuhan (cinta duniawi),
bahkan lebih baik hidup fakir. Alasannya, Nabi SAW sering
mendapati dalam sebuah perdagangan terdapat kekikiran dan
penipuan, hal inilah yang membuat beliau tidak semata-mata
memikirkan untuk mencari keuntungan. Sebab, Nabi SAW adalah
seorang lelaki yang memiliki kemuliaan yang tinggi, bias bersikap arif,
dan tidak berlebihan. Nabi SAW pun tidak mencari-cari sesuatu
hanya demiharta dan kecantikan Khadijah. Nabi SAW telah
menunaikan apa yang menjadi tanggungannya dan pergi dengan
kepuasan dan keikhlasan hati.
26 |
Pernikahan dengan Khadijah r.a.
Dalam kebingungan dan perasaan tidak menentu itulah, datang
teman Khadijah-Nafisah binti Munabbih- duduk bersamanya dan
bertukar cerita hingga akhirnya Khadijah menyingkap rahasia yang
terpendam dalam rangkaian ceritanya.
Nafisah menenangkan kekhawatiran Khadijah dan perasaannya. Dia
juga mengingatkan bahwa Khadijah adalah seorang dari keturunan
orang terpandang, bernasab mulia, kaya raya, dan cantik jelita.
Nafisah mengatakan seperti itu karena bukti yang tampak nyata
bahwa banyak pelamar yang datang dari pemimpin-pemimpin
Quraisy.
Tidak lama kemudian setelah mendengar cerita Khadijah, Nafisah
pun dari sisi Khadijah. Dia mendatangi Nabi SAW dan berbicara
kepadanya untuk menikahi Khadijah. Dia berkata, “Wahai
Muhammad, apa yang mencegahmu untuk menikah?” Nabi SAW
bersabda, “Aku tidak memiliki apa pun untuk menikah.”
Nafisah, “Seandainya engkau dicukupkan dan dilamar oleh seorang
wanita yang memiliki harta, kecantikan, kemuliaan, dan kafa’ah,
apakah engkau akan menerima?”
Beliau menjawab dengan nada penuh tanda tanya, “Siapa?”
Nafisah menjawab, “Khadijah binti Khuwailid.”
Beliau berkata, “Jika dia setuju, aku menerimanya.”
Nafisah pun pergi untuk mengabarkan berita gembira ini kepada
Khadijah. Kemudian Nabi SAW memberitahukan kepada oara
pamannya akan keinginannya untuk menikah dengan Khadijah.
Akhirnya, pergilah Abu Thalib, Hamzah, dan yang lainnya ke tempat
paman Khadijah-‘Amr ibn Asad- dan melamar putri saudaranya untuk
Nabi SAW. Mereka juga membawa sejumlah mahar.
Perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah,
Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum
Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang
27 |
biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui
perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman
keras sehingga ia mabuk dan dengan begitu perkawinannya dengan
Muhammad kemudian dilangsungkan.
Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Nabi
Muhammad SAW. Dimulainya kehidupan itu sebagai suami istri dan
ibu bapak, suami-istri yang harmonis dan sedap dari kedua belah
pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya
kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah
kehilangan ibu-bapa semasih ia masih kecil.
Ibnu Ishaq berpendapat bahwa usia Khadijah ketika itu baru
mencapai 28 tahun, sedangkan riwayat Al-Waqidi menyatakan bahwa
usia Khadijah sudah mencapai 40 tahun. Dari hasil pernikahan
tersebut, mereka diakrunia dua orang putra dan empat orang putri,
demikian yang kuat diriwayatkan Ibnu Ishaq. Dan biasanya jika
wanita mencapai umur 40 tahun, ia sudah tidak bisa lagi melahirkan
anak.
Partisipasi Nabi Muhammad SAW dalam Pembangunan Ka’bah
Ketika Muhammad SAW berusia tiga puluh lima tahun, orang-orang
Quraisy berkumpul untuk merenovasi bangunan Ka’bah, memperbaiki
kerusakan akibat terbakar dan banjir besar yang memecahkan
dinding-dindingnya. Dan bangunannya masih seperti dulu yang
dibangun oleh Ibrahim a.s., berbentuk batu yang ditumpuk di atas
rangka bangunan, lalu mereka hendak membongkarnya untuk
meninggikan bangunannya dan membuat langit-langitnya. Akan
tetapi, mereka tidak berani membongkarnya.
Maka Walid bin Mughirah pun berkata, “Saya yang akan memulai
membongkarnya,” lalu ia mengambil cangkul, kemudia ia berdiri di
atas sambil berdoa, “Ya Allah, kami tidak bermaksud menyimpang
dan tidak menghendaki kecuali kebaikan.”
Ia pun membongkar dari dua sisi rukun (tiang utama). Lalu orangorang menunggu pada malam itu dan berkata, “Kami akan
menunggu. Jika ia mendapat musibah, kami tidak akan
28 |
membongkarnya sedikit pun dan kami kembalikan seperti semula.
Namun, jika ia tidak mendapat musibah apa-apa maka berarti Allah
telah meridhai apa yang kita perbuat. "Maka keesokan harinya Walid
membongkar, dan orang-orang ikut membongkar bersamanya.
Hingga sampai pada sebuah batu hijau, seperti punuk unta, ia
mengambilnya satu sama lain.
Mereka membagi tugasnya masing-masing. Setiap suku memegang
satu sisi, para pemimpin dan pembesar Quraisy bersama-sama
memindahkan dan mengangkat batu itu. Nabi SAW dan paman
beliau, Al-‘Abbas juga turut serta dalam membangun Ka’bah. Mereka
berdua ikut memindahkan batu itu. Al-‘Abbas berkata kepada Nabi
SAW, “Angkat sarungmu ke atas lututmu supaya tidak terkena batu
itu.” Lalu beliau melakukannya dan kemudian jatuh ke tanah dan
kedua matanya memandang ke langit, kemudian beliau bangun dan
berkata, “sarungku, sarungku,” kemudian beliau menarik sarungnya.
Ketika mencapai tempat Hajar Aswad, mereka pun berselisih.
Masing-masing suku ingin mengangkat ke tempatnya, tanpa yang
lainnya. Bahkan mereka hampir berkelahi satu sama lain, jika tidak
karena Abu Umayyah bin Mughirah berkata, “Wahai orang-orang
Quraisy, jadikanlah orang yang pertama masuk dari pintu masjid
sebagai penengah di antara kalian tentang persoalan yang kalian
perselisihkan itu.” Dan ketika mereka semua telah sepakat hal itu,
masuklah Muhammad SAW. Ketika mereka melihat beliau, mereka
pun berkata, “Ini adalah Al-Amin (orang yang dipercaya). Kami telah
ridha.”
Ketika mereka menceritakan persoalan itu, beliau lalu berbicara,
“Berikan aku sebuah kain. “ Mereka pun memberikannya, lalu beliau
meletakkan batu itu di atasnya, lalu beliau meletakkan batu itu di
atasnya dengan kedua tangan beliau. Kemudian beliau berkata,
“Silahkan masing-masing suku memegang satu sisi dari kain itu,
kemudian angkatlah bersama-sama.” Mereka pun melakukannya,
hingga apabila mereka sampai di tempatnya, beliau meletakkannya
dengan tangannya kemudian membangun di atasnya.
29 |
Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama
Pada bulan Ramadhan, setelah melalui usia kesempurnaan, yakni
usia empat puluh , yakni pada tahun ke-41 dari usia Nabi Muhammad
SAW (empat puluh tahun dan enam bulan), beliau melakukan
kebiasaan ber-tahannuts dan menyendiri di Gua Hira.
Pada malam ketujuh belas Bulan Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610
M, turunlah Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, sebagaimana
diriwayatkan oleh Bukhari dari ibunda Aisyah r.a., ia berkata, “Tanda
keNabian yang pertama kali diterima Rasulullah SAW adalah mimpi
yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi dalam tidurnya, kecuali
mimpi itu datang seperti cahaya subuh. Kemudian Allah SWT
menjadikan beliau orang yang suka menyendiri di Gua Hira dan bertahannuts di dalamnya. Bermalam-malam beliau beribadah di sana.
Jika perbekalan habis, beliau pulang ke rumahnya dan mengambil
perbekalan sekedarnya. Khadijah r.a. membawakan perbekalan
seadanya untuk beliau, bahkan tak jarang perut beliau dalam
keadaan kosong. Begitulah yang terjadi di setiap Ramadhan, hingga
beliau mendapatkan kebenaran yang dicari selama ini di Gua Hira.”
Lalu Malaikat Jibril datang kepadanya, seraya berkata,”Bacalah!”
Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Rasulullah
SAW kemudian bercerita, “Dia lalu mencengkeramku dan mencekik
leherku sampai aku merasakan kepayahan, kemudain melepaskanku.
Malaikat Jibril berseru, “Bacalah!” Aku kembali menjawab, “Aku tidak
bisa membaca.” Untuk kedua kalinya Malaikat Jibril mencengkeram
dan mencekik leherku hingga aku merasakan kepayah, kemudain dia
melepaskan, seraya berkata, “bacalah!” Lagi-lagi menjawab, “Aku
tidak bisa membaca.” Untuk ketiga kalinya Malaikat Jibril
mencengkeram dan mencekik leher Muhammad SAW hingga
merasakan kepayahan, kemudian dia melepaskan, seraya berkata:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,”
30 |
“ Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,”
“yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.”
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS
Al-‘Alaq: 1-5)
Beliau pulang dengan hati bergoncang dan tubuh menggigil karena
ketakutan, lalu masuk ke kamar istrinya, Khadijah binti Khuwailid, r.a.,
seraya berkata, “Selimutilah aku! Selimutilah aku!” Khadijah segera
menyelimuti beliau hingga hilang rasa takutnya. Kemudian beliau
berkata kepada Khadijah dan menceritakan peristiwa yang dialami
kepadanya, “Sungguh, aku takut pada diriku sendiri.” Khadijah
menjawab, “Sekali-kali jangan! Demi Allah, Allah SWT tidak akan
menghinakanmu selamanya, karena sesungguhnya engkau senang
bersilaturrahim, menjamu tamu, menanggung beban, mengupayakan
apa yang belum ada, dan membantu orang-orang yang benar.”
Selanjutnya Khadijah r.a. membawa beliau pergi menemui Waraqah
bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah
adalah seorang Nasrani semasa jahiliyah. Dia menulis buku dalam
bahasa Ibrani dan juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Dia sudah
tua dan buta.
31 |
Khadijah berkata kepada Waraqah, “Wahai sepupuku, dengarkanlah
kisah dari saudaramu (Rasulullah SAW).
Waraqah bertanya kepada beliau “Apa yang pernah engkau lihat
wahai saudaraku?”
Rasulullah SAW mengabarkan apa saja yang telah dilihatnya.
Akhirnya Waraqah berkata, “Ini adalah Namus yang diturunkan Allah
kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda pada masa itu.
Andaikan saja aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu.”
“Benarkah mereka mengusirku?” Beliau bertanya.
“Benar. Tak seorang pun pernah membawa seperti yang engkau
bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada
masamu nanti, tentu aku akan membantumu secara sungguhsungguh.” Waraqah meninggal dunia pada saat-saat turun wahyu.
Gua Hira di Jabal Noor, Mekkah
32 |
Gambaran Ketika Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu dari
malaikat Jibril
“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut
keinginannya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat, yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu)
menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan
perkasa). Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia
mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat, sehingga
jaraknya (sekitar) dua busur tanah atau lebih dekat (lagi). Lalu
disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang
telah diwahyukan Allah. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah
dilihatnya. (QS An-Najm, 53: 3-11)
Nama-Nama Nabi SAW
Jubair bin Muth’im meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku
memiliki lima nama. Aku adalah (1) Muhammad, (2) Ahmad, (3) aku
juga Al-Mahiy (penghapus), maksudnya Allah menghapuskan
kekafiran melalui perantaraanku, (4) Aku juga Al-Hasyir
(penghimpun), maksudnya manusia akan berhimpun di bawah
kakiku, dan aku juga (5) Al-Aqib, yang artinya tidak ada seorang Nabi
pun sepeninggalku.” (HR Bukhari)
Akhlak Nabi SAW
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
33 |
(kedatangan) hari Kiamat dan yang yang banyak mengingat Allah.”
(QS Al-Ahzab, 33: 21)
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”
(QS Al-Qalam, 68: 4)
“Sa’ad bin Hisyam berkata, ”Aku mendatangi ‘Aisyah r.a. seraya
bertanya kepadanya,’Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah
kepadaku tentang akhlak Rasulullah SAW?” Dia menjawab,
“Sesungguhnya akhlaknya adalah Al-Qur’an. Tidakkah kamu
membaca dalam QS Al-Qalam: 4?” (HR Muslim dan Al-Hakim).
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata tentang sifat Nabi SAW, “Kulit beliau
berwarna putih kemerah-merahan, kedua matanya sangat hitam dan
lebar, rambutnya lebat, rambut dadanya tipis dan indah, kedua
pipinya sangat halus, jenggotnya lebat dan subur seakan lehernya
seperti kendil yang terbuat dari perak. Beliau mempunyai rambut
yang tumbuh dari leher sampai pusar laksana pedang yang tajam.
Tidak ada rambut lain yang tumbuh di perut maupun dadanya selain
itu. Kedua telapak tangan dan kakinya tebal. Apabila berjalan seperti
turun dari tempat yang landai. Apabila melangkah seperti turun dari
tanah yang berbatu. Apabila menoleh, berbalik seluruh badannya.
Bukan hanya terhadap orang tua, tetapi juga yang masih belia.
Keringat di wajahnya adalah butiran-butiran mutiara, dan aroma
keringatnya sungguh amat wangi daripada minyak misik yang
wanginya menyengat. Aku belum pernah merasakan aroma seperti
itu sebelumnya dan sesudahnya.”
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa agama itu pasti seorang
manusia yang sempurna dalam segala hal-ihwalnya, sempurna
rohaninya dan sempurna perilaku serta akhlaknya.
Dalam hadits Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a., “Bahwasanya beliau tidur
sehingga terdengar dengkurannya, lalu bangun untuk mendirikan
shalat dan beliau tidak melakukan wudhu.” Ikrimah berkata, “Karena
beliau mahfuzh (terjaga) (HR Ahmad).
34 |
Dan dikisahkan pula bahwa beliau bersabda, “Bahwasanya aku, demi
Allah, bisa melihat segala sesuatu di belakangku sebagaimana aku
melihat yang ada di depanku.” (HR Muslim).
Kasih sayang Nabi SAW
Kasih sayang (rahmah) adalah salah satu sifat Allah. Di antara bentuk
keagungan kasih sayang Allah adalah Dia mengutus Muhammad
SAW sebagai kasih sayang untuk seluruh umat manusia dan untuk
mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, Hal tersebut
seperti apa yang difirmankan Allah SWT:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya, 21: 107)
Rasulullah bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah
rahmat yang dihadiahkan.” (HR Ad-Darimi, Al-Hakmi, dan AthThabrani)
Di adalam Al-Qur’an ditemukan bahwa sifat akhlak yang paling sering
muncul di dalam Al-Qur’an adalah akhlak kasih sayang (rahmah),
seperti pada diagram berikut:
35 |
Adil; 24
Percaya; 29
Amanah; 40
Murah hati; 15
Dermawan; 42
Kasih sayang;
315
Maaf; 43
Sabar; 90
Jujur; 145
Nabi SAW memiliki kasih sayang beliau kepada orang tua dan anakanak, seperti dalam sabdanya: “Tidak termasuk golongan kami orang
yang tidak kasih sayang kepada yang lebih muda, dan tidak
menghormati kepada yang lebih tua” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, AlHakim, Ath-Thabrani dan Abu Ya’la).
Sudah selayaknya kita umat muslim meneladani akhlak beliau dalam
kehidupan sehari-hari.
Dakwah Sembunyi-sembunyi
Dakwah Islam dimulai di Mekkah, Rasulullah SAW melakukan
dakwah dalam bentuk rahasia yang ditujukan kepada orang-orang
tertentu, baik keluarga beliau maupun teman-teman yang beliau
anggap dapat menerima ajaran Islam atau minimal tidak
menimbulkan rekasi yang dapat menghalangi lajunya dakwah.
36 |
Ibnu Ishaq dan Al-Waqidi menegaskan bahwa periode dakwah
dengan sembunyi-sembunyi ini berjalan tiga tahun. Sedangkan
menurut Al-Baladzari periode ini berjalan empat tahun.
Orang-orang Pertama yang memeluk Islam
1. Khadijah ra
Hadits mengenai permulaan wahyu menunjukkan bahwa
Khadijah ra adalah orang yang pertama kali mengetahui berita
kenabian dan turunnya wahyu. Dia membenarkan (kerasulan)
Nabi SAW. Tidak mengherankan jika dialah orang yang
pertama yang beriman sebagaimana dikatakan oleh Az-Zuhri
dan Ibnu Ishaq.
2. Ali bin Abi Thalib
Ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan
anak kecil. Ketika itu ia berusia sepuluh tahun. Allah SWT
telah memberi kenikmatan kepadanya dengan menjadikannya
berada dalam asuhan Rasulullah SAW sebelum Islam. Nabi
SAW mengambilnya dari pamannya, Abu Thalib dan
mengajaknya tinggal bersama beliau. Ali bin Abi Thalib adalah
orang ketiga yang mengerjakan shalat, setelah Rasulullah
SAW dan Khadijah ra.
3. Abu Bakar ra
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra adalah orang pertama yang beriman
kepada Nabi SAW dari kalangan laki-laki yang merdeka dan
terpandang. Ia adalah sahabat Nabi SAW yang paling utama
sebelum beliau diutus. Rasulullah SAW bersabda tentangnya:
“Tidaklah aku mengajak seseorang untuk masuk Islam
melainkan ia memiliki kebimbangan serta keraguan, dan
memikirkan dahulu, kecuali Abu Bakar, ia tidak diam
menunggu ketika aku mengajaknya dan tidak pula ragu-ragu.”
Keutamaan Abu Bakar
Diriwayatkan dari Jabir bin Muth’im r.a., dia berkata: Seorang
perempuan menemui Nabi SAW, kemudian menyuruh kembali
lagi di lain waktu. Perempuan itu bertanya, “Bagaimana jika
37 |
saya nanti tidak bertemu Anda?” (sepertinya perempuan itu
bermaksud, “Bagaimana jika Anda sudah wafat?”). Nabi SAW
bersabda, “Jika kamu tidak bertemu denganku, temuilah Abu
Bakar r.a.!” (HR Bukhari).
4. Zaid bin Haritsah
Ia adalah orang yang pertama kali beriman dengan dakwah
Nabi SAW dari kalangan budak. Kekasih Nabi SAW, budak
miliknya, dan anak angkatnya: Zaid bin Haritsah al-Kalbi, yang
mengutamakan Rasulullah SAW atas ayahnya dan
keluarganya.
5. Bilal bin Rabah
6. Utsman bin Affan (Dzun Nurain/pemilik dua cahaya karena
menikahi dua putri Nabi SAW),
7. Az-Zubair bin al-Awwam, yaitu hawari (orang dekat),
8. Abdurrahman bin Auf
9. Sa’ad bin Abi Waqqash, paman Nabi SAW dari garis ibunda,
Telah turun ayat Al-Qur’an yang menceritakan tentang
keislaman Sa’ad sebagaimana ia ceritakan: “Ibu Sa’ad
bersumpah tidak akan mengajaknya berbicara untuk
selamanya sehingga ia (Sa’ad) keluar dari agamanya bahkan
ibunya berusaha untuk mogok makan dan minum, ibunya
berkata:
“Engakau
mengaku
bahwa
Allah
SWT
memerintahkanmu untuk berbuat baik kepada orang tuamu
dan saya adalah ibumu dan sekarang saya menyuruhmu
(untuk keluar dari agamamu)’, Sa’ad melanjutkan ceritanya: “Ia
(ibu Sa’ad) menjalani sumpahnya sampai tiga hari, sehingga
iapun jatuh pingsan karena kepayahan, lalu anaknya yang
bernama ‘Ammarah menolongnya dengan memberinya
minum, setelah siuman ia lalu mendo’akan kecelakaan bagi
Sa’ad, lalu Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) pada
ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya selama dua
tahun agar kamu bersyukur kepada-Ku dan berterima kasih
38 |
kepada kedua ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku tempat
kembali.
Dan
jika
keduanya
memaksamu
untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya dan perlakukan mereka di dunia dengan baik.” (QS
Luqman: 14-15)
Ia berkata: “Maka mereka jika hendak memberi makan ibu
Sa’ad, mereka membuka mulutnya dengan kayu lalu
memasukkan makanan ke dalamnya.”
10. Thalhah bin Ubaidillah
11. Ja’far bin Abi Thalib
12. Abu Ubaidah
13. Amir Ibn l-jarrah
14. Abu Salamah
15. Abu Dzar al-Ghifari
16. Anis
17. Al-Arqam bin al-Arqam
Ketika orang-orang yang masuk Islam bertambah sampai
berjumlah 30 (laki-laki dan perempuan), Rasulullah memilih
rumah salah seorang dari mereka untuk tempat berkumpul
bersama demi kepentingan pengarahan dan pelajaran, yaitu
rumah al-‘Arqam bin Abil Arqam.
Islamnya Jin
Muhammad SAW diutus untuk dua alam, alam jin dan manusia. Jin
pada asalnya merupakan makhluk yang tersembunyi dari pandangan
mata manusia, sekalipun demikian mereka sanggup muncul dalm
bentuk fisik dan muncul dalam berbagai bentuk.
Al-Qur’an dan Sunnah menyatakan bahwa, sekelompok jin melihat
Rasulullah SAW di sebuah tempat bernama Makhlah, ketika sedang
menuju pasar Ukadz. Di saat itu, ada suatu hal yang membuat jin
terhalang sehingga tidak bisa mencari informasi dari langit, maka
mereka menuju bumi mencari penyebabnya. Mereka pun
39 |
mendengarkan Rasulullah SAW yang sedang mengimami shalat
Subuh, beserta pra sahabatnya. Akhirnya merekapun beriman dan
kembali kepada kaumnya. Saya berkata: “Wahai kaumku,
sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur’an yang menakjubkan,
yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, kamipun lalu
beriman padanya dan tidak sama sekali menyekutukan Tuhan kami
dengan sesuatupun”. Kemudian turunlah ayat Al-Qur’an Surah Al-Jin,
72: 1 :
“Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa
sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan), lalu mereka berkata,
“Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur’an)“
Yang dimaksudkan di sini adalah, bahwa yang diwahyukan kepada
beliau adalah ucapan jin tersebut. Dan Rasulullah SAW tidaklah
melihat jin dalam peristiwa kali ini dan tidak membacakan sesuatupun
pada mereka. Yang memberitahukan kepada mereka dengan
sebatang pohon. Kemudian diwahyukan kepada beliau berita tentang
mereka. Sebuah riwayat yang mursal menyebutkan jumlah jin itu
40ating4040 dan bukan dari golongan Nasbain (suka menggoda).
Setelah peristia tersebut, Rasulullah SAW pernah diajak oleh Jin saat
beliau sedang berkemah dengan para sahabat di luar kota Mekkah,
maka pergilah Rasulullah dengan mereka dan membacakan pada
mereka ayat-ayat Al-Qur’an. Kemudian Rasulullah menunjukkan
kepada para sahabatnya bekas-bekas mereka dan bekas apinya,
mereka itu utusan Jin Nasbain.
Dakwah Secara Terbuka
Kemudian Allah menurunkan kepada Nabi SAW ayat,
40 |
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik.” (Al-Hijr, 15: 94)
Semenjak itu beliau mengumumkan dakwah secara terbuka atau
terang-terangan. Konsekuensinya beliau pun secara terang-terangan
dimusuhi oleh kaumnya. Mereka semakin keras dalam menyakiti
beliau serta kaum muslimin.
Satu persatu manusia masuk ke dalam Islam. Sementara orangorang Quraisy tidak kuasa memungkiri kenyataan ini. Beliau mulai
berani mencela agama mereka, dan mengecam tuhan-tuhan mereka
yang nyatanya memeang tidak sanggup menimpakan mudharat
maupun mendatangkan manfaat. Pada saat itulah, mereka semakin
gencar melancarkan terror dan permusuhan terhadap beliau dan
sahabt-sahabatnya. Namun Allah berkenan melindungi Rasululah
SAW melalui jasa pamannya Abu Thalib, karena ia adalah seorang
bangsawan yang sangat dihormati di tengah-tengah kaum Quraisy,
dan juga ditaati di tengah-tengah keluarganya. Sehingga, penduduk
Mekkah tidak ada yang berani secara terang-terangan menyakiti
beliau.
Tentang sahabat-sahabat Nabi SAW yang punya sanak keluarga,
mereka akan dilindungi oleh keluarganya. Tetapi bagi sahabatsahabat yang tidak memiliki keluarga, ia menjadi sasaran terror dan
siksaan orang-orang kafir Quraisy.
Di antara yang bernasib seperti itu adalah Ammar bin tasir, Samiyah
sang ibunda, dan anggota keluarganya. Mereka disiksa karena tetap
beriman kepada Allah. Setiap kali melewati mereka yang sedang
disiksa dengan sangat kejam, Rasulullah SAW hanya bias berkata
menghibur,
“Bersabarlah,
wahai
keluarga
Yasir,
karena
sesungguhnya yang dijanjikan kepada kalian adalah 41atin.”
Selain itu adalah Bilal bin Rabah. Ia juga disiksa dengan sangat
kejam karena tetap beriman kepada Allah. Namun ia mengabaikan
41ating kaumnya supaya keluar dari Islam, meski untuk itu ia harus
rela mengorbankan jiwanya. Dan di tengah menahan pedihnya
41 |
siksaan, ia tetap mengucapkan, “.. Ahad .. Ahad.” Mendapati apa
yang dilakukan oleh Bilal ini, Waraqah yang sedang lewat sempat
menghampiri dan bertanya, “Demi Allah, apa maksud ucapanmu itu,
wahai Bilal?” Waraqah kemudian menghampiri orang-orang Quraisy
yang sedang menyiksa Bilal dengan biadab dan berkata, “Sekalipun
kalian telah membunuhnya, aku akan menganggap ia sebagai orang
yang penuh kasih sayang.”
Pada suatu hari, sang musuh Allah Abu Jahal lewat dan mendapati
Samiyah ibunda Ammar bin Yasir, suami dan puteranya tengah
disiksa. Ia menghampiri wanita malang itu lalu menikam kemaluannya
dengan menggunakan tombak hingga tewas mereka.
Ketika melewati beberapa orang budak sedang disiksa dengan
sangat biadab, Abu Bakar merasa sangat kasihan. Ia lalu membeli
salah seorang mereka yang kemudian ia merdekakan. Di antara
budak-budak malang itu, ialah Bilal, Amir bin Furairah, Ummu Ubais,
Zanirah, Nahdiyah berikut putrinya, dan seorang budak perempuan
milik keluarga Bani Adi disiksa oleh Umar (sebelum memeluk Islam)
karena memilih mengikuti Nabi SAW. Ayah Abu Bakar berkata
kepadanya, “Wahai putraku, kenapa kamu memerdekakan budakbudak yang lemah? Bukankah lebih bermanfaat kalau kamu
memerdekakan budak-budak yang kuat yang bisa membelamu?.”
Abu Bakar menjawab, “Aku menginginkan sesuatu yang aku
inginkan.”
Orang yang Pertama Kali membaca Al-Qur’an Secara Terbuka di
Depan Umum
Orang yang pertama kali membaca Al-Qur’an secara terbuka di
depan umum di Mekkah setelah Rasulullah SAW adalah Abdullah bin
Mas’ud r.a. Pada suatu ketika, sahabat-sahabat Rasulullah SAW
berkumpul. Mereka berkata, “Demi Allah, orang-orang Quraisy belum
pernah mendengar Al-Qur’an yang dibaca di depan umum. Siapakah
yang berani memperdengarkannya kepada mereka? Abdullah bin
Mas’ud berkata: “Aku!” Mereka berkata: “Kami khawatir akan nyawa.
Kami ingin ada orang yang mempunyai keluarga yang dapat
melindunginya dari kaum tersebut jika ternyata nanti mereka berbuat
42 |
jahat.” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Biarkanlah aku melakukannya,
karena Allah akan melindungiku. “Kemudian Abdullah bin Mas’ud
pergi ke Maqam pada waktu Dhuha pada saat orang-orang Quraisy
sedang berada di balai pertemuan mereka.
Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqam tersebut, lalu membaca
dengan suara nyaring.
“Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an.”
(QS Ar-Rahman, 55: 1-2). Abdullah bin Mas’ud melanjutkan
bacaannya, sedang orang-orang Quraisy merenungkannya bahkan
sebagian dari mereka berkata: “Apa yang dibaca anak Ummu Abd
ini?” Sebagian dari mereka berkata: “ Dia sedang membaca
sebagaian yang dibawa Muhammad”. Mereka bangkit bergerak
mendatangi Abdullah bin Mas’ud lalu menghajarnya, tapi Abdullah bin
Mas’ud tak bergeming dia tetap membaca surat tersebut sampai ayat
tertentu. Setelah itu, Abdullah bin mas’ud pergi menemui sahabatsahabatnya dengan wajah terluka. Mereka berkata kepadanya Itulah
yang kami khawatirkan atas dirimu.” Abdullah bin Mas’ud berkata:
“Musuh-musuh Allah itu tidak lebih hina dalam pandanganku daripada
mereka sejak sekarang. Jika kalian mau, besok pagi aku akan
melakukan hal yang sama.” Mereka berkata; “Jangan!! Cukuplah
engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak
mereka suka.”
Hamzah Masuk Islam
Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang berdakwah di bukit Shafa
seperti biasanya, Abu Jahal datang ke tempatnya dan memakinya
dengan makian yang tidak pantas. Namun makian tersebut didiamkan
saja oleh Nabi. Dan Nabi hanya berlalu dari tempat itu.
Makian yang diucapkan oleh Abu Jahal didengar oleh seorang budak
wanita dari Abdullah bin Jud’an. Ketika Hamzah bin Abu Muthalib
baru saja pulang dari berburu, budak wanita itu melaporkan kejadian
tersebut kepada Hamzah. Budak itu berkata: “Tidakkah kamu tahu
bahwa Abil Hakam telah menyakiti hati Muhammad dan dia hanya
diam saja?”.
43 |
Ketika Hamzah mendengar ucapan budak wanita itu hatinya merasa
tak tahan terhadap perbuatan seseorang kepada Muhammad,
keponakannya. Karena itu beliau langsung pergi ke Masjidil Haram
menuju tempat Abu Jahal yang sedang berkumpul dengan kaumnya.
Beliau langsung berdiri di depan Abu Jahal dan langsung memukul
kepala Abu Jahal dengan busur panah yang ada di tangannya
sampai kepala Abu Jahal berdarah. Beliau berkata, “Apakah kamu
berani menghina Muhammad padahal aku dalam seagama dengan
dia. Aku percaya dengan apa yang dikatakannya.
Ucapan Hamzah itu tidak dibalas sedikitpun oleh Abu Jahal yang
merasa bersalah karena takut pada Hamzah. Dengan kejadian ini
maka Hamzah segera menyatakan keislamannya. Keislaman
Hamzah ini sangat ditakuti oleh kaum Musyrikin, karena Hamzah
sangat terkenal keberaniannya.
Tahun Duka Cita
44 |
Disebut tahun duka cita atau (‘Amul Huzni) karena pada tahun ini istri
Nabi SAW Sayyidah Khadijah binti Khuwailid r.a. dan paman beliau
Abu Thalib meninggal dunia. Peristiwa duka itu terjadi tiga tahun
sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Pasca kepergian dua orang
pembela itu, Rasulullah SAW mendapat banyak sekali deraan ujian,
gangguan, dan kesusahan. Ketka Abu Thalib meninggal dunia,
orang-orang Quraisy dapat leluasa mengganggu Rasulullah SAW,
dan itu tidak dapat mereka lakukan semasa Abu Thalib masih hidup.
Terhadap Khadijah r.a., Rasulullah SAW terus menunjukkan cinta
dan kesetiaannya meski dia telah meninggal dunia. Khadijah r.a.
telah dipanggil Tuhan dengan membawa agama iman dan Islam.
Sedangkan terhadap Abu Thalib, Rasulullah SAW telah berusaha
semaksimal mungkin menuntun pamannya itu mengucapkan kalimat
tauhid sebelum ajal menjemputnya, namun usaha itu tidak
membuahkan hasil: Abu Thalib meninggal tanpa mengucapkan
kalimat yang dituntunkan oleh Rasul. Rasulullah SAW hanya bisa
memohonkan ampunan kepada Allah SWT untuk sang paman,
hingga turunlah firman Allah SWT:
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang yang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya),
sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu,
adalah penghuni neraka Jahanam.” (QS At-Taubah, 9: 113)
Turun juga firman Allah SWT:
45 |
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada
orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang
yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qashah, 28: 56)
Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a. dari Abdul Muthallib, bahwa ia
berkata kepada Nabi SAW, “Tidakkah engkau mencukupi dan
menyempurnakan pamanmu? Karena dialah yang merawatmu dan
melindungimu. “Nabi menjawab, “Dia ada di neraka yang tidak dalam.
Seandainya tidak ada aku, niscaya ia akan berada pada lapisan
neraka yang paling bawah.” (HR Bukhari).
Makam Khadijah r.a. dan putranya Qasim (sudut) di Ma’la, Mekkah.
(sumber: http://4.bp.blogspot.com)
46 |
Makam paman Nabi SAW, Abu Thalib
(sumber: https://asepawaludinfajari.files.wordpress.com)
Terbelahnya Bulan
Para penduduk Mekkah meminta Rasulullah SAW agar menunjukkan
bukti (kenabiannya). Lalu beliau menunjukkan kepada mereka
terbelahnya bulan. Beliau pun bersabda, “Saksikanlah.” (HR Bukhari).
Pada tahun ke-5 sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke
Madinah, beberapa orang Quraisy menemui beliau. Mereka berkata,
“Wahai Muhammad, Jika engkau benar-benar seorang nabi dan
rasul, tunjukkan kepada kami suatu mukjizat yang bias membuktikan
kenabian dan kerasulanmu.”
“Apa yang kalian inginkan?’’ Tanya Rasulullah.
“Belahlah bulan itu untuk kami.”
Maka, untuk melemahkan dan menjawab tantangan mereka, nabi lalu
berdoa memohon kepada Allah agar ia diberi pertolongan untuk
47 |
menghadapi kondisi ini. Lalu Allah memberinya ilham agar beliau
menunjukkan jarinya 48ating48 bulan. Maka terbelahlah bulan itu
menjadi dua. Kedua belahannya berjauhan satu sama lain selama
beberapa jam, kemudian bersatu kembali.
Orang-orang kafir itu kemudian berujar, “Muhammad telah menyihir
kita.” Namun, orang-orang yang mau menggunakan nalarnya berkata,
“Sesungguhnya sihir berdampak pada orang-orang yang hadir di
dekat pelakunya. Tetapi, sihir tidak bisa memengaruhi semua orang.”
