1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SOPAN

advertisement
PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SOPAN SANTUN
SISWA DI SDN TELUK DALAM 12 BANJARMASIN
ABSTRACT
Rusmini, 2012. The role of teachers in instilling character courtesy of students at
SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin. Thesis program Pancasila and
Citizenship Education Study, Department of Social Sciences Faculty of
Teacher Education University of Lambung Mangkurat. Counselor (I)
Wahyu, (II) Mariatul Kiptiah.
Keywords: role of the teacher, character, Manners, students.
The role of teachers in instilling character courtesy of students in schools
is needed. Since it is the duty of teachers as a profession that includes educating,
teaching, and training. Teachers in the field of humanitarian tasks in the school
should be able to make himself as second parents. Teachers as mentors, teachers,
educators and trainers indispensable role in educating students that behave
according to the values, character, norms not only in schools but also in the
community. This study aims to determine the manners of students in schools and
the role of teachers in instilling character manners, but it is also knowing how
teachers in instilling character manners, inhibiting factor in instilling character
values manners that are eroded by time on SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin.
The methods used in this study is a qualitative method. Data collection is
done with the techniques of observation, interview and documentation. Analysis
of the results of research that is used is the analysis of the data reduction steps, the
presentation of the data, draw conclusions.
The results showed that the role of teachers in instilling character courtesy
of students at SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin has been good, although it could
be said to be not optimal. The ways by teachers is to be an example for the
students. so the students will be easy to emulate. Constraints faced in carrying out
activities such as self-esteem itself, the influence of age, self awareness and
supporting factors like environment. The benefits of planting itself courtesy
character very much and is very useful for myself in particular.
Suggestions for this study it is expected that students realize that the
importance of the manners of good character for yourself or for others, and is
constantly working to build the character of courtesy that is not only in schools
but also in the family and in the community.
1
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam sistem persekolahan selama ini lebih menekankan
pengembangan kemampuan intelektual akademis dan kurang memberi
perhatian pada aspek yang sangat fundamental, yakni pengembangan karakter
(watak). Sementara karakter itu merupakan aspek yang sangat penting dalam
penilaian kualitas sumber daya manusia. Seseorang dengan kemampuan
intelektual yang tinggi dapat saja menjadi orang yang tidak berguna atau
bahkan membahayakan masyarakat jika karakternya rendah. Oleh sebab itu
pendidikan karakter seharusnya ditempatkan sebagai bagian penting dalam
sistem pendidikan nasional.
Salah satu poin penting dari tugas pendidikan adalah membangun
karakter (character building) anak didik. Karakter merupakan standar-standar
batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri
dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai-nilai tersebut dan
terwujud di dalam perilaku. Apabila kita simak bersama, bahwa dalam
pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun
lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau
membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih
sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang, secara tidak langsung juga mempengaruhi perilaku bangsa
2
Indonesia secara umum. Saat ini banyak dilihat di tengah-tengah masyarakat,
banyak para orang tua dan generasi muda bangsa dalam banyak hal tidak
santun. Perilaku santun menjadi luntur mungkin disebabkan oleh salah
satunya begitu mudah dapat mengakses perilaku hidup bangsa dibelahan lain.
yang cenderung hedonis dan egois, yang dianggap serta dipercaya sebagai
gaya hidup orang modern dapat dengan mudah untuk dicontoh karena
perkembangan teknologi.
Pendidikan karakter bangsa sangat diperlukan untuk merunutkan
kembali manusia Indonesia yang seperti apa yang harus dilahirkan melalui
meja-meja sekolah. Agar tidak ada lagi yang namanya norma yang bias.
