Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap

advertisement
Analisis Pengaruh Experiential Marketing
Terhadap Keputusan Pembelian
( Studi pada Derajat Celcius )
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
ATINA ARLIA WARDANI
NIM. C2A007023
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
:
Atina Arlia Wardani
Nomor Induk Mahasiswa
:
C2A007023
Fakultas/Jurusan
:
Ekonomi/Manajemen
Judul Skripsi
:
Analisis Pengaruh Experiential Marketing
Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
pada Derajat Celcius Hasanudin)
Dosen Pembimbing
:
Idris SE, M.Si
Semarang, 11Juli 2011
Dosen Pembimbing,
_____Idris SE, M.Si_____
NIP. 197103292000031001
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Mahasiswa
:
Atina Arlia Wardani
Nomor induk mahasiswa
:
C2A007023
Fakultas / Jurusan
:
Ekonomi/ Manajemen
Judul Skripsi
:
Analisis Pengaruh Experiential Marketing
Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
pada Derajat Celcius)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 26 Agustus 2011
Tim Penguji :
1. Idris SE, M.Si
(…………………………….)
2.
(..............................................)
Drs. Suryono Budi Santoso, MM
3. Dra. Rini Nugraheni
(…………………………….)
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Atina Arlia Wardani, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul: Analisis Pengaruh Experiential Marketing
Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Derajat Celcius Hasanudin),
adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian
tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat
atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin,
tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan
penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan
oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 11Juli 2011
Yang membuat pernyataan,
Atina Arlia Wardani
NIM : C2A007023
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“You have brains in your head. You have feet in your shoes. You can steer
yourself in any direction you choose. You're on your own.
And you know what you know. You are the person who'll decide where to go.”
-Dr. Seuss-
“All successful people men and women are big dreamers.
They imagine what their future could it be, ideal in every
respect, and then
they work every day toward their distand vision”
-Brian Tracy-
“GOD is my motivation
Rasulullah is my role model
and My Parents are my inspiration”
-Atina-
Dipersembahkan untuk kedua orang
tua saya, yang selalu memberi
inspirasi, kasih sayang dan
dukungan untuk menggapai impian
saya dan kepada seseorang yang
Allah ciptakan untuk mendampingi
hidup saya bila saatnya sudah tiba
ABSTRAK
Derajat Celcius sebagai bisnis percetakan perlu menciptakan persepsi
positif dibenak konsumen karena merupakan faktor penting dalam kesuksesan
penjualan suatu produk yaitu dengan menyampaikan atau mengkomunikasikan
suatu produk dengan menyentuh sisi emosional konsumen. Salah satu konsep
marketing yang dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi konsumen agar
dapat meningkatkan keputusan pembelian adalah melalui experiential marketing
yang terdiri dari lima aspek yaitu sense, feel, think, act dan relate. Penerapan
experiential marketing di Derajat Celcius mampu memberikan informasi dan
pengalaman kepada konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh experiential marketing (sense, feel,
think, act dan relate) terhadap keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil analisis data kuesioner terhadap 100 responden
konsumen Derajat Celcius yang diperoleh dengan menggunakan teknik accidental
sampling dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh, analisis ini meliputi: uji
validitas dan realibilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian
hipotesis melalui uji t dan uji F, serta analisis koefisien determinasi (R2).
Pengujianhipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa terdapat
tigavariabel independen yang diteliti yaitu variabel think, actdan relate terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen keputusan
pembelian. Sedangkan dua variabel independen lainnya yaitu sense dan feel
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap variabel dependen keputusan
pembelian. Kemudian melalui uji F dapat diketahui bahwa kelima variabel
independen memang layak untuk menguji variabel dependen keputusan
pembelian.
Kata kunci : Keputusan pembelian, sense, feel, think, act dan relate
ABSTRACT
Derajat Celcius, as a company operating in printing business, needs to create a
positive perception in customer’s minds because it is an important factor in the success of
the selling of a product, which is, by conveying or communicating a product by touching
customers’ emotional aspects. One of marketing concepts that may be used in order to
influence customers’ emotions so that they may improve buying decisions is through the
experiential marketing consisting of five aspects, which are sense, feel, think, act, and
relate. the implementation of experiential marketing in Derajat Celcius may give
information and experiences to customers in order to make buying decisions. Therefore,
this research has an objective of finding out the influence of experiential marketing (
sense, feel, think, act, and relate ) on the buying decisions.
Based on the analysis results of questionnaire data of 100 customers of Derajat
Celcius collected using the accidental sampling technique, several analyses are conducted
on the collected data. Those analyses include : validity and reliability tests, classical
assumption test, multiple regression analysis, hypothesis examination through the t test
and F test, and analysis of determination coefficient (R2)
Hypothesis examination using t test shows that there are two examined
independent variables, which are the variables of think and relate, that influence
positively and significantly on the dependent variable of buying decisions. Meanwhile,
the other three independent variables, which are sense, feel, and act influence positively
but not significantly on the dependent variable of buying decisions. Then, by using the F
test, it is found that those five independent variables are appropriate to examine the
dependent variable of buying decisions. The Adjusted R Square number as much as 0.535
shows tha 53.5 percent of the buying decisions variable can be explained by those five
independent variables in the regressions equation. Meanwhile, the rest 46.5 percent is
explained by other variables outside of those five variables used in this research.
