BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang
namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun
kita tidak dapat lepas dari yang namanya uang. Uang memiliki 2 fungsi, yaitu
fungsi asli dan fungsi turunan. 1
1. Fungsi asli
Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung,
dan sebagai penyimpan nilai.
-
Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat
mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran
tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan
uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan
cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.
-
Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena
uang dapat digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam
barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan,
dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk
menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat
satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran.
1
www.wikipedia.org/wiki/uang
1
Universitas Sumatera Utara
-
Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena
dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke
masa mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah
uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia
dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan
jasa di masa mendatang.
2. Fungsi Turunan
Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut
sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain:
a) Uang sebagai alat pembayaran yang sah
Kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang semakin bertambah dan
beragam tidak dapat dipenuhi melalui cara tukar-menukar atau barter.
Guna mempermudah dalam mendapatkan barang dan jasa yang
diperlukan, manusia memerlukan alat pembayaran yang dapat diterima
semua orang, yaitu uang.
b) Uang sebagai alat pembayaran utang
Uang dapat digunakan untuk mengukur pembayaran pada masa yang akan
datang.
c) Uang sebagai alat penimbun kekayaan
Sebagian orang biasanya tidak menghabiskan semua uang yang
dimilikinya untuk keperluan konsumsi. Ada sebagian uang yang disisihkan
dan ditabung untuk keperluan di masa datang.
Universitas Sumatera Utara
d) Uang sebagai alat pemindah kekayaan
Seseorang yang hendak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dapat
memindahkan kekayaannya yang berupa tanah dan bangunan rumah ke
dalam bentuk uang dengan cara menjualnya. Di tempat yang baru dia
dapat membeli rumah yang baru dengan menggunakan uang hasil
penjualan rumah yang lama.
e) Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi
Apabila nilai uang stabil orang lebih bergairah dalam melakukan investasi.
Dengan adanya kegiatan investasi, kegiatan ekonomi akan semakin
meningkat.
Uang yang beredar di masyarakat sebagaian ada juga terdapat di bank.
Bank sebagai tempat yang digunakan masyarakat untuk menyimpan dan
mengambil uang yang mereka peroleh dari hasil kerja mereka sehari – hari. Pada
zaman sekarang fungsi bank tidak hanya sebagai tempat menyimpan uang tetapi
telah memiliki fungsi yang banyak dan beragam yang memudahkan masyarakat
memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya di dalam perbankan. Baik berupa
simpan pinjam, jual beli mata uang asing, deposito berjangka, kredit kendaraan
bermotor, Kredit Perumahan Rakyat, bantuan modal usaha, kartu debit dan kredit,
dll.
Semakin banyak juga bank yang memberikan kemudahan kepada para
nasabahnya semudah menggenggam tangan. Bank yang ada pada saat ini memiliki
peranan yaitu sebagai intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Dana yang dihimpun ini lah yang akan disalurkan kepada pihak –
pihak yang memerlukannya dalam pengembangan usaha mereka baik yang secara
perseorangan atau pun badan hukum yang lain.
Bank memiliki banyak jenis, salah satunya adalah BPR. Sesuai dengan
Undang – undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan bahwa kegiatannya tidak
berbeda dengan bank yang lain yaitu menghimpun dana dan menyalurkan kredit.
2
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 1992 pasal 1 tentang
perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No, 10 tahun 1998,
pengertian kredit adalah sebagai berikut : 3
” Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”.
Kredit merupakan salah satu produk sebuah bank. Yang memberikan
kemudahan para nasabah untuk mendapatkan barang tanpa harus membelinya
secara kontan atau tunai. Dengan mendahulukan pembayarannya oleh pihak bank
kepada penjual barang tersebut. Seperti contohnya alat elektronik, handphone,
kendaraan bermotor, rumah, dll. Kredit juga merupakan sumber pendapatan utama
bagi BPR untuk kelangsungan usahanya, sehingga BPR harus senantiasa menjaga
kualitas kreditnya. Semakin bagus kualitas yang diberikan sebuah BPR dalam
kredit bagi nasabahnya maka semakin terjamin pula kelangsungan BPR tersebut.