Apalagi di era perkembangan tenologi semacam ini, kita sebagai calon guru
sudah tentu harus mengarahkan mereka pada sikap sopan di dunia nyata
maupun dunia maya, pada orang tua, teman sebaya, guru dan adik-adik
mereka. Agar kelak mereka menjadi penerus bangsa yang tidak hanya
berpendidikan sebatas mendapatkan gelar tapi berpendidikan dari segi moral,
sikap, dan karakter diri mereka pribadi.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Guru
1. Pengertian Peran
Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
(status). Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajibankewajibannya
sesuai
kedudukannya,
3
maka
orang
tersebut
telah
melaksanakan suatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena tidak
ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran. Sebagaimana
kedudukan, maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam
peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti pula
bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat
serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.
Peran sangat penting karena dapat mengatur perikelakuan seseorang,
disamping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan
orang
lain
menyesuaikan
pada
batas-batas
perilakunya
tertentu,
sendiri
sehingga
dengan
seseorang
perilaku
dapat
orang-orang
sekelompoknya (Narwoko dan Bagong, 2006: 158-159)
2. Peran Guru
Peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik menurut
Husaini ( 1993:9), yang mencakup :
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang
akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching
problems)
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan
situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak
sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang
bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama
proses berlangsung (during teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan,
menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan
pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses
pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai
aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
4
B. Karakter Kesopanan
1. Pengertian kesopanan
Menurut Muhajir, (2010:1) kesopanan adalah kesopanan lembut dan
sikap sopan, pada abad pertengahan di Eropa, perilaku yang diharapkan
dari bangsawan itu di dusun
dalam buku-buku santun. Terbesar
diantaranya ialah Cortegiano yang tidak hanya meliputi etiket dasar dan
sopan santun tetapi juga memberikan model percakapan canggih dan
keterampilan intelektual.
2. Norma Kesopanan
Ada berbagai macam jenis norma-norma sosial, yang tak selamnya
dapat mudah dibedakan satu sama lain. Oleh karena itulah usaha-usaha
mengadakan klasifikasi yang sistematis amatlah sukar. Satu di antara
usaha-usaha ini mencoba membedakan norma-norma sosial disokong oleh
sanksi-sanksi yang tidak seberapa berat serta tak mengancamkan ancamanancaman fisik, sedangkan satu golongan lagi berlaku dengan sokongansokongan sanksi-sanksi yang berat serta disertai dengan ancaman-ancaman
fisik (Narwoko dan Bagong: 2004).
3. Macam-Macam Kesopanan
a. Kesopanan Berbahasa
Bahasa menunjukan bangsa, di dalam ilmu komunikasi bahasa
merupakan alat komunikasi penting yang menjembatani seseorang
dengan orang lainnya. Santun bahasa menunjukan bagaimana seseorang
melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya secara lisan. Setiap
5
orang harus menjaga santun bahasa agar komunikasi dan interaksi dapat
berjalan baik. Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah komunikasi
sangat menetukan keberhasilam pembicaraan (Kuraesin, 1975: 6)
b. Sopan Santun Berperilaku
Santun adalah satu kata sederhana yang memiliki arti banyak dan
dalam, berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dalam perilaku dan
perbuatan positif. Perilaku positif lebih dikenal dengan santun yang
dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara
memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan
kapan pun. Santun yang tercermin dalaman perilaku bangsa Indonesia
ini tidak tumbuh dengan sendirinya namung juga merupakan suatu
proses yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa yang luhur.
Chazawi (2007: 12).
C. Manfaat Karakter Sopan Santun
Manfaat
dari nilai-nilai
kesopanan sangatlah
penting dalam hidup
bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga orang lain juga
dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga kesopanan dikalangan orang
banyak. Dengan menjaga nilai-nilai kesopanan kita, para remaja yang disebut-sebut
sebagai penerus bangsa, juga dapat memajukan bangsa Indonesia dengan menjaga
nilai-nilai tradisional yang sudah dibawa dari dulu. Finayatul (2010).
