BAB II EKSTRAKURIKULER TEATER DAN KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK A. Ekstrakurikuler Teater 1. Ekstrakurikuler a. Pengertian Ekstrakurikuler Ekstra adalah tambahan. Kurikuler adalah berkaitan dengan kurikulum.1 Dengan kata lain bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar jam pelajaran dengan tujuan sebagai sarana dan wadah bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki. Seperti pramuka, palang merah indonesia ( PMR ), olah raga, kesenian, karate, taekwondo dan lain sebagainya. Menurut Suharsimi Arikunto (1988:57), Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan. Hal ini sejalan dengan pendapat W.S Winkel (1991:529) yang mengemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup aktivitas aktivitas yang tidak termasuk kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dekdikbud, 1984: 6) adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah ataupun diluar sekolah agar 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 479. 26 27 lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.2 Kegiatan siswa dalam kegiatan KO dan ekstrakurikuler antara lain: a) Semua siswa mengikuti salah satu cabang kegiatan KO dan ekstrakurikuler. b) Sebagian besar siswa mengikuti salah satu cabang kegiatan KO dan ekstrakurikuler. c) Sebagian siswa mengikuti salah satu cabang kegiatan KO dan ekstrakurikuler. d) Sebagian kecil siswa mengikuti salah satu cabang kegiatan KO dan ekstrakurikuler. e) Hampir tidak ada siswa yang mengikuti salah cabang kegiatan KO dan ekstrakurikuler.3 b.Tujuan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga pengembangan kepribadian dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri. Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan utama sebuah institusi sekolah yang tujuannya adalah sebagai fasilitas penunjang bagi peserta didik.4 Pelaksanaan program ekstrakurikuler bertujuan mengembangkan nilainilai kepribadian, selain itu kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antar 2 http://www.ras-eko.com/2013/05/pengertian-kegiatan-ekstrakurikuler.html. Diakses pada tanggal 10 September 2013. 3 Nana Syaodih Sukmadinata, dkk., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah :Konsep, Prinsip dan Instrumen (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 162. 4 Suparlan, Membangun Sekolah Efektif (Yogyakarta: Hikayat, 2008), hlm. 164. 28 berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Selain itu maksud diadakannya ekstrakurikuler juga untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dan kebutuhan lingkungan. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur organisasi intra sekolah (osis), latihan kepemimpinan dan wawasan wiyata mandala. Tujuan dari diadakannya kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan bakat, minat, intelektual, keimanan, wawasan kebangsaan dan keterampilan, dengan cara: a) Mengadakan pendampingan untuk siswa berprestasi b) Mengikuti lomba mapel dan siswa teladan tiap tahun c) Mengadakan kegiatan yang memacu kreativitas anak serta mengembangkan bakat, minat dan menggali kompetensi anak d) Mengikuti lomba kepramukaan untuk siaga dan penggalang. e) Mengadakan pembinaan kepribadian dan religiositas siswa melalui kegiatan pembinaan f) Menggerakkan siswa dalam pengadaan Mading.5 5 Depdikbud. Petunjuk Pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Dirjen Dikdasmen, 1998), hlm. 38. 29 c. Manfaat Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Secara teoretis, organisasi sekolah dalam menyelenggarakan programprogram terlebih dulu menyusun tujuan dengan baik yang implementasinya dilakukan secara efisien dan efektif dalam proses belajar mengajar. Keefektifan organisasi sekolah tergantung pada desain organisasi dan pelaksanaan fungsi komponen organisasi. Menurut Steers (1977) adalah sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya dan anggota organisasi cenderung berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan organisasi.6 2. Teater a. Pengertian Teater Kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu dram yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (akting) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton 6 Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah Dan Masyarakat (Jakarta: PT Nimas Multima, 2004), hlm. 63-65. 