2
Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/26/DKBU Tanggal 19 September 2012
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
3
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu dalam pemberian kredit, BPR harus menerapkan prinsip kehati-hatian
dan asas-asas perkreditan yang sehat agar kualitas kredit yang diberikan
senantiasa lancar dan tepat sasaran. Apabila BPR tidak mampu menjaga kualitas
kreditnya dengan baik maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerja BPR
khususnya kinerja keuangan yang dapat mengakibatkan kemampuan BPR untuk
memenuhi kewajibannya kepada nasabah penyimpan menjadi terganggu. Oleh
karena itu agar penerapan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang
sehat tersebut dilaksanakan secara konsisten maka BPR harus memiliki Pedoman
Kebijakan Perkreditan BPR (PKPB). Hal ini diatur di dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No.14/26/DKBU Tanggal 19 September 2012 tentang Pedoman
Kebijakan dan Prosedur Perkreditan Bagi Bank Perkreditan Rakyat yang dibuat
oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia yang membuat kebijakan
dan mengatur instansi yang di bawah naungannya agar memiliki keuangan yang
sehat sehingga menjaga kestabilan perekonomian yang mantap dan kuat. Adapun
fungsi dan tujuan dari Pedoman Kebijakan Perkreditan BPR (PKPB) yaitu : 4
“FUNGSI DAN TUJUAN PEDOMAN KEBIJAKAN PERKREDITAN BPR
(PKPB)”
1. Fungsi
BPR dalam melaksanakan kegiatan usahanya harus memiliki sistem
pengendalian intern. Dalam rangka menerapkan sistem pengendalian intern
tersebut, BPR wajib memiliki kebijakan, prosedur dan perangkat organisasi yang
memiliki pemisahan fungsi. Salah satu sistem pengendalian intern yang harus
4
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dimiliki oleh BPR adalah sistem pengendalian intern dalam perkreditan, yang
dituangkan dalam Pedoman Kebijakan Perkreditan BPR (PKPB). PKPB dimaksud
mempunyai fungsi:
a) sebagai pedoman bagi BPR dalam setiap pelaksanaan kegiatan di bidang
perkreditan yang memuat semua aspek perkreditan yang memenuhi
prinsip kehati - hatian dan asas - asas perkreditan yang sehat, antara lain
dalam proses pemberian kredit secara individual, pemantauan portofolio
perkreditan secara keseluruhan, dan dalam pelaksanaan penanganan kredit
bermasalah.
b) sebagai standar atau ukuran dalam pelaksanaan pengawasan pemberian
kredit pada semua tahapan proses perkreditan secara individual.
2. Tujuan
a) agar BPR menerapkan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan
yang sehat secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mitigasi
risiko atas setiap pemberian kredit.
b) untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh berbagai
pihak dalam pemberian kredit yang dapat merugikan BPR.
c) untuk mencegah terjadinya praktek pemberian kredit yang tidak sehat.
Di dalam pelaksanaan pemberian kredit pada umumnya dilakukan dengan
mengadakan suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat tersebut terdiri dari
perjanjian pokok yaitu perjanjian utang piutang dan dengan perjanjian tambahan
berupa perjanjian pemberian jaminan oleh pihak debitor. Pada dasarnya,
pemberian kredit oleh bank diberikan kepada siapa saja yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kemampuan untuk membayar kembali dengan syarat melalui suatu perjanjian
utang piutang di antara kreditur dan debitur. 5
Secara garis besar dikenal ada 2 (dua) bentuk jaminan, yaitu :
1. Jaminan perorangan.
2. Jaminan kebendaan.
Dalam praktek jaminan yang sering digunakan adalah jaminan kebendaan
yang salah satunya adalah tanah yang dijadikan jaminan atau disebut Hak
Tanggungan.
Kita mengenal dua jenis hak jaminan kredit dalam praktek di masyarakat
yaitu :
1. Hak-hak jaminan kredit perorangan
Yaitu jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban debitur. Termasuk dalam golongan ini antara lain “borg”
yaitu pihak ketiga yang menjamin bahwa hutang orang lain pasti dibayar.
2. Hak-hak jaminan kredit kebendaan
Yaitu jaminan yang dilakukan oleh kreditur dengan debiturnya, atau pun antara
kreditur dengan seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajibankewajiban debitur. Termasuk golongan ini apabila yang bersangkutan didahulukan
terhadap kreditur-kreditur lainnya dalam hal pembagian penjualan hasil harta
benda debitur,meliputi : previlege (hak istimewa), gadai dan hipotek.
Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah
serta benda-benda yang berkaitan dengan Tanah, maka segala ketentuan mengenai
5
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 1
Universitas Sumatera Utara
Creditverband dalam Buku II Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata) yang diberlakukan berdasarkan Pasal 57 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) dinyatakan tidak
berlaku lagi. Pemberian jaminan dengan Hak Tanggungan diberikan melalui Akta
Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang didahului dan atau dengan pembuatan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) merupakan bagian yang
terpisahkan dari perjanjian kredit.
Perjanjian kredit mempunyai kedudukan sebagai perjanjian pokok, artinya
merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain
yang mengikutinya. Perjanjian kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan bukan
merupakan hak jaminan yang lahir karena Undang-Undang melainkan lahir
karena harus diperjanjian terlebih dahulu antar bank selaku kreditor dengan
nasabah selaku debitor. Oleh karena itu secara yuridis pengikatan jaminan Hak
Tanggungan lebih bersifat khusus jika dibandingkan dengan jaminanyang lahir
berdasarkan Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata.
Menurut Abdulkadir Muhammad merumuskan kembali definisi Pasal
1313 KUH Perdata sebagai berikut bahwa yang disebut perjanjian adalah “Suatu
perjanjian dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta kekayaan”. 6 Fokus perhatian
dalam masalah jaminan Hak Tanggungan adalah apabila debitor wanprestasi.
Dalam hukum perjanjian apabila debitor tidak memenuhi isi perjanjian atau tidak
6
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992, hlm. 78
Universitas Sumatera Utara
melakukan hal-hal yang telah diperjanjikan, maka debitor tersebut telah
wanprestasi dengan segala akibat hukumnya.
Tetapi pada kenyataannya banyak pihak perbankan khususnya Bank
Perkreditan Rakyat yang menghiraukan Pedoman Kebijakan Perkreditan BPR
(PKPB). Sehingga terjadi kredit macet yang mengakibatkan banyak BPR yang
harus tutup karena tidak mampu lagi menjaga kelangsungan usahanya. Kredit
yang diberikan dan beredar di tengah masyarakat tidak dapat ditarik secara
maksimal oleh pihak BPR karena berbagai faktor dan kurangnya solusi yang
dimiliki oleh BPR dalam menangani kredit macet yang ada. Khususnya yang ada
di sekitar penulis, agar kredit macet dapat diminimalkan sehingga kelangsungan
BPR yang ada dapat berkembang lebih maju dengan kredit yang lancar.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis membahas
Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. BPR DUTA PARAMARTA Kecamatan
Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Dihubungkan Dengan Undang – Undang
Perbankan.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka perlui adanya
perumusan masalah guna mempermudah pembahasan selanjutnya. Adapun
permasalahan yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Apakah proses pemberian kredit oleh PT. BPR Duta Paramarta kepada
nasabah sudah sesuai dengan UU Perbankan?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana proses penyelesaian jika terjadi kredit macet oleh PT. BPR
Duta Paramarta sesuai dengan UU Perbankan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui BPR dan perkembangannya saat ini.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kredit dan bagaimana
penerapannya.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian kredit macet yang terjadi di BPR pada
umumnya sesuai dengan UU Perbankan
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a) Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya.
b) Untuk menambah pengembangan Ilmu Hukum di bidang Perjanjian
tentang Perjanjian Kredit di dalam BPR pada umumnya di Indonesia.
2. Secara Praktis
a) Untuk memberikan wawasan, informasi dan pengetahuan secara
langsung ataupun tidak langsung kepada masyarakat mengenai hak dan
kewajibannya sebagai nasabah di BPR.
b) Dengan penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi hukum
perdata Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
c) Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam
mengatasi permasalahan – permasalahan yang timbul pada Perjanjian
Kredit di dalam BPR di Indonesia.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis
normatif., artinya penelitian yang berdasarkan pada penelitian kepustakaan guna
memperoleh data sekunder di bidang hukum, yang berasal dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Untuk mendukung data
sekunder dilakukan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan
cara mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sedang penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang konkrit yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Pada penelitian lapangan data yang diperoleh adalah data primer atau data
yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari penelitian ini adalah
nasabah dan pejabat PT. BPR Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli,
Kabupaten Deli Serdang. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian kepustakaan adalah dokumen atau bahan pustaka, sedang dalam
penelitian lapangan dipergunakan pedoman wawancara. Data yang diperoleh dari
hasil kepustakaan dan hasil penelitian lapangan dianalisis secara kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
2. Sumber data
Bahan yang dipakai untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, 7 bahan hukum
sekunder, 8 dan bahan hukum tersier. 9 Ketiga bahan hukum ini merupakan data
sekunder. Bahan hukum primer berupa perundang-undangan yang berkaitan
dengan analisis hukum terhadap perbuatan wanprestasi dalam perkara perdata
yaitu Kitab Undang - Undang Hukum Perdata serta peraturan perundangundangan lain yang terkait.