Mereka kemudian menunggu rombongan musafir yang baru 48ating
dari perjalanan, dengan bergegas menuju luar kota Mekkah. Ketika
musafir rombongan pertama 48ating, mereka bertanya, “Apakah
kalian melihat ada yang aneh dengan bulan itu?”
“Benar. Pada malam itu, kami melihatnya terbelah menjadi dua.
Kedua belahannya saling berjauhan dan kemudian menyatu kembali,”
jawab para musafir.
Lalu berimanlah orang yang beriman, sementara yang enggan
beriman tetap bertahan dalam kekafirannya. Menyangkut peristiwa
tersebut Allah berfirman dalam Surah Al-Qamar, 54: 1-3
“Saat (hari kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah.
“Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda
(mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang
terus menerus.”
48 |
“Dan
mereka
mendustakan
(Muhammad)
dan
mengikuti
keinginannya, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya.
Bekas Bulan Terbelah (http://www.muslimsandtheworld.com)
Hijrah Pertama ke Habasyah
Orang-orang musyrik semakin kejam dan brutal dalam menyakiti
orang-orangyang memeluk Islam. Banyak di antara mereka yang
harus menjalani ujian. Kaum musyrik tidak segan-segan melancarkan
terror kepada salah seorang pemeluk Islam tersebut dengan
bertanya, “Bukankah Lata dan Uzza itu Tuhanmu, bukan Allah?.”
Karena merasa takut dan tertekan ia terpaksa menjawab, “Ya.”
Bahkan ketika seekor kumbang melewatinya, lalu mereka bertanya,
“Ini kan Tuhanmu, bukannya Allah?”, maka dengan ketakutan ia pun
akan menjawab, “Ya.”
Pada suatu hari, Abu Jahal lewat dan mendapati Samiyah ibunda
Ammar bin Yasir, suami dan puteranya tengah disiksa. Ia
49 |
menghampiri wanita malang itu lalu menikam kemaluannya dengan
menggunakan tombak hingga tewas seketika.
Dan ketika terror yang dilancarkan oleh orang-orang kafir Quraisy
semakin parah, Allah SWT kemudian mengizinkan mereka untuk
melakukan hijrah yang pertama ke negeri Habasyah. Dan orang
pertama yang ikut hijrah ke sana ialah Utsman bin Affan beserta
istrinya Ruqayyah, puteri Nabi SAW.
Rombongan hijrah pertama ini semuanya berjumlah 12 orang lakilaki, dan empat orang perempuan. Mereka adalah Utsman, Abu
Hudzaifah dan istrinya Ummu Salamah alias Hindun binti Abu
Umayyah, Az-Zubair bin Al-Awwam, Mush’ab bin Umair,
Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un, Amir bin Rabi’ah beserta
istrinya Laila binti Abu Hatsamah, dan Abdullah bin Mas’ud. Mereka
berangkat dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Allah berkenan
menolong mereka. Ketika tiba di pantai, ada dua kapal dagang yang
mengangkut mereka menuju Habasyah. Mereka berangkat ke negeri
rantau ini pada bulan Rajab tahun kelima dari bi’tsah. Mengetahui hal
itu, kaum Quraisy berusaha mengejar mereka hingga sampai di tepi
laut. Tetapi mereka terlambat, sehingga tidak mendapati apa-apa.
Dakwah Islam di Luar Mekkah
Rasululullah SAW di Tha’if
Pada bulan Syawwal pada tahun kesepuluh dari nubuwah, atau pada
akhir bulan Mei atau awal bulan Juni 619 M, Rasulullah SAW pergi ke
Tha’if, yang berjarak lebih kurang 60 mil dari Mekkah. Beliau menuju
ke sana dengan berjalan kaki, begitu pula saat pulangnya.Beliau
disertai pembantunya Zaid bin Haritsah. Setiap kali melewati suatu
kabilah, beliau mengajak mereka kepada islam. Namun tak satu pun
yang memenuhinya. Setiba di Tha’if beliau menemui tiga orang
bersaudara dari pemimpin Bani Tsaqif, yaitu Abd Yalalil, Mas’ud dan
Hubaib, anak-anak Amr bin Umair Ats-Tsaqfi. Beliau duduk
50 |
menghadang mereka dan mengajak mereka kepada Allah serta sudi
menolong Islam.
Beliau berada di tengah penduduk Tha’if selama sepuluh hari. Setiap
pemuka masyarakat Tha’if yang 51ating menemui beliau, pasti
diajaknya berbicara dan diserunya. Akhirnya mereka berkata, “Usir
orang ini dari negeri kita dan kerahkan semua rakyat untuk
memperdayainya.”
Kisah Isra’ dan Mi’raj
“Mahasuci (Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa
yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra, 17: 1)
Rasulullah SAW sedang melalui masa-masa tersulitnya, yaitu rasa
kehilangan atas wafatnya paman dan istrinya, permusuhan Quraisy
yang makin menjadi-jadi setelah keduanya wafat, serta upaya
berdakwah ke Thaif yang membuat kesedihan. Begitu juga,
kesombongan yang dilakukan Quraisy ketika beliau kembali ke
Mekkah. Semua itu berpengaruh pada diri Nabi SAW.
Syekh Al-Jazairy, berkata tentang Isra dan Mi’raj, “Peristiwa ini
merupakan hadiah dari Allah atas kededihan dan penderitaan yang
beliau alami. Setelah embargo yang berlangsung selama tiga tahun di
kaki Gunung Abu Thalib. Pada saat itu beliau merasakan kelaparan
dan pengasingan. Isra dan Mi’raj terjadi setelah kehilangan penolong
51 |
yang setia dan Khadijah Ummul Mukminin. Peristiwa ini terjadi
setelah harapan yang sia-sia di Tsaqif, celaan dan teriakan yang
dilakukan oleh orang-orang bodoh, anak-anak kecil, dan hamba
sahaya di sana.
Seluruh ulama dari zaman para sahabat hingga sekarang sepakat
bahwa Rasul menempuh Mi’raj dengan roh dan jasadnya dan dalam
keadaan sadar bukan mimpi. Isra, berjalan dari Masjidil Haram
sampai ke Masjidil Aqsa. Di sini Rasul salat dengan mengimami
seluruh Nabi. Mi’raj berjalan dari Baitul Maqdis, Rasul diangkat ke
langit.
Isra’ adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Haram menuju
Masjidil Aqsha. Allah SWT membuka surat Al-Isra’ dengan firmanNya “Subhanaa (Mahasuci)”, adalah untuk menunjukkan kekaguman
(li At-Ta’ajjub). Dan kekaguman itu sendiri adalah gambaran keadaan
kaum yang tidak mempercayainya. Bagaimana mereka tidak percaya,
padahal yang menjalankan itu adalah Allah SWT yang tidak dapat
dilemahkan oleh apapun di langit dan bumi.
Mi’raj, bukti yang menunjukkan hal tersebut ada dalam beberapa ayat
dari suta Annajam dan hadits-hadits yang diriwayatkan para pemilik
kitab hadits, seperti Bukhari yang meringkas haditsnya tentang kisah
Mi’raj dan Muslim yang merangkum hadits-hadits tentang kisah Isra’
dan Mi’raj. Semua dalil itu mengarah pada kesimpulan bahwa kedua
peristiwa itu terjadi hanya semalam Isra’ terjadi dengan jasad dan
ruh, demikian pula Mi’raj.
Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah SAW berkata,”Aku
didatangi oleh Buraq. Dia adalah hewan putih, lebih tinggi dari
keledai, tanpa sepatu yang dikenakan di ujung kukunya. Aku
menungganginya hingga sampai ke Baitul Maqdis. Kemudian aku
mengikatnya di pintu masjid, tempat para Nabi mengikat
(tunggangannya). Lalu, aku memasuki masjid dan shalat dua rakat.
Ketika aku keluar, kudapati Jibril membawa bejana berisi khamar dan
bejanan berisi susu. Aku memilih susu dan Jibril berkata, “Engkau
telah memilih fitrah (Islam dan Istiqomah).” (HR Muslim).
52 |
Rasulullah berkata,”Aku telah (banyak) meminta kepada Tuhanku
hingga aku malu, tetapi aku rela dan berserah diri. Ketika aku sudah
lewat, ada suara memanggil, ‘Aku telah memerintahkan sebuah
kewajiban dan Aku telah meringankan hamba-Ku.” (HR Bukhari
Muslim)
Perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW
1. Langit pertama bertemu dengan Nabi Adam a.s.
2. Langit kedua bertemua dengan Nabi Yahya a.s. dan Nabi Isa
a.s.
3. Langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf a.s.
4. Langit keempat bertemu dengan Nabi Idris a.s.
5. Langit kelima bertemu dengan Nabi Harun a.s.
6. Langit keenam bertemu dengan Nabi Musa a.s.
7. Langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s.
Dalam perjalanan pula setelah mendapat perintah shalat
selama 50 kali, Nabi Musa memperingatkan hal itu, hingga
Nabi Muhammad SAW mendapat keringanan dari dari Allah
SWT menjadi 5 kali sehari dalam perintah untuk umat
Muhammad SAW.
Anas bin Malik r.a. mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Setelah aku di mi’rajkan, aku melewati suatu kaum yang memiliki
kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah-wajah dan dada-dada
mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka, wahai Jibril?’ Dia menjawab,
‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (gibah
dan menggunjing) dan menghina kehormatan mereka.” (HR Abu
Dawud dan Ahmad)
Dalam berbagai riwayat perjalanan Isra’ Nabi SAW melihat, antara
lain:
a. Dunia dan kehidupan adalah bagaikan seorang perempuan tua
yang buruk.
b. Iblis sebagai seorang yang menelusuri jalan menyimpang.
c. Mujahidin sebagai kelompok yang menanam dan memetik
dalam waktu singkat.
53 |
d. Para penyulut fitnah merupakan
menggunting lidahnya sendiri.
e. Pemakan riba berlomba memakan
meninggalkan daging segar.
orang-orang
daging
busuk
yang
dan
Sedangkan dalam perjalanan Mi’raj, Nabi SAW melihat, antara lain:
a. Penjaga neraka yang bernama Malik tidak tersenyum sama
sekali dan bahwa Jibril berkata kepada Nabi: “Seandainya dia
bias tertawa, niscaya dia akan tertawa kepadamu.”
b. Bait al-Ma’mur yang berada di langit ke tujuh dan merupakan
Ka’bah penduduk langit. Setiap saat beribadah disana 70.000
malaikat, lalu meninggalkannya dan tidak kembali lagi.
c. Sidrah al-Muntaha yang sangat indah tidak terlukiskan dengan
kata-kata, demikian juga surge, neraka, dan ‘Arsy (Singgasana
Tuhan).
Pada berbagai buku sejarah dikemukakan bahwa Isra dan Mi’raj
terjadi pada tahun 621 M, atau tahun 10/11 dari keNabian (bi’tsah).
Jumhur ulama menyebutkan tanggalnya adalah malam Jumat tanggal
27 Rajab. Bila dirunut dengan system Gregorian Converter edisi
1996-1997, malam 27 Rajab pada tahun 621 M, berada pada hari
Selasa malam Rabu. Sedang malam Jumatnya jatuh pada malam
tanggal 29 Rajab (-2 H) yang bertepatan dengan 26 Februari 621 M.
Maka penanggalan yang lebih masuk akal adalah, bahwa Isra Mi’raj
terjadi pada malam Jumat, malam tanggal 27 Rajab (-3 H), yang
bertepatan dengan tanggal 7 Maret 620 M.
Setelah itu, Rasulullah SAW pulang ke Mekkah. Keesokan harinya,
beliau menceritakan apa yang beliau alami kepada orang-orang
Quraisy. Sebagian besar dari mereka berkata: “Demi Allah, ini adalah
sesuatu yang sangat konyol. Betapa tidak ?! Rombongan musafir
yang jalannya cepat saja membutuhkan jarak tempuh selama sebulan
untuk pergi dari Mekkah ke Syam, apakah mungkin Muhammad pergi
ke sana lalu pulang ke Mekkah hanya dalam waktu semalam?”
54 |
Banyak orang yang tadinya telah masuk Islam menjadi murtad garagara peristiwa ini. Orang-orang Quraisy pergi kepada Abu Bakar, lalu
berkata berkata kepadanya: “Coba lihat sahabatmu, wahai Abu
Bakar, Ia mengaku pada malam ini pergi ke Baitul Maqdis dan shalat
disana, kemudian pagi ini ia pulang ke Mekkah!” Abu Bakar berkata
kepada mereka: “Apakah kalian mendustakan apa yang dikatakan?”
Mereka menjawab: “Ya, benar!. Dia kini sedang berada di masjid
sedang bercerita kepada manusia tentang apa yang baru
dialaminya.” Abu Bakar berkata: “Demi Allah, jika itu yang yang ia
katakana, pasti ia berkata benar. Apa ada yang aneh bagi kalian?
Demi Allah sesungguhnya ia berkata kepadaku bahwa ia berpindah
dari langit ke bumi hanya adalam waktu sesaat pada waktu malam
atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya.Jadi inilah
puncak keheranan kalian?”
Setelah mengatakan itu,Abu bakar berjalan hingga di tempat
Rasulullah SAW berada. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah SAW
: “Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada
manusia, bahwa pada mala mini engkau pegi ke Baitul Maqdis?”
Rasulullah SAW menjawab: “Ya, benar.” Abu Bakar berkata: “Kalau
bergitu, tolong, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, karena
sebelumnya aku pernah pergi ke sana!”.
Lalu Rasulullah SAW menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis kepada Abu
Bakar.
Masjid Al-Aqsha yang diberkahi Allah SWT
Al-Qasimy berkata, “Al-Aqsha berarti yang paling jauh. Disebut
demikian karena jaraknya yang jauh dari Mekkah. Dan firman Allah
SWT, ‘… yang telah kami berkahi sekelilingnya …’ (QS Al-Isra, 17: 1),
yakni sisi-sisinya dengan keberkahan agama dan dunia. Sebab,
tanah suci tersebut adalah tempat tinggal para nabi, tempat turunnya
wahyu untuk mereka, serta tempat tumbuhnya berbagai tanaman dan
buah-buahan. Keberkahan Ilahi melingkupi semua arahnya. Jadi,
keberkahan berlipat-lipat karena ia terletak di tanah yang berkah.
Begitu juga, entitasnya sebagai satu dari masjid Allah yang paling
agung. Masjid adalah rumah Allah dan karena ia tempat ibadah para
55 |
nabi, tempat tinggal mereka, dan tempat turunnya wahyu untuk
mereka sehingga masjid ini diberkahi oleh Allah dengan keberkahan
para nabi. Begitu juga, masjid ini juga memberikan keberkahannya
untuk mereka.”
Karakteristik al-Aqsha
 Tempat beribadah para nabi
 Tempat ‘Isra penutup para nabi
 Dari sanalah Mi’raj rasulullah SAW dimulai menuju langit-langit
yang tinggi
 Tempat terjadinya peristiwa teragung
 Rumah tempat Allah memuliakan ayat-ayat-Nya yang jelas
 Tempat dibacakannya empat kitab yang telah diturunkan oleh
Allah kepada nai-nabi-Nya. Oleh karena itu, Allah
menggenggam matahari melalui Yusya’ dengan tidak
membenamkannya agar mudah menaklukkannya bagi mereka
yang dijanjikan oleh Allah dan mendekat.
 Kiblat shalat bagi dua agama sebelum islam dan bagi kaum
muslimin pada awal munculnya Islam setelah dua periode
hijrah.
 Kiblat yang pertama bagi kaum muslimin
 Masjid yang kedua setelah masjid al-Haram.
 Tempat suci ketiga setelah masjid al-Haram dan Masjid
Nabawi.
 Tentangnya Rasulullah bersabda, “Hendaknya suatu
perjalanan tidak dilakukan setelah perjalanan ke dua masjid,
kecuali ke Masjid al-Aqsha, setelah dua tempat itu, tidak ada
tempat lain yang harus dijaga, kecuali masjid al-Aqsha.”
56 |
Masjid Al-Aqsa, Jerussalem
Qubbatus Shakrah (Dome of The Rock / Kubah Batu) di Kompleks Masjid
Al-Aqsha.
Perkawinan Rasulullah SAW dengan Saudah binti Zam’ah dan
Aisyah r.a.
57 |
Nabi SAW menerima usul Khaulah binti Hakim r.a. yang merupakan
sahabat Khadijah, yakni menikahi dan hidup sebagai suami istri
dengan Saudah serta menerima juga usulnya menikahi Aisyah, tetapi
menangguhkan kehidupan berumah tangga dengannya. Beliau
bersedia menikahi Aisyah r.a. untuk satu tugas yang tidak ringan
yang diharapkan dapat diemban oleh Aisyah yang dikenal cerdas dan
cantik.
Saudah adalah putri Zam’ah bin Qais. Sebelum menikah dengan
Nabi SAW ia adalah janda As-sakran bin ‘Amr yang merupakan putra
pamannya. Zam’ah dan suaminya termasuk orang-orang yang
berhijrah ke Habasyah, tetapi suaminya wafat di perantauan sehingga
Saudah terpaksa kembali ke Mekkah menanggung beban kehidupan
bersama anak-anaknya.
Bai’at Aqabah Pertama
Jumlah yang yang dibaiat 12 orang. Lima diantaranya adalah pemuda
yang pernah bertemu dengan Nabi SAW. Satu orang yang tidak hadir
adalah Jabir bin ‘Abdullah bin Ri’ab.
“Kemarilah, aku akan membai’at kalian.” Kata Rasulullah SAW.
Selanjutnya Nabi SAW mulai membai’at mereka yang isinya sama
persis dengan ba’iat kaum perempuan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu.
Janganlah mencuri
Janganlah berzina
Janganlah membunuh anak-anak kalian.
Janganlah berbuat kebohongan.
Janganlah menentangku dalam kebenaran.
“Siapa saja di antara kamu yang menepati, maka Allah yang akan
membalas kebaikannya, dan siapa saja yang melanggar lalu diberi
sanksi karenanya di dunia, maka itu adalah penebus dosa baginya,”
“Dan siapa saja yang melanggar sesuatu dari itu lalu Allah tutup
aibnya, maka urusannya tergantung kepada Allah. Jika Dia
58 |
menghendaki, Dia mengazabnya dan jika Dia menghendaki, Dia akan
memaafkannya,” tambah Nabi SAW.
Setelah Rasulullah SAW selesai membacakan bai’at. ‘Ubadah
langsung berbai’at kepada Rasulullah SAW.” (HR Bukhari)
Masjid al-Bai’at di Mekkah (sumber: http://3.bp.blogspot.com)
Bai’at Aqabah Kedua
Pada musim haji tahun ketiga belas keNabian, rombongan kaum
Muslim dari madinah berkunjung ke Mekkah untuk melaksanakan
ibadah haji, bersama rombongan kaum musyrik yang jumlahnya
mencapai lima ratus orang.
59 |
PERIODE HIJRIYAH - MADINAH
Hijrah
Mimpi Nabi melihat negeri hijrahnya
Terpilihnya Yatsrib sebagai tempat hijrah bukan hanya disebabkan
kondisi dakwah saja, melainkan juga ada wahyu dari Allah SWT.
Dari Abu Musa al-Asy’ary r.a. mengatakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Aku melihat dalam tidurku bahwa aku berhijrah dari
Mekkah ke tanah yang terdapat pohon kurma. Sebelumnya aku yakin
bahwa itu adalah Yamamah atau Hajar (kota di Bahrain), ternyata
negeri itu adalah Yatsrib. “(HR Bukhari dan Muslim)
Dari Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah bersabda,’Aku sudah melihat
tempat hijrah bagi kalian. Aku diperlihatkan suatu tempat yang tandus
yang ditumbuhi pohon kurma di antara dua tanah berbatu. ‘Lalu,
pergilah mereka yang berhijrah menuju Madinah ketika Rasulullah
SAW menyebutnya. Begitu juga, mereka yang pernah berhijrah ke
Habasyah.’’ (HR Ahmad dan Hakim).
Sahabat Nabi SAW yang Pertama Hijrah
Dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa Abu Salamah adalah
orang yang pertama kali berhijrah, sementara dalam riwayat lain yang
pertama kali datang ke Madinah adalah Mush’ab. Al-Hafizh Ibnu
Hajar menggabungkan antara dua riwayat ini. Ia berkata, “Ibnu
Aqabah meyakini bahwa yang pertama kali datang ke Madinah dari
kaum Muhajirin secara mutlak adalah Abu salamah bin Abdul Asad.
Sepulangnya dari Habasyah ke Mekkah, ia ditindas di Mekkah. Lalu,
sampai kepadanya kabar tentang kedua belas orang Anshar pada
baiat Aqabah I, kemudian ia menuju ke Madinah di tahun yang sama.
Selanjutnya, digabungkan antara dua riwayat tersebut bahwa Abu
60 |
Salamah pergi ke Madinah bukan untuk menetap, melainkan lari dari
kaum musyrik. Sebaliknya, Mush’ab bin Umair pergi ke sana dengan
tujuan menetap dan mengajari siapa saja yang masuk Islam atas
perintah Nabi SAW. Jadi, keduanya sama-sama pertama dari sisi
yang berbeda.”
Jibril mengabarkan bahwa Abu Bakar menjadi teman hijrah Nabi
SAW
Dari Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya Nabi SAW bertanya kepada
Jibril, “Siapa yang pergi hijrah denganku?” Jibril menjawab, “Abu
Bakar” (HR Hakim dalam al-Mustadrak, menurutnya sanad dan
matannya shahih dan adz-Dzahabi sepakat dengannya, dan dia
berkata, “Hadits ini Hasan gharib”)
Di dalam Al-Qur’an Surah Al-Anfal, 8: 30, Allah SWT mengingatkan
tentang sikap kaum Quraisy terhadap Rasulullah SAW:
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu
daya
terhadapmu
(Muhammad)
untuk
menangkap
dan
memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah
adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Orang-orang Quraisy di Mekkah berkumpul untuk bermusyawarah,
sebagian dari mereka berkata, “Jika pagi tiba, tangkaplah Muhammad
oleh kalian, sebagian lagi berkata: bunuh saja, dan sebagian lagi
berkata: Usir saja dia. Kemudian Allah SWT memberitahu Rasulullah
SAW akan rencana itu, sehingga Rasulullah SAW meninggalkan
tempat tidurnya dan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib malam itu.
Maka Rasulullah SAW pergi, dan ketika menjelang pagi harinya
orang-orang Quraisy mengepung rumah Nabi SAW. Ketika mereka
melihat bahwa yang tertidur di tempat tidur adalah Ali, mereka
61 |
bingung, Allah menghancurkan rencana mereka. Mereka bertanya, di
mana temanmu itu (Muhammad)? Ali menjawab, ‘Aku tidak tahu.’
Imam Ahmad mengatakan dari Anas bin Malik, bahwa Abu Bakar r.a.
pernah menceritakan kepadanya, ia berkata, “Saat kami berdua
berada di Gua Tsur, aku pernah berkata kepada Rasulullah SAW,
‘Jika salah seorang di antara mereka terlihat kedua kakinya, niscaya
mereka akan menemukan kami yang saat itu berada di bawah
telapak kaki mereka.’ Rasulullah SAW berkata, ‘Wahai Abu Bakar,
bukankah menurutmu jika ada dua orang, maka orang yang ketiga
adalah Allah SWT? ‘Kemudian orang-orang kafir Quraisy-yang saat
itu telah berdiri di luar gua- pergi meninggalkan tempat tersebut
karena tertipu oleh kondisi gua. Menurut mereka, sangat tidak masuk
akal jika seseorang masuk ke dalam gua tanpa merobek sarang labalaba atau mengusik burung merpati yang menutupi pintu gua.
Kemudian Allah SWT memberikan rasa tenang kepada Abu Bakar
r.a., karena Rasulullah SAW sendiri selalu terlihat tenang baik
sebelum maupun sesudahnya.
Kisah Rasulullah SAW dan Abu Bakar r.a. di dalam Gua ini tercantum
dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah, 9: 40:
62 |
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah
telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari
Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya
berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan
engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah
menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu
dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu,
dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman
Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Gua Tsur. Disini Nabi SAW bersembunyi bersama Abu Bakar r.a.
keduanya tinggal dalam gua selama tiga hari.
(http://www.mustanir.com)
Rasulullah SAW tiba di Quba
Senin, 8 Rabiul Awwal tahun ke-14 dari keNabian. Di tahun pertama
Hijrah, bertepatan dengan 23 September 622 M, Rasulullah SAW
singgah di Quba.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja’far bin Zubair berkata
kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Abdurrahman bin Uwaim bin
63 |
Sa’idah yang berkata: bahwa beberapa sahabat Rasulullah SAW
yang masih tersisa dari kaumku berkata kepadaku: “Ketika kami
mendengar teriakan seorang Yahudi bahwa Rasululllah SAW telah
tiba, maka kami segera keluar dari rumah untuk menemui beliau yang
kala itu sedang bernaung di bawah pohon kurma ditemani Abu Bakar
yang sebaya dengan beliau. Kemudian Rasulullah SAW diajak tinggal
di rumah Kultsum bin Hidam, saudara Bani Amr bin Auf, kemudian
salah satu dari Bani Ubaid. Ada juga yang mengatakan di rumah
As’ad bin Zurarah.
Sedangkan Abu Bakar r.a. berhenti di rumah Khubaib bin Isaf, salah
seorang dari Bani Al-Harts bin Al-Khazraj di As-Sunh. Ada juga yang
berpendapat beliau singgah di rumah Kharijah bin Zaid bin Abu
Zuhair.
Ali bin Abu Thalib tetap berada di Mekkah selama tiga hari tiga
malam. Ketika ia selesai mengembalikan semua barang titipan orang
Quraisy kepada Rasulullah, ia lalu menyusul ke Madinah dan singgah
bersama beliau di rumah Kultsum bin Hidam.
Pembangunan Masjid Quba
Ibnu Ishaq berkata: Di Quba Rasulullah SAW menumpang tinggal di
Bani Amr bin Auf pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Dan di
saat itu pulalah beliau membangun masjid di Quba.
Tatkala waktu shalat Jum’at telah tiba, Rasulullah SAW saat itu
sedang berada di Bani salim bin Auf, kemudian beliau mendirikan
shalat Jum’at di sebuah masjid yang ada di tengah lembah Ranuna’.
Inilah shalat Jum’at yang pertama kali dikerjakan Rasulullah SAW di
Madinah.
64 |
Masjid Quba, Madinah
Memasuki Madinah
Seusai shalat Jum’at, Rasulullah SAW memasuki Yatsrib. Dan sejak
hari itu, kota Yatsrib dinamakan dengan Madinatur Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam (kota Rasulullah SAW).
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Madinah, Rasulullah
singgah di perkampungan Bani Najjar pada hari Jumat 12 Rabiul
Awal tahun pertama Hijriah, yang bertepatan dengan 27 September
622 Masehi. Di perkampungan Bani Najjar, Rasulullah SAW tingggal
di rumah Abu Ayyub al-Anshari.
Rasululullah SAW membangun masjid di Madinah, dan beliau
memilih tempat pembangunan masjid itu di tempat berhentinya unta
beliau. Rasulullah SAW membeli tanah dari dua orang anak yatim.
Rasulullah SAW terjun langsung dalam pembangunan Masjid Nabawi
dengan membawa bebatuan.
Beliau juga membangun beberapa rumah di kedua sisi masjid yang
terbuat dari bebatuan. Atapnya terbuat dari daun kurma yang
65 |
disanggah beberapa batang pohon. Ini adalah kamar-kamar istri
beliau. Setelah selesai dibangun, beliau pindah dari rumah Abu
Ayyub ke kamar-kamar tersebut (HR Bukhari dan Zadul Ma’ad).
Ruangan tersebut tidak sebagaimana layaknya istana para raja,
kaisar dan penguasa kerajaan Persia. Namun sekedar sebuah rumah
seseorang yang jauh dari kemegahan dunia dan perhiasannya serta
yang mengharap kehidupan akhirat. Ruangan tersebut dibangun
sebagaimana masjidnya yang terbuat dari batu bata, tanah dan
beberapa bebatuan. Atapnya terbuat dari batang dan pelepah kurma,
terasnya sempit dan bangunannya kecil, tangan anak kecil yang
berpostur tinggi pun dapat memegangnya. Hasan Al-bashri berkataketika masih kecil ia bersama ibunya, Khairah, yang merupakan
bekas budak Ummu Salamah, -“Aku pernah meraih atap utama di
rumah Nabi SAW dengan kedua tanganku”. Seperti inilah
kesederhanaan rumah Rasulullah SAW, padahal Madinah terkenal
dengan bentengnya yang menjulang tinggi, yang dibuat sebagai
kebanggaan di waktu damai dan sebagai benteng perlindungan di
saat peperangan. Karena begitu bangganya sehingga mereka
memberinya nama, seperti halnya benteng Abdullah bin Ubay bin
Salul yang diberi nama Mazaahim, dan benteng Hassan bin tsabit
yang diberi nama Fari’.
Panggilan Adzan di Madinah
Rasululullah SAW mengadakan musyawarah bersama para sahabat
guna menentukan suatu tanda untuk membangunkan mereka yang
tidur, mengingatkan yang lupa dan memberi tahu kepada semua
orang tentang masuknya waktu shalat.
Ada yang berpendapat untuk mengibarkan bendera ketika waktu
shalat tiba, sehingga semua orang bias melihatnya. Pendapat ini
ditolak karena tidak berfaedah bagi mereka yang tidur dan lalai.
Sebagian yang lain berpendapat untuk menyalakan api di tempat
tinggi di atas ukit, namun pendapat inipun ditolak.Ada juga yang
berpendapat dengan meniup terompet sebagaimana yang dilakukan
oleh orang yahudi ketika mereka hendak beribadah. Namun Nabi
SAW membencinya, karena beliau senantiasa menyelisihi amalan
66 |
ahli kitab. Sebagian sahabat ada yang berpendapat menggunakan
lonceng, yang digunakan oleh orang Nashrani. Nabi SAW pun tidak
menyukainya juga. Sekelompok sahabat ada yang berpendapat
dengan memberi isyarat berupa seruan, dan pendapat inilah yang
diterima. Salah satu petugasnya adalah Abdullah bin zaid Al-Anshary,
suatu ketika disaat dia dalam kondisi antara tidur dan terjaga, ada
seseorang yang menampakkan diri kepadanya seraya berkata,
“bukannya aku sudah mengajarimu beberapa kalimat yang diucapkan
dalam seruan untuk shalat”, jawabnya, “tidak”, kemudian orang itu
berkata, “katakanlah Allah Akbar sebanyak 2 kali, kemudian ucapkan
laa ilaaha illallah”, ketika ia terbangun kemudian menemui Rasulullah
SAW dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi, nabi
bersabda, “ini adalah mimpi yang benar”, kemudian Nabi bersabda
kepadanya, “Ajarilah bilal, karena suaranya lebih nyaring dari
suaramu” Di saat Bilal sedang mengumandangkan adzan Umar
datang menarik sorbannya seraya berkata, “Sungguh aku telah
melihat yang seperti itu wahai Rasulullah”. Bilal adalah salah satu dari
2 muadzin, yang lainnya adalah Abdullah Ummi Maktum. Ketika
Adzan subuh Bilal menambahk seruan adzannya setelah lafadz
Hayya’alash sholah dengan kalimat Ash shollaatu khairum minan
naum (mendirikan sholat itu lebih baik dari pada tidur) sebanyak 2 kali
dan Rasululullah SAW menyetujuinya. Pada awal mula Bilal adzan di
tempat yang tinggi, dan selanjutnya dibangun menara yang
digunakan untuk adzan.
67 |
Madinah pada masa lalu (sumber: http://nativepakistan.com)
Masjid Nabawi Madinah saat ini
68 |
Mimbar Nabi
Sejak Masjid Nabawi dibangun, Rasulullah SAW tak memiliki mimbar
untuk tempat khutbah. Setiap kali berceramah, beliau hanya
menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon yang tumbuh di
tempat shalatnya. Ketika sebuah mimbar telah dibuat dan dijadikan
sebagai tempat Rasulullah SAW berkhutbah, batang pohon itu tak
lagi digunakan beliau. Apa yang terjadi? Batang pohon itu layu dan
sedih. Melihat itu Rasulullah SAW menghampirinya dan langsung
mendekapnya. Mendapat perlakuan seperti itu, batang pohon
tersebut terlihat nyaman dan kembali seperti sediakala. (HR Bukhari).
Raudhah, Masjid Nabawi Madinah
Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
Rasulullah SAW melakukan sebuah tindakan besar yang memiliki
pengaruh luar biasa dalam sejarah, yaitu mempersaudarakan
(muakhah) kaum Muhajirin dan Anshar.
Ibnul Qayyim berkata, “Lalu Rasulullah SAW mempersaudarakan
kaum Muhajirin dan Anshar di rumah Anas bin Malik. Mereka
berjumlah 90 orang lelaki. Separuh dari kalangan Muhajirin dan
separuh lagi dari Anshar. Beliau mempersaudarakan mereka agar
69 |
saling membantu dan saling mewarisi walaupun tak punya hubungan
darah. Ini berlangsung hingga peristiwa Badar.”
Mengapa kalender Islam dimulai Muharram, bukan Rabi’ul al-Awwal
Kalender Islami yang ditetapkan pada masa kekhalifahan Sayyidina
Umar RA dimulai dari Muharram, padahal hijrah Nabi SAW terjadi
pada bulan Rabi al-Awwal. Beberapa pakar menjawab bahwa
permulaan hijrah justru terjadi pada bulan Muharram, karena Bai’at
‘Aqabah yang kedua terjadi pada bulan Dzulhijjah, sedang dalam
Bai’at itu telah disepakati tentang hijrahnya Nabi SAW ke Madinah,
bahkan sebagian sahabat Nabi telah mendahului beliau ke sana.
Karena itulah maka hijrah dihitung setelah adanya kesepakatan dan
kebulatan tekad untuk melakukannya.
Rasulullah SAW sampai di Madinah pada hari Senin tanggal 12
Rabiul Awwal, pada saat waktu dhuha berkakhir, saat matahari tidak
begitu panas. Itulah tanggal hijrah beliau sebagaimana dituturkan
Ibnu Hisyam.
Piagam Madinah
1. Mereka adalah umat yang satu di luar golongan yang lain.
2. Kaum Muhajirin Quraisy tetap sebagimana status mereka
dahulu (yaitus status sebelum masuk Islam), saling membantu
dalam membayar denda di antar mereka serta menebus
saudara mereka yang tertawan dengan cara yang makruf dan
adil terhadap kaum Mukmin. Setiap kabilah dari kalangan
Anshar tetap statusnya seperti adat kebiasannya yang berlaku
di tengah mereka dahulu, dan setiap kabilah dari mereka
menebus saudara mereka yang tertawan dengan cara yang
makruf dan adil terhadap kaum Mukmin.
3. Orang Mukmin tidak boleh membiarkan seseorang yang
menanggung beban hidup di antara sesama mereka dan
70 |
memberinya dengan cara yang makruf dalam membayar
tebusan atau membebaskan tawanan.
4. Orang-orang Mukmin yang bertakwa harus melawan orang
yang berbuat zalim, jahat, dan kerusakan serta permusuhan di
antara kaum Mukmin sendiri.
