BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Animasi Edukasi Animasi adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar, baik gambar tangan maupun dengan bantuan komputer sehingga menjadi gambar yang bergerak memiliki alur cerita dan menghibur. Edukasi adalah proses menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang. Sehingga, animasi edukasi adalah film bergambar yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan informasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan seseorang tentang suatu hal. Gambar 2.1 Contoh Animasi Edukasi Animasi Involve : What do people do all day? merupakan animasi yang diunggah pada situs vimeo () oleh Breakfast of Champion (London). Berdurasi 02:41 menit dan berisi tentang bagaimana seharusnya seseorang bekerja di bidang yang dia sukai, dan akan menghasilkan lebih dari yang tidak suka. Dan bekerja bukanlah sesuatu yang tidak menyenangkan. Breakfast of London (2012). Involve : What do people do all day?. diakses 19 Febuari 2014 dari https://vimeo.com/34921577 3 4 Gambar 2.2 Contoh Animasi Edukasi Animasi Tsunami Infographics berisikan tentang apa itu tsunami dan bagaimana terjadinya tsunami. Animasi ini berdurasi 2:25 menit dan diunggah ke situs youtube oleh Vancouver Film School. Vancouver Film School (2011). Tsunami Infographics. diakses 19 Febuari 2014 dari http://www.youtube.com/watch?v=3rYzx-1FHfQ Penulis telah melakukan survey pencarian data terkait mengenai animasi edukasi yang membahas tentang kanker serviks dan ternyata animasi yang mengangkat tema kanker serviks dengan Bahasa Indonesia terhitung sedikit. Sebagian besar animasi tentang ini, berbahasa Inggris dan hanya merupakan bagian atau tidak mencakup seluruh informasi yang dibutuhkan masyarakat. Gambar 2.3 Contoh Animasi Edukasi Kanker Serviks 5 Animasi Healthphone : Cervical Cancer Screening : Visual Inspection of the Cervix Using Acetic Acid (VIA) berdurasi 3:30 menit berisi tentang bagaimana tes screening dilakukan oleh dokter kepada wanita. Animasi ini tidak memakai narasi atau voice over dan hanya mengandalkan tulisan atau subtitle. Medical Aid Films (2012). Healthphone : Cervical Cancer Screening : Visual Inspection of the Cervix Using Acetic Acid. diakses 19 Febuari 2014 dari http://www.healthphone.org/maf/cervical-cancer-screening-visual-inspection-of-thecervix-using-acetic-acid.htm Gambar 2.4 Contoh Animasi Edukasi Kanker Serviks Animasi Kesehatan Reproduksi Kanker Serviks berdurasi 3:30 menit berisi tentang apa itu serviks, stadium kanker serviks dan cara mencegah kanker serviks. Animasi ini tidak memakai narasi atau voice over dan hanya mengandalkan tulisan atau subtitle. Mufida Dian Hardika (2013). Kesehatan Reproduksi Kanker Serviks diakses 19 Febuari 2014 dari http://www.youtube.com/watch?v=MeDG25QaHYY 2.1.2 Pengertian Kanker Kanker adalah hasil perubahan sifat sel yang menyebabkan sel mengalami pertumbuhan yang tidak normal dan tidak terkontrol. Sel normal mempunyai 'program bunuh diri' yang dikenal dengan istilah apoptosis. Bila sel tersebut 6 telah mencapai umur tertentu, program tersebut dimulai dan sel akan mati lalu digantikan oleh sel baru. Sebaliknya pada sel kanker, program apoptosis mengalami gangguan sehingga sel-sel tersebut pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkendali. Peningkatan jumlah sel yang tidak normal umumnya membentuk benjolan yang dikenal sebagai tumor atau kanker. Sel-sel yang berkembang tidak terkendali ini membutuhkan nutrisi dalam jumlah yang banyak sehingga akan terbentuk pembuluh-pembuluh darah baru dan 'merampok' nutrisi yang dibutuhkan sel-sel normal. Akibatnya, organ-organ tubuh akan mengalami kekurangan nutrisi dan mudah mengalami gangguan. Di sisi lain, ukuran tumor yang semakin besar juga akan mendatangkan banyak masalah. Tumor yang membesar akan 'merebut' ruang yang tadinya merupakan tempat organ tubuh. Ada dua istilah yaitu tumor dan kanker. Tumor umumnya tumbuh lokal setempat tidak menyebar, pertumbuhannya tidak terlalu cepat, tidak terlalu membahayakan tubuh, dan berukuran kurang dari 5cm. Sedangkan kanker tumbuhnya bersifat infiltratif, menembus ke berbagai organ sekitar, dapat menyebar melalui aliran darah dan getah bening, pertumbuhannya sangat cepat, dan sering menimbulkan banyak gangguan pada sistem organ. Istilah tumor lebih sering digunakan untuk benjolan yang sifat pertumbuhannya jinak dan lokal. Sedangkan kanker lebih mengacu pada benjolan dengan pertumbuhan yang cepat, menyebar, dan merusak jaringan lain. 2.1.3 Pemicu Kanker a. Keturunan Penelitian menunjukan bahwa wanita yang salah satu anggota keluarganya menderita kanker berisiko tinggi untuk terkena kanker. b.Usia Wanita yang memasuki masa menopause atau berusia di atas 50 tahun memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker ketimbang wanita muda. c. Karsinogenik Sesuatu bersifat karsinogenik berarti sesuatu tersebut memiliki potensi yang dapat menyebabkan perubahan struktur DNA hingga menjadi kanker. 