Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18 USAHA MENGURANGI GLOBAL WARMING MELALUI INOVASI KNALPOT ANTI POLUSI BERTEKNOLOGI PLASMA: PENERAPAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA Nur, M1,5, Suseno, A2,5 , Sumariyah1,5 , Arfan3 , Triadyaksa, P1,5, Setiawan, AE1,5, Wibowo, R4, Dhammamita, A4, Sugiharto, A4, Hanafi, U4 *) Abstrak Telah dilakukan adaptasi prototype knalpot anti polusi berteknologi plasma (KAPTEKNOPLASMA) pada kendaraan bermotor roda dua. Peningkatan skala pilot yakni dari prototype dengan sistem pereduksi yang masih berada diluar muffler menjadi sistem pereduksi yang terintegrasi dengan muffler khususnya muffler kendaraan bermotor roda dua. Telah pula dilakukan sistem pembangkit plasma berasal dari acccumulator 12V4Ah yang telah diberikan peralatan elektronik dan mampu menaikkan tegangan hingga 14 kV. Pada tahapan ini telah pula diuji kemampuan pereduksian gas emisi dengan memvariasi kecepatan sepeda motor dan gigi yang digunakan. On the road test dilakukan dengan sepeda motor dijalankan sejarak 270 km. Uji coba produksi untuk muffler sepeda motor dilakukan dengan menggunakan alat-alat produksi yang ada. Muffler berteknologi plasma ini tidak mengubah seluruh dimensi muffler yang ada. Reaktor plasma berfungsi menggantikan fungsi separator hal ini menjadikan muffler berteknologi plasma telah memenuhi standar muffler yang telah ada dengan memiliki keunggulan dalam mereduksi gas emisi (COx, dan HC). Uji coba pasar dilakukan oleh PT Dharma Polimetal pada mitra bisnis pemegang lisensi manufaktur kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan karena PT Dharma Polimetal memproduksi 2,7 juta Muffler sepeda motor per tahun dalam berbagai merek kendaraan. Kata kunci: plasma, korona, reduksi, muffler Abstract Non-polluted plasma muffler (KAPTEKNOPLASMA) prototype adaptation has done in motorcycle. Pilot scale improvement has done by integrating reduction system into muffler especially in motorcycle from it previous position outside the muffler. Plasma development also done by using 12V4Ah accumulator that connected with electronic equipments and can raise voltage up to 14kV. In this stage, exhaust gas reduction ability has tested by varying motorcycle speed and transition gear while on road test has run up to 270km. Iin fabrication scale , Plasma muffler production test for motorcycle was done by using production equipment that already been use in PT. Dharma Polimetal. This plasma muffler appearance doesn’t change an outside dimension of original muffler while plasma reactor inside muffler have a function to replace separator function and make this muffler still fulfill muffler standardization with more performance in reducing exhaust gases (COx and HC). Plasma muffler market test has been done by PT Dharma Polimetal with it business partner who own motorcycle manufacture license. This effort can be done because PT Dharma Polimetal has produce 2.7 million motorcycle muffler of various type per year. Key Words: plasma, corona, reduction, muffler *) 1. Jurusan Fisika F MIPA UNDIP, 2. Jurusan Kimia F MIPA UNDIP, 3. Jurusan Teknik Industri F Teknik UNDIP , 4. PT Dharma Polimetal, 5. Pusat Studi Aplikasi Radiasi dan Rekayasa Bahan LEMLIT UNDIP e-mail: [email protected] Usaha mengurangi.... Pendahuluan Kondisi pencemaran udara terlebih di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung tingkat polusinya kini telah mencapai ambang batas yang amat membahayakan kesehatan manusia dan juga merusak lingkungan hidup seperti berbagai jenis tanaman yang bisa mati akibat kadar gas buang yang mencemari udara semakin berat. Pencemaran tampaknya sudah tak dapat terelakkan lagi akibat terus membengkaknya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya, yang di Jakarta saja jumlahnya telah mencapai 2,7 juta unit. Angkutan darat berperan memberikan kontribusi pencemaran dengan komposisi 78,32% (SO2), 29,18% (NO2), 62,62 %(HC), dan 85,78 % (CO), serta debu 6,9%. Berdasarkan data studi kualitas udara di Jakarta 1997 menunjukkan bahwa polusi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor sangat besar. Gas CO, NOx, HC dan CO2 dari corong gas buang (muffler) selama ini diyakini sebagai penyebab berbagai penyakit. Misalnya, menurunnya daya tahan tubuh, bertambahnya penyakit menular, meningkatnya penyakit mata seperti katarak dan kebutaan, serta kanker kulit. Akibat lain dari gas tersebut, terutama CO, dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia (2003), kendaraan bermotor menyumbang 70 % kadar CO. Kendaraan bermotor yang mengalami pembakaran tak sempurna semakin banyak menyumbangkan polusi udara melalui gas buang dari mufflernya. Untuk menanggulangi pencemaran udara yang kualitasnya kian menurun dan kita hirup setiap hari, pemerintah mengeluarkan peraturan baru sesuai ketentuan PBB untuk urusan "Lingkungan Hidup Yang Hijau" (Green Enviroment). Di Indonesia program ini mulai dilontarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak 1999 tetapi mendapatkan banyak kendala antara lain belum siapnya industri otomotif dan produsen BBM. Untuk mengatasi ketertinggalan tersebut Indonesia akan memberlakukan standar EURO 2, sesuai Keputusan Lingkungan Hidup No 141/2003 mulai 2005. Kemudian untuk menanggulangi bahaya penurunan kualitas lingkungan akibat pembakaran dengan tanpa mengurangi efisiensi kendaraan bermotor, pengendalian gas-gas polutan dilakukan dengan salah satu cara diantaranya melalui pemanfaatan teknologi plasma non-termik pada tekanan atmosfer [1],[2],[3],[4],[5],[6],[7],[8]. Teknologi plasma non-termik didasari atas sifat plasma non-termik, yakni mudahnya plasma jenis tersebut menghasilkan senyawa-senyawa radikal 12 (Nur, M, dkk) bebas (free radical) [4],[6],[7],[11],[12]. Sistem ini akan dapat mengantikan sistem adsorbsi dengan katalis yang diembankan ke dalam zeolit[8] yang selama ini digunakan yang sangat cepat mengalami deaktivasi. Keunggulan dari sistem pengendalian gas emisi dengan teknologi plasma adalah pengendalian dapat dilakukan terus-menerus asalkan sumber daya reaktor tetap dihidupkan tanpa kekhawatiran terhadap deaktivasi. Teknologi ini merupakan salah satu proses yang efektif dalam mereduksi SO X, NOX, dan COX dari gas buang kendaraan bermotor karena merupakan proses yang mudah dalam pengendalian sisa reduksi, mereduksi SOX, NOX, dan COX dari gas buang secara simultan dengan efisiensi tinggi, dan merubah polutan menjadi senyawa yang ramah terhadap lingkungan [1],[2],[3]. Penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1999 telah memberikan hasil yang memadai. Pereduksian yang mampu dilakukan untuk gas emisi COX, SOX, NOX, dan HC telah mencapai 85%[1]. Makalah ini menjelaskan adaptasi teknologi pereduksian gas emisi dengan menggunakan plasma terhadap polusi kendaraan