5. Secara bersama-sama mereka harus melawan orang seperti
itu walaupun dia anak salah satu di antara mereka sendiri.
6. Seorang Mukmin tidak boleh membunuh seorang Mukmin
lainnya karena membela seorang kafir.
7. Seorang Mukmin tidak boleh membantu orang kafir yang
melawan Mukmin lainnya.
8. Jaminan Allah adalah satu. Orang yang paling rendah pun
berhak mendapat perlindungan.
9. Jika ada orang Yahudi yang tunduk kepada kita, dia berhak
mendapatkan pertolongan dan persamaan hak. Tidak boleh
dizalimi dan ditelantarkan.
10. Perdamaian yang dilakukan oleh setiap kaum Mukmin sama
statusnya. Seorang Mukmin tidak boleh mengadakan
perdamaian dengan orang kafir di medan pertempuran fi
sabilillah, kecuali dengan persyaratan yang adil dan sama rata.
11. Sebagian orang Mukmin harus menanggung Mukmin yang
lain, sehingga darah mereka terlindungi di jalan Allah.
12. Dan sesungguhnya seorang Musyrik tidak berhak melindungi
harta dan Jiwa kaum Quraisy. Dan tidak dapat menghalangi
kaum Mukmin terhadapnya.
13. Dan siapa yang membunuh seorang Mukmin tanpa hak, dia
harus menanggung hukumannya (qishash atau diyat), kecuali
dimaafkan oleh wali yang terbunuh.
14. Seluruh Mukmin harus menuntutnya dan tidak halal bagi
mereka kecuali mengajukan tuntutan.
15. Tidak halal bagi setiap Mukmin membantu atau melindungi
pelaku bid’ah. Dan siapa yang menolong atau melindunginya,
atasnya laknat Allah dan kemurkaan-Nya pada hari Kiamat.
Tidak akan diterima tebusan atau ganti apa pun darinya.
16. Dan apabila kalian berselisih tentang suatu perkara,
kembalikan pada Allah dan Rasul-Nya.
71 |
Hikmah Piagam Madinah
Piagam Madinah yang merangkul seluruh komponen masyarakat,
adalah Undang-Undang yang sangat modern dan piagam pertama
kali dalam sejarah politik di dunia Arab. Kelompok Muhajirin, Anshar,
orang-orang Yahudi, dan suku-suku di Madinah melebur menjadi satu
bangsa di bawah paying Piagam Madinah. Allah dan Rasul menjadi
referensi tertinggi saat mereka terjebak di dalam perselisihan
pendapat. Piagam tersebut juga menjelaskan secara rinci tentang
sumber-sumber kekuasaan dan pembagian kedaulatan sebuah
Negara; Tasry’iyyah (legislatif), Qadha’iyyah (yudikatif), dan
Tanfidziyyah (eksekutif).
Tuntunan Agama yang Ditetapkan pada tahun ke-2 Hijriyah
1. Pengalihan Kiblat ke Mekkah
Salah satu peristiwa penting di Madinah yang terjadi pada
tahun ke-2 H adalah pengalihan kiblat ke Mekkah, yang
sebelumnya ke bait al-Maqdis d Palestina.
2. Puasa Ramadhan dan yang berkaitan dengannya.
3. Kewajiban zakat
Istri-istri Nabi SAW
1. Khadijah binti Khuwailid
Pernikahan berlangsung pada 2 bulan setelah Muhammad
pulang dari Syam. Khadijah adalah wanita pertama yang
dinikahi Muhammad. Ia tidak menikah dengan wanita lain
hingga Khadijah wafat.
Keutamaan Khadijah
Ali r.a. berkata, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda, ‘
Sebaik-baik wanita di dunia dalam masanya adalah Maryam
binti Imran dan sebaik-baik wanita dalam masanya adalah
Khadijah r.a.’” (HR Bukhari).
2. Saudah binti Zama’ah
72 |
Rasulullah SAW menikahinya pada awal Syawal tahun
kesepuluh dari nubuwah, tepatnya beberapa hari setelah
Khadijah meninggal dunia. Sebelumnya sudah menikah
dengan sepupu sendiri yang bernama As-Sakram bin Amru,
yang kemudian meninggal dunia.
Saudah wafat pada akhir masa kekhalifahan Umar Ibn alKhaththab dan dimakamkan di pekuburan umum Baqi’ di
Madinah.
3. Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq
Rasulullah SAW menikahinya pada bulan Syawal tahun
kesebelas dari nubuwah, selang setahun setelah menikah
Saudah atau dua tahun lima bulan sebelum hijrah. Beliau
menikahinya saat dia masih berusia enam tahun, lalu hidup
bersama beliau pada bulan Syawal, tujuh bulan setelah hijrah
ke Madinah, yang saat itu umurnya Sembilan tahun. Aisyah
adalah seorang gadis dan beliau tidak menikahi gadis kecuali
Aisyah. Dia termasuk orang yang amat dicintai Rasulullah
SAW dan merupakan wanita yang paling banyak ilmunya di
tengah umat.
Keutamaan Aisyah
Hadits Aisyah r.a., nabi SAW bersabda kepadanya, “Aku
melihat kamu dalam mimpi sebanyak dua kali, Aku melihat
kamu dalam balutan sutra dan ada orang yang berkata, “Ini
adalah istrimu, singkaplah ia.’ Ternyata wanita itu adalah
kamu. Maka aku katakan, ‘Jika ini datangnya dari Allah maka
Dia pasti akan menetapkannya.’” (HR Bukhari).
Aisyah wafat pada malam selasa tanggal 17 Ramadhan tahun
ke-58 Hijriyah. Abu Hurairah ikut menshalati jenazahnya, lalu
dibawa ke pemakamam Baqi’ tengah malam dengan diterangi
obor sepanjang jalan, Orang-orang yang mengikutinya dari
belakang menangis duka. Tidak pernah ada malam yang
dipenuhi manusia di jalanan selain malam itu.
4. Hafsah binti Umar bin Khattab
73 |
Dia ditinggal mati suaminya, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi,
pada waktu antara Perang Badar dan Uhud, lalu dinikahi
Rasulullah SAW pada tahun 3 H.
Umar bin Khathab berkata, “Ketika Hafshah binti Umar
menjanda dari Khunais bin Hudzafah As-Sahmi-ia termasuk di
antara sahabat Rasulullah SAW yang syahid dalam prang
Badar-maka aku datangi Utsman bin Affan dan kutawarkan
Hafshah kepadanya. Aku berkata, ‘Jika engkau menghendaki,
maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar.
Utsman hanya memberi jawaban, ‘Aku akan melihat perkaraku
dulu.’Aku lalu menunggu beberapa malam, kemudian ia
menemuiku dan berkata, ‘Nampaknya aku tidak akan menikah
pada saat ini.’
Kemudian aku menemui Abu Bakar, kukatakan kepadanya,
‘Jika engkau menghendaki, maka aku akan nikahkan engkau
dengan Hafshah binti Umar.’ Abu Bakar hanya terdiam dan
tidak memberi jawaban sedikitpun kepadaku. Sehingga
kemarahanku kepadanya jauh lebih memuncak daripada
kepada Utsman. Lalu aku menunggu beberapa malam, dan
ternyata
Rasulullah SAW
meminangnya.
Aku pun
menikahkannya dengan beliau.
Kemudian Abu Bakar menemuiku dan berkata, ‘Sepertinya
engkau marah kepadaku ketika engkau menawarkan Hafshah
kepadaku dan aku tidak memberi jawaban sedikit pun.’Aku
menjawab, ‘Ya.’ Abu Bakar berkata, ‘Sebenarnya tidak ada
yang menghalangiku untuk memberi jawaban kepadamu
mengenai apa yang engkau tawarkan kepadaku, kecuali aku
mengetahui bahwa Rasulullah SAW sering menyebutnyebutnya, dan tidak mungkin aku akan menyebarkan rahasia
Rasulullah SAW. Kalaulah beliau meninggalkannya, tentu aku
akan menerima tawaranmu.
5. Zainab binti Khuzaimah bin Harits
Dia berasal dari Bani Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah, yang
dijuluki Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin), karena
kasih sayang dan kemurahan hatinya terhadap mereka.
74 |
Sebelum itu dia adalah istri Abdullah bin Jahsy, yang mati
syahid pada perang Uhud, lalu dinikahi Rasulullah SAW pada
tahun 4 H. Namun dia meningggal dua atau tiga bulan setelah
pernikahan ini.
Keutamaan Zainab
Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa sebagian istri-istri Nabi SAW
bertanya kepada Nabi, “Siapakah di antara kami yang segera
menyusul Anda (setelah wafat)?” Beliau bersabda, “Siapa
yang paling panjang tangannya di antara kalian.” Maka mereka
segera mengambil tongkat untuk mengukur panjang tangan
mereka. Ternyata, Saudah yang paling panjang tangannya di
antara mereka. Setelah itu (yakni ketika Zainab meninggal),
kami mengetahui bahwa dialah (Zainab) yang paling gemar
bersedekah. Dan ternyata Saudah yang lebih dahulu menyusul
kematian beliau, dan dia juga paling gemar bersedekah.” (HR
Bukhari).
6. Ummu Salamah binti Abu Umayyah
Sebelumnya dia adalah istri Abu Salamah yang meninggal
dunia pada bulan Jumdats Tsaniyah tahun 4 H, lalu dinikahi
Rasulullah SAW pada bulan Syawal pada tahun yang sama.
7. Zainab bt. Jahsy bin Rayyab
Dia berasal dari Bani Asad bin Khuzaimah dan putri bibi
Rasulullah SAW sendiri. Sebelumnya dia adalah istri Zaid binti
haritsah, yang dianggap sebagai putra beliau sendiri. Zaid
menceraikannya, lalu Allah menurunkan ayat Al-Qur’an yang
tertuju langsung kepada diri beliau,
75 |
“… . Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap
istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia
(Zainab) …” (QS Al-Ahzab, 33: 37)
Beliau menikahinya pada bulan Sya’ban 6 H.
8. Juwairiyyah binti Al Harits al-Khuzaiyyah
Bapaknya adalah pemimpin Bani Musthaliq dari Khuza’ah.
Tadinya Juwairiyah ada di antara tawanan Bani Musththaliq,
yang kemudian menjadi bagian Tsabit bin Qais bin Syammas.
Lalu Rasulullah menebus dirinya dan menikahinya pada bulan
Sya’ban 6 H.
9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan
Sebelumnya dia adalah istri Ubaidillah bin Jahsy. Bersama
suaminya dia hijrah ke Habasyah. Namun, di sana Ubaidillah
murtad dan masuk agama Nasrani dan juga meninggal disana.
Sekalipun suami murtad, Ummu Habibah tetap teguh dalam
Islam. Tatkala Rasulullah SAW mengutus Amir bin Umayyah
Adh-Dhamri untuk menyerahkan surat kepada Raja Najasyi
pada bulan Muharram 7 H, beliau juga menyampaikan lamaran
kepadanya.
10. Shafiyah binti Huyaii Akhtab
Dia berasal dari Bani Israil, yang sebelumnya dia salah
seorang dari tawanan Khaibar. Shafiyah adalah putri Huyay
bin Akhthab yang garis keturunannya berlanjut Nabi Harun a.s.
76 |
Ayahnya adalah tokoh Yahudi yang tewas terbunuh dalam
peristiwa Khaibar, sedang ibunya adalah Barah binti Syamuel.
Lalu Rasulullah SAW memilihnya untuk diri beliau sendiri,
membebaskannya dan menikahinya setelah penaklukan
Khaibar pada 7 H.
Setelah penaklukan Khaibar, Shafiyah dikumpulkan bersama
para tawanan. Setlah semua tawanan dikumpulkan, muncul
Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, seraya berkata, “Wahai Nabi
Allah, berikan kepadaku seorang tawanan wanita!””
Beliau bersabda, “Pergilah dan ambilah!”
Setelah dia memilih Shafiyah binti Huyai, ada seorang
menemui Nabi SAW seraya berkata, “Wahai Nabi Allah,
apakah engkau menyerahkan Shafiyah binti Huyai, putri
pemimpin Quraizah dan Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah
hanya pantas milik engkau.”
“Kalau begitu panggil dia bersama Shafiyah,” sabda beliau.
Setelah Shafiyah binti Huyai dihadirkan, beliau memandang
dirinya, lalu bersabda kepada Dihyah, “Ambilah tawanan
wanita selainnya!”
Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam, dan
dia pun memenuhinya. Setelah memerdekakannya, beliau
menikahinya. Ada pun mas kawinnya adalah pembebasan
dirinya. Setiba di Ash-Shahba dalam perjalanan ke Madinah,
Ummu Sulaim merias Shafiyah, dan malam itu menjadi
miliknya bersama beliau dan merupakan malam pengantinnya.
Untuk acara walimah dihidangkan korma, makanan dari
tepung, dan keju. Beliau berada di sana selama tiga hari.
Pada saat-saat beliau melihat ada bilur-bilur warna biru
membekas di wajah Shafiyah. Beliau bertanya, “Ada apa ini?”
Shafiyah menjawab, “Wahai Rasulullah, sebelum engkau
mendatangi kami, aku bermimpi melihat bulan seakan-akan
terlepas dari tempatnya dan jatuh di bilikku. Tidak, demi Allah,
aku tidak menyebut-nyebut diri engkau sedikit pun. Aku
menceritakan mimpiku ini kepada suamiku, lalu aku
menempeleng wajahku.”
77 |
“Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di Madinah,”
sabda Nabi SAW.
11. Maimunah binti Al-Harits
Dia adalah saudari Ummul Fadhl, Lubabah binti Al-Harits.
Rasulullah SAW menikahinya pada Dzul Qai’dah 7 H saat
umrah qadha’ setelah habis masa idahnya.
12. Mariyah Al-Qibthiyah
Dia dihadiahkan oleh Al-Muqaiqis dan melahirkan putra beliau,
Ibrahim, namun kemudian meninggal dunia selagi masih kecil
di Madinah semasa hidup beliau, tanggal 28 atau 29 Syawal
10 H, bertepatan dengan 27 Januari 632 M.
Putra-Putri Rasulullah SAW
Putra-putri beliau berjumlah tujuh orang: tiga laki-laki dan empat
perempuan. Semuanya lahir dari Rahim Khadijah r.a., kecuali Ibrahim
yang lahir dari Rahim Mariyah Al-Qibthiyah r.ha.. Yang laki-laki
bernama Qasim, Abdullah, dan Ibrahim. Putra beliau yang bernama
Qasim hanya sempat menghirup udara kehidupan di dunia ini
beberapa hari. Ia dilahirkan sebelum Nabi SAW diangkat menjadi
menjadi Nabi dan Rasul. Yang perempuan bernama Zainab,
Ruqayyah, Fathimah, dan Ummu Kultsum.
Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW meninggal dunia pada tahun 9
H, yang membuat beliau sangat sedih. Beliau bersabda kepada
Utsman, “Andaikan aku masih mempunyai putri yang ketiga, tentu
akan kunikahkan ia denganmu.”
Ibrahim putra Nabi SAW sebelum mencapai usia dua tahun sang
anak sakit. Mariyah Al-Qibthiyyah bersama saudaranya merawatnya,
namun ketetapan Allah tidak dapat dielakkan. Ibrahim wafat
dipangkuan Nabi SAW. Beliau mencucurkan air mata sambil
bersabda:
78 |
“Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan sesuatu yang hak, bukan juga
janji yang benar, dan seandainya yang kemudian di antara kita tidak
akan menyusul yang lebih dahulu dari kita, maka niscaya kami akan
bersedih karena kepergianmu dengan kesedihan yang melebihi
kesedihan ini. Sungguh wahai Ibrahim, kami amat bersedih,
bercucuran air mata, berduka hati, tetapi kami tidak akan berucap
yang mengundang murka Tuhan.
Nabi SAW selanjutnya menoleh kepada Mariyah, menghiburnya,
bahkan menghibur diri beliau dengan bersabda: “Sesungguhnya
Ibrahim adalah putraku. Dia wafat dalam usia menyusu. Sungguh dia
mempunyai dua orang yang menyempurnakan penyusuan di surga
(HR Muslim).
Terjadi gerhana matahari di hari wafatnya Ibrahim, sehingga orang
banyak berkata, “Matahari gerhana karena matinya”. Rasulullah SAW
langsung berkhutbah di hadapan orang banyak, berkata:
“Bahwa matahari dan bulan itu adalah 2 ayat dari ayat-ayat Allah
‘Azza wa Jalla, tidaklah keduanya gerhana karena mati seseorang
atau karena lahirnya.” (HR Muslim).
Cucu-cucu Rasulullah SAW
Fathimah binti Muhammad menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Dari
perkawinan ini lahirlah Hasan bin Ali dan Husen bin Ali, Ummi
Kultsum dan Zainab. Adapun Muhsin dan Ummi Klutsum meninggal
waktu masih kecil. Dan dari Fathimah Az-Zahra ini lahirlah dzuriyah
Rasul sampai sekarang, yang di masyarakat lazim dijuluki sayid,
habib ataupun Syarief.
Kisah keislaman Salman Al-Farisi
Salman Al-Farisi menceritakan kisahnya tentang Rasulullah SAW:
Seorang rahib Gomora berkata, “Wahai anakku, telah sampai
kepadamu zaman seorang nabi yang diutus dengan agama Ibrahim.
Ia muncul di tanah Arab berhijrah ke tanah yang berada di antara dua
79 |
daerah berbatu. Di antara kedua daerah berbatu tersebut terdapat
perkebunan kurma yang memiliki ciri-ciri yang jelas. Nabi tersebut
makan dari hadian dan bukan dari sedekah, dan di antara kedua
pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika engkau dapat pergi ke
negeri tersebut maka pergilah.”
Kemudian rahib tersebut meninggal dan dikuburkan. Lalu aku
menetap di Gomora beberapa lama, sesuai dengan kehendak Allah.
Kemudian ada beberapa pedagang dari kalib melewatiku. Aku pun
berkata kepada mereka, “Bawalah aku ke tanah Arab. Sebagai
imbalannya, aku akan memberikan kepada kalian sapi-sapiku dan
hartaku ini.” Mereka menjawab, “Ya.”
Maka aku pun memberikan kepada mereka semua itu, dan mereka
membawaku. Sampai ketika mereka tiba di Wadil Qura, mereka
menzalimiku. Mereka menjualku sebagai budak kepada seorang
Yahudi. Lalu aku pun bersama orang Yahudi tersebut, sampai aku
melihat perkebunan kurma. Dan aku berharap itulah negeri yang
diterangkan oleh sahabatku. Ketika aku bersama orang Yahudi itu,
datanglah anak pamannya dari Madinah. Demi Allah, aku tidak
melihat tempat itu kecuali aku mengenalinya dari keterangan
temanku, rahib Gomora. Aku lalu tinggal di Madinah dan Allah
mengutus Rasul-Nya di Mekkah lalu ia tinggal di sana.
Selama ia tinggal di sana, aku tidak mendengar kabar tentangnya
sedikit pun. Sedangkan aku sibuk dengan kehidupanku sebagai
budak. Kemudian ia pun hijrah ke Madinah. Demi Allah, ketika aku
sedang berada di atas pohon kurma milik tuanku melakukan
pekerjaanku, dan tuanku duduk di bawah. Tiba-tiba datanglah anak
pamannya sampai ia berdiri di dekatnya, ia berkata, “Allah telah
memerangi Bani Qilah. Mereka sekarang sedang berkumpul di Quba
dengan seseorang yang datang dari Mekkah hari ini. Mereka
meyakini orang tersebut adalah nabi.”
Ketika aku mendengarnya, aku langsung kaget sampai aku mengira
akan jatuh menimpa tuanku. Aku pun turun dari pohon kurma itu, lalu
berkata kepada anak paman tuanku, “Apa yang engkau katakana,
apa yang engkau katakan?” Lalu tuanku marah dan langsung
80 |
memukulku dengan keras, kemudian berkata, “Apa urusanmu dengan
hal itu? Teruskanlah pekerjaanmu.” Aku berkata, “Tidak ada apa-apa,
aku hanya ingin memastikan apa yang dikatakannya.”
Aku memiliki sesuatu yang telah kukumpulkan.Maka, ketika waktu
telah sore, aku pergi dengan membawa yang telah aku kumpulkan itu
kepada Rasulullah, ketika beliau masih berada di Quba. Aku
menemuinya, lalu aku berkata kepadanya, “Ada berita yang sampai
kepadaku bahwa engkau ini adalah seorang yang shaleh, dan
engkau bersama pengikut-pengikutmu yang asing lagi membutuhkan.
Ini sesuatu yang aku miliki untuk aku sedekahkan kepadamu. Maka
aku melihat, kalian lebih berhak mendapatkannya dari pada yang
lain.” Lalu aku mendekatinya, maka Rasulullah berkata kepada para
pengikutnya, “Makanlah oleh kalian ini.” Sedangkan Rasulullah tidak
memakannya. Aku berkata di dalam diriku, “Ini ciri yang pertama.”
Kemudian aku pulang lalu mengumpulkan sesuatu. Sedangkan
Rasulullah telah pindah ke Madinah. Kemudian aku mendatanginya
dengan membawa apa yang telah aku kumpulkan. Aku berkata
kepadanya, “Aku telah melihatmu tidak mau memakan sedekah,
maka ini hadiah. Aku ingin memuliakanmu dengan ini.” Maka
Rasulullah SAW memakannya dan menyuruh para sahabatnya untuk
makan bersamanya. Aku berkata di dalam hatiku, “Inilah dua ciri itu.”
Lalu aku datang kepada Rasulullah, saat ia sedang berada di Baqi’
mengantarkan jenazah salah seorang sahabatnya. Ketika itu, ia
mengenakan dua helai kain. Ia sedang duduk di antara para
sahabatnya. Aku mengucapkan salam kepadanya, kemudian aku
memutarkan pandanganku ke punggungnya, apakah ada tanda
kenabian yang diterangkan sahabatku. Ketika Rasulullah melihatku,
aku langsung berpaling. Beliau mengetahui, kalau akau sedang
menyelidikanya tentang ciri yang telah diberitahukan kepadaku. Maka
ia menjatuhkan selendangnya dari punggungnya. Aku pun langsung
melihat tanda tersebut, dan aku mengenalinya. Lalu aku langsung
merangkulnya dan menciuminya sambil menangis. Rasulullah lantas
berkata kepadaku, “Pindahlah.” Aku lalu berpindah dan duduk di
hadapannya. Kemudian aku mengisahkan kepadanya kisahku. (HR
Ahmad).
81 |
Mengalihkan Kiblat ke Ka’bah
Pada menjelang tujuh belas bulan tinggal di Madinah, Allah SWT
menurunkan ayat yang mengalihkan Kiblat dari Baitul Maqdis ke
Masjidil Haram,
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit,
maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi.
Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana
saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan
sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu,
bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka.
Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS AlBaqoroh, 2: 144)
Orang-orang Yahudi ternyata menyesalkan pengalihan kiblat itu.
Mereka berupaya memperdaya, dengan mengatakan, bahwa mereka
akan mau jadi pengikutnya kalau ia kembali ke kiblat semula.
Disini firman Allah SWT menyebutkan,
82 |
“Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan
berkata,”Apakah yang memalingkan mereka (muslim) dari kiblat yang
dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” katakanlah (Muhammad),
“Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
”Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami
tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya
melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu
sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah.
Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha
Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (QS Al-Baqoroh, 2:
142-143)
83 |
Masjid Qiblatain
84 |
Peperangan
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian,
tetapi jangan melampui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orangorang yang melampui batas. (Al-Baqoroh, 2: 190)
Jumlah Peperangan Rasulullah SAW
Diriwayatkan dari Abu Ishaq: Abdullah bin Yazid keluar (dari
rumahnya) untuk melakukan shalat istisqa bersama orang banyak.
Lalu dia melakukan shalat dua rakaat, kemudian berdoa mohon
hujan. Kemudian aku bertemu dengan Zaid bin Arqam pada hari itu
juga, dia bersama seorang laki-laki. Kemudian aku bertanya
kepadanya, “Berapa kali Rasulullah SAW berperang?” Dia menjawab,
“Sembilan belas kali.” Aku menanyakan lagi,’berapa kali engkau
berperang bersama beliau?” Dia menjawab, “Tujuh belas kali.” Aku
bertanya,”Apa nama perang beliau yang pertama kali?” Dia
menjawab,”Perang dzatul ‘Usair atau (Dzatul) ‘Usyair.” (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Buraidah r.a.: “Rasulullah SAW berperang sembilan
belas kali. Di antaranya, beliau bertempur (secara langsung di
medang perang) delapan kali” (HR Muslim)
 Perang Waddan, Perang Pertama yang Diikuti Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW keluar dari Madinah
hingga sampai di daerah Waddan. Perang Waddan
merupakan sebutan lain untuk perang Al-Abwa’. Rasululullah
SAW bermaksud untuk menyerang orang-orang Quraisy dan
bani Dhamrah bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah. Namun
akhirnya beliau berdamai dengan bani Dhamrah di Al’Abwa.
Dalam proses perdamaian ini Bani Dhamrah diwakili pemimpin
mereka yang bernama Makhsyi bin Amr Adh-Dhamri.
Kemudian Rasulullah SAW kembali ke Madinah tanpa ada
85 |
perlawanan apapun. Rasulullah SAW menetap di Madinah
hingga sisa akhir bulan Shafar dan awal-awal bulan Rabiul
Awwal.
 Perang Badar Kubra
 Waktu : hari Jum’at 17 Ramadhan 2 Hijriyah
 Tempat : Dekat sumur antara Mekah dan Madinah, milik
seorang lelaki bernama Badar. Akhirnya sumur itu dinamai
dengan nama pemiliknya.
Jumlah pasukan muslimin dalam perang Badar
Diriwayatkan dari Al-Bara’ r.a., dia berkata: Saya diberitahu
oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW yang turut dalam
perang Badar bahwa jumlah mereka sama dengan
pasukan Thalut yang turut bersamanya menyebrangi
sungai Yordan, yaitu 310 orang lebih. Kata Al-Bara’ r.a.:
Demi Allah! Tidak ada orang yang turut menyebrangi
sungai bersama Thalut kecuali seorang mukmin. (HR
Bukhari).
Malam Jumat, 17 Ramadhan 2 H, Nabi menyiapkan
tentaranya. Beliau menunjuk tempat-tempat di mana kaum
musyrik akan terbunuh.
Malam itu, kaum Muslim dilanda kantuk. Mereka tidur
dengan tenang dan pulas sehingga besoknya bugar dan
kuat, sedangkan Nabi tidak tidur semalaman. Beliau
mengerjakan shalat dan berdoa sampai pagi. Begitu fajar
merekah, beliau mengajak para sahabat mengerjakan
shalat.
Menjelang pertempuran, Nabi merapikan barisan prajurit
seraya menyuntikkan semangat jihad.
“Demi Zat yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, siapa yang berperang hari ini, lalu terbunuh dalam
keadaan sabar, ikhlas karena Allah, maju terus pantang
mundur, maka Allah menjanjikan surga baginya.”
Beliau mengambil segenggam kerikil, lalu menebarkannya
ke arah Quraisy seraya berkata,”Binasalah kalian semua!”.
86 |
Baju besi Nabi SAW dan baju perang
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a., Nabi SAW
berdoa di dalam tenda:”Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu
agar Engkau memenuhi janji-MU. Ya Allah! Jika Engkau
mau (membiarkan kami kalah), maka setelah hari ini
Engkau tidak akan disembah (oleh umat manusia)”. Abu
Bakar r.a. memegang tangan Nabi SAW dan berkata, “Ya
Rasulullah! Sudah cukup kiranya Anda berdoa dengan
maksimal kepada Tuhan Anda”. Ketika itu Rasulullah SAW
mengenakan baju besi, kemudian beliau keluar sambil
membaca ayat Al-Quran (yang artinya): “Golongan itu
(orang-orang kafir Quraisy) akan dikalahkan dan mereka
akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat adalah
hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari kiamat itu
lebih dahsyat dan lebih pahit”. (QS Al-Qamar: 45-46) (HR
Bukhari)
Hari Jum’at pagi kedua pasukan saling berhadapan.
Masing-masing mendekat untuk memulai pertempuran.
Tiba-tiba dari pasukan musyrik muncul Utbah ibn Rabi’ah,
saudaranya, Syaibah, dan putranya, Walid ibn Utbah.
Mereka menantang duel. Pemuda-pemuda Anshar maju,
tetapi mereka tolak. Mereka minta lawan yang sepadan.
Atas perintah Nabi, majulah Hamzah ibn Abdul Muththalib,
Ubaidah ibn al-Harits ibn Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi
Thalib. Kesemuanya keluarga terdekat Nabi.
Setelah bertempur, ketiga prajurit musyrik itu terkapar.
Ubaidah yang terluka diangkat oleh Hamzah dan Ali ke
barisan kaum muslim. Sebuah pembukaan buruk bagi
kaum musyrik.
Selanjutnya pertempuran berlangsung sengit. Nabi ikut
terjun. Ali bertutur, “Kalian telah menyaksikan bagaimana
kami di Badar. Kami berlindung di balik Rasulullah.
Beliaulah yang paling dekat dengan musuh, dan paling
perkasa.”
87 |
Masuk waktu Ashar tak satu pun orang musyrik tersisa.
Mereka yang masih hidup melarikan diri. Sementara itu, di
pihak Muslim empat belas orang gugur sebagai syuhada
terdiri dari enam orang dari kaum Muhajirin dan delapan
orang dari kaum Anshar. Tidak ada seorang pun yang
tertawan.
Kaum musyrik yang tewas total berjumlah 49 orang. Nabi
menghormati jenazah kaum musyrik. Mereka tak dibiarkan
menjadi santapan hewan buas. Semua dimasukkan ke
sumur tua yang sudah tak berair, lalu ditimbun tanah
sebagai penghormatan atas status mereka sebagai
manusia.
Diriwayatkan dari Thalhah r.a., dia berkata: Pada saat
perang Badar, Nabi SAW memerintahkan untuk membuang
24 mayat para tokoh Quraisy, kemudian mereka
dilemparkan ke dalam suatu sumur kering yang kotor di
Badr. Setelah berhasil mengalahkan musuh, biasanya
Rasulullah tinggal di medan tempur selama tiga malam.
Pada hari yang ketiga dalam perang Badr, Rasulullah SAW
meminta agar ontanya disiapkan. Beliau menaikinya,
kemudian berjalan dengan diikuti para sahabatnya. Mereka
berkata, “Kita tidak lah melihat Rasululah SAW berangkat
seperti ini kecuali dengan tujuan tertentu”. Sesampainya di
bibir sumur tersebut, Rasulullah SAW segera memanggil
nama-nama tokoh Quraisy yang terbunuh dengan
menyebut pula bapak-bapak mereka, “Hai Fulan bin Fulan!
Hai Fulan bin Fulan! Bukankah kalian akan memperoleh
kesenangan seandainya kalian mematuhi Allah dan RasulNya? Sungguh kami telah mendapati kebenaran janji
Tuhan kami kepada kami. Apakah kalian juga telah
mendapati kebenaran janji tuhan kalian kepada kalian?”
Umar bertanya, “Ya Rasulullah! Mengapa Anda berbicara
dengan jasad-jasad yang sudah tak bernyawa? Rasululah
SAW bersabda, “Demi Allah yang menggenggam jiwa
Muhammad! Sungguh mereka mendengar ucapanku
melebihi pendengaran kalian.” (HR Bukhari).
88 |
Terbunuhnya Abu Jahal
Abdurrahman bin Auf pernah bercerita:
“Di hari perang Badar ketika aku berada di tengah barisan,
setiap kali aku menoleh ke kanan dan ke kiriku kudapatkan
dua orang pemuda yang masih muda sekali usianya. Aku
khawatir akan keselamatan keduanya. Tiba-tiba salah
seorang dari mereka berdua membisikkan sesuatu ke
telingaku: “Hai Paman tunjukkan kepadaku yang manakah
Abu Jahal itu?” Jawabku: “Apa maksudmu dengannya?”
Jawab pemuda itu: Aku telah bersumpah jika aku bertemu
padanya akan kubunuh atau aku mati karenanya.
“Kemudian kata yang seorang lagi seperti yang dikatakan
oleh yang pertama. Setelah dekat kutunjukkan para kedua
pemuda itu si Abu Jahal itu. Keduanya segera menyerang
Abu Jahal dengan pedangnya seolah-olah dua ekor
rajawali. Kedua pemuda itu adalah dua orang bersaudara
Ibnu Afra.”
Dua orang pemuda berasal dari kaum Anshar, yaitu Muaz
bin Amr Al-Jamuh, 14 tahun dan Muawwiz bin Afra, 13
tahun. Keduanya pemuda tersebut berhasil melukai Abu
Jahal dengan cukup parah. Muawwiz gugur di tangah
Ikrimah anak Abu Jahal, sedangkan Muaz putus
tangannya. Pada akhirnya Abu Jahal terbunuh oleh
Abdullah bin Mas’ud.
Diriwayatkan dari Anas r.a., dia berkata: Nabi SAW pernah
bersabda, “Siapa yang sudi menyelidiki apa yang diperbuat
oleh Abu Jahal?” Maka Abdullah bin Mas’ud berangkat, lalu
menemukan Abu Jahl sedang sekarat karena tebasan
pedang dua putra Afra’. Abdullah bin Mas’ud bertanya:
“Apakah kamu Abu Jahl?” Abdullah bin Mas’ud memegang
janggut Abu Jahal, lalu Abu Jahal berkata “Haruskah kalian
membunuh seorang penguasa perkasa, atau: Apakah
seorang laki-laki perkasa dan terhormat dibunuh oleh
kaumnya sendiri ? (HR Bukhari).
89 |
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kisah Perang Badar,
tercantum dalam QS Ali-Imran, 3 : 121-125
121. Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat pada pagi
hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang beriman
pada pos-pos pertempuran. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui,
122. ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena
takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.
123. Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar,
padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada
Allah, agar kamu menyukuri-Nya.
124. (Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada
orang-orang beriman, "Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah
90 |
membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari
langit)?"
125. "Ya" (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka
datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah
menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.
Hari terjadinya Perang Badar, dalam al-Qur’an disebut juga dengan
yaumul furqan (furqan berasal dari kata farraqa, artinya memisahkan,
membedakan; yaumul furqan artinya: hari pembedaan antara
kebenaran dan kebatilan). Sebagaimana disebutkan dalam surah AlAnfal:
“Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul,
anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu
beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya
dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.(QS Al-Anfal, 8:
41).
#Mukjizat Nabi Muhammad SAW
Mengetahui Harta yang Dikubur dalam Tanah
91 |
Ketika kaum Quraisy mengirim utusan untuk menebus kaum mereka
yang ditawan oleh Rasulullah SAW setelah Perang Badar, masingmasing orang menebus tawanan dengan apa yang mereka sukai.
Saat itu, Abbas adalah seorang tawanan. Ia berkata, “Wahai
rasulullah, aku adalah seorang muslim.”
Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Allah lebih mengetahui
keislamamanmu. Jika yang kau katakan benar, maka Allah akan
membalasmu. Tetapi fisik tubuhmu berada dalam kekuasaan kami,
maka tebuslah dirimu dan kedua anak saudaramu!”
Abbas menjawab, “Aku tidak memiliki tebusan itu.”
