BAB 4 ANALISA 4.1 Analisa Aspek Lingkungan dan Tapak Sebelum melakukan analisa lingkungan, dibutuhkan pengenalan terhadap kawasan secara fisik sebagai berikut : ∗ Kedudukan administrasi tapak Propinsi : DKI Jakarta Kota madya: Jakarta Utara Kecamatan : Penjaringan Kelurahan : Pluit ∗ Batas tapak Sebelah utara : Laut Jawa, Teluk Jakarta Sebelah timur : Jalan Pluit Karang Barat Sebelah barat : Kali Angke, Hutan Mangrove Angke Sebelahan selatan : Muara Karang, Kali Angke, Jalan Pluit Karang Asri ∗ Luas tapak ±12 ha ∗ Topografi relatif datar, elevasi rata-rata +2.1m dari surut rendah (LWS). ∗ Kondisi pasang surut kawasan : High Water Level (HWL) = +1.200m Mean Sea Level (MSL) = +0.60m Low Water Level (LWL) = +0.00m ∗ Peraturan pemerintah Peruntukkan tanah : Karya Industri dan Pergudangan Penggunaan : Gedung pelelangan ikan, kolam pelabuhan kapal ikan, dermaga untuk pendaratan hasil perikanan dan tambat labuh, dak dan galangan kapal ikan, pasar grosir, gedung perkantoran, pengolahan ikan, tempat kolam pengeringan penampungan dan limbah, gedung serba guna, gedung industri perikanan, restoran pujaseri (pusat jajanan serba ikan), cold storage, gudang. 29 30 Gambar 4.1. Data tapak 4.1.1 Tipe bangunan : Tunggal GSB : ½ row jalan di sekitarnya KDB / KLB / Ketinggian bangunan : 40 / 0.8 / 4 Luas lahan yang dapat dibangun : 40% x 12ha = 4.8ha Analisa potensi sekitar tapak Muara Angke merupakan salah satu kawasan strategis kotamadya Jakarta Utara. Menurut RTRW Kota DKI Jakarta tahun 2010-2030, kawasan ini merupakan kawasan terpadu yang mendukung pertumbuhan perekonomian kota melalui sektor industri dan pariwisata. Lokasi tapak perencanaan meliputi areal pelabuhan perikanan yang telah ada beserta areal industri lainnya dan areal wisata dengan pengembangan ke arah Teluk Jakarta. 31 Kawasan terpadu Muara Angke Gambar 4.2. Peta arahan kawasan strategis Jakarta Utara Agar terbentuk kawasan yang terpadu dengan aksesibilitas yang baik, maka faktor lingkungan sekitar kawasan juga harus diperhatikan. Lingkungan sekitar memiliki potensi yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kawasan sehingga perlu ada timbal balik antara kawasan dengan lingkungan sekitar. Baik yang berbatasan langsung dengan kawasan maupun tidak. Gambar 4.3. Peta potensi di sekitar tapak 32 NO 1. Tabel 4.1. Analisa Potensi di Sekitar Tapak NAMA KETERANGAN Lahan kosong Penambahan lahan di atas peruntukkan marga drainase dan tata air ini direncanakan untuk meletakkan pasar lapak ikan yang baru. 2. Ruang terbuka hijau 3. Perkampungan kumuh nelayan 4. 5. Pelabuhan Muara Angke Kolam limbah Jika lahan ini difungsikan sebagai pasar maka akan mengurangi potensi view yang dibutuhkan oleh tapak. Selain itu juga menjadi penghalang view dari Pelabuhan Muara Angke ke arah tapak. Adanya ruang terbuka hijau di sisi selatan berpotensi memberikan jarak antara tapak dengan aktivitas di luar tapak sehingga menyamarkan kebisingan. Area ini dapat ditanami pohon berdaun lebat sebagai barrier dari sumber kebisingan di luar tapak dan sebagai peneduh pejalan kaki. Permukiman ini merupakan bangunan ilegal yang tidak diantisipasi oleh pemerintah pada awalnya. Permukiman ini muncul karena pemerintah belum memfasilitasi kebutuhan papan nelayan. Perkampungan illegal ini berpotensi negatif, memberi kesan kumuh dan bertambah banyaknya rumah-rumah illegal dalam kawasan. Pelabuhan Muara Angke termasuk fasilitas umum yang merupakan dermaga kapal resmi untuk berwisata ke Kepulauan Seribu. Dermaga ini berpotensi mengundang wisatawan melihat dan datang ke tapak, baik untuk berwisata, makan, maupun membeli oleh-oleh. Kolam limbah ini merupakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki oleh tapak. IPAL berperan penting dalam sistem drainase tapak karena berfungsi sebagai penyaring air kotor yang akan dibuang ke laut. Kolam limbah terletak sisi tapak yang berdekatan dengan Pelabuhan Muara Angke sehingga mengganggu view ke dalam tapak. 33 NO 6. 7. NAMA Rumah susun Buddha Tzu Chi Ruang terbuka hijau KETERANGAN Rumah susun milik swasta ini diperuntukkan bagi nelayan yang beraktivitas mengasinkan ikan. Jumlah unitnya 600 unit. Belum mencukupi kebutuhan hunian nelayan total yang mencapai ±3600 kk sehingga munculah bangunan permukiman ilegal yang kumuh. Rumah susun yang telah ada ini berpotensi menjadi hunian pelaku kegiatan dalam tapak. Area yang saat ini dimanfaatkan sebagai lapangan bola warga sekitar ini sebenarnya diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau. Berpotensi sebagai daerah serapan air hujan, mengalirkan angin ke dalam tapak, dan mengurangi kebisingan. 8. 9. 10. Pos pemadam kebakaran Terminal Muara Angke PD Pasar Jaya Pos pemadam kebakaran berdekatan dengan tapak sehingga dapat menjangkau tapak dengan cepat. Keberadaan pos ini menjadi upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran bagi tapak. Terminal di bagian depan kawasan Muara Angke ini terdiri dari angkutan umum dalam kota maupun luar kota. Transportasi umum yang terdaftar di terminal ini antara lain : kwk B01 dan bus antarkota. Adanya terminal memudahkan pencapaian menuju kawasan dan dari kawasan, dengan menggunakan transportasi umum. Bus antarkota digunakan oleh nelayan kapal yang tinggal di luar kota. Pasar ini tidak hanya menjual ikan, namun menjual bahan makanan dan kebutuhan hidup lainnya. Keberadaan pasar ini bermanfaat bagi penduduk yang tinggal di sekitar tapak dan bagi pedagang Pujaseri untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari sehingga mengurangi jarak perjalanan ke luar kawasan. 34 NO 11. 12. 13. 14. NAMA Pergudangan ikan Permukiman masyarakat kelas menengah ke bawah (Blok Ambalat) Kompleks Pluit Karang Barat Green Baywalk Pluit KETERANGAN Pergudangan ikan atau cold storage merupakan tempat penyimpanan ikan yang dimiliki oleh perusahaan tertentu. Cold storage ini menampung ikan-ikan dari TPI maupun langsung dari kapal nelayan. Bangunan ini berhubungan erat dengan tapak terutama dengan TPI dan dermaga pendaratan ikan. Permukiman ini dihuni oleh pedagang PD Pasar Jaya maupun nelayan yang beraktivitas dalam kawasan Muara Angke. Awalnya permukiman ini termasuk kampung kumuh namun saat init telah ditertibkan dan diresmikan menjadi Blok Ambalat dengan RT dan RW yang jelas. Penduduk di blok ini terdiri dari ±1000 kk. Memiliki potensi mendukung kegiatan di dalam kawasan, baik sebagai konsumen pasar maupun area hunian bagi sebagian pedagang PD Pasar Jaya dan nelayan. Adanya permukiman kelas atas ini memunculkan ketimpangan sosial dengan kawasan Muara Angke. Permukiman ini sebenarnya berpotensi sebagai pengunjung yang berbelanja ikan maupun yang berwisata. Masyarakat kelas ini juga dapat mengangkat image kawasan sehingga layak untuk dikunjungi. Baywalk merupakan bangunan yang memadukan fungsi mall dengan hunian untuk masyarakat kelas menengah atas. Adanya bangunan di sisi timur ini meningkatkan kesenjangan sosial terhadap kawasan Muara Angke yang mayoritas masyarakat kelas bawah. Keberadaan bangunan ini memberikan potensi terhadap tapak, yaitu view dari mall ke arah tapak sehingga dapat menarik perhatian pengunjung untuk berwisata ke tapak. Selain itu tapak berfungsi sebagai tempat berbelanja ikan bagi penghuni apartmen. 35 Dari hasil analisa tabel di atas, dapat diketahui potensi sekaligus tantangan dari lingkungan terhadap proyek kawasan kampung nelayan Muara Angke. Gambar 4.4. Analisa lingkungan yang berpotensi bagi tapak Lingkungan di sisi timur tapak yang memiliki potensi bagi tapak adalah Apartemen Baywalk Pluit dan Kompleks Pluit Karang Barat. Oleh karena itu di sisi tapak tersebut diletakan entrance khusus untuk pejalan kaki dan sepeda sehingga memudahkan pencapaian ke dalam tapak oleh penghuni apartemen dan kompleks yang ingin berbelanja ikan. Lingkungan di sisi selatan tapak yang memiliki potensi bagi tapak adalah pergudangan ikan, Blok Ambalat, pos pemadam kebakaran, Terminal Muara Angke, PD Pasar Jaya, ruang terbuka hijau, dan Rusun Buddha Tsu Chi. Banyaknya potensi dari sisi ini melatarbelakangi peletakan main entrance tapak yang diletakkan di bagian selatan tapak. Lingkungan di sisi barat tapak yang memiliki potensi bagi tapak adalah Pelabuhan Muara Angke. Oleh karena itu pada bagian tapak ini dibuat entrance khusus pejalan kaki dan sepeda untuk memudahkan wisatawan mencapai tapak. Selain itu, di sisi barat tapak terdapat permukiman ilegal yang berpotensi negative sehingga perlu ditata kembali untuk menghilangkan kesan kumuh terhadap kawasan. 36 Gambar 4.5. Analisa lingkungan yang menjadi tantangan bagi tapak Lingkungan sekitar tapak yang menjadi tantangan bagi tapak adalah tanah kosong dan kolam limbah. Kedua tempat ini berada di sisi barat tapak yaitu diantara tapak dengan Pelabuhan Muara Angke. Solusi permasalahan untuk mengatasi kolam limbah adalah memindahkan lokasi kolam limbah sehingga tidak mengganggu entrance dan view yang dimiliki tapak. Solusi untuk mengatasi lahan kosong adalah dengan meletakan penghijauan atau fungsi lainnya yang tidak mengganggu view yang dimiliki tapak. 