PERGESERAN PARADIGMA AUDIT INTERNAL

advertisement
1
PERGESERAN PARADIGMA AUDIT INTERNAL
TRADISIONAL MENJADI AUDIT INTERNAL YANG
MEMBERIKAN NILAI TAMBAH BAGI ORGANISASI
(Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk)
TOKY YULIATMA
Pembimbing: Herry Laksito, S.E., M.Adv.Acc., Akt.
Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT
The objective of this research is to analyze the phenomenon of internal
auditing paradigm shift. Internal auditing paradigm shifted from the traditional
paradigm (compliance auditing) to the value added internal auditing paradigm.
The type of data are primary and secondary. Primary data obtained from
respondents who work as internal auditors. Secondary data used auditee
satisfaction index of the quality program results assasement performed by internal
audit unit. Analysis and interpretation of data is done through descriptive
statistics.
The results of this research stated that an internal auditing of PT
Telekomunikasi Indonesia, Inc is an internal audit unit that adds value through its
activities. Profile of internal audit is supported by value-added internal audit
activities through aspects of relationships with management, audit scope, and
value-added internal audits to management. The three aspects mentioned above
are part of the six attributes of value-added internal auditing. The six attributes
synergize to form an value added internal auditing.
Key words: Internal Auditing, Paradigm Shift, Value Added
2
PENDAHULUAN
Fungsi utama audit internal adalah memastikan bahwa tujuan perusahaan
tercapai. Tujuan perusahaan ini secara sederhana bisa dirumuskan menjadi 3E
yaitu efektif, efisien, dan ekonomis. Efektif artinya perusahaan mampu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, sementara efisien memiliki arti dalam mencapai
tujuan tersebut menggunakan sumber daya secara hemat, dan ekonomis yang
artinya bahwa kita mendapatkan input dengan harga yang murah. Terkait dengan
fungsi utama tersebut, paradigma kinerja auditor terkadang dianggap sebagai
lawan pihak manajemen, akan tetapi auditor internal saat ini mencoba menjalin
kerja sama yang produktif dengan klien melalui aktivitas-aktivitas yang
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Paradigma audit internal mengalami pergeseran dari yang semula berdasar
pada paradigma tradisional atau audit kepatuhan (compliance audit) menjadi audit
internal yang memberikan nilai tambah. Pergeseran paradigma tersebut
dikarenakan adanya perubahan pada kebutuhan organisasi, teknologi dan
kompleksitas atas aktivitas dan sistem organisasi. Auditor internal sering
mendapat kesan sebagai pencari kesalahan manajemen dikarenakan perannya
sebagai pemeriksa manajemen perusahaan dan hal tersebut membuat auditor
berada pada posisi yang berlawanan dengan manajemen (auditee), oleh karena itu
perlu adanya reimage untuk membuat auditor dan auditee saling bersinergi, salah
satunya adalah dengan cara auditor berupaya menjadi konsultan bagi manajemen
perusahaan.
Selain itu sebagai seorang konsultan internal, auditor internal juga
diharapkan mampu berperan sebagai katalisator untuk perusahaan. Katalis
(catalist) memiliki arti suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun
tidak ikut reaksi. Effendi (2006) menjelaskan bahwa peran katalisator
dimaksudkan untuk memberikan jasa manajemen saran-saran yang bersifat
konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan, namun auditor
tidak terlibat langung pada aktivitas operasional perusahaan tersebut.
Sawyer (2005) mengungkapkan bahwa pada
tahun 1999, Institute of
Internal Auditors mendapatkan sebuah definisi audit internal dari Guidance Task
3
Force. Guidance Task Force merupakan sebuah kelompok kerja yang memiliki
tugas di antaranya adalah untuk mengembangkan suatu definisi baru untuk audit.
Definisi yang disampaikan kepada Institute of Internal Auditors menyatakan
bahwa audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif
yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi
penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan.
Effendy (2002) mengungkapkan bahwa The Institute of Internal Auditor
pada tahun 2001 telah melakukan penyusunan ulang definisi terhadap internal
auditing. Hasil dari redefinition disebutkan bahwa internal auditing adalah suatu
aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi
(consulting activity) yang yang memberikan nilai tambah (value added) dan
meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian internal auditing membantu
organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang terarah dan
sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko (risk
management) melalui pengendalian (control) dan proses tata kelola yang baik
(governance processes).
Dari definisi - definisi tersebut dapat diambil benang merah tentang
definisi audit internal yang memberikan nilai tambah. Audit Internal yang
memberikan nilai tambah adalah sebuah proses pemeriksaan internal atau audit
internal pada manajemen melalui prosedur-prosedur pemeriksaannya yang output
dari pemeriksaan tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi
manajemen berupa nilai tambah atas kinerja manajemen melalui para audit
internal yang juga berperan sebagai konsultan dan katalis.
Konsep nilai tambah (value added) dapat berperan sebagai nilai yang
tercipta
melalui menambahkan peluang-peluang untuk mencapai tujuan
organisasi, mengidentifikasi penambahan kegiatan operasional, dan atau
mengurangi keberadaan risiko melalui jasa assurance dan konsultasi. Beberapa
praktisi audit internal mengemukakan pertimbangan bahwa nilai tambah layak
dibahas jika hasil pekerjaan audit membantu manajemen dalam peningkatan
bisnis, bukan sekedar menjalankan tugas dalam verifikasi kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur.
4
Internal audit saat ini telah melakukan pendekatan yang berorientasi pada
pemberian nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Pendekatan audit secara
sistematis dan multi disiplin (systematic and multydiciplined approach) dan juga
adanya evaluasi dan penilaian efektifitas risk management, control, and
governance processes dirasa cukup baik untuk upaya mewujudkan nilai tambah
atas audit internal karena tujuan dari value added auditing adalah meningkatkan
profitabilitas serta kepuasan pelanggan (customer satisfaction) melalui fungsi
audit. Menurut Effendi (2006), ruang lingkup dari value added internal auditing
meliputi audit sistem informasi (information system audit), audit kepatuhan
(compliance audit), audit laporan keuangan dan pengendalian (financial reporting
and control audit), audit program dan kinerja (program and performance audit).
Ziegenfus (2000) menunjukkan bahwa efektivitas audit dapat dicapai
melalui evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan yang dilakukan oleh
audit internal dari pelayanan yang diberikan. Efektivitas yang telah dicapai
tersebut berkorelasi positif terhadap kinerjanya dalam melakukan peran fungsi
audit di perusahaan. Konsep efektivitas audit internal memiliki relevansi langsung
untuk melakukan audit internal nilai tambah, karena layanan yang sebelumnya
menjadi ukuran untuk berikutnya (Roth, 2002). Nilai tambah merupakan titik
fokus dari keberadaan audit internal karena menurut Mihret (2008), efektivitas
audit internal yang lebih rendah mungkin merupakan indikasi rendahnya nilai
tambah, begitu juga sebaliknya. Pernyataan Mihret tersebut dikuatkan pula oleh
literatur lain yaitu Roth (2002), yang menyatakan bahwa efektivitas audit internal
dan nilai tambah audit internal terkait secara positif.