D. Kesopanan Dalam Lingkup Al-Qur’an
Kesopanan akan menjadikan pemiliknya mulia. Orang yang melihat
akan terpesona, karena dialah jalan yang dapat menghubungkan hati. Sikap
6
yang sopan akan melahirkan akhlak mulia, keindahan estetika, serta sikap
jantan yang sempurna.
Kesopanan, sebagaimana yang didefisinikan oleh Al-Jurjani adalah :
"Kekuatan dari dalam diri yang merupakan awal dari semua perbuatan
terpuji, baik dari sisi agama, logika maupun budaya.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi lunturnya nilai-nilai kesopanan
Menurut Mahfudz (2010:03), berpendapat bahwa kurangnya sopan
santun pada anak disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Anak-anak tidak mengerti aturan yang ada, atau ekspektasi yang
diharapkan dari dirinya jauh melebihi apa yang dapat mereka cerna pada
tingkatan pertumbuhan mereka saat itu
2. Anak-anak ingin melakukan hal-hal yang diinginkan dan kebebasannya
3. Anak-anak meniru perbuatan orang tua
4. Adanya perbedaan perlakuan disekolah dan dirumah
5. Kurangnya pembiasaan sopan santun yang sudah diajarkan oleh orang tua
sejak dini
III. Metode Penelitian
A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Pertimbangan pilihan metode dan analisis penelitian di atas ialah adalah
bahwa kajian peran guru dalam menanamkan karakter sopan santun siswa di
sekolah memerlukan penggalian informasi yang tidak bersifat kuantitatif
7
untuk menentukan deskripsi yang bersifat komprehensif dari data-data yang
dikumpulkan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti berpandangan bahwa metode
dan analisis data deskriptif kualitatif sangat tepat untuk dijadikan dasar atau
landasan pada penelitian ini.
B. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi atau tempat penelitian ialah
SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin. Alasan tempat ini dipilih sebagai tempat
penelitian karena di sekolah ini banyak siswa yang bisa dikatakan kurang
sopan terhadap guru. Karena dari pengamatan yang sudah saya lakukan
sebelumnya, di sekolah ini hampir 80% siswa laki-laki ataupun perempuan
mereka kurang menghormati guru, sebab itulah saya melakukan penelitian di
sekolah ini agar nilai-nilai kesopanan bisa ditanamkan dalam diri mereka
sejak dini.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data dipilih secara purposive, yakni penentuan
informan atau sumber data dilakukan dengan tujuan untuk memilih informan
yang diangap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan
dapat dipercaya untuk mencari sumber data yang mantap dan lengkap.
Data yang diperoleh peneliti terdiri dari dua jenis, yakni data primer dan
data sekunder.
8
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari guru dan siswa. Data
yang dikumpulkan meliputi data yang bersangkutan dengan peran guru dalam
menanamkan karakter sopan santun siswa di SDN Teluk Dalam 12
Banjarmasin
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
peneliti, yaitu meliputi data hasil penelitian, catatan atau laporan dan dokumen
hasil wawancara.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama ialah peneliti
sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas mungkin akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
menjaring data pada sumber data yang lebih luas, dapat mempertajam serta
melengkapi data hasil pengamatan dan observasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan di sekolah pada saat proses pembelajaran untuk melihat
aktivitas guru dalam menginternalisasikan nilai kejujuran serta di luar jam pelajaran
untuk melihat aktifitas siswa dalam pergaulannya dengan teman sebaya.
