usaha mengurangi global warming melalui inovasi knalpot anti

advertisement
Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18
USAHA MENGURANGI GLOBAL WARMING
MELALUI INOVASI KNALPOT ANTI POLUSI
BERTEKNOLOGI PLASMA:
PENERAPAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA
Nur, M1,5, Suseno, A2,5 , Sumariyah1,5 , Arfan3 , Triadyaksa, P1,5,
Setiawan, AE1,5, Wibowo, R4, Dhammamita, A4, Sugiharto, A4,
Hanafi, U4 *)
Abstrak
Telah dilakukan adaptasi prototype knalpot anti polusi berteknologi plasma (KAPTEKNOPLASMA)
pada kendaraan bermotor roda dua. Peningkatan skala pilot yakni dari prototype dengan sistem
pereduksi yang masih berada diluar muffler menjadi sistem pereduksi yang terintegrasi dengan muffler
khususnya muffler kendaraan bermotor roda dua. Telah pula dilakukan sistem pembangkit plasma
berasal dari acccumulator 12V4Ah yang telah diberikan peralatan elektronik dan mampu menaikkan
tegangan hingga 14 kV. Pada tahapan ini telah pula diuji kemampuan pereduksian gas emisi dengan
memvariasi kecepatan sepeda motor dan gigi yang digunakan. On the road test dilakukan dengan
sepeda motor dijalankan sejarak 270 km. Uji coba produksi untuk muffler sepeda motor dilakukan
dengan menggunakan alat-alat produksi yang ada. Muffler berteknologi plasma ini tidak mengubah
seluruh dimensi muffler yang ada. Reaktor plasma berfungsi menggantikan fungsi separator hal ini
menjadikan muffler berteknologi plasma telah memenuhi standar muffler yang telah ada dengan
memiliki keunggulan dalam mereduksi gas emisi (COx, dan HC). Uji coba pasar dilakukan oleh PT
Dharma Polimetal pada mitra bisnis pemegang lisensi manufaktur kendaraan bermotor. Hal ini dapat
dilakukan karena PT Dharma Polimetal memproduksi 2,7 juta Muffler sepeda motor per tahun dalam
berbagai merek kendaraan.
Kata kunci: plasma, korona, reduksi, muffler
Abstract
Non-polluted plasma muffler (KAPTEKNOPLASMA) prototype adaptation has done in motorcycle. Pilot
scale improvement has done by integrating reduction system into muffler especially in motorcycle from
it previous position outside the muffler. Plasma development also done by using 12V4Ah accumulator
that connected with electronic equipments and can raise voltage up to 14kV. In this stage, exhaust
gas reduction ability has tested by varying motorcycle speed and transition gear while on road test has
run up to 270km. Iin fabrication scale , Plasma muffler production test for motorcycle was done by
using production equipment that already been use in PT. Dharma Polimetal. This plasma muffler
appearance doesn’t change an outside dimension of original muffler while plasma reactor inside
muffler have a function to replace separator function and make this muffler still fulfill muffler
standardization with more performance in reducing exhaust gases (COx and HC). Plasma muffler
market test has been done by PT Dharma Polimetal with it business partner who own motorcycle
manufacture license. This effort can be done because PT Dharma Polimetal has produce 2.7 million
motorcycle muffler of various type per year.
Key Words: plasma, corona, reduction, muffler
*) 1. Jurusan Fisika F MIPA UNDIP, 2. Jurusan Kimia F MIPA UNDIP, 3. Jurusan Teknik Industri F
Teknik UNDIP , 4. PT Dharma Polimetal, 5. Pusat Studi Aplikasi Radiasi dan Rekayasa Bahan LEMLIT
UNDIP e-mail: [email protected]
Usaha mengurangi....
Pendahuluan
Kondisi pencemaran udara terlebih di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan
Bandung tingkat polusinya kini telah mencapai
ambang batas yang amat membahayakan
kesehatan manusia dan juga merusak lingkungan
hidup seperti berbagai jenis tanaman yang bisa
mati akibat kadar gas buang yang mencemari
udara semakin berat. Pencemaran tampaknya
sudah tak dapat terelakkan lagi akibat terus
membengkaknya jumlah kendaraan bermotor
setiap tahunnya, yang di Jakarta saja jumlahnya
telah mencapai 2,7 juta unit.