7 d. Bahan kimia Asbes, arsen, merkuri, timbal, etionin, dan nikel dapat memicu terjadinya kanker. Demikian juga karbon, tar, dan asap rokok. serta alfatoksin yang terdapat pada jamur kacang-kacangan. e. Radiasi Radiasi dari zat-zat radioaktif, seperti uranium, plutonium, dan sinar ultraviolet telah lama diketahui dapat menimbulkan perubahan atau kecacatan pada struktur DNA f. Makanan Makanan tinggi lemak, kurang serat, dan mengandung pewarna atau pengawet yang tidak diijinkan untuk makanan dapat memicu kanker. Selain itu, makanan yang dipanggang dengan arang pun bersifat karsinogenik. h. Infeksi virus Beberapa virus telah diketahui bertanggung jawab terhadap timbulnya kanker. Virus papiloma dihubungkan dengan kanker leher rahim, virus hepatitis B dengan kanker hati. 2.1.4 Kanker Serviks Serviks adalah leher rahim pada wanita yang merupakan bagian terbawah dari rahim atau disebut juga uterine cervix. Janin tumbuh di dalam badan rahim (body of uterus). Serviks menghubungkan badan rahim dengan vagina atau jalan lahir. Bagian serviks yang paling dekat dengan badan rahim disebut dengan endocervix. Dan bagian yang lebih dekat dengan vagina adalah exocervix. Gambar 2.5 Bagan Alat reproduksi wanita Gambar 2.5 diakses dari http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094-pdf.pdf 8 Dua tipe sel yang terdapat pada serviks adalah sel squamous dan sel glandular. Keduanya saling bersebelahan di area transformasi. Kebanyakan kanker serviks bermula di sel-sel yang terdapat pada serviks. Sel-sel ini tidak seketika berubah menjadi kanker. Tetapi, sel normal pada serviks secara perlahan berkembang menjadi pra-kanker kemudian menjadi kanker. Dokter menggunakan beberapa kesepakatan untuk menggambarkan perubahan sel pra kanker ini, cervical intraepithelial neoplasia (CIN), squamous intraepithelial lesion (SIL), and dysplasia. Perubahan ini bisa di deteksi dengan Pap smear dan diobati untuk mencegah berkembangnya kanker. Kanker serviks dan pra-kanker diklasifikasikan sesuai dengan sel yang terlihat di bawah mikroskop. Ada dua tipe utama kanker serviks, squamous cell carcinoma and adenocarcinoma. Sekitar 80-90% kanker serviks terjadi di sel squamous carcinoma. Kanker ini berkembang di sel squamous yang menutupi area exocervix. Di bawah mikroskop, sel kanker tipe ini berasal dari sel - sel squamous. Sel squamous carcinoma paling banyak mulai menginfeksi pada bagian exocervix menyatu dengan endocervix. Gambar 2.6 sel squamous carcinoma dan Gambar 2.7 sel adenocarcinoma Gambar 2.6 di akses pada 20 Febuari 2014 http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTzWZrWpZ4iXfYxjX0qMG evGEIOQYDV35TpF3K8riKRxEuU0aEuxA Gambar 2.7 di akses pada 20 Febuari 2014 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/61/Adenocarcinoma_ moderate_differentiated_(rectum)_H%26E_magn_400x.jpg Sebagian besar kanker serviks lain adalah adenocarcinoma. Kanker serviks adenocarcinomas berkembang dari sel-sel penghasil lendir pada endocervix. 9 Ada juga tipe kanker serviks yang terdapat dua sel yang telah disebutkan, yaitu sel squamous carcinomas dan adenocarcinomas, yang disebut dengan adenosquamous carcinomas. Walaupun kanker serviks bermula dari pra-kanker, hanya sebagian wanita dengan sel pra-kanker yang akan berkembang menjadi kanker. Perkembangan dari pra-kanker menjadi kanker biasanya memakan beberapa tahun, tetapi bisa juga terjadi dalam kurang dari satu tahun. Untuk kebanyakan wanita, sel pra-kanker ini akan hilang tanpa butuh pengobatan apapun. Tetapi tetap saja, sebagian dari wanita dengan sel prakanker akan berkembang menjadi kanker yang ganas. Mengobati sel prakanker dapat mencegah hampir semua kanker. 2.1.5 Penyebab Kanker Serviks Adapun beberapa aktivitas dan hal berikut yang memiliki resiko dapat menyebabkan kanker serviks: 1. Human papilloma virus (HPV) Faktor utama kanker serviks adalah terinfeksi oleh human papilloma virus atau disingkat HPV. HPV adalah grup virus yang berisikan lebih dari 150 jenis. Virus ini menyebabkan tumbuhnya papilloma atau lebih dikenal dengan kutil. Virus HPV menginfeksi sel pada permukaan kulit, alat kelamin, anus, mulut dan tenggorokan, tetapi tidak darah atau organ dalam seperti jantung atau paru-paru. Virus HPV bisa diteruskan dari satu orang ke orang lain melalui kontak kulit. HPV menyebar melalui hubungan seks, termasuk vaginal dan anal, bahkan oral seks. Berbeda tipe HPV, dapat menyebabkan kutil di bagian tubuh yang berbeda. Kasus-kasus yang banyak ditemui adalah kutil di tangan dan kaki, ada pula yang di bibir atau lidah. HPV tipe tertentu bahkan bisa menyebabkan kutil di daerah kemaluan pria dan wanita. Kasus ini disebut dengan genital warts atau condyloma acuminatum. Kebanyakan disebabkan oleh HPV 6 dan HPV 11. HPV tipe ini disebut juga resiko rendah HPV karena jarang sekali berhubungan dengan kanker. 10 Gambar 2.8 warts atau kutil Gambar 2.8 di akses 20 Febuari 2014 dari http://images.medicinenet.com/images/illustrations/warts_common.jpg Ada juga tipe HPV yang disebut resiko tinggi HPV karena sangat berhubungan erat dengan kanker, termasuk kanker serviks, vulva, dan vagina, kanker penis pada pria dan kanker anus, mulut, serta tenggorokan untuk pria dan wanita. HPV tipe ini adalah HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV 33, dan HPV 45 dan beberapa lainnya. Orang yang terinfeksi oleh virus HPV resiko tinggi ada kemungkinan tidak merasakan gejala apapun sampai pra-kanker berubah menjadi kanker. Dokter percaya bahwa seorang wanita harus terinfeksi oleh virus HPV untuk bisa nantinya berkembang menjadi kanker serviks. Walaupun ini berarti infeksi bisa dari virus resiko tinggi mana saja, namun 2/3 dari semua kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18. 