Penelitian ini menggunakan beberapa literatur yang digunakan untuk
bahan acuan penentuan parameter penelitian yang untuk selanjutnya akan
berperan sebagai penentuan pengaruhnya terhadap nilai tambah suatu audit
internal. Roth (2000) menyebutkan bahwa ada delapan parameter yang dapat
digunakan untuk mengukur seberapa besar peran nilai tambah audit internal yang
dijelaskan oleh Kedelapan parameter tersebut adalah organisasi departemen,
staffing dan lingkungan kerja, penilaian risiko, jasa/ pelayanan audit internal,
pengukuran kinerja, pemasaran atas jasa audit internal, jasa audit dan konsultasi
5
lain, dan jasa assurance. Parameter oleh Roth (2000) akan digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan angket, namun kedelapan parameter tersebut akan
diringkas menjadi tujuh parameter dengan menggabungkan parameter jasa audit
dan konsultasi lain dengan jasa assurance.
Penelitian ini menggunakan enam aktivitas audit internal yang menjadi
fokus dalam penelitian. Keenam aktivitas tersebut diambil dari audit satisfaction
index PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk berupa relasi dengan manajemen,
profesionalisme staff audit internal, lingkup audit, pelayanan audit, manajemen
audit internal, dan nilai tambah audit internal bagi manajemen. Keenam aktivitas
tersebut disusun berdasarkan referensi dari Quality Assasement Manual 5th
Edition yang diterbitkan oleh The Institute of Internal Auditors.
Gambar 1
Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Direktur Utama
(CEO)
CORPORATE
OFFICE
GROUP
Wakil Direktur Utama
(COO)
BUSINESS OPERATIONS
GROUP
Direktur
Network
&
Solution
Direktur
Konsumer
Head of Corporate
Affair
Direktur
Enterprise
&
Wholesale
Direktur
IT &
Supply
(CIO)
Act. Head of Corporate
Communication
Direktur
Keuangan
(CFO)
Direktur
Human
Capital &
General
Affair
Head of Internal
Audit
Direktur
Compliance
& Risk
Management
EVP Strategic
Investment &
Corporate
Planning
Sumber: Sustainability Report PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009
Pada penelitian terdahulu (Mihret, 2008) yang mengambil sample pada
sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di negara Ethiopia mendapati bahwa
peran audit internal yang memberikan nilai tambah masih belum secara optimal
diterapkan di sana. Melalui penelitian ini, penulis mencoba untuk mengungkap
apakah audit internal yang memberikan nilai tambah mampu atau sudah
diterapkan di sektor yang berbeda yakni pada dunia telekomunikasi, dalam hal ini
6
penulis fokuskan pada lingkup Indonesia dengan mengambil studi kasus pada
sebuah organisasi telekomunikasi di Indonesia yaitu pada PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan organisasi yang dianggap
sebagai suatu bentuk organisasi modern Badan Usaha Milik Negara di wilayah
Indonesia yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi. Selain hal tersebut, alasan
lainnya adalah karena coorporate governance pada PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk dinilai baik dalam praktiknya. Dikarenakan penelitian ini fokus pada audit
internal suatu organisasi, sehingga perlu sebuah organisasi yang dinilai telah
memiliki fungsi audit internal yang baik. Oleh karena itu, penulis memilih Unit
Audit Internal PT Telekomunikasi Indonesia sebagai sampel organisasi yang akan
diteliti.
Gambar 2
Struktur Organisasi Audit Internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
HEAD OF INTERNAL AUDIT
AVP QA & Administration
AVP System Development
VP Marketing & Service
Audit
VP Infrastructure &
Supply Management Audit
- AVP Product Audit
- AVP Marketing & CRM
Audit
- AVP Service
Development &
Management Audit
- AVP Infrastructure
Audit
- AVP IT Support Audit
- AVP Supply
Management Audit
VP Enterprise
Management Audit
- AVP Financial
Statement Audit
- AVP ICOFR Audit
- AVP Share Service
Audit
- AVP Portfolio &
Subsidiary Audit
AUDITOR GROUP
Sumber: Keputusan Direksi PT Telekomunikasi Indonesia, 2011
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:
1. Apakah unit internal audit PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan audit
internal yang memberikan nilai tambah bagi organisasi?
7
2. Apa sajakah aktivitas audit internal yang secara dominan berkontribusi untuk
membangun sebuah profil audit internal yang memberikan nilai tambah bagi
organisasi?
TELAAH PUSTAKA
Grand Theory
Penelitian ini didasari oleh Teori Organisasi Ekonomi (Organizational
Economics Theory) yang di dalamnya terdapat Teori Keagenan (Agency Theory)
dan Teori Biaya Transaksional (Transactional Cost Theory of Organization).
Penelitian menggunakan Teori Keagenan (Xiangdong, 1997; Adams, 1994) dan
Teori Biaya Transaksi (Spraakman, 1997) menunjukkan peran audit internal
dalam manajemen dan tata kelola organisasi. Teori Keagenan dan Biaya Transaksi
menggambarkan suatu kondisi atas dasar ketidakpercayaan akan perilaku manusia
yang cenderung mengejar kepentingan pribadi lewat organisasi.
Teori Biaya Transaksi menjelaskan bahwa pertumbuhan sebuah organisasi
besar dengan hirarki manajemen yang cukup luas dapat menyebabkan manajer
tingkat atas kehilangan kontrol terhadap manajer tingkat bawah dan menengah
yang berdampak pada kemungkinan terjadi moral hazard dan memanfaatkan
sumber-sumber organisasi untuk kepentingan pribadi. Teori keagenan dapat
membantu menjelaskan adanya audit internal, sifat internal audit, fungsi dan
pendekatan khusus diadopsi oleh internal auditor untuk pekerjaan mereka. Hal ini
juga dapat membantu untuk memprediksi bagaimana auditor internal akan
dipengaruhi oleh organisasi, restrukturisasi dan rasionalisasi. Hal tersebut
berkaitan dengan prinsip utama teori ini yang menyatakan adanya hubungan kerja
antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak
yang menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja
sama yang disebut “nexus of contract” (Jensen dan Meckling, 1976).
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah mengidentifikasi sebagai
8
masalah yang penting (Sekaran, 1992). Berdasarkan landasan teori yang sudah
dipaparkan sebelumnya, maka dibentuklah suatu kerangka pemikiran seperti
berikut ini.