Angkutan darat berperan memberikan
kontribusi pencemaran dengan komposisi 78,32%
(SO2), 29,18% (NO2), 62,62 %(HC), dan 85,78 %
(CO), serta debu 6,9%. Berdasarkan data studi
kualitas udara di Jakarta 1997 menunjukkan
bahwa polusi yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor sangat besar. Gas CO, NOx, HC dan
CO2 dari corong gas buang (muffler) selama ini
diyakini sebagai penyebab berbagai penyakit.
Misalnya, menurunnya daya tahan tubuh,
bertambahnya penyakit menular, meningkatnya
penyakit mata seperti katarak dan kebutaan, serta
kanker kulit. Akibat lain dari gas tersebut,
terutama CO, dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan
Hidup Indonesia (2003), kendaraan bermotor
menyumbang 70 % kadar CO. Kendaraan
bermotor yang mengalami pembakaran tak
sempurna semakin banyak menyumbangkan
polusi udara melalui gas buang dari mufflernya.
Untuk menanggulangi pencemaran udara yang
kualitasnya kian menurun dan kita hirup setiap
hari, pemerintah mengeluarkan peraturan baru
sesuai ketentuan PBB untuk urusan "Lingkungan
Hidup Yang Hijau" (Green Enviroment). Di
Indonesia program ini mulai dilontarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup sejak 1999 tetapi
mendapatkan banyak kendala antara lain belum
siapnya industri otomotif dan produsen BBM.
Untuk
mengatasi
ketertinggalan
tersebut
Indonesia akan memberlakukan standar EURO 2,
sesuai Keputusan Lingkungan Hidup No 141/2003
mulai 2005.
Kemudian untuk menanggulangi bahaya
penurunan kualitas lingkungan akibat pembakaran
dengan tanpa mengurangi efisiensi kendaraan
bermotor, pengendalian gas-gas polutan dilakukan
dengan salah satu cara diantaranya melalui
pemanfaatan teknologi plasma non-termik pada
tekanan atmosfer [1],[2],[3],[4],[5],[6],[7],[8].
Teknologi plasma non-termik didasari atas sifat
plasma non-termik, yakni mudahnya plasma jenis
tersebut menghasilkan senyawa-senyawa radikal
12
(Nur, M, dkk)
bebas (free radical) [4],[6],[7],[11],[12]. Sistem ini
akan dapat mengantikan sistem adsorbsi dengan
katalis yang diembankan ke dalam zeolit[8] yang
selama ini digunakan yang sangat cepat mengalami
deaktivasi. Keunggulan dari sistem pengendalian
gas emisi dengan teknologi plasma adalah
pengendalian dapat dilakukan terus-menerus
asalkan sumber daya reaktor tetap dihidupkan
tanpa kekhawatiran terhadap deaktivasi.
Teknologi ini merupakan salah satu
proses yang efektif dalam mereduksi SO X, NOX,
dan COX dari gas buang kendaraan bermotor
karena merupakan proses yang mudah dalam
pengendalian sisa reduksi, mereduksi SOX, NOX,
dan COX dari gas buang secara simultan dengan
efisiensi tinggi, dan merubah polutan menjadi
senyawa yang ramah terhadap lingkungan
[1],[2],[3].
Penelitian yang telah dilakukan sejak
tahun 1999 telah memberikan hasil yang
memadai. Pereduksian yang mampu dilakukan
untuk gas emisi COX, SOX, NOX, dan HC telah
mencapai 85%[1].
Makalah ini menjelaskan adaptasi
teknologi pereduksian gas emisi dengan
menggunakan plasma terhadap polusi kendaraan
bermotor beroda empat atau lebih.
Metoda penelitian
Setelah alat berfungsi baru dimulai proses
penelitian yaitu dengan mengalirkan gas emisi
pada muffler tanpa adanya plasma dan mengukur
kandungan emisi yang ada dengan variasi rpm
serta gigi, kemudian hasilnya dianalisis dengan gas
analiser, hasil pengukuran merupakan hasil
standar kandungan gas buang. Setelah itu plasma
dibangkitkan dan dikondisikan pada korona pijar.
