1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Animasi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Animasi Edukasi
Animasi adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar, baik
gambar tangan maupun dengan bantuan komputer sehingga menjadi gambar
yang bergerak memiliki alur cerita dan menghibur. Edukasi adalah proses
menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang. Sehingga, animasi edukasi
adalah film bergambar yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
informasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan seseorang tentang suatu
hal.
Gambar 2.1 Contoh Animasi Edukasi
Animasi Involve : What do people do all day? merupakan animasi yang
diunggah pada situs vimeo () oleh Breakfast of Champion (London). Berdurasi
02:41 menit dan berisi tentang bagaimana seharusnya seseorang bekerja di
bidang yang dia sukai, dan akan menghasilkan lebih dari yang tidak suka. Dan
bekerja bukanlah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Breakfast of London (2012). Involve : What do people do
all day?. diakses 19 Febuari 2014 dari
https://vimeo.com/34921577
3
4
Gambar 2.2 Contoh Animasi Edukasi
Animasi Tsunami Infographics berisikan tentang apa itu tsunami dan
bagaimana terjadinya tsunami. Animasi ini berdurasi 2:25 menit dan diunggah
ke situs youtube oleh Vancouver Film School.
Vancouver Film School (2011). Tsunami Infographics. diakses 19 Febuari 2014 dari
http://www.youtube.com/watch?v=3rYzx-1FHfQ
Penulis telah melakukan survey pencarian data terkait mengenai animasi
edukasi yang membahas tentang kanker serviks dan ternyata animasi yang
mengangkat tema kanker serviks dengan Bahasa Indonesia terhitung sedikit.
Sebagian besar animasi tentang ini, berbahasa Inggris dan hanya merupakan
bagian atau tidak mencakup seluruh informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Gambar 2.3 Contoh Animasi Edukasi Kanker Serviks
5
Animasi Healthphone : Cervical Cancer Screening : Visual Inspection of the
Cervix Using Acetic Acid (VIA) berdurasi 3:30 menit berisi tentang bagaimana
tes screening dilakukan oleh dokter kepada wanita. Animasi ini tidak memakai
narasi atau voice over dan hanya mengandalkan tulisan atau subtitle.
Medical Aid Films (2012). Healthphone : Cervical Cancer Screening : Visual
Inspection of the Cervix Using Acetic Acid. diakses 19 Febuari 2014 dari
http://www.healthphone.org/maf/cervical-cancer-screening-visual-inspection-of-thecervix-using-acetic-acid.htm
Gambar 2.4 Contoh Animasi Edukasi Kanker Serviks
Animasi Kesehatan Reproduksi Kanker Serviks berdurasi 3:30 menit berisi
tentang apa itu serviks, stadium kanker serviks dan cara mencegah kanker
serviks. Animasi ini tidak memakai narasi atau voice over dan hanya
mengandalkan tulisan atau subtitle.
Mufida Dian Hardika (2013). Kesehatan Reproduksi Kanker Serviks diakses 19
Febuari 2014 dari http://www.youtube.com/watch?v=MeDG25QaHYY
2.1.2 Pengertian Kanker
Kanker adalah hasil perubahan sifat sel yang menyebabkan sel mengalami
pertumbuhan yang tidak normal dan tidak terkontrol. Sel normal mempunyai
'program bunuh diri' yang dikenal dengan istilah apoptosis. Bila sel tersebut
6
telah mencapai umur tertentu, program tersebut dimulai dan sel akan mati lalu
digantikan oleh sel baru. Sebaliknya pada sel kanker, program apoptosis
mengalami gangguan sehingga sel-sel tersebut pertumbuhannya berlebihan dan
tidak terkendali.
Peningkatan jumlah sel yang tidak normal umumnya membentuk benjolan
yang dikenal sebagai tumor atau kanker. Sel-sel yang berkembang tidak
terkendali ini membutuhkan nutrisi dalam jumlah yang banyak sehingga akan
terbentuk pembuluh-pembuluh darah baru dan 'merampok' nutrisi yang
dibutuhkan sel-sel normal.
Akibatnya, organ-organ tubuh akan mengalami kekurangan nutrisi dan mudah
mengalami gangguan. Di sisi lain, ukuran tumor yang semakin besar juga akan
mendatangkan banyak masalah. Tumor yang membesar akan 'merebut' ruang
yang tadinya merupakan tempat organ tubuh.
Ada dua istilah yaitu tumor dan kanker. Tumor umumnya tumbuh lokal
setempat tidak menyebar, pertumbuhannya tidak terlalu cepat, tidak terlalu
membahayakan tubuh, dan berukuran kurang dari 5cm. Sedangkan kanker
tumbuhnya bersifat infiltratif, menembus ke berbagai organ sekitar, dapat
menyebar melalui aliran darah dan getah bening, pertumbuhannya sangat
cepat, dan sering menimbulkan banyak gangguan pada sistem organ.
Istilah
tumor
lebih
sering
digunakan
untuk
benjolan
yang
sifat
pertumbuhannya jinak dan lokal. Sedangkan kanker lebih mengacu pada
benjolan dengan pertumbuhan yang cepat, menyebar, dan merusak jaringan
lain.
2.1.3 Pemicu Kanker
a. Keturunan
Penelitian menunjukan bahwa wanita yang salah satu anggota keluarganya
menderita kanker berisiko tinggi untuk terkena kanker.
b.Usia
Wanita yang memasuki masa menopause atau berusia di atas 50 tahun
memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker ketimbang wanita muda.
c. Karsinogenik
Sesuatu bersifat karsinogenik berarti sesuatu tersebut memiliki potensi yang
dapat menyebabkan perubahan struktur DNA hingga menjadi kanker.