Gambar 3
Kerangka Pemikiran
RELASI DENGAN
MANAJEMEN
PROFESIONALISME
STAFF AUDIT
INTERNAL
LINGKUP AUDIT
PELAYANAN AUDIT
NILAI TAMBAH AUDIT
INTERNAL BAGI
MANAJEMEN
MANAJEMEN AUDIT
INTERNAL
Pengorganisasian
Unit Audit Internal
Staffing pada Unit
Audit Internal dan
Lingkungannya
Proses Penilaian
Risiko oleh Unit
Audit Internal
Jasa Audit yang
Diberikan kepada
Perusahaan
Pengukuran Kinerja
Fungsi Audit Internal
AKTIVITAS
AUDIT
INTERNAL
MEMBERIKAN
NILAI TAMBAH
BAGI
ORGANISASI
Pengupayaan
Eksistensi Fungsi
Audit Internal di
Perusahaan
Menciptakan Kembali
Fungsi Audit Internal
Perusahaan
Pada kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa penelitian terkait
dengan nilai tambah audit internal perlu dilakukan dalam konteks yang pasti dan
jelas karena ada variabel-variabel yang spesifik berlatar belakang organisasi.
Variabel-variabel tersebut berupa aktivitas-aktivitas audit internal yang dapat
menentukan nilai tambah organisasi seperti yang diharapkan dari fungsi audit
internal.
Pada penelitian ini disusun suatu pola untuk mengklasifikasi atribut nilai
tambah dari fungsi audit internal berdasarkan kategori konteks sehingga
memungkinkan prediksi yang lebih baik atas arahan dalam pengembangan audit
internal dan juga pemahaman yang lebih baik terhadap konsep perubahan
9
paradigma audit internal. Parameter – parameter kontekstual yang merupakan
atribut nilai tambah unit audit internal seperti yang dimaksud adalah relasi dengan
manajemen, profesionalisme staff audit internal, lingkup audit, prosedur audit,
manajemen audit, dan nilai tambah audit internal bagi organisasi. Keenam atribut
tersebut meliputi aspek-aspek yang lebih rinci seperti pengorganisasian unit audit
internal, staffing unit audit internal, proses penilaian risiko oleh unit audit internal,
jasa audit yang diberikan kepada perusahaan, pengukuran kinerja fungsi audit,
pengupayaan eksistensi fungsi audit internal di perusahaan, dan menciptakan
kembali fungsi audit internal perusahaan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui pemahaman
studi kasus. Yin (1996) memaparkan bahwa studi kasus merupakan suatu inkuiri
empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata namun
dengan keadaan batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan
jelas dan multi sumber bukti dimanfaatkan dalam studi ini. Melalui studi kasus ini
diharapkan akan dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar
variabel serta proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih
luas.
Variabel Penelitian
Keenam variabel tersebut berikut ini merupakan aktivitas audit internal
yang menjadi fokus penilaian. Keenam aktivitas diklasifikasikan berdasarkan
audit satisfaction index dengan acuan penyusunan dari Quality Assasement
Manual 5th Edition khususnya pada Chapter 4 Tool 4. Quality Assasement
Manual diterbitkan oleh The Institute of Internal Auditors.
1. Relasi dengan Manajemen
Relasi dengan manajemen bermakna hubungan profesional yang
terjalin antara unit audit internal dengan pihak manajemen dalam struktural
organisasi dan kinerja audit internal yang berkaitan dengan manajemen. Dalam
struktural, posisi audit internal dalam organisasi merupakan suatu hal yang
10
berkenaan dengan kedudukan atau keberadaan audit internal baik secara
struktural maupun fungsional dalam sebuah organisasi. Pemahaman atas posisi
audit internal dalam organisasi berguna dalam hal yang berkenaan dengan
tugas dan wewenang dalam kegiatannya bersama manajemen organisasi.
2. Profesionalisme Staff Audit Internal
Hiro
Tugiman
dalam
Asikin
(2006)
menyebutkan
bahwa
profesionalisme merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang dalam
melakukan profesi tertentu. Bachtiar Asikin (2006) berpendapat bahwa sikap
profesionalisme staff audit internal adalah meliputi standar profesionalisme
internal auditor, pengetahuan dan kecakapan, hubungan antar manusia dan
komunikasi,
pendidikan
berkelanjutan,
dan
ketelitian
profesional.
Profesionalisme merupakan mutu, kualitas, atau perilaku yang menunjukan
profesi
seseorang
atau
orang
yang
profesional.
Dalam
praktiknya,
profesionalisme staff audit internal tercermin dari upaya staff audit internal
yang melaksanakan tugas dan wewenang dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
etika profesi.
3. Lingkup Audit
Lingkup audit merupakan suatu aktivitas yang menerangkan
bagaimana auditor bekerja berdasarkan standar/ manual auditing yang telah
ditetapkan. Dalam Standar Profesional Audit Internal, lingkup pekerjaan audit
internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan
sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi. Lingkup audit
menjadi salah satu atribut yang dapat memberikan nilai tambah karena
berkenaan dengan profesionalitas kinerja auditor dan pelayanan yang diberikan
oleh auditor internal kepada perusahaan. Lingkup audit meliputi tugas dan
tanggung jawab audit internal dalam organisasi/ perusahaan.
4. Pelayanan Audit
Pelayanan audit merupakan aktivitas audit yang dijalankan oleh
auditor internal dalam pemberian jasa audit. Jasa audit merupakan produk atas
fungsi pengauditan. Pelayanan audit meliputi aktivitas yang berkenan dengan
tugas pokok audit internal dari awal/ persiapan program audit hingga pelaporan
11
hasil audit. Pelayanan jasa audit dalam penelitian ini mencakup hal-hal yang
disediakan oleh audit internal dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan tugas dan wewenangnya di dalam organisasi. Pada pelayanan
jasa audit ini akan tampak orientasi audit internal dalam menjalankan aktivitas
auditnya.
5. Manajemen Audit Internal
Manajemen audit internal meliputi pengelolaan manajerial di dalam
unit audit internal. Manajemen audit internal dapat dilihat misalnya melalui
pemetaan staff berdasar kompetensi, pemasaran fungsi audit internal, dan
kegiatan-kegiatan manajerial lainnya.
6. Nilai Tambah Audit Internal bagi Manajemen
Nilai tambah audit internal bagi manajemen merupakan atribut yang
bisa dianggap sebagai atribut inti dalam pergeseran paradigma audit internal
yang memberikan nilai tambah bagi organisasi. Nilai tambah diperoleh oleh
organisasi dari suatu proses yang memiliki tujuan untuk peningkatan
performance organisasi tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Nilai tambah Pada atribut ini terdapat penegasan adanya pergeseran
paradigma audit internal dari audit internal kepatuhan menjadi audit internal
yang memberikan nilai tambah bagi organisasi.