Gas emisi yang berasal dari pembakaran mesin
motor memasuki muffler dan saat keluar,
dilakukan pengukuran kandungan emisi yang ada
dengan variasi rpm dan gigi. Keseluruhan sistem
digunakan untuk pereduksian gas COX dan HC
lalu menguji sistem tersebut untuk aplikasi
pereduksian COX dan HC.
Pereduksian COX dan HC
Gas emisi kendaraan dari dalam muffler
diukur dengan menggunakan gas analyzer untuk
mengetahui konsentrasi COx dan HC mula-mula
(konsentrasi COx dan HC sebelum reduksi)
sekaligus untuk meyakinkan bahwa reduksi COx
dan HC hanya terjadi karena adanya lucutan
plasma pijar korona di dalam reaktor. Setelah gas
berada dalam reaktor, tegangan dari sistem
penyedia tegangan tinggi diberikan pada reaktor
Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18
dengan menghubungkannya dengan sumber
tegangan dc yang berupa acccumulator 12V4Ah.
Gas emisi kendaraan yang berada di dalam
reaktor diberikan perlakuan kondisi plasma dalam
keadaan terus menerus mengalir. Hal tersebut
dimaksudkan agar dapat teramati kondisi gas
dalam plasma jika gas tersebut dalam keadaan
mengalir. Pereduksaian tersebut diberikan dengan
memvariasi putaran motor yaitu dengan
mengubah putaran mesin dan gigi.
Setelah proses pereduksian dilakukan
selanjutnya gas dikeluarkan dari reaktor untuk
diukur konsentrasi COx dan HC dengan
menggunakan gas analyzer. Konsentrasi COx dan
HC yang terbaca adalah konsentrasi COx dan HC
setelah direduksi. Besarnya persentase reduksi
COx, dan HC dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan sebagai [1]:

ε= 1 

Ct
Co

  100%

(1)
Dengan:
-ε
: efisiensi reduksi
- Ct : konsentrasi sebelum direduksi
- Ct : konsentrasi setelah direduksi
Pengujian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan Gas Analyzer. Kendaraan bermotor
juga masih dalam keadaan berhenti. Gas
kendaraan divariasi. Kemampuan pereduksian
akan diperoleh melalui pengujian ini.
Unjuk kerja ini dicoba pada motor dalam
keadaan berhenti, tetapi vedal gas divariasi. Jika
unjuk kerja mesin terganggu, diperkirakan mesin
akan mati pada keadaan vedal ga tertentu, atau
mesin akan cepat lebih panas. Untuk sepeda
motor unjuk kerja akan dilakukan on the road
test.
Hasil dan pembahasan
Deskripsi Sistem Penyedia Tegangan
Tinggi
Sistem penyedia tegangan tinggi dibuat agar
dapat dipasang pada sepeda motor 4tag 110cc.
Sistem penyedia tegangan tinggi tersebut
mengambil tegangan masukan dari accumulator
12V4Ah yang berasal dari sepeda motor.
Tegangan tinggi dihasilkan oleh induksi mutual
yang terjadi dalam transfomator yang disebabkan
pulsa keluaran transistor yang telah mengalami
penguatan arus.
Jika kunci kontak/saklar dihidupkan (on)
arus baterai akan mengalir ke dalam rangkaian
yang akan mengubah sinyal masukan dari baterai
ke dalam bentuk pulsa. Arus keluaran kemudian
dikuatkan oleh transistor . Arus penguatan
tersebut lalu masuk ke dalam transfomator,
karena proses induksi dalam transfomator maka
dihasilkan tegangan tinggi yang
kemudian
diteruskan kedalam muffler plasma Komponenkomponen utama dalam sistem pengapian mobil
termodifikasi terdiri atas baterai 12V4Ah,
transfomator, transistor, timer, kapasitor,
resistor, trimpot.
Uji ketahanan dan keselamatan
Uji ketahanan pada penyedia tegangan tinggi
Uji ketahanan dilakukan dengan menjalankan
tegangan tinggi dengan pada muffler plasma
selama 20 jam, waktu 20 diasumsikan sebagai
waktu maksimum pengendara motor melakukan
perjalanan dengan sepeda motornya. Sumber
tegangan masukan penyedia tegangan tinggi
berupa acumulator 12V 34Ah. Selama proses
tegangan pembentukan korona pada reaktor
dinyatakan baik, hal ini berdasar dari bunyi suara
desis yang timbul dari proses lucutan korona.