Rasulullah SAW menyanggah, “lalu di mana harta yang kau pendam
bersama Ummul Fadhal, lalu kaukatakan padanya, ‘Jika aku mati
dalam perjalananku ini, maka harta yang kupendam ini untuk kedua
anakku; al-Fadahl dan Abdullah serta Qutsam.”
Mendengar sanggahan rasul itu, Abbas berkata, “Wahai Rasulullah,
sungguh, tidak ada seorang pun yang tahu tentang harta itu, kecuali
aku dan Ummul Fadhal.”
92 |
Peta Lokasi Perang Badar
(sumber: https://endio.files.wordpress.com)
Lokasi Perang Badar (sumber: http://www.republika.co.id)
 Perang Bani Sulaim dan Bani Qainuqa
Bani Sulaim bergerak untuk menyerang Madinah seminggu
setelah kaum Muslim pulang dari Perang Badar, pada bulan
Muharram than ke-3 Hijriyah. Rasululullah SAW tidak tinggal
diam. Rencana penyerangan Bani Sulaim itu telah diantisipasi
dengan penyiapan pasukan untuk menghadapi mereka. ‘Ali bin
Abi Thalib diamanahkan memegang panji perang berwarna
merah.
Rasulullah SAW membawa pasukan Muslim ke luar Madinah
hingga tiba di sumur al-Kudr. Kudr artinya “keruh” karena
burung yang ada di sana berwarna keruh abu-abu. Selama
tiga hari, kaum Muslim tinggal di sana tanpa melakukan
peperangan. Setelah itu kembali ke Madinah. Dalam riwayat
lain, kaum Muslim mengepung Bani Sulaim di rumah-rumah
mereka dan berhasil mendapatkan rampasan perang
kemudian pulang ke Madinah dengan selamat (Ibnu Hisyam
dan Zadul Ma’ad)
93 |
Pedang Nabi SAW di Museum Topkapı Palace, Istambul,Turki
Perang Bani Qainuqa
Sebelumnya telah disepakati pernjanjian antara kaum Muslim
dan Yahudi. Tetapi orang-orang Yahudi telah melumuru
lembaran sejaran mereka dengan pengkhiatan dan
pelanggaran janji, ternyata tidak menyimpang jauh dari tabiat
mereka yang lebih suka memilih tipu daya, persekongkolan,
menimbulkan keresahan dan keguncangan di barisan orangorang Muslim.
Ibnu Hisyam meriwayatkan dari Abu Aun, bahwa ada
seseorang wanita Arab yang datang ke pasar Bani Qainuqa’
sambil mengenakan jilbabnya. Dia duduk di dekat pengarjin
perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang di antara mereka
bermaksud hendak menyingkap kerudung yang menutupi
wajahnya. Tentu saja wanita Muslimah itu berontak. Dengan
diam-diam tanpa diketahui wanita Muslimah itu, pengrajin
perhiasan tersebut mengikat ujung bajunya, sehingga tatkala
bangkit, auratnya tersingkap. Mereka pun tertawa dibuatnya.
Secara spontan wanita muslimah berteriak. Seorang laki-laki
Muslim yang ada di dekatnya berlari ke arah pengrajin
perhiasan dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya
mengikat laki-laki Muslim itu lalu membunuhnya. Kejadian ini
94 |
disebarluaskan orang-orang Muslim kepada sesamanya, dan
mereka pun siap untuk menyerang orang-orang Yahudi Bani
Qainuqa’.
Pada saat itu kesabaran Rasulullah SAW sudah habis. Setelah
mengangkat Abu Lubabah bin Abdul Mundzir sebagai wakil
beliau di Madinah dan bendera diserahkan kepada Hamzah
bin Abdul Muththalib, beliau mengerahkan tentara Allah
menuju Bani Qainuqa’.
Karena orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ bertahan di
benteng mereka, maka beliau mengepung mereka secara
ketat. Saat itu hari Sabtu pada pertengahan Syawal 2 H.
Pengepungan berjalan selama 15 hari hingga muncul hilal
bulan Dzul-Qa’idah. Akhirnya mereka menyerah kepada
keputusan Rasulullah SAW untuk berbuat apapun terhadap diri
mereka, harta, para wanita dan keluarga mereka.
Beliau memerintahkan agar orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’
meninggalkan Madinah sejauh-jauhnya, dan tidak boleh hidup
bertetangga. Maka mereka pergi ke perbatasan Syam, dan
tiada seberapa lama, banyak di antara mereka yang meninggal
dunia.
Sementara itu, beliau menahan harta benda mereka. Beliau
sendiri mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga
pedang, dan tiga tombak serta seperlima harta rampasan.
Muhammad bin Maslamah diberikan tanggung jawab untuk
mengumpulkan semua harta rampasan perang.
 Perang As-Sawiq
Perang As-Sawiq berawal dari kepulangan pasukan musyrik
ke Mekkah seusai mengalami kekalahan dalam Perang Badar.
Abu Sufyan bernazar tidak akan mandi junub sampai ia
berhasil menyerang Rasulullah SAW. Dalam upaua
merealisasikan nazarnya itu, Abu Sufyan keluar Mekkah pada
5 Dzulhijjah, 22 bulan setelah hijrah, bersama 200 pasukan
berkuda.
95 |
Abu Sufyan dan pasukannya memasuki al-Uraidh, salah satu
sudut Madinah, dengan cara mengendap-ngendap. Setelah itu
mereka membakar pohon-pohon kurma yang ada di wilayah
tersebut. Pada saat itu mereka bertemu dengan seorang lelaki
Anshar dan seorang sekutunya. Pertempuran kecil tak
terelakkan. Lalu, mereka membunuh keduanya, setelah itu
mereka kembali ke Mekkah.
Berita ini sampai kepada Rasulullah SAW dan dengan cepat
beliau mengejar mereka hingga ke wilayah Qarqarah al-Kadr.
Sayang, pasukan Muslim tak menemukan satu pun pasukan
Abu Sufyan. Mereka berhasil melarikan diri dan meninggalkan
Sawiq dan perbekalan agar lebih ringan.
Sawiq adalah sejenis makanan gandum yang dicampur daging
dan susu. Karena itu perang ini disebut dengan Perang sawiq
atau Qarqarah al-Kadr.
 Perang Dzu ‘Amr
Sekembalinya dari perang Sawiq, Rasulullah SAW tinggal di
Madinah pada sebagian bulan Dzulhijjah atau hampir sebulan
penuh, lalu pergi ke Najed untuk memerangi orang-orang
Ghathafan. Itulah yang dinamakan Dzu Amar.
Rasulullah SAW menunjuk Utsman bin Affan sebagai Imam di
Madinah untuk sementara waktu. Rasulullah SAW tinggal
selama sebulan atau mendekati sebulan berada di Najed, lalu
pulang kembali ke Madinah karena tidak ada perlawanan.
Beliau menghabiskan sisa bulan Rabiul Awwal atau sedikit dari
bulan Rabiul Awwal di Madinah.
 Perang Al-Furu di Bahran
Rasulullah SAW pergi untuk memerangi orang-orang Quraisy.
Rasulullah SAW mengangkat ibnu mmu Maktum sebagai
imam pengganti sementara di Madinah.
Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan hingga sampai di
Bahran, satu kawasan pertambangan di Hijaz dari arah AlFuru’. Beliau menetap selama bulan Rabiul Akhir dan Jumadil
96 |
Ula di kawasan. Setelah itu kembali pulang ke Madinah,
karena tiada perlawanan.
 Perang Uhud
 Waktu : Pertengahan bulan 2 Syawal tahun 3 Hijriyah / 23
Maret 625 M
 Tempat : Kaki Bukit Uhud, Utara Madinah
Para Malaikat menolong Nabi SAW
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash berkata, “Aku melihat di sisi
kanan Rasulullah SAW dan di sisi kirinya dua orang
dengan pakaian putih pada perang Uhud berjuang
melawan musuh dengan dahsyat dan aku belum pernah
melihat mereka sebelum ataupun sesudah itu. (HR Bukhari
dan Muslim).
Rasulullah SAW bermunajat dalam peristiwa Perang Uhud,
“Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka orang-orang
yang belum mengerti.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pasca Perang Badar kaum Quraisy sepakat untuk
memerangi kaum muslimin dengan kekuatan penuh. Untuk
meredakan amarah mereka dan untuk mengenyangkan
amarah kedengkian mereka, mereka menyiapkan segala
sesuatu untuk mengeluarkan segala daya dan upaya demi
peperangan ini.
Rasulullah SAW meminta pendapat dari para sahabatnya,
apakah mereka pergi menemui kaum Quraisy atau mereka
bertahan di Madinah. Rasulullah SAW sendiri cenderung
untuk tidak keluar dari Madinah dan bertahan di dalamnya.
Jika Quraisy memasuki kota Madinah, kaum muslimin akan
menyerang mereka dari mulut gang dan kaum wanita
menyerang dari atap rumah. Abdullah bin Ubay menyetujui
pendapat ini. Namun, beberapa sahabat utama yang turut
dalam Perang Badar mengungkapkan bahwa mereka ingin
menemui Quraisy di luar Madinah dan mereka memohon
kepada Rasulullah untuk itu.
97 |
Pada perang ini, Abu Sufyan pemimpin Quraisy,
mendatangi Madinah dengan hampir tiga ribu orang
Quraisy dan sekutu-sekutunya. Mereka datang dengan
membawa istri-istrinya. Ia berhenti di sebuah tempat
bernama Ainain di dekat gunung Uhud.
Rasulullah SAW berangkat dengan membawa seribu orang
pasukan. Beliau menugaskan Ibnu Ummi Maktum untuk
menjaga kota Madinah dan menjadi imam shalat bagi
orang-orang yang tinggal di Madinah.
Rasulullah SAW berangkat pada hari Jum’at, ketika tiba di
Syauth, yaitu sebuah daerah yang terletak antara Madinah
dan gunung Uhud, tanpa disangka-sangka mendadak
Abdullah bin Ubay memutuskan untuk pulang dengan
sepertiga jumlah pasukan. Rasulullah SAW bersabda
kepadanya, “Kamu menentangku dan lebih mendengar
orang lain.”
Pasukan Pemanah Melanggar Perintah Rasulullah SAW
Ketika pasukan pemanah melihat kesalahan yang menimpa
kaum Quraisy dan sekutunya, serta melihat ghanimah
(rampasan perang) di medan pertempuran, maka hal
tersebut menarik mereka untuk meninggalkan posisi
mereka, karena menyangka bahwa peperangan telah
berakhir. Mereka berkata kepada pimpinan mereka,
Abdullah bin Jubair, “Itu ghanimah. Para sahabat kalian
telah mengalahkan mereka. Jadi, apa yang kalian tunggu?”
Maka Abdullah bin Jubair berkata, “Apa kalian lupa apa
pesan Rasulullah SAW kepada kalian?’ Mereka menjawab,
“Sungguh kita harus mendatangi mereka agar kita
mendapat
ghanimah.”
Kemudian
mereka
pergi
mengumpulkan ghanimah dan tidak memperdulikan
perkataan pimpinan mereka.
Ibnu Abbas menggambarkan keadaan pasukan pemanah
pada situasi itu. Dia mengatakan, “Ketika Nabi SAW telah
berhasil mendapatkan ghanimah dan memukul mundur
pasukan musyrikin, tiba-tiba pasukan pemanah menyerbu
98 |
turun semua dan bergabung dengan pasukan yang lain.
Mereka bergabung dengan pasukan Rasulullah SAW dan
mereka tetap dalam keadaan seperti itu-sambil kedua
tangannya menjalin jari-jarinya- maka mereka pun
bercampur satu sama lain. Ketika terjadi keributan seperti
itu dan pasukan pemanah berbaur di dalamnya,
sekelompok pasukan berkuda (dari pasukan musyrikin)
masuk dari tempat (para pemanah) dan mendekati para
sahabat Nabi SAW, lalu terjadilah pertempuran yang sengit
di antara mereka dan keadaan semakin kacau, sehingga
banyak di antara kaum muslimin yang terbunuh.
Khalid bin Walid yang saat itu mengepalai pasukan
berkuda kaum musyrik, yang melihat kesempatan yang
sangat tepat untuk melakukan pengepungan di sekita kaum
muslimin. Ketika kaum musyrikin melihat hal tersebut,
maka mereka pun segera kembali untuk bertempur dan
mengepung kaum muslimin dari dua arah. Kaum muslimin
telah kehilangan posisi mereka yang pertama dan mulailah
mereka bertempur dengan centang perentang, tanpa
adanya aturan dan kesatuan yang menghimpun mereka.
Bahkan, mereka tidak bias lagi membedakan sebagian di
antara mereka.
Hingga akhirnya, mereka membunuh Al-Yaman-ayahanda
Hudzaifah bin Al-Yaman-karena kesalahan. Mulailah kaum
muslimin berjatuhan sebagai syuhada’ di medan
pertempuran dan kehilangan kontak dengan Rasulullah
SAW.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. : Pada hari terjadinya
Perang Uhud, Rasulullah SAW dilindungi oleh tujuh orang
laki-laki Anshar dan dua orang laki-laki Quraisy (Muhajirin).
Ketika orang-orang musyrik mengepung dan mendekati
Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Siapakah yang
bersedia mengusir mereka dari kami? Maka, balasan
baginya adalah surga, atau dia adalah temanku di surga.”
Lalu seorang laki-laki Anshar maju dan menggempur
99 |
musuh sampai dia gugur. Kemudian, ketika musuh-musush
itu masih mengepung Rasulullah SAW, beliau bersabda,
“Siapakah yang bersedia mengusir mereka dari kami?
Maka, balasan baginya adalah surga, atau dia adalah
temanku di surga.” Lalu seorang laki-laki Anshar maju dan
menggempur musuh sampai dia gugur. Demikianlah,
hingga ketujuh orang (Anshar) yang melindungi beliau
tewas semua. Akhirnya Rasulullah SAW bersabda kepada
kedua sahabat Muhajirin yang berada disampingnya, “Kita
tidak berlaku adil kepada kawan-kawan kita (orang-orang
Anshar karena mereka yang maju satu per satu sampai
tewas semua).” (Shahih Muslim)
Pada perang Uhud ini Rasululullah SAW mengalami luka.
Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim,
sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hazim,
sesungguhnya ia ditanya tentang luka yang dialami oleh
Rasulullah SAW. Ia menjawab,
“Demi Allah sesungguhnya aku tahu siapa yang menyeka
untuk membersihkan luka Rasulullah SAW, siapa yang
membantu menuangkan air, dan dengan apa luka beliau
diobati. Fatimah lah yang menyeka untuk membersihkan
luka beliau, dan Ali lah yang membantu menuangkan air
dengan menggunakan gayung yang terbuat dari pelepah
kurma. Melihat air justru semakin banyak mengeluarkan
darah, Fatimah kemudian mengambil selembar tikar lalu
dibakarnya, kemudian abunya ia tempelkan pada bagian
luka beliau sehingga darahnya berhenti, tidak mengalir
lagi.”
Diriwayatkan dari Anas r.a.: Pada waktu Perang Uhud, gigi
seri Rasulullah SAW patah dan kepala beliau luka. Lalu
beliau menghapus darah tersebut seraya bersabda,
“Bagaimana bisa beruntung orang-orang yang melukai
kepala Nabi mereka dan mematahkan giginya? Padahal dia
mengajak kepada Allah? Kemudian Allah Ta’ala
menurunkan ayat Al-Qur’an, Tak ada sedikit pun campur
100 |
tanganmu dalam urusan mereka itu … (QS Ali Imran, 3:
128)” (Shahih Muslim).
Perang Kaum Wanita Bersama Kaum Laki-laki
Anas r.a. berkata, “Ketika perang Uhud orang-orang kabur
dari Nabi SAW sedangkan Abu Thalhah tetap bertahan di
dekat Nabi SAW untuk melindungi beliau dengan
perisainya. Abu Thalhah adalah seorang yang ahli
memanah yang apabila mengenai target langsung
menembus kulit. Pada perang itu dia telah mematahkan
dua atau tiga anak panah karena sangat kerasnya
bidikannya. Ada seorang laki-laki lewat di hadapannya
dengan membawa sarung anak panah dan berkata,
“Berikanlah ini kepada Abu Thalhah.” Maka Nabi SAW
mendongakkan kepala beliau melihat keberadaan musuh,
maka Abu Thalhah berkata, “Wahai Nabi Allah, demi ayah
ibuku
sebagai
tebusannya,
janganlah
baginda
mendongakkan kepala sebab bisa jadi ada panah musuh
yang mengenai baginda. Cukup aku saja sebagai
taruhannya. “ Sungguh aku melihat Aisyah binti Abu Bakar
dan Ummu Sulaim, keduanya mengangkat pakaiannya
setinggi mata kakinya sehingga terlihat perhiasan yang ada
pada betisnya. Keduanya membawa kendi-kendi air untuk
memberi minum kepada mulut-mulut dari orang yang
terluka. Sementara itu pedang musuh telah mengenai
badan Abu Thalhah dua atau tiga kali.” (HR Bukhari)
Mutilasi Syuhada
Di bawah pimpinan Hind binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan,
mereka mengunjungi para korban sesaat setelah
kekacauan pasukan Muslim, lalu memutilasi Syuhada.
Mereka memotong telinga dan hidung serta membelah
perut para korban. Hindun melepaskan dendamnya dengan
mengambil hati Hamzah r.a., paman Nabi, dan
mengunyahnya, tetapi dia tidak mampu menelannya
sehingga memuntahkannya. Telinga dan hidung para
101 |
korban dijadikan oleh Hindun sebagi anting dan kalung,
sedang kalung emas dan antingnya diberikan kepada
Wahsyi yang membunuh Hamzah sebagai tanda terima
kasih.
Mendengar/melihat syuhada diperlakukan secara tidak
manusiawi, Rasulullah SAW sangat sedih dan marah.
Sebelum kaum musyrik meninggalkan Uhud, panglima
mereka Abu Sufyan meneriaki kaum Muslim: “Apakah di
tengah kalian ada Muhammad?” Nabi SAW melarang
menjawabnya.
Sampai pada akhirnya Abu Sufyan berkata: “Kita bertemu
di Badar tahun depan.’ Nabi memerintahkan menjawab:
“baiklah. Itu janji antara kami denganmu.”
Ketika Rasulullah SAW kembali dari perang Uhud, beliau
mendengar wanita-wanita Anshar menangis. Maka beliau
bersabda, “Akan tetapi Hamzah tidak ada yang
menangisinya.” Berita tersebut sampai kepada wanitawanita Anshar, maka mereka pun menangisi Hamzah.
Setelah itu beliau pergi tidur sejenak dan ketika terbangun,
ternyata kaum wanita itu masih saja menangis. Maka beliau
pun bersabda “Celaka mereka,mengapa mereka masih
menangis di sini. Suruhlah mereka semua pulang,
kemudian janganlah mereka menangisi orang yang
meninggal setelah hari ini.”
102 |
Gunung Uhud, Madinah
 Perang Dzatur Riqa’
Mayoritas penulis kisah peperangan menyebutkan peperangan
ini terjadi pada 4 H. Tetapi dengan andilnya Musa Al-Ays-ari
dan Abu Hurairah dalam peperangan ini, menujukkan bahwa
peperangan ini terjadi setelah Perang Khaibar. Menurut
beberapa riwayat, terjadi pada bulan Rabiul’ Awwal 7 H.
Abu Musa berkata, “Kami keluar bersama Nabi SAW dalam
suatu peperangan. Saat itu kami berjumlah enam orang dan
kami hanya memiliki satu ekor unta yang kami gunakan secara
bergantian. Kaki-kaki kami menjadi tipis (karena berjalan)
begitu juga kuku-kuku kakiku tercabut. Kami lalu membungkus
kaki-kaki kami dengan khiraq (sobekan-sobekan kain), oleh
karena itu perang ini dinamakan perang Dzatur Riqa’, karena
kami membalut kaki-kaki kami dengan khiraq.’ Abu Musa telah
menceritakan kepada kami hadits ini, namun dia tidak
menyukainya. Dia berkata, “Apa yang telah aku lakukan
dengan menceritakannya?” Seakan-akan ia tidak suka
menampakkan amalannya. (HR Bukhari).
Jabir bin Abdullah berkata,”Kami pernah bersama Nabi SAW
dalam perang Dzatur Riqa. Ketika kami mendapatkan pohon
yang rindang, kami biarkan pohon itu untuk istirahat Nabi
103 |
SAW. Tiba-tiba seorang laki-laki musyrik datang, sementara
pedang Nabi SAW tergantung di pohon tersebut. Laki-laki itu
langsung mengambil pedang tersebut sambil berkata, “Kamu
takut kepadaku?” Beliau menjawab, ‘Tidak.’ Orang itu berkata
lagi, ‘Siapa yang dapat melindungimu dariku?’ Beliau
menjawab, ‘Allah.’ Kemudian para sahabat mengancam orang
itu.
Tidak lama kemudian shalat didirikan, maka beliau shalat
dengan satu kelompok sebanyak dua rakaat lalu kelompok ini
mundur. Kemudian beliau melanjutkan shalat dua rakaat
dengan kelompok yang lain, sehingga Nabi SAW
melaksanakan shalat empat rakaat, sedangkan masingmasing kelompok shalat dua rakaat.” (HR Bukhari).
 Perang Bani Musthaliq (Al-Muraisi)
Dalam menetapkan waktu terjadinya perang ini para Ulama
berbeda pendapat dalam hal ini. Setidaknya mereka terbagi
menjadi tiga pendapat. Ada yang berpendapat bahwa perang
ini terjadi pada tahun 6 H. Mereka yang mengatakannya, di
antaranya Ibnu Ishaq, pemuka para ahli Sirah peperangan.
Adapun yang mengikutinya, Khalifah bin Khiyath, Ibnu Jarir
ath-Thabary, Ibnu hazam, Ibnu Abdulbarr, Ibnu al-araby, Ibnu
al-Atsir, dan Ibnu Khaldun. Setiap ulama tersebut menyatakan
dengan jelas bahwa peperangan in terjadi pada bulan Sya’ban,
tahun ke-6 H.
Nabi SAW mendengar bahwa kepala suku Bani Musthaliq, alharits bin Abi Dhirar, ia berkeliling di antara kaumnya dan
siapa saja yang bisa ia temui dari bangsa Arab untuk
memerangi Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW mengutus
Buraidah bin al-Hashib al-Aslamy untuk menginvestigasi berita
tersebut. Buraidah pun datang kepada mereka dan bertemu
dengan al-Harits bin Abi Dhirar. Ia berbicara dengannya lalu
kembali kepada Rasulullah SAW untuk mengabarkan hasil
pembicaraannya.
104 |
Setelah jelas bahwa kabar tersebut benar, beliau menyeru
para sahabat untuk menyiapkan peperangan. Segera beliau
berangkat dan keberangkatannya itu pada dua malam pada
bulan Sya’ban. Kali ini kaum munafik juga turut dalam barisan
pasukan. Pada peperangan sebelumnya mereka belum pernah
turut.
Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah untuk mewakili beliau di
Madinah. Dalam riwayat lain, Abu Dzar, ada juga yang
mengatakan Numailah bin Abdullah al-Laitsy. Al-harits bin Abi
Dhirar sendiri telah mengirim mata-mata untuk mencari berita
tentang pasukan Islam. Namun, kaum muslimin dapat
menangkapnya dan membunuhnya.
Ketika berita tentang keberangkatan Rasulullah dan
dibunuhnya mata-mata yang ia utus telah sampai pada alharits bin Abi Dhirar dan para pendukungnya, mereka takut
sekali. Para pendukukungnya terpecah. Adapun Rasulullah
telah tiba di al-Muraisi’, sebuah mata air yang berada di
sebelah Qadid ke arah pantai. Mereka bersiap untuk perang.
Rasululullah SAW mengatur barisan sahabatnya. Panji kaum
Muhajirin dipegang oleh Abu bakar. Panji Anshar dipegang
oleh Sa’ad bin Ubadah. Mereka saling menembakkan panah
selama beberapa waktu. Kemudian Rasulullah
SAW
memerintahkan untuk menyerang satu lawan satu. Akhirnya,
pasukan muslimin menang.
Musaffi’ bin Shafwan, suami Juwairiyah binti al-harits, satu dari
sepuluh orang yang menjadi korban pedang kaum muslimin.
Sebagian besar mereka tertawan, jumlah mereka 700 orang.
Kaum muslimin merampas harta mereka, menawan kaum
wanita dan anak-anak mereka, Juga menggiring binatang
ternak mereka. Allah menolong Rasul-Nya dengan
kemenangan yang besar.
Di antara mereka yang tertawan adalah Juwairiyah binti alHarits, putri kepala suku, yang akhirnya dinikahi oleh
Rasulullah SAW.
105 |
Peristiwa Hilangnya kalung dan Fitnah terhadap Aisyah r.a.
Dari Aisyah r.a. berkata: “Setiap kali Rasulullah SAW hendak
melakukan perjalanan, beliau mengundi istri-istrinya (siapa
yang berhak turut dalam perjalanan itu). Dan siapa yang
bagiannya keluar, ia pergi bersama Rasulullah SAW.”
Aisyah berkata (dalam riwayat lain), “Beliau mengundi di
antara kami di suatu pertempuran yang akan beliau lakukan
dan bagiankulah yang keluar. Akhirnya, aku pergi bersama
Rasulullah SAW, setelah perintah untuk berhijab ditetapkan.
Aku ditempatkan di sebuah rumah-rumahan (di atas punggung
unta) dan aku berada di situ sepanjang perjalanan. Kami terus
melakukan perjalanan, sampai ketika Rasulullah SAW telah
menyelesaikan peperangannya dan melakukan perjalanan
untuk kembali. Ketika kami mendekati Kota Madinah, ia
mengumumkan pada malam hari bahwa sudah waktunya
untuk keberangkatan. Ketika mereka mengumumkan berita
keberangkatan, aku bangun dan pergi melewati pasukan.
Setelah aku menyelesaikan urusanku, aku kembali ke hewan
tungganganku. Ternyata kalungku yang terbuat dari manikmanik Zifar (yaitu manik-manik Yaman) telah lepas. Jadi, aku
kembali untuk mencari kalungku dan pencarian itu menahanku
(untuk pergi). Sementara itu, orang-orang yang biasa
membawaku datang, mereka mengangkat bilik kecilku dan
meletakkannya di punggung untaku, yang biasa aku kendarai.
Mereka menganggap bahwa aku berada di dalamnya. Di masa
itu kaum perempuan ringan-ringan dan daging tidak membuat
tubuh mereka berat. Sebab, mereka terbiasa makan sedikit.
Mereka yang mengangkat bilik kecil itu tidak heran dengan
ringannya barang itu. Pada waktu itu aku masih seorang gadis
muda.”
Mereka mulai menggiring unta dan mereka semua berangkat.
Sementara itu, aku telah menemukan kalungku, setelah
tentara pergi. Lalu, aku datang ke tempat mereka berkemah.
Tidak ada yang memanggil dan tidak ada pula yang
merespons panggilan. Jadi, aku berniat untuk pergi ke tempat
di mana aku biasa pakai untuk tinggal. Aku mengira bahwa
106 |
mereka akan mencariku dan akan menemukanku kembali.
Pada saat aku duduk di tempat peristirahatan, aku mengantuk
dan tertidur. Shafwan bin al-Muaththal as-Sulamy, berada di
belakang pasukan. Ia berjalan hingga mencapai tempat saya
di pagi hari. Ia melihat bayangan hitam seseorang yang
sedang tidur. Ia mendatangiku dan mengetahui karena dia
pernah melihatku sebelum hijab diwajibkan. Aku terbangun
ketika ia membacakan Istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un)
ketika ia mengenaliku. Kututup wajahku dengan jilbabku
(cadar). Demi Allah, dia tidak mengajakkku bicara sepatah
kata pun dan aku tidak mendengarnya mengucapkan sepatah
kata pun selain Istirja’-nya tadi. Dia turun dari untanya dan
membuatnya berlutut, kemudian aku mengendarainya.
Camels with a howdah, by Émile Rouergue, 1855
(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Camel_train)
Kemudian ia berangkat menarik unta yang membawaku
sampai kami menyusul pasukan, setelah mereka singgah
beristirahat dar panasnya siang. Kemudian binasalah dia yang
telah binasa dan orang yang menyebarkan fitnah itu adalah
Abdullah bin Ubay bin Salul. Setelah kami sampai di Madinah,
107 |
saya sakit selama satu bulan. Orang-orang banyak
membicarakan perkataan yang disebarkan oleh para penyebar
fitnah. Sementara itu, aku tidak menyadari apa-apa dari semua
itu. Namun, aku merasa bahwa pada saat aku sedang sakit
saat ini, aku tidak melihat kelembutan yang iasa aku rasakan
dari beliau ketika aku sakit. (Namun, sekarang) jika Rasulullah
SAW masuk ke kamarku, beliau mengucapkan salam dan
berkata, “Bagaimana keadaanmu?” kemudian berlalu. Itu yang
membuatku heran, tetapi aku tidak merasa ada terjadi sesuatu.
Hingga ketika aku keluar setelah kondisiku pulih.
Aku pergi dengan Ummu Misthah ke al-Manasi’, tempat kami
membuang hajat. Dan kami tidak pergi ke sana, kecuali pada
malam hari. Hal itu sebelum kami memiliki jamban di dekat
rumah. Dan kebiasaan kami dalam membuang hajat, sama
dengan kebiasaan orang Arab tempo dulu. Saat itu kami masih
kerepotan jika membuat jamban di dekat rumah kami.
Jadi, aku dan Ummu Misthah pergi. Aku dan Ummu Misthah
kembali ke rumahku, setelah kami selesai membuang hajat.
Ummu Misthah terkena bajunya dan berkata, “Biarlah Misthah
hancur.” Aku bertanya, “Alangkah buruknya perkataanmu.
Mengapa engkau mencela pejuang Badar?” Lalu, dia berkata,
“Wahai yang tidak tahu apa-apa, apa kau tidak mendengar apa
yang dia katakan?” Aku bertanya, “Apa yang dia katakan?”
Kemudian dia menceritakan kepadaku fitnah dari orang-orang
yang menyebarkannya. Penyakitku memburuk dan ketika aku
sampai di rumahku, Rasulullah SAW datang kepadaku dan
mengucapkan salam, beliau berkata, “Bagaiman kondisimu?”
Aku berkata, “Apakah engkau mengizinkanku untuk pergi ke
orang tuaku?” Aisyah berkata, “Ketika itu aku ingin
memastikan berita itu melalui mereka.” Rasulullah
mengizinkanku.
Aisyah r.a. berkata, “Aku pergi ke orang tuaku dan bertanya
kepada ibuku,’Wahai ibu, apa yang orang-orang bicarakan?’
Dia berkata,”Wahai putriku, jangan khawatir karena hampir
tidak ada seorang wanita menawan yang dicintai suaminya
dan ia memiliki madu (istri-istri suaminya), melainkan mereka
108 |
akan
banyak
mencari-cari
kesalahannya’.
Aku
berkata,’Subhanallah, apakah orang-orang benar-benar
membicarakan itu?’ Aku terus menangis malam itu sampai
pagi menjelang, aku tidak bisa berhenti menangis atau tidur
sampai pagi menjelang kembali.”
Lalu, Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan
Usamah bin Zaid r.a. ketika wahyu belum turun untuk bertanya
dan berkonsultasi dengan mereka jika menceraikanku.
Usamah bin zaid mengatakan apa yang ia ketahui tentang
keluarga Rasul (Aisyah) yang tidak bersalah dan cinta beliau
kepada keluarganya. Usamah berkata, “Wahai Rasulullah,
keluargamu, kami tidak tahu apa-apa, kecuali kebaikan saja.”
Adapun Ali bin Abi Thalib berkata, “wahai Rasulullah, Allah
tidak menempatkanmu dalam kesulitan dan ada banyak
wanita lain selain dia. Jika engkau bertanya kepada seorang
budak wanita, ia akan memberitahumu kebenaran. Lalu
Rasulullah SAW memanggil Barirah (seorang budak) dan
berkata, ‘Wahai Barirah, apakah engkau melihat sesuatu yang
membuatmu curiga?’ Barirah berkata kepadanya,’Tidak, demi
Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Aku belum
pernah melihat sesuatu dalam dirinya (yaitu Aisyah) yang akan
saya sembunyikan, kecuali bahwa dia adalah seorang gadis
muda yang tidur meninggalkan adonan keluarganya, lalu
datang seekor kambing dan memakannya. ‘jadi, pada hari itu
Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar dan mengeluh tentang
Abdullah bin Ubai bin Salul.”
Rasulullah berkata ketika beliau di atas mimbar, “Wahai kaum
muslimin, siapa yang akan membebaskanku dari pria yang
telah menyakitiku, dengan pernyataan kejinya tentang
keluargaku? Demi Allah, aku tidak tahu tentang keluargaku,
kecuali kebaikan. Mereka menyebutkan seseorang, yang aku
tidak mengetahuinya, kecuali kebenaran. Dan tidak ada yang
masuk ke rumahku, kecuali bersamaku.”
Sa’ad bin Mu’adz al-Anshari berdiri dan berkata, “Wahai
Rasulullah, aku akan membebaskanmu dari dia. Jika dia
adalah dari al-Aus, aku akan memenggal kepalanya, dan jika
109 |
ia adalah dari saudara-saudara kita dari al-Khazraj, kemudian
engkau perintahkan kami dan kami melakukannya.”
Aisyah berkata, “Sa’ad bin Ubadah, kepala Al-Khazraj.
Sebelum kejadian ini adalah orang yang shalih, tetapi cintanya
kepada sukunya membuatnya terpancing dan berkat kepada
Sa’ad (bin Mu’adz). ‘Demi Allah, engkau telah berbohong, kau
tidak akan membunuhnya dan tak mampu membunuhnya.”
Lalu, Usaid bin Hudair-yang merupakan sepupu dari Sa’ad bin
Mu’adz- berdiri dan berkata kepada Sa’ad bin Ubadah, “Demi
Allah, engkaulah pembohong. Kami pasti akan membunuhnya,
dan Anda adalah seorang munafik berdebat atas nama orangorang munafik.”
Orang-orang dari kedua suku al-Aus dan al-Khazraj
bertengkar, hingga hampir saja saling bunuh meskipun
Rasulullah SAW masih berdiri di mimbar. Rasulullah SAW
terus menenangkan mereka sampai mereka diam dan begitu
juga beliau.
Turunnya ayat yang menyatakan Aisyah r.a. tidak bersalah
QS An-Nur, 24; 11-20:
“11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita
bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu
mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu.
Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa
yang diperbuatnya. Dan barang siapa di antara mereka yang
mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia
mendapat azab yang besar (pula).
110 |
12. Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik
sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu
mendengar berita bohong itu dan berkata,”Ini adalah (suatu
berita) bohong yang nyata.”
13. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang
membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak
membawa saksi-saksi, maka mereka itu dalam pandangan
Allah adalah orang-orang yang berdusta.
14. Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu
ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan
kamu tentang hal itu (berita bohong itu).
15. (Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari
mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa
yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu
111 |
menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah
itu soal besar.
16. Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya,
“Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci
Engkau ini adalah kebohongan yang besar.”
17. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali
mengulang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang
beriman.