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah sebuah perusahaan modern di lingkup
wilayah Indonesia yaitu PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Sampel merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang dilibatkan
dalam penelitian. Sampel penelitian ini adalah audit internal organisasi dan
manajemen. Pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive sampling
dan non probability sampling. Total sampel pada penelitian ini berjumlah 35
orang yang berprofesi sebagai auditor internal di PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk.
Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan data primer dan sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber data. Sumber data
12
yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang ditujukan untuk auditor
internal pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Data sekunder yang digunakan
pada penelitian ini merupakan data yang didapatkan oleh penulis melalui bagian
Audit Internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Data sekunder yang diperoleh
dari PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. dan kemudian digunakan dalam
penelitian ini meliputi data Audit Satisfaction Index. Di samping data tersebut,
penulis juga menggunakan referensi melalui studi kepustakaan
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode survei. Dalam memenuhi kebutuhan data primer, penulis menggunakan
teknik angket/ kuesioner. Angket dirancang menggunakan skala pengukuran
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial / variabel penelitian
(Sugiyono, 2004). Jawaban atas setiap instrumen yang disajikan dalam bentuk
pernyataan mempunyai gradasi dari yang sangat positif hingga sangat negatif.
Tabel 3.1 menunjukkan nilai untuk setiap pilihan jawaban.
Tabel 1
Nilai Jawaban Berdasarkan Skala Likert
Jawaban
Nilai
Sangat tidak setuju (STS)
1
Tidak setuju (TS)
2
Netral (N)
3
Setuju (S)
4
Sangat setuju (SS)
5
Data sekunder yang ada dikumpulkan melalui Unit Audit Internal
perusahaan. Dari audit internal perusahaan diperoleh Audit Satisfaction Index
yang digunakan untuk menjadi acuan dalam analisis yang terkait dengan
manajemen dalam mengukur tingkat kepuasan kinerja audit internal. Selain Audit
Satisfaction Index, diperoleh juga data-data pendukung yang menerangkan
tentang organisasi audit internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Metode Analisis Data
Penelitian ini didukung juga dengan data-data yang bersifat kuantitatif.
Dengan demikian, validitas dan reliabilitas atas data yang diperoleh sebagai
13
fasilitator penelitian ini akan diuji terlebih dahulu menggunakan analisis dari alat
statistika. Setelah validitas dan reliabilitasnya sudah terbukti, penelitian akan
dilanjutkan hingga tahap analisis dan interpretasi atas data yang telah diolah. Data
primer yang bersifat kuantitatif tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian
yang mewakili sudut pandang dari auditor internal atas aktivitas audit internal
yang bernilai tambah. Untuk memperkuat instrumen penelitian, digunakan juga
data sekunder yang mewakili sudut pandang dari pihak manajemen atas aktivitas
audit internal yang memberikan nilai tambah bagi manajemen pada khususnya.
Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 17. Penelitian dengan
analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan
gejala sosial tertentu. Pada penelitian ini, penggambaran yang ingin ditampilkan
adalah tentang aktivitas audit internal PT Telekomunikasi Indonesia yang
memberikan nilai tambah bagi organisasinya dengan menampilkan kegiatankegiatan audit internal yang merupakan atribut-atribut nilai tambah audit internal
bagi organisasi.
HASIL ANALISIS DATA
Data yang berasal dari pengolahan menggunakan alat statistika berupa
statistik deskriptif mewakili sudut pandang unit audit internal dalam penilaian
tentang aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan terkait dengan peran audit internal
dalam memberikan nilai tambah bagi organisasi. Data yang berasal dari audit
satisfaction index mewakili sudut pandang manajemen dalam penilaian tentang
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan oleh audit internal.
1. Sudut Pandang Unit Audit Internal
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
Instrumen Penelitian
Variabel
N
Min
Max
Mean
Relasi dengan manajemen
Profesionalisme Staff Audit
Internal
35
35
14
32
20
50
16,9714
40,5714
Standar
Deviasi
1,72
4,25
14
Lingkup Audit
35
20
30
24,9143
Pelayanan Audit
35
28
50
40,7714
Manajemen Audit Internal
35
27
45
35,5143
Nilai Tambah Audit Internal
35
31
55
45,7429
bagi Manajemen
Sumber: Output SPSS versi 17.0 dan data primer yang diolah, 2011
2,68
4,85
3,74
5,38
Dari hasil pengolahan data primer seperti yang telah dipaparkan di atas,
secara garis besar seluruh variabel merupakan atribut audit internal bernilai
tambah yang telah diimplementasikan oleh unit audit internal PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. Hal tersebut didasari dari opini dari auditor internal (responden
kuesioner) yang mayoritas menyatakan bahwa variabel-variabel yang ada
merupakan aktivitas yang telah dilakukan pada unit audit internal PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
2. Sudut Pandang Manajemen
Gambar 4
Grafik Audit Satisfaction Index Tahun 2009
80,0%
60,0%
40,0%
20,0%
0,0%
Excellent
Good
Fair
Poor
Sumber: Laporan Periodic Quality Assasement tahun 2009
Berdasarkan grafik di atas, nilai tertinggi atas kepuasan manajemen atas
aktivitas audit internal untuk masing-masing kriteria jawaban berbeda antara satu
dengan yang lain. Nilai tertinggi untuk kriteria “Excellent” sebesar 51,6% adalah
pada aktivitas relasi dengan manajemen. Nilai tertinggi untuk kriteria “Good”
sebesar 72,4 % adalah pada aktivitas yang berkenaan dengan lingkup audit. Nilai
tertinggi
untuk
kriteria
“Fair”
sebesar
19,6%
adalah
pada
aktivitas
profesionalisme staff auditor. Nilai tertinggi untuk kriteria “Poor” sebesar 2,6%
adalah pada aktivitas terkait manajemen audit internal. Aktivitas pelayanan audit
15
dan nilai tambah audit internal bagi manajemen pada tahun 2009 belum mencapai
kriteria “Excellent”, dengan nilai tertingginya baru mencapai kriteria “Good”
yaitu sebesar 71,48% unutk aktivitas pelayanan audit dan 69,5% untuk aktivitas
nilai tambah audit internal bagi manajemen.