Efek panas yang timbul dari rangkaian dapat
dikurang dengan adanya heatsink pada transistor
dan kipas dc, proses penghilangan panas juga
dibantu oleh chasing penyedia tegangan tinggi yang
terbuat dari alumunium
a.
Uji ketahanan pada sumber tegangan
masukan penyedia tegangan tinggi
Uji
ketahanan
dilakukan
dengan
menyalakan penyedia tegangan tinggi pada
muffler plasma dengan menggunakan batterai
12V4Ah yang terdapat pada sistem elektrik
sepeda motor sebagai sumber tegangan
masukan. Dari uji yang telah dilakukan
didapatkan bahwa plasma yang terbentuk
masih dalam kondisi baik setelah dipakai
selama 3,5 jam dengan tegangan batterai
akhir sebesar 6V dan arus sebesar 0,5A.
Karakteristik konsumsi penyedia tegangan
tinggi dapat dilihat pada Gambar 1 Dari grafik
yang ada dapat dilihat kecenderungan arus
dan tegangan yang berkurang terhadap waktu
yang disebabkan oleh konsumsi energi dari
penyedia tegangan tinggi untuk menghasilkan
lucutan korona pada muffler plasma.
13
Usaha mengurangi....
(Nur, M, dkk)
14
tegangan (V) dan arus (I)
12
10
8
Voltage (V)
6
current (A)
4
2
0
0
30
60
90
120
150
180
waktu (menit)
tegangan (V) dan arus (I)
Gambar 1 Karakteristik tegangan (V) dan arus (I) terhadap waktu untuk
konsumsi penyedia tegangan tinggi pada batterai 12V4Ah.
14
12
10
8
Voltage (V)
6
current (A)
4
2
0
0
30
60
90
waktu (menit)
Gambar 2 Karakteristik tegangan (V) dan arus (I) terhadap waktu untuk
konsumsi penyedia tegangan tinggi pada batterai 12V4Ah dengan kondisi semua
lampu pada sepeda motor dalam keadaan hidup
b.
14
Uji ketahanan pada sumber tegangan
masukan penyedia tegangan tinggi dengan
kondisi semua lampu motor dihidupkan.
Uji
ketahanan
dilakukan
dengan
menyalakan penyedia tegangan tinggi pada
muffler
plasma dengan
menggunakan
acumulator 12V4Ah yang terdapat pada
sistem elektrik sepeda motor sebagai sumber
tegangan masukan pengujian juga dilakukan
dengan menghidupkan semua perangkat
lampu pada sepeda motor. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui efek pengisian batterei
sepeda motor dan ketahanan batterei . Dari
uji yang telah dilakukan didapatkan bahwa
plasma yang terbentuk masih dalam kondisi
baik setelah dipakai selama 90 menit dengan
tegangan batterai akhir sebesar 6V dan arus
sebesar 0,5A. Karakteristik konsumsi
penyedia tegang tinggi dapat dilihat pada
Gambar 2 Dari grafik yang ada dapat dilihat
kecenderungan arus dan tegangan yang
berkurang terhadap waktu yang disebabkan
oleh konsumsi energi dari penyedia tegangan
tinggi untuk menghasilkan lucutan korona
pada muffler plasma. Dari grafik yang ada
dapat disimpulkan bahwa proses pengisian
Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18
a.
b.
Perlindungan elektronik
Perlindungan terhadap peralatan elektronik
dilakukan dengan memberikan pelekat
isolator pada tiap sambungan komponen
pada rangkaian dan penggunaan kabel
tegangan tinggi sehingga tidak terjadi loncatan
elektrik pada rangkaian.
Perlindungan bagi pengendara
Perlndungan bagi pengendara yang dimaksud
adalah agar pengendara tidak terkena
tegangan tinggi baik dari muffler plasma atau
penyedia tegangan tinggi, hal ini dilakukan
dengan
penempatan modul
penyedia
tegangan tinggi pada bodi sepeda motor
tersebut, sedangkan dari pengukuran yang
dilakukan tidak terjadi loncatan elektrik pada
bagian luar muffler.