7
d. Bahan kimia
Asbes, arsen, merkuri, timbal, etionin, dan nikel dapat memicu terjadinya
kanker. Demikian juga karbon, tar, dan asap rokok. serta alfatoksin yang
terdapat pada jamur kacang-kacangan.
e. Radiasi
Radiasi dari zat-zat radioaktif, seperti uranium, plutonium, dan sinar ultraviolet
telah lama diketahui dapat menimbulkan perubahan atau kecacatan pada
struktur DNA
f. Makanan
Makanan tinggi lemak, kurang serat, dan mengandung pewarna atau pengawet
yang tidak diijinkan untuk makanan dapat memicu kanker. Selain itu, makanan
yang dipanggang dengan arang pun bersifat karsinogenik.
h. Infeksi virus
Beberapa virus telah diketahui bertanggung jawab terhadap timbulnya kanker.
Virus papiloma dihubungkan dengan kanker leher rahim, virus hepatitis B
dengan kanker hati.
2.1.4 Kanker Serviks
Serviks adalah leher rahim pada wanita yang merupakan bagian terbawah dari
rahim atau disebut juga uterine cervix. Janin tumbuh di dalam badan rahim
(body of uterus). Serviks menghubungkan badan rahim dengan vagina atau
jalan lahir. Bagian serviks yang paling dekat dengan badan rahim disebut
dengan endocervix. Dan bagian yang lebih dekat dengan vagina adalah
exocervix.
Gambar 2.5 Bagan Alat reproduksi wanita
Gambar 2.5 diakses dari
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094-pdf.pdf
8
Dua tipe sel yang terdapat pada serviks adalah sel squamous dan sel
glandular. Keduanya saling bersebelahan di area transformasi. Kebanyakan
kanker serviks bermula di sel-sel yang terdapat pada serviks. Sel-sel ini tidak
seketika berubah menjadi kanker. Tetapi, sel normal pada serviks secara
perlahan berkembang menjadi pra-kanker kemudian menjadi kanker. Dokter
menggunakan beberapa kesepakatan untuk menggambarkan perubahan sel pra
kanker ini, cervical intraepithelial neoplasia (CIN), squamous intraepithelial
lesion (SIL), and dysplasia. Perubahan ini bisa di deteksi dengan Pap smear dan
diobati untuk mencegah berkembangnya kanker.
Kanker serviks dan pra-kanker diklasifikasikan sesuai dengan sel yang
terlihat di bawah mikroskop. Ada dua tipe utama kanker serviks, squamous cell
carcinoma and adenocarcinoma. Sekitar 80-90% kanker serviks terjadi di sel
squamous carcinoma. Kanker ini berkembang di sel squamous yang menutupi
area exocervix. Di bawah mikroskop, sel kanker tipe ini berasal dari sel - sel
squamous. Sel squamous carcinoma paling banyak mulai menginfeksi pada
bagian exocervix menyatu dengan endocervix.
Gambar 2.6 sel squamous carcinoma dan Gambar 2.7 sel
adenocarcinoma
Gambar 2.6 di akses pada 20 Febuari 2014
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTzWZrWpZ4iXfYxjX0qMG
evGEIOQYDV35TpF3K8riKRxEuU0aEuxA
Gambar 2.7 di akses pada 20 Febuari 2014
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/61/Adenocarcinoma_
moderate_differentiated_(rectum)_H%26E_magn_400x.jpg
Sebagian besar kanker serviks lain adalah adenocarcinoma. Kanker serviks
adenocarcinomas berkembang dari sel-sel penghasil lendir pada endocervix.
9
Ada juga tipe kanker serviks yang terdapat dua sel yang telah disebutkan, yaitu
sel squamous carcinomas dan adenocarcinomas, yang disebut dengan
adenosquamous carcinomas.
Walaupun kanker serviks bermula dari pra-kanker, hanya sebagian wanita
dengan sel pra-kanker yang akan berkembang menjadi kanker. Perkembangan
dari pra-kanker menjadi kanker biasanya memakan beberapa tahun, tetapi bisa
juga terjadi dalam kurang dari satu tahun.
Untuk kebanyakan wanita, sel pra-kanker ini akan hilang tanpa butuh
pengobatan apapun. Tetapi tetap saja, sebagian dari wanita dengan sel prakanker akan berkembang menjadi kanker yang ganas. Mengobati sel prakanker dapat mencegah hampir semua kanker.
2.1.5 Penyebab Kanker Serviks
Adapun beberapa aktivitas dan hal berikut yang memiliki resiko dapat
menyebabkan kanker serviks:
1. Human papilloma virus (HPV)
Faktor utama kanker serviks adalah terinfeksi oleh human papilloma virus
atau disingkat HPV. HPV adalah grup virus yang berisikan lebih dari 150
jenis. Virus ini menyebabkan tumbuhnya papilloma atau lebih dikenal
dengan kutil. Virus HPV menginfeksi sel pada permukaan kulit, alat
kelamin, anus, mulut dan tenggorokan, tetapi tidak darah atau organ dalam
seperti jantung atau paru-paru.
Virus HPV bisa diteruskan dari satu orang ke orang lain melalui kontak
kulit. HPV menyebar melalui hubungan seks, termasuk vaginal dan anal,
bahkan oral seks. Berbeda tipe HPV, dapat menyebabkan kutil di bagian
tubuh yang berbeda. Kasus-kasus yang banyak ditemui adalah kutil di
tangan dan kaki, ada pula yang di bibir atau lidah. HPV tipe tertentu bahkan
bisa menyebabkan kutil di daerah kemaluan pria dan wanita. Kasus ini
disebut dengan genital warts atau condyloma acuminatum. Kebanyakan
disebabkan oleh HPV 6 dan HPV 11. HPV tipe ini disebut juga resiko
rendah HPV karena jarang sekali berhubungan dengan kanker.
10
Gambar 2.8 warts atau kutil
Gambar 2.8 di akses 20 Febuari 2014 dari
http://images.medicinenet.com/images/illustrations/warts_common.jpg
Ada juga tipe HPV yang disebut resiko tinggi HPV karena sangat
berhubungan erat dengan kanker, termasuk kanker serviks, vulva, dan
vagina, kanker penis pada pria dan kanker anus, mulut, serta tenggorokan
untuk pria dan wanita. HPV tipe ini adalah HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV
33, dan HPV 45 dan beberapa lainnya.