2. Wawancara
Teknik wawancara dipilih agar peneliti dapat mengetahui secara langsung
dari informan sebagai sumber data. Wawancara dilakukan terhadap guru-guru
9
disana lebih menekankan pada pemahaman lebih lanjut untuk menemukan
makna dibalik apa yang terjadi yaitu dengan melakukan wawancara secara
langsung terhadap guru dan siswa di sekolah tersebut
3. Dokumentasi
Tekinik
dokumentasi
dipilih
agar
memudahkan
peneliti
dalam
mengumpulkan data baik dokumen tertulis atau gambar sebagai sumber data
dalam penelitian ini sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Faisal (2003:69) metode analisis dalam penelitian ini melalui tiga
tahapan, yakni reduksi data, penyajian data dalam bentuk uraian, dan menarik
kesimpulan-kesimpulan tentang internalisasi nilai-nilai kejujuran
G. Pengujian Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data, maka digunakan uji kredibilitas data, yang
meliputi perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi
merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu, antara lain triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi
waktu
H. Jadwal Penelitian
Proses penelitian yang akan peneliti laksanakan diharapkan dapat
selesai dalam waktu 12 bulan dari penyusunan usulan penelitian sampai
menyelesaikan laporan. Jadwal penelitian sebagai berikut:
10
Fase
Kegiatan
Bulan
1 2
1. Persiapan
a. Penyusunan proposal
b. Seminar proposal
2. Pengumpulan
Data
a. Ke lapangan
dan b. Reduksi data
pengolahan
c. Penyajian data
data
d. Menarik kesimpulan
e. Pengujian keabsahan data
3.Penulisan
Laporan
a. Membuat draft laporan
dan
Bimbingan
penelitian
b. Diskusi draft laporan
c.
4. Ujian
Penyempurnaan laporan
a. Ujian Skripsi
b. Perbaikan Skripsi
2. Penyerahan
a. Penggandaan Skripsi
Skripsi
11
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12
IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Lingkungan Sekolah
Tempat pelaksanaan penelitian adalah di sekolah SDN Teluk Dalam
12 Banjarmasin. SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin didirikan pada tahun
1983 dengan akreditasi B. Sekolah ini terletak di perbatasan kecamatan
Banjarmasin Tengah dan Banjarmasin Barat, yaitu antara Kelurahan Teluk
Dalam dan Kelurahan Pelambuan. Pagar sekolah bagian barat adalah
sebagai batas kedua wilayah SD Negeri Teluk Dalam 12 berdekatan
dengan SD Negeri Pelambuan 7 dan SMK Yepeti.
B. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Peranan Guru dalam Menanamkan Aturan-aturan Yang
Ada di SDN Teluk Dalam12 Banjarmasin.
Peran guru dalam menanamkan aturan yang sudah ada, baik yang
bersifat formal ataupun bersifat non formal yang mengacu pada perilaku
sopan, sudah berjalan dengan baik, terutama pada aturan yang sifatnya
formal, karena aturan tersebut sudah bersifat formal maka jelas peran guru
dalam menanamkan aturan ini sudah bisa dikatakan optimal. Namun
sangat bertolak belakang dengan aturan yang bersifat non formal, disini
peneliti menemukan ada beberapa guru yang bisa dikatakan tidak terlalu
peduli dengan aturan yang bersifat non formal tersebut, sehingga guru
itupun tidak sesering mungkin menanamkan aturan tersebut pada diri
siswa baik saat pelajaran berlangsung maupun diluar jam mengajar, karena
12
mereka beranggapan bahwa siswa sudah bisa membedakan mana perilaku
yang sopan dan yang mana yang tidak. Meskipun demikian peran guru
dalam menanamkan aturan-aturan khususnya yang bersifat non formal
sudah berjalan dengan baik, terbukti dengan banyaknya siswa SDN Teluk
Dalam 12 Banjarmasin yang mendapat berbagai macam prestasi.
2. Deskripsi Cara Guru Dalam Mendidik dan Menanamkan Karakter
Sopan Santun Siswa di SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin.