280
260
240
220
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0
1
Pereduksian Polutan COx dan HC
Dalam penelitian ini mula-mula dilakukan
penentuan daerah lucutan plasma korona dengan
mencari karakteristik reaktor plasma dengan cara
memberikan tegangan secara perlahan pada
reaktor plasma dan mencatat kenaikan arus yang
terbaca pada multitester pada kondisi dengan dan
tanpa aliran gas buang. Grafik karakteristik plasma
untuk udara dan untuk gas buang dapat dilihat
pada gambar 3 Dari kedua garafik dapat dilihat
bahwa dibutuhkan tegangan yang lebih besar
(Sekitar 1kV) untuk menimbulkan plasma korona.
Hal ini disebabkan karena kondisi reaktor yang
dialiri gas buang akan lebih memiliki konsentrasi
molekul (COx, NOx,HC) yang lebih besar,
sehingga ionisasi yang terjadi akan membutuhkan
energi yang lebih besar daripada ionisasi pada
udara bebas.
3
4
5
6
7
8
9
7
8
9
a)
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0
Reaktor Plasma Termodifikasi
Reaktor plasma termodifikasi terdiri dari
sebuah reaktor plasma yang ditempatkan pada
bagian separator di dalam muffler sepeda motor 4
tak 110cc. Medan listrik tak seragam dalam
reaktor akan menghasilkan lucutan pijar korona
yang kuat.
2
Tegangan (kVolt)
Arus (mikro ampere)
Uji keselamatan
Uji keselamatan meliputi perlindungan pada
komponen elektronik penyedia tegangan tinggi,
perlindungnya
terhadap
pengendara
dan
perlindungan sistem yang telah ada pada sepeda
motor
Arus (miko ampere)
batterei oleh generator pada sepeda motor
masih belum cukup jika dibandingkan dengan
konsumsi arus pada penyedia tegangan tinggi.
1
2
3
4
5
6
Tegangan (kVolt)
b)
Gambar 3 Karakteristik tegangan dan arus pada
reaktor plasma a) kondisi udara bebas b) kondisi
dialiri gas buang
Apabila tegangan terus dinaikkan maka
akan timbul arc sehingga nilai tegangan yang
terukur pada reaktor menjadi turun dan diikuti
dengan naiknya arus pada reaktor. Hal ini
menunjukkan bahwa arc tersebut merupakan
aliran elektron yang mengalir dari daerah di
sekitar elektroda positif ke elektroda negatif,
sehingga
menyerupai
hubungan
pendek.
Gambaran kondisi plasma korona dan arc yang
terjadi pada reaktor dapat dilihat pada gambar 4
dibawah ini.
15
Usaha mengurangi....
(Nur, M, dkk)
dan O*, disosiasi pada CO akan menghasilkan C*
dan O*, sedang disosiasi pada uap air (H2O) akan
menghasilkan H* dan OH*. Mekanisme reaksi
radikal bebas berakhir ketika radikal-radikal yang
dihasilkan dari proses disosiasi tersebut bereaksi
membentuk senyawa baru yang stabil sehingga
konsentrasi CO2 dan CO dalam gas buang
menjadi berkurang.
Kemampuan
reduksi
dengan
pembangkitan lucutan korona pada reaktor
plasma yang terpasang pada muffler sepeda motor
4 tag 110cc dapat dilihat pada lampiran. Grafik
pereduksian dapat dilihat pada Gambar 5 di
bawah.
a)
60
50
47,92
Reduksi (%)
40
30
30,23
23,77
20
20,17
40
40
20,37
18,52
20
18,52
CO
CO2
HC
30
25,49
20,37
23,66
21,82
10
0
0
2
4
6
Gigi
b)
Gambar 5 Grafik pereduksian reaktor plasma
pada rpm 3200
Gambar 4 Kondisi reaktor a) korona b)arc
16
Pereduksian emisi pada rpm 5500
60
55,22
50
50
40
40
Reduksi(%)
Sebelum
pereduksian,
gas
buang
kendaraan dimasukkan ke dalam reaktor plasma
untuk diukur konsentrasi polutan CO2, CO dan
HC dengan menggunakan gas amaliser.