4.1.2 Analisa hubungan lingkungan dengan fungsi tapak Pola organisasi ruang dalam kawasan Muara Angke adalah cluster. Fungsi-fungsi dalam kawasan ini memiliki hubungan satu sama lain dalam bidang perikanan namun memiliki bentuk lahan yang berbeda-beda, sehingga mencerminkan organisasi cluster yang dinamis. Gambar 4.6. Pola ruang Cluster dengan satu pintu masuk 37 Sesuai dengan peta rencana tata ruang kota, kawasan Muara Angke terbagi menjadi beberapa zona dengan peruntukan fungsi tertentu. Terlihat pada gambar 4.6 area berwarna orange merupakan area hunian landed house, warna kuning merupakan hunian vertikal rumah susun, hijau merupakan area penghijauan, biru merupakan area sarana kesehatan, dan ungu merupakan karya utama taman. Fungsi-fungsi lahan di luar kawasan dikelompokkan sedemikian rupa seperti cluster sehingga fungsi-fungsi kegiatan perikanan dalam tapak juga akan diatur secara cluster. Fungsi-fungsi di sekitar tapak yang memiliki hubungan dengan tapak adalah Pelabuhan Muara Angke, Rumah Susun Buddha Tsu Chi, pemukiman penduduk, Teluk Jakarta, karya industri dan pergudangan, dan pintu masuk Muara Angke. Pelabuhan Muara Angke berkaitan dengan tapak karena berpotensi menarik wisatawan untuk melihat dan berwisata ke tapak. Oleh karena itu bagian tapak yang berdekatan dengan Pelabuhan Muara Angke merupakan fungsi wisata seperti pujaseri dan pasar ikan sehingga memudahkan pencapaian diantara dua tempat wisata ini. Pengangkutan ikan segar menurut UPT Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke adalah dengan menggunakan mobil pendingin tertutup untuk menjaga kehigienisan ikan tersebut. Hal tersebut menjadi alasan tempat pelelangan ikan tidak perlu diletakkan dekat dengan area wisata yaitu pujaseri karena pengangkutan yang higienis tetap harus menggunakan kendaraan. Gambar 4.7. Hubungan fungsi di luar tapak dengan tapak 38 Permukiman penduduk di sisi selatan tapak merupakan deretan rumah tinggal sebagian masyarakat yang beraktivitas sehari-hari dalam tapak, baik sebagai pedagang pasar, anak buah kapal, pekerja industri maupun nelayan. Hubungan antara 2 fungsi ini adalah tempat tinggal dan tempat bekerja. Tanggapan atas keadaan ini adalah menyediakan akses dari area hunian ke dalam tapak terutama untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Teluk Jakarta sangat berhubungan dengan tapak sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal nelayan. Bagian tapak yang berada di tepi Teluk Jakarta merupakan dermaga sebagai tempat bongkar-muat kapal nelayan. Tempat pelelangan ikan diletakkan di dekat dermaga tersebut karena tempat ini menjadi tujuan selanjutnya setelah ikan diturunkan dari kapal. Diletakkan berdekatan dengan tujuan untuk mengurangi transportasi pengangkutan ikan segar dan agar mudah diawasi oleh petugas pendaratan ikan. Karya industri dan pergudangan yang terletak di luar tapak memiliki hubungan dengan tapak terutama dengan tempat pelelangan ikan. Namun karya industri dan pergudangan ini terletak jauh dari Teluk Jakarta dan tempat pelelangan ikan. Oleh karena itu bagian tapak yang berada sejalur dengan karya industri dan pergudangan di luar tapak juga memiliki fungsi yang sama yaitu karya industri dan pergudangan. Jalur ini diperuntukkan untuk perindustrian ikan yaitu kendaraan pengangkut ikan segar dan memiliki akses secara langsung dari tempat pelelangan ikan tanpa harus memutari tapak. Gambar 4.8. Tanggapan analisa hubungan lingkungan dengan fungsi tapak 39 Pintu masuk kawasan Muara Angke berperan penting karena pencapaian ke tapak hanya dapat melalui satu pintu masuk yang berada di sisi tenggara tapak ini. Setelah melalui pintu masuk, terdapat terminal angkutan umum yang terletak sebelum tapak. Oleh karena itu entrance tapak diletakkan pada bagian yang paling dekat dengan pintu masuk kawasan sehingga memudahkan pencapaian ke dalam tapak sekaligus mendekatkan tapak dengan sarana transportasi umum. Gambar 4.9. Tanggapan analisa hubungan lingkungan dengan entrance tapak 4.1.3 Analisa orientasi matahari Bentuk tapak memanjang dari timur laut hingga barat daya. Ketinggian dan keberadaan bangunan di sekitar tapak tidak mempengaruhi radiasi matahari yang masuk ke dalam tapak karena tapak memiliki luas sekitar 12ha. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan radiasi matahari, peletakan fungsi menjadi kunci utama. Bagian barat dan timur tapak merupakan area yang paling banyak mendapatkan radiasi panas matahari sehingga pada bagian ini diletakkan fungsi lahan yang tidak utama, tidak banyak aktivitas manusia di dalamnya, dan tidak membutuhkan pendingin. 40 Gambar 4.10. Arah gerak matahari pada kawasan Fungsi lahan ini juga bisa menjadi penghalang dan memberikan bayangan bagi fungsi lahan lainnya yang terletak di bagian dalam. Fungsi lahan yang dapat diletakan di bagian barat dan timur antara lain fungsi servis seperti toilet, parkir, penghijauan dengan pohon berdaun lebat, gudang, dan sebagainya. Sementara fungsi cold storage tidak diletakkan di kedua bagian ini karena pergudangan ini menggunakan pendingin dengan kapasitas listrik besar sehingga akan lebih boros jika terpapar radiasi matahari secara langsung. Fungsi-fungsi yang melibatkan ikan secara langsung juga diusahakan tidak diletakkan di kedua bagian ini karena ikan sebaiknya tidak terkena radiasi panas matahari secara langsung. Jika terletak di kedua bagian ini maka massa bangunan memiliki overstek atau kanopi untuk menghalangi paparan radiasi panas matahari secara langsung. Peletakan fungsi lahan di kedua bagian ini juga dapat berdasarkan waktu aktivitas dari fungsi tersebut. Aktivitas yang berlangsung sore hari diletakkan di bagian timur sehingga meminimalkan radiasi matahari secara langsung dan aktivitas yang berlangsung pagi hari diletakkan di bagian barat. 41 Gambar 4.11. Analisa matahari dan alternatif peletakan fungsi lahan Pergerakan matahari juga mempengaruhi orientasi massa bangunan di dalam tapak. Orientasi ke arah sisi barat dan timur perlu dihindari untuk meminimalkan permukaan bangunan yang terpapar sinar matahari. Sisi utara dan selatan dapat dijadikan pertimbangan orientasi bangunan. Tabel 4.2. Analisa Orientasi Bangunan Alternatif A + Bentuk massa bangunan mengikuti bentuk tapak. + Bangunan memperoleh potensi view dari dan ke arah Pelabuhan Muara Angke dan Baywalk Pluit. + Bentuk massa bangunan mengikuti − Lebih banyak permukaan bangunan yang terkena paparan sinar matahari dari timur dan barat. Alternatif B − Lebih banyak permukaan bangunan 42 bentuk tapak. + Bangunan memperoleh potensi view dari dan ke arah Pelabuhan Muara Angke dan Teluk Jakarta. + Orientasi bangunan ke arah utara dan selatan meminimalkan permukaan bangunan yang terkena paparan sinar matahari barat-timur. yang terkena paparan sinar matahari dari timur dan barat. − Sisi utara tapak tidak memiliki barrier terhadap sinar matahari. − Permukaan bangunan yang menghadap ke potensi view lebih sedikit. − Bangunan memperoleh sedikit potensi view dari dan ke arah Baywalk Pluit. Berdasarkan analisa ketiga alternatif di atas, maka alternatif yang dipilih untuk tapak adalah alternatif B karena alternatif B memiliki poin positif lebih banyak daripada poin negatif. Orientasi massa bangunan dalam perancangan adalah utara dan selatan. 4.1.4 Analisa angin Angin merupakan pergerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Kawasan ini terletak di tepi laut, maka secara teori dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut. Angin darat merupakan pergerakan angin dari darat ke laut yang terjadi pada malam hari. Angin laut merupakan pergerakan angin dari laut ke darat yang terjadi pada siang hari. Gambar 4.12. Analisa angin malam hari Besarnya angin juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar seperti ketinggian bangunan. Bangunan tertinggi di lingkungan tapak adalah rumah susun setinggi 5 lantai (±18m), terletak di sisi barat daya tapak sehingga mengurangi besaran angin yang menuju tapak dari arah tersebut. Berdasarkan data windrose menurut UPT. Pengelola Kawasan PP&PPI Muara Angke, arah angin dominan adalah dari arah barat laut, timur laut, dan 43 utara. Kecepatan angin terbesar yang tercatat adalah sebesar 36,3 m/s dari arah barat. Angin dapat dimanfaatkan untuk menurunkan suhu udara di dalam kawasan karena dapat mendorong udara panas. Angin juga dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami untuk fungsi lahan publik seperti tempat pelelangan ikan, pasar ikan, pujaseri, dan sebagainya yang berkonsep tropis dan ruang terbuka. Gambar 4.13. Analisa angin siang hari 4.1.5 Analisa kebutuhan view Potensi view ke luar tapak ada dua yaitu ke arah utara yaitu Laut Jawa dan ke arah barat yaitu Karya Umum Taman berupa Pelabuhan Muara Angke. Sisi timur merupakan parkiran kapal nelayan dan sisi selatan merupakan wisma susun sehingga view menuju kedua arah ini tidak maksimal. Oleh karena itu fungsi wisata seperti pujaseri diletakan pada bagian yang memiliki potensi view maksimal. Gambar 4.14. Analisa kebutuhan view dari dalam kawasan Sementara potensi view terbesar ke dalam tapak adalah pada sisi selatan dimana sisi ini menjadi sisi yang pertama kali dilihat oleh pengunjung. Potensi view ke dalam tapak juga terdapat pada ketiga sisi lainnya yaitu, sisi barat dari Pelabuhan Muara Angke, sisi timur dari Greenbay Pluit, dan sisi 44 utara dari kapal-kapal wisata yang akan berlabuh. Oleh karena itu fasad pada semua sisi harus menarik dan menunjukkan ciri khas dari kawasan ini yaitu Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke. Gambar 4.15. Analisa view ke dalam kawasan 4.1.6 Analisa sirkulasi di sekitar tapak