Orang yang terinfeksi oleh virus HPV resiko tinggi ada kemungkinan tidak
merasakan gejala apapun sampai pra-kanker berubah menjadi kanker.
Dokter percaya bahwa seorang wanita harus terinfeksi oleh virus HPV
untuk bisa nantinya berkembang menjadi kanker serviks. Walaupun ini
berarti infeksi bisa dari virus resiko tinggi mana saja, namun 2/3 dari semua
kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18.
2. Berganti-ganti pasangan
Berganti-ganti pasangan seks dan pola kehidupan seksual yang menyimpang
dapat menyebabkan wanita rentan terhadap penyakit hubungan seksual dan
menjadi mudah terinfeksi HPV.
3. Hubungan seks usia muda
Semakin dini usia pertama melakukan hubungan seksual, semakin dini leher
rahim terpapar 'dunia luar', dan semakin besar peluang terinfeksi HPV.
Selain itu, sel-sel leher rahim yang muda belum mempunyai pertahanan
yang baik dan rentan mengalami kerusakan.
11
4. Terlalu sering berhubungan
Frekuensi hubungan seksual yang terlalu sering dapat menyebabkan leher
rahim terangsang. Rangsangan terhadap leher rahim yang terlalu tinggi akan
menyebakan sel-sel mengalami kerusakan dan perubahan sifat sel.
5. Melahirkan terlalu sering
Proses persalinan sedikit banyak akan melukai dan merusak leher rahim.
Semakin sering melahirkan, semakin banyak perlukaan dan kerusakan sel
yang terjadi. Penelitian menunjukan wanita yang melahirkan lebih dari tiga
kali mempunyai resiko terkena kanker serviks lebih tinggi dibandingkan
mereka yang melahirkan kurang dari tiga kali.
6. Merokok
Saat seseorang merokok, dia dan orang di sekitarnya akan terekspose oleh
zat-zat kimia berbahaya yang memberi efek negatif tidak hanya bagi paruparu. Zat kimia berbahaya ini terhirup, masuk ke paru-paru dan terbawa ke
pembuluh darah seluruh tubuh. Perempuan yang merokok beresiko dua kali
lebih besar dari mereka yang tidak merokok. Kandungan tembakau
ditemukan pada sel penghasil lendir servix pada wanita yang merokok. Para
ahli percaya bahwa kandungan ini dapat menyebabkan kerusakan DNA
pada sel serviks dan menjadi pendukung dari perkembangan kanker serviks.
Merokok juga dapat menurunkan sistem imun tubuh terhadap virus HPV.
Oleh karena itulah, resiko kanker serviks meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah batang rokok yang dihisap.
7. Kontrasepsi hormonal
Penggunaan kontrasepsi hormonal, yakni metode kontrasepsi dengan
menggunakan hormon estrogen dan progesteron dalam jangka waktu lama
akan meningkatkan resiko kanker serviks. Penggunaan 10 tahun
meningkatkan resiko sampai 2 kali.
8. Penurunan imun tubuh
Virus HIV atau Human Immunodeficiendy Virus adalah virus yang
menyebabkan AIDS, yang merusak imun tubuh, dan membuat wanita lebih
rentan terhadap infeksi virus HPV.
9. Diet
Wanita yang dietnya tidak mencukupi kebutuhan buah dan sayur juga bisa
berpotensi untuk terjangkit kanker serviks.
12
10. Hamil di usia muda
Wanita yang lebih muda dari 17 tahun dan sudah melahirkan pada usianya
yang muda mempunya potensi dua kali lebih besar terkena kanker serviks
daripada mereka yang menunggu hingga umur 25 tahun atau lebih.
American Cancer Society (2013). Cervical Cancer. diakses 19 Febuari 2014 dari
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094-pdf.pdf
Sari, Wening, Lili Indrawati, Basuki Dwi Harjanto. (2012). Panduan Lengkap
Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus.
2.1.6 Fase Kanker Serviks
Adapun fase-fase atau stadium pada kanker serviks adalah sebagai berikut :
Gambar 2.9 Fase pada kanker serviks
Gambar 2.9 diakses pada 20 Febuari 2014 dari
http://waspadakanker.files.wordpress.com/2012/12/0413cbjvup_stadium_
kanker_serviks.jpg
Stadium 0
Stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor masih dangkal,
hanya tumbuh di lapisan sel serviks.
Stadium I
Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun.
Stadium I dibagi menjadi:
13
Stadium IA1
Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya kurang
dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
Stadium IA2
Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya antara
3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
Stadium IB1
Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih
besar dari 4 cm.
Stadium IB2
Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari
4 cm.
Stadium II
Kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium
II dibagi menjadi:
Stadium IIA
Kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan
yang lebih dalam dari vagina.
Stadium IIB
Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum
sampai ke dinding panggul.
Stadium III
Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks
sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke
kandung kemih.
Stadium IV
Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti
kandung kemih, rektum, atau paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
Stadium IVA
Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan
rectum
Stadium IVB
Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru.
14
2.1.7 Pap smear
Tes papanicolau atau yang biasa disebut pap smear adalah sebuah metode
yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya potensi pra-kanker ataupun
kanker pada serviks.Tes ini diberikan nama sesuai penemunya yaitu Georgios
Papanikolau.
Gambar 2.10 Tes pap smear
Gambar 2.10 diakses 20 Febuari 2014 dari
http://www.riversideonline.com/source/images/image_popup/w7_paptest.
jpg
Tes ini dilakukan dengan menggunakan speculum, yang digunakan untuk
membuka vaginal canal agar dokter bisa mengambil sel dri serviks. Sel serviks
tersebut kemudian diobservasi dengan menggunakan mikroskop untuk melihat
ada tidaknya keabnormalan. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi potensi
perubahan sel pra-kanker.