bermotor beroda empat atau lebih. Metoda penelitian Setelah alat berfungsi baru dimulai proses penelitian yaitu dengan mengalirkan gas emisi pada muffler tanpa adanya plasma dan mengukur kandungan emisi yang ada dengan variasi rpm serta gigi, kemudian hasilnya dianalisis dengan gas analiser, hasil pengukuran merupakan hasil standar kandungan gas buang. Setelah itu plasma dibangkitkan dan dikondisikan pada korona pijar. Gas emisi yang berasal dari pembakaran mesin motor memasuki muffler dan saat keluar, dilakukan pengukuran kandungan emisi yang ada dengan variasi rpm dan gigi. Keseluruhan sistem digunakan untuk pereduksian gas COX dan HC lalu menguji sistem tersebut untuk aplikasi pereduksian COX dan HC. Pereduksian COX dan HC Gas emisi kendaraan dari dalam muffler diukur dengan menggunakan gas analyzer untuk mengetahui konsentrasi COx dan HC mula-mula (konsentrasi COx dan HC sebelum reduksi) sekaligus untuk meyakinkan bahwa reduksi COx dan HC hanya terjadi karena adanya lucutan plasma pijar korona di dalam reaktor. Setelah gas berada dalam reaktor, tegangan dari sistem penyedia tegangan tinggi diberikan pada reaktor Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18 dengan menghubungkannya dengan sumber tegangan dc yang berupa acccumulator 12V4Ah. Gas emisi kendaraan yang berada di dalam reaktor diberikan perlakuan kondisi plasma dalam keadaan terus menerus mengalir. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat teramati kondisi gas dalam plasma jika gas tersebut dalam keadaan mengalir. Pereduksaian tersebut diberikan dengan memvariasi putaran motor yaitu dengan mengubah putaran mesin dan gigi. Setelah proses pereduksian dilakukan selanjutnya gas dikeluarkan dari reaktor untuk diukur konsentrasi COx dan HC dengan menggunakan gas analyzer. Konsentrasi COx dan HC yang terbaca adalah konsentrasi COx dan HC setelah direduksi. Besarnya persentase reduksi COx, dan HC dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai [1]: ε= 1 Ct Co 100% (1) Dengan: -ε : efisiensi reduksi - Ct : konsentrasi sebelum direduksi - Ct : konsentrasi setelah direduksi Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Gas Analyzer. Kendaraan bermotor juga masih dalam keadaan berhenti. Gas kendaraan divariasi. Kemampuan pereduksian akan diperoleh melalui pengujian ini. Unjuk kerja ini dicoba pada motor dalam keadaan berhenti, tetapi vedal gas divariasi. Jika unjuk kerja mesin terganggu, diperkirakan mesin akan mati pada keadaan vedal ga tertentu, atau mesin akan cepat lebih panas. Untuk sepeda motor unjuk kerja akan dilakukan on the road test. Hasil dan pembahasan Deskripsi Sistem Penyedia Tegangan Tinggi Sistem penyedia tegangan tinggi dibuat agar dapat dipasang pada sepeda motor 4tag 110cc. Sistem penyedia tegangan tinggi tersebut mengambil tegangan masukan dari accumulator 12V4Ah yang berasal dari sepeda motor. Tegangan tinggi dihasilkan oleh induksi mutual yang terjadi dalam transfomator yang disebabkan pulsa keluaran transistor yang telah mengalami penguatan arus. Jika kunci kontak/saklar dihidupkan (on) arus baterai akan mengalir ke dalam rangkaian yang akan mengubah sinyal masukan dari baterai ke dalam bentuk pulsa. Arus keluaran kemudian dikuatkan oleh transistor . Arus penguatan tersebut lalu masuk ke dalam transfomator, karena proses induksi dalam transfomator maka dihasilkan tegangan tinggi yang kemudian diteruskan kedalam