Keywords : buying decisions, sense, feel, think, act, and relate
KATA PENGANTAR
Bismilahirrohmanirrohim ...
Alhamdullilah dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang
selalu memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan
penyusunan
skripsi
dengan
judul
“Analisis
Pengaruh
Experiential Marketing Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Derajat
Celcius
Hasanudin)”
yang
disusun
sebagai
syarat
akademis
dalam
menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, doa, serta saran dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis hendak
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, M.Si, Ph.D, Akt selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
2. Bapak Idris SE, M.Siselaku dosen pembimbing atas segala arahan dan
bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar.
3. Bapak Dr. Suharnomo SE, M.Si selaku dosen wali bagi penulis selama
menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
4. Keluarga tercinta saya kedua orang tua terhebat (papa dan mami), kakak
(kak Dodi, kak Ferial, mas David dan kak Emma), adik (Fara dan Arini)
dan keponankan-keponakan yang imut (fay dan Neyma) serta seluruh
keluarga besar atas doa restu, kasih sayang, didikan dan arahan, dukungan
moril dan finansial, serta kesabaran kepada penulis selama ini.
5. Orang-orang istimewa yang selalu mendukung saya baik secara langsung
maupun tidak langsung (Nungky, Pipin, Ika, Ema, Ariesta, Agustina) serta
teman-teman manajemen squad07 Agnes, Dewan, Didi, Sisil, Sukma,
Stevy dan teman-teman manajemen lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.Terima kasih atas dukungannya dan pengalaman istimewa selama
kita kuliah bersama.
6. Teman-teman organisasi ROHIS dan Peduli Dhuafa FE UNDIP, terima
kasih atas dukungannya.
7. Pemilik serta pegawai Derajat Celcius yang telah memberikan ijin dan
data-data yang diperlukan penulis dalam melakukan penelitian ini.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang telah
memberikan bekal ilmu kepada penulis.
9. Seluruh responden yang telah rela meluangkan waktu untuk penulis,
terimakasih atas kerjasamanya.
10. Seluruh staf Tata Usaha dan perpustakaan atas segala bantuan selama
proses pembuatan skripsi sampai selesai.
Semarang, 11 Juli 2011
Penulis,
Atina Arlia Wardani
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN .................................
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...............................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................
vi
ABSTRACK .....................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................................
9
1.4 Sistematika Penulisan ..........................................................................
10
BAB II TELAAH PUSTAKA .......................................................................
12
2.1 Landasan Teori .....................................................................................
12
2.2 Hubungan Antar Variabel ....................................................................
29
2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................
37
2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................
38
2.5 Hipotesis .............................................................................................
40
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
41
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................
41
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................
48
3.3 Sumber dan Jenis Data .........................................................................
49
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................
49
3.5 Metode Analisis Data ...........................................................................
50
BAB IV HASIL DAN ANALISIS .................................................................
58
4.1 Deskripsi Objek Penelitian...................................................................
58
4.2 Analisis Data ........................................................................................
63
4.3 Interpretasi Hasil ..................................................................................
87
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
93
5.1 Simpulan ..............................................................................................
93
5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................
98
5.2 Saran .....................................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
102
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
104
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Tabel 4.21
Data Penjualan di Derajat CelciusTahun 2010 .............................
Penelitian Terdahulu.......................................................................
Definisi Operasional Peneitian......................................................
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan ......
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan ......
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Sense .........................
Deskripsi Indeks Variabel Sense ...................................................
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Feel ...........................
Deskripsi Indeks Variabel Feel .....................................................
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Think .........................
Deskripsi Indeks Variabel Think ...................................................
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Act .............................
Deskripsi Indeks Variabel Act.......................................................
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Relate ........................
Deskripsi Indeks Variabel Relate ..................................................
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian
Deskripsi Indeks Variabel Keputusan Pembelian .........................
Hasil Uji Reliabilitas .....................................................................
Hasil Uji Validitas.........................................................................
Hasil Uji Multikolinieritas ...........................................................
Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................................
Hasil Koefisien Determinasi .........................................................
Hasil Uji F .....................................................................................
Hasil Uji T .....................................................................................
4
38
42
60
62
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
82
84
85
86
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Hubungan Sense dan Keputusan Pembelian ................................
Gambar 2.2 Hubungan Feel dan Keputusan Pembelian ..................................
Gambar 2.3 Hubungan Think dan Keputusan Pembelian ................................
Gambar 2.4 Hubungan Act dan Keputusan Pembelian ....................................
Gambar 2.5 Hubungan Relate dan Keputusan Pembelian ...............................
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran ....................................................................
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas.....................................................................
30
31
33
34
36
39
80
81
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Data Mentah Kuesioner .............................................................. 104
Lampiran B Kuesioner Penelitian ................................................................... 111
Lampiran C Hasil Uji SPSS ............................................................................ 119
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin pesat, persaingan yang
semakin ketat menjadi tantangan maupun ancaman bagi pelaku bisnis. Agar dapat
memenangkan persaingan, setiap bisnis dituntut harus selalu peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada pasar dan harus mampu menciptakan ideide yang kreatif agar produk yang ditawarkan dapat menarik bagi konsumen,
sehingga apa yang diinginkan oleh konsumen dapat dipenuhi dengan baik dan
perusahaan dapat bertahan dalam memenangkan persaingan.