18. dan Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) kepada kamu. Dan
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan
yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang
pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.
20. Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya
kepadamu (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).
Sungguh, Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.”
112 |
 Perang Badr yang Kedua
Pada bulan Sya’ban 4 H atau Januari 626 M, Rasulullah SAW
pergi pada hari yang telah dijanjikan bersama 1500 prajurit.
Pasukan ini diperkuat dengan 10 orang penunggang kuda.
Bendera ada di tangan Ali bin Abu Thalib. Madinah diwakilkan
kepada Abdullah bin Rawahah. Mereka tiba di Badr dan
menunggu orang-orang musyrik.
Dari kaum musyrikin Abu Sufyan pergi bersama 2000 orang
prajurit, yang diperkuat dengan 50 orang penunggang kuda.
Mereka tiba di Zhahran sejauh satu marhalah dari Mekkah dan
bermalam di Majannah, pangkalan air di daerah itu. Ketakutan
menyelimuti Abu Sufyan dan pasukkannya, sehingga akhirnya
memutuskan kembali ke Mekkah, tanpa harus perperang.
Orang-orang Muslim menunggu kedatangan pasukan Quraisy
di Badr hingga selama delapan hari. Selama itu mereka
menjual barang-barang dagangan dan mendapat laba yang
memadai. Kemudian mereka kembali lagi ke Madinah dengan
membawa pamor yang harum dan keberadaan mereka
disegani.
Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Perang Badr yang
dijanjikan atau Perang Badr yang kedua, atau Perang Badr
yang terakhir, atau Perang Badr Shughra.
 Perang Dumatul Jandal
Setelah Badr Sughra beliau menetap di Madinah selama enam
bulan. Kemudian datang berita kepada beliau bahwa beberapa
kabilah di sekitar Bumatul Jandal, tak jauh dari Syam, suka
merampas dan merampok siapa pun yang lewat daerah itu.
Bahkan mereka sudah menghimpun banyak orang, siap untuk
menyerang Madinah. Setelah mewakilkan Madinah kepada
Siba’ bin Urfthah Al-Ghifari, beliau berangkat bersama seribu
prajurit pada akhir Rabi’ul Awwal 5 H. Beliau menunjuk
113 |
seorang laki-laki dari Bani Udzrah sebagai penunjuk jalan yang
bernama Madzkur.
Beliau mengadakan perjalanan pada malam hari dan berhenti
pada siang hari, hingga tiba di tempat musuh yang tidak
menyadari kedatangan beliau bersama pasukan muslimin.
Setelah tahu, mereka termasuk penduduk Dumatul Jandal
berpencar melarikan diri.
Dumatul Jandal (sumber: http://static.republika.co.id)
 Perang Khandaq
Telah satu setengah tahun perang bani Nadhir berlalu.
Suasana damai menyelimuti Madinah. Selama rentang waktu
itu, Rasulullah SAW memfokuskan diri untuk menyebarkan
agama dan memperbaiki kondisi masyarakat Madinah.
Kehidupan kaum Muslim penuh ketenangan. Tak ada perang
besar yang menyita stamina dan pikiran.
Perang ini dinamakan Perang Khandaq (Arab: parit), karena
Rasulullah SAW dan pasukan Madinah menggunakan parit
sebagai strategi pertahanan. Perang ini juga disebut Perang
Ahdzab (Arab; partai-partai atau kelompok-kelompok) karena
pasukan yang dihadapi terdiri dari berbagai kelompok pasukan
(Ahdzab) yang bersekutu menyerang Madinah.
114 |
Jumlah kaum kafir di Perang Khandaq mencapai 10.000
orang.



Waktu : Zulkaidah tahun 5 Hijriyah / April 627 M
Tempat : Sekitar Madinah, khususnya bagian Utara.
Khadaq dengan panjang 5544 m, lebar 4,62 m dan
kedalaman 3,234 m. Tanah galian parit menjadikan parit
semakin dalam karena ditumpuk di sebelah kaum muslimin.
Salman al-Farisi adalah orang yang banyak mengetahui seluk-beluk
peperangan, yang belum dikenal di daerah-daerah Arab. Ia
menyarankan supaya di sekitar Madinah digali parit dan keadaan
kota diperkuat dari dalam. Saran itu segera dilaksanakan oleh kaum
Muslimin. Nabi SAW ikut serta bekerja menggali parit dengan
tangannya sendiri. Beliau turut mengangkat tanah dan sambil terus
memberikan semangat, dengan menganjurkan supaya terus melipatgandakan. Pihak Muslimin sudah membawa alat-alat yang
diperlukan, terdiri dari sekop, cangkul dan keranjang pengangkat
tanah dari tempat orang-orang Yahudi Quraiza yang masih berada di
bawah pihak Islam. Dengan bekerja terus menerus penggalian parit
itu selesai dalam waktu enam hari.
Diriwayatkan dari Jabir r.a., dia berkata: Kami menggali parit
(mengelilingi Madinah untuk persiapan) perang Khandaq, kemudian
muncul sebuah batu besar yang amat keras. Orang-orang menemui
Nabi SAW untuk mengadu, “Ada batu besar yang amat keras muncul
di dalam parit.” Rasulullah SAW menjawab, “Aku akan turun.” Maka
beliau berdiri dengan mengganjalkan batu pada perutnya, karena
sudah tiga hari kami tidak makan. Rasulullah SAW mengambil sekop
kemudian beliau pukulkan pada batu besar tersebut hingga hancur
bagai pasir (HR Bukhari).
115 |
Peta Perang khandaq (sumber: http://upload.wikimedia.org)
# Mukjizat Rasulullah SAW
Mengabarkan Umat Islam akan Menundukkan Yaman, Syam,
Maghrib dan Masyriq
Ketika para sahabat sedang menggali parit (saat Perang Khandaq),
Rasululullah SAW memberitahukan bahwa Allah akan menundukkan
Yaman, Syam, Maghrib (Maroko) dan Masyriq untuk beliau.
Dikisahkan bahwa Salman al-Farisi mengatakan, “Aku sedang
menggali salah satu sudut parit, tetapi aku terhalang oleh sebuat batu
besar, sementara Rasulullah berada tidak jauh dariku.”
Ketika beliau melihatku sedang menggali dan parit itu sulit kugali,
beliau turun dan meraih cangkul dari tanganku. Beliau mencangkul
parit itu dengan keras hingga tampak kilatan api dari bawah
cangkulnya. Rasul kembali mencangkul parit itu, dan lagi-lagi tampak
kilatan api darinya. Kemudian beliau mencangkul lagi untuk ketiga
kalinya, dan kilatan api itu tampak kembali.
Karena heran, aku pun bertanya, “Demi ayah dan ibuku sebagai
tebusannya, wahai Rasulullah, beritahu aku apa sesungguhnya yang
berkilatan di bawah cangkul saat engkau menggali parit tadi?”
116 |
Rasulullah menjawab, “Apakah benar engkau melihat itu, wahai
Salman?”
“Benar, wahai Rasulullah, “ jawabku.
Kemudian Rasulullah pun menjelaskan, “Adapun kilatan yang
pertama, itu berarti Allah akan menundukkan Yaman untukku,
sedangkan kilatan yang kedua, Allah akan menundukkan Syam dan
Maghrib. Adapun percikan ketiga, Allah akan menundukkan Masyriq
bagiku.”
Apa yang terjadi kemudian adalah sama persis seperti yang beliau
kabarkan. Negeri pertama yang berhasil ditundukkan pada masa
Rasulullah adalah Yaman, kemudian Syam dan Maghrib. Setelah itu,
barulah Masyriq yang ditaklukkan tak lama setelah Rasulullah wafat.
Menyerbu Parit
Ada beberapa orang ksatria dari Quraisy yang sudah berani maju ke
depan, seperti ‘Amr bin Abd Wudd, ‘Ikrima bin Abi Jahl dan Dzirar bin
Khattab. Mereka langsung menyerbu parit itu. Mereka menuju ke
suatu bagia yang agak sempit. Dipacunya kuda mereka itu sehingga
mereka dapat menyebrangi parit daan sampai di sabkha yang terletak
antara parit dengan bukit Sal. Ketika itu Ali bin Abi Thalib keluar
dengan beberapa orang dari kalangan Muslimin, terus cepat-cepat
merebut sebuah rongga dalam parit yang telah diserbu oleh pasukan
berkuda mereka. Ketika itu ‘Amr bin Abd. Wudd memangggil-manggil:
“Siapa berani bertanding?”
Setelah ajakan itu disambut oleh Ali bin Abi Thalib, ia berkata lagi
dengan sombong: “Oh, kemenakanku! Aku tidak ingin
membunuhmu.”
“Tapi aku ingin membunuh kau”, sahut Ali.
Kemudian duel itu terjadi, an Ali berhasil membunuhnya. Saat itu juga
pasukan berkuda pihak Ahzab berlari kucar-kacir, sehingga mereka
117 |
terbentur ke dalam parit sambil terus berlari tanpa melihat ke kanan
kiri lagi.
Ketika matahari sudah terbenam, ketika itu datang Naufal bin
Abdullah bin Mughira dengan menunggang kudanya hendak
menyebrangi parit itu, tapi pada saat itu juga ia mendapat pukulan
hebat sehingga ia berikut kudanya itu mati di tempat tersebut.
Kemudian Abu Sufyan mengajukan tawaran hendak menebus mayat
temannya itu dengan seratus ekor unta. Tetapi ia oleh Nabi SAW
ditolak sambil berkata: “Ambillah mayat itu. Barang yang kotor
tebusannya kotor juga.”
Dengan cara yang berlebih-lebihan pihak Ahzab sekarang mulai lagi
hendak mengobarkan api permusuhan dengan maksud menakutnakuti dan melemahkan jiwa kaum Muslimin. Orang-orang Quraiza
yang bersemangat mulai turun dari benteng-benteng dan kubu-kubu
mereka. Mereka memasuki rumah-rumah di Madinah yang terdekat
pada mereka. Maksud mereka mau menakut-nakuti penduduk.
Gambaran Perang Khandaq (sumber: http://i.ytimg.com)
118 |
Angin topan Menghancurkan Perkemahan Ahzab
Pada malam hari angina topan bertiup kencang sekali, disertai
dengan hujan yang turun sangat deras. Bunyi petir menderu-deru
diselingi oleh halilintar yang sambung menyambung. Tiba-tiba angin
topan bertiup kencang sekali dan kuali-kuali tempat mereka masak
terbalik. Sekarang timbul rasa takut dalam hati. Terbayang oleh
mereka bahwa kaum Muslimin akan mengambil kesempatan ini untuk
menyerang dan menghantam mereka. Ketika itu Tulaiha bin
Khuwailid tampil secara berteriak: “Muhammad telah mendahului
menyerang kita. Selamatkan dirimu! Selamatkan!”
Kemudian Abu Sufyan berkata, “Saudara-saudara dari Quraisy, tidak
layak lagi kita tinggal berlama-lama di tempat ini. Pasukan kita yang
terdiri dari kuda dan unta sudah binasa, Bani Quraiza sudah tidak
menepati janjinya lagi dengan kita, bahkan kita mendengar hal-hal
dari mereka yang tidak menyenangkan hati. Ditambah lagi kita
menghadapi angin yang begitu dahsyat. Maka sebaiknya kita pulang
saja. Sayapun akan berangkat pulang.”
Ahzab Berangkat Pulang
Di tengah-tengah angin yang masih bertiup kencang, rombongan itu
berangkat dengan membawa perbekalan seringan mungkin, diikuti
oleh Ghatafan dan kelompok-kelompok lainnya.
Keesokan harinya sudah tidak seorangpun yang dijumpai oleh Nabi
SAW di tempat itu. Ia pun lalu pulang kembali ke Madinah bersamasama umat Islam yang lain. Mereka bersama-sama menyatakan rasa
syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, karena mereka
telah terhindar dari segala mara bahaya, orang-orang beriman itu
tidak sampai terlibat dalam pertempuran.
Perang Khandaq ini tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab, 33:
9-25 :
119 |
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang
telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu,
lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang
tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”
“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu,
dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke
tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap
Allah.”
“Di situlah diuji orang-orang mukmin
dengan goncangan yang dahsyat.”
120 |
dan digoncangkan (hatinya)
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang
hatinya berpenyakit berkata, “Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
kepada kami hanya tipu daya belaka.”
“Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai
penduduk Yasrib (Madinah)! Tidak ada tempat bagimu, maka
kembalilah kamu.” Dan sebagian dari mereka meminta izin kepada
Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, “Sesungguhnya rumahrumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Padahal rumah-rumah itu
tidak terbuka, mereka hanyalah hendak lari.”
“Dan kalau (Yasrib) diserang dari segala penjuru, dan mereka diminta
agar membuat kekacauan, niscaya mereka mereka mengerjakannya;
dan hanya sebentar saja mereka menunggu.
121 |
“Dan sungguh, mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, tidak
akan berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian dengan Allah
akan diminta pertanggungjawabannya.
“Katakanlah (Muhammad), ‘Lari tidaklah berguna bagimu, jika kamu
melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika demikian
(kamu terhindar dari kematian) kamu hanya akan mengecap
kesenangan sebentar saja’.”
“Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (Ketentuan)
Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki
rahmat untuk dirimu?’ Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung
dan penolong selain Allah.”
122 |
“Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi
di antara kamu dan orang yang berkata kepada saudarasaudaranya,’Marilah bersama kami.’ Tetapi mereka datang berperang
hanya sebentar,”
“Mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu
lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalikbalik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila
ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang
tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak
beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu
mudah bagi Allah.”
123 |
“Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan (yang bersekutu) itu
belum pergi, dan jika golongan-golongan (yang bersekutu) itu datang
kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama
orang Arab Badui, sambil menanyakan berita tentang kamu. Dan
sekiranya mereka berada bersamamu, mereka tidak akan berperang,
melainkan sebentar saja.”
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah.”
“Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang
bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita.’ Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan
yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.”
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka
124 |
ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggununggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),
“agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu
karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia
kehendaki, atau menerima tobat mereka. Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”
“Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka
penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh
keuntungan
apapun.
Cukuplah
Allah
(yang
menolong)
menghindarkan orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah
Maha Kuat, Mahaperkasa.”
125 |
Kompleks Masjid lokasi perang Khandaq
 Perang Bani Quraizah
Peperangan ini terjadi pada bulan Dzulqaidah 5 H.
Pengepungan Bani Quraizha berlangsung selama 15 hari,
mulai hari rabu, tujuh hari sebelum bulan Dzulqaidah berakhir
sampai hari Kamis, tanggal 7 Dzulhijjah.
Sebab-sebab Terjadinya Peperangan
Sebab terjadinya peperangan itu adalah karena Bani Quraizah
mengkhianati perjanjian yang sudah disepakati bersama. Hal
ini dikuatkan oleh banyak riwayat yang bisa diangkat sebagai
hujjah atas kebenaran berita tersebut. Pembatalan perjanjian
itu dipicu oleh hasutan Huyay bin Akhtab. Kondisi muslimin
saat itu betul-betul dalam keadaan terjepit. Mereka dikepung
oleh sekitar sepuluh ribu pasukan yang tergabung dari
berbagai suku dan golongan. Berdasarkan riwayat yang
shahih, Rasulullah SAW mengutus Az-Zubair bin Al-Awwam
untuk mengecek kebenaran berita bahwa Bani Quraidzah
menghianati perjanjian mereka. Nabi SAW juga mengutus
Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah yang didampingi oleh
Abdullah bin Rawahah dan Khawat bin Jubair dengan tujuan
yang sama, yaitu mengecek kebenaran berita yang tersebar
126 |
tentang pengkhianatan Yahudi. Setelah para utusan tersebut
yakin terhadap kebenaran berita itu, mereka bergegas kembali
menemui Rasulullah SAW dan melaporkannya kepada beliau.
Maka semakin mantaplah sikap kaum muslimin mengadapi
situasi semacam itu.
Pada waktu Zhuhur, pada hari Rasulullah SAW kembali ke
Madinah dan saat itu beliau sedang mandi di rumah ‘Aisyah,
Beliau meminta agar batu bara dibakar lalu beliau menunaikan
shalat Zuhur.
Jibril mendatangi beliau sambil berkata,
“Mengapa engkau letakkan senjata? Sesungguhnya para
malaikat tidak pernah meletakkan senjatanya. Selagi kini
engkau sudah pulang, maka sampaikan permintaan kepada
orang-orang, lalu bangkitlah dengan orang-orang yang
bersamamu ke Bani Quraizhah. Aku akan berangkat ke
depanmu. Akan kuguncang benteng mereka lalu kususupkan
ketakutan ke dalam hati mereka. “maka Jibril pergi di tengah
prosesi para malaikat.
Rasulullah SAW memerintahkan Bilal agar berseru kepada
orang-orang, “Siapa yang tunduk dan patuh, maka janganlah
sekali-kali mendirikan shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah.
Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi maktum. Bendera
diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib dan menyuruhnya agar
lebih dahulu berangkat ke Bani Quraizhah. Setiba di dekat
benteng mereka, dia mendengar suara-suara sumbang dan
ejekan yang ditujukan kepada diri beliau.
Pada akhirnya Bani Quraizhah dapat dikalahkan. Jumlah kaum
laki-laki dari Yahudi Bani Quraizhah berjumlah enam ratus
hingga tujuh ratus orang. Mereka semua dipenggal.
Rasulullah SAW membagi seluruh harta rampasan dari Bani
Quraizhah setelah mengambil seperlimanya. Tiga bagian
diperuntukkan bagi barisan penunggang kuda. Sedangkan
pasukan pejalan kaki mendapat satu bagian. Para tawanan
diserahkan kepada Sa’ad bin Zaid Al-Anshari untuk dibawa ke
Najd, lalu dijual di sana dan dibelikan kuda serta senjata.
Rasulullah SAW memilih untuk diri beliau salah seorang wanita
mereka, Raihanah binti Amr bin Junafah. Wanita itu tetap
127 |
berada dalam hak beliau hingga beliau meninggal dunia.
Menurut Al-Kalbi, beliau membebaskan Raihanah dan
menikahinya pada tahun 6 H. Dia meninggal saat beliau
pulang dari Haji Wada’, lalu dikuburkan di Baqi.
Para Suhada dlam Penyerbuan ke Bani Quraizha
Diantara kaum muslim yang terbunuh pada penyerbuan Bani
Quraizha adalah Khallad bin Suwaid dari Balharits bin Khazraj.
Ia dibunuh oleh Nubata, yang mendorong sebuah batu gerinda
ke arahnya dan batu itu menghantam kepalanya. Nabi berkata,
“Ia akan mendapat ganjaran dari dua syuhada.” Beliau juga
menghukum mati Nubata sebagai balasannya. Abu Sinan bin
Mihshan tewas dan Rasulullah memakamkannya di sana. Ia
terbaring di pemakaman Bani Quraizah hingga hari ini.
Penyerbuan kepada Bani Quraizah ini disebutkan dalam AlQur’an, surah Al-Ahzab, 33: 26-27.
“Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizah)
yang membantu mereka (golongan-golongan yang bersekutu)
dari benteng-benteng mereka , dan Dia memasukkan rasa
takut ke dalam hati mereka. Sebagian mereka kamu bunuh
dan sebagian yang lain kamu tawan.”
“Dan Dia mewariskan kepadamu tanah-tanah, rumah-rumah
dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum
kamu injak. Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.
128 |
 Perjanjian Damai Hudaibiyah
(Zulkaidah 6 Hijriyah / Februari 628 M)
Diriwayatkan dari Barra bin Azib r.a. : Sewaktu Nabi SAW
dihalang-halangi berangkat ke Baitullah, penduduk Mekkah
mengadakan
perdamaian
dengan
beliau,
yaitu
memperbolehkan beliau memasuki Kota Mekkah, lalu tinggal
di sana selama tiga hari dan tidak boleh memasuki Kota
Mekkah dengan membawa senjata, kecuali di dalam
sarungnya, tidak boleh pulang membawa seorang pun
penduduk Kota Mekkah, dan tidak boleh melarang seorang
pun yang bersama mereka untuk tinggal di Kota Mekkah.
Beliau bersabda kepada Ali, “Tulislah perjanjian antara kita,
‘Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, inilah ketetapan Muhammad Rasulullah.”
Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada beliau, “Kalau
kami tahu bahwa Anda adalah Rasul Allah, tentu kami
mengikuti Anda. Akan tetapi, tulislah, “Muhammad bin
‘Abdillah.” Lalu beliau menyuruh Ali menghapus kata-kata itu.
Akan tetapi, ‘Ali berkata, “Demi Allah, saya tidak akan
menghapusnya.” Lalu Rasululullah bersabda, “Perlihatkanlah
kepadaku letak kata-kata itu.” Kemudian diperlihatkanlah letak
kata-kata itu kepada beliau. Lantas beliau menghapus dan
menggantinya dengan tulisan ‘bin Abdillah. Di Mekkah beliau
tinggal selama tiga hari saja. Setelah hari ketiga, mereka
(orang-orang Musyrik) berkata kepada Ali r.a. “Hari inilah hari
terakhir dari perjanjian sahabat Anda, maka suruhlah dia
keluar dari Kota Mekkah ini.” Lalu Ali pergi menemui beliau
seraya memberitahukannya, lalu beliau bersabda, “Ya”. Lantas
keluarlah beliau dari Kota Mekkah. (Shahih Muslim).
Setelah beberapa saat dakwah Islam berkembang di jazirah
Arab, permulaan kemenangan Islam mulai muncul. Dakwah
Islam pun sedikit demi sedikit mulai menuai kesuksesan. Kaum
muslim hampir mendapatkan mendapat kesempatan
menunaikan ibadah di Masjidil Haram yang dihalangi kaum
kafir sejak enam tahun lalu.
129 |
Itulah yang menjadi alasan Nabi SAW berkeinginan pergi ke
Mekkah bersama para sahabat untuk melakukan ibadah
umrah, sebagaimana dia mengajak sebagian bangsa Arab non
muslim untuk ikut umrah. Hal ini dilakukan agar kaum Quraisy
dan bangsa Arab tahu bahwa tujuan beliau hanya akan
berumrah. Untuk menunjukkan niat baik, Nabi SAW meminta
kaum muslimin berpakaian ihram sebelum jauh dari Madinah.
Mereka juga diminta tidak membawa senjata, kecuali pedang
dalam sarungnya untuk berjaga-jaga selama dalam perjalanan.
Di samping itu, mereka juga membawa hewan untuk kurban
agar lebih menunjukkan niat baik itu.
Kaum Quraisy rupanya mengetahui hal tersebut. Mereka tentu
saja tidak ingin kaum muslimin memasuki Mekkah dengan
alasan apapun. Dilakukanlah berbagai cara untuk menghalangi
mereka, termasuk dengan mengirimkan pasukan perang.
Mengetahui apa yang akan dilakukan kafir Quraisy, kaum
muslimin beralih dari jalan biasa ke jalan lain yang membawa
mereka menuju Hudaibiyah yang berjarak sekitar 22 km dari
Mekkah.
Demi menghormati tempat dan waktu, kaum muslimin
berusaha menghindari perang. Ketika tiba di Hudaibiyah, kaum
Quraisy mengirimkan utusan satu demi satu. Semua delegasi
Quraisy itu sepakat bahwa kaum muslimin hanya datang untuk
melakukan ibadah umrah. Meski sudah mengetahui hal itu,
para pembesar Quraisy tidak puas. Pertemuan pun diadakan
lagi untuk menguraikan keruwetan ini. Hal paling penting yang
diinginkan Quraisy adalah kaum muslimin kembali ke Madinah
tanpa memasuki Mekkah. Hal ini agar kehormatan Quraisy
terlindungi dan bangsa Arab tidak mentertawakan mereka.
Ketika Nabi SAW setuju dengan poin tersebut, ada
kemungkinan diadakan perundingan universal untuk
menyirnakan permusuhan antara Quraisy dan kaum muslimin.
Gencatan senjata Hudaibiyah memberikan kesempatan yang
besar untuk menyebarkan agama Islam. Semangat kaum
muslimin berlipat ganda dalam periode ini, melebihi semangat
mereka di medan perang.
130 |
Kaum Quraisy mengutus Mikraz bin Hafsh dan Suhail bin
Amru saudara bani Amir bin Luay menemui Rasulullah SAW.
Sebagai saksi perdamaian adalah Abu Bakar, Umar bin
Khathab, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Suhail bin Amr,
Sa’ad bin Abu Waqqash, Mahmud bin Salamah, Mikraz bin
Hafsh-yang waktu itu masih dalam keadaan musyrik, dan Ali
bin Abu Thalib, sekaligus penulis teks perdamaian tersebut.
Isi perjanjian Hudaibiyah:
1. Bismika Allahumma (Dengan nama-Mu ya Allah)
2. Inilah perjanjian perdamaian yang dilaksanakan oleh
Muhammad bin Abdullah dan Suhail bin Amru.
3. Keduanya telah berjanji untuk mengakhiri peperangan atas
seluruh manusia selama sepuluh tahun. Pada masa itu
orang-orang mendapatkan keamanan dan sebagian
mereka menahan (menjaga jangan sampai berperang) atas
sebagian yang lain.
4. Bahwa barang siapa mendatangi kota Mekkah dari
kalangan sahabat Muhammad, baik itu untuk berhaji
ataupun ber-umrah atau mencari karunia Allah, maka ia
aman pada darah dan hartanya. Dan barang siapa yang
mendatangi kota Madinah dari kalangan kaum Quraisy
untuk menyebrang ke Mesir atau Syam atau untuk mencari
karunia Allah, maka ia aman pada darah dan hartanya.
5. Bahwa barang siapa mendatangi Muhammad dari kalangan
kaum Quraisy tanpa seizin walinya, maka ia harus
dikembalikan
kepada
mereka.
Dan
barangsiapa
mendatangi kaum Quraisy dari kalangan orang-orang yang
bersama Muhammad, maka mereka tidak berkewajiban
mengembalikannya kepada Muhammad.
6. Bahwa di antara kita berkewajiban untuk saling tahan
menahan. Dan bahwa kedua belah pihak tidak boleh
mencuri dengan sembunyi-sembunyi dan tidak boleh saling
mencederai dan mengkhianati.
7. Bahwa barangsiapa yang suka untuk masuk ke dalam
pengukuhan dan perjanjian Muhammad, maka silahkan
131 |
masuk. Dan barang siapa yang suka untuk masuk ke
dalam pengukuhan dan perjanjian kaum Quraisy, maka
silahkan masuk. Kemudian orang-orang bani Khza’ah
melompat berdiri seraya berkata, “kami berada dalam
pengukuhan dan perjanjian Muhammad. Sementara orangorang bani Bakar melompat berdiri seraya berkata, “Kami
berada dalam pengukuhan dan perjanjian kaum Quraisy.”
8. Bahwa engkau pada tahun ini harus kembali dan tidak
boleh masuk ke kota Mekkah. Kemudian pada tahun
depan, kami (kaum Quraisy) akan keluar dari Mekkah, dan
engkau boleh masuk bersama para sahabatmu, lalu
engkau boleh tinggal disana selama tiga hari dengan
membawa senjata orang bepergian. Yaitu, pedang-pedang
di dalam sarungnya, Engkau tidak boleh masuk dengan
senjata selain itu.
9. Untuk binatang sembelihan (kurban), kami tidak akan
mengambilnya dan akan melepaskannya. Maka, janganlah
engkau berikan kepada kami.
10. Perjanjian ini disaksikan oleh beberapa orang dari kaum
muslimin dan beberapa orang dari kaum musyrikin.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. : Ketika ayat,
“Sesungguhnya,
kami
telah
memberikan
kepadamu
kemenangan yang nyata supaya Allah memberikan ampunan
kepadamu … sampai pada firman-Nya …keberuntungan yang
besar di sisi Allah (QS Al-Al-Fath, 48: 1-5), diturunkan,
sepulang beliau dari perjanjian Hudaibiyah, dan mereka
sedang diliputi kesusahan dan kesedihan, serta beliau telah
menyembelih binatang kurban di Hudaibiyah, beliau bersabda,
“Sungguh, telah diturunkan sebuah ayat kepadaku, ayat itu
lebih menyenangkan kepadaku daripada dunia ini semua.”
(Shahih Muslim).
Imam Mujahid berkata, ‘Ketika Rasul SAW berada di
Hudaibiyyah, beliau bermimpi melihat dirinya dan sahabatsahabatnya memasuki kota Mekkah dengan aman, Sebagian
mereka ada yang mencukur rambut seluruhnya serta ada yang
132 |
hanya menggunting sebagian, maka turunlah ayat QS Al-Fath,
48: 27 “Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya
tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan
memasuki Masjidil Haram, jika Allah menghendaki dalam
keadaan aman, dengan menggunduli rambut kepala dan
memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka
Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan selain itu
Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.”
#Mukjizat Nabi SAW: Melimpahnya air sumur Hudaibiyah
Diantara mukjizat Nabi SAW adalah tatkala Nabi SAW berada
di Hudaibiyah pada tahun ke-6 H, dimana Hudaibiyyah
merupakan sumur air, ketika itu para sahabat menghabiskan
airnya, hingga tidak tersisa, meskipun hanya secangkir air.
Sementaramereka berjumlah 1.400 orang. Maka mereka
khawatir kehausan, lalu mengadu kepada Rasulullah SAW.
Kemudaian Nabi SAW dating lalu duduk di atas bibir sumur.
Nabi SAW meminta dibawakan sedikit air lalu dibawakanlah
kepadanya. Selanjutnya beliau berkumur dengannya lalu
menyemburkan apa yang telah dikumurkannya itu ke dalam
sumur. Tidak lama kemudian, tiba-tiba sumur itu berisi air.
Mereka pun mulai minum, memberi minuman (hewan
tunggannya), dan mengisi bejana-bejana dan peralatan untuk
memikul air milik mereka. Sementara jumlah merka adalah
1.400 orang.
Melimpahnya air dari sumur yang kering dan tidak berair sama
sekali, hingga akhirnya seluruh penghuni kamp dapat
mengambil air darinya, tidak lain merupakan tanda kenabian
yang benar, yang seolah berucap, “Percayalah kepada apa
yang dibawa dan diserukan oleh Muhammad SAW sebab ia
adalah Rasul yang diutus oleh Allah kepadamu dengan
sebenar-benar dan setulus-tulusnya.”
133 |
Reruntuhan Bangunan di Hudaibiyah tempat Rasulullah SAW
berkemah dengan para sahabat. Bangunan dibuat untuk
mengenang peristiwa itu. (Sumber: http://www.liputanbmi.com)
Korespondensi dengan beberapa Raja dan Amir
1. Surat kepada Najasyi, Raja Habasyah
Sejak dulu negeri ini dikenal dengan nama Abbesinia atau
Ethiopia. Negeri ini terletak di timur Afrika, di sebelah barat
daya Laut Merah.
Pada masa pemerintahan kerajaan Habasyah di Yaman
gubernurnya yang bernama Abrhah pernah mengirimkan
tentaranya ke kota Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah.
Kejadian ini dikenal dengan penyerbuan tentara gajah.
Beliau mengutus Amru bin Umayyah Adh-Dhamiri.
Raja Najasyi menerima utusan Nabi SAW dengan baik dan
menjawab surat dengan baik pula.
134 |
2. Surat kepada Muqauqis, Raja Mesir
Nabi SAW mengirimkan surat kepada Muqauqis (Juraih bin
Mina), raja Iskandariyah dan pembesar Qibthi yang dibawa
oleh Hathib bin Abi Balta’ah Al-Lahmi. Ia berkomentar baik
terhadap isi surat tersebut, hanya saja ia belum bersedia
masuk ke dalam agama islam. Dia juga mengirimkan sejumlah
hadiah kepada Nabi SAW, yang di antaranya adalah Mariyah
Al-Qibthiyah. Ketika disampaikan jawaban Muqauqis kepada
Nabi SAW, maka beliau pun bersabda, “Orang buruk itu terlalu
kikir dengan kekuasaannya, sementara kekuasaannya tidak
akan kekal.”
3. Surat kepada Kisra Raja Persia
Nabi SAW menyurat kepada Kisra (Chosroes), Penguasa
Persia, yang dikenal memiliki kekuasaan yang sangat luas dan
hidup berfoya-foya.
Imam Bukhari meriwayatkan tentang pengiriman surat itu,
tetapi tidak meriwayatkan teksnya, hanya menyatakan bahwa
surat tersebut dibawa oleh Abdullah bin Huzafah as-Sahmi
135 |
yang diperintah Nabi SAW menuju ke Penguasa Bahrain, alMunzir bin Sawi al-‘Abdi.
Setelah surat sampai, Kisra langsung mencabik-cabik surat itu.
Dengan sombong dia berkata, “Seorang budak yang hina dina
dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku
berkuasa.”
Setelah mendengar apa yang dilakukan Kisra, Nabi SAW
bersabda, “Allah akan mencabik-cabik kerajaannya.”
4. Surat kepada Kaisar Romawi/Byzantium, Heraclius
Hercules ini kaisar yang menguasai wilayah yang sangat luas
dan kaya. Ia berasal dari keluarga Yunani, tetapi besar di satu
wilayah dekat Tunisia. Ia berhasil mengalahkan Persia yang
menyerang wilayah Byzantium, bahkan menyerangnya hingga
Persia, Iran. Dia juga berhasil menguasai Palestina dan
menegakkan kembali kekuasaan Kristen di sana.
Yang membawa surat Nabi SAW adalah Dibyah al-Kalbi,
seorang sahabat Nabi SAW yang dikenal sangat gagah dan
cerdas. Imam Bukhari meriwayatkan teks surat itu yang
terjemahannya lebih kurang sebagai berikut:
“Bismillah ar-Rahman ar-Rahim,
Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya,
Kepada Heraclius Romawi yang Agung.
Salam sejahtera bagi yang mengikuti Hidayah (Allah).
Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam.
Peluklah Islam, Engkau akan selamat. Allah akan
menganugerahimu dua kali ganjaran, Jika Engkau enggan,
maka Engkau akan memikul dosa al-Arisiyin.
“Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada
136 |
mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)” (QS Ali-Imran, 3: 64).”
Surat kepada Heraclius (sumber: http://www.voa-islam.com)
5. Surat kepada Al-Mundzir bin Sawa
Rasululullah SAW mengutus Abul Ala’ Al-hadhrami dengan
membawa surat untuk Al-Mundzir bin Sawa
pemimpin
Bahrain, sepulangnya beliau dari Hudaibiyah. Al-Mundzir bin
sawa telah merespon baik surat nabi SAW, lalu masuk Islam
bersama seluruh penduduk Arab di Bahrain. Adapun penduduk
negeri dari kalangan Yahudi dan Majusi, maka mereka
mengadakan perjanjian damai dengan Al-‘Ala dan Al-Mundzir
atas pembayaran jizyah dari setiap orang yang membawa
dinar.
6. Surat kepada Haudzah bin Ali-Hanafi, Pemimpin Yamamah.
Rasulullah SAW mengutus Salith bin Amru Al-Amiri dengan
membawa surat untuk Haudzah bin Ali Al-Hanafi sekembalinya
beliau dari Hudaibiyah. Setelah membaca isi surat Rasulullah,
Haudzah bin Ali Al-Hanafi mensyaratkan kepada beliau agar
137 |
memberikan sebagian kekuasaan kepadanya. Namun,
Rasulullah SAW menolak hal tersebut.