Para ahli
menyatakan ada rekomendasi baru untuk pap smear, yang
dibedakan menurut kelompok usia dan riwayat kesehatan. Di antaranya:
1. Perempuan antara usia 21-65 tahun dapat memperpanjang skrining
kanker serviks-nya setiap 5 tahun jika menjalani tes human papilloma
virus (HPV) pada saat yang sama seperti pap smear. Infeksi HPV adalah
salah satu penyebab utama kanker serviks.
15
2. Perempuan yang usianya melebihi 65 tahun dan pernah melakukan
skrining sebelumnya dan dinyatakan tidak berisiko tinggi dan tidak perlu
lagi melakukan papsmear.
3. Perempuan di bawah usia 30 tahun tidak boleh menjalani tes HPV.
Karena infeksi sangat lazim pada perempuan usia muda tapi bisa sembuh
tanpa harus diobati.
4. Perempuan yang telah menjalani histerektomi dengan pengangkatan
leher rahim dan yang tidak memiliki riwayat kantker serviks atau
prakanker tidak perlu diskrining, karena risiko yang terkait dengan
skrining lebih besar daripada manfaatnya.
2.1.8 Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks pada stadium awal tidak menunjukan gejala yang khas,
bahkan bisa tanpa gejala. Namun, setelah mencapai stadium lanjut gejalagejala yang ditimbulkan antara lain :
- Keputihan yang tidak normal
Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal.
Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti
keputihan tersebut dikatakan tidak normal.
- Pendarahan sesudah berhubungan seks
- Pendaharan sesudah menopause
- Keluar cairan abnormal (kekuningan, berbau tidak sedap, dan bercampur
darah)
2.1.9 Pencegahan Kanker Serviks
A. Hindari HPV
HPV adalah penyebab utama pra-kanker dan kanker serviks, menghindari
HPV dapat mencegah terkena kanker. HPV dapat menyebar melalui tidak
hanya melalui seks, yang diperlukan hanyalah kontak kulit yang terinfeksi.
Bahkan, penyebaran dapat terjadi dari tangan ke alat kelamin.
Wanita yang terinfeksi kebanyakan adalah wanita muda dan berumur
kurang dari 30. Sering melakukan hubungan seks pada usia muda dan
berganti pasangan meningkatkan resiko terkena HPV. Wanita yang
16
memiliki banyak pasangan seksual lebih besar resikonya untuk terkena
HPV, tetapi wanita yang hanya memiliki satu partner pun bisa terinfeksi,
jika pasangannya pernah memiliki kehidupan seks yang aktif dengan banyak
orang.
Menunggu untuk melakukan hubungan seks hingga usia dewasa juga dapat
membantu untuk menghindari HPV. Hal ini membantu membatasi
banyaknya pasangan seksual dan menghindari melakukan hubungan seks
dengan orang yang sudah bergonta-ganti pasangan sebelumnya.
HPV tidak selalu menyebabkan kutil atau gejala lainnya, kadang seseorang
yang telah terinfeksi HPV selama bertahun-tahun bisa saja tidak memiliki
gejala apapun. Seseorang dengan virus HPV dapat meneruskan virus itu
tanpa ia sendiri tahu.
B. Jangan merokok
Tidak merokok adalah hal penting yang harus dilakukan agar mengurangi
resiko kanker serviks.
C. Kondom
Kondom memberikan setidaknya sedikit proteksi terhadap HPV. Pria yang
menggunakan kondom lebih kecil resikonya untuk terkena HPV dan
meneruskannya ke wanita pasangan seksualnya. Tetapi, kondom harus
digunakan dengan benar supaya bisa mengurangi resiko terinfeksi. Studi
mengatakan kondom yang dipakai dengan benar dapat mengurangi resiko
HPV hingga 70%, jika dipakai setiap kali mereka melakukan hubungan
seks. Alasan kenapa Kondom tidak melindungi sepenuhnya adalah karena
kondom tidak menutup semua kemungkinan HPV- area yang terinfeksi,
seperti kulit pada kemaluan.
D. Vaksin
Waktu yang tepat untuk memberikan vaksin ini adalah pada usia remaja
atau usia yang belum terjadinya kontak seksual. Menurut penelitian, saat
pertama kali berhubungan seksual hingga berusia 20 atau 24 tahun adalah
masa di mana wanita sangat rentan terkena infeksi yang merupakan
penyebab dari kanker serviks. Meskipun demikian, tidak ada batasan bagi
orang yang ingin melakukan vaksinasi di atas usia 10 tahun, selama ia
belum mengidap penyakit tersebut. Karena pemberian vaksin pada tubuh
yang telah terserang HPV akan kurang efektif. Oleh karena itu, bagi wanita
17
yang aktif secara seksual, dianjurkan terlebih dahulu untuk melakukan
screening sebelum diberikan vaksin. Screening digunakan untuk mendeteksi
sel abnormal penyebab kanker serviks.
Adapun vaksin pencegah kanker serviks terdiri dari dua macam yakni
vaksin Gardasil dan Cervarix yang dapat mencegah dari serangan virus
HVP tipe 16 dan 18. Tingkat keberhasilan pencegahan kanker serviks
menggunakana vaksin ini adalah 80 hingga 95 persen. Kedua vaksin ini
bertugas untuk melatih kekebalan tubuh dengan mengenali sel asing
kemudian menyerangnya. Selain mencegah HPV tipe 16 dan 18, vaksin ini
juga efektif menghambat HPV tipe lainnya. Vaksinasi kanker serviks
dilakukan tiga kali dan dalam rentan waktu tertentu. Jarak dari vaksin
pertama ke vaksin kedua adalah satu bulan. Sedangkan jarak dari vaksin
kedua adalah lima bulan. Namun, penyuntikan vaksin ini dilarang bagi
wanita yang sedang mengandung.