muffler plasma Komponenkomponen utama dalam sistem pengapian mobil termodifikasi terdiri atas baterai 12V4Ah, transfomator, transistor, timer, kapasitor, resistor, trimpot. Uji ketahanan dan keselamatan Uji ketahanan pada penyedia tegangan tinggi Uji ketahanan dilakukan dengan menjalankan tegangan tinggi dengan pada muffler plasma selama 20 jam, waktu 20 diasumsikan sebagai waktu maksimum pengendara motor melakukan perjalanan dengan sepeda motornya. Sumber tegangan masukan penyedia tegangan tinggi berupa acumulator 12V 34Ah. Selama proses tegangan pembentukan korona pada reaktor dinyatakan baik, hal ini berdasar dari bunyi suara desis yang timbul dari proses lucutan korona. Efek panas yang timbul dari rangkaian dapat dikurang dengan adanya heatsink pada transistor dan kipas dc, proses penghilangan panas juga dibantu oleh chasing penyedia tegangan tinggi yang terbuat dari alumunium a. Uji ketahanan pada sumber tegangan masukan penyedia tegangan tinggi Uji ketahanan dilakukan dengan menyalakan penyedia tegangan tinggi pada muffler plasma dengan menggunakan batterai 12V4Ah yang terdapat pada sistem elektrik sepeda motor sebagai sumber tegangan masukan. Dari uji yang telah dilakukan didapatkan bahwa plasma yang terbentuk masih dalam kondisi baik setelah dipakai selama 3,5 jam dengan tegangan batterai akhir sebesar 6V dan arus sebesar 0,5A. Karakteristik konsumsi penyedia tegangan tinggi dapat dilihat pada Gambar 1 Dari grafik yang ada dapat dilihat kecenderungan arus dan tegangan yang berkurang terhadap waktu yang disebabkan oleh konsumsi energi dari penyedia tegangan tinggi untuk menghasilkan lucutan korona pada muffler plasma. 13 Usaha mengurangi.... (Nur, M, dkk) 14 tegangan (V) dan arus (I) 12 10 8 Voltage (V) 6 current (A) 4 2 0 0 30 60 90 120 150 180 waktu (menit) tegangan (V) dan arus (I) Gambar 1 Karakteristik tegangan (V) dan arus (I) terhadap waktu untuk konsumsi penyedia tegangan tinggi pada batterai 12V4Ah. 14 12 10 8 Voltage (V) 6 current (A) 4 2 0 0 30 60 90 waktu (menit) Gambar 2 Karakteristik tegangan (V) dan arus (I) terhadap waktu untuk konsumsi penyedia tegangan tinggi pada batterai 12V4Ah dengan kondisi semua lampu pada sepeda motor dalam keadaan hidup b. 14 Uji ketahanan pada sumber tegangan masukan penyedia tegangan tinggi dengan kondisi semua lampu motor dihidupkan. Uji ketahanan dilakukan dengan menyalakan penyedia tegangan tinggi pada muffler plasma dengan menggunakan acumulator 12V4Ah yang terdapat pada sistem elektrik sepeda motor sebagai sumber tegangan masukan pengujian juga dilakukan dengan menghidupkan semua perangkat lampu pada sepeda motor. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek pengisian batterei sepeda motor dan ketahanan batterei . Dari uji yang telah dilakukan didapatkan bahwa plasma yang terbentuk masih dalam kondisi baik setelah dipakai selama 90 menit dengan tegangan batterai akhir sebesar 6V dan arus sebesar 0,5A. Karakteristik konsumsi penyedia tegang tinggi dapat dilihat pada Gambar 2 Dari grafik yang ada dapat dilihat kecenderungan arus dan tegangan yang berkurang terhadap waktu yang disebabkan oleh konsumsi energi dari penyedia tegangan tinggi untuk menghasilkan lucutan korona pada muffler plasma. Dari grafik yang ada dapat disimpulkan bahwa proses pengisian Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18 a. b. Perlindungan elektronik Perlindungan terhadap