Pencapaian utama menuju kawasan Muara Angke melalui jalan eksisting yang ditandai dengan jembatan di atas Kali Angke. Arah pencapaian utama ini terletak di sisi tenggara tapak dan cukup jauh dari pintu gerbang utama tapak. pencapaian utama ini dipertahankan dengan pertimbangan: • Jalan memiliki lebar 10 meter dan terdiri dari 2 arah. • Walaupun secara visual tidak memungkinkan pandangan ke arah tapak, adanya kegiatan pangkalan kapal nelayan di sisi timur entrance utama dapat memperkuat image terhadap kegiatan perikanan di lokasi tersebut. Gambar 4.16. Arus sirkulasi kendaraan di lingkungan sekitar tapak saat ini 45 Upaya yang dilakukan untuk memperkuat keberadaan tapak dapat dicapai dengan cara sebagai berikut : • Memperkuat keberadaan gerbang tapak makro sehingga dapat terlihat dari jauh terutama dari gerbang utama kawasan. Gerbang tapak makro dirancang cukup tinggi dan menarik. • Memberikan elemen pengarah untuk memberikan kesan informatif. Elemen tersebut dapat berupa penataan tanaman peneduh di sepanjang jalan ke gerbang tapak maupun signage yang mengarahkan ke gerbang tapak. Gambar 4.17. Elemen pengarah di sepanjang jalan menuju gerbang tapak Saat ini jalur servis, mobil pribadi, angkutan umum, dan pejalan kaki tidak dibedakan, semuanya menggunakan entrance dan jalan kawasan yang sama. Oleh karena itu pencapaian menuju tapak dapat dibedakan atas : • Pencapaian kendaraan pribadi pengunjung (mobil, motor) • Pencapaian pejalan kaki pengunjung • Pencapaian pejalan kaki nelayan dan pekerja pelabuhan • Pencapaian servis pelabuhan • Pencapaian servis area wisata Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perencanaan pencapaian ke tapak adalah: ∗ Kegiatan yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kegiatan pelabuhan pendaratan ikan dan kegiatan wisata. ∗ Frekuensi kontak sosial tapak dengan lingkungan sekitar. ∗ Meminimalisasi crossing antara pencapaian-pencapaian yang telah ditentukan. 46 Tabel 4.3. Tabel Pertimbangan Pencapaian Tapak Faktor Pertimbangan Arahan - 2 kelompok kegiatan utama Perlu dibedakan antara entrance kegiatan wisata Dibuat lebih dari 1 dan kegiatan pelabuhan perikanan terutama entrance. pengangkutan ikan. Entrance Dasar pertimbangannya adalah: wisata kegiatan akan ∗ Kejelasan entrance dan agar tidak mengganggu dikenakan untuk sirkulasi serta aktivitas satu sama lain. ∗ Sirkulasi terbagi sesuai dengan biaya pemeliharaan aktivitas kawasan wisata. sehingga tidak membebani sirkulasi dalam tapak. - Frekuensi kontak sosial tapak dengan lingkungan sekitar Hubungan kegiatan dari dalam tapak (wisata dan Perlu entrance khusus pelabuhan perikanan) ke luar tapak (Pengolahan untuk pekerja ikan dan perumahan nelayan) sangat erat baik pelabuhan dan berupa pejalan kaki maupun pengangkutan dengan nelayan. kendaraan bermotor serta gerobak. Diperlukan pencapaian yang tidak dikenakan biaya karena penggunaannya dalam hubungan kerja oleh para pekerja pelabuhan dan nelayan. - Meminimalisasi crossing Menghindari crossing antara sirkulasi kegiatan Memisahkan wisata dan kegiatan pelabuhan. Selain itu, sirkulasi pencapaian jalur kegiatan antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor juga wisata dan pelabuhan harus dihindari untuk menjaga kenyamanan serta perikanan. keamanan pejalan kaki. Memisahkan pejalan kaki jalur dan kendaraan bermotor Kesimpulan dari tabel di atas, dalam penataan kawasan pelabuhan perikanan ini, pola sirkulasi yang sesuai adalah pola triplet, yaitu pemisahan jalur masuk antara jalur kendaraan, jalur pejalan kaki dan jalur servis. 47 Pemisahan jalur sirkulasi antara pengunjung dan servis bertujuan agar sirkulasi servis tidak mengganggu sirkulasi pengunjung. Pemisahan jalur sirkulasi antara kendaraan dan pejalan kaki bertujuan untuk menghindari crossing yang mengganggu kenyamanan pejalan kaki. Tabel 4.4. Alternatif Peletakkan Entrance dan Exit Tapak Alternatif A + Entrance dan exit tapak untuk − Terjadi crossing pada entrance kendaraan dan pejalan kaki serta tapak, yaitu antara kendaraan dari sepeda menjadi satu sehingga tidak Pelabuhan Muara Angke yang akan membingungkan. keluar dan kendaraan yang akan masuk ke tapak. + Entrance dan exit untuk servis pada tapak diletakkan terpisah sehingga − Kendaraan dari Pelabuhan Muara tidak mengganggu entrance dan exit Angke harus memasuki tapak tamu. terlebih dahulu untuk keluar dari kawasan. − Terjadi crossing antara kendaraan dan pejalan kaki+sepeda di entrance tapak. − Terjadi kepadatan antrian kendaraan pengunjung wisata yang akan masuk ke tapak dengan terminal angkutan umum. 48 + + + + + Alternatif B Entrance menuju tapak dan exit dari − Kendaraan pengunjung wisata yang tapak untuk servis diletakkan menuju tapak harus memutar wisma terpisah sehingga tidak mengganggu susun dengan jarak yang cukup jauh. entrance dan exit tamu. Tidak terjadi crossing pada entrance tapak, karena kendaraan yang menuju tapak harus memutari wisma susun terlebih dahulu. Menghindari kepadatan antrian kendaraan pengunjung wisata yang akan masuk ke tapak dengan terminal angkutan umum. Tidak terjadi crossing antara kendaraan dan pejalan kaki+sepeda di entrance tapak. Entrance dan exit tapak untuk kendaraan dan pejalan kaki serta sepeda menjadi satu sehingga tidak membingungkan. Berdasarkan analisa kedua alternatif di atas, maka alternatif yang dipilih untuk penataan kawasan pelabuhan perikanan adalah alternatif B. Alternatif B lebih meminimalisasi crossing pada entrance dan exit tapak. 4.1.7 Analisa sirkulasi di dalam tapak Sirkulasi di dalam tapak perlu dipertimbangkan terhadap berikut: • Kelancaran sirkulasi atau arus kegiatan dalam tapak. 49 • Manusiawi, dalam arti disediakan sirkulasi pejalan kaki yang aman dan masih dalam batas-batas kenyamanan manusia sesuai dengan standar yang berlaku. • Sirkulasi kendaraan tidak terjadi cross dalam tapak terutama antara kendaraan pengunjung dengan kendaraan pengangkutan ikan dan servis. Arahan berdasarkan pertimbangan di atas antara lain: ∗ Sirkulasi dalam tapak dibagi menjadi 3 yaitu pejalan kaki dan sepeda, kendaraan pengunjung wisata (pribadi maupun umum), dan kendaraan servis meliputi kendaraan servis pelabuhan maupun servis wisata. ∗ Sirkulasi pejalan kaki merupakan penghubung antara sirkulasi kendaraan, dengan kejelasan berupa perbedaan peil dan bahan. Alternatif penataan sirkulasi dalam tapak sebagai berikut: Tabel 4.5. Analisa Sirkulasi di dalam Tapak Alternatif A Sirkulasi kendaraan bermotor dapat menjangkau seluruh bagian tapak. + Area parkir tersebar dan berada di − Terjadi crossing antara sirkulasi dekat bangunan-bangunan. kendaraan pengunjung dengan sirkulasi kendaraan servis. − Sirkulasi kendaraan bermotor mencapai dermaga sehingga dapat mengganggu kegiatan bongkar muatan ikan. − Perlu dibuat dinding penahan khusus 50 di tepi tapak untuk keamanan sirkulasi kendaraan. − Dinding penahan dan sirkulasi kendaraan ini menghalangi potensi view dari luar tapak ke dalam tapak. Alternatif B Sirkulasi kendaraan bermotor diletakan di dalam tapak berbentuk linear sehingga bagian lainnya dikhususkan untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda. + Tidak terjadi crossing antara − Area parkir hanya berada di bagian sirkulasi kendaraan pengunjung depan tapak sehingga tidak berada dengan sirkulasi kendaraan servis. di dekat bangunan yang dituju. + Sirkulasi kendaraan bermotor tidak − Tidak semua tempat dapat mencapai dermaga sehingga tidak dijangkau dengan kendaraan mengganggu kegiatan bongkar bermotor pribadi. muatan ikan. + Perlu dibuat railing di tepi tapak untuk keamanan sirkulasi pejalan kaki. Dinding atau railing ini berpotensi diolah sehingga menambah estetika tapak. + Sirkulasi pejalan kaki dan sepeda ini tidak menghalangi potensi view dari luar tapak ke dalam tapak. + Sisi terluar tapak merupakan best view sehingga dimaksimalkan untuk potensi wisata bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda. Berdasarkan analisa kedua alternatif di atas, maka alternatif yang dipilih untuk penataan sirkulasi di dalam kawasan pelabuhan perikanan adalah alternatif B. Alternatif B memiliki pola sirkulasi yang membuat kendaraan bermotor tidak dapat menjangkau semua bagian tapak, terutama sisi best 51 view. Sirkulasi kendaraan bermotor terpusat dalam kawasan sehingga bagianbagian tapak lainnya dapat dijangkau dengan berjalan kaki dan bersepeda sebagian bagian wisata dalam tapak. Sistem transportasi yang akan diterapkan dalam tapak sebagai upaya pembangunan berkelanjutan adalah transportasi publik, car pooling, car sharing, bersepeda, dan berjalan kaki. Keberadaan terminal angkutan umum di sisi selatan tapak berpotensi menyediakan transportasi publik sebagai sarana pencapaian pengunjung wisata dan pekerja untuk ke dalam tapak maupun ke luar tapak. Selanjutnya terdapat car sharing berupa shuttle mini bus yang mengelilingi kawasan, baik untuk pengunjung wisata maupun pekerja. Shuttle ini menggunakan tenaga yang dapat diperbaharui yaitu tenaga surya yang diubah menjadi listrik dan disimpan dalam bentuk baterai dalam kendaraan. Baterai ini kemudian di-charge kembali dengan tenaga surya yang dikumpulkan oleh solar panel. Gambar 4.18. Skema sistem transportasi dalam kawasan Car pooling terdapat di area wisata sebagai wadah parkir kendaraan bermotor pengunjung wisata sehingga pengunjung wisata dapat berkeliling dengan shuttle, sepeda, dan berjalan kaki. Untuk menarik pengunjung wisata bersepeda, maka disediakan bike shelter dengan sepeda-sepeda yang disediakan khusus untuk berkeliling dalam kawasan. Penyediaan sarana transportasi non motor ini juga diimbangi dengan penyediaan jalur pejalan kaki dan sepeda yang sesuai dengan standarisasi. Lebar jalur pejalan kaki yang digunakan adalah 1.75meter dan lebar jalur sepeda 1.5meter, yang terletak di kedua sisi setiap jalan dalam kawasan. 