30 dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan. Drama sering disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa yaitu sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan.7 Kata teater berasal dari bahasa Inggris yaitu theater yang berarti gedung pertunjukan atau dunia sandiwara.Teater dalam bahasa Inggris tersebut diserap dari bahasa Yunani theatron yang artinya takjub melihat atau memandang. Karena banyak penonton yang takjub dan puas ketika menyaksikan tontonan drama yang dipentaskan. Dewasa ini kata teater mempunyai dua makna. Pertama, teater yang berarti gedung pertunjukan, yaitu tempat diselenggarakannya suatu pertunjukan. Di tempat ini penonton berkumpul bersama-sama menyaksikan dan menikmati tontonan yang dipentaskan. Kedua, teater yang berarti bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak. Bentuk tontonan ini biasanya mempunyai nama menandai grup satu dengan grup lainnya. Misalnya, Teater Koma, Teater Kerikil, dan Teater Ada. 8 Teater adalah cabang seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting atau peran di depan orang banyak.9 Teater sebagai bagian dari kebudayaan pada masing-masing etnis berbeda-beda sesuai dengan sifat kebudayaan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, perubahnnya pun menjadi berbeda-beda. Dalam hal ini, faktorfaktor yang mempengaruhi proses perubahan di dalam teater tertentu mencakup sampai seberapa jauh sebuah kebudayaan mendukung dan 7 Asul Wiyanto, Terampil Bermain Drama, Cet 2 (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 1. Ibid., hlm. 2. 9 Timas Comunity, Kesenian (Bandung: Tinta Emas Publishing, 2008), hlm. 48. 8 31 menyetujui adanya fleksibilitas, kebutuhan-kebutuhan masyarakat itu sendiri pada waktu tertentu, dan yang terpenting adalah tingkat kecocokan diantara unsur-unsur baru dengan kebudayaan yang ada. Perubahan bentuk teater dapat berjalan secara lamban, agak lama, dan cepat. Media ungkap yang utama dalam seni teater memang gerak laku para pemain yang disebut “akting”. Di samping itu, juga didukungan oleh unsur percakapan (dialog). Kata drama digunakan pula untuk menyebut salah satu teater daerah di Bali. Akan tetapi, dalam perkembangannya, kata ini lebih lazim dipakai untuk menamai pertunjukkan atau tontonan baru yang menggunakan naskah tertulis dalam bahasa indonesia.10 Teater sebenarnya tanpa kita sadari, sudah kita lakukan sejak kecil. Kita tahu kalau saat itu kita sedang bermain teater. Misalnya, waktu kecil kita bermain rumah-rumahan (berperan menjadi bapak, ibu, dan anak), jual-jualan berperan menjadi penjual dan pembeli dengan transaksi uang (daun atau kertas), dokter-dokteran, perang-perangan, bermain kombet, dan permainan lain sebagainya yang berkaiatn dengan peran (akting).11 Empat alasan mempelajari teater yaitu: 1) teater sebagai kemanusiaan dan seni kebebasan, 2) teater adalah gerakan sosial, 3) teater sebagai gerakan dan kekuatan pribadi, 4) teater sebagai bentuk seni.12 10 I Made Bandem, Teater daerah Indonesia (Denpasar: KANISIUS, 1996), hlm. 10. Rudi Iteng, Apa sih Teater Itu: Seri Pemahaman (Solo: CV. Pinesti Allah Gusti Ijabahi, 2013), hlm. 12. 12 Ibid., hlm. 13 11 32 b. Unsur-Unsur Teater Dalam pentas drama atau teater sekurang-kurangnya ada enam unsur yang perlu dikenal sebagai berikut: 1) Naskah drama Naskah drama adalah bentuk pokok dari pementasan. Naskah yang telah dipilih harus dicerna atau diolah, bahkan mungkin diubah atau dikurangi dan disinkronkan agar sesuai dengan tujuan pementasan tafsiran sutradara, situasi pentas, kerabat kerja, pealatan, dan penonton yang dibayangkan. 2) Sutradara Peran sutradara dalam suatu peentasan sangatlah penting. Sutradara inilah yang mengkoordinasikan lalu lintas pementasan agar pementasannya berhasil. Ia bertugas membuat naskah drama, mencari pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan dapat mensikapi calon peneonton. 