Cara guru dalam menanamkan karakter sopan santun siswa di SDN
Teluk Dalam 12 Banjarmasin ini sangat beragam. Hal yang pertama yaitu
mulai dari diri guru itu sendiri, sebagai seorang guru tentunya harus
menjadi contoh teladan bagi siswanya di sekolah. Selama penelitian di
lapangan peneliti melihat semua guru itu benar-benar menjadi contoh
teladan bagi semua siswa jadi cara yang mereka terapkan dalam
menanamkan karakter sopan santun ini tidak terlalu susah, walaupun
banyak faktor penghambat yang dihadapi oleh para guru dalam
menanamkan karakter sopan santun pada diri siswa. Semua guru dalam
setiap mata
pelajaran yang mereka pegang selama jam pelajaran
berlangsung mereka tidak lupa selalu menyisipkan tentang pendidikan
karakter disetiap jam pelajaran akan berakhir, khususnya tentang karakter
sopan santun yang kondisinya sangat memprihatinkan karena sudah mulai
hilang terkikis oleh zaman.
13
3. Deskripsi Manfaat Penanaman Karakter Sopan Santun di SDN Teluk
Dalam 12 Banjarmasin.
Manfaat yang didapat sangat banyak tidak hanya bermanfaat bagi
diri sendiri tetapi bagi orang lain juga. Terbukti selama peneliti berada
disana siswa-siswa sangat sopan terutama siswa kelas VI mereka benarbenar menghormati orang lain terutama orang baru yang ada di sekeliling
mereka. Cara berpakaian mereka juga rapi, tutur bahasa mereka sopan.
Sehingga suasana dalam kelaspun akan terasa menyenangkan dan tentram.
Meskipun untuk kelas yang lainnya bisa dikatakan masih kurang dan perlu
perhatian khusus dari para guru agar manfaat sopan santun ini lebih terasa
kental di sekolah ini dan menjadikan suasana belajar-mengajar menjadi
tentram dan menyenangkan.
V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Peran Guru Dalam Menanamkan Aturan-aturan Yang Sudah Ada,
Khususnya Aturan Yang Bersifat Non Formal di SDN Teluk Dalam 12
Banjarmasin
Peran guru dalam menanamkan aturan yang sudah ada, baik yang
bersifat formal maupun non formal yang mengacu pada perilaku sopan di
SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin ini sebenarnya sudah berjalan dengan
baik, seperti halnya dimana guru itu harus menjadi panutan atau teladan bagi
bagi siswa-siswanya di sekolah dengan mendisiplinkan diri terlebih dahulu.
Sebagaimana halnya yang dikatakan oleh Usman (1999:13) seorang guru
14
sebelum menjadi model keteladanan siswa guru juga harus mendisiplinkan
diri, artinya apabila menginginkan peserta didiknya patuh terhadap aturan
yang berlaku baiknya aturan yang bersifat formal atau non formal maka guru
harus terlebih dulu mematuhinya.
2.
Cara Guru Dalam Menanamkan Karakter Sopan Santun Siswa di SDN
Teluk Dalam 12 Banjarmasin.
Seorang guru tidak hanya sebagai perencana, tetapi juga sebagai
pelaksana, berkaitan dengan pembahasan tentang cara guru dalam
menanamkan karakter sopan santun di sekolah khususnya di SDN Teluk
Dalam 12 Banjarmasin sangat beragam, yaitu mulai dari diri guru itu sendiri,
sebagai seorang guru tentunya harus menjadi contoh teladan bagi siswanya di
sekolah. Hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh Usman
(1999:13) peran guru di pandang dari segi diri pribadinya adalah “ sebagai
model teladan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh
para peserta didik”. Apabila guru sudah menunjukkan perilaku yang tidak
sopan maka siswa pun akan berperilaku seperti itu karena siswa biasanya
meniru apa yang dilakukan oleh guru. Selama peneliti berada di lapangan
peneliti melihat semua guru itu benar-benar menjadi contoh teladan bagi
semua siswa, jadi cara yang mereka terapkan dalam menanamkan karakter
sopan santun ini tidak terlalu susah.
15
3.
Deskripsi Manfaat Penanaman Karakter Sopan Santun di SDN Teluk
Dalam 12 Banjarmasin.