Konsentrasi CO2, CO dan HC yang terukur
sebelum pereduksian ini merupakan acuan dalam
membandingkan tingkat reduksi CO2 , CO dan
HC reaktor plasma.
Dalam kondisi plasma lucutan pijar
korona,
ionisasi
berantai
yang
terjadi
menyebabkan terdisosiasinya gas CO2, CO dan
HC serta gas-gas lainnya yang terkandung dalam
gas buang seperti uap air (H2O) dan HC menjadi
ion-ion, elektron, dan radikal energetik. Proses
terbentuknya radikal
oleh pelipatgandaan
elektron disebut tahap inisiasi dalam mekanisme
reaksi radikal bebas. Berikutnya pada tahap
propagansi di dalam mekanisme reaksi radikal
bebas, radikal-radikal energetik yang tidak stabil
akan bereaksi dengan molekul-molekul gas buang
yang terdapat di dalam prototipe reaktor plasma
sehingga terjadi disosiasi-disosiasi baru dari
molekul-molekul gas tersebut. Menurut [4]
disosiasi pada CO2 akan menghasilkan CO, C*,
31,58
30
27,03
25
25
22,02
21,35
20,25
20
CO
16,67
CO2
HC
10
3,23
0
0
1
2
3
4
Gigi
Gambar 6 Grafik pereduksian reaktor plasma
pada rpm 5500
Pengukuran dilakukan pada rpm yang
sama yaitu pada rpm 3200 pengujian dilakukan
pada dinamometer. Dari hasil pengukuran
didapatkan perbedaan efisiensi pereduksian yang
berbeda dari tiap gas buang kendaraan sepeda
motor.
Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 11-18
Pereduksian terbaik terjadi pada CO
pada gigi 4, CO2 pada gigi 1 lalu dikuti dengan HC
pada kondisi stasioner, hal ini disebabkan karena
sifat gas CO yang merupakan molekul yang tak
stabil. Pada saat CO tertumbuk oleh elektron
maka ia akan lebih mudah pecah terionisasi
sehingga terbentuk radikal bebas yang dapat
dengan mudah bereaksi dengan partikel lainnya
yang terbentuk dalam plasma.
Pereduksian emisi pada rpm 5500 dapat
dilihat pada Gambar 6 Pereduksian CO terbaik
pada gigi 2, CO2 pada gigi 4 dan pereduksian CO
terminim pada gigi 3 dan 4 sedangkan CO2 pada
gigi 1 dan 2.
Pereduksian emisi pada veriasi rpm dan gigi
100
92,86
90
Reduksi (%)
80
70
62,81
60
CO
55,22
50
47,92
40
30
33,33
31,85
20
18,52
CO2
43,59
23,66
21,82
HC
31,58
25,57 26,53
25
20,83
10,53 10
9,09
10
0
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
RPM
Gambar 7: Grafik pereduksian emisi pada variasi rpm pada gigi 4
Pereduksian pada gigi 4 dengan variasi
rpm menunjukkan peningkatan maksimun pada
rpm 4000 dan minimum pada rpm 7000 seperti
tampak pada gambar 3.7 Dari grafik dapat
diketahui efisiensi reduksi maksimum adalah pada
rpm 4000 di gigi 4. Pada kondisi ini CO
mengalami pereduksian terbaik yaitu sebesar
92,86%.
Perbedaan
pereduksian
terbaik
disebabkan oleh karena kemungkinan terjadinya
tumbukan dengan elektron, untuk mereduksi
dibutuhkan lebih banyak elektron untuk
mentransfer
energi.
Disosiasi
molekul
menghasilkan efek foton yang diemisikan dari
lucutan korona. Lucutan korona mengemisikan
foton dari peristiwa deeksitasi.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa plasma non
termik dapat mereduksi emisi gas sepeda motor
4 tak 120cc. Pada rpm dan gigi tertentu akan
menghasilkan efisiensi pereduksian yang berbeda
pada tiap gas, akan tetapi komposisi pereduksian
CO jauh lebih efisien dibandingkan CO2 dan HC,
hal ini dikarenakan CO lebih bersifat
elektronegatif dari pada CO2. Beberapa
kandungan aromatik terbentuk pada penelitian ini
hal ini diketahui melalui aroma yang timbul pada
saat lucutan korona terjadi, hal ini dapat
disebabkan oleh karena konversi HC yang
disebabkan tumbukan elektron atau reaksi kimia
lainnya. Kondisi terbaik pereduksian CO sebesar
92,86% pada rpm 4000, CO2 sebesar 58% dan
HC sebesar 60%.