3) Pemeran Pemeran adalah lakon, artis, atau orang yang berperan dalam suatu drama atau film. Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan yang diperankannya. Karena walaupun sutradara sudah menyiapkan naskah sedemikian rupa, akan tetapi pemerannya bermain tidak maksimal, hasilnya pun akan sia-sia. 4) Panggung Panggung adalah tempat atau arena, di mana sebuah drama atau film dipentaskan. 33 5) Perlengkapan panggung a) Cahaya (lighting) Cahaya diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton terhadap mimik pemeran, sehingga dapat mendukung penciptaan suasana sedih, murung, gembira dan juga dapat mendukung karakteristik set yang dibangun dipanggung. b) Rias Rias (make-up) adalah sebuah usaha untuk membantu para pemeran membawakan perwatakan tokoh sesuai dengan tokoh yang diinginkan. c) Bunyi (sound efect) Bunyi dapat diusahakan secara langsung (orkestra, band, gamelan), tetapi juga dapat lewat rekaman yang jauh hari sudah dipersiapkan oleh awak pentas. d) Pakaian Pakaian sering disebut juga denagn kostum, adalah pakaian yang dikenakan para pemain untuk membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Dengan kostum tersebut penonton dengan mudah mengenali profesi atau peran dari tokoh tersebut. 6) Penonton. Penonton adalah orang yang menikmati atau melihat drama, film, sayembara, dan pertunjukan lainnya.13 13 M. Noor Said, Mengenal Teater Indonesi (Semarang: Aneka Ilmu, 2010), hal. 6. 34 c. Bentuk-Bentuk Teater Teater sebagai tontonan mempunyai dua bentuk, yaitu: 1) Teater Tradisional Teater tradisional adalah sebuah karya yang berbentuk sastra yang diciptakan oleh pengarangnya yang biasanya menceritakan bagaimana seluk beluk tingkah laku kehidupan manusia. Teater tradisional ini biasanya kurang diminati oleh masyarakat hal ini dikarenakan oleh kurangnya daya tarik teater tersebut memikat hati dan minat para penikmat dan pendengar teater tersebut sehingga membuat masyarakat kurang menyukai teater tersebut. Contoh teater tradisional di antaraya adalah randai dan lenong betawi. Perkembangan masyarakat indonesia yang semakin bergaya hidup global secara langsung berdampak pada gaya hidup masyarakat. Banyak hal dari aspek kehidupan masyarakat tidak lagi dapat ditemukan saat ini, terutama dalam hal kesenian. Hal tersebut yang memicu adanya faktor utama hilangnya kesenian tradisional. Kesenian yang berfungsi tidak saja sebagai hiburan tetapi di dalamnya terkandung berbagai kegunaan (dulce et utile) adalah representasi dari ekspresi budaya masyarakat itu sendiri. Norma dan nilai kehidupan disampaikan dan mendapat salurannya melalui kesenian. Artinya, kesenian akan hidup dan berkembang manakala masyarakatnya memelihara, mengembangkan, melakukan secara aktif, dan mengapresiasi.14 Teater tradisional tidak menggunakan naskah. Sutradara hanya menugasi para pemain untuk memerankan tokoh tertentu dari lakon yang dipentaskan. 14 Ibid., hlm. 10. 35 Pengarahan hanya dilakukan seperlunya. Pemain tidak menghafalkan naskah baik dalam berbicara maupun dalam bergerak. Karena tidak ada nasakah inilah para pemain berbicara dan bergerak sesuai dengan kemampuan spontanitas masing-masing. Resiko gagal sangat besar, terlebih bagi pemain pemula atau pemain amatir. Yang termasuk teater tradisional, antara lain Ludruk (Jawa Timur), Ketoprak ( Jawa Tengah), dan Lenong (Jawa Barat). 2) Teater Modern Teater modern menggunakan naskah. Naskah ini dipegang teguh, dipatuhi, dan dilaksanakan seluruhnya. Penataan panggung, pengaturan lampu, musik penggiring, dan lain-lain, semuanya mengikuti naskah. Percakapan pemain dan gerak-geriknya (akting) sesuai dengan yang dikehendaki naskah. Jadi, yang ditampilkan di panggung itu benar-benar perwujudan dari naskah yang digunakan. 15 d. Jenis- Jenis Teater Jenis teater (drama) bermacam-macam tergantung dasar penggunaanya. Dalam hal ini digunakan tiga dasar yaitu: 1) Berdasarkan Penyajian Lakon Berdasarkan penyajian lakon, dibedakan menjadi delapan jenis yaitu: a) Tragedi Tragedi atau duka cerita adalah drama yang penuh kesedihan. 