Manfaat penanaman karakter sopan santun ini tentunya sangat banyak
baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. seperti halnya di SDN Teluk
Dalam 12 Banjarmasin di mana selama penelitian di lapangan terkait dengan
manfaat penanaman karakter sopan santun ini sudah terlihat hasilnya
meskipun tidak semua siswa disana berperilaku sopan baik terhadap guru
maupun teman sebayanya. Namun para guru masih berusaha dan tidak hentihentinya manamkan karakter sopan santun pada diri mereka. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih maksimal. seperti halnya sopan dalam
berpakaian, tutur bahasa dalam berkomunikasi, sopan berperilaku dan lain
sebagainya.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Kuraesin (1975: 6) setiap orang
harus menjaga santun bahasa agar komunikasi dan interaksi dapat berjalan
baik. Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah komunikasi sangat menetukan
keberhasilam pembicaraan. Sebagaimana yang terjadi di SDN Teluk Dalam
12 Banjarmasin manfaat dari santun berkomunikasi ini sudah jelas dapat
terlihat hasinya dengan usia mereka yang dikatakan masih anak-anak.
Sekarang ini banyak anak-anak yang tata bahasanya sangat memprihatinkan,
tidak segan-segan mengeluarkan kata-kata kasar kepada orang yang lebih tua
dari mereka. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendidikan tentang perilaku
sopan santun anak sejak dini dari orang tua di rumah.
16
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam menegakkan sopan santun siswa baik di sekolah khususnya
maupun lingkungan masyarakat pada umumnya memang tidak semudah
yang dibayangkan. Peranan guru yang dilakukan salah satu contohnya
adalah dengan menjadi teladan siswa dengan cara berpakaian rapi, bertutur
kata dengan sopan dan pantas, menegur siswa dengan kata-kata yang halus
dan bijak, memberi motivasi kepada siswa. Sikap dan perilaku yang
ditampilkan harus dapat dicontoh oleh siswa atau dapat dijadikan sebagai
teladan oleh siswa. Sikap dan perilaku guru hendaknya adalah bersikap
disiplin, adil, tanggung jawab dan bersikap sopan santun serta berwibawa
dan berakhlak mulia. Di dalam memberikan keteladanan terhadap siswa,
seorang guru harus memiliki akhlak yang baik. Peran lain guru SDN Teluk
Dalam 12 Banjarmasin adalah sebagai konservator, pembina perilaku
sopan santun, organisator dan sebagai motivator.
2. Cara ataupun strategi merupakan suatu proses bagaimana tindakan seorang
dalam menjalankan suatu rencana yang ingin dicapainya. Yang mana
dalam menjalankan suatu tindakan tersebut harus dengan rasa percaya diri,
kesabaran yang tinggi dan rasional. Adapun cara yang digunakan oleh
guru SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin dalam menanamkan karakter
sopan santun siswa di sekolah yaitu dengan memberi contoh teladan yang
baik. Apabila kita sebagai guru menginginkan siswa kita memiliki perilaku
yang sopan, maka mulailah dari diri kita sendiri. Dan apabila ada siswa
17
yang berperilaku tidak sopan maka hal pertama yang akan dilakukan ialah
menegurnya, apabila diama sih saja, maka siswa tersebut akan dipanggil
oleh wali kelas, apabila masih saja siswa tersebut melanggar maka akan
dipanggil orang tuanya oleh kepala sekolah dan yang trakhir dengan sangat
hormat akan diberhentikan.
3. Sopan santun bukan sekedar mematuhi aturan (norma) tetapi kesadaran
mematuhi norma yang berlaku. Manfaat menerapkan karakter sopan
santun siswa adalah bermanfaat menumbuhkan dan meningkatkan perilaku
sopan santun diri dan budi pekerti yang sekarang ini sudah mulai pudar
terkikis oleh zaman. Manfaat lain dari menerapkan karakter sopan santun
adalah menumbuhkan kepatuhan, menumbuhkan wibawa guru dan siswa
ikut termotivasi, mengajarkan sifat yang mulia, saling menghormati dan
mengajarkan untuk sopan dan patuh.