Gambar 5
Grafik Audit Satisfaction Index Tahun 2010
80,0%
60,0%
40,0%
20,0%
0,0%
Excellent
Good
Fair
Poor
Sumber: Laporan Periodic Quality Assasement tahun 2010
Pada tahun 2010, unit audit internal kembali mengadakan program Quality
Assasement untuk mendapatkan audit satisfaction index. Tingkat kepuasan
melalui opini dari manajemen atas aktivitas audit internal adalah 71,69% lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 dengan kenaikan 0,23%. Grafik 4.2
merupakan grafik yang menunjukkan audit satisfaction index dengan obyek
manajemen perusahaan. Pada tahun 2010, secara umum responden menyatakan
kriteria “Good” terhadap keseluruhan aktivitas audit internal. Dari grafik tersebut,
dapat digambarkan bahwa kriteria “Excellent” paling tinggi terdapat pada aktivitas
relasi dengan manajemen. Kriteria “Good” tertinggi berada pada aktivitas lingkup
audit, pelayanan audit, dan nilai tambah audit internal bagi manajemen,
sedangkan kriteria “Fair” sekaligus kriteria “Poor” paling banyak mengacu pada
aktivitas manajemen audit internal. Pada tahun 2010, pengelolaan manajemen
audit internal mendapatkan sorotan kurang baik yang cukup tinggi sehingga perlu
adanya metode yang lebih baik lagi dalam pengelolaan audit internal untuk masa
mendatang.
16
Interpretasi Hasil
1. Relasi dengan Manajemen
Audit internal pada awal pembentukannya berperan sebagai pelindung
aktiva perusahaan. Tujuan utama dari fungsi audit internal adalah menemukan
kecurangan sebelum kecuranan tersebut dideteksi oleh pemeriksa ekstern selama
pemeriksaan tahunan (Tunggal, 1995). Seiring dengan perkembangan yang terjadi
dalam bidang audit internal, kini audit internal lebih berperan sebagai
perpanjangan tangan manajemen dan bagian yang integral dari proses manajemen
(Tunggal, 1995). Meskipun demikian, audit internal seharusnya tetap memegang
independensinya seperti yang telah tertera dalam Standar Audit Internal.
Independensi auditor internal tentunya tidak setajam auditor eksternal. Hal
tersebut dikarenakan auditor internal merupakan karyawan dari entitas atau
perusahaan. Seringkali terjadi kekhawatiran terkait dengan semakin erat relasi unit
audit internal dengan manajemen, maka hal tersebut akan mempengaruhi tingkat
independensi audit internal terhadap manajemen. Namun demikian, independensi
tetap harus dijaga oleh audit internal. Upaya menjaga independensi audit internal
dapat dilihat dari struktur organisasi PT Telekomunikasi yang menggambarkan
bahwa posisi unit audit internal berada di bawah direktur selaku pimpinan
manajemen organisasi. Dengan posisi struktural seperti itu, berarti audit internal
merupakan unit independen yang berdiri sendiri, dalam arti tidak berada di dalam
unit lain dalam perusahaan. Unit Audit internal memberikan laporan langsung
kepada Direktur PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Relasi secara fungsional
yang baik seperti ini dapat membawa dampak positif bagi unit audit internal dan
peningkatan kinerjanya untuk memberikan nilai tambah bagi organisasi.
Dewan direksi sebagai pihak manajemen organisasi memiliki relasi yang
baik dengan unit audit internal. Hal diperkuat dengan hasil dari audit satisfaction
index. Audit satisfaction index diperoleh dari pelaksanaan program quality
assessment yang dilakukan oleh audit internal dengan manajemen sebagai
obyeknya. Metode yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah menggunakan
kuesioner yang mengacu kepada standar The IIA yaitu Quality Assasement
Manual. Bentuk lain dari contoh relasi dengan manajemen yang terjalin adalah
17
dengan adanya control self assasement yang diterapkan dalam lingkup penilaian
kinerja perusahaan yang melibatkan manajemen.
Divisi audit internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memiliki
tanggung jawab dalam pengawasan kinerja manajemen dan pemberian jasa
konsultasi tidak hanya bagi manajemen pada Corporate PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk namun juga pada unit bisnis yang dimiliki oleh PT
Telekomunikasi Indonesia. Audit internal dilibatkan pula dalam bisnis proses
manajemen. Dengan demikian, audit internal lebih berperan sebagai mitra
manajemen sebagai pengawas dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan.
Aktivitas-aktivitas yang berkaitan atas relasi dengan manajemen tampak
baik, selain dari data audit satisfaction index hal itu tampak pada opini responden
(auditor internal) atas kuesioner yang telah diberikan. Rata-rata/ mean responden
menyatakan bahwa aktivitas- aktivitas profesional
yang berkaitan atas relasi
dengan manajemen telah terjalin antara manajemen dan audit internal.Semakin
baik relasi antara kedua belah pihak, maka semakin besar pula upaya optimalisasi
oleh audit internal dalam pemberian nilai tambah bagi organisasi. Melalui relasi
yang terjalin dengan baik, maka audit internal dapat semakin optimal dalam
pemberian pelayanan secara profesional sebagai konsultan atas strategi bisnis,
manajemen risiko, dan pencapaian tujuan organisasi.
2. Profesionalisme Staff Audit Internal
Profesionalisme staff audit internal merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh auditor internal. Pada standar audit internal (Summary of Standards
for the Professional Practice of Internal Auditing, 1997) dijelaskan bahwa audit
internal harus dilaksanakan dengan kemampuan dan keahlian profesional. Pada
atribut audit internal bernilai tambah, profesionalisme staff audit internal
merupakan salah satu aspek yang cukup berperan. Hal tersebut dikarenakan, pada
atribut ini, obyek yang menjadi sorotan adalah staf audit internal yang mereka
merupakan orang-orang yang berperan dalam melaksanakan berbagai aktivitas
unit audit internal.
Kredibilitas dan prestasi unit audit internal tergantung pada bagaimana
para staf melaksanakan fungsi mereka. Unit audit internal PT Telekomunikasi
18
Indonesia, Tbk memiliki jajaran staf yang meliputi auditor-auditor dengan latar
belakang pendidikan yang beragam. Keberagaman latar belakang pendidikan
tersebut dapat terlihat dari profil responden penelitian yang mengisi kuesioner
penelitian. Dari sampel penelitian, yaitu sebanyak 35 responden, diketahui bahwa
staff unit audit internal berasal dari beberapa disiplin ilmu. Beberapa di antaranya
berasal dari pendidikan bidang ilmu ekonomi (manajemen, akuntansi, administrasi
keuangan) dan teknik (teknik elektro dan teknik informatika). Penempatan auditor
dalam fungsi teknis lebih diprioritaskan berdasarkan latar belakang pendidikan
dengan harapan supaya auditor dapat menjalankan tugas sesuai dengan kapabilitas
yang dimiliki oleh para personil.