15 Ibid.,hlm. 2-3. 36 b) Komedi Komedi atau suka cerita adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yangmenimbulkan tawa penonton. c) Tragekomedi Tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juge mengandung hal-hal yang menggembirakan dan menggelikan hati. Sedih dan gembira silih berganti. Kada-kadang penonton larut dalam kesedihan, kadang-kadang tertawa terbahak-bahak sebagai wujud rasa geli dan gembira. d) Opera Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demikian pula iringan musik pengiringnya. Jenis drama ini memang mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya hanya sebagai sarana. e) Melodrama Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi atau musik. Tentu saja cara mengucapkannya sesuai dengan musik pengiringnya. Bahkan kadang-kadang pemain tidak bicara apa-apa. Pengungkapan perasaannya diwujudkan dengan ekspresi wajah dan gerakgerik tubuh yang diiringi musik. 37 f) Farce Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan dan ceritanya berpola komedi. Gelak tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan. Yang ditonjolkan dalam drama ini adalah kelucuan yang mengundang gelak tawa agar penonton merasa senang. g) Tablo Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan geraka-gerakan. Jalan cerita dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu. Bunyi-bunyian pengiring (bukan musik) untuk memperkuat kesan gerakan-gerakan yang dilakukan pemain. Jadi, yang ditonjolkan dalam drama jenis ini kekuatan akting para pemainnya. h) Sendratari Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwanya diwujudkan dalam bentuk tariyang diiringi musik. Tidak ada dialog. Hanya kadang-kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan. Drama ini memang lebih mengutamakan tari daripada ceritanya dan cerita yang digunakan hanya sebagai sarana. b) Berdasarkan Sarana Jenis drama berdasarkan sarana atau alat yang digunakan terbagi menjadi enam jenis, yaitu: 38 a) Drama Panggung Drama panggug dimainkan oleh para aktor di panggung. b) Drama Radio Drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa di dengarkan oleh penikmat. c) Drama Televisi Drama televisi dapat didengar dan dilihat. Hampir sama dengan drama panggung. Hanya bedanya, drama televisi tak dapat diraba. d) Drama Film Drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukan di bioskop. e) Drama Wayang Ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dan dialog. Karena itu, semua bentuk tontonan yang mengandung cerita disebut drama, termasuk tontonan wayang. f) Drama Boneka Drama boneka hampir sama dengan wayang. Bedanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.16 16 Ibid., hlm. 7-12. 39 e. Tujuan Teater Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya bermanfaat jika dilakukan secara bersungguh-sungguh. Teater merupakan bentuk terkecil dari kehidupan, berteater pada dasarnya mencontoh segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Teater merupakan tempat untuk berlatih bermasyarakat dalam bentuk yang paling sederhana. Dibuktikan bahawa berteater itu dapat memberi pelajaran kepada manusia seperti bekerjasama, menghormati orang lain,tanggungjawab, disiplin, dan lain sebagainya. Teater juga bermanfaat untuk pembangunan sebuah kecerdasan linguistik kerana dalam teater terdapat olahan mengenai bahasa yang baik. Teater juga bertujuan sebagai hiburan bagi masyarakat. Disamping itu, teater dilestarikankan bertujuan untuk mengekalkan kesusasteraan melayu yang telah ada sejak dahulu. Sehingga generasi pada zaman globalisasi ini akan dapat menghargai kesenian warisan sastra melayu yang unik tersebut. f. Manfaat Teater Manfaat atau fungsi teater terbagi menjadi tiga tingkatan. 1) Manfaaat Pada Anak Sejak usia balita anak telah menyukai bermain peran. Banyak manfaat yang dapat diperoleh oleh anak, karena dapat menyalurkan emosi berlebihan yang mungkin ada pada anak-anak tertentu. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut: a) Mengekspresikan emosi b) Belajar disiplin 40 c) Mengembangkan kognitif anak d) Kemampuan berbahasa e) Sosialisasi 2) Manfaat Individual Manfaat ini terpecah menjadi dua yaitu manfaat individual teater untuk memenuhi kebutuhan rohani dan manfaat individual untuk memenuhi kebutuhan jasmani. a) Manfaat individual teater untuk memenuhi kebutuhan rohani Setiap individu pasti memiliki emosi dan tuntutan emosi itu perlu disalurkan agar tidak menjadi beban bagi dirinya. Bagi seorang seniman emosi itu dapat disalurkan melalui kegiatan seni, seperti melukis, mematung dan lainnya. Karena seni adalah suatu kagiatan yang melibatkan ekspresi yang mendalam, dam mengekspresikan perasaan merupakan kegiatan rohani. Sementara bagi individu-individu yang bukan seniman seni dapat berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan rohani yaitu dengan cara menikmati (mengekspresikan) hasil karya seni, misalnya menonton film, menyaksikan pertunjukan drama, mendengarkan musik, atau mengunjungi pameran. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menimbulkan rasa keindahan atau kesenangan batin secara individu. b) Manfaat individual untuk memenuhi kebutuhan jasmani Selain karya seni murni, juga banyak karya seni pakai yang diciptakan oleh para seniman. Seperti pakaian, meubel, alat-alat dapur, perkakas dan 41 perhiasan. Secara individual karya seni tersebut dapat berfungsi fisik, karena hasilnya dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 3) Manfaat Sosial Suatu karya seni memiliki nilai sosial apabila: a) Dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakat secara kolektif b) Diciptakan untuk dilihat dan digunakan dalam suasan umum c) Mencetuskan atau melukiskan aspek-aspek eksistensi yang bersifat sosial atau kolektif sebagai kebalikan dari suatu pengalaman individual Dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai karya seni yang diterapkan di berbagai bidang, yaitu bidang rekreasi, komunikasi, pendidikan, dan bidang agama.17 Teater merupakan bagian kehidupan masyarakat indonesia , dan hampir seluruh kegiatan masyarakat diikuti dengan pertnjukan teater. Teater memiliki banyak fungsi, seperti pengungkapan sejarah, keindahan, kesenangan, pendidikan, pengiring ritus, dan hiburan. 18 B. Kecerdasan Verbal Linguistik 1. Pengertian Kecerdasan Verbal Linguistik Kecerdasan berarti kesempurnaan perkembangan akal budi, kepandaian dan ketajaman pikiran. Ilmu bahasa disebut dengan linguistik. Ilmu ini bersifat empiris (Sudaryanto, 1999:1, Subroto, 2007:11). Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji seluk beluk bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa 17 Ibid., hlm. 46-49. I Made Bungin, op,cit., hlm. 19. 18 42 keseharian yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Istilah linguistik berasal dari bahasa Inggris yaitu Linguistics, sedangkan dari bahasa Perancis yaitu Linguistique.19 Kecerdasan verbal linguistik merupakan kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik secara lisan atau tertulis. Seperti yang dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, penerjemah, atau orator. Kecerdasan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum, baik lisan atau tulisan. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini mampu berbahasa dengan lancar dan dapat mengembangkan pengetahuannya dengan bahasa yang bagus. Dia dapat menangkap bahasa lisan dan tulisan dengan mudah, bahkan memiliki kemampuan menghafal yang luar biasa.20 Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Menurut Darwin dalam Mahsun, menyatakan bahwa perkembangan rasras manusia diversifikasi bahasa adalah dua sisi dari sekeping mata uang yang sama. Pada suatu saat sebuah bahasa digunakan oleh sekelompok orang di dunia ini, kemudian kelompok tersebut terpecah mungkin karena masalah eksternal dan internal karena konflik di tempat yang lama. Lama kelamaan tampilan fisik dan juga bahasa dari kelompok baru hasil perpecahan itu menjadi berbeda.21 19 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2011), hlm. 111. Arifudin, Neuro Psiko Linguistik (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 265. 