Pada era kompetisi yang semakin ketat ini keberhasilan menciptakan
persepsi positif dibenak konsumen merupakan faktor penting dalam kesuksesan
penjualan suatu produk,maka dari itu perusahaan perlu menyampaikan atau
mengkomunikasikan suatu produk dengan menyentuh sisi emosional konsumen.
Salah satu konsep marketing yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
emosi konsumen adalah melalui experiential marketing, yaitu suatu konsep
pemasaran yang tidak hanya sekedar memberikan informasi dan peluang pada
pelanggan untuk memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat tetapi
juga membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak terhadap pemasaran,
khususnya penjualan. Andreani(2007, h.2).
Inti dari experiential marketing adalah untuk membangun hubungan yang
langgeng dengan pelanggan melalui 5 aspek yaitu panca indera (sense), perasaan
(feel), cara berpikir (think), kebiasaan (act) dan pertalian atau relasi (relate).
Semua produk atau jasa kini harus bisa menyentuh kelima unsur tersebut.
Konsumen mesti bisa merasakan, memikirkan dan bertindak sesuai harapan.
Bahkan jika memungkinkan tercipta rasa memiliki terhadap suatu produk atau
jasa sehingga akhirnya hal ini menjadi diferensiasi bagi produk atau jasa
tersebut.Kertajaya (2006, h.228).
Experiential marketing memberikan peluang pada pelanggan untuk
memperoleh serangkaian pengalaman atas merek, produk dan jasa yang
memberikan cukup informasi untuk melakukan keputusan pembelian.Aspek
emosional dan aspek rasional adalah aspek yang ingin dibidik pemasar melalui
program ini dan seringkali kedua aspek ini memberikan efek yang luar biasa
dalam pemasaraan Andreani (2007, h.5).
Expriential marketing telah diterapkan di banyak tempat, salah satunya
adalah di sektor percetakan. Para pebisnis yang terjun dalam sektor percetakan
berlomba–lomba untuk menarik konsumen dengan menawarkan berbagai produk
dengan desain menarik, berkualitas dan harga yang kompetitif, hal tersebut sedang
diterapkan oleh Derajat Celcius yang merupakan salah satu bisnis yang bergerak
di sektor percetakan. Bisnis ini menghasilkan berbagai macam produk seperti
kartu nama, undangan, buku, brosur, X-banner, dll.
Untuk memenangkan persaingan bisnis dibidang percetakan, Derajat
Celcius menciptakan keunggulan kompetitif pada strategi bisnis yang di jalankan,
yaitu dengan membidik keunggulan kompetitif di bidang kecepatan melalui
program mencetak kartu nama 1 hari jadi pada produk andalan utama Derajat
Celcius yaitu kartu nama. Sedangkan kebanyakan bisnis percetakan lain pada
umumnya membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencetak kartu nama.
Menurut informasi dari Manajer Derajat Celcius bahwa Derajat Celcius
melirik kecepatan sebagai salah satu keunggulan kompetitif karena kebanyakan
konsumen mereka merupakan para pelaku bisnis dan perusahaan yang di tuntut
untuk mengejar deadline. Sehingga kecepatan dalam mencetak produk yang di
tawarkan Derajat Celcius diharapkan dapat memberikan pengalaman baru,
berbeda dan membuat konsumen tertarik untuk membeli kartu nama di Derajat
Celcius.
Derajat Celcius juga memberikan pengetahuan kepada konsumen
mengenai bahan–bahan dari produk yangakan dipesan konsumen. Salah satunya
dengan cara memperlihatkan berbagai bahan yang digunakan dan membiarkan
konsumen memilih bahan yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Hasil dari experiential marketing yang dilakukan oleh Derajat Celcius
dapat dilihat dari data hasil penjualan produk Derajat Celcius selama 1 tahun
terakhir sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Tabel 1.1
Data Penjualan di Derajat Celcius
Tahun 2010
Bulan
Penjualan
Presentase
Perubahan
Penjualan
Januari
Rp 24.334.860,00
Februari
Rp 38.136.650,00
56.72%
Maret
Rp 72.877.900,00
91.10%
April
Rp 42.461.650,00
-41.74%
Mei
Rp 25.203.125,00
-40.64%
Juni
Rp 16.648.400,00
-33.94%
Juli
Rp 76.771.950,00
361.14%
Agustus
Rp 61.454.000,00
-19.95%
September
Rp 46.458.550,00
-24.40%
Oktober
Rp 173.163.000,00
272.73%
November
Rp 40.672.800,00
-76.51%
Desember
Rp 43.675.950,00
7.38%
Sumber: Derajat Celcius, 2010
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa kestabilan penjualan belum
tercapai, oleh karena itu terdapat indikasi hal ini dipengaruhi penerapan 5 aspek
experiential marketing di Derajat Celcius. Aspek pertama adalah sense, pada
bulan November 2010 Derajat Celcius melakukan renovasi total pada desain
ruangan perusahaan dengan gaya arsitektur minimalis, yang saat ini sedang
diminati kebanyakan orang. Tata letak perlengkapan juga dirancang menarik
dengan memperlihatkan proses produksi kepada konsumen, konsep ini terinspirasi
dari kebanyakan rumah makan yang menerapkan konsep open kitchen.