52 4.1.8 Analisa zoning tapak Zoning tapak adalah pengaturan perletakan bangunan-bangunan berdasarkan kegiatan yang dikelompokkan secara umum. Pengelompokkan kegiatan dalam tapak harus memenuhi kriteria-kriteria antara lain: • Sifat, interaksi, dan alur kegiatan dengan kegiatan lainnya. • Faktor keamanan dan kemudahan pencapaian serta sirkulasi dalam tapak. Kegiatan utama dalam tapak dapat dikelompokkan secara umum sebagai berikut, yaitu kegiatan wisata, kegiatan penerima pengunjung, kegiaan pendaratan ikan, kegiatan pemasaran ikan, kegiatan pergudangan ikan, dan kegiatan pengelolaan tapak. Alur dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini: Gambar 4.19. Skema alur kegiatan secara umum untuk zoning Bangunan-bangunan yang terdapat pada masing-masing area kegiatan didetailkan lebih lanjut dalam analisa aspek manusia. Peletakan area-area ini berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya. Alternatif penataan zoning dalam tapak sebagai berikut: 53 Tabel 4.6. Analisa Zoning di dalam Tapak Alternatif A + Area untuk wisatawan berada di sisi − Jalur servis untuk pasar ikan crossing barat tapak yang berbatasan dengan atau bercampur dengan jalur Pelabuhan Muara Angke. kendaraan wisatawan. + Area wisata yang terletak di bagian − Area pasar ikan perlu dirancang belakang menyebabkan wisatawan semenarik mungkin untuk mengunjungi bagian tapak yang lain. menghilangkan kesan kotor karena terletak sebelum area wisata. + Area penerimaan pengunjung terletak di bagian depan tapak, dekat − Sirkulasi pengangkutan ikan dapat dengan entrance. masuk ke area wisata. + Area pasar ikan berpotensi menarik − Penataan zona kegiatan dalam tapak perhatian wisatawan karena dan pola sirkulasi dalam area wisata berdekatan dengan area wisata. terkesan kaku. + Area pergudangan berada dalam area servis. + Area pergudangan dekat dengan dermaga sehingga pengangkutan ikan lebih pendek. Alternatif B + Area untuk wisatawan berada di sisi − Tidak ada jalur khusus untuk servis barat tapak yang berbatasan dengan area wisata sehingga bercampur 54 Pelabuhan Muara Angke. dengan jalur pengunjung wisata. + Area wisata dekat dengan entrance − Walaupun jalur servis wisata tapak sehingga mudah dijangkau. ditetapkan menggunakan entrance servis, akan terjadi crossing dengan + Area penerimaan pengunjung jalur pengunjung wisata. terletak di bagian depan tapak, dekat dengan entrance. − Penataan zona kegiatan dalam tapak dan pola sirkulasi dalam area wisata + Area pergudangan berada dalam area terkesan kaku. servis. + Area pergudangan dekat dengan dermaga sehingga pengangkutan ikan lebih pendek. + Area pemasaran terletak di area pelabuhan perikanan (servis) sehingga tidak memberi kesan kotor pada area wisata. + Sirkulasi servis kegiatan pelabuhan perikanan dengan sirkulasi pengunjung wisata tidak terjadi cross. + Area pasar ikan terjangkau oleh sirkulasi servis. + + + + Alternatif C Area wisata berada di sisi barat tapak − Area pemasaran ikan terlihat dari area karena berbatasan dengan Pelabuhan wisata dan menjadi pusat kawasan Muara Angke sesuai dengan analisa sehingga perlu dirancang semenarik kebutuhan view dan potensi sekitar mungkin serta tidak terkesan kumuh. tapak. Area penerimaan pengunjung terletak di bagian depan tapak karena dekat dengan entrance kawasan. Servis untuk area wisata dapat dicapai dari entrance pelabuhan ikan sehingga tidak bercampur dengan jalur sirkulasi area wisata. Area pergudangan ikan tidak berada dalam area wisata agar tidak saling mengganggu. 55 + Area pergudangan dekat dengan dermaga dan parkir kapal nelayan sehingga pengangkutan ikan lebih pendek. + Area pemasaran terletak di area pelabuhan perikanan sehingga tidak mengganggu kegiatan pada area wisata. + Area pasar ikan terjangkau oleh sirkulasi servis. + Area pasar ikan grosir terletak sebelum pasar ikan eceran (dari arah entrance area pelabuhan perikanan) sesuai dengan arah sirkulasi kendaraan pengangkut dan hubungan fungsi bangunan. + Area pasar ikan eceran berdekatan dengan area restoran agar jarak pengangkutan ikan lebih pendek. + Sirkulasi servis kegiatan pelabuhan perikanan dengan sirkulasi pengunjung wisata tidak terjadi cross. + Penataan zona kegiatan dalam tapak dan pola sirkulasi dalam area wisata terkesan lebih dinamis. + Tidak terjadi crossing antara jalur pengunjung wisata dengan jalur servis (baik servis wisata maupun pelabuhan ikan). Berdasarkan analisa ketiga alternatif di atas, maka alternatif yang dipilih untuk penataan zoning di dalam tapak pelabuhan perikanan adalah alternatif C. Alternatif C memiliki poin positif lebih banyak daripada alternatif A dan B. Area wisata berada di sisi barat dan utara tapak yang memiliki potensi view. Area dermaga dan pergudangan terletak di sisi timur sehingga jalur servis tidak mengganggu jalur pengunjung wisata. 4.1.9 Analisa jaringan jalan Kondisi eksisting infrastruktur jalan pada tapak yaitu jalan lingkungan primer dengan lebar row 11m dan jalan lingkungan sekunder dengan row 56m, sementara di dermaga memiliki row 8m. Jalan lingkungan primer yang terdiri dari badan jalan, jalur pedestrian, riol kota, dan vegetasi. Jalur pedestrian memiliki lebar 1m namun terhalangi oleh pot-pot tanaman. Kondisi trotoar di depan pasar dan pujaseri juga tidak berfungsi sebagaimana 56 mestinya karena digunakan oleh pedagang ikan eceran dan pedagang jajanan ikan untuk berjualan. Gambar 4.20. Kondisi eksisting jalan dalam tapak Seluruh jalan dalam tapak merupakan jalan beraspal 2 arah tanpa ada median yang membatasi. Badan jalan di sekitar pasar pada jam tertentu digunakan untuk loading dock ikan sehingga sirkulasi kendaraan lain terhambat. Kondisi beberapa jalan dalam tapak saat ini masih tergenang air kotor terutama di daerah dermaga dan pasar ikan. Kondisi jalan saat ini kurang mendukung kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam tapak. Padahal sirkulasi dalam kawasan merupakan hal penting yang harus diperhatikan untuk menjaga kelancaran kegiatan, baik pendaratan ikan, pemasaran ikan, maupun wisata bahari. Konsep kawasan terpadu dan ikon wisata belum terlihat dari sistem transportasi dalam kawasan, sehingga perlu dirancang jaringan jalan yang membuat masyarakat sekitar dan wisatawan merasa nyaman beraktivitas dalam tapak. Sirkulasi dalam kawasan berdasarkan kegiatan dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi pelabuhan ikan (servis) dan sirkulasi wisata. Berdasarkan jenis transportasi, sirkulasi dibagi menjadi jalur pedestrian, jalur pengendara sepeda dan jalur kendaraan bermotor. Jalur pedestrian dan pengguna sepeda dirancang sesuai dengan standar yang berlaku sehingga kedua jalur tersebut nyaman dan aman digunakan untuk meminimalisasi penggunaan kendaraan 57 bermotor. Lebar jaringan jalan dirancang sesuai dengan rencana kota Jakarta. Pedagang kaki lima ikan dan jajanan diatasi dengan menyediakan space tertentu di dalam area wisata. Gambar 4.21. Lebar jalan menurut rencana kota 58 Gambar 4.22. Detail pembagian jalan dalam tapak 4.1.10 Analisa jaringan tenaga listrik Sumber tenaga listrik diperoleh dari jaringan PLN dengan menyediakan satu buah gardu utama untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam tapak. Gardu utama ini diletakkan di sisi selatan tapak dekat dengan entrance dan termasuk dalam area pengeloa. Gardu utama kemudian dibagi lagi menjadi gardu-gardu distribusi listrik di setiap bangunan. Selain itu disediakan genset power pada setiap bangunan sebagai cadangan listrik. Berikut ini skema pendistribusian listrik pada tapak. 59 Gambar 4.23. Skema distribusi tenaga listrik dalam tapak 4.1.11 Analisa jaringan komunikasi Untuk kelancaran komunikasi bagi tapak, digunakan 3 sistem yaitu: • Komunikasi dalam kompleks tapak menggunakan interkom, handy talkie, jaringan internet, dan telepon. • Komunikasi keluar kompleks dengan jaringan internet dan telepon. Untuk komunikasi pengelola dan pekerja dalam bangunan menggunakan sistem PABX. • Komunikasi keluar daratan yaitu ke kapal-kapal menggunakan radio dan ke kepulauan seribu menggunakan telepon serta jaringan internet. 4.1.12 Analisa jaringan air bersih Jaringan air bersih di tapak saat ini menggunakan sumur pompa yang kemudian ditampung ke dalam beberapa toren air untuk selanjutnya dialirkan ke titik-titik keran air. Penggunaan sumur ini kurang tepat mengingat tapak berada di tepi laut dengan air laut yang kotor. Selain itu, lokasi sumur pompa juga berdekatan dengan IPAL. Hal ini menyebabkan air yang dihasilkan dari sumur tercemar dan tidak layak digunakan. Oleh karena itu kapal yang akan pergi melaut biasanya memesan air minum dari luar tapak yang diangkut dengan truk air minum. 