peralatan elektronik dilakukan dengan memberikan pelekat isolator pada tiap sambungan komponen pada rangkaian dan penggunaan kabel tegangan tinggi sehingga tidak terjadi loncatan elektrik pada rangkaian. Perlindungan bagi pengendara Perlndungan bagi pengendara yang dimaksud adalah agar pengendara tidak terkena tegangan tinggi baik dari muffler plasma atau penyedia tegangan tinggi, hal ini dilakukan dengan penempatan modul penyedia tegangan tinggi pada bodi sepeda motor tersebut, sedangkan dari pengukuran yang dilakukan tidak terjadi loncatan elektrik pada bagian luar muffler. 280 260 240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 1 Pereduksian Polutan COx dan HC Dalam penelitian ini mula-mula dilakukan penentuan daerah lucutan plasma korona dengan mencari karakteristik reaktor plasma dengan cara memberikan tegangan secara perlahan pada reaktor plasma dan mencatat kenaikan arus yang terbaca pada multitester pada kondisi dengan dan tanpa aliran gas buang. Grafik karakteristik plasma untuk udara dan untuk gas buang dapat dilihat pada gambar 3 Dari kedua garafik dapat dilihat bahwa dibutuhkan tegangan yang lebih besar (Sekitar 1kV) untuk menimbulkan plasma korona. Hal ini disebabkan karena kondisi reaktor yang dialiri gas buang akan lebih memiliki konsentrasi molekul (COx, NOx,HC) yang lebih besar, sehingga ionisasi yang terjadi akan membutuhkan energi yang lebih besar daripada ionisasi pada udara bebas. 3 4 5 6 7 8 9 7 8 9 a) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 Reaktor Plasma Termodifikasi Reaktor plasma termodifikasi terdiri dari sebuah reaktor plasma yang ditempatkan pada bagian separator di dalam muffler sepeda motor 4 tak 110cc. Medan listrik tak seragam dalam reaktor akan menghasilkan lucutan pijar korona yang kuat. 2 Tegangan (kVolt) Arus (mikro ampere) Uji keselamatan Uji keselamatan meliputi perlindungan pada komponen elektronik penyedia tegangan tinggi, perlindungnya terhadap pengendara dan perlindungan sistem yang telah ada pada sepeda motor Arus (miko ampere) batterei oleh generator pada sepeda motor masih belum cukup jika dibandingkan dengan konsumsi arus pada penyedia tegangan tinggi. 1 2 3 4 5 6 Tegangan (kVolt) b) Gambar 3 Karakteristik tegangan dan arus pada reaktor plasma a) kondisi udara bebas b) kondisi dialiri gas buang Apabila tegangan terus dinaikkan maka akan timbul arc sehingga nilai tegangan yang terukur pada reaktor menjadi turun dan diikuti dengan naiknya arus pada reaktor. Hal ini menunjukkan bahwa arc tersebut merupakan aliran elektron yang mengalir dari daerah di sekitar elektroda positif ke elektroda negatif, sehingga menyerupai hubungan pendek. Gambaran kondisi plasma korona dan arc yang terjadi pada reaktor dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini. 15 Usaha mengurangi.... (Nur, M, dkk) dan O*, disosiasi pada CO akan menghasilkan C* dan O*, sedang disosiasi pada uap air (H2O) akan menghasilkan H* dan OH*. Mekanisme reaksi radikal bebas berakhir ketika radikal-radikal yang dihasilkan dari proses disosiasi tersebut bereaksi membentuk senyawa baru yang stabil sehingga konsentrasi CO2 dan CO dalam gas buang menjadi berkurang. Kemampuan reduksi dengan pembangkitan lucutan korona pada reaktor plasma yang terpasang pada muffler sepeda motor 4 tag 110cc dapat dilihat pada lampiran. Grafik pereduksian dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah. a) 