Anonim,
Diakses
pada
20
Febuari
2014
di
http://www.aviva.co.id/id/index.php?option=com_content&view=article&id=230:pentin
gnya-vaksinasi-kanker-serviks-pada-remaja&catid=83&Itemid=741&lang=en
American Cancer Society (2013). Cervical Cancer. diakses 19 Febuari 2014 dari
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094-pdf.pdf
Sari, Wening, Lili Indrawati, Basuki Dwi Harjanto. (2012). Panduan Lengkap
Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus.
2.1.10 Pengobatan Kanker Serviks
Pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi
(radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-metode di atas. Dokter anda
dapat menjelaskan pilihan-pilihan cara pengobatan di atas, hasil yang diharapkan
dari masing-masing cara pengobatan, dan efek samping yang mungkin timbul.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu pilihan untuk wanita dengan kanker
leher rahim Stadium 1 atau 2. Dokter bedah mengangkat jaringan yang
mungkin memuat sel-sel kanker:
18
Gambar 2.11 Bagan pembedahan kanker serviks
Gambar 2.11 diakses pada 15 Maret 2014 dari http://www.kanker-serviks.net/wpcontent/downloads/547375398HGIHGJHGLH848740tiaojaJTAEF9FAJjoefjj99/eb_pan
d_ks.pdf
 Trakelektomi
radikal
(radical
trachelectomy)
:
Dokter
bedah
mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening
di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk wanita dengan tumor kecil
yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari.
 Histerektomi Total: Dokter bedah mengangkat leher rahim dan rahim.
 Histerektomi Radikal: Dokter bedah mengangkat leher rahim, beberapa
jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
Dengan histerektomi total maupun radikal, ahli bedah dapat mengangkat
jaringan lainnya:
 Saluran telur dan ovarium: Dokter bedah dapat mengangkat kedua
saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingoooforektomi.
 Kelenjar getah bening: Ahli bedah dapat mengambil kelenjar getah
bening dekat tumor untuk melihat apakah mereka mengandung kanker.
Jika sel kanker telah mencapai kelenjar getah bening, itu berarti
penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
19
2. Terapi Radiasi (Radioterapi)
Terapi radiasi atau disebut juga dengan radioterapi adalah salah satu pilihan
bagi wanita yang menderita kanker leher rahim dengan stadium berapa pun.
Wanita dengan kanker leher rahim tahap awal dapat memilih terapi radiasi
sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi
untuk menghancurkan sel-sel kanker apapun yang masih menetap di daerah
tersebut. Wanita dengan kanker yang menyerang bagian-bagian selain leher
rahim mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi. Terapi radiasi
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi
ini hanya mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati.
Dokter menggunakan dua jenis terapi radiasi untuk mengobati kanker leher
rahim/serviks. Beberapa wanita menerima kedua jenis terapi ini:

Terapi radiasi eksternal : Sebuah mesin besar akan mengarahkan
radiasi pada panggul atau jaringan lain di mana kanker telah
menyebar. Pengobatan biasanya diberikan di rumah sakit atau
klinik. Anda mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu
selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan
waktu beberapa menit.

Terapi radiasi internal: Sebuah tabung tipis ditempatkan di dalam
vagina. Suatu zat radioaktif dimasukkan ke dalam tabung tersebut.
Anda mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber
radioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari). Atau bisa
juga sesi pengobatan berlangsung beberapa menit, dan anda bisa
pulang setelahnya. Setelah zat radioaktif diangkat, radioaktivitas
tidak ada yang tersisa dalam tubuh anda. radiasi internal ini dapat
diulang dua kali atau lebih selama beberapa minggu.
3. Kemoterapi
Untuk mengobati kanker serviks, kemoterapi biasanya dikombinasikan
dengan terapi radiasi. Untuk kanker yang telah menyebar ke organ-organ
yang jauh, kemoterapi saja dapat digunakan. Kemoterapi menggunakan
obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker
serviks biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Anda bisa
menjalani kemoterapi di klinik, di kantor dokter, atau di rumah.
20
2.1.11 Hasil Kuisioner
Penulis melakukan survey melalui kuisioner yang disebarkan melalui
internet. Berikut adalah hasil kuisioner dari 105 responden.
21
2.1.12 Analisa Hasil Survey
Dari hasil survey tersebut, dapat disimpulkan analisa-analisa berikut :
Pertanyaan 1 - 2
Memperlihatkan bahwa responden kebanyakan perempuan dengan persentase
sebesar 65 % (68 responden) dengan range umur paling banyak 17 - 25 tahun
sebanyak 83 % (87 responden).
Pertanyaan 3 - 4
Membahas tentang kehidupan seks responden yang akan tetap anonim.
Sebanyak 59 % ( 62 responden) menyatakan bahwa belum pernah melakukan
hubungan seks. Dari 43 responden yang menjawab sudah pernah melakukan
hubungan seks, 27 responden diantaranya melakukan hubungan seks di antara
umur 17 - 25 tahun.
Pertanyaan 5
Membahas tentang sudah pernahkah responden melakukan tes papsmear.
Sebanyak 51% (34 dari 68 responden wanita) tidak mengetahui apa itu tes
papsmear.
22
Pertanyaan 6
Membahas tentang pengetahuan responden tentang seks dibawah umur.
Sebanyak 57% (60 responden) menyatakan tidak tahu bahwa seks di bawah
umur dapat meningkatkan resiko kanker serviks.
Pertanyaan 7
Membahas tentang pengetahuan responden tentang kemungkinan laki-laki
juga terkena virus HPV yang dapat menyebabkan kanker. Sebesar 73% (77
responden) menyatakan tidak tahu.
Pertanyaan 8 -9
Membahas tentang kebiasaan merokok responden.
sebanyak 57% (60
responden) menyatakan bukan perokok aktif ataupun pasif. Dan sebanyak 57%
(60 responden) menyatakan ketidaktahuan bahwa merokok bisa meningkatkan
resiko kanker serviks.
Pertanyaan 10 - 11
Membahas tentang vaksin kanker serviks dan gejalanya. Sebanyak 52% (55
responden) menyatakan ketidaktahuan tentang adanya vaksin kanker serviks.