Ucapan Terima kasih
Ucapan terima kasih kami sampaikan
seiring terlaksananya penelitian Katalis Teknologi
kepada :Deputi Bidang Program Riptek
Kementerian Negara Riset dan Teknologi atas
dukungan dan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan kontrak kerjasama program katalis
teknologi tahun anggaran 2005 dengan Nomor
06/Perj/Dep. III/KT/PPKI/IV/2005 tertanggal 11
april 2005.Universitas Diponegoro atas dukungan
17
Usaha mengurangi....
sumber daya, fasilitas dan birokrasi yang
disediakan dalam mengembangkan riset di bidang
teknologi plasma. PT. Dharma Polimetal atas
dukungan inovasi, perancangan dan aplikasi
penerapan teknologi plasma pada sektor bisnis.
Daftar Pustaka
Chang, J. S., (1993)., ”Energetic Electron Induced
Plasma Process for Reduction of Acid and Greenhouse
in Combustion Flue Gas”, diedit oleh Penetrante, B.
M., dan Schultheis, S. E., NATO ASI Series,
Springer Verlag.
Chang, J.S., (1991), “Corona Discharge Processes”,
IEEE Transaction on Plasma Science Vol. 19, pp
1152-1166.
Chen, J., and Davidson, J.H., (2002), “.Electron
Density and Energy Distributions in the Positive DC
Corona : Interpretation for Corona-Enhanced
Chemical Reactions”, Plasma Chemistry and Plasma
Processing, Vol. 22, pp 199-224.
Czech, T., Mizeraczyk, J., Jaworek, A., Krupa, A.,
Karpinski, L., and Jakubowski, J., Pulsed and DC
Streamer ,(1995), “.Corona Induced Plasmas for
NOx Removal From Exhaust Gases”, 2nd National
Symposioum PLASMA, Warsawa, pp 205-208.
Mizuno,A., Shimizu, K., Dascalescu, L. And Futura,
S., (1995), “NOx Removal Process Using Pulsed
Discharge Plasma”, IEEE Transactions on Industry
Application Vol. 31, No.5, pp. 957-963.
Nur M., A. Suseno, Sumariyah, (2003). “Pereduksian
Dengan Menggunakan Plasma Non-Termik”, Temu
Ilmiah HFI Jateng 2003.
Nur M., A. Suseno, Sumariyah, (2003).,
“Pereduksian Gas Emisi COX dengan Menggunakan
Plasma Non-Termik”, Laporan Hibah Bersaing
tahun 2003, Universitas Diponegoro Semarang
Nur M., A. Suseno, Sumariyah, (2004), “Pereduksian
Gas Emisi COX dengan Menggunakan Plasma NonTermik”, Laporan Hibah Bersaing tahun 2004,
Universitas Diponegoro Semarang.
Nur, M., Triadyaksa, P., Suseno, A., (2004).,
“Investigation of COx, Reduction System Prototype at
1000cc Vehicle Removal Gases Using Knife-to-Plate
Glow Discharge Plasma”, Berkala Fisika, vol. 7, No.3.
pp75-82.
Onitsuka, 1991/US Patent 5158582
12
(Nur, M, dkk)
Orlandini, O., and Riadel, U., (2000), “Chemical
Kinetics of NO Removal by Pulsed Corona
Discharges”, Journal Phys. D: Appl. Phys., Vol 33, pp
2467-2474.
Sugiharto S.L., A., Rasito, Nur, M., Suseno, A.,
Triadyaksa, P., (2004), “.Pemanfaatan Plasma Non
Termik dalam Upaya Pengendalian Laju Polusi Udara
Akibat emisi Gas Kendaraan Bermotor Bermesin
2Tak”, Berkala Fisika, vol. 7, No.3. pp75-82.
Download