Sedangkan untuk warna desain interior sama dengan warna seragam
pegawai Derajat Celcius menggunakan warna dari logo perusahaan yaitu
kombinasi antara warna merah dan kuning yang melambangkan semangat dan
kreativitas Derajat Celcius. Seperti yang diungkapkan Andreani (2007, h.2) bahwa
pemilihan warna harus sesuai dengan kriteria dan image perusahaan.Sebelum
memesan produk, konsumen dapat melihat–lihat contoh produk yang diletakan di
lemari kaca. Kebersihan ruangan juga turut di perhatikan oleh Derajat Celcius
dengan mengadakan jadwal piket pegawai yang mengikuti prosedur standar
kebersihan operasional perusahaan. Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen,
Derajat Celcius memasang AC, pengharum ruangan dan menyetel lagu–lagu.
Semua ini dilakukan Derajat Celcius agar dapat menarik perhatian
konsumen untuk membeli produk di perusahaan ini. Namun pada kenyataan hasil
data penjualan berkata lain, karena belum ada kenaikan yang tinggi pada
penjualan Derajat Celcius dari sebelum dan sesudah melakukan renovasi pada
outletnya.
Begitu pula dengan aspek yang kedua yaitu feel, Derajat Celcius telah
berusaha memberikan pelayanan yang ramah dan memuaskan kepada konsumen
dengan menghadirkan para pegawai yang sudah di training oleh konsultan bisnis,
agar para pegawai lebih terlatih dalam memahami apa yang diinginkan konsumen
dan memahami pengalaman emosional mereka terhadap produk. Tetapi pada
kenyataan tetap ada konsumen yang mengeluh, seperti yang di ungkapkan oleh
manajer Derajat Celcius bahwa ada konsumen yangcomplain ketika harus
mengantri lama, karena Derajat Celcius hanya memiliki pegawai untuk bagian
desain sebanyak dua orang.
Aspek selanjutnya adalah think, aspek ini mengajak konsumen untuk ikut
berfikir dan terlibat dalam pembuatan produk Andreani(2007, h.2). Dengan
berfikir (think) dapat merangsang kemampuan intelektul dan kreativitas seseorang.
Derajat Celcius menerapkan aspek ini melalui iklan–iklan yang disusun dengan
kreatif dan menarik, bisnis ini juga turut melibatkan konsumen dalam pembuatan
produk yaitu dengan memberikan waktu maksimal 10 menit bagi konsumen untuk
mengeluarkan aspirasi kedalam desain suatu produk. Tetapi waktu 10 menit masih
dinilai kurang oleh konsumen, karena pada realisasinya konsumen setidaknya
membutuhkan waktu 30 menit atau bahkan untuk beberapa konsumen yang kritis
membutuhkan waktu sampai 1 jam.Sedangkan aspek yang keempat adalah
act,Aspek ini berhubungan dengan gaya hidup seseorang, Derajat Celcius
menyadari bahwa setiap konsumen memiliki gaya hidup dan keinginan yang
berbeda.
Untuk itu bisnis ini menyediakan berbagai alternatif produk dan harga
untuk konsumen. Salah satu contoh adalah produk kartu nama, Derajat Celcius
menyediakan berbagai kualitas bahan yang bermacam–macam dengan berbagai
tingkat harga sehingga konsumen dapat memilih produk sesuai dengan
kemampuan.
Aspek yang terakhir adalah relate,Untuk membangun hubungan dengan
konsumen, Derajat Celcius membagi segmen konsumen menjadi dua yaitu
business to business dan business to customer, untuk memperat hubungan di
segmen konsumen businessto business Derajat Celcius lebih memfokuskan pada
personal selling dan menyediakan free delivery service, sedangkan untuk business
to customer Derajat Celcius menggunakan sarana iklan melalui brosur, membuat
account facebook dan blog yang bisa diakses oleh semua orang. Derajat Celcius
juga memberikan sms motivasi secara berkala kepada konsumen yang pernah
melakukan pembelian di Derajat Celcius dan menawarkan membership kepada
konsumen, tetapi menurut manajer Derajat Celcius konsumen kurang berminat
karena berdasarkan data yang diperoleh hanya terdapat sedikit konsumenyang
menjadi member.
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa masalah utama dalam
penelitian ini yaitu terdapat indikasi strategi experiential marketing yang
dijalankan oleh Derajat Celcius belum sepenuhnya efektif karena dalam
pengimplementasianya belum ada kesesuaian dengan harapan dan keinginan
konsumen. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hal tersebut yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh
Experiential Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Di Derajat Celcius”
1.2
Rumusan Masalah
Persaingan bisnis saat ini semakin tinggi, oleh karena itu setiap bisnis
diharapkan dapat memilki keunggulan kompetitif dari bisnis lain, hal ini bisa
diperoleh salah satunya dengan menerapkan strategi experiential marketing pada
perusahaan. Experiential marketing merupakan strategi yang jitu untuk menarik
perhatian konsumen namun apabila strategi ini tidak diterapkan dengan efektif
dan benar-benar memperhatikan keiinginan konsumen maka strategi ini tidak
akan
membawa hasil yang memuaskan bagi perusahaan. Hal inilah yang sedang
dialami oleh Derajat Celcius, berdasarkan hasil wawancara dengan manajer
Derajat Celcius diperoleh rumusan masalah yaitu terdapat indikasi bahwa strategi
experiential marketing yang dijalankan perusahaan ini ternyata belum sepenuhnya
efektif karena pada kenyataanya masih ada konsumen merasa bahwa
keiinginannya tidak dipahami oleh perusahaan, dan konsumen tidak dapat
menyalurkan saran dan kritik mereka pada perusahaan karena belum tersedianya
kotak kritik dan saran atau sarana untuk menampung hal tersebut. Oleh karena itu
diharapkan Derajat Celcius bisa meninjau kembali dan mengevaluasi strategi
experiential yang telah dilakukan.