7. Surat kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani, Pemimpin
Damaskus
Beliau menunjuk Syuja’ bin Wahb dari Bani Asad bin Khuzinah
untuk mengantarkan surat itu. Setelah membacanya, dia
berkata, “Siapa yang mau merebut kerajaan ini dari tanganku,
aku pasti akan menghadapinya.” Dan dia tidak mau masuk
Islam.
8. Surat kepada Raja Uman
Nabi SAW menulis surat kepada Raja Uman, Jaifar dan Abd,
keduanya adalah anak Al-Julunda. Beliau menunjuk Amr bin
Al-Ash untuk menyampaikan surat ini. Amr menuturkan, “Aku
pun berangkat hingga tiba di Uman. Aku ingin menemui Abd
bin Al-Julunda terlebih dahulu, karena dia lemah lembut dan
lebih kompromis.
Akhirnya Jaifar dan Abd bin Al-Julunda masuk Islam dan
beriman kepada Nabi SAW. Bahkan keduanya siap
menyerahkan sedekah dan kerajaan tetap berada di tangan
mereka berdua.
Pengiriman surat ini kepada Jaifar dilakukan pada waktu-waktu
belakangan daripada surat-surat lain yang dikirimkan kepada
para raja. Menurut pendapat mayoritas, surat ini dikirimkan
setelah Perjanjian Hudaibiyah.
 Perang Khaibar dan Wadil Qura
Perang Khaibar adalah perang menghadapi kaum Yahudi yang
bermukim di Khaibar. Khaibar telah lama menjadi ancaman bagi
Madinah dari sebelah Utara dan selalu mengobarkan rasa
permusuhan. Sesudah Perjanjian Hudaibiyah disepakati antara
Muhammad SAW dan kaum musyrik Mekkah, maka ancaman dari
Selatan Madinah relatif dapat dikendalikan.
138 |
Anas menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah memerangi
Khaibar. Lalu, kami shalat Shubuh dekat nergeri tersebut, setelah
shalat beliau mengendarai kendaraannya. Abu Thalhah juga
mengendarai kendaraannya sedangkan saya membonceng Abu
Thalhah. Ketika beliau melewati gang di Khaibar, beliau memacu
kendaraannya sampai lututku bersentuhan dengan paha Nabi
SAW dan saya melihat putihnya paha Nabiyullah SAW. Lalu,
beliau menyingkap sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat
paha Nabi SAW yang putih.
Ketika memasuki desa beliau bersabda, “Allahu Akbar, binasalah
Khaibar dan penduduknya!
“Sungguh, jika kami mendatangi halaman suatu kaum, maka
(amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang
diperingatkan itu).”(Asf Shaffaat, 37: 177). Beliau mengucapkan
kalimat ini tiga kali. “Anas bin malik melanjutkan, “(Saat itu) orangorang keluar untuk bekerja, mereka lantas berkata, ‘Muhammad
datang!’ Abdul ‘Aziz berkata, ‘Sebagian sahabat kami
menyebutkan, “Pasukan (datang)! ‘Maka kami pun menaklukan
mereka. (HR Bukhari).
Salamah bin Al-Akwa berkata, “Kami pergi berperang di Khaibar
bersama-sama dengan Rasulullah SAW, maka kami mengadakan
perjalanan di malam hari. Seorang anggota pasukan lalu berkata
kepada Amir bin Al-Akwa’, ‘Bacakanlah kepada kami sajaksajakmu!’ Amir memang seorang penyair. Kemudian dia turun
sambil menghalau unta dan berkata, ‘Ya Allah, kalau bukan
karena (Hidayah-Mu) maka tidaklah kami akan mendapat
petunjuk, kami tidak akan bersedekah, dan kami tidak akan
mendirikan shalat. Oleh karena itu, kami tidak akan bersedekah,
dan kami tidak akan mendirikan shalat. Oleh karena itu,
ampunilah kami sebagai tebusan Engkau atas kesalahan kami.
Dan teguhkanlah pendirian kami jika bertemu dengan musuh.
Tanamkanlah ketenangan di hati kami, apabila diteriaki kami akan
datang. Dan dengan teriakan, mereka akan menangis kepada
kami.
139 |
Maka Rasulullah SAW bertanya, ‘Siapakah orang yang
menghalau unta sambil bersyair itu?’ Mereka menjawab, ‘Amir.’
Beliau bersabda, Semoga Allah memberinya rahmat.’ Lalu
seorang angota pasukan bertanya, ‘Betulkah begitu ya
Rasulullah?’ Alangkah baiknya sekiranya Anda menyuruhnya
supaya menghibur kami terus. “ Kiranya saat itu kami telah
sampai di Khaibar, kemudian kami mengepung penduduknya,
sehingga perut kami terasa sangat lapar, lalu Rasulullah SAW
bersabda, ‘Sesungguhnya Allah menaklukan negeri itu kepada
kalian.’
Salamah berkata.’ Setelah hari mulai petang di hari penaklukan
Khaibar, mereka mulai menyalakan api, maka Rasulullah SAW
bertanya. ‘Nyala api apakah itu? Dan untuk apakah mereka
menyalakan api tersebut? Mereka menjawab, ‘Untuk membakar
daging. ‘Beliau betanya: ‘Daging apa?’ Mereka menjawab, ‘Daging
keledai jinak. ‘Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Tumpahkan dan
pecahkanlah (periuknya). ‘Lantas ada seorang laki-laki berkata,
‘Tumpahkanlah lalu dicuci.’ Beliau menjawab, ‘Atau seperti itu.’
Tatkala dua pasukan saling berhadapan, ternyata Amir hanya
mempunyai pedang pendek. Dengan pedang itu maka ia
menikamkannya di betis orang Yahudi, tetapi malang baginya,
ujung pedang itu terus meluncur hingga berbalik mengenai lutut
Amir, dan Amir pun gugur karenanya.’
Salamah berkata, Tatkala mereka telah kembali pulang,
Rasulullah SAW memegang tanganku, ketika beliau melihat aku
diam. ‘Beliau
bertanya,
‘Ada apa denganmu?’ Aku
menjawab,’Ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda, mereka
mengatakan,
‘Pahala
Amir
telah
terhapus.”Beliau
bertanya,’Siapakah yang mengatakannya?” Beliau lantas
bersabda, ‘Orang yang mengatakannya telah berdusta,
sesungguhnya dia memperoleh pahala ganda sambil beliau
memberi isyarat dengan menggabungkan jemarinya dialah
pejuang sesungguhnya, dan sedikit sekali orang Arab yang pergi
berperang seperti dia.’” (HR Bukhari).
140 |
Ali bin Abu Thalib r.a. Pada Perang Khaibar
Rasulullah mengutus Abu-Bakar Ash-Shiddiq r.a. dengan panji
perangnya yang berwarna putih, ke salah satu benteng Khaibar.
Abu bakar pun berjuang untuk menaklukannya, namun ia tidak
berhasil dan pulang kembali dalam kondisi lelah.
Keesokan harinya Rasulullah mengirim Umar bin Khaththab r.a.
Umar pun berjuang untuk menaklukkan benteng tersebut, namun
diapun gagal dan mengalami kelelahan yang sama. Kemudian
Rasulullah bersabda: “Besok pagi, panji ini niscaya aku berikan
kepada orang yang mencintai Allah dan mencintai Rasul-Nya.
Allah akan memberi kemenangan melalui tangannya dan ia bukan
orang yang melarikan diri.”
Rasululullah memanggil Ali bin Abu Thalib yang pada saat itu
sedang menderita sakit mata. Rasulullah meludahi matanya
seraya bersabda: “Ambillah panji perang ini, majulah dengannya
hingga Allah memberi kemenangan bagimu.” Demi Allah, saat itu
Ali bin Abu Thalib dengan nafas terengah-engah sambil berlari-lari
kecil hingga ia menancapkan panji perang pada tumpukan batu
yang berada di bawah benteng.
Seorang Yahudi melihat Ali bin Abu Thalib dari atas benteng
seraya bertanya: “Siapakah kamu?” Ali bin Abu Thalib menjawab:
“Aku Ali bin Abu Thalib.” Orang Yahudi tersebut berkata: “Demi
kitab yang diturunkan kepada Musa. Kalian telah menang.” Ali bin
Abu Thalib tidak kembali sebelum berhasil menaklukkan benteng
tersebut dengan tangannya.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Al-Hasan meriwayatkan
kepadaku dari sebagian keluarganya dari Abu Rafi’ mantan budak
Rasulullah, ia berkata: Aku pergi bersama Ali bin Abu Thalib r.a.
saat ia dikirim oleh Rasulullah dengan membawa panji perang.
Pada saat Ali bin Abu Thalib telah mendekat ke benteng yang
akan ditaklukkannya, dengan serta merta penghuni benteng itu
141 |
keluar melawan Ali bin Abu Thalib. Maka terjadilah pertempuran
antara Ali bin Abu Thalib dengan mereka.
Penaklukan Khaibar
Berlangsung pada bulan Muharram tahun 7 H/Mei atau Juni 628
M.
1. Rasulullah SAW mendirikan masjid di daerah itu.
2. Tempat tersebut berjarak 60 km dari Khaibar
3. Rasulullah SAW membuat kubah masjid untuk pertama
kalinya.
4. Di sinilah pintu masuk Khaibar dari arah selatan, namun
Rasulullah SAW masuk dari arah utara.
5. Benteng yang dibangun Abu Haqiq.
Penaklukan dan Pampasan Perang
Setelah Nabi menyelesaikan urusan Khaibar, beliau melanjutkan
perjalannya sampai di Fadak. Daerha ini di bawah kekuasan Yahudi.
Ketika mereka mendengar kedatangan Nabi beserta pasukannya
mereka mengajukan usul perdamaian. Mereka setuju untuk
memberikan separuh hasil panen kurma dari Fadak. Usul damai itu
diterima oleh Nabi. Dan Nabi membagikan hasil Fadak itu kepada
kaum Muslimin sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
Kemudian beliau melanjutkan perjalannya sampai di lembah Wadil
Qura. Daerah ini terdiri dari beberapa desa yang dikuasai Yahudi.
Seperti Khaibar dan Thaima’. Akhirnya daerah ini dijadikan markas
kaum Yahudi dan ditambah beberapa kabilah Arab. Sesampainya
Nabi disana beliau mengajak mereka ke dalam Islam. Dan mereka
juga diberitahukan bila mereka masuk Islam jiwa dan harta mereka
akan selamat.
Ajakan Nabi ditolak dan mereka mengajak berperang. Dalam perang
tanding antara kedua pasukan yang banyak memegang peranan
adalah Zubair Ibnul Awwam. Kemenangan terakhir dicapai oleh kaum
Muslimin. Keesokan harinya terpaksa kaum yahudi menyerahkan
harta mereka, perkakas rumah mereka sebagai pampasan perang
142 |
kepada kaum Muslimin. Sedangkan harta pampasan perang itu oleh
Nabi dibagikan kepada para sahabatnya. Sedangkan tanah dan
pohon-pohon kurma yang ada di Wadil Qura ditinggalkan kepada
kaum Yahudi untuk dikerjakan tanahnya dan hasilnya akan dibagi
dua.
Ketika kaum Yahudi Taima’ mendengar kekalahan kaum Yahudi
Khaibar, Fadak dan Wadil Qura, maka mereka mengajukan usul
damai kepada Nabi SAW dan beliau menerima usul damai itu tanpa
menggangu harta benda mereka sedikit pun.
Kemudian Nabi segera pulang ke Madinah.
Benteng Khaibar (sumber: https://salafartikel.files.wordpress.com)
143 |
Kisah Domba Beracun
Pada saat Rasulullah merasa tenang, Zainab binti Al-Harits
istri Sallam bin Misykam memberinya hadiah berupa seekor
domba guling. Sebelumnya Zainab telah menanyakan tentang
bagian domba yang paling disukai oleh Rasulullah. Maka
diberitahukan padanya bahwa yang beliau sukai adalah bagian
paha. Maka Zainab pun menaburkan racun sebanyakbanyaknya
pada
bagian
paha
kambing
itu
dan
meracuniseluruh bagian kambing lalu menyuguhkannya
kepada Rasulullah SAW. Beliau pun mengambil bagian paha
kambing itu, lalu mengunyah nya dan kemudian
memuntahkannya. Sedang Bisyr bin Al-Barra’ bin Ma’rur yang
saat itu berada bersama memakan dan menelannya. Beliau
bersabda: “Sesungguhnya tulang kambing itu memberitahu
aku bahwa ia mengandung racun.” Rasulullah memanggil
Zainab dan iapun mengakui bahwa dirinya telah meracuni
domba bakar tersebut. Beliau bertanya padanya: “Mengapa
144 |
engkau melakukan semua ini? Zainab menjawab:”Engkau
telah melakukan tindakan terhadap kaumku, sebagaimana
yang engkau ketahui. Apabila dia seorang raja maka aku bisa
merasa tenang dengan kematiannya dan apabila dia seorang
Nabi maka ia akan diberitahu oleh tuhan tentang racun itu.”
Rasulullah SAW pun memaafkan Zainab, sedang Bisyr
meninggal dunia karena makanan yang telah dimakannya.
Rasulullah SAW bersabda pada saat sakit yang menyebabkan
wafat, yaitu ketika ibunda Bisyr binti Al-Barra’ bin Ma’rur
menjenguk beliau: “Wahai ibu Bisyr, aku rasa inilah waktunya,
aku menemukan potongan urat dari makanan yang aku makan
bersama saudaramu di Khaibar.” Kaum muslimin beranggapan
bahwa Rasulullah meninggal sebagai syahid di samping
keNabian yang disandangnya.
Setelah Rasulullah berhasil menaklukan Khaibar, beliau
berangkat ke arah Lembah Al-Qura dan mengepung
penduduknya dalam waktu beberapa malam, lalu beliau
kembali ke Madinah.
 Perang Mu’tah
Perang terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 8 Hijriyah. Mu’tah
terletak di dekat Balqa’ yang termasuk kawasan wilayah Syam.
Pemicunya ialah, karena Rasulullah SAW mengutus Al-Harits
bin Umair Al-Azdi, salah seorang keluarga besar bani Lahab,
ke Syam untuk mengantarkan sepucuk surat kepada Syuraibil
bin Amr Al-Ghassani, penguasa Romawi Timur atau Bushra.
Utusan Nabi itu ditangkap dan digiring dalam keadaan terikat
ke hadapannya, kemudian dibunuh. Padahal menurut
kebiasaannya tidak boleh seorang utusan dibunuh di kalangan
kaum raja dan pembesar, walau bagaimanapun kerasnya
permusuhan ataupun surat yang dibawa itu tidak disenangi.
Inilah satu-satunya kurir yang diutus oleh Rasulullah SAW
dibunuh. Mendengar berita ini, sudah tentu Rasulullah amat
murka dan sedih.
145 |
Rasulullah mengirim pasukan ke Mu’tah pada bulan Jumadil
Ula tahun kedelapan Hijriyah, Rasulullah menunjuk Zaid bin
Haritsah sebagai panglima perang, Beliau berkata, “kalau
seandainya Zaid terbunuh maka dia digantikan Ja’far bin Abi
Thalib, kalau seandainya Ja’far terbunuh maka dia digantikan
oleh Abdullah bin Rawahah.
Orang-orang bersiap-siap untuk berangkat dengan jumlah
tentara 3.000 mujahid, umat Islam memberikan ucapan
perpisahan dengan berkata, “Semoga Allah bersama kalian,
dan semoga kalian kembali dengan selamat.”
Mereka terus bergerak sampai akhirnya berhenti di daerah
Ma’an. Pada saat itulah, pasukan kaum muslimin mendengar
informasi kalau Hiraklius sudah berada di daerah Balqa’
dengan membawa seratus ribu pasukan Romawi. Ikut
bergabung bersama mereka adalah orang-orang dari suku
Lakham, suku Jadzam, suku Balqin, suku Bahra’, dan suku
Billi yang juga berjumlah seratus ribu. Jadi jumlah keseluruhan
pasukan Hiraklius sebesar dua ratus ribu.
Pasukan Islam terus berjalan. Ketika mereka tiba di
perbatasan Al-Balqa’ tepatnya di desa Masyarif, mereka
berpapasan dengan pasukan Romawi dan pasukan sekutu
Arab. Kedua pasukan itu saling merapat, namun kaum
Muslimin bergerak menuju daerah Mu’tah. Disanalah, kedua
belah pihak berhadapan. Kaum Muslimin bersiap-siap
menghadapi musuh dengan menunjuk Quthbah bin Qatadah
seorang sahabat dari Bani Udzrah sebagai pemimpin pasukan
sayap kanan sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ubayah bin
Malik seorang sahabat dari kaum Anshar.
Kaum Muslim berjuang mati-matian
Dalam peperangan kaum Muslimin sebagai panglima perang
yang gugur sebagai syahid adalah:
146 |
Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin
Rawahah.
Khalid bin Walid Seorang Pemimpin yang Bijaksana
Setelah gugurnya tiga orang pahlawan Islam, kaum Muslimin
bersepakat untuk menyerahkan pimpinan kepada Khalid bin
Walid. Bendera Islam dipegang oleh Khalid. Kemudian Khalid
mengadakan perlawanan dengan sengit sekali.
Khalid adalah seorang yang berpengalaman dalam mengatur
taktik perang. Ketika beliau melihat besarnya jumlah pasukan
musuh yang berlipat ganda itu, beliau mengajak pasukannya
mundur ke selatan. Sedangkan musuh mundur ke utara.
Ketika malam tiba kedua pasukan itu saling menjauh dari
lawannya masing-masing. Kedua belah pihak lebih
mengutamakan selamat daripada mereruskan peperangan
yang akan membawa kebinasaan.
Di pagi harinya Khalid menugaskan sebagian pasukannya
yang berada di garis belakang untuk mengadakan kegaduhan
sebagai taktik seolah-olah kaum Muslimin mendapat bala
bantuan lagi dari Madinah. Taktik yang diatur oleh Khalid
sehingga sebagiannya ada yang berkata: “Jika jumlah tentara
sebesar tiga ribu orang saja sudah cukup untuk membuat kita
seperti yang kita ketahui. Apalagi jika mereka mendapatkan
bala bantuan yang tidak diketahui besar jumlah dan
kekuatannya.”
Selanjutnya pasukan Romawi terus berupaya mundur dan
tidak meneruskan peperangan. Dengan ini peperangan
berakhir.
Nabi Mendapat Kabar dari Allah SWT Jalannya Peperangan
Ketika kaum Muslimin sedang dalam medan perang Mu’tah,
Rasulullah SAW yang sedang berada di Madinah memberi
tahu kepada sebagian para sahabat beliau apa yang terjadi di
medan peperangan. Anas bin Malik meriwayatkan sebagai
berikut:
“Sesungguhnya Rasululllah SAW memberitahukan kepada
orang banyak tentang kematian Zaid, Ja’far dan Abdullah bin
147 |
Rawahah sebelum ada seorang pun yang membawa kabar
kematian mereka.” Nabi berkata: “Bendera dipegang oleh Zaid
ia terbunuh. Selanjutnya bendera itu dipegang oleh Ja’far
sampai dia terbunuh. Setelah itu bendera dipegang oleh
Abdullah bin Rawahah sampai dia terbunuh. Selanjutnya
bendera itu dipegang oleh salah satu daripada pedang Allah
(Khalid) sampai Allah memberikan kemenangan. (HR Bukhari).
Lokasi Perang Mu’tah, Selatan Yordania
 Pembebasan Mekkah (Fathu Mekkah)
(10 Ramadhan 8 Hijriyah – 1 Januari 630 M)
148 |
Faktor-faktor yang Mendorong Keberangkatan ke Mekkah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW menetap di Madinah pada
bulan Jumadil Akhir dan Rajab setelah pengiriman pasukan ke
Mu’tah.
Tidak lama kemudian, kabilah Bani Bakr bin Abdu Manat bin
Kinanah menyerang kabilah Khuza’ah pada saat mereka
berada di mata air mereka di Mekkah bawah yang bernama AlWatir. Faktor penyebabnya perang antara kabilah Bani Bakr
dengan kabilah Khuza’ah adalah karena orang Bani AlHadhrami yang bernama Malik bin Abbad-saat itu Bani AlHadhrami bersepakat dengan Bani Al-Aswad bin Razn Ad-Daili
dari kabilah Bani Bakr-berangkat untuk berdagang.
Selanjutnya Kabilah Bani Khuza’ah meminta perlindungan dari
Rasulullah SAW. Pada waktu kabilah Bani Bakr bersekongkol
dengan Quraisy untuk menyerang kabilah Khuza’ah,
menangkap salah seorang dari mereka, melanggar perjanjian
dengan Rasulullah, serta untuk membunuh orang-orang dari
kabilah Khuza’ah walaupun sebenarnya kabilah Khuza’ah
adalah sekutu Rasulullah, maka Amr bin Salim dari Khuza’ah
dari Bani Ka’ab pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah.
Peristiwa ini merupakan factor yang mendorong terjadinya
pembebasan mekkah. Amr bin Salim berdiri di hadapan
Rasulullah SAW yang sedang duduk bersama muslimin di
masjid.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya awan ini datang
membawa pertolongan bagi Bani Ka’ab, kabilah Khuza’ah.”
Pihak Quraisy mengutus Abu Sufyan bin Harb ke Madinah
menemui Rasulullah SAW untuk menguatkan perjanjian dan
memperpanjang masa berlakunya.
Abu Sufyan bin Harb menemui Nabi Muhammad SAW dan
berbicara dengannya, namun ia tidak memberi respon sedikit
pun. Kemudian menemui Abu Bakar, namun menolaknya juga,
begitu pula waktu menemui Umar bin Kaththab. Selanjutnya
menemui Ali bin Abu Thalib yang memberi nasehat, “Demi
Allah, aku tidak mengetahui sesuatu yang bermanfaat bagimu.
Engkau adalah pemimpin Bani Kinanah, maka berdiri dan
149 |
lindungilah manusia, dan pulanglah ke tempat asalmu.” Abu
Sufyan bertanya: “Apakah yang demikian ini berguna bagiku?”
Ali bin Abu Thalib menjawab” “Tidak, demi Allah. Aku kira hal
tersebut tidak bermanfaat bagimu, namun aku tidak melihat
pilihan yang lebih baik untukmu.” Abu Sufyan bin Harb pergi ke
masjid seraya berkata: “Wahai manusia, aku telah memberikan
perlindungan kepada manusia.” Setelah mengatakan
ucapannya tadi, Abu Sufyan bin Harb menaiki untanya dan
kembali ke Mekkah.
Rasulullah SAW mengumumkan bahwa beliau segera
berangkat ke Mekkah dan memerintahkan kaum Muslimin
untuk melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Lalu
beliau membaca do’a: “Ya Allah, tutuplah penglihatan dan
pendengaran orang-orang Quraisy agar tidak mengetahui
informasi keberangkatan kami, supaya kami bisa menyerang
mereka dengan mengejutkan di dalam negeri mereka sendiri.”
Kaum muslimin pun segera bersiap-siap.
Pada tanggal 10 Ramadhan 8 Hijriyah, Rasulullah SAW
berangkat ke Mekkah dengan komandan-komandan Islam
yang terkenal tangguh, dan serdadu-serdadu Allah. Beliau
menugaskan Abu Raham alias Kultsum bin Hushain Al-Ghiffari
untuk menjaga Kota Madinah. Menurut Ibnu Sa’ad, yang
dipercaya menjaga Madinah saat itu adalah Abdullah bin
Ummi Maktum.
Ibnu Qayyim berkata, “ Ini merupakan penaklukan terbesar
yang dengannya Allah memuliakan Agama, rasul, para prajurit
dan pasukannya yang dapat dipercaya, yang dengan
penaklukan ini pula Dia menyelamatkan negeri dan rumahNya, yang telah dijadikan petunjuk bagi semesta alam,
menyelamatkan dari cengkraman tangan orang-orang kafir dan
musyrik. Ini merupakan penaklukan dan sekaligus
kemenangan yang telah dikabarkan penduduk langit, yang
kemudian semua manusia masuk ke dalam agama Allah
secara berbondong-bondong, sehingga wajah bumi berseriseri memancarkan cahaya dan keceriaan.
150 |
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Rabah, dari Abi Hurairah R.A.:
Ada beberapa orang delegasi menghadap Mu’awiyah. Hal itu
terjadi pada waktu bulan Ramadhan, sementara kami masingmasing biasanya membuatkan makanan untuk lainnya (pada
bulan Ramadhan). Abu Hurairah adalah di antara orang yang
sering mengundang kami makan di rumahnya. Lalu aku
berkata, “Bukankah saat ini adalah bagianku memasak untuk
mengundang mereka ke rumahku?” Lalu kuperintahkan
(keluargaku) memasak.
Setelah itu, aku menemui Abu
Hurairah pada sore harinya, lalu aku mengatkan kepadanya,
“Aku mengundangmu untuk makan di rumahku malam ini.”
Abu Hurairah menjawab, “Anda mendahului mengundangku.”
Aku menjawab, “Ya, aku telah mengundang mereka.” Abu
Hurairah r.a. berkata,”Maukah kalian kuajarkan sebuah hadis
tentang kalian wahai golongan Anshar?” Kemudian Abu
Hurairah menceritakan peristiwa penaklukan Kota Mekkah. Dia
berkata, “Ketika sudah tiba di Kota Mekkah, Rasulullah SAW
mengangkat Zubair menjadi komandan pasukan salah satu
sayap, dan Khalid komandan sayap yang lain. Sedangkan Abu
‘Ubaidah menjadi komandan pasukan tanpa perlengkapan
baju besi. Mereka mengambil jalan menelusuri lembah,
sedangkan Rasulullah SAW dalam sebuah pasukan tentara.”
Abu Hurairah berkata, “Beliau memperhatikan suasana, lalu
melihatku dan bersabda, ‘Tidak boleh ada yang mendatangiku,
kecuali orang Anshar. Beliau menambahkan, dan kecuali
Syaiban. Selanjutnya, beliau bersabda, “Suruhlah orang-orang
Anshar itu menjumpaiku!” Kemudian berkumpullah orangorang Anshar di sekeliling beliau, sedangkan orang-orang
Quraisy menyusun barisannya dari kabilah-kabilah yang
bercerai-berai.
Orang Quraisy berkata kepada kawan-kawannya, ‘Biarlah
mereka di barisan depan, kalau mereka beruntung, kita
beruntung pula. Akan tetapi, jika mereka mendapat musibah,
kita berikan saja kepada mereka apa yang dimintanya.
‘Rasulullah SAW bersabda,’Apakah kalian mengetahui
pasukan-pasukan Quraisy?” Beliau memberi isyarat dengan
151 |
kedua tangannya, yang satu ditumpangkan kepada lainnya
(pertanda mereka harus bersatu padu). Kemudian beliau
bersabda,’Sampai berjumpa lagi di Shafa!’ Kata Abu Huraifah,
kami pun terus berjalan, dalam perjalanan itu, tak seorang pun
di antara kami yang melakukan pembunuhan. Dan tak seorang
pun dari mereka yang melakukan perlawanan yang ditujukan
kepada kami. Kemudian Abu Sufyan datang menghadap
Rasulullah SAW seraya berkata,’Ya Rasulullah, kalau orangorang Quraisy ini ditumpas, tamatlah riwayat Quraisy sesudah
hari ini (karena mereka telah menyerah kalah). Lalu beliau
bersabda,’Barang siapa memasuki rumah Abu Sufyan, maka
dia aman.’ Orang-orang Anshar berkata satu samalain,
’Tampaknya Rasulullah SAW rindu kepada kampung
halamannya, sayang terhadap sanak keluarganya.’ Lalu
datanglah wahyu, dan apabila wahyu datang, tidak seorang
pun berani mengangkat pandangannya kepada Rasulullah
SAW sampai wahyu itu selesai turun.
Setelah selesai, Rasulullah SAW bersabda,’wahai orang-orang
Anshar!’ Mereka menjawab,’Kami penuhi panggilanmu wahai
Rasulullah.’ Beliau bersabda,’Kalian berkata bahwa aku rindu
kepada kampung halamanku dan sayang terhadap sanak
keluargaku.’ Mereka menjawab, ‘Ya memang demikian.’ Beliau
bersabda,’Sama sekali tidak demikian. Aku ini hamba Allah
dan Rasul-Nya.’ Rasulullah SAW bersabda,’Sesungguhnya,
Allah dan Rasul-Nya membenarkan dan memaafkan kalian.’
Lalu orang-orang (penduduk Mekkah) berkumpul di rumah Abu
Sufyan, da nada pula yang menutup pintu mereka, sedangkan
Rasulullah SAW langsung saja pergi ke Hajar Aswad. Beliau
menciumnya, lalu berthawaf. Setelah di Baitullah, beliau
mendatangi berhala yang terletak di sekeliling Baitullah,
sembahan orang-orang Quraisy. Waktu itu Rasulullah SAW
memegang busur panah. Beliau lalu menusuk-nusukkan ujung
busur kepada mata patung tersebut seraya berucap,’Telah
datang yang hak dan lenyaplah yang batil’. Setelah berthawaf,
beliau pergi ke Bukit Shafa, kemudian naik ke puncaknya
152 |
sampai melihat Baitullah dan berdoa dalam waktu lama,” (HR
Muslim)
Membersihkan Ka’bah dari Berhala-berhala
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud R.a.: Ketika Nabi SAW
memasuki kota Mekkah, di sekeliling Ka’bah terdapat 360
berhala. Lalu beliau menusuk-nusuk berhala-berhala tersebut
dengan tongkat kayu yang dipegangnya sambil mengucapkan,
“yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.
Sesungguhnya, yang batil itu sesuatu yang pasti lenyap.
Kebenaran telah datang dan yang batil tidak akan memulai
dan tidak (pula) akan mengulangi.” Ibn ‘Amr (Muhammad bin
Yahya bin Abi’ Amr Al-‘Adani) menambahkan bahwa peristiwa
ini terjadi pada waktu Penaklukan Mekkah. (HR Muslim).
Patung-patung berhala itu pun berjatuhan di hadapan beliau.
Rasulullah SAW melakukan thawaf di atas kendaraan yang
pada waktu itu tidak dilarang. Dan beliau hanya melakukan
thawaf saja. Selesai thawaf beliau memanggil Utsman bin
Thalhah. Beliau menyerahkan kunci Ka’bah kepada Utsman,
dan menyuruh untuk membukanya. Di dalam Ka’bah beliau
melihat gambar-gambar. Beliau juga melihat gambar Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail sedang menyembah patung-patung
berhala. Beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan
mereka. Demi Allah, Ibrahim dan Ismail tidak pernah
melakukan seperti itu” (Shahhih Bukhari).
Di Ka’bah, Rasulullah SAW juga melihat sebuah patung
berbentuk seekor burung merpati. Beliau menghacurkannya
dengan tangan. Beliau menyuruh untuk menghapus gambargambar yang lain.
Rasululullah SAW sambil memegangi sepasang tiang, beliau
berpidato:
“Tidak ada Tuhan selain Allah semata yang tidak memiliki
sekutu sama sekali, yang membenarkan janji-Nya, yang
menolong hamba-Nya, dan yang mengalahkan pasukan
sekutu sendirian. Ingat, semua bentuk balas dendam yang
153 |
terkait dengan harta atau darah sudah berada di bawah
sepasang telapak kakiku ini, kecuali tugas mengurus Ka’bah
dan memberi minum jama’ah haji. Ingat, denda pembunuhan
karena khilaf itu sama seperti pembunuhan dengan sengaja,
yaitu seratus ekor unta. Wahai orang-orang Quraisy,
sesungguhnya Allah Ta’ala telah menghilangkan semua jenis
sumpah persekutuan peninggalan jahiliyah, dan membanggabanggakan nenek moyang. Manusia dari Adam, dan Adam itu
berasal dari tanah.”
Selanjutnya
beliau
membaca
ayat,
“Hai
manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Orang Quraisy Tidak Boleh Dibunuh Setelah Penaklukan
Mekkah
Diriwayatkan dari Abdullah bin Muthi, dari ayahnya: Aku
mendengar Nabi SAW bersabda pada hari penaklukan
Mekkah, “Tak seorang Quraisy pun yang sengaja dibunuh
secara aniaya setelah hari ini sampai kiamat.”
Penaklukan Kota Mekkah ini tercantum dalam Surah An-Nasr,
110: 1-3:
“Apabila telah datang pertongan Allah dan kemenangan,”
“Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk
agama Allah.”
154 |
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.”
Para Syuhada dalam Penaklukan Mekkah
Orang-orang yang gugur adalh Kurz bin Jabir al-Fihri, Khalid
al-Asy’ar, dan beberapa orang dari Bani Ka’ab. Orang-orang
dari kaum musyrik yang dipancung dengan pedang adalah
Ibnul Khatal yang dibunuh oleh Abu Barzah; Huwairits bin
Nuqaidz yang dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib; dan Miqyas bin
Dhubaba yang tewas di tangan Numaila. Dua puluh empat
orang terbunuh pada kubu kaum musyrik di Khandama.
Gambaran Penaklukan Mekkah (sumber:
http://1.bp.blogspot.com)
155 |
Ka’bah pada masa lalu (sumber: http://www.englishbaby.com)
 Perang Hunain
Hunain atau Authas adalah nama sebuah tempat yang terletak
antara Mekkah dan Tha’if. Nama perang ini diambil dari nama
lokasi kejadiannya. Ada yang menyebut ini adalah perang
Huwazin, karena merekalah yang aktif memerangi Rasulullah
SAW.
Hadits Al-Barra, ketika seseorang dari Qais bertanya
kepadanya, “Apakah kalian melarikan diri dari Rasululullah
SAW pada perang Hunain? Al-Barra’ menjawab, “Adapun Nabi
SAW, beliau pantang melarikan diri. Ketika itu Hawazin adalah
para pemanah ulung, ketika kami menyerbu mereka, mereka
kocar-kacir sehingga kami tergiur mendapatkan ghanimah dan
gantian kami yang dihujani anak panah.” Kulihat Rasulullah
SAW di atas bighalnya yang putih, dan Abu Sufyan bin AlHarits memegang kendalinya sedang Nabi sambil berseru,
“Aku Nabi yang tiada dusta.” (HR Bukhari).
156 |
Diriwayatkan dari Katsir bin Abbas bin Abd-Al-Muththalib:
Abbas berkata, Aku ikut bersama Rasulullah SAW pada hari
terjadinya Perang Hunain. Aku dan Abu Sufyan bin harits bin
Abd-Al-Muththalib selalu mendampingi Rasulullah SAW
berada di atas baghal putihnya yang merupakan hadiah dari
Farwah bin Nufatsah Al-Judzami. Sewaktu pasukan Islam dan
pasukan kafir berhadap-hadapan, mundurlah pasukan Islam.
Kemudian Rasulullah SAW bergerak maju dengan memacu
baghalnya ke arah orang-orang kafir. Akulah yang memegang
tali kekang baghal Rasulullah SAW dan menahannya supaya
tidak terlalu cepat larinya, sedangkan Abu Sufyan memegang
pelana baghal Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW
bersabda,’panggillah orang-orang yang telah berbaiat di
bawah Pohon Samurah (pada waktu Bai’ah Al-Ridhwan)!”