60 50 47,92 Reduksi (%) 40 30 30,23 23,77 20 20,17 40 40 20,37 18,52 20 18,52 CO CO2 HC 30 25,49 20,37 23,66 21,82 10 0 0 2 4 6 Gigi b) Gambar 5 Grafik pereduksian reaktor plasma pada rpm 3200 Gambar 4 Kondisi reaktor a) korona b)arc 16 Pereduksian emisi pada rpm 5500 60 55,22 50 50 40 40 Reduksi(%) Sebelum pereduksian, gas buang kendaraan dimasukkan ke dalam reaktor plasma untuk diukur konsentrasi polutan CO2, CO dan HC dengan menggunakan gas amaliser. Konsentrasi CO2, CO dan HC yang terukur sebelum pereduksian ini merupakan acuan dalam membandingkan tingkat reduksi CO2 , CO dan HC reaktor plasma. Dalam kondisi plasma lucutan pijar korona, ionisasi berantai yang terjadi menyebabkan terdisosiasinya gas CO2, CO dan HC serta gas-gas lainnya yang terkandung dalam gas buang seperti uap air (H2O) dan HC menjadi ion-ion, elektron, dan radikal energetik. Proses terbentuknya radikal oleh pelipatgandaan elektron disebut tahap inisiasi dalam mekanisme reaksi radikal bebas. Berikutnya pada tahap propagansi di dalam mekanisme reaksi radikal bebas, radikal-radikal energetik yang tidak stabil akan bereaksi dengan molekul-molekul gas buang yang terdapat di dalam prototipe reaktor plasma sehingga terjadi disosiasi-disosiasi baru dari molekul-molekul gas tersebut. Menurut [4] disosiasi pada CO2 akan menghasilkan CO, C*, 31,58 30 27,03 25 25 22,02 21,35 20,25 20 CO 16,67 CO2 HC 10 3,23 0 0 1 2 3 4 Gigi Gambar 6 Grafik pereduksian reaktor plasma pada rpm 5500 Pengukuran dilakukan pada rpm yang sama yaitu pada rpm 3200 pengujian dilakukan pada dinamometer. Dari hasil pengukuran didapatkan perbedaan efisiensi pereduksian yang berbeda dari tiap gas buang kendaraan sepeda motor. Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18 Pereduksian terbaik terjadi pada CO pada gigi 4, CO2 pada gigi 1 lalu dikuti dengan HC pada kondisi stasioner, hal ini disebabkan karena sifat gas CO yang merupakan molekul yang tak stabil. Pada saat CO tertumbuk oleh elektron maka ia akan lebih mudah pecah terionisasi sehingga terbentuk radikal bebas yang dapat dengan mudah bereaksi dengan partikel lainnya yang terbentuk dalam plasma. Pereduksian emisi pada rpm 5500 dapat dilihat pada Gambar 6 Pereduksian CO terbaik pada gigi 2, CO2 pada gigi 4 dan pereduksian CO terminim pada gigi 3 dan 4 sedangkan CO2 pada gigi 1 dan 2. Pereduksian emisi pada veriasi rpm dan gigi 100 92,86 90 Reduksi (%) 80 70 62,81 60 CO 55,22 50 47,92 40 30 33,33 31,85 20 18,52 CO2 43,59 23,66 21,82 HC 31,58 25,57 26,53 25 20,83 10,53 10 9,09 10 0 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 RPM Gambar 7: Grafik pereduksian emisi pada variasi rpm pada gigi 4 Pereduksian pada gigi 4 dengan variasi rpm menunjukkan peningkatan maksimun pada rpm 4000 dan minimum pada rpm 7000 seperti tampak pada gambar 3.7 Dari grafik dapat diketahui efisiensi reduksi maksimum adalah pada rpm 4000 di gigi 4. Pada kondisi ini CO mengalami pereduksian terbaik yaitu sebesar 92,86%. Perbedaan pereduksian terbaik disebabkan oleh karena kemungkinan terjadinya tumbukan dengan elektron, untuk mereduksi dibutuhkan lebih banyak elektron untuk mentransfer energi. Disosiasi molekul menghasilkan efek foton yang diemisikan dari lucutan korona. Lucutan korona mengemisikan foton dari peristiwa deeksitasi. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa plasma non termik dapat mereduksi emisi gas sepeda motor 4 tak 120cc. Pada rpm dan gigi tertentu akan menghasilkan efisiensi pereduksian yang berbeda pada tiap gas, akan tetapi komposisi pereduksian CO jauh lebih efisien dibandingkan CO2 dan HC, hal ini dikarenakan CO lebih bersifat elektronegatif dari pada CO2. Beberapa kandungan aromatik terbentuk pada penelitian ini hal ini diketahui melalui aroma yang timbul pada saat lucutan korona terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh karena konversi HC yang disebabkan tumbukan elektron atau reaksi kimia lainnya. Kondisi terbaik pereduksian CO sebesar 92,86% pada rpm 4000, CO2 sebesar 58% dan HC sebesar 60%. Ucapan Terima kasih Ucapan terima kasih kami sampaikan seiring terlaksananya penelitian Katalis Teknologi kepada :Deputi Bidang Program Riptek Kementerian Negara Riset dan Teknologi atas dukungan dan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan kontrak kerjasama program katalis teknologi tahun anggaran 2005 dengan Nomor 06/Perj/Dep. III/KT/PPKI/IV/2005 tertanggal 11 april 2005.Universitas Diponegoro atas dukungan 17 Usaha mengurangi.... sumber daya, fasilitas dan birokrasi yang disediakan dalam mengembangkan riset di bidang teknologi plasma. PT. Dharma Polimetal atas dukungan inovasi, perancangan dan aplikasi penerapan teknologi plasma pada sektor bisnis. Daftar Pustaka Chang, J. S., (1993)., ”Energetic Electron Induced Plasma Process for Reduction of Acid and Greenhouse in Combustion Flue Gas”, diedit oleh Penetrante, B. M., dan Schultheis, S. E., NATO ASI Series, Springer Verlag. Chang, J.S., (1991), “Corona Discharge Processes”, IEEE Transaction on Plasma Science Vol. 19, pp 1152-1166. Chen, J., and Davidson, J.H., (2002), “.Electron Density and Energy Distributions in the Positive DC Corona : Interpretation for Corona-Enhanced Chemical Reactions”, Plasma Chemistry and Plasma Processing, Vol. 22, pp 199-224. Czech, T., Mizeraczyk, J., Jaworek, A., Krupa, A., Karpinski, L., and Jakubowski, J., Pulsed and DC Streamer ,(1995), “.Corona Induced Plasmas for NOx Removal From Exhaust Gases”, 2nd National Symposioum PLASMA, Warsawa, pp 205-208. Mizuno,A., Shimizu, K., Dascalescu, L. And Futura, S., (1995), “NOx Removal Process Using Pulsed Discharge Plasma”, IEEE Transactions on Industry Application Vol. 31, No.5, pp. 957-963. Nur M., A. Suseno, Sumariyah, (2003). “Pereduksian Dengan Menggunakan Plasma Non-Termik”, Temu Ilmiah HFI Jateng 2003. Nur M., A. Suseno, Sumariyah, (2003)., “Pereduksian Gas Emisi COX dengan Menggunakan Plasma Non-Termik”, Laporan Hibah Bersaing tahun 2003, Universitas Diponegoro Semarang Nur M., A. Suseno, Sumariyah, (2004), “Pereduksian Gas Emisi COX dengan Menggunakan Plasma NonTermik”, Laporan Hibah Bersaing tahun 2004, Universitas Diponegoro Semarang. Nur, M., Triadyaksa, P., Suseno, A., (2004)., “Investigation of COx, Reduction System Prototype at 1000cc Vehicle Removal Gases Using Knife-to-Plate Glow Discharge Plasma”, Berkala Fisika, vol. 7, No.3. pp75-82. Onitsuka, 1991/US Patent 5158582 12 (Nur, M, dkk) Orlandini, O., and Riadel, U., (2000), “Chemical Kinetics of NO Removal by Pulsed Corona Discharges”, Journal Phys. D: Appl. Phys., Vol 33, pp 2467-2474. Sugiharto S.L., A., Rasito, Nur, M., Suseno, A., Triadyaksa, P., (2004), “.Pemanfaatan Plasma Non Termik dalam Upaya Pengendalian Laju Polusi Udara Akibat emisi Gas Kendaraan Bermotor Bermesin 2Tak”, Berkala Fisika, vol. 7, No.3. pp75-82.