Dari latar belakang yang baru saja diuraikan maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengaruh antara aspek sense terhadap keputusan pembelian
produk di Derajat Celcius ?
2. Apakah pengaruh antara aspek feel terhadap keputusan pembelian produk
di Derajat Celcius ?
3. Apakah pengaruh antara aspek think terhadap keputusan pembelian produk
di Derajat Celcius ?
4. Apakah pengaruh antara aspek act terhadap keputusan pembelian produk
di Derajat Celcius ?
5. Apakah pengaruh antara aspek relate terhadap keputusan pembelian
produk di Derajat Celcius ?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan rumusan
masalah, maka tujuan dari penilitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh aspek sense terhadap keputusan pembelian
produk di Derajat Celcius.
2. Untuk menganalisis pengaruh aspek feel terhadap keputusan pembelian
produk di Derajat Celcius
3. Untuk menganalisis pengaruh aspek think terhadap keputusan pembelian
produk di Derajat Celcius.
4. Untuk menganalisis pengaruh aspek act terhadap keputusan pembelian
produk di Derajat Celcius.
5. Untuk menganalisis pengaruh aspek relate terhadap keputusan pembelian
produk di Derajat Celcius.
1.4
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi Konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan
informasi kepada konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian produk di Derajat Celcius.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Derajat Celcius untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh experiential marketing terhadap
keputusan pembelian produk dan sebagai masukan informasi untuk bahan
evaluasi kepada Derajat Celcius dalam membuat keputusan mengenai
strategi experiential marketing yang paling sesuai dan efektif di waktu
mendatang.
1.5
Sistematika Penulisan
Adanya sistematika ini berguna untuk mempermudah memberikan
gambaran yang jelas dalam penulisan, secara sistematis susunan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
BAB I
:
PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II
:
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang
mendasari penelitian ini, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran
dan hipotesis.
BAB III
:
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai variabel-variabel yang
akan diteliti, jenis dan sumber data, populasi dan penentuan sampel,
metode pengumpulan data dan teknik analisis.
BAB IV
:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi obyek penelitian,
hasil analisis data dan pembahasan.
BAB V
:
PENUTUP
Dalam bab akan ini akan disajikan mengenai kesimpulan yang
diperoleh dari keseluruhan hasil penelitian dan juga berisi saransaran bagi pihak yang berkepentingan dan tertarik untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1
Grand Teori
2.1.1
Kajian Pemasaran
Salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam upaya
meningkatkan
penjualan
adalah
aspek
pemasaran
Kotler
(2005,
h.10)
mengemukakan pengertian pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
untuk penciptaan, penawaran dan pertukaran nilai produk dengan lainnya.
Sedangkan konsep pemasaran Swasta (2005, h.17) adalah pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam pelaksanaan konsep pemasaran perusahaan harus berorientasi kepada
konsumen Staton (1993, h.13).
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan pemasaran adalah suatu kegiatan
usaha untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen akan
barang dan jasa melalui proses pertukaran, mengembangkan dan merencanakan
barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut, serta
kemudian menetapkan harga, promosi dan saluran distribusi yang terbaik bagi
produk dan jasa tersebut atau yang lebih dikenal dengan bauran pemasaran
(marketing mix) Yulianto (2010, h.13).
Orang dapat mengasumsikan bahwa akan selalu ada kebutuhan akan
penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran bukan untuk memperluas penjualan
hingga kemana–mana. Tujuan pemasaran adalah untuk mengetahui dan
memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok
dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran
hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap membeli. Semua yang
dibutuhkan selanjutnya adalah menyediakan produk atau jasa itu Drucker (dalam
Kotler, 2005, h.10).
Tjiptono (1997, h. 19) berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi adalah dengan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan memahami perilaku konsumen.
2.1.2
Experiential Marketing
Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan dalam pemasaran
yang sebenarnya telah dilakukan sejak jaman dulu hingga sekarang oleh para
pemasar. Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan dengan
perkembangan jaman dan teknologi, para pemasar lebih menekankan diferensiasi
produk untuk membedakan produknya dengan produk kompetitor. Dengan adanya
experiential marketing, pelanggan akan mampu membedakan produk dan jasa
yang satu dengan lainnya karena mereka dapat merasakan dan memperoleh
pengalaman secara langsung melalui lima pendekatan (sense, feel, think, act,
relate), baik sebelum maupun ketika mereka mengkonsumsi sebuah produk atau
jasa. (Andreani, 2007, h.1).