2. Berganti-ganti pasangan Berganti-ganti pasangan seks dan pola kehidupan seksual yang menyimpang dapat menyebabkan wanita rentan terhadap penyakit hubungan seksual dan menjadi mudah terinfeksi HPV. 3. Hubungan seks usia muda Semakin dini usia pertama melakukan hubungan seksual, semakin dini leher rahim terpapar 'dunia luar', dan semakin besar peluang terinfeksi HPV. Selain itu, sel-sel leher rahim yang muda belum mempunyai pertahanan yang baik dan rentan mengalami kerusakan. 11 4. Terlalu sering berhubungan Frekuensi hubungan seksual yang terlalu sering dapat menyebabkan leher rahim terangsang. Rangsangan terhadap leher rahim yang terlalu tinggi akan menyebakan sel-sel mengalami kerusakan dan perubahan sifat sel. 5. Melahirkan terlalu sering Proses persalinan sedikit banyak akan melukai dan merusak leher rahim. Semakin sering melahirkan, semakin banyak perlukaan dan kerusakan sel yang terjadi. Penelitian menunjukan wanita yang melahirkan lebih dari tiga kali mempunyai resiko terkena kanker serviks lebih tinggi dibandingkan mereka yang melahirkan kurang dari tiga kali. 6. Merokok Saat seseorang merokok, dia dan orang di sekitarnya akan terekspose oleh zat-zat kimia berbahaya yang memberi efek negatif tidak hanya bagi paruparu. Zat kimia berbahaya ini terhirup, masuk ke paru-paru dan terbawa ke pembuluh darah seluruh tubuh. Perempuan yang merokok beresiko dua kali lebih besar dari mereka yang tidak merokok. Kandungan tembakau ditemukan pada sel penghasil lendir servix pada wanita yang merokok. Para ahli percaya bahwa kandungan ini dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel serviks dan menjadi pendukung dari perkembangan kanker serviks. Merokok juga dapat menurunkan sistem imun tubuh terhadap virus HPV. Oleh karena itulah, resiko kanker serviks meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah batang rokok yang dihisap. 7. Kontrasepsi hormonal Penggunaan kontrasepsi hormonal, yakni metode kontrasepsi dengan menggunakan hormon estrogen dan progesteron dalam jangka waktu lama akan meningkatkan resiko kanker serviks. Penggunaan 10 tahun meningkatkan resiko sampai 2 kali. 8. Penurunan imun tubuh Virus HIV atau Human Immunodeficiendy Virus adalah virus yang menyebabkan AIDS, yang merusak imun tubuh, dan membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi virus HPV. 9. Diet Wanita yang dietnya tidak mencukupi kebutuhan buah dan sayur juga bisa berpotensi untuk terjangkit kanker serviks. 12 10. Hamil di usia muda Wanita yang lebih muda dari 17 tahun dan sudah melahirkan pada usianya yang muda mempunya potensi dua kali lebih besar terkena kanker serviks daripada mereka yang menunggu hingga umur 25 tahun atau lebih. American Cancer Society (2013). Cervical Cancer. diakses 19 Febuari 2014 dari http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094-pdf.pdf Sari, Wening, Lili Indrawati, Basuki Dwi Harjanto. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus. 2.1.6 Fase Kanker Serviks Adapun fase-fase atau stadium pada kanker serviks adalah sebagai berikut : Gambar 2.9 Fase pada kanker serviks Gambar 2.9 diakses pada 20 Febuari 2014 dari http://waspadakanker.files.wordpress.com/2012/12/0413cbjvup_stadium_ kanker_serviks.jpg Stadium 0 Stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor masih dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks. Stadium I Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun. Stadium I dibagi menjadi: 13 Stadium IA1 Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. Stadium IA2 Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. Stadium IB1 Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm. Stadium IB2 Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm. Stadium II Kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi menjadi: Stadium IIA Kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina. Stadium IIB Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul. Stadium III Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih. Stadium IV Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, atau paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi: Stadium IVA Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rectum Stadium IVB Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru. 14 2.1.7 Pap smear Tes papanicolau atau yang biasa disebut pap smear adalah sebuah metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya potensi pra-kanker ataupun kanker pada serviks.Tes ini diberikan nama sesuai penemunya yaitu Georgios Papanikolau. Gambar 2.10 Tes pap smear Gambar 2.10 diakses 20 Febuari 2014 dari http://www.riversideonline.com/source/images/image_popup/w7_paptest. jpg Tes ini dilakukan dengan menggunakan speculum, yang digunakan untuk membuka vaginal canal agar dokter bisa mengambil sel dri serviks. Sel serviks tersebut kemudian diobservasi dengan menggunakan mikroskop untuk melihat ada tidaknya keabnormalan. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi potensi perubahan sel pra-kanker. Para ahli menyatakan ada rekomendasi baru untuk pap smear, yang dibedakan menurut kelompok usia dan riwayat kesehatan. Di antaranya: 1. Perempuan antara usia 21-65 tahun dapat memperpanjang skrining kanker serviks-nya setiap 5 tahun jika menjalani tes human papilloma virus (HPV) pada saat yang sama seperti pap smear. Infeksi HPV adalah salah satu penyebab utama kanker serviks. 15 2. Perempuan yang usianya melebihi 65 tahun dan pernah melakukan skrining sebelumnya dan dinyatakan tidak berisiko tinggi dan tidak perlu lagi melakukan papsmear. 3. Perempuan di bawah usia 30 tahun tidak boleh menjalani tes HPV. Karena infeksi sangat lazim pada perempuan usia muda tapi bisa sembuh tanpa harus diobati. 4. Perempuan yang telah menjalani histerektomi dengan pengangkatan leher rahim dan yang tidak memiliki riwayat kantker serviks atau prakanker tidak perlu diskrining, karena risiko yang terkait dengan skrining lebih besar daripada manfaatnya. 2.1.8 Gejala Kanker Serviks Kanker serviks pada stadium awal tidak menunjukan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala. Namun, setelah mencapai stadium lanjut gejalagejala yang ditimbulkan antara lain : - Keputihan yang tidak normal Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal. - Pendarahan sesudah berhubungan seks - Pendaharan sesudah menopause - Keluar cairan abnormal (kekuningan, berbau tidak sedap, dan bercampur darah) 2.1.9 Pencegahan Kanker Serviks A. Hindari HPV HPV adalah penyebab utama pra-kanker dan kanker serviks, menghindari HPV dapat mencegah terkena kanker. HPV dapat menyebar melalui tidak hanya melalui seks, yang diperlukan hanyalah kontak kulit yang terinfeksi. Bahkan, penyebaran dapat terjadi dari tangan ke alat kelamin. Wanita yang terinfeksi kebanyakan adalah wanita muda dan berumur kurang dari 30. Sering melakukan hubungan seks pada usia muda dan berganti pasangan meningkatkan resiko terkena HPV. Wanita yang 16 memiliki banyak pasangan seksual lebih besar resikonya untuk terkena HPV, tetapi wanita yang hanya memiliki satu partner pun bisa terinfeksi, jika pasangannya pernah memiliki kehidupan seks yang aktif dengan banyak orang. Menunggu untuk melakukan hubungan seks hingga usia dewasa juga dapat membantu untuk menghindari HPV. Hal ini membantu membatasi banyaknya pasangan seksual dan menghindari melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah bergonta-ganti pasangan sebelumnya. HPV tidak selalu menyebabkan kutil atau gejala lainnya, kadang seseorang yang telah terinfeksi HPV selama bertahun-tahun bisa saja tidak memiliki gejala apapun. Seseorang dengan virus HPV dapat meneruskan virus itu tanpa ia sendiri tahu. B. Jangan merokok Tidak merokok adalah hal penting yang harus dilakukan agar mengurangi resiko kanker serviks. C. Kondom Kondom memberikan setidaknya sedikit proteksi terhadap HPV. Pria yang menggunakan kondom lebih kecil resikonya untuk terkena HPV dan meneruskannya ke wanita pasangan seksualnya. Tetapi, kondom harus digunakan dengan benar supaya bisa mengurangi resiko terinfeksi. Studi mengatakan kondom yang dipakai dengan benar dapat mengurangi resiko HPV hingga 70%, jika dipakai setiap kali mereka melakukan hubungan seks. Alasan kenapa Kondom tidak melindungi sepenuhnya adalah karena kondom tidak menutup semua kemungkinan HPV- area yang terinfeksi, seperti kulit pada kemaluan. D. Vaksin Waktu yang tepat untuk memberikan vaksin ini adalah pada usia remaja atau usia yang belum terjadinya kontak seksual. Menurut penelitian, saat pertama kali berhubungan seksual hingga berusia 20 atau 24 tahun adalah masa di mana wanita sangat rentan terkena infeksi yang merupakan penyebab dari kanker serviks. Meskipun demikian, tidak ada batasan bagi orang yang ingin melakukan vaksinasi di atas usia 10 tahun, selama ia belum mengidap penyakit tersebut. Karena pemberian vaksin pada tubuh yang telah terserang HPV akan kurang efektif. Oleh karena itu, bagi wanita 17 yang aktif secara seksual, dianjurkan terlebih dahulu untuk melakukan screening sebelum diberikan vaksin. Screening digunakan untuk mendeteksi sel abnormal penyebab kanker serviks. Adapun vaksin pencegah kanker serviks terdiri dari dua macam yakni vaksin Gardasil dan Cervarix yang dapat mencegah dari serangan virus HVP tipe 16 dan 18. Tingkat keberhasilan pencegahan kanker serviks menggunakana vaksin ini adalah 80 hingga 95 persen. Kedua vaksin ini bertugas untuk melatih kekebalan tubuh dengan mengenali sel asing kemudian menyerangnya. Selain mencegah HPV tipe 16 dan 18, vaksin ini juga efektif menghambat HPV tipe lainnya. Vaksinasi kanker serviks dilakukan tiga kali dan dalam rentan waktu tertentu. Jarak dari vaksin pertama ke vaksin kedua adalah satu bulan. Sedangkan jarak dari vaksin kedua adalah lima bulan. Namun, penyuntikan vaksin ini dilarang bagi wanita yang sedang mengandung. Anonim, Diakses pada 20 Febuari 2014 di http://www.aviva.co.id/id/index.php?option=com_content&view=article&id=230:pentin gnya-vaksinasi-kanker-serviks-pada-remaja&catid=83&Itemid=741&lang=en American Cancer Society (2013). Cervical Cancer. diakses 19 Febuari 2014 dari http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094-pdf.pdf Sari, Wening, Lili Indrawati, Basuki Dwi Harjanto. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus. 2.1.10 Pengobatan Kanker Serviks Pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-metode di atas. Dokter anda dapat menjelaskan pilihan-pilihan cara pengobatan di atas, hasil yang diharapkan dari masing-masing cara pengobatan, dan efek samping yang mungkin timbul. 1. Pembedahan Pembedahan merupakan salah satu pilihan untuk wanita dengan kanker leher rahim Stadium 1 atau 2. Dokter bedah mengangkat jaringan yang mungkin memuat sel-sel kanker: 18 Gambar 2.11 Bagan pembedahan kanker serviks Gambar 2.11 diakses pada 15 Maret 2014 dari http://www.kanker-serviks.net/wpcontent/downloads/547375398HGIHGJHGLH848740tiaojaJTAEF9FAJjoefjj99/eb_pan d_ks.pdf Trakelektomi radikal (radical trachelectomy) : Dokter bedah mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk wanita dengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari. Histerektomi Total: Dokter bedah mengangkat leher rahim dan rahim. Histerektomi Radikal: Dokter bedah mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari vagina. Dengan histerektomi total maupun radikal, ahli bedah dapat mengangkat jaringan lainnya: Saluran telur dan ovarium: Dokter bedah dapat mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingoooforektomi. Kelenjar getah bening: Ahli bedah dapat mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah mereka mengandung kanker. Jika sel kanker telah mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. 19 2. Terapi Radiasi (Radioterapi) Terapi radiasi atau disebut juga dengan radioterapi adalah salah satu pilihan bagi wanita yang menderita kanker leher rahim dengan stadium berapa pun. Wanita dengan kanker leher rahim tahap awal dapat memilih terapi radiasi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apapun yang masih menetap di daerah tersebut. Wanita dengan kanker yang menyerang bagian-bagian selain leher rahim mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi. Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini hanya mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati. Dokter menggunakan dua jenis terapi radiasi untuk mengobati kanker leher rahim/serviks. Beberapa wanita menerima kedua jenis terapi ini: Terapi radiasi eksternal : Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya diberikan di rumah sakit atau klinik. Anda mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit. Terapi radiasi internal: Sebuah tabung tipis ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat radioaktif dimasukkan ke dalam tabung tersebut. Anda mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari). Atau bisa juga sesi pengobatan berlangsung beberapa menit, dan anda bisa pulang setelahnya. Setelah zat radioaktif diangkat, radioaktivitas tidak ada yang tersisa dalam tubuh anda. radiasi internal ini dapat diulang dua kali atau lebih selama beberapa minggu. 3. Kemoterapi Untuk mengobati kanker serviks, kemoterapi biasanya dikombinasikan dengan terapi radiasi. Untuk kanker yang telah menyebar ke organ-organ yang jauh, kemoterapi saja dapat digunakan. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker serviks biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Anda bisa menjalani kemoterapi di klinik, di kantor dokter, atau di rumah. 20 2.1.11 Hasil Kuisioner Penulis melakukan survey melalui kuisioner yang disebarkan melalui internet. Berikut adalah hasil kuisioner dari 105 responden. 21 2.1.12 Analisa Hasil Survey Dari hasil survey tersebut, dapat disimpulkan analisa-analisa berikut : Pertanyaan 1 - 2 Memperlihatkan bahwa responden kebanyakan perempuan dengan persentase sebesar 65 % (68 responden) dengan range umur paling banyak 17 - 25 tahun sebanyak 83 % (87 responden). Pertanyaan 3 - 4 Membahas tentang kehidupan seks responden yang akan tetap anonim. Sebanyak 59 % ( 62 responden) menyatakan bahwa belum pernah melakukan hubungan seks. Dari 43 responden yang menjawab sudah pernah melakukan hubungan seks, 27 responden diantaranya melakukan hubungan seks di antara umur 17 - 25 tahun. Pertanyaan 5 Membahas tentang sudah pernahkah responden melakukan tes papsmear. Sebanyak 51% (34 dari 68 responden wanita) tidak mengetahui apa itu tes papsmear. 22 Pertanyaan 6 Membahas tentang pengetahuan responden tentang seks dibawah umur. Sebanyak 57% (60 responden) menyatakan tidak tahu bahwa seks di bawah umur dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Pertanyaan 7 Membahas tentang pengetahuan responden tentang kemungkinan laki-laki juga terkena virus HPV yang dapat menyebabkan kanker. Sebesar 73% (77 responden) menyatakan tidak tahu. Pertanyaan 8 -9 Membahas tentang kebiasaan merokok responden. sebanyak 57% (60 responden) menyatakan bukan perokok aktif ataupun pasif. Dan sebanyak 57% (60 responden) menyatakan ketidaktahuan bahwa merokok bisa meningkatkan resiko kanker serviks. Pertanyaan 10 - 11 Membahas tentang vaksin kanker serviks dan gejalanya. Sebanyak 52% (55 responden) menyatakan ketidaktahuan tentang adanya vaksin kanker serviks. Dan sebanyak 79% (83 responden) menyatakan ketidaktahuan tentang gejala kanker serviks. 