Dan sebanyak 79% (83 responden) menyatakan ketidaktahuan tentang gejala
kanker serviks.
2.1.13 Hasil Wawancara
Penulis melakukan survey melalui wawancara kepada dr. Chrisdiono M
Achadiat.SpOG yang merupakan seorang dokter spesialis kandungan. Beliau
mengatakan bahwa kanker serviks adalah suatu tumor dengan perubahan ganas
yang terjadi pada serviks uteri atau leher rahim. Sembilan puluh persen kanker
serviks disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) subtipe 16 dan 18.
Beliau juga mengatakan sebaiknya, perempuan yang sudah menstruasi segera di
imunisasi dengan vaksin kanker serviks. Ada dua tipe vaksin, yaitu Gardasil dan
Cervarix. Cervarix adalah vaksin khusus untuk virus HPV tipe 16 dan 18.
Sedangkan Gardacil juga untuk beberapa virus HPV tipe lain. Imunisasi ini,
dilakukan secara bertahap. Jika seseorang di vaksin hari ini, dia harus kembali di
vaksin bulan depan, kemudian 6 bulan kemudian. Biasanya vaksin kanker
serviks berupa paket dan terbilang cukup mahal.
23
2.1.14 Kanker di Indonesia
Menurut buku 'Kanker di Indonesia tahun 2010 Data Histopatologik' yang
disusun oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,
Badan Registerasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia,
dan Yayasan Kanker Indonesia, ada 3285 kasus kanker serviks di Indonesia.
Jakarta menempati urutan pertama dengan angka 871 kasus disusul oleh
Semarang dengan 352 kasus. Usia 45-54 tahun merupakan persentase paling
besar sebanyak 37.5%.
Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia menduduki peringkat atas
penderita kanker adalah
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya pedesaan akan kanker
serviks dan kurangnya sosialisasi dari intansi berwenang
2. Kemampuan ekonomi rendah serta tidak adanya pelayanan khusus
tentang virus HPV sehingga tidak bisa melakukan pemeriksaan rutin
3. Faktor lingkungan yang kotor oleh tingkat polusi yang terus meninggi
2.1.15 Remaja di Indonesia
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukan, bahwa
dari sampel 8.419 wanita usia 15-24 tahun, 10,4 % di antaranya merokok, dan
4,6 % minum-minuman beralkohol. Angka persentase wanita merokok dan
mnum alkohol, yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibanding yang tinggal di
pedesaan. Sebanyak 16,9% dari responden juga menyetujui hubungan seksual
pranikah untuk wanita.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Teori Prinsip Dasar Animasi
Pada tahun 1930an, dua animator Walt Disney merumuskan 12 prinsip
animasi, yang sampai sekarang terus dipakai oleh para animator di seluruh
dunia. Prinsip ini membantu produksi dan juga diskusi kreatif, serta melatih
para animator muda untuk belajar lebih mudah dalam bekerja. Dua belas
prinsip animasi umumnya mengenai, acting the performance, directing the
performance, representing reality (melalui drawing, modeling, dan rendering),
interpreting real world physcis, dan editing sequence of actions. Prinsip-prinsip
24
ini membantu animator untuk membuat karakter dan pengkondisian lebih
hidup. Kedua belas prinsip tersebut meliputi dasar-dasar gerak, pengaturan
waktu, peng-kaya-an visual, sekaligus teknis pembuatan sebuah animasi
(Ardiyansah,2010).
1. Solid Drawing
Kemampuan menggambar sebagai dasar utama animasi memegang
peranan yang menentukan “baik proses maupun hasil” sebuah animasi,
terutama animasi klasik. Meskipun kini peran gambar yang dihasilkan
sketsa manual sudah bisa digantikan oleh komputer, tetapi dengan
pemahaman dasar dari prinsip ‘menggambar’ akan menghasilkan
animasi yang lebih ‘peka’.
2. Timing & Spacing
Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus
dilakukan, sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan
dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak.
3. Squash & Stretch
Squash and strecth adalah upaya penambahan efek lentur (plastis) pada
objek atau figur sehingga seolah-olah ‘memuai’ atau ‘menyusut’
sehingga memberikan efek gerak yang lebih hidup. Penerapan squash
and stretch akan membuat mereka (benda-benda mati tersebut) tampak
atau berlaku seperti benda hidup.
4. Anticipation
Anticipation boleh juga dianggap sebagai persiapan/awalan gerak atau
ancang-ancang.
Seseorang
yang
bangkit
dari
duduk
harus
membungkukkan badannya terlebih dahulu sebelum benar-benar
berdiri. Pada gerakan melompat, seseorang yang tadinya berdiri harus
ada gerakan ‘membungkuk’ terlebih dulu sebelum akhirnya melompat.
5. Slow In and Slow Out
Slow In dan Slow Out menegaskan bahwa setiap gerakan memiliki
percepatan dan perlambatan yang berbeda-beda. Slow in terjadi jika
sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi cepat.
25
6. Arcs
Pada animasi, sistem pergerakan tubuh pada manusia, binatang, atau
makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola/jalur (maya) yang
disebut Arcs. Hal ini memungkinkan mereka bergerak secara ‘smooth’
dan lebih realistik, karena pergerakan mereka mengikuti suatu pola
yang berbentuk lengkung (termasuk lingkaran, elips, atau parabola).
7. Secondary Action
Secondary action adalah gerakan-gerakan tambahan yang dimaksudkan
untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak lebih
realistik. Secondary action tidak dimaksudkan untuk menjadi ‘pusat
perhatian’ sehingga mengaburkan atau mengalihkan perhatian dari
gerakan utama. Kemunculannya lebih berfungsi memberikan emphasize
untuk memperkuat gerakan utama.
8. Follow Through and Overlapping Action
Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap
bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Misalnya, rambut
yang tetap bergerak sesaat setelah melompat.