Experiential marketing adalah suatu usaha yang digunakan oleh
perusahaan atau pemasar untuk mengemas produk sehingga mampu menawarkan
pengalaman emosi hingga menyentuh hati dan perasaan konsumen Schmitt (1999,
h.22) .
Kartajaya (2004, h.169) suatu produk memiliki kemampuan lebih baik
dalam menciptakan pengalaman dalam berbagai bentuk :
1.
Membangun interaksi sensorial (sensory interactions) yaitu mempertegas
sensasi produk dan layanan yang diberikan, seperti yang dilakukan oleh
Absolute Vodka dengan kemasannya yang simpel tapi elegan.
2.
Membatasi ketersediaan produk untuk membangun the experience of
having one seperti Starry Night dan Vincent Van Gogh yang laku jutaan
dolar.
3.
Menciptakan ekskusivitas produk dengan membentuk klub dan komunitas
pelanggan seperti dilakukan Harley Davidson dengan Harley Davidson
Owner Club (HOC)
4.
Memanggungkan produk dengan menciptakan event-event, tujuannya
untuk membawa pelanggan masuk ke proses bisnis perusahaan, apakah itu
dalam mendesain, memproduksi, mengemas atau men-deliver produk
tersebut seperti yang dilakukan oleh Disney dengan theme park-nya atau
ajang piala dunia sepak bola yang selalu menyedot perhatian seluruh
penduduk bumi.
Lebih lanjut Kartajaya (2004, h.166) mengatakan bahwa di Venus (dunia
yang lebih Emosional dan Interaktif) produk dan jasa harus memberikan suatu
pengalaman (product and service shouled be an experience), seperti :
1.
Pengalaman fisikal
Pengalaman yang diperoleh dari interaksi fisik manusia dengan
lingkungan sekitar yang dapat merangsang seluruh panca indera manusia.
Seperti menghabiskan malam panjang di Hard Rock Cafe, seluruh panca
indera akan dibuai oleh atmosfer kejayaan musik rock tahun 1970-an,
foto-foto dan alat musik bintang rock legendaris.
2.
Pengalaman emosional
Pengalaman yang timbul karena adanya interaksi yang membangkitkan
emosi, baik emosi yang meningkatkan prestige maupun emosi yang
memperlihatkan identitas dan ekspresi manusia. Misalnya para wanita,
membaca Cosmopolitan adalah identitas dan ekspresi sebagai wanita
modern, independent dan tak tunduk pada determinasi laki laki, Confident
dan menjadi diri sendiri, berani dan sebagainya.
3.
Pengalaman Intelektual
Pengalaman karena adanya kemampuan untuk menggali potensi dan
aktualisasi diri. Misalnya mengikuti executive education workshop.
4.
Pengalaman Spiritual
Pengalaman yang diperoleh manusia melalui sisi religius manusia, seperti
mengikuti ceramah dan pengajian Aa Gym sehingga memperoleh
kedamaian dunia dan akherat.
Pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa erat
kaitanya dengan konsep experiential marketing. Experiential marketing dapat
sangat berguna untuk sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan merek yang
berada pada tahap penurunan, membedakan produk mereka dari produk pesaing,
menciptakan sebuah citra dan identitas untuk sebuah perusahaan, meningkatkan
inovasi dan membujuk pelanggan untuk mencoba dan membeli produk.
Hal yang terpenting adalah menciptakan pelanggan yang loyal, pelanggan
mencari perusahaan dan merek–merek tertentu untuk dijadikan bagian dari hidup
mereka. Pelanggan juga ingin perusahaan-perusahaan dan merek-merek tersebut
dapat berhubungan dengan hidup mereka, mengerti mereka, menyesuaikan
dengan kebutuhan mereka dan membuat hidup mereka lebih terpenuhi. Dalam era
informasi, teknologi, perubahan dan pilihan, setiap perusahaan perlu lebih selaras
dengan para pelanggan dan pengalaman yang diberikan produk atau jasa mereka
Rini (2009, h.16)Tahap awal dari sebuah experiential marketing yaituterfokus
pada tiga kunci pokok :
1.
Pengalaman Pelanggan
Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat
menempatkan pembelian produk atau jasa di antara konteks yang lebih
besar dalam kehidupan.
2.
Pola Konsumsi
Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk menciptakan
sinergi yang lebih besar. Produk dan jasa tidak lagi dievaluasi secara
terpisah, tetapi dapat dievaluasi sebagai bagian dari keseluruhan pola
penggunaan yang sesuai dengan kehidupan konsumen. Hal yang
terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan
loyalitas.
3.
Keputusan rasional dan emosional
Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi,
perasaan dan kesenangan. Banyak keputusan dibuat dengan menuruti kata
hati dan tidak rasional. Experiential marketing pelanggan merasa senang
dengan keputusan pembelian yang telah dibuat.
Beberapa teori mengenai experiential marketing yang terkait dengan
penelitian ini diantaranya Andreani (2007, h.2) :
1.
Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan baru untuk
memberikan informasi mengenai merek dan produk. Hal ini terkait erat
dengan pengalaman pelanggan dan sangat berbeda dengan sistem
pemasaran tradisional yang berfokus pada fungsi dan keuntungan sebuah
produk.
2.
Experiential marketing merupakan perpaduan praktek antara pemasaran
non tradisional yang terintegrasi untuk meningkatkan pengalaman pribadi
dan emosional yang berkaitan dengan merek.