Pada awal keberadaan audit internal di perusahaan, posisi staff
didominsasi oleh staff yang berasal dari latar belakang pendidikan ekonomi
khususnya akuntansi. Akan tetapi, terjadi beberapa kendala dan kesulitan terkait
dengan fungsi di lapangan, yaitu ketika staff dengan latar belakang pendidikan
non teknik dihadapkan pada bidang audit berupa teknik misalnya seperti bidang
informasi teknologi. Bertolak dari pengalaman tersebut, kemudian diadakan
penempatan staff sesuai dengan keahliannya. Dengan sistem seperti ini, terjadi
peningkatan efektifitas dan efisiensi kinerja staff audit internal.
Seperti yang telah tertera pada Internal Audit Charter, keahlian staff audit
internal perlu di-up grade melalui pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
profesionalisme. Staff baru tidak kemudian dilepas begitu saja oleh para
seniornya, staff baru mendapatkan bimbingan melalui senior staff audit.
Penggunaan manual audit juga mempermudah staff audit internal baru dalam
menjalankan fungsinya. Selain pembinaan staff baru, staff lama pun juga
mendapat kesempatan meng-upgrade diri dengan melanjutkan pendidikan.
Misalnya seperti salah seorang responden yang mengikuti pendidikan di akhir
pekan yaitu kuliah di hari Sabtu dan Minggu. Kesempatan-kesempatan seperti ini
tentunya dengan harapan supaya para staff mendapatkan pendidikan lanjutan
untuk meningkatkan profesionalisme kinerjanya sebagai auditor internal dalam
lingkup PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
19
3. Lingkup Audit
Tugiman (1996) menjelaskan bahwa ruang lingkup audit internal meliputi
penelaahan atas kehandalan dan juga atas kesesuaian informasi keuangan dan
operasi beserta metodenya, penelaahan sistem yang berjalan untuk memastikan
bahwa sistem berjalan sesuai dengan regulasi dan prosedur yang berlaku,
penelaahan cara pengamanan asset perusahaan dan penelusurannya, dan mereview
operasi dan program untuk memastikan bahwa hasilnya telah konsisiten dengan
tujuan yang telah ditetatpkan dan program tersebut dijadikan dasar atas
penyusunan rencana berikutnya. Berdasarkan ruang lingkup yang telah ada,
diharapkan dapat mendorong optimalisasi pengujian dan evaluasi atas kelayakan
sistem pengendalian internal dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab.
Berdasarkan keputusan direksi No.KD.24/PS150/COP-B0030000/2008,
dipaparkan bahwa audit internal bertanggung jawab atas kepatuhan seluruh
pengelolaan bisnis dan operasional perusahaan serta regulasi pemerintah dan
perusahaan publik yang berlaku dengan menjalankan peran internal control yang
efektif bagi perusahaan melalui pengelolaan fungsi audit internal. Selain hal
tersebut, audit internal juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan jasa atau
layanan konsultasi audit internal kepada direksi, dewan komisaris dan unit bisnis /
unit kerja dan pemberian assurance mengenai kelayakan pelaporan keuangan,
mengawal implementasi pengendalian internal dan memberikan dukungan dalam
meningkatkan pelaksanaan Good Corporate Governance.
Dalam praktik di lapangan, kinerja audit internal telah sesuai dengan
lingkup audit yang telah ditentukan. Dalam tahap perencanaan audit, staf audit
internal melakukan komunikasi dengan manajer bisnis perusahaan untuk
mengetahui bagaimana pandangan para manajer tentang masalah dan keinginan
mereka pada auditor agar auditor internal fokus pada usaha yang manajer lakukan.
Hal tersebut untuk mempermudah fungsi audit internal dalam menelaah proses
bisnis yang telah dilakukan oleh pihak manajemen.
Ruang lingkup audit internal dilaksanakan dengan menggunakan sebuah
pendekatan berupa risk based internal auditing. Berdasarkan keputusan direksi
20
No.KD.24/PS150/COP-B0030000/2008 pengertian Risk based internal auditing
adalah proses/ aktivitas unit audit internal yang berbasis pada risk register
perusahaan sendiri untuk menyusun rencana audit dan menyusun audit program
yang difokuskan pada prioritas area dengan risiko tinggi. Pendekatan dengan
menggunakan penilaian risiko ini berlangsung baik dalam unit audit internal.
Dengan adanya lingkup audit yang baik dan tepat sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab dari unit audit internal diharapkan dapat membangun sebuah
pelayanan audit internal yang efektif dan efisien. Hal tersebut dikarenakan
efektifitas dan efisiensi suatu pelayanan audit internal dalam suatu organisasi
dapat meningkatkan performa organisasi yang bersangkutan.
4. Pelayanan Audit
Pelayanan audit merupakan aktivitas utama audit internal di dalam
organisasi. Pelayanan audit yang diberikan tentunya disesuaikan dengan ruang
lingkup audit internal yang berlaku di dalam perusahaan/ organisasi. Salah satu
pelayanan audit yang utama meliputi peran audit internal dalam bidang
pengelolaan enterprise management audit pada fungsi-fungsi strategic &
enterprise planning, enterprise risk management, enterprise effectiveness
management, knowledge & research management, financial & asset management,
stakeholder & external relations management, human resources management, dan
pengelolaan joint ventur company. Dari uraian aktivitas pelayanan jasa audit
internal tersebut dapat diketahui bahwa peran audit internal meliputi fungsi
pengawasan atas seluruh unit kerja di perusahaan.
Audit internal tidak hanya fokus pada pelaksanaan audit operasional
untuk proses bisnis dan pemantauan efisisiensi dan efektifitas proses bisnis. Audit
internal juga memberikan pelayanan sesuai dengan compliance yang berlaku,
pemberian investigasi khusus sesuai dengan permintaan manajemen ketika
diperlukan, penyampaian pandangan atas peluang bisnis perusahaan, konsultasi
kegiatan audit, dan fokus terhadap rencana-rencana strategis dan manajemen
risiko.
Untuk dapat dengan baik melaksanakan fungsi dalam keterlibatannya
pada rencana strategis dan manajemen risiko perusahaan, audit internal perlu
21
melakukan identifikasi atas beberapa hal yang berkaitan dengan bisnis
perusahaan. Identifikasi perlu dilakukan pada key customers beserta kebutuhan
mereka dan juga pada para pemasok dan peran mereka dalam proses bisnis
perusahaan.