60 Gambar 4.24. Lokasi titik sumur dalam tapak saat ini Untuk meningkatkan kualitas wisata dalam tapak maka jaringan air bersih harus ditata dengan baik sehingga air bersih yang digunakan sesuai standar kebersihan. Sumber air bersih dalam tapak menggunakan PDAM sehingga air yang disalurkan dari pipa-pipa lebih terjamin kebersihannya. Setiap bangunan dalam tapak memiliki katup dan saluran pipa PDAM. Gambar 4.25. Skema distribusi air bersih dalam tapak Gambar 4.26. Detail distribusi air bersih pada bangunan 61 4.1.13 Analisa jaringan drainase Drainase dalam tapak saat ini hanya terdiri dari 1 jenis saluran drainase. Semua saluran drainase menuju IPAL kemudian diolah terlebih dahulu sebelum dibuang kembali ke laut. Pengolahan ini mengendapkan limbah yang terbawa dalam saluran drainase. Permasalahan saat ini, saluran drainase tersumbat oleh limbah pasar ikan sehingga menyebabkan banjir di jalan dan bau tidak sedap. Tapak eksisting menggunakan sistem drainase terbuka dengan lebar 50-100cm dan kedalaman ±100cm. Gambar 4.27. Banjir akibat saluran drainase tersumbat, saluran drainase terbuka Sistem drainase dalam tapak dapat dibagi atas air kotor dan air hujan, air kotoran, dan air limbah. Air kotor dan air hujan disalurkan melalui saluran di sekeliling unit bangunan dan setelah melalui bak control akan disalurkan ke saluran drainase, kemudian diteruskan ke laut. Air kotoran ditampung dalam tangki STP kemudian air hasil penyaringan diteruskan ke bak control, saluran drainase, dan diteruskan ke laut. Air limbah akan dibahas lebih lanjut pada analisainfrastruktur limbah. Gambar 4.28. Skema sistem drainase dalam tapak Analisis drainase agar dapat berjalan dengan lancar adalah dengan membagi jenis saluran drainase menjadi 3 berdasarkan ukuran yaitu saluran drainase primer, sekunder, dan tersier. Saluran drainase primer memiliki lebar 120cm, sekunder 90cm, dan tersier 50cm. Saluran drainase dalam tapak dibuat tertutup untuk mengurangi penyebaran bau saat tersumbat. 62 Gambar 4.29. Analisa sistem drainase dalam tapak Gambar 4.30. Sistem drainase air hujan di bawah jalur pedestrian 4.1.14 Analisa infrastruktur limbah Limbah di tapak berasal dari limbah pasar ikan, pujaseri, tempat pelelangan ikan, pergudangan, dan pabrik. Sebagian besar limbah berupa sisik ikan, kepala ikan, ikan busuk, dan sebagainya. Limbah ini dibuang langsung ke drainase limbah dan sering menjadi penyebab tersumbatnya saluran drainase. Pembusukan limbah yang tersumbat menimbulkan bau tidak sedap dalam tapak. Langkah untuk mengurangi penyumbatan saluran drainase yang berujung banjir pada jalanan tapak adalah dengan menyediakan saluran limbah khusus. Saluran ini akan diberi air dengan tekanan khusus sebagai upaya pembersihan dalam jangka waktu tertentu. Agar limbah tidak 63 mencemari laut, maka limbah diendapkan terlebih dahulu di IPAL. Limbah dalam tapak bersifat organik sehingga pengendapannya dapat dimanfaatkan menjadi tanah yang subur untuk vegetasi. Gambar 4.31. Skema sistem pengolahan limbah dalam tapak Gambar 4.32. Mekanisme IPAL dari inlet hingga outlet Gambar 4.33. Sistem jaringan air limbah di bawah jalur pedestrian 4.1.15 Analisa infrastruktur sampah Tempat pembuangan sampah sementara saat ini hanya terletak di bagian luar tapak yang secara rutin diangkut oleh truk sampah setiap hari sekitar pukul 15.00. TPS tapak bergabung dengan TPS untuk fungsi-fungsi bangunan lainnya dalam kawasan sehingga seringkali sampah menggunung karena volume sampah yang lebih besar daripdada kapasitas TPS. Lokasi TPS yang berada di luar tapak ini memunculkan timbunan sampah di dalam 64 tapak di titik tertentu dan mengandalkan petugas kebersihan dengan tenaga angkut yang tidak sebanding dengan jumlah sampah. Saat ini tidak ada pemisahan sampah organik maupun yang anorganik dan dapat didaur ulang. Sampah banyak terlihat di saluran drainase dan tepi laut. Permasalahan ini harus diatasi untuk mengurangi penyumbatan saluran drainase dan pencemaran lingkungan laut. Gambar 4.34. Lokasi tempat sampah eksisting Solusi untuk analisa sampah adalah dengan menyediakan TPS di masing-masing zona dalam tapak. Sampah di setiap TPS ini akan diangkut oleh truk sampah setiap hari. Sampah dikelola oleh masing-masing pengguna zona, yaitu dipisahkan antara sampak organik dan anorganik. Sampah organik dapat diolah lebih lanjut menjadi pupuk atau ditimbun bersama tanah. Sampah anorganik yang dapat didaur ulang dapat diolah oleh penduduk sekitar kawasan. Gambar 4.35. Penyebaran titik lokasi tempat sampah sementara dalam tapak 65 4.1.16 Analisa distribusi bahan bakar Distribusi bahan bakar baik untuk kendaraan pengankutan ikan maupun kapal ikan didapat langsung dari depot Pertamina. Tangki di depot Pertamina diisi secara rutin oleh truk bertangki dari Pertamina. Distribusi bahan bakar ke kapal-kapal ikan menggunakan meteran seperti pada kendaraan umumnya. Oleh karena itu SPBU diletakkan dekat dengan parkir kapal untuk memudahkan pengisian bahan bakar kapal. Distribusi solar untuk genset power menggunakan tangki yang diangkut oleh mobil pengangkut. 4.1.17 Analisa sistem pencegahan kebakaran Sistem pencegahan kebakaran dalam tapak saat ini masih belum terlihat seperti hydrant pillar, kimia portable, sprinkler, assembly point dan sebagainya. Keuntungan yang dimiliki tapak adalah berada dekat dengan pos pemadam kebakaran kawasan sehingga dalam perancangan perlu dibuat akses yang mudah untuk dilalui mobil pemadam kebakaran saat keadaan darurat. Selain itu, tapak berada di pinggir laut yang memberi kemudahan sebagai sumber penyediaan air untuk sistem kebakaran. Perencanaan sistem pencegahan kebakaran dalam tapak antara lain: • Hydrant pillar untuk di luar bangunan dan di dermaga dengan jarak antar unit maksimum 100m dan dari bangunan maksimum 15m. • Elemen pencegahan aktif dalam bangunan berupa: − Kimia portable untuk pemadam kebakaran tahap awal dengan tabung CO2 secara manual. Perletakan alat harus jelas dan mudah dijangkau. Alat ini melayani area dengan luas maksimum 25m2 dengan jarak antar alat 25m. − Fire hydrant untuk melayani area seluas 800m2 dengan jarak jangkau maksimal 30m. − Fire detector, dihubungkan dengan alarm pendeteksi yang dapat dibedakan atas smoke detector setiap 90m2, heat detector setiap 45m2, flame detector setiap 75m2. Jenis fire detector yang dipilih adalah smoke detector karena memiliki area pelayanan terbesar. 66 4.2 Analisa aspek manusia 4.2.1 Analisa pelaku kegiatan Lokasi tapak berada di daerah Muara Angke yang merupakan daerah pinggir laut dan kawasan perikanan di Jakarta Utara. Potensi lingkungan tapak adalah daerah wisata Pelabuhan Muara Angke dan Greenbay Pluit City. Kondisi ini memberi peluang target pengunjung tapak berasal dari kalangan menengah dan menengah ke atas. Sementara kegiatan manusia di lokasi eksisting saat ini berkaitan dengan perikanan dengan penghasilan rata-rata 2.5juta rupiah per bulan sehingga pelaku kegiatan dalam tapak berasal dari kalangan menengah bawah. Penataan kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan nelayan dan pengunjung yang berwisata ke tempat tersebut. Nelayan yang dimaksud dalam analisa serta perancangan ini adalah : • Orang yang mencari ikan di laut dengan kapal • Anak buah kapal • Pedagang ikan • Buruh angkut dan bongkar ikan • Pekerja di pergudangan ikan • Pedagang pujaseri Sementara yang termasuk sebagai pengunjung kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan adalah : • Pembeli pasar ikan • Konsumen pujaseri • Wisatawan yang tertarik melihat kegiatan perikanan • Pemasok barang 4.2.2 Analisa jenis dan urutan kegiatan Pelaku kegiatan di dalam kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Nelayan Nelayan merupakan pelaku kegiatan utama dalam kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Nelayan memiliki 2 kebutuhan 67 utama yaitu bekerja dan tempat tinggal. Menurut UPT. Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, yang termasuk dalam profesi nelayan adalah : a. Orang yang mencari ikan di laut dengan kapal Dibedakan lagi menjadi dua yaitu nelayan kecil dan nelayan besar. Nelayan kecil adalah orang-orang yang mencari ikan di laut dengan kapal kecil dalam waktu satu hari. Nelayan besar adalah orang-orang yang mencari ikan di laut dengan kapal berukuran <60GT dalam waktu sekitar 3 bulan. Nelayan yang terdaftar di Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke adalah nelayan besar. Sebagian besar dari nelayan ini berasal dari Pantura Jawa sehingga setelah selesai menangkap ikan, mereka akan pulang ke daerahnya masing-masing dengan menggunakan bis antarkota di terminal Muara Angke. Jumlah nelayan seluruhnya ±9400 orang dan jumlah kapal ±1300 unit. Gambar 4.36. Analisa kegiatan nelayan kapal b. Anak buah kapal Merupakan pegawai dari nelayan kapal besar dengan kegiatan yang serupa dengan nelayan. 