3.
Experiential marketing sangat penting dalam merefleksikan adanya bias
dari otak kanan karena menyangkut aspirasi pelanggan untuk memperoleh
pengalaman yang berkaitan dengan perasaan tertentu, kenyamanan dan
kesenangan di satu pihak dan penolakan atas ketidaknyaman dan
ketidaksenangan di lain pihak.
Dari definisi-definisi tersebut dapat dikatakan experiential marketing
merujuk pada pengalaman nyata pelanggan terhadap brand/product/service untuk
meningkatkan
penjualan/sales
dan
brand
image/awareness.
Experiential
marketing adalah lebih dari sekedar memberikan informasi dan peluang pada
pelanggan untuk memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat dari
produk atau jasa itu sendiri tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang
berdampak terhadap pemasaran, khususnya penjualan.
Experiential marketing dapat dimanfaatkan secara efektif apabila
diterapkan pada beberapa situasi tertentu. Schmitt (1999, h.34) berpendapat dalam
bukunya ada beberapa manfaat yang dapat diterima dan dirasakan apabila badan
usaha menerapkan experiential marketing. Manfaat tersebut yaitu untuk
membangkitkan kembali merek yang sudah merosot, untuk menciptakan dan
membuat perbedaan dengan produk pesaing, untuk menciptakan citra dan
identitas perusahaan,untuk mempromosikan inovasi, untuk membujuk percobaan,
pembelian, dan yang paling penting adalah konsumsi loyal.
Schmitt (dikutip dari Andreani, 2009, h.16) memberikan suatu framework
alternative yang terdiri dari dua elemen, yaitu strategic experience modulesyang
terdiri dari beberapa tipe experience dan experience producers yaitu agen-agen
yang dapat menghantarkan experience ini.
strategic experience modules terdiri dari lima tipe yaitu :
1.
Panca Indera (Sense)
Di dalam jurnalnya Andreani (2007, h.2) menyatakan sense berkaitan
dengan gaya (styles) dan simbol-simbolverbal dan visual yang mampu
menciptakan keutuhan sebuah kesan. Untuk menciptakan kesan yang kuat,
baik melalui iklan, packaging ataupun website, seorang pemasar perlu
memilih warna yang tepat sejalan denganc ompany profile. Pilihan warna
ini harus menarik untuk membangkitkan perhatian pelanggannya.
Sedangkan Rini (2009, h.16) berpendapat sense adalah aspek-aspek yang
berwujud dan dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat ditangkap oleh
kelima indera manusia, meliputi pandangan, suara, bau, rasa, dan sentuhan.
Sense bagi konsumen, berfungsi untuk mendiferensiasikan suatu produk
dari produk yang lain,untuk memotivasi pembeli untuk bertindak, dan
untuk membentuk value pada produk atau jasa dalam benak pembeli.
Indera manusia dapat digunakan selama fase pengalaman (prapembelian,
pembelian dan sesudah pembelian) dalam mengkonsumsi sebuah produk
atau jasa. Perusahaan biasanya menerapkan unsur sense dengan menarik
perhatian pelanggan melalui hal-hal yang mencolok, dinamis, dan
meninggalkan kesan yang kuat. Ada tiga tujuan strategi panca indera
(sense strategic objective):
a.
Panca indera sebagai pendiferensiasi
Sebuah organisasi dapat menggunakan sense marketing untuk
mendiferensiasikan produk organisasi dengan produk pesaing
didalam pasar, memotivasi pelanggan untuk membeli produknya,
dan mendistrisbusikan nilai kepada konsumen.
b.
Panca indera sebagai motivator
Penerapan unsur sense dapat memotivasi pelanggan untuk
mencoba produk dan membelinya.
c.
Panca indera sebagai penyedia nilai
Panca indera juga dapat menyediakan nilai yang unik kepada
konsumen.
2.
Perasaan (Feel)
Perasaan di sini sangatlah berbeda dengan kesan sensorik karena hal ini
berkaitan dengan suasana hati dan emosi jiwa seseorang. Ini bukan
sekedar menyangkut keindahan, tetapi suasana hati dan emosi jiwa yang
mampu membangkitkan kebahagiaan atau bahkan kesedihanAndreani
(2007, h.2).
Begitu pula Rini(2009, h.16) juga menyatakan Perasaan berhubungan
dengan perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan. Iklan yang
bersifat feel good biasanya digunakan untuk membuat hubungan dengan
pelanggan, menghubungkan pengalaman emosional mereka dengan
produk atau jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi terhadap pesan
feel campaign sering digunakan untuk membangun emosi pelanggan
secara perlahan. Ketika pelanggan merasa senang terhadap produk yang
ditawarkan perusahaan, pelanggan akan menyukai produk dan perusahaan.
Sebaliknya, ketika pelanggan merasa tidak senang terhadap produk yang
ditawarkan perusahaan, maka konsumen akan meninggalkan produk
tersebut dan beralih kepada produk lain. Jika sebuah strategi pemasaran
dapat menciptakan perasaan yang baik secara konsisten bagi pelanggan,
maka perusahaan dapat menciptakan loyalitas merek yang kuat dan
bertahan lama. Affective experience adalah tingkat pengalaman yang
merupakan perasaan yang bervariasi dalam intensitas, mulai dari perasaan
yang positif atau pernyataan mood yang negatif sampai emosi yang kuat.