21 Mahsun, Genolinguistik: kolaborasi Linguistik dengan Genetika dalam Pengelompokan Bahasa dan Populasi penuturnya ( Yogyakarta: PustakaPelajar, 2010), hlm. 4. 20 43 Kecerdasan linguistik sering disebut sebagai kecerdasan bahasa. Kegiatan berbahasa merupakan pekerjaan otak yang paling tinggi dan canggih, yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Bahasa dapat menunjukkan cara kerja otak. Hanya dengan berbahasalah pekerjaan berpikir manusia dapat diamati. Teristimewa, dari segi praktisnya melalui kemampuan berbicara. Bahasa dan berbicara memiliki hubungan yang sangat dekat. Kata “language” (Inggris) dibentuk dari kata “lingua” (latin) yang berarti “lidah” atau “berbicara”. Noam Chomsky, yang terkenal dengan teori Transformasi Generatifnya, adalah salah seorang yang berpendapat bahwa berbahasa merupakan kegiatan asasi manusia. Karena manusia pada fitrahnya atau secara genetis dilengkapi dengan kemampuan berbahasa. Kemampuan itu ada secara potensial dalam otak manusia. Noam Chomsky menyebutnya Language Acquasition Device (LAD). Karena itu gejala berbahasa pada umumnya bukanlah suatu kebetulan. Sementara Van Peursen menyatakan bahwa bahasa adalah alat bagi manusia untuk belajar karena bahasa “membungkus” pengalaman-pengalaman manusia bagi manusia lainnya dari rentang waktu yang berbeda, sehingga dengan bahasa manusi menjadi lebih cerdas dan lebih beradap. Kemampuan berbahasa itu pula yang terkandung dalam diri Adam, manusia berakal pertama. Menurut Al-Qur’an, Adam dilebihkan atas makhluk Tuhan yang lain, sehingga iblis harus tunduk padanya, karena Adam memiliki kemampuan “menyebut nama-nama” (Qs. Al-Baqarah (2): 33), suatu keahlian 44 untuk menciptakan dan memahami simbol-simbol. Lebih tegas lagi manusia disebut makhluk Al-Bayan yang mengandung arti mampu berbicara dan berkomunikasi.22 Sudut pandang linguistik dalam mendekati objek kajiannya menurut pakar bahasa berkebengsaan Swiss, yang dijuluki Bapak Linguistik modern, Ferdinand de Saussure. Beliau menyatakan bahwa dalam mengkaji bahasa yang menjadi obkjek linguistik dapat dilakukan dari dua sudut pandang, yaitu sinkronis dan diakronis. Kajian secara sinkronis merupakan kajian terhadap bahasa dalam kurun waktu tertentu tanpa mengaitkan dengan kurun lainnya. Sedangkan kajian secara diakronis merupakan kajian terhadap perkembangan bahasa dari suatu masa kemasa yang lain, serta menyelidiki perbandingan suatu bahasa dengan bahasa yang lain.23 2. Ruang Lingkup Kecerdasan Verbal Linguistik Kecerdasan verbal linguistik sangat berakar ketika mengenai kompetensi dan kepercayaan diri. Semakin banyak anak-anak latihan dalam kecerdasan ini di tempat yang kondusif, semakin mudah untuk mereka mengembangkan ketrampilan-ketrampilan ini, yang akan bermanfaat bagi mereka sepanjang hayat. Ada empat ruang lingkup dalam kecerdasan verbal linguistik di antaranya mendengar, berbicara, membaca , dan menulis. 22 Taufik Pasaik, Revolusi IQ,IEQ, ISQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, Cet. Ke-1(Bandung: Mizan, 2002), hlm. 145-146 23 Ibid.,hlm. 30. 45 a. Mendengar Bagi orang yang bisa mendengar, suara manusia memberikan pengalaman pertama pada bahasa. Pendengar yang baik menggunakan waktu yang ekstra untuk mengaktifkan pikiran mereka, ketika seseorang mendengarkan penjelasan, ceramah atau yang lainnya mereka dapat menggunakan kelambanan waktu untuk mengidentifikasi tujuan pembicara, maksud poin utama, dan tema-tema inti. Mereka dapat mengkaji ulang, dan engevaluasi apa yang disampaikan, mengantisipasi apa yang akan datang dan berpikir apa yang pentina bagi dirinya. b. Berbicara Berbicara yang efektif tidak hanya melibatkan kata-kata yang kita gunakan, tetapi cara yang digunakan nada suara, ekspresi wajah, sikap dan gerak tubuh. c. Membaca Kesusastraan memberikan pondasi latihan pengembangan seluruh kecerdasan linguistik. Cerita novel, biografi, assai, drama, puisi dapat memberikan titik awal untuk mengembangkan ketampilan khusunya membaca, sama halnya dalam mendengar, membaca yang efektif memerlukan kecerdasan yang menyeluruh dari semua kecerdasan, mengidentifikasi maksud bacaan, maksud poin utama, tema-tema utama, mengevaluasi bacaan, merangkum dan kemudian menerangkan kembali maksud dari isi bacaan tersebut. 