68 Gambar 4.37. Analisa kegiatan anak buah kapal nelayan c. Pedagang ikan Merupakan orang-orang yang berjualan ikan di pasar ikan. Sebagian besar ikan yang dijual di pasar ini tidak berasal dari pendaratan ikan dan TPI yang berada di tapak. Ikan-ikan yang dijual merupakan kiriman dari daerah di luar kota seperti Indramayu, Pekalongan, Tegal, Tuban, Cilacap, dan Lampung. Jumlah lapak yang ada saat ini di pasar ikan adalah 1003 unit. Gambar 4.38. Analisa kegiatan pedagang ikan 69 d. Buruh angkut dan bongkar ikan Gambar 4.39. Analisa kegiatan buruh angkut dan bongkar ikan e. Pekerja di pergudangan ikan Pergudangan ikan atau cold storage merupakan tempat penyimpanan ikan yang dimiliki perusahaan tertentu. Perusahaan ini membeli ikan dari TPI atau memiliki kapal beserta nelayan sendiri sehingga ikan yang didaratkan akan langsung diangkut ke cold storage. Ikan-ikan ini sebagian besar diekspor ke luar negeri seperti Malaysia, China, Taiwan, Hongkong, Singapura, dan Vietnam setelah melalui proses pengepakkan. Sebagian lainnya dikirim ke luar kota dan restoranrestoran di Jakarta. Ada juga yang dikirim ke tempat pengolahan ikan untuk diasinkan. Sebagian kecil lainnya dijual di pasar ikan dalam tapak. Gambar 4.40. Analisa kegiatan pekerja di pergudangan ikan 70 f. Pedagang pujaseri Gambar 4.41. Analisa kegiatan pedagang pujaseri 2. Pengunjung a. Pembeli pasar ikan Gambar 4.42. Analisa kegiatan pembeli pasar ikan b. Konsumen pujaseri Pujaseri (pusat jajanan serba ikan) di tapak ada yang berupa rumah makan dan ada yang berupa pedagang kaki lima yang menjual jajanan ikan. Sistem pelayanan rumah makan ada dua jenis yaitu konsumen dapat menikmati hidangan ikan yang disediakan rumah makan dan konsumen dapat membawa atau berbelanja ikan sendiri sehingga rumah makan hanya melayani jasa masak ikan sesuai selera konsumen. Konsumen dapat berbelanja ikan di pasar ikan dalam tapak didampingi oleh pegawai rumah makan. Jasa masak oleh rumah makan ini sekitar Rp 8.000,- per kg ikan. 71 Gambar 4.43. Analisa kegiatan konsumen pujaseri c. Wisatawan yang tertarik melihat kegiatan perikanan Gambar 4.44. Analisa kegiatan wisatawan d. Pemasok barang Pemasok barang dalam analisa ini mencakup proses loading dock, semua hal yang berkaitan dengan pengangkutan barang, dan kegiatan servis yang terjadi di dalam tapak. 72 Gambar 4.45. Analisa kegiatan pemasok barang 3. Pegawai kantor pemerintah Tapak memiliki satu kantor pusat pengelola tapak yaitu UPT. Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. UPT ini dibantu oleh Kantor Kepelabuhan Perikanan dan Pelelelangan Ikan dan Kantor Fasilitas Usaha, Perumahan Nelayan, Keamanan dan Ketertiban yang berada di dalam tapak juga. Gambar 4.46. Analisa kegiatan pegawai kantor pemerintah 73 4.2.3 Analisa waktu kegiatan Tabel 4.7. Analisa Waktu Kegiatan dalam Tapak 74 75 Keterangan : Orange = pukul 18.00 – 06.00 dan kuning = pukul 06.00 – 18.00 76 Aktivitas yang berlangsung pada kawasan terjadi dalam 24 jam, namun tidak semua serempak berlangsung. Ada aktivitas yang bergantian waktu seperti tempat pelelangan ikan yang berlangsung pagi hari dan pasar ikan yang berlangsung sore hingga subuh. Berdasarkan tabel waktu kegiatan di atas diketahui aktivitas terpadat dalam tapak berlangsung antara pukul 10.00 hingga 17.00. Perancangan secara makro adalah penataan land use dalam tapak secara keseluruhan beserta sirkulasi berdasarkan hubungan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam tapak. Perancangan secara mikro adalah area kegiatan wisata terutama untuk aktivitas pujaseri. Target pasar perancangan mikro adalah pengunjung wisata pujaseri dan pekerja pujaseri. Waktu dengan aktivitas terpadat dalam tapak adalah pukul 15.00 hingga 00.00. Waktu tersebut merupakan bagian dari waktu operasional pasar ikan dan pujaseri. 77 Tabel 4.8. Analisa Waktu Kegiatan yang Difokuskan 78 4.2.4 Analisa kebutuhan ruang Setelah melakukan analisa target pasar, kegiatan pelaku, dan waktu kegiatan pelaku, maka didapatkan ruang-ruang dengan fungsi tertentu yang dibutuhkan di dalam tapak. a. Nelayan dan anak buah kapal Tabel 4.9. Kebutuhan Ruang Untuk Nelayan dan Anak Buah Kapal Kegiatan Ruang Sifat ruang Menurunkan ikan dari kapal Dermaga pendaratan Semipublik ikan Memperbaiki kapal, jala Parkir kapal, workshop Semipublik Menaikkan perbekalan ke kapal Parkir kapal Semipublik Rapat/pertemuan nelayan Balai pertemuan Privat Makan/minum Kantin Semipublik Mandi/buang air Kamar mandi Privat Sholat Mushola Semipublik Pulang kampung Terminal bus Publik, di luar kawasan b. Pedagang ikan Tabel 4.10. Kebutuhan Ruang untuk Pedagang Ikan Kegiatan Ruang Membeli ikan di TPI TPI Mengawasi loading dock ikan Loading dock Menyortir ikan Pasar ikan Membersihkan ikan Pasar ikan Menjual ikan Pasar ikan Mengepak ikan Pasar ikan Membereskan ikan Pasar ikan Menyimpan ikan Gudang Makan/minum Kantin Buang air Toilet Sholat Mushola Istirahat Rumah Sifat ruang Semipublik Privat Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Privat Semipublik Privat Semipublik Privat c. Buruh angkut dan bongkar muat Tabel 4.11. Kebutuhan Ruang untuk Buruh Angkut dan Bongkar Muat Kegiatan Ruang Sifat ruang Menurunkan ikan dari kapal Dermaga pendaratan Semipublik ikan Mengangkut ikan ke TPI Dermaga pendaratan Semipublik ikan Mengangkut ikan ke cold storage Jalan dalam tapak Semipublik, servis Mengangkut ikan ke pasar Jalan dalam tapak Semipublik, servis Mengangkut ikan ke pengolahan ikan Jalan dalam tapak Semipublik, servis 79 Kegiatan Mengangkut ikan ke kendaraan Ruang Jalan dalam tapak Mengangkut perbekalan kapal nelayan Makan/minum Buang air Sholat Jalan dalam tapak Kantin Toilet Mushola Sifat ruang Semipublik, servis Semipublik, servis Semipublik Privat Semipublik d. Pekerja di pergudangan ikan Tabel 4.12. Kebutuhan Ruang untuk Pekerja di Pergudangan Ikan Kegiatan Ruang Sifat ruang Memarkirkan kendaraan Tempat parkir Publik Bekerja di pergudangan Cold storage Privat Mengawasi pendaratan ikan dari kapal Dermaga pendaratan Semipublik ikan Membeli ikan di TPI TPI Semipublik Mengawasi pengangkutan ikan di TPI TPI Semipublik Mengepak dan menyimpan ikan Cold storage Privat Makan/minum Kantin Semipublik Buang air Toilet Privat Sholat Mushola Semipublik e. Pedagang pujaseri Tabel 4.13. Kebutuhan Ruang untuk Pedagang Pujaseri Kegiatan Ruang Sifat ruang Memarkirkan kendaraan Tempat parkir Publik Berbelanja bahan masak PD Pasar Jaya Publik, di luar kawasan Membeli ikan di pasar ikan Pasar ikan Semipublik Membersihkan ikan Kios Privat Kegiatan Ruang Sifat ruang Memasak ikan Kios Privat Menyajikan makanan Kios Privat Membereskan bahan makanan Kios Privat Menyimpan ikan Kios Privat Makan/minum Kantin Semipublik Buang air Toilet Privat Sholat Mushola Semipublik Istirahat Rumah Privat f. Pembeli pasar ikan Tabel 4.14. Kebutuhan Ruang untuk Pembeli Pasar Ikan Kegiatan Ruang Sifat ruang Memarkirkan kendaraan Tempat parkir Publik Berbelanja ikan Pasar ikan Semipublik 80 g. Konsumen Pujaseri Tabel 4.15. Kebutuhan Ruang untuk Konsumen Pujaseri Kegiatan Memarkirkan kendaraan Memilih tempat makan Berbelanja ikan Menunggu ikan dimasak Menikmati hidangan ikan Membeli jajanan ikan Buang air Sholat Ruang Tempat parkir Area pujaseri Pasar ikan Kios Kios Kios Toilet Mushola Sifat ruang Publik Semipublik Semipublik Privat Privat Semipublik Privat Semipublik h. Wisatawan Tabel 4.16. Kebutuhan Ruang untuk Wisatawan Kegiatan Ruang Memarkirkan kendaraan Tempat parkir Melihat pelelangan ikan TPI Melihat pendaratan ikan dari Dermaga pendaratan ikan kapal Melihat pengolahan ikan Unit pengolahan ikan Melihat perbaikan dan pembuatan Parkir kapal, workshop kapal nelayan, jala Menikmati pemandangan laut Dermaga Makan/minum Kios pujaseri Buang air Toilet Sholat Mushola Sifat ruang Publik Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Privat Privat Semipublik i. Pemasok barang Tabel 4.17. Kebutuhan Ruang untuk Pemasok Barang Kegiatan Ruang Sifat ruang Memarkirkan kendaraan Tempat parkir Publik Mengantarkan bahan makanan Jalan dalam tapak Privat, servis Pujaseri Menurunkan muatan ikan untuk Loading dock Privat, servis pasar ikan Mengangkut ikan dari TPI/dermaga Jalan dalam tapak Privat, servis pendaratan ikan ke cold storage Mengangkut ikan dari cold storage Jalan dalam tapak Privat, servis Mengantarkan perbekalan untuk Jalan dalam tapak Privat, servis kapal nelayan Mengisi bahan bakar SPBU SPBU Privat, servis Mengangkut sampah Tempat pembuangan Privat, servis sampah Makan/minum Kantin Semipublik Buang air Toilet Privat Sholat Mushola Semipublik 81 j. Pegawai kantor pemerintah Tabel 4.18. Kebutuhan Ruang untuk Pegawai Kantor Pemerintah Kegiatan Ruang Sifat ruang Memarkirkan kendaraan Tempat parkir Publik Mengadakan pelelangan ikan TPI Semipublik Mengawasi kegiatan pendaratan ikan Mengawasi kegiatan pasar ikan Mengurus manajemen pelabuhan pendaratan ikan dan administrasi Makan/minum Buang air Sholat Dermaga pendaratan ikan Pasar ikan Kantor Semipublik Kantin Toilet Mushola Semipublik Privat Semipublik Semipublik Privat k. Petugas servis Tabel 4.19. Kebutuhan Ruang untuk Petugas Servis Kegiatan Ruang Mengoperasikan kebutuhan Ruang pompa mekanikal dan elektrikal Tempat pembuangan sampah sementara Ruang genset Ruang panel Penampungan air bersih SPBU IPAL 4.2.5 Sifat ruang Privat, servis Privat, servis Privat, servis Privat, servis Privat, servis Privat, servis Privat, servis Analisa luasan ruang Hasil analisa kebutuhan ruang yang didapat kemudian dianalisa lebih lanjut untuk mendapatkan luasan ruang. Perhitungan kebutuhan luasan ruang diambil berdasarkan atas beberapa pertimbangan : • Program pengembangan Muara Angke yang disusun oleh UPT. Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke. • Keadaan eksisting tapak. • Perkiraan jumlah pengunjung rata-rata per hari berdasarkan kapasitas restoran dan pujaseri yang direncanakan. Pertimbangan ini diambil mengingat kecenderungan pengunjung yang datang sebagian besar memanfaatkan fasilitas restoran dan pujaseri namun saat ini mengalami penurunan karena keadaan lingkungan dalam tapak yang tidak menarik. Diasumsikan dari 100% pengunjung area wisata, 75% merupakan 82 pengunjung area restoran dan 25% pengunjung area pujaseri. Diperkirakan 75% rata-rata dari kapasitas yang disediakan : • Restoran = Lt.UG + Lt.1 + Lt 2 + Lt.Rooftop = 200 org + 600 org + 300 org + 200 org = 1,300 org • Pujaseri = 1/3 x 1300 org = 430 org • Total = 1,730 org • Jumlah pengunjung rata-rata per hari = 75% x 1,730 org = 1,300 org • Sumber standar-standar kebutuhan ruang yang digunakan : − Neufert Architect’s Data (A) − Panduan Sistem Bangunan Tinggi oleh Juwana, J. (B) − Hasil survey ke Pelabuhan Muara Angke (C) − Program pengembangan kawasan Muara Angke (D) − Data dari UPT. Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (E) − Asumsi berdasarkan pendekatan kebutuhan dan hasil wawancara dengan staf UPT. PKPP dan PPI Muara Angke (F) − Studi banding terhadap pelabuhan perikanan di beberapa kota lain dengan luasan yang mendekati luasan tapak, yaitu 8-12ha, dan proyek sejenis lainnya (G). Berikut ini adalah program ruang untuk bangunan-bangunan pada tapak makro dan tapak mikro. 83 84 85 86 87 88 89 90 91 Berdasarkan tabel di atas, diketahui perkiraan luasan yang dibutuhkan : Luas lahan makro = 120,000 m2 Luas lahan yang boleh dibangun = 48,000 m2 Luas lantai yang boleh dibangun = 38,400 m2 Banyak lantai yang boleh dibangun = 4 lantai Luas lantai bangunan = 38,826 m2 (lebih 1.2%) Banyak lantai bangunan = 4 lantai Luas lahan mikro = 25,852 m2 Luas lahan yang boleh dibangun = 40% x 25,852 m2 = 10,341 m2 Luas lantai yang boleh dibangun = 0,8 x 10,341 m2 = 8,273 m2 Banyak lantai yang boleh dibangun = 4 lantai 4.2.6 Luas lantai bangunan = 5,622 m2 + (20% x 5,622) = 6,747 m2 Banyak lantai bangunan = 4 lantai Analisa kebutuhan parkir A. Parkir mobil Jumlah parkir mobil dihitung berdasarkan kebutuhan parkir pelaku kegiatan dalam tapak yaitu pengunjung dan pengguna tapak setiap zona/area. Perhitungan di bawah ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan parkir di zona wisata pasar ikan eceran dan pujaseri. Hasil dari perhitungan adalah jumlah parkir yang memadai berdasarkan rasio parkir dan jumlah pengunjung restoran yang efektif. Jumlah pengunjung resto = 1,300 orang Jumlah pengunjung efektif = 75% x 1,300 orang = 975 orang Rasio parkir = 1 mobil : 5 orang Jumlah kebutuhan parkir = 975 : 4 = 195 mobil = 200 mobil Luas kebutuhan parkir luar = 200 mobil x 12.5 m2 = 2,500 m2 Rasio lahan parkir (100%) = 15% penghijauan, 30% parkir, 55% sirkulasi Sirkulasi = (55% : 30%) x 2,500 m2 = 4,500 m2 Penghijauan = (10% : 30%) x 2,500 m2 = 1,000 m2 92 Luas total parkir luar = 2,500 m2 + 4,500 m2 + 1,000 m2 = 8,000 m2 Jadi, jumlah parkir mobil yang disediakan untuk pengunjung adalah 200 lot mobil dengan luas lahan 8,000 m2. B. Parkir motor Jumlah parkir motor dalam tapak dihitung berdasarkan rasio jumlah pengunjung pujaseri. Perhitungan jumlah parkir motor kurang lebih sebagai berikut. Jumlah pengunjung pujaseri = 430 orang Jumlah pengunjung efektif = 75% x 430 orang = 353 orang Rasio parkir = 1 motor : 2 orang Jumlah kebutuhan parkir = 353 : 2 = 177 motor (Dibagi menjadi 2 kelompok kunjungan) Luas kebutuhan parkir luar = 88 motor x 2 m2 = 176 m2 Rasio lahan parkir (100%) = 15% penghijauan, 30% parkir, 55% sirkulasi Sirkulasi = (55% : 30%) x 176 m2 = 324 m2 Penghijauan = (10% : 30%) x 176 m2= 60 m2 Luas total parkir luar = 176 m2 + 324 m2 + 60 m2 = 600 m2 Jadi, jumlah parkir motor yang disediakan untuk pengunjung pujaseri adalah 88 lot motor dengan luas lahan 600 m2. 4.2.7 Analisa hubungan ruang Hubungan antara satu ruang dengan ruang lainnya diperoleh dari analisa kegiatan manusia. Hubungan antar ruang ini mempengaruhi peletakan ruang dan pencapaian antara ruang-ruang tersebut. 93 Gambar 4.47. Matriks hubungan ruang dalam tapak Berdasarkan matriks hubungan ruang, keterkaitan antar ruang yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut : Gambar 4.48. Diagram hubungan ruang area wisata 94 Gambar 4.49. Diagram hubungan ruang area pelabuhan perikanan Gambar 4.50. Diagram hubungan ruang dalam tapak makro 4.3 Analisa aspek bangunan Berdasarkan analisa-analisa di atas, diketahui bahwa tapak adalah tempat bekerja yang berkaitan dengan kegiatan perikanan. Tempat bekerja ini berhubungan erat dengan fungsi wisata sehingga penataan bangunannya harus menarik dan mudah dijangkau oleh pengunjung. Bangunan yang dianalisa 95 lebih lanjut adalah bangunan mikro dengan fungsi pujaseri dan restoran dalam area wisata sebagai berikut. Gambar 4.51. Site fokus perancangan 4.3.1 Analisa pencapaian ke bangunan Pencapaian ke dalam bangunan ditentukan oleh fungsi-fungsi bangunan lain dan sirkulasi di sekitarnya. Entrance utama bangunan diletakkan di sisi selatan tapak mikro karena mengikuti sirkulasi dalam tapak. Sisi ini terletak paling dekat dengan entrance tapak makro. Sirkulasi dalam tapak mikro hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki. Kendaraan bermotor diparkir pada area yang berada di sebelum tapak mikro. 96 Gambar 4.52. Analisa pencapaian bangunan Sementara entrance servis terletak di sisi selatan tapak mikro karena berdekatan dengan area pasar ikan grosir. Entrance servis dipisahkan dengan entrance utama agar tidak mengganggu pejalan kaki dan pengunjung. 4.3.2 Analisa gubahan massa bangunan Bentuk dasar massa bangunan dipertimbangkan terhadap fungsi bangunan, kemudahan pengembangan, sifat ruang dan kegiatan yang ada, serta kesesuaian dengan kondisi lingkungan. Gambar 4.53. Pertimbangan untuk bentuk dasar bangunan 97 Berdasarkan pertimbangan di atas, dipilih bentuk dasar yang merupakan pengembangan dari bentuk bujursangkar dan lingkaran, dengan modifikasi dan pencampuran kedua bentuk tersebut sehingga mampu memberikan nilai estetika dan identitas bangunan. Bangunan-bangunan dalam kawasan mengambil analogi bentuk-bentuk yang terdapat pada laut seperti ombak, kerang, dan kapal. Bentuk lingkaran dimodifikasi menajdi bentuk gelombang seperti ombak yang mendasari bentuk bangunan-bangunan dalam kawasan. Bentuk lingkaran juga dimodifikasi menjadi bentuk kerang yang mencirikan hasil perikanan. Sementara bangunan restoran terinspirasi dari bentuk kapal yang identik dengan kegiatan dalam tapak makro. Kesan yang ingin diciptakan dari luar bangunan adalah restoran merupakan bagian dari sebuah kapal. Sementara kesan dari dalam restoran adalah pemandangan maupun suasana seperti di dalam kapal. Gambar 4.54. Ombak laut, kerang, dan kapal sebagai konsep bentuk bangunan Restoran tidak hanya terdiri dari bangunan masif, namun juga berupa pondok-pondok bangunan agar lebih menyatu dengan alam laut. Pengelolaan gubahan massa menggunakan prinsip cut and fill. Cut dilakukan pada sebagian lahan sementara fill diterapkan pada reklamasi daratan yang sengaja dibuat sehingga memberikan kesan restoran di tengah laut. Berikut ini merupakan alur dari penggubahan massa bangunan hingga mendapat bentuk bangunan. 98 Gambar 4.55. Alur pembentukan gubahan massa 4.3.3 Analisa zoning dalam bangunan Pengaturan zoning dalam bangunan dibagi menjadi dua yaitu zoning horisontal dan zoning vertikal. A. Zoning horisontal Pengaturan zoning ruang secara horisontal dalam bangunan dikelompokkan menurut fungsi ruang yaitu entrance, pemancingan, area menunggu dan kasir, area makan, dapur, loading dok, dan area servis. Zoning diperoleh berdasarkan alur kegiatan ruang-ruang tersebut sehingga tidak terjadi crossing antara jalur servis restoran dengan pengunjung. 99 Gambar 4.56. Skema zoning tapak mikro B. Zoning vertikal Pengaturan zoning ruang secara vertikal pada bangunan hanya pada area makan dan dapur. Area makan memiliki ketinggian maksimal 4 lantai, sementara dapur utama hanya 1 lantai dengan dapur persiapan pada ketiga lantai lainnya. Area servis juga terdapat pada rooftop, yaitu untuk ruang mesin lift dan reservoir atas. 4.3.4 Analisa sirkulasi dalam bangunan Sistem sirkulasi dalam bangunan dibedakan menjadi 2 yaitu, sirkulasi horisontal dan sirkulasi vertikal. A. Sirkulasi horisontal Terdapat beberapa jenis sirkulasi horisontal lainnya dalam bangunan maupun kawasan, antara lain : Jenis Sirkulasi Linier menerus Tabel 4.21. Bentuk Sirkulasi horisontal Kelebihan Kekurangan + Jelas dan terarah. − Kurang efisien karena + Mudah presentase disesuaikan sirkulasi yang dengan bentuk besar. bangunan. + Pencapaian mudah. Penerapan Sirkulasi kendaraan bermotor dan pejalan kaki pada area pelabuhan ikan. 100 Jenis Sirkulasi Linier bertekuk Kelebihan + Mudah dalam klasifikasi fungsi dalam bangunan. Kekurangan Linier berpotongan Penerapan Sirkulasi kendaraan bermotor dan pejalan kaki pada area wisata. - Linier bercabang Koridor areaarea masak dalam dapur. Linier berbelok Area servis loading dock. Linier melingkar Sirkulasi pejalan kaki, area cold storage. Radial Grid + Memusatkan kegiatan/ orientasi. + Efisiensi sirkulasi. + Kemudahan dalam pencapaian. + Kemudahan pencapaian. + Kemudahan dalam penamaan. − Arah sirkulasi terpusat sehingga perhatian kea rah lainnya berkurang. - − Sirkulasi monoton dan membosankan − Tidak memiliki pusat orientasi. Area ikan. pasar B. Sirkulasi vertikal Perancangan restoran dan pujaseri ini menggunakan 3 jenis sirkulasi vertikal, yaitu : • Lift Lift yang dibutuhkan sebanyak 2 lift barang untuk loading dock ke restoran lantai 2, 3, dan basement. • Ramp 101 Alat transportasi