Pelaksanaan kinerja audit internal harus dilaksanakan berdasarkan
standar profesional yang berlaku. Untuk menjaga kualitas kinerja Unit Audit
Internal dan hasil auditnya, Unit Audit Internal wajib berpedoman pada Standar
Profesi Internal Auditor (SPIA) dan atau standar yang lazim berlaku secara
internasional (International standards for the Professional Practice of Internal
Audit)
5. Manajemen Audit Internal
Unit Audit Internal merupakan salah satu unit kerja PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. Unit Audit Internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memiliki
visi yang representatif dalam optimalisasi perannya dalam memberikan fungsi
pengendalian internal bagi manajemen yang bernilai tambah. Visi Unit Audit
Internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sesuai dengan Internal Audit Charter
No: Tel 711/PW000/ UTA-00/2008 adalah:
Sebagai “Smart Partner” bagi manajemen, Unit Bisnis/ Unit Kerja dan
Anak Perusahaan dalam rangka mencapai tujuan Perusahaan serta sebagai
pendorong bagi seluruh jajaran Perusahaan dan Anak Perusahaan agar tercipta
budaya disiplin dalam melaksanakan seluruh ketentuan perundang-undangan/
kebijakan/ peraturan/ prosedur/ proses bisnis yang berlaku.
Unit Audit Internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memiliki Internal
Audit Charter. Internal Audit Charter digunakan sebagai pedoman dalam
penetapan posisi kegiatan unit audit internal dalam organisasi, mengotorisasi
kewenangan internal audit dalam memperoleh akses secara penuh, bebas dan tidak
terbatas terhadap semua catatan atau informasi tentang seluruh aktivitas dan
sumber daya perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, dan juga
untuk menetapkan lingkup aktivitas audit internal dalam perusahaan.
Unit Audit Internal dalam menjalankan aktivitasnya mengacu pada kode
etik yang ditetapkan oleh Asosiasi Internal Audit yang ada di Indonesia dan atau
22
yang lazim berlaku secara internasional (International standards for the
Professional Practice of Internal Auditing). Di dalam unit audit internal terdapat
susunan manajemen atau tim pengelola yang melakukan pengelolaan atas sumber
daya yang ada di internal unit audit internal. Pada manajemen audit internal
terdapat beberapa bagian yang memiliki perannya masing-masing. Manajemen
audit internal dipimpin oleh seorang Head of Internal Auditing yang diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.. Pimpinan
unit audit internal tersebut tidak dapat berfungsi secara maksimal tanpa bantuan
dari fungsi-fungsi lain di dalam manajemen unit audit internal.
Beberapa
contoh
pengelolaan
unit
audit
internal
yang
dapat
meningkatkan nilai tambah bagi audit internal dan perusahaan berupa pengelolaan
SDM, adaptasi teknologi dalam kinerja audit internal, promosi atau pemasaran
fungsi audit internal. Dalam pengelolaan sumber daya manusia, unit audit internal
membagi keahlian teknis sesuai dengan dengan bidang SDM. Penggunaan
komputerisasi sebagai alat bantu dalam pelaksanaan tugas dalam unit audit
internal dirasa meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja audit internal. Upaya
meningkatkan dan menjaga eksistensi unit audit internal dilakukan dengan
pengadaan promosi atas fungsi audit internal.
Manajemen audit internal PT Telekomunikasi Indonesia dirasa sudah
cukup baik. Namun demikian, berdasarkan satisfaction index pada tahun 2009,
manajemen audit internal mendapatkan sorotan atas ketidakpuasan manajemen
perusahaan. Para manajemen yang kurang puas tersebut menyampaikan saran
kepada manajemen unit audit internal untuk lebih meningkatkan kinerja
manajemen. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan kinerja manajemen audit
internal, hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kepuasan manajemen atas
kinerja dalam hal pengelolaan audit internal. Kinerja manajemen unit audit
internal yang baik akan meningkatkan kinerja aktivitas-aktivitas lain di dalam unit
audit internal.
6. Nilai Tambah Audit Internal bagi Manajemen
Audit internal pada masa yang sekarang ini diharapkan dapat lebih
memunculkan nilai tambah bagi organisasi terutama pada perusahaan. Perubahan
23
audit internal yang lebih bersahabat dengan manajemen merupakan satu cara yang
bisa meningkatkan sinergisitas di antara kedua belah pihak tanpa mengurangi
kadar independensi yang ada pada unit audit internal. Pergeseran paradigma ini
memberikan manfaat tidak hanya bagi manajemen, namun juga bagi audit internal
itu sendiri. Nilai tambah yang terkandung dalam audit internal bisa membuka
peluang untuk dapat lebih mengeksplorasi dan mengoptimalkan fungsinya di
tubuh organisasi atau perusahaan. Bagi perusahaan, tentunya dengan keberadaan
nilai tambah ini, diharapkan audit internal dapat menjadi katalis bagi manajemen
dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan yang telah dirancang.
Pergeseran paradigma audit internal ini dapat dilihat melalui beberapa
sifat. Pertama, layanan yang pada mulanya cenderung bersifat detective, kini
menjadi preventive. Kedua, dari audit kepatuhan (compliance) menjadi layanan
audit yang juga bertujuan untuk memberikan perbaikan proses bisnis. Ketiga, dari
audit internal yang berbasis periode kerja, kini menjadi audit yang berbasis risiko.
Keempat, audit internal yang semula reaktif, sekarang menjadi audit internal yang
proaktif. Kelima, audit internal terbuka sebagai unit yang memberikan layanan
konsultasi aktivitas-aktivitas audit.
Unit audit internal PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk kini telah
mengalami transformasi menuju audit internal yang bernilai tambah sejak kurun
waktu beberapa tahun yang lalu. Pada quality assasement yang dilakukan oleh
audit internal kepada manajemen perusahaan juga dicantumkan aspek seberapa
puaskah pihak manajemen atas nilai tambah audit internal bagi manajemen. Maka,
melalui quality assasement diharapkan dapat diketahui bagaimana respon
manajemen atas nilai tambah yang telah diupayakan oleh Unit Audit Internal PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Berdasarkan hasil quality assasement seperti
yang telah diulas pada bagian analisis data menunjukkan bahwa manajemen
merasa puas atas nilai unit audit internal.
24
PENUTUP
Kesimpulan
Dewasa ini, aktivitas audit internal yang dapat memberikan nilai tambah
bagi manajemen dan organisasi sangat perlu diterapkan pada unit audit internal.
Hal tersebut tercermin dari aktivitas audit internal di PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. PT Telekomunikasi Indonesia memiliki sebuah Unit Audit
Internal yang menerapkan paradigma baru yaitu paradigma audit internal yang
memberikan nilai tambah bagi organisasi. Hal itu tersurat dalam Internal Audit
Charter tahun 2008 yang ditetapkan untuk menggantikan Charter sebelumnya.
Penggantian tersebut dikarenakan adanya kebutuhan manajemen untuk lebih
menegaskan fungsi Business Assurance dan Consultant Internal manajemen
dalam memebantu operasional perusahaan yang sedang mengalami perubahan
bisnis dan persaingan yang semakin kompetitif. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika hasil dari kuesioner yang membahas mengenai transformasi
audit internal bernilai tambah dan aktivitas-aktivitasnya menunjukkan bahwa
aktivitas yang berlangsung pada unit audit internal PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk merupakan aktivitas unit audit internal yang berpotensi mampu memberikan
nilai tambah bagi organisasi.