9. Straight Ahead Action and Pose to Pose
Dari sisi resource dan pengerjaan, ada dua cara yang bisa dilakukan
untuk membuat animasi. Yang pertama adalah Straight Ahead Action,
yaitu membuat animasi dengan cara seorang animator menggambar satu
per satu, frame by frame, dari awal sampai selesai seorang diri.
10. Staging
Staging dalam animasi meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk
mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam sebagian
atau keseluruhan scene.
11. Appeal
Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual dalam
animasi. Kita bisa dengan mudah mengidentifikasi gaya animasi buatan
Jepang dengan hanya melihatnya sekilas. Kita juga bisa melihat style
animasi buatan Disney atau Dreamworks cukup dengan melihatnya
beberapa saat. Hal ini karena mereka memiliki appeal atau gaya
tersendiri dalam pembuatan karakter animasi.
26
12. Exaggeration
Exaggeration merupakan upaya mendramatisir animasi dalam bentuk
rekayasa gambar yang bersifat hiperbolis. Dibuat sedemikian rupa
sehingga terlihat sebagai bentuk ekstrimitas ekspresi tertentu dan
biasanya digunakan untuk keperluan komedi
2.2.2 Teori Warna
Warna merupakan unsur penting dalam desain, karena dengan warna,suatu karya
desain akan memiliki arti dan nilai lebih. Warna dapat memberikan informasi
secara visual dan psikologis, serta dapat mempengaruhi emosi seseorang, dimana
hal ini juga dapat diterapkan ke dalam animasi. Penggunaan warna yang tepat,
pada waktu yang tepat serta lokasi yang tepat dapat membantu untuk
menyampaikan pesan dengan lebih baik kepada audiens. Respon audiens dapat
dimanipulasi serta diarahkan oleh penggunaan warna.
Tiga perbedaan yang jelas dan karakteristik yang dapat diukur dari semua warna
seringkali dikenal dengan Tiga Dimensi Warna. Tiga Dimensi Warna terdiri dari:
1. Hue
Hue merupakan istilah yang digunakan untuk menamai warna, yaitu
merah,kuning, dan biru
2. Intensity
Intensity adalah kekuatan dari sebuah warna. Intensity juga sering
disebut sebagai saturasi atau brightness
3. Value
Value pada warna adalah kejernihan atau kemurnian. Warna murni tidak
memiliki penambahan putih, hitam atau abu-abu dan sering diistilahkan
sebagai bright, dimana warna dengan penambahan putih dikenal sebagai
tint. Warna dengan penambahan hitam disebut dengan shade, dan
penambahan dengan abu-abu disebut muted. Value yang digunakan sebagai
warna tanpa penambahan hue disebut dengan achromatics yang terdiri dari
putih, abu-abu dan hitam.
Harmoni warna merupakan komposisi warna yang memberikan kenyamanan
bagi mata. Secara normal, pikiran berusaha untuk menyamakan atau menetralisir
rangsangan dari efek yang ekstrim karena pencahayaan yang ekstrim sangat
27
mengganggu. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan warna
yang harmonis:
1. Monochromatic
Warna yang dicapai dengan penambahan nilai putih dan hitam pada sabuah
warna.
2. Komplementer
Warna komplementer merupakan warna yang berlawanan pada lingkaran
warna. Harmoni dapat dicapai bukan dengan melalui pertalian warna
melainkan melalui warna kontras yang harmonis.
3. Analog
Warna Analog merupakan warna yang sangat dekat atau bersebelahan
posisinya dalam lingkaran warna
2.2.3 Teori Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi
dan nomos yang berarti aturan. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada
tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan.
Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu
Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
1. Kognitif
Kognitif, meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan
keahlian mentalitas. Kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian
berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Seseorang tidak
akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu
memahami isinya. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan
perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Taksonomi Bloom
tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses
suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa prinsip didalamnya adalah :
1. Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus
mengingatnya terlebih dahulu.
2. Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih
dahulu.
28
3. Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur
atau menilai.
4. Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi,
serta memperbaharui.
2. Afektif
Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari
sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua
tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak
harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu.
Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model
pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran
secara terintegrasi. Afektik disusun oleh Bloom dan David Kathwol
terdiri dari :
1. Penerimaan, kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
2. Tanggapan, memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
3. Penghargaan, berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan
pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar
pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke
dalam tingkah laku.
4.
Pengorganisasian,
memadukan
nilai-nilai
yang
berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem
nilai yang konsisten.
5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai, karakterisasi Berdasarkan
Nilai-nilai
3. Psikomotor
Psikomotor menurut Simpson, 1972, menyangkut keterampilan gerakan
dan koordinasi secara fisik dalam menggunakan keterampilan fisik.
Ukuran pengembangan keterampilan fisik adalah kecepatan, ketepatan,
29
jarak,
prosedur,
atau
teknik
pelaksanaan.
Tingkat
penguasaan
keterampilan terbagi dalam tujuh kategori, yaitu :
1. Mempersepsikan, yaitu keterampilan menggunakan berbagai isyarat
sensor untuk melakukan aktivitas motorik seperti keterampilan
menerjemahkan isyarat indra. Kata kunci yang digunakan dalam
keterampilan ini ialah memilih, menggambarkan, mendeteksi,
membedakan, mengidentifikasi, mengisolasi, dan menghubungkan.
2. Menyiapkan; meningkatkan kesiapan fisik, mental, dan emosional
untuk melakukan suatu tindakan. Kata kunci yang digunakan dalam
keteramilan ini ailah; memulai, menyajikan, menerangkan, bergerak,
menghasilkan, berkreasi, dan menyatakan.
3. Menanggapi respon; tahap awal dalam keterampilan belajar yang
kompleks adalah keterampilan meniru. Ketepatannya ditentukan
latihan. Kata kunci yang digunakan adalah meng-copy, mengikuti
jejak, memperbanyak, merespon, dan bereaksi.
4.