Abbas-seorang yang bersuara keras-berkata,”lalu aku
memanggil mereka dengan suaraku yang paling tinggi,’Di
manakah orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon
Samurah?” Demi Allah, setelah mereka mendengar suara
panggilanku, serentaklah mereka berdatangan, bagai induk
lembu mendengar panggilan anaknya. Mereka berkata, ‘Kami
penuhi panggilanmu!” Kemudian bertempurlah mereka dengan
orang-orang kafir. Sementara itu, ada panggilan khusus
kepada orang-orang Anshar, ‘Wahai orang-orang Anshar,
wahai orang-orang Anshar!’ Kemudian ada panggilan lagi
hanya ditujukan kepada Bani Harits bin Khazraj,’Wahai Bani
Harits bin Khazraj, wahai Bani Harits bin Khazraj!’ Lalu
Rasulullah SAW memperhatikan suasana pertempuran dari
atas baghalnya untuk membakar semangat juang pasukan
beliau dalam bertempur. Beliau bersabda, ‘Inilah suasana
pertempuran apabila telah berkecamuk sengit.’ Kemudian
Rasulullah
SAW
mengambil
beberapa
kerikil,
lalu
melemparkannya ke muka orang-orang kerikil itu seraya
bersabda,’Demi Tuhan Muhammad, kalahlah mereka!’ Lalu
aku pergi memperhatikan pertempuran itu, ternyata
pertempuran itu seperti yang telah diucapkan beliau. Demi
Allah, padahal beliau hanya melemparkan beberapa kerikil
157 |
saja kepada mereka, tetapi ternyata mereka semakin
berkurang hingga akhirnya mengundurkan diri.” (Shahih
Muslim).
Para Syuhada dalam Perang Hunain
Aiman bin ‘Ubaid yang merupakan anak dari Ummu Aiman,
terbunuh. Dia berasal dari kaum Anshar Balharits bin Khazraj
dan juga maula Nabi. Juga berasal dari kaum Anshar adalah
Suraqah bin Harits dan Ruqaim bin Tsabit bin Tsa’labah bin
Zaid bin Laudzan. Abu ‘Amir al-Asy;ari terbunuh di Authas.
Semuanya ada empat orang yang tewas terbunuh.
Perang Hunain ini dimuat dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah,
9: 25-27:
25. “Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di
banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika
jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah
yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi
yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik
ke belakang dan lari tunggang langgang.”
158 |
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia
menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat
olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir,
itulah balasan bagi orang-orang yang kafir.
27. Setelah itu Allah menerima tobat orang yang Dia
kehendaki. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Lokasi Perang Hunain (http://www.justislam.co.uk)
 Perang Tabuk
159 |
Masa Perang Tabuk disebut dengan ‘Masa kesulitan’ karena
cuaca sangat terik, buah kurma masuk masa panen,
perjalanan begitu jauh, dan perlengkapan perang yang minim.
Karena itu mereka disebut ‘Jaisyul Usrah’ (Pasukan di masa
kesulitan).
Rasulullah SAW mengobarkan semangat kaum Muslim untuk
bertempur dan berjihad, dan juga menjanjikan kesenangan
bagi mereka mengenai jihad. Beliau memerintahkan mereka
untuk mengeluarkan sedekah dan mereka pun kemudian
berhasil mengumpulkan banyak sedekah. Orang pertama yang
mnegelurakan sedekah adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Dia
memberikan semua hartanya, yakni sebesar empat ribu
dirham. Rasulullah bertanya, “Apakah engkau masih
menyimpan sesuatu?” Abu Bakar menjawab, “Allah dan RasulNya yang paling tahu!” ‘Umar menyerahkan setengah dari
hartanya. Rasulullah bertanya, “Apakah engkau masih
menyimpan sesuatu?” ‘Umar menjawab, “Ya. Setengah dari
apa yang apa kuberikan.” Ketika ‘Umar tahu jumlah yang
dibawa oleh Abu Bakar, dia berujar, “Kapan pun kami bersaing
dalam berbuat kebaikan, dia selalu mengalahkan aku.” ‘Abbas
bin ‘Abdul Muthalib dan Thalhah bin ‘Ubaidillah menyerahkan
harta mereka kepada Rasulullah. ‘Abdurrahman bin ‘Auf
menyerahkan dua ratus takaran kepada Rasulullah; Sa’ad bin
Ubadah dan Muhammad bin Maslamah juga menyerahkan
harta mereka, ‘Ashim bin ‘Adi menyerahkan Sembilan puluh
gantang kurma sebagai sedekah. ‘Utsman bin Affan menyuplai
kebutuhan sepertiga dari pasukan yang ada. Dia
mengeluarkan harta paling banyak, hingga pasukan tersebut
memiliki persediaan yang cukup, dan bahkan disebutkan
bahwa setiap kebutuhan mereka dapat terpenuhi, ‘Utsman
bahkan menyediakan tali-temali untuk kantung air mereka.
160 |
Peta Lokasi Tabuk (sumber: http://upload.wikimedia.org)
QS At-Taubah, 9: 5-6
5.” Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah
orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan
kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika
mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan
zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.
6. Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta
perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat
mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat
yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka
kaum yang tidak mengetahui.”
Prinsip-prinsip Hukum Humaniter Islam Internasional
161 |
1.
2.
3.
4.
5.
Melindungi Anak-anak dan Wanita.
Menghargai Manusia
Melarang Berbuat Kerusakan
Menjunjung Tinggi Perjanjian
Keamanan
Tahun Delegasi
Tahun ke 9 Hijriyah ini (630-631 M) disebut sebagai “Tahun Delegasi”
(sanah al-wufud). Sepanjang tahun itu, berbagai utusan berdatangan
dari tempat yang dekat maupun yang jauh untuk menawarkan
persekutuan dengan Rasulullah SAW.
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah Rasulullah SAW membebaskan Mekkah
dan perang Tabuk telah selesai, Tsaqif telah masuk Islam dan
mereka telah membai’at Rasulullah, maka berdatanganlah setelah itu
delegasi dari negeri-negeri Arab untuk bertemu Rasulullah. Hal ini
disebabkan karena orang-orang Arab selama ini menunggu apa yang
terjadi dengan orang-orang Quraisy bersama Rasulullah, karena
posisi Quraisy di kalangan orang-orang Arab adalah sebagai
pemimpin dan suri tauladan, merekalah yang mengelola masjidil
Haram, merekalah anak keturunan dari Ismail bin Ibrahim a.s,
merekalah pemimpin Arab. Kalangan orang-orang Arab pada
umumnya tidak mengingkari akan hal itu. Dan hanya orang-orang
Quraisylah yang menjadi ujung tombak dalam melakukan perlawanan
terhadap Rasulullah.
Setelah Mekkah ditaklukan, dan Quraisy tunduk terhadap Islam,
kemudian mereka masuk Islam, pada saat itulah bangsa Arab
menyadari bahwa mereka tidak akan mampu melakukan perlawanan
dan permusuhan terhadap Rasulullah.
Akhirnya mereka memilih untuk masuk Islam secara berbondongbondong. Mereka yang datang menemui Rasulullah SAW, adalah:
1. Atharid bin haajib bersama para tokoh dari bani Tamim,
diantaranya al-Aqra bin Habis, al-Zabarqan bin Badar, dan
162 |
termasuk dari Bani tamim adan Nu’aim bin Zaki, Qais bin
Ashim, mereka bersama rombongan besar dari Bani Tamim.
2. Dari Banu Sa’ad bin Bakar mengutus tokoh mereka bernama
Dhamam bin Tsa’labah
3. Saudara Abdul Qais bernama al-Jaarud bin Amru
4. Utusan dari Tha di antara yang hadir Zaid al-Khail tokoh
mereka dan bersamanya ada ‘Adiy bin Hatim
5. Farwah bin Musaik al-Muradi dan meninggalkan kekuasaan
dan menjauh dari kerajaan
6. Amru bin Ma’dikarib bersama rombongan dari Zubaid.
7. Al-Asy’ats bin Qais bersama rombongan dari Kindah dengan
jumlah 80 penunggang kuda.
8. Shurd bin Abdilah al-Azdi dia masuk Islam dan menjadi Muslim
yang baik. Dia bersama utusan dari al-Azdi.
9. Utusan dari Himyar membawa surat dan memberitahukan
bahwa mereka telah masuk Islam.
10. Rasulullah SAW mengutus Khalid bin al-Walid kepada Bani alHarits bin Ka’ab di Najran. Mereka datang menemui Rasulullah
dan menyatakan masuk Islam.
11. Rombongan dari Hamdan, mereka masuk Islam melalui Ali bin
Abu Thalib di Yaman.
Kemudian Rasulullah mengirim pemimpin dan utusan untuk
mengambil zakat kepada setiap wilayah penjuru negeri yang telah
menyatakan masuk Islam.
Sifat Kepemimpinan
Rasululullah SAW adalah teladan yang baik di dalam berbagai aspek
kehidupan. Tidak ada manusia yang demikian sempurna yang dapat
diteladani karena di dirinya terdapat berbagai sifat mulia. Di samping
itu, juga pernah mengalami berbagai keadaan dalam hidupnya.
Beliau pernah merasakan hidup sebagai orang yang susah sehingga
dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang sedang mengalami
kesulitan hidup. Beliau juga pernah jadi orang kaya, sehingga dapat
menjadi teladan bagaimana seharusnya menggunakan kekayaan.
163 |
Beliau pernah jadi pemimpin di berbagai bidang sehingga kita dapat
meneladani kepemimpinannya.
Gaya Khutbah
Keutamaan dan kemuliaan sifat Rasulullah SAW tergambar dalam
setiap tutur kata beliau, termasuk dalam khutbah-khutbah-nya.
Seluruh sabda Nabi SAW., baik yang disampaikan dalam bentuk
dialog maupun yang disampaikan di hadapan banyak orang dari atas
mimbar, yakni khutbah, memiliki ciri khas yang istimewa. Gaya
bahasa dan gaya tuturnya ringkas, sederhana, tegas, dan
mengandung kedalaman makna. Dari sisi kefasihan pun tak ada yang
membandinginya. Setiap kata dan rangkaian kalimat disampaikan
dengan apik dan efektif. Dalam beberapa kesempatan, ketegasan
dan keteguhan Rasulullah tergambar jelas lewat raut wajah dan gaya
tutur bahasanya sehingga terkesan Nabi SAW sedang marah.
Sesungguhnya, beliau bukan marah, melainkan tegas dan kukuh.
Ketika ada nilai-nilai kebenaran yang dilanggar, atau ketika ada orang
yang melakukan kekeliruan, Nabi SAW. Menegurnya dengan tegas
dan keras dengan tujuan agar orang tersebut tidak mengulanginya
dan orang lain tidak mengikuti perbuatannya yang salah. Amar
makruf dan nahyi mungkar tak pernah lepas dari kehidupan Nabi
SAW.
Haji Pertama Dalam Islam
Ibadah haji diwajibkan dalam tahun 9 Hijriyah. Rasulullah SAW
mengutus Abu Bakar menjadi Amir Haji dalam tahun 9 H ini untuk
melakukah ibdaha haji bersama seluruh umat Islam, bersamaan
dengan kaum Musyrikin yang juga melakukan ibadat haji mereka.
Jumlah kaum Muslimin yang turut berhaji di bawah pimpinan Abu
Bakar itu berjumlah 300 orang dari Madinah.
Lalu turunlah surah Al-Baraah (Surah Taubat) kepada Nabi
Muhammad SAW Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib dan
berkata kepadanya: “Berangkatlah engkau membawa berita surat Al164 |
Baraah ini, terangkan kepada manusia surah ini di hari nahar – ketika
masusia berkumpul di Mina. Terangkan kepada mereka tidak akan
masuk surge orang yang kafir, sesudah tahun ini tidak diperbolehkan
mengerjakan ibadah haji orang-orang musyrik. Mereka juga tidak
diizinkan lagi berthawaf (mengelilingi Ka’bah) dengan telanjang.
Tetapi orang-orang yang masih terikat janji (perjanjian) dengan
Rasulullah SAW, masih diperkenankan sampai berakhirnya masa
berlakunya perjanjian tersebut.
Ali bin Abi Thalib berangkat dengan berkendaraan unta Rasulullah
SAW yang bernama Al-‘Adlbaa’ sehingga dapat menyusul dan
bertemu dengan Abu Bakar Siddiq yang masih dalam perjalanan.
Langsung Abu Bakar bertanya kepada Ali, “Apakah engkau Amir atau
makmum. Apakah engkau yang ditetapkan jadi Amir (pemimpin
Jemaah haji) atau hanya orang suruhan?” Berkata Ali menjawab,
“Saya hanyalah orang suruhan.” Kemudian keduanya bersama-sama
meneruskan perjalanan.
Dan Abu Bakarlah yang memimpin manusia menunaikan ibadah haji.
Setelah tiba di hari Nahar (10 Dzulhijjah), berdirilah Ali di tengah
orang banyak menyampaikan yang diperintahkan Rasulullah SAW
untuk disampaikan.
Haji Wada
Perjalanan kaum Muslimin ke Haji
Pada 25 Zulkaidah 10 Hijriyah Nabi berangkat dengan membawa
semua istrinya, masing-masing dalam hodahnya. Dia berangkat
dengan diikuti jumlah manusia yang begitu melimpah – penulispenulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan ada pula
yang menyebutkan 114.000 orang. Mereka berangkat dibawa oleh
iman, hati mereka penuh kegembiraan, penuh keikhlasan, menuju ke
Baitullah yang suci. Mereka hendak menunaikan kewajiban ibadah
haji besar.
Ihram dan Talbiah
165 |
Sesampainya mereka di Dzul-Hulaifah, mereka berhenti dan tinggal
selama satu malam disana. Keesokan harinya, bila Nabi sudah
mengenakan pakaian ihram kaum Muslimin yang lain juga memakai
pakaian ihram. Mereka semua masing-masing mengenakan kain
selubung bagian bawah dan atas. Mereka berjalan semua dengan
pakaian yang sama, yaitu pakaian yang sangat sederhana. Dengan
demikian mereka telah melaksanakan suatu persamaan dalam arti
yang sangat jelas.
Tempat –tempat Miqat (sumber: http://alfarisi.web.id)
Dzul Hulaifah (sekarang Bir Ali) tempat Miqat Nabi SAW
166 |
(sumber: http://www.daftarhajiumroh.com)
Dengan seluruh kalbu Nabi SAW telah menghadapkan diri kepada
Allah SWT dengan mengucapkan talbiah yang diikiuti pula oleh kaum
Muslimin dari belakang: “Labbaika Allahumma labbaika, labbaika la
syarika laka labbaika. Alhamdu lillah wan-ni’matu wa’sy-syukru laka
labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika.” (Kupenuhi panggilanMu, ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu. Kupenuhi panggilan-MU. Tiada
bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilan-Mu. Puji, nikmat dan syukur
kepunyaan-Mu. Kupenuhi panggilan-Mu, kupenuhi panggilan-Mu,
tiada bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilan-Mu.”
Melepaskan Umrah
Ketika rombongan sampai di Sarif, suatu tempat antara jalan Mekkah
dengan Madinah, Nabi SAW berkata kepada sahabat-sahabat,
“Barangsiapa di antara kamu tidak membawa binatang-binatang
qurban dan ingin menjadikan (ihram) ini sebagai umrah, lakukanlah;
tetapi yang membawa binatang qurban jangan.”
Sesampainya jamaah haji di Mekkah pada hari keempat Zulhijjah,
Nabi SAW cepat-cepat menuju Ka’bah diikuti oleh kaum Muslimin
yang lain. Kemudian ia mengusap hajar aswad dan menciumnya, lalu
bertawaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali dan pada kali yang pertama ia
berlarilari seperti yang dilakukan pada waktu ‘umrat’l-qadza’. Setelah
melakukan sholat di Maqam Ibrahim dia kembali dan sekali lagi
mencium hajar aswad. Kemudian dia keluar dari masjid itu menuju ke
sebuah bukit di Shafa, lalu melakukan Sa’i antara Shafa dan Marwa.
Selanjutnya Nabi SAW berseru supaya barang siapa tidak membawa
ternak qurban untuk disembelih, jangan terus mengenakan pakaian
ihram. Ada beberapa orang yang masih ragu-ragu. Atas sikap yang
masih ragu-ragu ini Nabi marah sekali seraya berkata, “Apa yang
kuperintahkan, lakukanlah.”
Setelah mengetahui bahwa Rasulullah sampai marah, maka kaum
Muslimin segera melepaskan pakaian ihramnya dengan perasaan
menyesal sekali. Juga istri-istri Nabi, Fatimah putrinya seperti yang
167 |
lain juga melepaskan pakaian ihramnya. Yang masih mengenakan
ihram hanya mereka yang membawa ternak qurban.
Sai antara Bukit Safa-Marwah
(https://muhammadassad.files.wordpress.com)
Khutbah Arafah
Di Namira, sebuah desa sebelah timur ‘Arafat, dipasang kemah buat
Nabi SAW atas pemintaannya. Bila matahari sudah tergelincir,
dimintanya untanya Al-Qashwa’ dan dia berangkat lagi sampai perut
wadi di bilangan ‘Urana. Di tempat inilah manusia dipanggilnya,
sambil dia masih di atas unta, dengan suara lantang; tapi
sungguhpun begitu masih diulang oleh Rabi’a b. Umayya b. Khalaf.
Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah, dengan berhenti
pada setiap anak kalimat ia berkata:
“Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak
tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak
lagi akan bertemu dengan kamu sekalian.
“Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta benda kamu
sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang
168 |
suci – sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan.
Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu
dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku
sudah sampaikan ini!
“Barang siapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada
yang berhak menerimanya.
“Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak
menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat aniaya
terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah SWT
telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba
‘Abbas b. ‘Abd’l-Muttalib semua sudah tidak berlaku.
“Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku
lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah
darah Ibn Rabi’a bin’l-harith b. Abd’l-Muttalib!.
“Wahai manusia!. Hari ini nafsu setan yang minta disembah di negeri
ini sudah putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan
dia walaupun dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti
merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah
dia. Oleh karena itu periharalah agamamu ini baik-baik.
“Wahai manusia! Menunda-nunda berlakunya larangan bulan suci
berarti memperbesar kekufuran. Dengan itu orang-orang kafir itu
tersesat. Pada satu tahun mereka langgar dan pada tahun lain merka
sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan
Tuhan. Kemudian mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan
Allah dan mengharamkan apa yang sudah dihalalkan.
“Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini.
Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada dua belas bulan, empat
bulan di antaranya ialah bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan
bulan Rajab itu antara bulan Jumadilakhir dan Sya’ban.
“Wahai manusia. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas istri
kamu, juga istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas
mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai
169 |
menginjakkan kaki ke atas lantaimu, dan jangan sampai mereka
secara jelas membawa perbuatan keji. Kalau sampai mereka
melakukan semua itu Tuhan mengizinkan kamu berpisah tempat tidur
dengan mereka dan boleh memukul mereka dengan suatu pukulan
yang tidak sampai mengganggu. Bila mereka sudah tidak lagi
melakukan itu maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan pakaian
kepada mereka dengan sopan-santun. Berlaku baiklah terhadap istri
kamu, mereka itu kawan-kawan yang membantumu, mereka tidak
memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka
sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka dihalalkan buat
kamu dengan nama Tuhan.
“Perhatikanlah kata-kataku ini, wahai manusia. Aku sudah
menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan di
tangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu takkan sesat
selama-lamanya. Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
“Wahai manusia sekalian, dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan!
Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim adalah saudara Muslim
yang lain, dan kaum Muslimin semua bersaudara. Tetapi seseorang
tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika
dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu
menganiaya diri sendiri.
“Ya Allah! Sudahkan kusampaikan?”
Sementara Nabi mengucapkan itu Rabi’ah mengulanginya kalimat
demi kalimat, sambil meminta kepada orang banyak itu menjaganya
dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia supaya
menanyai mereka misalnya: Rasulullah bertanya “hari apakah ini?
Mereka menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi bertanya lagi:
“Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan
disucikan, seperti hari yang suci, sampai datang masanya kamu
sekalian bertemu Tuhan.”
Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu dia berkata lagi:
“Ya Allah! Sudah kusampaikan?!”
170 |
Maka serentak dari segenap penjuru orang menjawab: “Ya!”
Lalu katanya:
“Ya Allah, saksikanlah ini!”
Selesai Nabi mengucapkan pidato ia turun dari al-Qashwa’- untanya
itu. Dia masih di tempat itu juga sampai pada waktu sholat zuhur dan
asar. Kemudian menaiki kembali untanya menuju Syakharat. Ada
waktu itulah Nabi SAW membacakan firman Tuhan ini kepada
mereka:
“Hari Inilah Kusempurnakan Agamamu.”
“…Hari inilah Kusempurnakan agamamu ini untuk kamu sekalian,
dengan Kucukupan nikmat-Ku kepada kamu, dan yang Kusukai Islam
inilah menjadi agama kamu...” (QS Al-Maidah, 5: 3)
Abu Bakar ketika mendengarkan ayat itu dibaca ia menangis, ia
merasa bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula
saatnya Nabi hendak menghadap Tuhan.
Setelah meninggalkan Arafat malam itu Nabi bermalam di Muzdalifa.
Pagi-pagi ia bangun dan turun ke Masy’ar’al-Haram. Kemudian ia
pergi ke Mina dan dalam perjalanan itu ia melemparkan batu-batu
kerikil. Bila sudah sampai di kemah ia menyembelih 63 ekor unta,
setiap seekor unta untuk satu tahun umurnya, dan yang selebihnya
dari jumlah seratus ekor unta yang dibawa Nabi sewaktu keluar dari
Madinah – disembelih oleh Ali. Kemudian mencukur rambut dan
menyelesaikan ibadah hajinya.
Pencukuran Rambut Rasululullah SAW
Setelah Rasulullah selesai menyembelih hewan kurban, beliau
memanggil seorang pemotong rambut. Kaum Muslim yang berada di
dekat beliau berlomba mengambil sejumput rambut Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW memberikan orang yang memotong rambutnya
sejumput rambut dari sisi kanan kepala beliau, kemudian beliau
memberikan sejumput lagi kepada Abu Thalhah al-Anshari. Khalid bin
Walid telah meminta Gombak beliau, maka saat bagian itu dicukur,
171 |
Nabi memberikannya kepada Khalid. Khalid menaruhnya di bagian
depan penutup kepalanya, dan setelah itu setiap Khalid melawan
musuh dia selalu menyembulkan rambut Gombak tersebut. Abu
Bakar mengatakan: Aku melihat Khalid bin Walid dan apa yang ia
perbuat kepada kami dalam perang Uhud, Khandaq, dan di
Hudaibiyyah, dan di setiap situasi saat kami berhadapan. Kemudian
aku memperhatikannya pada hari penyembelihan, ketika ia
menghampiri Nabi dan hewan kurban beliau yang terikat kakinya.
Setelah itu, aku melihatnya lagi saat Rasulullah sedang mencukur
rambut beliau, dan Khalid berkata, “Ya Rasulullah, gombakmu!
Janganlah kau berikan gombakmu kepada siapa pun selain aku. Aku
akan menjaminkan ayah dan ibuku untukmu!” Dan aku pun
melihatnya mengambil Gombak Rasulullah, lantas ditempelkan pada
mulut dan matanya.
Wukuf di Arafah (sumber: https://keranacinta.files.wordpress.com)
172 |
Melempar jumrah (sumber: https://agorsiloku.files.wordpress.com)
Keberangkatan Usamah Bin Zaid ke Palestina
Setelah menunaikan haji wada’, Rasulullah SAW pulang ke Madinah
dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya disana pada sisa bulan
Dzulhijjah, Muharram, Shafar. Rasulullah SAW mengirim pasukan ke
Syam dengan Usamah bin Zaid bin Haritsah, mantan budak beliau
sebagai komandannya. Beliau memerintahkannya untuk menjejakkan
kuda-kudanya ke perbatasan Al-Baqa’ dan Ad-Darum, di wilayah
Palestina. Kaum Muslimin segera berlaga dan sejumlah Muhajirin
generasi awal ikut Usamah bin Zaid dalam pasukan kali ini.
Sakitnya Rasulullah SAW
Ketika kaum Muslimin tengah bersiap-siap untuk berangkat bersama
Usamah bin Zaid, Rasulullah SAW jatuh sakit, karena Allah ingin
memuliakannya dan merahmatinya pada akhir Shafar atau awal
Rabiul Awwal. Awal mula sakitnya Rasulullah SAW. Beliau keluar
173 |
untuk menziarahi kuburan Baqi’ Al-Gharqad pada pertengahan
malam untuk memintakan ampunan bagi para penghuninya.
Menjelang tengah malam Rasulullah bersabda kepada Abu
Muwaihibah, mantan budaknya: “Wahai Abu Muwaihibah, aku
diperintahkan agar memintakan ampunan bagi para penghuni
kuburan Al-Baqi’. Maka, ikutlah engkau bersamaku.” Kemudian
akupun menemui beliau. Tatkala berdiri di tengah-tengah kuburan Albaqi’, Rasulullah bersabda; “Assalamu’Alaikum, wahai para penghuni
kuburan, berbahagialah kalian semua dengan apa yang kalian
rasakan di dalamnya, daripada apa yang kini dirasakan manusia.
Banyak cobaan kini datang bagaikan serpihan malam yang gelap
gulita dimana cobaan terakhir menyusul cobaan pertama dan cobaan
terakhir lebih buruk daripada cobaan pertama.” Kemudian Rasulullah
SAW menghadapkan wajahnya kepadaku dan bersabda; “Wahai Abu
Muwaihibah, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia,
keabadian di dalamnya, dan surga, lalu aku perintahkan untuk
memilih di antaranya
atau aku memilih dengan pilihan bertemu
Tuhanku dan surga.” Aku berkata: “Wahai Rasulullah, ambillah kuncikunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan surga.”
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak, demi Allah, wahai Abu
Muwaihibah, aku lebih mencintai bertemu dengan Tuhanku dan
surga.” Setelah itu, Rasulullah SAW memohonkan ampunan bagi
penghuni kuburan Al-Baqi’, setelah itu pulang, dan besoknya mulai
sakit-sakitan yang membuatnya meninggal dunia.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia bekata, “Ketika sakit
menjelang wafatnya, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ‘Wahai
Aisyah, aku masih merasakan sakit bekas hidangan racun yang
kumakan di Khaibar. Ini saatnya urat aortaku terputus akibat racun itu
(HR Bukhari)
Pesan terakhir Nabi SAW
Dari Anas r.a., ia berkata, “Kebanyakan wasiat Rasulullah SAW dan
yang paling sering beliau tekankan adalah: ‘Jagalah Shalat dan
budak-budak kalian.’ (HR Ibnu Majah).
174 |
Dari Abdullah bin Abbas r.a. ia berkata, “Rasulullah SAW membuka
tirai kamarnya, sementara orang-orang sedang berbaris di belakang
Abu Bakar (melaksanakan shalat). Beliau bersabda, “Wahai manusia,
tidak lagi tersisa berita gembira keNabian kecuali mimpi baik (ar-rayu
‘ya ash-Shalihah) yang dilihat seorang Muslim. Ketahuilah bahwa
dahulu aku dilarang membaca Al-Qur’an saat ruku atau sujud.
Adapun saat ruku’, agungkanlah Tuhan kalian. Sedangkan di waktu
sujud, perbanyaklah doa.”
Di dalam satu lafal disebutkan: Rasulullah SAW membuka tirai
kamarnya, sementara kepala beliau dibalut kain, beliau sedang sakit
menjelang ajalnya. Kemudian, beliau bersabda, “Ya Allah, apakah
aku sudah menyampaikan?”. Beliau mengucapkan tiga kali. Lalu
bersabda, “Tidak ada lagi berita gembira keNabian yang tersisa,
kecuali mimpi benar yang dialami seorang muslim atau diperlihatkan
kepadanya.” Ibnu Abbas lalu menyebutkan sisa haditsnya yang sama
dengan hadits sebelumnya. (HR Muslim)
Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Ini adalah hari Kamis.
Tahukah kalian apa itu hari Kamis?” Kemudian, Ibnu Abbas menangis
hingga air matanya mengair deras. Sa’id bin Jubair bertanya
kepadanya, “Wahai Ibnu Abbas, ada apa di hari Kamis? Ia menjawab,
“Di hari itu penyakit Rasulullah SAW bertambah parah. Beliau
bersabda,”Kemarilah, datanglah kepadaku, aku akan menuliskan satu
wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat
sepeninggalku.” Orang-orang pun berhamburan mendekati beliau dan
tidaklah patut di hadapan Nabi SAW mereka berhamburan seperti itu.
Orang-orang
bertanya,”Apa
wasiatnya,
wahai
Rasulullah?
“Kemudian, beliau bersabda, “Biarkan aku tetap berada seperti ini
dan itu lebih baik dari apa yang kalian inginkan sekarang!” Setelah itu
Rasulullah berwasiat dengan tiga hal, “Keluarkan kaum musyrikin dari
Jazirah Arab, berikan hadiah kepada para utusan seperti yang pernah
kulakukan.” Namun, di wasiat ketiganya, Ibnu Abbas hanya diam atau
mungkin Ibnu Abbas menyampaikannya, tetapi Sa’id bin Jubair lupa.
Dalam satu riwayat ketika Rasulullah SAW sedang mengalami
sakaratul maut, di rumah beliau banyak orang, di antaranya adalah
Umar bin Khattab. Nabi SAW bersabda, “Kemarilah, aku akan
175 |
menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah
tersesat.” Umar lalu berkata, “Rasulullah SAW sudah sakit parah dan
kalian sudah memiliki Al-Qur’an. Cukuplah bagi kita kitab Allah ini!”
kemudian, keluarga beliau berebutan mendekati beliau. Di antara
mereka ada yang berseru,”Mendekatlah, Rasulullah akan menuliskan
satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat.” Ada
pula yang mengatakan seperti dikatakan Umar. Ketika mereka
berdebat dan banyak berbicara di dekat Rasulullah, akhirnya beliau
pun berseru,”Berdirilah kalian!.”
Ubaidillah berkata, “Ibnu Abbas berkata,”Sungguh, merupakan
petaka besar tatkala Rasulullah SAW terhalangi dari menulis wasiat
untuk mereka akibat perdebatan dan suara berisik dari mereka.”
Hari-hari Terakhir Rasul
1. Nabi SAW berbisik Kepada Putri Beliau, Fathimah RA.
Istri Nabi, Siti Aisyah RA, menjelaskan bahwa pada hari-hari
terakhir Nabi, berkumpul di sisi beliau istri-istri beliau. Lalu
datang putri beliau Fathimah. Nabi menyambutnya:
”marhaban, wahai putriku,” sabda Nabi, lalu didudukkannya
Fathimah di kanan (atau kiri) beliau. Beliau membisikkan
sesuatu kepada Fathimah, maka ia menangis, lalu dibisikkan
sekali lagi, dan ia tertawa. Aku-kata Aisyah- berkata
kepadanya: “Apa yang dibisikkan Rasul SAW kepadamu?”
Fathimah menjawab: “Aku tidak akan menyampaikan apa yang
menjadi rahasia Rasul.” Setelah beliau wafat, aku-kata Aisyahbertanya lagi demi hak yang terdapat di sisiku atasmu (selaku
istri ayahmu). Maka Fathimah berkata bahwa Rasul SAW
membisikkan kepadanya dengan bersabda:
“Malaikat Jibril setiap tahun bertadarus Al-Qur’an denganku
sekali; pada tahun ini dua kali. Aku tidak melihat itu, kecuali
bermakna ajalku telah dekat, maka bertakwalah kepada Allah
dan bersabarlah. Aku adalah pendahulu terbaik untukmu.”
Mendengar itu, kata Fathimah, aku menangis, lalu beliau
membisikkan lagi kepadaku bahwa: “Tidakkah Engkau puas
176 |
menjadi pemimpin perempuan-perempuan mukminah atau
perempuan-perempuan umat ini? Maka aku pun tertawa.
Riwayat Muslim menambahkan, “dan Engkau adalah orang
pertama dari keluargaku yang menyusulku” (HR Bukhari dan
Muslim).
2. Bersedekah dengan sisa Uang Beliau
Pada saat-saat akhir hidupnya, Nabi SAW berpesan kepada
Aisyah agar segera menyedekahkan beberapa dinar emas
yang disimpannya pada Aisyah. Aisyah berkata bahwa ketika
Rasulullah SAW sakit-dalam penyakit yang mengantar kepada
wafatnya- beliau bersabda:
“Wahai Aisyah, kirimlah uang emas itu pada Ali (bin Abi
Thalib).Akhirnya pesan Rasul SAW dilaksanakan dan
Sayyidina Ali pun menyedekahkan dinar-dinar Rasul SAW itu.”
Wasiat-wasiat terakhir Nabi SAW
1. Wasiat kepada kaum Anshar
Abbas melewati sekelompok kaum Anshar yang sedang
menangis ketika mengetahui sakit Nabi SAW semakin
bertambah parah, Abu Bakar bertanya, ‘Kenapa kalian
menangis?’ mereka menjawab, ‘Kami mengingat hari-hari
pertemuan kami dengan Rasulullah SAW.Abbas kemudian
menemui Rasulullah SAW dan memberitahukan apa yang dia
lihat kepada rasulullah SAW. Kemudian beliau diperban
dengan kain hitam, lalu beliau keluar dan naik mimbar, dan
itulah saat terakhir beliau naik mimbar, beliau kemudian
memuji Allah SWT lalu bersabda, ‘Aku wasiatkan kaum Anshar
kepada kalian (kaum Muhajirin) karena mereka adalah tempat
penyimpanan rahasiaku dan barang berhargaku.’ Mereka telah
menuntaskan tugas mereka dan saat ini yang tersisa adalah
hak mereka, karena itu terimalah kebaikan mereka dan
maafkanlah keburukan mereka.
2. Menjaga shalat dan budak-budak
177 |
Dari Anas .r.a., ia berkata, “Kebanyakan wasiat Rasulullah
SAW dan yang paling sering beliau tekankan adalah: ‘Jagalah
Shalat dan budak-budak kalian.’ (HR Ibnu Majah).
3. Larangan menjadikan kuburannya sebagai masjid
Di antara ungkapan terakhir Nabi SAW adalah, “Allah melaknat
Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan makam para Nabi
sebagai masjid, tidak akan kekal dua agama di Arab.”
4. Berbaik sangka kepada Allah SWT
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah berkata pada tiga
hari sebelum kewafatannya; ‘Berbaik sangkalah kalian kepada
Allah’.”
5. Tidak ada lagi berita-beritaa gembira kenabian kecuali mimpi
Dari Abdullah bin Abbas r.a. ia berkata, “Rasulullah SAW
membuka tirai kamarnya, sementara orang-orang sedang
berbaris di belakang Abu Bakar (melaksanakan shalat). Beliau
bersabda, “Wahai manusia, tidak lagi tersisa berita gembira
keNabian kecuali mimpi baik (ar-rayu ‘ya ash-Shalihah) yang
dilihat seorang muslim. Ketahuilah bahwa dahulu aku dilarang
membaca Al-Qur’an saat ruku atau sujud. Adapun saat ruku’,
agungkanlah Tuhan kalian. Sedangkan di waktu sujud,
perbanyaklah doa.”