2.1.13 Hasil Wawancara Penulis melakukan survey melalui wawancara kepada dr. Chrisdiono M Achadiat.SpOG yang merupakan seorang dokter spesialis kandungan. Beliau mengatakan bahwa kanker serviks adalah suatu tumor dengan perubahan ganas yang terjadi pada serviks uteri atau leher rahim. Sembilan puluh persen kanker serviks disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) subtipe 16 dan 18. Beliau juga mengatakan sebaiknya, perempuan yang sudah menstruasi segera di imunisasi dengan vaksin kanker serviks. Ada dua tipe vaksin, yaitu Gardasil dan Cervarix. Cervarix adalah vaksin khusus untuk virus HPV tipe 16 dan 18. Sedangkan Gardacil juga untuk beberapa virus HPV tipe lain. Imunisasi ini, dilakukan secara bertahap. Jika seseorang di vaksin hari ini, dia harus kembali di vaksin bulan depan, kemudian 6 bulan kemudian. Biasanya vaksin kanker serviks berupa paket dan terbilang cukup mahal. 23 2.1.14 Kanker di Indonesia Menurut buku 'Kanker di Indonesia tahun 2010 Data Histopatologik' yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Badan Registerasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia, dan Yayasan Kanker Indonesia, ada 3285 kasus kanker serviks di Indonesia. Jakarta menempati urutan pertama dengan angka 871 kasus disusul oleh Semarang dengan 352 kasus. Usia 45-54 tahun merupakan persentase paling besar sebanyak 37.5%. Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia menduduki peringkat atas penderita kanker adalah 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya pedesaan akan kanker serviks dan kurangnya sosialisasi dari intansi berwenang 2. Kemampuan ekonomi rendah serta tidak adanya pelayanan khusus tentang virus HPV sehingga tidak bisa melakukan pemeriksaan rutin 3. Faktor lingkungan yang kotor oleh tingkat polusi yang terus meninggi 2.1.15 Remaja di Indonesia Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukan, bahwa dari sampel 8.419 wanita usia 15-24 tahun, 10,4 % di antaranya merokok, dan 4,6 % minum-minuman beralkohol. Angka persentase wanita merokok dan mnum alkohol, yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibanding yang tinggal di pedesaan. Sebanyak 16,9% dari responden juga menyetujui hubungan seksual pranikah untuk wanita. 2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Teori Prinsip Dasar Animasi Pada tahun 1930an, dua animator Walt Disney merumuskan 12 prinsip animasi, yang sampai sekarang terus dipakai oleh para animator di seluruh dunia. Prinsip ini membantu produksi dan juga diskusi kreatif, serta melatih para animator muda untuk belajar lebih mudah dalam bekerja. Dua belas prinsip animasi umumnya mengenai, acting the performance, directing the performance, representing reality (melalui drawing, modeling, dan rendering), interpreting real world physcis, dan editing sequence of actions. Prinsip-prinsip 24 ini membantu animator untuk membuat karakter dan pengkondisian lebih hidup. Kedua belas prinsip tersebut meliputi dasar-dasar gerak, pengaturan waktu, peng-kaya-an visual, sekaligus teknis pembuatan sebuah animasi (Ardiyansah,2010). 1. Solid Drawing Kemampuan menggambar sebagai dasar utama animasi memegang peranan yang menentukan “baik proses maupun hasil” sebuah animasi, terutama animasi klasik. Meskipun kini peran gambar yang dihasilkan sketsa manual sudah bisa digantikan oleh komputer, tetapi dengan pemahaman dasar dari prinsip ‘menggambar’ akan menghasilkan animasi yang lebih ‘peka’. 2. Timing & Spacing Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus dilakukan, sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak. 3. Squash & Stretch Squash and strecth adalah upaya penambahan efek lentur (plastis) pada objek atau figur sehingga seolah-olah ‘memuai’ atau ‘menyusut’ sehingga memberikan efek gerak yang lebih hidup. Penerapan squash and stretch akan membuat mereka (benda-benda mati tersebut) tampak atau berlaku seperti benda hidup. 4. Anticipation Anticipation boleh juga dianggap sebagai persiapan/awalan gerak atau ancang-ancang. Seseorang yang bangkit dari duduk harus membungkukkan badannya terlebih dahulu sebelum benar-benar berdiri. Pada gerakan melompat, seseorang yang tadinya berdiri harus ada gerakan ‘membungkuk’ terlebih dulu sebelum akhirnya melompat. 5. Slow In and Slow Out Slow In dan Slow Out menegaskan bahwa setiap gerakan memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda-beda. Slow in terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi cepat. 25 6. Arcs Pada animasi, sistem pergerakan tubuh pada manusia, binatang, atau makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola/jalur (maya) yang disebut Arcs. Hal ini memungkinkan mereka bergerak secara ‘smooth’ dan lebih realistik, karena pergerakan mereka mengikuti suatu pola yang berbentuk lengkung (termasuk lingkaran, elips, atau parabola). 7. Secondary Action Secondary action adalah gerakan-gerakan tambahan yang dimaksudkan untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak lebih realistik. Secondary action tidak dimaksudkan untuk menjadi ‘pusat perhatian’ sehingga mengaburkan atau mengalihkan perhatian dari gerakan utama. Kemunculannya lebih berfungsi memberikan emphasize untuk memperkuat gerakan utama. 8. Follow Through and Overlapping Action Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Misalnya, rambut yang tetap bergerak sesaat setelah melompat. 