B.
Saran
1. Sopan santun sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Sopan
santun menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib
kehidupan sehari-hari, yang akan mengantarkan seorang siswa sukses
dalam belajar dan sebagai pembekalan diri untuk ke depannya menjadi
siswa yang lebih baik lagi. Hendaknya siswa lebih mngetahui akan makna
sopan santun.
2. Tidak hanya peran guru yang lebih ditingkatkan guna menerapkan karakter
sopan santun siswa, hendaknya lingkungan baik di sekolah maupun luar
18
sekolah juga ikut berperan dan sebagai bahan informasi bagi sekolah
dalam meningkatkan peran guru dalam rangka menerapkan sopan santun
terhadap perilaku siswa.
3. Masih banyaknya permasalahan tentang penerapannya karakter sopan
santun dalam membentuk karakter siswa, di mana karakter sopan santun
ini banyak memberikan manfaat bagi siswa itu sendiri pada khususnya dan
bagi guru umumnya, hendaknya permasalah ini dijadikan sebagai salah
satu bahan referensi bagi guru tentang berbagai masalah dalam
menerapkan karakter sopan santun.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, H. Drs. dan Nur Uhbiyati, Dra. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta.
Rineka Cipta
Aminudin, 1990. Penelitian Kualitatif. Malang: Yayasan Asih Asuh Malang.
Berry, David. 2003. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Chazawi Adami, 2007. Tindak Pidana Kesopanan. Jakarta: Rajawali Pers.
Dapertemen Agama RI, 2002. Al-Qur’an Dan Terjemahnya.
Doni Koesoema, A. (2007). Tiga Matra Pendidikan Karakter. Dalam Majalah
BASIS,
Agustus-September
2007.
(online),
(http://pendidikankarakter.org/index.php?news&nid=2
25 Mei 2009 di akses 18 oktober 2011)
Effendi Samsoeri, 1982. Sopan Santun Pergaulan. Surabaya: Usana Offset
Printing.
Finayatul. 2010. Etiket Sopan Santun. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Husaini.
2010.
Perlukah
Pendidikan
Berkarakter.
Dikutip
dari
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=133perl
ukahpendidikan-berkarakter&catid=1%3Aadian-husaini&Itemid=23.
Diakses
pada hari Sabtu 17 Maret 2012
Hutabarat Hermine, 1991. Etiket, Pedoman Praktis untuk Membawa Diri dalam
Pergaulan Antar Bangsa. Jakarta: Gunung Mulia.
Kuraesin.1975. Masyarakat Sopan. Bandung: Tarate.
Mahfudz,2010.Budaya-sopan-santun-yang-semakin-dilupakan. (www.scribd.com.
diakses 02 januari 2012)
Muhajir, 2011. Indahnya-memiliki-sopan-santun Jurnal Ilmu Pendidikan, (online),
(http://pidato sekolah.blogspot.com. diakses oktober 2011).
Mu’in Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
20
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto (Eds), 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Prebada media.
Soelaeman, M. I (1985). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Diponegoro.
Soekanto Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Soetjipto Soemiati S. 1983. Sikap Kita Dalam Pergaulan. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Sulistyo. 2010. Tata Krama Dalam Pergaulan. (Online),
(http://inunk2609.multiply.com/journal/item/49.html.
2011)
diakses
oktober
Sumantri Endang dkk. 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya
Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Suparlan, 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing
Syamsuddin Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tyas. 1998. Kesopanan Dalam Harapan Leluhur. Bandung: Tarate.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang UndangUndang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang.
Uzer Usman, 1999. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wahyu. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Banjarmasin.
Wahyu. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin: Pustaka
Banua.
Wolfman, Connell. 1972. Peran Kaum Wanita. Yogyakarta: Kanisius.
Zaaitul.wordpress.com/2009/11/22/apa-itu-sopan-santun
(http://www.ardycupu.com diakses oktober 2011)
21
Download