Mekanis,
adalah
tahap
peralihan
dalam
belajar
melalui
pengembangan kebiasaan dan melakukan gerakan yang didukung
dengan keyakinan dan rasa percaya diri. Kata kunci yang digunakan
adalah merakit, mengkalibarasi, menbangun konstruksi, membongkar,
menampilkan, mengikat, memperbaiki, memanaskan, memanipulasi,
mengukur, mencampur, mengorganisasikan, memubuat sketsa.
5.
Mengembangkan
respon
yang
kompleks.
Keterampilan
direfleksikan dalam gerak yang kompleks. Kemahiran ditunjukkan
dengan kinerja yang cepat, akurat, sangat terkoordinasi, dan
menggunakan energi minimal. Kategori ini termasuk melakukan
kegiatan tanpa ragu-ragu, dan aksi otomatis. Contoh dalam bermain
sepakbola yang menggunakan kata kunci; bertindak cepat, akurat,
terkoordinasi.
6. Adaptasi: Keterampilan yang dikembangkan dengan baik secara
individu dapat memodifikasi pola pergerakan sesuai persyaratan
khusus. Kata kunci yang digunakan menyesuaikan, menggubah,
menata kembali, mereorganisasi, merevisi, memvariasikan.
7. Orisinalitas; membuat gerakan baru sehingga sesuai dengan
keadaan tertentu. Pembelajaran menekankan pada pengembangan
30
kreativitas yang berlandaskan keterampilan tinggi. Kata kunci yang
digunakan
adalah
menyusun,
membangun,
menggabungkan,
mengarang, mengkonstruksi, menciptakan, mendesain, memulai, dan
membuat.
Benkyoshimasou (2012), Taksonomi Bloom : Menggembangkan Startegi
Berpikir Berbasis, diakses 17 Maret 2014 dari
http://benkyoshimasou.wordpress.com/2012/11/30/taksonomi-bloommengembangkan-strategi-berpikir-berbasis/
2.2.4 Teori Naratif
Teori naratif cenderung erat kaitannya dengan naratorologi, yakni proses
menyampaikan suatu cerita. Naratif juga berasal dari kata narasi yaitu suatu cerita
tentang peristiwa atau kejadian dengan adanya paragraf narasi yang disusun
dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis.
Tujuannya, pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang
diceritakan.
Seymour Chatman (1978) dikenal dengan teori naratif pada sebuah film, beliau
berusaha menjelaskan tentang wacana naratif, menurutnya teori ini menjelaskan
tentang bagaimana hubungan cerita dari ‘maksud pengarang’ dan ‘penangkapan
pembaca’ sebaik ‘narator’ dan ‘naratee’ menuliskan di dalam penggambaran
sebuah tampilan.
Mouldivi Rizki (2013) diakses pada 14 Maret 2014 http://moulidvi-r-pfib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-81023-Umum-Teori%20Naratif.html
2.2.5 Teori Infographic
Infographic atau infografik menurut Mark Smiciklas dalam bukunya yang
berjudul the Power of Infographic (2012) adalah visualisasi data atau ide yang
mencoba untuk menerangkan informasi komplek kepada audiens dengan
metode yang mudah di konsumsi dan mudah di mengerti. Infografik
menyajikan informasi yang cepat jelas dan kompleks, seperti tanda, peta,
jurnalisme, pendidikan, dan pengetahuan.
Infografik merupakan sebuah representasi sekumpulan data atau sebuah
instruksi. Infografik biasanya memuat banyak informasi dalam teks atau bentuk
31
angka yang dikemas menjadi kombinasi antara teks dan gambar, memudahkan
pembaca untuk menangkap informasi penting dengan mudah dan cepat.
Gambar 2.13 Contoh Infografik
Gambar 2.13 diakses pada 15 Maret 2014 dari
http://www.customermagnetism.com/infographics/what-is-an-infographic/
Infografik memiliki dua tipe, yaitu, One-Level Deep dan Two-Level Deep.
One-Level Deep merupakan infografik yang berisi visual dan konten yang
sederhana, disertai satu atau dua sub judul. Sedangkan Two-Level Deep
memuat lebih banyak details seperti data statistik dan menggali topik yang
diangkat lebih dalam.
2.2.6 Teori Tipografi
Tipografi atau Typography menurut Surianto Rustan, adalah segala disiplin
yang berkenaan dengan huruf (2011 : 16). Pengolahan tipografi tidak hanya
terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan
32
tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah
bidang desain.
Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh
James Craig, antara lain sebagai berikut :
1.
Roman
Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip
pada ujungnya. Tebal dan tipis pada huruf Roman sangatlah kontras.
Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan
feminin.
2.
Egyptian
Jenis huruf Egyptian memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi
seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang
ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
3.
Sans Serif
Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak
memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang
sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini
adalah modern, kontemporer sama.
4.
Script
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena,
kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang
ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
5.
Miscellaneous
Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah
ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang
dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
2.3 Analisa
Analisis citra visual menurut Yongky Safanayong dalam bukunya yang berjudul
"Desain Komunikasi Visual Terpadu", terdiri dari delapan aspek atau perspektif.
Di antaranya adalah aspek etis, aspek historis, aspek kultural, aspek personal,
aspek kritikal, aspek estetis, aspek pragmatis, serta aspek nilai tambah.
33
Berdasarkan data yang telah didapat oleh penulis, penulis menggunakan tiga
aspek, yaitu aspek personal, aspek estetism dan aspek pragmatis. Aspek-aspek
ini digunakan untuk menerjemahkan data-data riset menjadi sebuah desain
komunikasi visual.
- Aspek Personal
Penulis menggunakan character yang menggambarkan dan dekat dengan
target audiens, yaitu wanita usia 17-21, Pelajar SMA dan Mahasiswi.
- Aspek Estetis
Penulis menggunakan kalimat-kalimat tanya dalam narasi yang memisahkan
setiap subjudul, yang memancing penonton untuk terus mengikuti animasi
edukasi ini sampai selesai.
- Aspek Pragmatis
Penulis menjelaskan cara mencegah kanker serviks, yaitu vaksinasi,
menjaga kebersihan tubuh, dan lain lain.
Download