9. Straight Ahead Action and Pose to Pose Dari sisi resource dan pengerjaan, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk membuat animasi. Yang pertama adalah Straight Ahead Action, yaitu membuat animasi dengan cara seorang animator menggambar satu per satu, frame by frame, dari awal sampai selesai seorang diri. 10. Staging Staging dalam animasi meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene. 11. Appeal Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual dalam animasi. Kita bisa dengan mudah mengidentifikasi gaya animasi buatan Jepang dengan hanya melihatnya sekilas. Kita juga bisa melihat style animasi buatan Disney atau Dreamworks cukup dengan melihatnya beberapa saat. Hal ini karena mereka memiliki appeal atau gaya tersendiri dalam pembuatan karakter animasi. 26 12. Exaggeration Exaggeration merupakan upaya mendramatisir animasi dalam bentuk rekayasa gambar yang bersifat hiperbolis. Dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat sebagai bentuk ekstrimitas ekspresi tertentu dan biasanya digunakan untuk keperluan komedi 2.2.2 Teori Warna Warna merupakan unsur penting dalam desain, karena dengan warna,suatu karya desain akan memiliki arti dan nilai lebih. Warna dapat memberikan informasi secara visual dan psikologis, serta dapat mempengaruhi emosi seseorang, dimana hal ini juga dapat diterapkan ke dalam animasi. Penggunaan warna yang tepat, pada waktu yang tepat serta lokasi yang tepat dapat membantu untuk menyampaikan pesan dengan lebih baik kepada audiens. Respon audiens dapat dimanipulasi serta diarahkan oleh penggunaan warna. Tiga perbedaan yang jelas dan karakteristik yang dapat diukur dari semua warna seringkali dikenal dengan Tiga Dimensi Warna. Tiga Dimensi Warna terdiri dari: 1. Hue Hue merupakan istilah yang digunakan untuk menamai warna, yaitu merah,kuning, dan biru 2. Intensity Intensity adalah kekuatan dari sebuah warna. Intensity juga sering disebut sebagai saturasi atau brightness 3. Value Value pada warna adalah kejernihan atau kemurnian. Warna murni tidak memiliki penambahan putih, hitam atau abu-abu dan sering diistilahkan sebagai bright, dimana warna dengan penambahan putih dikenal sebagai tint. Warna dengan penambahan hitam disebut dengan shade, dan penambahan dengan abu-abu disebut muted. Value yang digunakan sebagai warna tanpa penambahan hue disebut dengan achromatics yang terdiri dari putih, abu-abu dan hitam. Harmoni warna merupakan komposisi warna yang memberikan kenyamanan bagi mata. Secara normal, pikiran berusaha untuk menyamakan atau menetralisir rangsangan dari efek yang ekstrim karena pencahayaan yang ekstrim sangat 27 mengganggu. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan warna yang harmonis: 1. Monochromatic Warna yang dicapai dengan penambahan nilai putih dan hitam pada sabuah warna. 2. Komplementer Warna komplementer merupakan warna yang berlawanan pada lingkaran warna. Harmoni dapat dicapai bukan dengan melalui pertalian warna melainkan melalui warna kontras yang harmonis. 3. Analog Warna Analog merupakan warna yang sangat dekat atau bersebelahan posisinya dalam lingkaran warna 2.2.3 Teori Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. 1. Kognitif Kognitif, meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah : 1. Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu. 2. Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu. 28 3. Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai. 4. Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui. 2. Afektif Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi. Afektik disusun oleh Bloom dan David Kathwol terdiri dari : 1. Penerimaan, kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. 2. Tanggapan, memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. 3. Penghargaan, berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku. 4. Pengorganisasian, memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. 5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai, karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai 3. Psikomotor Psikomotor menurut Simpson, 1972, menyangkut keterampilan gerakan dan koordinasi secara fisik dalam menggunakan keterampilan fisik. Ukuran pengembangan keterampilan fisik adalah kecepatan, ketepatan, 29 jarak, prosedur, atau teknik pelaksanaan. Tingkat penguasaan keterampilan terbagi dalam tujuh kategori, yaitu : 1. Mempersepsikan, yaitu keterampilan menggunakan berbagai isyarat sensor untuk melakukan aktivitas motorik seperti keterampilan menerjemahkan isyarat indra. Kata kunci yang digunakan dalam keterampilan ini ialah memilih, menggambarkan, mendeteksi, membedakan, mengidentifikasi, mengisolasi, dan menghubungkan. 2. Menyiapkan; meningkatkan kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan suatu tindakan. Kata kunci yang digunakan dalam keteramilan ini ailah; memulai, menyajikan, menerangkan, bergerak, menghasilkan, berkreasi, dan menyatakan. 3. Menanggapi respon; tahap awal dalam keterampilan belajar yang kompleks adalah keterampilan meniru. Ketepatannya ditentukan latihan. Kata kunci yang digunakan adalah meng-copy, mengikuti jejak, memperbanyak, merespon, dan bereaksi. 4. Mekanis, adalah tahap peralihan dalam belajar melalui pengembangan kebiasaan dan melakukan gerakan yang didukung dengan keyakinan dan rasa percaya diri. Kata kunci yang digunakan adalah merakit, mengkalibarasi, menbangun konstruksi, membongkar, menampilkan, mengikat, memperbaiki, memanaskan, memanipulasi, mengukur, mencampur, mengorganisasikan, memubuat sketsa. 