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap aktivitas atau
aspek audit internal yang meliputi relasi dengan manajemen, profesionalisme staff
audit internal, lingkup audit, pelayanan audit, manajemen audit internal, dan nilai
tambah audit internal bagi manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitasaktivitas yang membangun atau menguatkan profil unit audit internal PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai unit audit internal yang memberikan nilai
tambah adalah aspek relasi dengan manajemen, lingkup audit, dan nilai tambah
audit internal bagi manajemen.
Ketiga aspek aktivitas audit internal tersebut merupakan aktivitas dominan
dan saling berhubungan dalam membangun karakter audit internal audit bernilai
tambah. Dominasi ketiga aspek ini tampak pada rata-rata atau mean pada butir
pernyataan tiap variabel/aspek aktivitas unit audit internal yang menunjukkan
nominal di atas 3,6 dari skala maksimal 5. Selain itu, pada audit satisfaction index
25
tampak bahwa opini positif dari manajemen berupa kriteria Excellent dan Good
menunjukkan grafik yang tinggi dibandingkan dengan aktivitas lainnya.
Relasi dengan manajemen menunjukkan bahwa kini audit internal
bukanlah sebagai “satpam” bagi manajemen, akan tetapi audit internal mampu
menjadi rekan bagi manajemen dalam proses pencapaian tujuan perusahaan. Audit
internal
dapat
dilibatkan
dalam
perancangan
rencana-rencana
strategis
perusahaan. Dengan dilibatkannya audit internal, maka hal tersebut dapat
membuat audit internal mengerti tentang arah tujuan dan dapat membantu
manajemen dengan menjadi konsultan atas kemungkinan risiko-risiko yang akan
dihadapi. Konsultan dalam hal manajemen risiko tersebut tidak terlepas dari
aktivitas di lingkup audit. Hal tersebut dikarenakan pada lingkup audit, audit
memiliki tanggung jawab atas fungsi-fungsi audit meliputi pemberian konsultasi
dan assurance bagi strategi bisnis perusahaan.
Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut merupakan salah satu kegiatan yang
mencerminkan implementasi audit internal dalam upaya pemberian nilai tambah
bagi organisasi terutama manajemen. Hal tersebut dikarenakan, dengan menjadi
konsultan, maka diharapkan audit internal juga dapat berperan sebagai katalis bagi
manajemen.
Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
analisis deskriptif yang bertujuan ingin menggambarkan suatu fenomena yang
menjadi fokus penelitian, yaitu pergeseran paradigma pada unit audit internal PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi audit
internal pada suatu organisasi berbeda dengan organisasi yang lain, maka
penelitian ini belum tentu dapat digeneralisasi pada perusahaan lain dengan sektor
industri yang berbeda. Penelitian ini belum meliputi peran nyata audit internal
terhadap performa perusahaan berupa kenaikan atau penurunan finansial melalui
laba perusahaan.
Keterbatasan data primer yang berasal dari manajemen juga merupakan
keterbatasan dalam penelitian ini. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan dua
26
jenis data yang berbeda yaitu data primer untuk penilaian sudut pandang auditor
internal dan data sekunder untuk penilaian sudut pandang manajemen.
Penelitian yang selanjutnya diharapkan menggunakan obyek penelitian
berupa perusahaan yang berorientasi laba di bidang jasa telekomunikasi supaya
dari hasil penelitiannya dapat dilakukan perbandingan yang relevan dengan
perusahaan obyek penelitian ini. Kemudian sebaiknya juga dilakukan analisis atas
perubahan laba perusahaan dalam kurun waktu tertentu untuk mengetahui peran
nyata audit internal dalam meningkatkan performa finansial perusahaan.
Dalam instrumen penelitian berupa jenis data yang digunakan juga
sebaiknya diseragamkan antara auditor internal dengan manajemen. Hal ini
dimaksudkan agar memudahkan dalam analisis dan dapat lebih akurat dalam
analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.B. 1994. “Agency Theory and The Internal Audit”.
Auditing Journal. Vol. 9. Hlm 8-12.
Managerial
Asikin, Bachtiar. 2006. “Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor
Terhadap Peranan Internal Auditor Dalam Pengungkapan Temuan
Audit”. Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Ekonomi. Vol 7. Hlm 792-810.
Effendi, Muh. Arief. 2002. “Paradigma Baru Internal Auditor”. dalam Majalah
Auditor. Ed.05. http://internalauditindonesia. wordpress.com /2010 /02/
08/ paradigma-baru-internal-auditor/. Diunduh 13 Desember 2010
Effendi, Muh. Arief. 2006. “Perkembangan Profesi Internal Audit Abad 21”.
http://images.agushakim.multiply.multiplycontent.com/. Diunduh 13
Desember 2010
Guy, Dan M., Wayne Alderman, dan Alan J. Winters. 2003. Auditing. (Terj.)
Paul A. Rajoe dan Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Erlangga
Hartadi, Bambang. 1991. Internal Auditing. Yogyakarta: Andi Offset
Jensen, M.C and W. H. Meckling. 1976. “The Theory of The Firm: Manajerial
Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure.” Journal of
Financial and Economics. Vol.3. Hlm. 305-360.
27
Mihret, D.G. dan G. Z. Woldeyohannis. 2008. “Value-Added Role of Internal
Audit: an Ethiopian Case Study”. Managerial Auditing Journal. Vol.
23. Hlm 567-595
Roth, J. 2002. “Adding Value: Seven Roads to Success”. The Institute of Internal
Auditorsors Research Foundation Altamonte Springs, FL
Roth, J. 2003. “How do internal auditors add value? Characteristics common to
top-rated audit shops help to shed light on the nebulous concept of
adding
value”.
The
Internal
Auditor.
Edisi
Februari.
www.findarticles.com/p/articles/mi_m4153/is_1_60/ai_98009241.
diunduh 13 Desember 2010
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business, 4th Edition. Jakarta:
Salemba Empat
Spraakman, G. 1997. “Transaction Cost Economics: a Theory of Internal Audit”.
Managerial Auditing Journal. Vol. 17. Hlm 323-30.
Tunggal, Amin Widjaja. 1995. Audit Manajemen Kontemporer. Jakarta:
Harvarindo
Xiangdong, W. 1997, “Development Trends and Future Prospects of Internal
Auditing”. Managerial Auditing Journal. Vol. 12. Hlm. 200-204.
Yin R.K. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode . (Terj.) M. Djauzi Mudzakir.
Jakarta:Raja Grafindo Persada
Download