Di dalam satu lafal disebutkan: Rasulullah SAW membuka tirai
kamarnya, sementara kepala beliau dibalut kain, beliau sedang
sakit menjelang ajalnya. Kemudian, beliau bersabda, “Ya
Allah, apakah aku sudah menyampaikan?”. Beliau
mengucapkan tiga kali. Lalu bersabda, “Tidak ada lagi berita
gembira keNabian yang tersisa, kecuali mimpi benar yang
dialami seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya.” Ibnu
Abbas lalu menyebutkan sisa haditsnya yang sama dengan
hadits sebelumnya. (HR Muslim)
6. Perintah mengusir orang-orang musyrik dari jazirah Arab
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Ini adalah hari
178 |
Kamis. Tahukah kalian apa itu hari Kamis?” Kemudian, Ibnu
Abbas menangis hingga air matanya mengalir deras. Sa’id bin
Jubair bertanya kepadanya, “Wahai Ibnu Abbas, ada apa di
hari Kamis? Ia menjawab, “Di hari itu penyakit Rasulullah SAW
bertambah parah. Beliau bersabda,”Kemarilah, datanglah
kepadaku, aku akan menuliskan satu wasiat yang dengannya
kalian tidak akan pernah tersesat sepeninggalku.” Orang-orang
pun berhamburan mendekati beliau dan tidaklah patut di
hadapan Nabi SAW mereka berhamburan seperti itu. Orangorang bertanya,”apa wasiatnya, wahai Rasulullah? “Kemudian,
beliau bersabda, “Biarkan aku tetap berada seperti ini dan itu
lebih baik dari apa yang kalian inginkan sekarang!” Setelah itu
Rasulullah berwasiat dengan tiga hal, “Keluarkan kaum
musyrikin dari Jazirah Arab, berikan hadiah kepada para
utusan seperti yang pernah kulakukan.” Namun, di wasiat
ketiganya, Ibnu Abbas hanya diam atau mungkin Ibnu Abbas
menyampaikannya, tetapi Sa’id bin Jubair lupa.
Dalam satu riwayat ketika Rasulullah SAW sedang mengalami
sakaratul maut, di rumah beliau banyak orang, di antaranya adalah
Umar bin Khattab. Nabi SAW bersabda, “Kemarilah, aku akan
menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah
tersesat.” Umar lalu berkata, “Rasulullah SAW sudah sakit parah dan
kalian sudah memiliki Al-Qur’an. Cukuplah bagi kita Kitab Allah ini!”
kemudian, keluarga beliau berebutan mendekati beliau. Di antara
mereka ada yang berseru,”Mendekatlah, Rasulullah akan menuliskan
satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat.” Ada
pula yang mengatakan seperti dikatakan Umar. Ketika mereka
berdebat dan banyak berbicara di dekat Rasulullah, akhirnya beliau
pun berseru,”Berdirilah kalian!.”
Ubaidillah berkata, “Ibnu Abbas berkata,”Sungguh, merupakan
petaka besar tatkala Rasulullah SAW terhalangi dari menulis wasiat
untuk mereka akibat perdebatan dan suara berisik dari mereka.
Dua hari atau Sehari Sebelum Wafat
179 |
Pada hari sabtu atau Ahad, Nabi SAW merasakan badannya agak
ringan. Maka dengan dipapah dua orang laki-laki beliau keluar rumah
untuk melaksanakan shalat zhuhur. Sementara pada saat yang sama
Abu Bakar sedang mengimami orang-orang. Saat melihat
kedatangan beliau, Abu Bakar beranjak untuk mundur ke belakang.
Namun beliau memberi isyarat kepada Abu Bakar agar dia tidak usah
mundur.”
Beliau bersabda, “Dudukkan aku disamping Abu Bakar.” Maka
keduanya mendudukkan beliau disamping Abu Bakar, lalu Abu Bakar
shalat mengikuti shalat beliau dan mengeraskan bacaan takbir agar
didengar orang-orang.
Wafatnya Rasulullah SAW
Hadits Aisyah RA Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda sebelum
beliau wafat di pangkuan Aisyah dan ia pun mendengar beliau
mengucapkan, “Ya Allah, ampunilah aku, berikanlah rahmat
kepadaku dan pertemukanlah aku dengan kekasihku (HR Bukhari).
Diriwayatkan dari Anas r.a., ia berkata,”Pada hari Senin, hari beliau
wafat, orang-orang tengah melakukan shalat Shubuh dan Abu Bakar
menjadi imamnya. Mereka kaget melihat Rasulullah membuka tirai
kamar Aisyah. Dari sana Rasulullah memandangi orang-orang yang
tengah berbaris melaksanakan shalat. Beliau tersenyum senang.”
Anas melanjutkan, “Kami kaget dan senang bukan main, sedangkan
kami di tengah shalat. Kami senang dengan keluarnya Rasulullah
SAW. Dari kamarnya. Kemudian, Abu Bakar mundur dari tempatnya,
ia mengira Rasulullah SAW ingin keluar dan melaksanakan shalat
bersama mereka. Orang-orang merasa gembira dengan keadaan itu.
Akan tetapi, Rasulullah memberi isyarat kepada mereka untuk tetap
melanjutkan shalat. Setelah itu beliau kembali masuk ke kamarnya
dan menutup tirai tersebut. Di hari itulah beliau wafat. (HR Bukhari
dan Muslim).
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah SAW. Wafat
pada hari Senin dan dikuburkan pada malam Rabu.” (HR Ahmad).
180 |
Hal ini terjadi ketika waktu dhuha sudah terasa panas, pada hari
Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun lebih
empat hari.
Usia Rasulullah SAW.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., ia berkata,”Rasulullah SAW. Wafat
ketika berusia 63 tahun.” (HR Bukhari dan Muslim).
Aisyah r.a. meriwayatkan,
“Saya tidak pernah lagi merasa dengki kepada seseorang yang
meninggal dengan mudah setelah saya melihat betapa berat
datangnya ajal yang dialami Rasulullah SAW.” (HR Tirmidzi, Bukhari,
Nasa’I, dan Ahmad).
Aisyah r.a. meriwayatkan,
Abu Bakar r.a. masuk ke tempat Rasulullah SAW, setelah beliau
wafat, kemudian ia mengecup kening beliau, lalu meletakkan
tangannya di atas lengan beliau, seraya Abu Bakar berseru, ‘Duhai
Nabiku! Duhai sahabatku! Duhai kekasihku!’” (HR Tirmidzi, Ahmad,
dan Ibnu Sa’d)
Rasulullah SAW meninggalkan dunia sebagai penguasa jazirah Arab
yang disegani raja-raja dunia. Para sahabat beliau rela
mengorbankan jiwa, anak-anak dan harta demi beliau, namun saat
wafat beliau tidak meninggalkan satu dinar atau dirham pun, tidak
juga meninggalkan seorang budak lelaki atau wanita, tidak
meninggalkan apapun selain senjata dan sebidang tanah yang
dijadikan sedekah.
Siapa yang Menguburkan Rasulullah SAW?
Sebelum mengurus jasad Rasulullah SAW, terjadi silang pendapat
tentang pengganti beliau. Terjadi dialog dan debat serta sanggahan
dari pihak Muhajirin dan Anshar di Shafiqah Bani Sadi’ah. Namun
akhirnya mereka sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai
181 |
khalifah. Hal ini terjadi hingga masuk waktu malam dari hari Senin.
Orang-orang sibuk membuat persiapan untuk mengurus jasad beliau
hingga akhir malam mendekati subuh atau malam Selasa. Sementara
jasad beliau yang mulia masih membujur di atas tempat tidur dengan
diselubungi kain hitam. Pintu rumah ditutup dan hanya boleh
dimasuki keluarga beliau.
Pada hari Selasa para sanak keluarga memandikan jasad beliau
tanpa melepaskan kain yang menyelubunginya. Adapun yang
memandikan adalah Al-Abbas, Ali, Al-Fadhl, Qatsam (keduanya anak
Al-Abbas), Syarqan (pembantu Rasulullah), Usamah bin Zaid, dan
Aus bin Khaili, Al-Abbas, Al-Fadhl, dan Qatsam bertugas membalikbalikan jasad, Syarqan mengguyurkan air, Ali membersihkannya dan
Aus mendekap jasad beliau di dadanya.
Kemudian mereka mengkafani jasad beliau dengan tiga lembar kain
putih dari bahan katun, tanpa menyertakan pakaian ataupun penutup
kepala.
Kemudian mereka saling berbeda pendapat, di mana beliau akan
dimakamkan. Maka Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Nabi
meninggal dunia melainkan dia dikuburkan di tempat dia meninggal
dunia.”
Abu Thalhah menyingkirkan tempat tidur di mana beliau meninggal
dunia, lalu menggali liang lahat persis di bawah tempat tidur beliau.
Orang-orang masuk ke dalam bilik secara bergiliran, sepuluh orangsepuluh orang untuk menshalati jenazah Rasulullah SAW, tanpa
seorangpun menjadi imam. Giliran pertama kali yang menshalati
adalah keluarga, kemudian disusul orang-orang Muhajirin, lalu
Anshar. Setelah kaum laki-laki, giliran kaum wanita yang menshalati,
kemudian disusul anak-anak.
Semua ini dilaksanakan sehari penuh pada hari Selasa, hingga
menginjak malam Rabu. Aisyah berkata, “Kami tidak mengetahui
penguburan Rasulullah SAW hingga kami mendengar suara sekop di
tengah malam Rabu.”
182 |
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Abbas, al-Fadhl, dan Ali masuk ke
dalam kuburan Rasulullah. Liang lahatnya sendiri dibuat oleh seorang
Anshar. Ia pula yang biasa membuat liang lahat untuk kuburan para
syuhada.”
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a., ia berkata, “Aku yang
memandikan jenazah Rasulullah. Kulihat jenazah beliau, tak kudapati
apa-apa. Sungguh, tubuh beliau amat baik di masa hidup dan
wafatnya. Yang menguburkan beliau empat orang, yaitu: aku, Abbas,
al-Fadhl, dan Shalih, bekas budak Rasulullah.Untuk beliau dibuatkan
liang lahat, kemudian, di atasnya ditambahi dengan batu bata.”
Makam Rasulullah SAW di Kompleks Masjid Nabawi, Madinah
Wahyu Terhenti Dari Langit
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., ia mengatakan bahwa suatu
hari Rasulullah SAW mengunjungi Ummu Aiman. Anas ikut bersama
beliau. Ummu Aiman kemudian menghidangkan minuman untuk
beliau. Namun, beliau tidak meminumnya, entah karena puasa atau
tidak menginginkan minuman itu. Beliau lalu mengembalikannya.
Sepeninggal Rasulullah, Abu Bakar berkata kepada Umar r.a. “Mari
kita kunjungi Ummu Aiman.” Ketika kami tiba di rumahnya, Ummu
Aiman sedang menangis. Abu Bakar bertanya kepadanya, “Apa yang
membuatmu menangis? Ketahuilah bahwa apa yang ada di di sisi
Allah itu lebih baik untuk Rasul-Nya.” Ummu Aiman menjawab, “Demi
Allah, aku menangis bukan karena tidak tahu bahwa di sisi Allah itu
lebih baik bagi Rasulullah, tetapi aku menangis karena wahyu telah
terhenti dari langit.” Ucapan Ummu Aiman itu telah menggugah
perasaan Abu Bakar dan Umar, keduanya pun ikut menangis. (HR
183 |
Muslim).
Ummu Aiman adalah pengasuh Nabi SAW sewaktu masih kecil.
Ummu Aiman telah mendapat tempat yang agung di hati Rasulullah
SAW beliau tidak pernah lupa bahwa dia adalah sebagai ibu
sepeninggal ibu kandungnya. Ummu Aiman juga lebih mencintainya
daripada dirinya sendiri, bahkan mencurahkan segenap kasih sayang
untuknya.
QS Ali Imran, 3: 144
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu
beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik
ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia
tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan
kepada orang yang bersyukur.”
184 |
Pemakaman Baqi, Madinah (sumber: http://i782.photobucket.com)
Dampak Wafatnya Rasulullah bagi Umat
Wafatnya Rasulullah memiliki dampak yang dahsyat bagi umat:
1. Andaikat Rasulullah SAW masih hidup, kejahatan dan
kezaliman tidak akan mampu berkembang pesat sebagaimana
yang kita lihat sekarang ini.
2. Andaikata Rasulullah SAW masih hidup, kenyamanan,
keamanan, dan ketenangan bagi ummat senantiasa terwujud.
Nabi Muhammad SAW Adalah Penutup Para Nabi
Allah SWT berfirman:
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu,
tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab, 33: 40).
Abu
Hurairah
mendengar
Rasulullah
SAW
bersabda,
“Perumpamaanku dan Nabi-Nabi sebelumku seperti seseorang yang
membangun suatu rumah, lalu dia membaguskannya dan
memperindahnya, kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata
yang tertinggal belum diselesaikan) yang berada di salah satu sudut
rumah tersebut. Manusia kemudian mengelilinginya dan terkagumkagum sambil berkata, ‘Duh, seandainya ada orang yang meletakkan
labinah (batu bata) di tempatnya ini (menutupi)’” Beliau bersabda,
“Maka akulah labinah itu dan aku adalah penutup para Nabi.” (HR
Bukhari)
Jabir bin Abdullah mendengar Nabi SAW bersabda, “Perumpamaan
aku dan Nabi-Nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun
suatu rumah lalu dia menyempurnakannya dan memperindahnya,
kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata yang tertinggal
belum diselesaikan) Lalu manusia memasuki rumah tersebut dan
terkagum-kagum sambil berkata, ‘Duh, seandainya saja labinah ini
disempurnakan.” (HR Bukhari).
185 |
Nabi Muhammad SAW adalah manusia Pertama
kedudukannya, dan Nabi yang Terakhir diutus Allah SWT.
dalam
Dalam sabda Rasulullah SAW, “Akulah manusia pertama yang
diciptakan, tetapi aku yang terakhir diutus.” Rasulullah SAW adalah
orang yang pertama kali menduduki posisi di sisi Allah SWT, tetapi
beliau adalah orang terakhir yang diutus, sebab Rasulullah SAW
adalah rasul terakhir yang diutus Allah SWT kepada semua makhluk
dari sisi kenabiannya. Setelah beliau wafat, tak ada lagi kenabian.
Yang ada hanyalah ulama dan dan para guru besar yang fokus untuk
mengungkap kebenaran, menjabarkan permasalahan, dan mencari
solusi.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah SAW bersabda;
“Aku diistimewakan atas Nabi lainnya dengan enam buah
keistimewaan; (1) Aku dianugerahi jawaami’ul kalim (perkataan yang
singkat dan mengandung banyak hikmah), (2) aku dimenangkan atas
musuh dengan dilemparkan pada mereka perasaan takut (satu bulan
perjalanan sebelum peperangan dimulai), (3) dihalalkan bagiku harta
rampasan perang, (4) tanah dijadikan untukku sebagai tempat shalat
dan alat bersuci, (5) aku diutus ke seluruh makhluk dan (6) aku
menjadi penutup para Nabi.”
Karakteristik Nabi Muhammad SAW
Sesungguhnya Nabi SAW memiliki karakeristik yang dikhususkan
oleh Allah SWT untuk kesempurnaan fisik dan rohaninya, yang tidak
dimiliki oleh individu-individu dalam umatnya. Berikut beberapa
sebagian darinya:
1. Nubuwwah (Kenabian)
Sekali-kali tidak seorang pun sepeninggal Nabi SAW yang
dapat mengklaim atau mendapatkannya karena Allah SWT
telah menutup seluruh kenabian dengan kenabiannya, dan
seluruh risalah dengan risalahnya.
186 |
Siapa saja yang mengklaim sebagai Nabi di masa hidup
beliau, seperti Musailamah al-Kadzdzab, atau setelah beliau
wafat, maka ia adalah seorang pendusta dan kafir. Karenanya
ia dituntut untuk bertaubat. Jika bertaubat, ia akan dibebaskan,
namun bila tidak, maka ia dibunuh sebagai seorang kafir.
2. Wahyu
Tidak seorang pun, baik sepeninggal maupun di masa hidup
beliau, yang dapat mengklaim bahwa dirinya telah
mendapatkan wahyu, atau sedang diwahyukan kepadanya,
baik dalam kondisi terjaga maupun di dalam mimpi. Baik
dengan cara dilemparkan rasa takut (mencekam) ataupun
bisikan malaikat, apalagi melihat malaikat dan menerima
wahyu darinya. Hal ini karena wahyu telah terputus setelah
wafatnya Nabi SAW, sementara syari’at telah sempurna dan
tidak membutuhkan penyempurnaan apa pun. Karena itu,
siapa yang mengklaim menerima wahyu, sekali pun sedikit,
maka ia menjadi kafir, dan berlaku padanya hukum yang
berlaku pada orang yang mengklaim kenabian.
3. Kedua mata tidur, sementara hati tidak tidur
Ini termasuk karakteristik Nabi SAW. Sebab, beliaulah orang
yang hanya matanya tidur, sementara hatinya tidak tidur. Ini
adalah karakteristik yang beliau beliau beritakan sebagai
kekhususannya, yang tidak dimiliki oleh selain beliau. Siapa
yang mengklaim hal itu, maka ia seorang pendusta dan
pembohong, serta klaimnya tidak bisa diterima.
4. Dibolehkan menikahi lebih dari empat istri
Hal ini tidak dibolehkan bagi seluruh kaum laki-laki dari
umatnya, di mana Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu
yang telah engkau berikan mas kawinnya dan hamba sahaya
yang engkau miliki …” (QS Al-Ahzab, 33: 50)
187 |
Ketika ayat ini turun, Nabi SAW telah memiliki sembilan orang
istri. Itu adalah untuk beliau SAW, sedangkan untuk umatnya,
Allah SWT berfirman:
“ … Maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga, atau empat …” (QS An-Nisaa, 4: 3)
Dalam ayat ini Allah SWT tidak membolehkan bagi mereka
lebih dari empat istri sehingga memiliki lebih dari empat itu
merupakan kekhususan Nabi SAW.
5. Berpuasa wishal (menyambung puasa)
Salah satu karakteristik Nabi SAW adalah menyambung
puasa. Nabi SAW berpuasa selama dua hari berturut-turut
tanpa berbuka, kecuali di akhir hari kedua. Hal ini tidak
diizinkan kepada seorang pun dari umatnya. Ada yang
bertanya kepada beliau mengenai hal ini, maka beliau
menjawab:
“Sesungguhnya aku tidak seperti salah seorang dari kalian.
Sesungguhnya aku bermalam di sisi Rabb-ku, sementara Dia
memberiku makan dan minum.” (HR Bukhari-Muslim).
6. Diharamkan memakan harta sedekah
Dalam karakteristik ini, keluarga beliau diikutsertakan juga
bersama Nabi SAW, dan tidak terhadap individu-individu dari
umat Nabi SAW karena dihalalkan bagi siapa pun orang fakir
atau orang yang membutuhkan untuk memakan harta sedekah
dan memintanya bila membutuhkannya, kecuali Rasulullah
SAW dan keluarganya.
7. Qiyamul lail (Shalat malam/Shalat Tajahud)
Nabi SAW melakukan qiyamul lail (shalat Tahajjud) sebagai
suatu kewajiban, berdasarkan firman Allah SWT:
“Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian
kecil.” (QS Al-Muzzamil: 2)
Dan firman-Nya:
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat Tahajjud
(sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu (QS Al-Isra, 17: 79)
188 |
Ini berbeda dengan individu-idividu dari umat ini, di mana
qiyamul lail bukanlah suatu kewajiban atas salah seorang di
antara mereka. Mereka hanya melakukannya sebagai ibadah
sunnah dan tambahan saja.
8. Rasulullah SAW tidak mewariskan
Apa yang ditinggalkan oleh Nabi SAW adalah sedekah.
Fathimah tidak mewarisi bagian setengah darinya, tidak juga
para istrinya, Ummahatul Mukminin mewarisi bagian
seperdelapannya. Tidak pula al-‘Abbas yang merupakan
‘Ashib (yang mewarisi) dari bagian faraidh yang tersisa.
Bahkan Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya kami para Nabi tidak diwarisi. Apa yang kami
tinggalkan adalah sedekah.”
Sedangkan firman Allah SWT:
“Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud ..” (QS An-Naml: 16)
Maksudnya di sini bukanlah mewarisi harta, tetapi mewarisi
kenabian dan kerajaannya. Sebab, Allah SWT tidak
mengabarkan dalam rangka memberikan nikmat dan
pemuliaan bahwa seorang akan mewarisi seorang ayah atas
harta yang ditinggalkannya karena ini merupakan hal yang
sudah dimaklumi oleh semua orang.
9. Hibah Nikah
Ini merupakan salah satu karakteristik Nabi SAW. Wanita
mana saja yang menghibahkan (memberikan) dirinya kepada
Nabi SAW, maka beliau boleh menikahinya tanpa memberikan
mahar (maskawin) kepadanya. Hal ini sama sekali tidak
dibolehkan bagi seorang pun dari umatnya karena pernikahan
itu harus dengan mahar, baik diberikan di muka (segera) atau
dikemudian hari (nanti). Kecuali bagi Nabi SAW, berdasarkan
firman Allah SWT:
“…dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada
Nabi kalau Nabi ingin menikahinya, sebagai kekhususan
bagimu, bukan untuk semua orang mukmin …” (QS AlAhzaab, 33: 50)
189 |
Adapun wanita yang tidak menghibahkan dirinya untuk Nabi
SAW, maka Nabi SAW harus membayar mahar kepadanya.
Dalam hal ini, Nabi SAW telah memberikan mahar sejumlah
400 dirham kepada kebanyakan istrinya.
10. Diharamkan menikahi para istri Rasulullah SAW setelah beliau
wafat.
Hal ini tidak berlaku bagi seorang pun selain Nabi SAW. Allah
SWT berfirman:
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan
diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. …”
(QS Al-Ahzab, 33: 6)
Tidak halal bagi seorang mukmin menikahi salah seorang dari
para istri yang ditinggal mati oleh Nabi SAW. Hal ini berbeda
dengan umatnya, baik dari kalangan para ulama maupun
orang-orang shalih, dimana mereka semua adalah para wali
Allah. Karenanya, tidak dihalalkan bagi salah seorang di antara
mereka melarang istrinya menikah sepeninggalnya, kecuali
atas kehendak sang istri, dimana hal itu terserah kepadanya
selama yang dikehendaki oleh Allah SWT baginya.
Kewajiban Mencintai Nabi Muhammad SAW
Dari Anas r.a. dia berkata:”Nabi SAW bersabda:’Tidaklah beriman
seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang
tuanya, anaknya, dan dari manusia seluruhnya.” (HR Bukhari).
Sesungguhnya mencintai Nabi SAW merupakan dasar yang sangat
agung dari dasar-dasar Islam. Sehingga tidak ada iman bagi orang
yang tidak menjadikan Rasulullah SAW sebagai orang yang paling
dia cintai dari anak, ayah, dan manusia seluruhnya. Di dalam AlQur’an surah At-Taubah: 24, Allah SWT berfirman:
“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istriistri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
190 |
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya
dan dari berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.”
Bukti Cinta kepada Nabi Muhammad SAW
1. Mendahulukan dan mengutamakan Nabi Muhammad SAW di
atas siapa pun.
2. Menjalankan adab dan sopan santun terhadap beliau, yaitu
dengan cara:
a. Menyanjung beliau dengan mengucapkan shalawat dan
salam kepada beliau.
b. Memperbanyak mengingat Nabi SAW.
c. Sopan ketika menyebut nama beliau.
d. Bersopan santun dalam masjidnya.
e. Memuliakan perkataan beliau, bersikap sopan saat
mendengarkannya, dan sangat memuliakan saat
mempelajari hadits.
3. Membenarkan setiap berita yang beliau kabarkan.
4. Mengikuti Rasulullah SAW, mentaati beliau, dan mengambil
petunjuk dari jalan beliau.
5. Berhukum kepada Sunnah Nabi SAW.
6. Membela Rasulullah SAW.
7. Membela Sunnah Nabi SAW.
Shalawat atas Nabi Muhammad SAW
Para sahabat yang hidup bersama Rasulullah SAW dapat
menunjukkan dan mengungkapkan rasa cinta mereka kepada beliau
secara langsung. Mereka mengutamakan Rasulullah SAW
dibandingkan diri dan keluarga mereka sendiri.
Mereka
mengorbankan dan mengerahkan apapun yang mereka miliki demi
Allah dan Rasul-Nya. Mereka pun dapat mengungkapkan kecintaan
dan ketundukan mereka kepada Rasulullah SAW secara langsung.
Diriwayatkan, ada sahabat yang menyimpan rambut Rasulullah usai
191 |
Nabi SAW bertahalul; ada juga sahabat yang mencampurkan keringat
Rasulullah dengan minyak wangi mereka, dan lain-lain.
Bukti , ketaatan dan kecintaan kepada Rasulullah SAW adalah
menjaga amanat dan wasiatnya serta mengamalkan segala titahnya.
Jika kita tetap terhubung, semoga kita bisa merasakan kehadiran
Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari.
Allah SWT telah memuliahkan Nabi Muhammad SAW dengan ayat,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab, 33: 56)
Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Anshari r.a.: Rasulullah SAW
pernah mendatangi kami sewaktu kami berada di majelis Sa’ad bin
Ubadah r.a. Lalu Basyir bin Sa’ad bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Allah telah memerintahkan kami membaca shalawat untuk engkau
wahai Rasulullah, bagaimana cara kami membaca shalawat
untukmu?” Rasulullah SAW terdiam cukup lama sehingga kami
berharap dia tidak menanyakan hal tersebut kepada beliau. Setelah
itu, beliau bersabda, “Katakanlah, ‘Allohumma shalli ‘ala Muhammad
wa ‘ala Ali Muhammad, kama shallaita ‘ala Ali Ibrahim, wabarik ‘ala
Muhammad wa ‘ala Ali Muhammad, kama barakta ‘ala Ali Ibrahim fil
‘alamina inna-Ka Hamidun Majid (Wahai Allah, limpahkanlah rahmat
atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah
melimpahkannya atas keluarga Ibrahim, dan limpahkanlah
keberkahan atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau
telah melimpahkannya atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya,
Engkau Maha Terpuji lagi Mahabesar),’ lalu kamu memberi salam
sebagaimana yang telah kamu ketahui.” (Sahih Muslim).
192 |
Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah memiliki pasukan malaikat yang berkeliling
mencari ahli zikir. Ketika mendapati suatu majelis zikir, sebagian
mereka berkata kepada sebagian lain, ‘Duduklah’. Saat ahli zikir
bershalawat, mereka pun ikut bershalawat hingga selesai. Sebagian
malaikat itu lalu berkata kepada sebagian yang lain, ‘Alangkah
beruntungnya mereka yang kembali (menghadap Allah) dalam
keadaan terampuni.”
Masjidil Haram, Mekkah (sumber: http://images.travelpod.com)
193 |
Daftar Pustaka
1. Al-Qur’anul Karim
2. Al-Qur’an Tematis Panduan Praktis Memahami Ayat-ayat AlQur’an, Abu Nizhan, Mizan, Bandung, April 2011 / Jumada AlUla 1432 H.
3. Mutiara Hadits Sahih Bukhari Muslim, Muhammad Fuad Abdul
Baqi, Ummul Qura, Cet-III, Jakarta Timur, Juni 2013
M./Sya’ban 1434 H.
4. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari, Imam Az-Zabidi, Pusaka
Amani, Jakarta, Jumadil Ula 1423 H / Agustus 2002 M
5. 10 Episode Teragung Rasulullah SAW., Khalid Muhammad
Khalid, PT Mizan Pustaka, Bandung, 2014
6. 41 Kunci Memahami Sirah Nabawiyah, DR. Munir Muhammad
Al-Ghabdhan, Pustaka Ikadi, Jakarta, Cet II, November 2014
M.
7. Al-Habib Muhammad Rasulullah SAW, Syaikh Abubakar AlJazairi, Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta, Cet-II, Agustus 2012
8. Atlas Sejarah Islam Sejak masa Permulaan hingga Kejayaan
Islam, dar Al-‘Ilm, Kaysa Media, Jakarta, Cet-I, 2011
9. Berlabuh di Sidratul Muntaha, KH Muhammad Sholikhin, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2013
10. Biografi Istri-Istri Rasulullah, Dr. Ali Yusuf Subki, Keira
Publishing, Depok, Cet-I, Februari 2014
11. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah, Dr. Nadiah Thayyarah, Zaman, Jakarta, Cet-I,
2013.
12. Buku Pintar Khutbah Rasulullah, 668 Khutbah Penggugah
Iman dan Penyempurna Akhlak, Nawaf Al-Jarrah, Zaman,
Jakarta, Cetakan-I, 2013
13. Ensiklopedia Muhammad SAW Meluruskan Sejarah Nabi dan
KeNabian Jilid 1-2-3-4, DR. Abdul Mun’im Al-Hafni, Noura
Books (PT Mizan Publika), Bandung, Cet-I Maret 2014
14. Kelengkapan Tarikh Rasulullah, Imam Ibnu Qayyim AlJauziyah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, Cet- I September 2012
194 |
15. Kisah-Kisah Masyur Tapi Tak Sahih Dalam Sirah Nabawiyah,
Muhammad bin Abdullah Al-Ausyan, Kiswah Media, Solo, CetI, Oktober 2014
16. Kitab Sejarah Nabi Muhammad SAW dari Sebelum Masa
KeNabian Hingga Sesudahnya, Abdurrahman bin Abdul Karim,
Diva Press, Yogyakarta, Cet-I, Desember 2013
17. Kitab Al Maghazi Muhammad, Sumber Sejarah Tertua Tentang
Kisah Hidup Rasululullah, Al Waqiqi, Zaytuna PT Ufuk
Publishing House, Jakarta, Cet-I, 2012
18. Muhammad SAW The Super Leader Super Manager, Dr.
Muhammad Syafii Antonio, M.Ec., Tazkia Publishing & ProLM
Centre, Jakarta, CetXIII, Agustus 2008
19. Dan Muhammad adalah Utusan Allah Cahaya Purnama
Kekasih Tuhan, PT Mizan Pustaka, Bandung, Edisi Baru, CetI, Juni 2012
20. Muhammad SAW Makhluk Paling Mulia, Fauzi Ibrahim, Citra
Risalah, Cet-I, Juni 2008
21. Muhammad Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik,
Martin Lings, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, Cet-X, Mei
2011 M.
22. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, Dan Teladan Ibrahim, Zuhairi
Misrawi, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2009.
23. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan AlQur’an dan Hadits-Hadits Shahih, M.Quraish Shihab, Lentera
Hati, Tangerang, Cet-II Juni 2012.
24. Mengenal Rasulullah Dari Dekat, Imam at-Tirmidzi, Keira
Publishing, Cet-I, Desember 2014.
25. Muhammad in The Bible - Bibel Pun Mengakui Muhammad
Sebagai Seorang Rasul, Abdul Ahad Dawud, Almahira,
Jakarta, Cet ke-2, 2009
26. Muhammad My Hero, Muhammad Zakariyya, Citra Risalah,
Yogyakarta, 1433 H/2012 M
27. Mukjizat-Mukjizat Nabi Muhammad, Abdul Aziz bin
Muhammad as-Salman, Turos, Jakarta, Cet-I, Desember 2014
195 |
28. Nabi Muhammad SAW Hikayat Hidup Sang Pembawa Cahaya
Dari Lahir Hingga Menutup Mata, Indah Permatasari S.Pd, La
Tahzan, Tangerang, 2014
29. Para Pewaris Muhammad, Barnaby Rogerson, Diglossia
Media, Bantul, Cet-I, September 2007
30. Perang Muhammad Kisah Perjuangan dan Pertempuran
Rasulullah, Dr. Nizar Abazhah, Zaman, Jakarta, Cet-I, 2011
31. Ramalan tentang Muhammad SAW. Dalam Kitab Suci Agama
Zoroaster, Hindu, Buddha, dan Kristen , Abdul Haq Vidyarthi &
Abdul Ahad Dawud, Noura Books (PT Mizan Publika), Cet-I,
Agustus 2013
32. Rasulullah Teladan Semesta Alam, Dr. Raghib As-Sirjani,
Insan Kamil, Solo, Cet-I, Desember 2011
33. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW, HMH AHamid Al-Husaini, Pustaka Hidayah, Bandung, cet ke-XIII, Mei
2009
34. Riwayat Hidup Rasulullah, Abul Hasan Ali An-Nadwi, PT Bina
Ilmu, Surabaya, Cet-VII, 2007
35. Sahih Sirah Nabawiyah, Dr. Akram Dhiya’ Al-Umuri, Pustaka
As-Sunnah, Jakarta, Cet-II, Januari 2013
36. Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal,PT
Pusaka Litera AntarNusa, Bogor, Cet ke-25, Maret 2001
37. Sejarah Ka’bah Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk Dimakan
Zaman, Prof.Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli, Turos, Jakarta, Cet-I,
2013
38. Shahih Wasiat Rasulullah SAW, Syaikh Abu Ubaidah Usamah
bin Muhammad Al-Jamal, Pustaka As-Sunnah, Jakarta, Cet-II,
Januari 2014
39. Sidratul Muntaha, Agus Mustofa, Padma Press, Surabaya,
Shafar 1429 H/Februari 2008 M
40. Sirah Nabawiyah, Syaikh Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,
Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, Cet ke-40, Mei 2014
41. Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah
SAW, Ibnu Ishaq & Ibnu Hisyam, Akbar Media, Jakarta Timur,
Cet-VII, Rabi’ul Awwal 1436 H/Januari 2015 M
196 |
42. Sirah Nabawiyah Ulasan Kejadian dan Analisa Peristiwa dalam
Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW, Dr. Ali Muhammad
Ash-Shalabi, Insan Kamil, Solo, Cet-I, Januari 2014/Rabiul
Awwal 1435 H
43. Sirah Nabi Muhammad SAW, Al-Hafidz Ibnu Katsir, Pustaka
Imam Asy-Syafi’I, Jakarta Timur, Jumadil Awwal 1431 H / Mei
2010 M
44. Sirah Rasulullah Perjalanan Hidup Manusia Mulia, Syekh
Mahmud Al-Mishri, Tinta Medina Tiga Serangkai, Solo, Cet-I,
2014
45. Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rasulullah SAW, Prof.
DR. Muh. Rawwas Qo’ahji, Al-Azhar Press, Cet VII, Agustus
2014
http://www.alquran-indonesia.com
197 |
Tentang Penulis
Kunkun Kuntara, S.Sos, lahir di Bandung 5 Desember 1963. Penulis
memiliki minat yang besar untuk mendalami Riwayat Kehidupan
Rasulullah SAW. Buku ini didedikasikan untuk masyarakat agar
sama-sama mengenal Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga dapat
meneladaninya dalam aktivitas sehari-hari.
Penulis saat ini bekerja di PT Pos Indonesia (Persero) Jakarta.
Komunikasi dapat melalui email : [email protected]
198 |
Download