5. Mengembangkan respon yang kompleks. Keterampilan direfleksikan dalam gerak yang kompleks. Kemahiran ditunjukkan dengan kinerja yang cepat, akurat, sangat terkoordinasi, dan menggunakan energi minimal. Kategori ini termasuk melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, dan aksi otomatis. Contoh dalam bermain sepakbola yang menggunakan kata kunci; bertindak cepat, akurat, terkoordinasi. 6. Adaptasi: Keterampilan yang dikembangkan dengan baik secara individu dapat memodifikasi pola pergerakan sesuai persyaratan khusus. Kata kunci yang digunakan menyesuaikan, menggubah, menata kembali, mereorganisasi, merevisi, memvariasikan. 7. Orisinalitas; membuat gerakan baru sehingga sesuai dengan keadaan tertentu. Pembelajaran menekankan pada pengembangan 30 kreativitas yang berlandaskan keterampilan tinggi. Kata kunci yang digunakan adalah menyusun, membangun, menggabungkan, mengarang, mengkonstruksi, menciptakan, mendesain, memulai, dan membuat. Benkyoshimasou (2012), Taksonomi Bloom : Menggembangkan Startegi Berpikir Berbasis, diakses 17 Maret 2014 dari http://benkyoshimasou.wordpress.com/2012/11/30/taksonomi-bloommengembangkan-strategi-berpikir-berbasis/ 2.2.4 Teori Naratif Teori naratif cenderung erat kaitannya dengan naratorologi, yakni proses menyampaikan suatu cerita. Naratif juga berasal dari kata narasi yaitu suatu cerita tentang peristiwa atau kejadian dengan adanya paragraf narasi yang disusun dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis. Tujuannya, pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan. Seymour Chatman (1978) dikenal dengan teori naratif pada sebuah film, beliau berusaha menjelaskan tentang wacana naratif, menurutnya teori ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan cerita dari ‘maksud pengarang’ dan ‘penangkapan pembaca’ sebaik ‘narator’ dan ‘naratee’ menuliskan di dalam penggambaran sebuah tampilan. Mouldivi Rizki (2013) diakses pada 14 Maret 2014 http://moulidvi-r-pfib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-81023-Umum-Teori%20Naratif.html 2.2.5 Teori Infographic Infographic atau infografik menurut Mark Smiciklas dalam bukunya yang berjudul the Power of Infographic (2012) adalah visualisasi data atau ide yang mencoba untuk menerangkan informasi komplek kepada audiens dengan metode yang mudah di konsumsi dan mudah di mengerti. Infografik menyajikan informasi yang cepat jelas dan kompleks, seperti tanda, peta, jurnalisme, pendidikan, dan pengetahuan. Infografik merupakan sebuah representasi sekumpulan data atau sebuah instruksi. Infografik biasanya memuat banyak informasi dalam teks atau bentuk 31 angka yang dikemas menjadi kombinasi antara teks dan gambar, memudahkan pembaca untuk menangkap informasi penting dengan mudah dan cepat. Gambar 2.13 Contoh Infografik Gambar 2.13 diakses pada 15 Maret 2014 dari http://www.customermagnetism.com/infographics/what-is-an-infographic/ Infografik memiliki dua tipe, yaitu, One-Level Deep dan Two-Level Deep. One-Level Deep merupakan infografik yang berisi visual dan konten yang sederhana, disertai satu atau dua sub judul. Sedangkan Two-Level Deep memuat lebih banyak details seperti data statistik dan menggali topik yang diangkat lebih dalam. 2.2.6 Teori Tipografi Tipografi atau Typography menurut Surianto Rustan, adalah segala disiplin yang berkenaan dengan huruf (2011 : 16). Pengolahan tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan 32 tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah bidang desain. Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain sebagai berikut : 1. Roman Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Tebal dan tipis pada huruf Roman sangatlah kontras. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. 2. Egyptian Jenis huruf Egyptian memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil. 3. Sans Serif Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer sama. 4. Script Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab. 5. Miscellaneous Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental. 2.3 Analisa Analisis citra visual menurut Yongky Safanayong dalam bukunya yang berjudul "Desain Komunikasi Visual Terpadu", terdiri dari delapan aspek atau perspektif. Di antaranya adalah aspek etis, aspek historis, aspek kultural, aspek personal, aspek kritikal, aspek estetis, aspek pragmatis, serta aspek nilai tambah. 33 Berdasarkan data yang telah didapat oleh penulis, penulis menggunakan tiga aspek, yaitu aspek personal, aspek estetism dan aspek pragmatis. Aspek-aspek ini digunakan untuk menerjemahkan data-data riset menjadi sebuah desain komunikasi visual. - Aspek Personal Penulis menggunakan character yang menggambarkan dan dekat dengan target audiens, yaitu wanita usia 17-21, Pelajar SMA dan Mahasiswi. - Aspek Estetis Penulis menggunakan kalimat-kalimat tanya dalam narasi yang memisahkan setiap subjudul, yang memancing penonton untuk terus mengikuti animasi edukasi ini sampai selesai. - Aspek Pragmatis Penulis menjelaskan cara mencegah kanker serviks, yaitu vaksinasi, menjaga kebersihan tubuh, dan lain lain.