vertikal utama dalam bangunan untuk pengunjung adalah ramp. Ramp ini memiliki derajat kemiringan khusus sesuai standar. • Tangga Tangga merupakan sirkulasi vertikal yang digunakan untuk pengunjung dan pedagang. Tangga juga digunakan pada waktu keadaan darurat, yaitu tangga darurat. Sirkulasi untuk kebutuhan darurat, membutuhkan lebar pintu keluar sebesar 80 cm. Tangga darurat di letakkan dengan jarak maksimal 30m (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 m (untuk bangunan dengan sprinkler). Gambar 4.57. Tangga kebakaran 4.3.5 Analisa elemen fasad bangunan Fasad merupakan tampak depan bangunan yang menghadap lingkungan. Fasad sebagai kulit luar bangunan dapat berupa elemen dekoratif dan elemen bukaan seperti bentuk jendela dan pintu. Permasalahan utama di daerah beriklim tropis adalah sinar matahari dengan intensitas tinggi dan curah hujan yang tinggi. Sinar matahari berdampak menyilaukan mata dan membawa radiasi panas. Salah satu bentuk pemecahan permasalahan sinar matahari adalah dengan merancang fasad bangunan menggunakan shading device. Elemen pelindung dari sinar matahari ini diletakkan di sisi bangunan yang menghadap 102 arah datangnya sinar matahari. Shading device membatasi sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan dan dapat membentuk daerah bayangan. Jenis Shading Device Tabel 4.22. Macam-Macam Shading Device Keterangan Kelebihan Keburukan + Menahan sinar matahari dari atas. − Tidak dapat menahan sinar matahari yang datang dari sudut rendah. + Mampu menyaring intensitas cahaya dari atas, disesuaikan dengan kebutuhan. − Tidak dapat menahan sinar yang datang dari sudut rendah. − Tidak dapat diaplikasikan pada bangunan tinggi. + Menghalangi sinar matahari pada sudut rendah (arah horisontal). − Menghalangi pandangan ke luar. − Turut menghalangi cahaya langit, sehingga ruangan menjadi gelap. + Dapat mengatur intensitas matahari yang ingin diperoleh. + Menghalangi masuknya sinar matahari langsung. − Tidak dapat diaplikasikan pada bangunan tinggi. + Dapat mengatur intensitas matahari yang ingin diperoleh. + Menghalangi masuknya sinar matahari langsung. − Tidak dapat diaplikasikan pada bangunan tinggi. Cantilever (overhang) Louver overhang (horisontal) Panels/awning Horisontal Louver Screen Horisontal Louver Screen 103 Jenis Shading Device Keterangan Kelebihan Keburukan + Mampu menghalangi sinar matahari dari sudut kedatangan yang rendah. − Fasad bangunan menjadi terkotak-kotak (kaku). + Menghalangi sinar matahari yang berasal dari samping dengan sudut kedatangan cahaya yang rendah. − Masih memungkinkan masuknya cahaya matahari dalam jumlah banyak apabila sudut kedatangan sinar yang tinggi. Egg Crate Vertical Louver Sumber: Concept in Thermal Comfort, 1975 Shading device yang digunakan sebagai fasad bangunan pada sisi barat dan timur adalah jenis egg crate. Jenis ini dipilih karena dapat menghalangi sinar matahari dari arah samping maupun dari atas dengan sudut kedatangan yang rendah. Sementara pada sisi utara dan selatan bangunan digunakan shading device jenis vertical louver, yang menghalangi sinar matahari dari arah samping. 4.3.6 Analisa material bangunan Material merupakan elemen yang berpengaruh terhadap tampilan bangunan yang berkaitan dengan identitas bangunan. Dalam pemilihan jenis material, perlu pertimbangan terhadap estetika, daya tahan, dan juga terhadap iklim. Tabel 4.23. Perbandingan Jenis Material Bangunan Material untuk dinding Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Bata Ringan Dinding precast Batako + Pengerjaan cepat + Pengerjaan cepat (sudah + Mudah didapat. (modul yang besar). difabrikasi − Daya tahan terhadap sesuai pesanan) + Kedap suara. gempa kecil. + Lebih efisien untuk + Mudah didapat. + Bangunan dengan + Biaya relatif murah. modul per lantai yang sama. − Biaya mahal. Alternatif yang dipilih : Dinding bata ringan, yang paling sesuai dengan karakter bangunan yang bertingkat rendah. 104 Material untuk atap Alternatif 1 Alternatif 2 Dak beton Genteng + Mudah dibentuk. + Tahan terhadap cuaca panas + Tahan api. + Memungkinkan + Bentuk minimalis yang modern. + Adanya pergerakan − Berat dan mudah retak karena + udara di bawah atap sehingga dapat pemuaian. menurunkan suhu udara di dalam ruangan. − Rentan terhadap − Mudah pecah. kebocoran. − Menyerap panas. − Tidak cocok untuk bangunan tinggi. Alternatif yang dipilih : Dak beton, karena paling cocok untuk diaplikasikan pada bangunan tinggi. Pemecahan masalah kebocoran dapat diselesaikan dengan waterproofing serta sudut kemiringan dak agar air dapat mengalir. Material untuk kusen Alternatif 1 Alternatif 2 Kayu Alumunium + Mudah didapat. + Ringan. + Lentur. + Mudah dalam pemasangan dan fabrikasi yang cepat. − Mudah terbakar. − Menyerap panas. − Dapat lapuk karena air. Alternatif yang dipilih : Alumnium, karena mudah dalam pemasangan dan memiliki tampilan yang modern. Sumber: Hasil olahan pribadi, 2014 4.3.7 Analisa struktur bangunan Sistem struktur merupakan pendukung utama dari sebuah bangunan, sebagai penentu kekuatan, kestabilan dan kekakuan bangunan. Fungsi utama sistem struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui pondasi. Elemen sistem struktur dibagi menjadi 2 yaitu: A. Sub-structure Unsur struktural dasar yang membentuk pondasi dan umumnya terletak di bawah permukaan tanah. Terdiri dari sistem pondasi, pile-cap, sloof, pile, bored pile dan sistem basement. Tabel 4.24. Perbandingan Jenis Sistem Sub-Structure Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan Pondasi tiang pancang + Pelaksanaan yang − Harga relatif netral. hidrolis (Hydrolic pile) cepat dan mudah, − Teknologi lebih dengan kemampuan susah. menahan beban − Bisa mencapai vertikal yang baik. kedalaman ±16m. − Tergantung kondisi tanah. Pondasi tiang pancang + Harga relatif murah. − Proses pengerjaannya dipukul (Hammered berisik. + Pekerjaan relatif pile) − Dapat merusak mudah. 105 bangunan tetangga. + Bisa mencapai kedalaman ±20m. Pondasi Bored pile + Harga relatif murah. − Proses pengerjaannya kotor (berlumpur). + Pekerjaan relatif − Sulit mengontrol mudah. mutu. + Proses pengerjaannya relatif tenang (tidak berisik). Sumber: Catatan pribadi mata kuliah Teknologi Bangunan, 2012 Jenis lapisan tanah pada kawasan Muara Angke adalah lempung bercampur sedikit lanau (silty clay) dengan konsistensi lunak sampai agak keras. Oleh karena itu, jenis pondasi yang dipilih untuk bangunan pasar, pujaseri, dan hunian nelayan di Muara Angke adalah pondasi tiang pancang hidrolis. B. Upper-structure Elemen struktural yang merupakan perpanjangan dari pondasi, berada di atas tanah atau di atas pondasi. Terdiri dari kolom, balok kayu, lantai, dinding, rangka atap, atap dan membangun kulit. Tabel 4.25. Perbandingan Jenis Sistem Upper-Structure Non Bentang Lebar Sistem struktur Kelebihan Kekurangan Sistem plat dan + menyalurkan beban ke − Makin besar bentang, kolom melalui balok makin tinggi balok. balok sehingga ketebalan lantai berkurang. + Bentang yang dihasilkan − Terdiri dari plat dan balok baik satu arah maupun dua arah. cukup besar (7,5-12 m). Sistem balok induk dan balok anak + Dapat menggunakan − Makin besar bentang, beton pre stressed. makin tinggi balok. + Balok anak digunakan untuk memperkecil dimensi plat sehingga lebih efisien. Bentang Lebar Sistem struktur Kelebihan Kekurangan Struktur Portal + Bentuk dasar portal − Perlu elemen pengaku sangat variatif. sistem struktur: 106 + Sistem elemen batangnya juga sangat variatif. + Berat struktur relatif ringan. + Kemampuan bentangan sangat besar/lebar. + Mudah dalam konstruksi. + Dapat menggunakan bermacam material untuk sistem strukturnya (beton, baja, kayu, komposit). + Ramping. sambungan jepit, ikatan silang (bracing), dindingdinding geser, balokbalok cincin, sloof. − Lemah terhadap beban termis (panas/pemuaian). − Lemah terhadap penurunan dan pergeseran lapisan tanah. − Khusus portal baja dan kayu mudah terbakar, perlu perawatan intensif. + Dapat dikombinasikan dengan sistem struktur lain (hybrid). Struktur Kabel + Ringan dan elastic. + Bentangan yang cukup besar sehingga dapat menutup ruang-ruang besar dengan bebas kolom/tiang. + Bentuk yang fleksibel dan mudah dibentuk − Perilaku struktur yang dinamis. − Tingkat kelengkungan yang terbatas. − Terjadi getaran, fluttering/getaran halus. − Tidak tahan panas (angka muai yang besar). membentuk sesuatu. − Jenis bahan penutup atap + Mempunyai kekuatan yang dapat digunakan tarik sangat besar. sangat terbatas seperti : + Dapat dibongkar pasang membrane, fiberglass, dengan cepat, dapat nylon, tevlon, terpal, dipindah tempatkan. yang menyerupai kain. + Menawarkan bentuk − Pemeliharaan yang cukup arsitektur yang atraktif mahal khusus untuk dan variatif. kabel strainnya/kable + Dapat digabungkan tarik, seperti korosi/karat. dengan sistem struktur lain (hybrid). Sumber: Catatan pribadi mata kuliah Teknologi Bangunan, 2012 107 Berdasarkan pertimbangan diatas maka sistem struktur yang dipilih untuk bangunan non bentang lebar adalah sistem plat dan balok dengan struktur rangka beton bertulang. Sementara untuk bangunan yang bebas kolom dengan bentangan lebar menggunakan struktur hybrid yang merupakan perpaduan antara struktur portal dan kabel. Sistem hybrid dipilih untuk mendapatkan bentuk arsitektur yang atraktif dan menarik dengan material yang variatif. 108