46 d. menulis kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bahasa lainnya. Menulis didorong oleh kegiatan berbicara, mendengar, dan membaca. Ada beberapa kategori dalam kegiatan menilis, pertama pemakaian kegiatan menulis secara mekanis, misalnya latihan-latihan pilihan ganda, mengisii bagian yang kosong, jawaban pendek, kalkulasi matematika, dan transkrip dari bahan oral. Kedua kategori yang berhubungan dengan informasi misalnya membuat catatan, mencatat pengalaman dalam bentuk laporan, ringkasan, analisis, teori, atau tulisan persuasif. Ketiga, kategori untuk penggunaan personal misalnya diary dan jurnal, surat dan catatan buku harian. Keempat, kategori imajinasi misalnya untuk cerita dan puisi. 3. Ciri-Ciri Kecerdasan Verbal Linguistik Kecerdasan verbal linguistik mempunyai beberapa cirri khusus dari kecerdasan. Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Individu yang memiliki kecerdasan ini cenderung menunjukkan hal-hal sebagai berikut. a. Senang dan efektif berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. b. Senang dan baik dalam mengarang cerita, mereka senang membuat cerita, merangkainya secara bagus dan memyajikannya dalam bentuk yang menarik c. Senang berdiskusi dan mengikuti debat suatu masalah d. Mudah mengingat kutipan 47 e. Tidak mudah salah tulis atau salah eja f. Pandai membuat puisi g. Tepat dalam tata bahasa h. Kaya kosa kata i. Menulis secara jelas Secara sederhana dapat dikatakan bahwa individu cerdas secara linguistik menonjol dalam berkata-kata, baik lisan maupun tertulis serta mampu mengekspresikan secara proporsional.24 4. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kecerdasan Verbal Linguistik Manusia dalam perkembanagn kehidupannya menjadi seorang dewasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu crystallizing experiences and paralyzing experiences. Pertama, pengalaman yang mengkristal (crystallizing experiences) adalah titik balik perkembangan bakat dan kemampuan pengalaman yang mengkristal adalah opini yang menghidupkan kecerdasan dan memulai pengembangannya menuju puncak kematangannya. Kedua, pengalaman yang melumpuhkan (paralyzing experiences) adalah pengalaman yang mematikan biasanya dipenuhi oleh perasaan malu, takut gagal, dan emosi negatif lain yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan kecerdasan.25 24 Journalism Club New, Delapan Kategori Kecerdasan, http:// Jaisy,multiply.com/ jurnal/item/71, diakses pada 20 Februari 2014. 25 Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, Terjemahan Yudhi Murtandho, Cet. 1 (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 100 48 Semua itu berkaitan dengan kondisi. Oleh sebab itu, perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya. 1. Kondisi lingkungan . Lingkungan tempat untuk anak tumbuh dan berkembang memberi peran andil yang cukup besar dalam berbahasa. Seperti halnya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Perkembangan bahasa dimasing-masing lingkungan akan berbeda dengan daerah perkotaan, pedesaan, pantai, pegunungan akan tampak jelas perbedaannya bahkan pada kelompok sosial juga memiliki perbedaan bahasa. 2. Kecerdasan anak. Untuk meniru linguistik tentang bunyi, suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda memerlukan kemempuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami, menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain sangat dipengaruhi oleh kerja pikir kecerdasan seorang anak. 3. Kondisi fisik. Kondisi fisik yang dimaksud adalah kondisi kesehatan seseorang yang cacat atau terganggu kemampuannya untuk berkomunikasai seperti bisu, tuli, gagap, organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan dalam berbahasa.