Bahan hukum sekunder yang merupakan bahan yang akan memberi
penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu terdiri dari buku-buku teks,
jurnal, laporan penelitian, artikel, majalah, surat kabar, dan dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan analisis hukum terhadap perbuatan wanprestasi dalam
perkara perdata.
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yaitu yang mencakup
bahan hukum yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum,
majalah, serta bahan-bahan dari bidang ilmu lain diluar bidang hukum yang
dianggap relevan dan berguna untuk melengkapi data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 142, bahan
hukum primer yang berupa perundang-undangan, yang memiliki otoritas tertinggi adalah UndangUndang Dasar karena semua peraturan dibawahnya baik isi maupun jiwanya tidak boleh
bertentangan dengan UUD tersebut.
8
Ibid, bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku teks karena buku teks berisi
prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai
kualifikasi tinggi.
9
Ibid, hal. 143. Disamping sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum,
peneliti hukum juga dapat menggunakan bahan-bahan non-hukum apabila dipandang perlu.
Universitas Sumatera Utara
3. Teknik Pengumpulan Data
Bahan-bahan dalam penelitian ini diperoleh melalui penggunaan alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan adalah dokumen
atau bahan pustaka, sedang dalam penelitian lapangan dipergunakan pedoman
wawancara.
4. Analisis data
Bahan hukum yang telah diperoleh yaitu yang berkaitan dengan analisis
hukum terhadap perbuatan wanprestasi dalam perkara perdata, kemudian
diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga dapat disajikan dalam
penulisan yang sistematis untuk dapat menjawab isu hukum yang telah
dirumuskan.
Cara pengolahan yang sedemikian rupa disebut sebagai pengolahan data
10
deskrtiptif analisis,
yaitu yang menarik kesimpulan dari suatu permasalahan
yang bersifat umum terhadap permasalahan konkrit yang dihadapi sehingga selain
menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan
solusi terhadap permasalahan.
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti
terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di lingkungan Universitas
Sumatera Utara, penelitian mengenai “Penyelesaian kredit macet pada PT. BPR
10
Soerjono Soekanto, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hal. 3. Penelitian
deskriptif analitis adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan. secara
sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang
diselidiki.
Universitas Sumatera Utara
Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang dihubungkan
dengan Undang – undang Perbankan.”, belum pernah dilakukan penelitian pada
topik dan permasalahan yang sama. Dengan demikian penelitan ini dapat
dikatakan penelitian yang pertama kali dilakukan, sehingga keaslian penelitian ini
dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.
G. Sistematika Penulisan
BAB I
:
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya
antara lain memuat latar belakang, permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II
:
Bab ini akan membahas tentang pengaturan perjanjian
kredit di dalam bank. Antara lain memuat pengertian
bank, sejarah bank, jenis – jenis bank, fungsi bank,
perjanjian, kredit pada umumnya, serta jaminan – jaminan
yang ada di dalam kredit.
BAB III
:
Bab ini akan membahas tentang Bank Perkreditan
Rakyat. Antara lain ,memuat pengertian BPR, tugas
dan wewenang posisi jabatan di BPR, Usaha – usaha
BPR, kebijakan dalam memberikan kredit yang ada di
BPR pada umumnya.
BAB IV
:
Bab ini akan dibahas tentang latar belakang perusahaan,
proses perjanjian kredit, analisis tentangkredit yang ada di
Universitas Sumatera Utara
BPR Duta Paramarta, Penyelesaian kredit macet pada PT.
BPR Duta Paramarta Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten
Deli Serdang dihubungkan
dengan Undang – undang
Perbankan.
BAB V
:
Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup
yang berisi kesimpulan dan saran - saran mengenai
permasalahan yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara
Download