Jika pemasar bermaksud untuk menggunakan affective experience sebagai
bagian dari strategi pemasaran, maka ada dua hal yang harus diperhatikan
dan dipahami, yaitu:
a.
Suasana hati (moods)
Moods merupakan affective yang tidak spesifik.Suasana hati dapat
dibangkitkan dengan cara memberikan stimulus yang spesifik.
Suasana hati merupakan keadaan afektif yang positif atau negatif.
Suasana hati seringkali mempunyai dampak yang kuat terhadap
apa yang diingat konsumen dan merek apa yang mereka pilih.
b.
Emosi (emotion)
Lebih kuat dibandingkan suasana hati dan merupakan pernyataan
afektif dari stimulus yang spesifik, misalnya marah, irihati, dan
cinta. Emosi-emosi tersebut selalu disebabkan oleh sesuatu atau
seseorang (orang, peristiwa, perusahaan, produk, atau komunikasi).
3.
Pikiran (Think)
Andreani (2007, h.2) berpendapat bahwa “dengan berpikir (think) dapat
merangsang
kemampuan
intelektual
dan
kreativitas
seseorang”.
Sedangkan menurut Rini (2009, h.17) melalui aspek think perusahaan
berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara memberikan problemsolving experiences, dan mendorong pelanggan untuk berinteraksi secara
kognitif atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk. Iklan pikiran
biasanya lebih bersifat tradisional, menggunakan lebih banyak informasi
tekstual, dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawabkan,
cara yang baik untuk membuat think campaign berhasil adalah
a.
Menciptakan sebuah kejutan yang dihadirkan baik dalam bentuk
visual, verbal ataupun konseptual, Kejutan merupakan suatu hal
yang penting dalam membangun pelanggan agar mereka terlibat
dalam cara berpikir yang kreatif. Kejutan dihasilkan ketika
pemasar memulai dari sebuah harapan. Kejutan harus bersifat
positif, yang berarti pelanggan mendapatkan lebih dari yang
mereka minta, lebih menyenangkan dari yang mereka harapkan,
atau sesuatu yang sama sekali lain dari yang mereka harapkan yang
pada akhirnya dapat membuat pelanggan merasa senang. Dalam
experiential marketing, unsur surprise menempati hal yang sangat
penting karena dengan pengalaman-pengalaman yang mengejutkan
dapat memberikan kesan emosional
yang mendalam dan
diharapkan dapat terus membekas di benak konsumen dalam waktu
yang lama.
b.
Berusaha untuk memikat pelanggan, Jika kejutan berangkat dari
sebuah harapan, intrigue campaign mencoba membangkitkan rasa
ingin tahu pelanggan, apa saja yang memikat pelanggan. Namun,
daya pikat ini tergantung dari acuan yang dimiliki oleh setiap
pelanggan. Terkadang apa yang dapat memikat seseorang dapat
menjadi sesuatu yang membosankan bagi orang lain, tergantung
pada tingkat pengetahuan, kesukaan, dan pengalaman pelanggan
tersebut.
c.
Memberikan sedikit provokasi.
Provokasi dapat menimbulkan sebuah diskusi, atau menciptakan
sebuah perdebatan. Provokasi dapat beresiko jika dilakukan secara
tidak baik, agresif dan tidak berlebihan.
4.Tindakan (Act)
Tindakan yang berhubungan dengan keseluruhan individu (pikiran dan
tubuh) untuk meningkatkan hidup dan gaya hidupnya. Pesan-pesan yang
memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan dapat menyebabkan
pelanggan untuk berbuat hal-hal dengan cara yang berbeda, mencoba
dengan cara yang baru merubah hidup mereka lebih baik Rini (2009, h.17).
Hal ini juga disampaikan Andreani (2007, h.3) bahwa act berkaitan
dengan perilaku yang nyata dan gaya hidup seseorang. Hal ini
berhubungan dengan bagaimana membuat orang berbuat sesuatu dan
mengekspresikan gaya hidupnya. Riset pasar menunjukkan banyak orang
membeli Volkswagen Beetle sebagai mobil kedua setelah BMW atau Lexus.
Mereka mempunyai gaya hidup tertentu, mereka ingin mengendarai mobil
yang lebih enak untuk dikendarai daripada mobil pertama mereka yang
lebih profesional. Jadi act di sini meliputi perilaku yang nyata atau gaya
hidup yang lebih luas. Ada berbagai cara untuk mengkomunikasikan act.
Dalam Web pemasar dapat menggunakan flash animations, di TV dengan
iklan pendek. Sedangkan di lingkungan sosial dapat dilakukan dengan
gambar hidup yang dapat bergerak dengan cepat. Media cetak bukanlah
pilihan yang baik untuk ini. Pemilihan sarananya harus hati-hati dan tepat
sehingga dapat membangkitkan pengalaman yang diinginkan.
5.Hubungan (Relate)
Andreani (2007, h.3) berpendapat bahwa relate berkaitan dengan budaya
seseorang dan kelompok referensinya yang dapat menciptakan identitas
sosial. Seorang pemasar harus mampu menciptakan identitas sosial
(generasi, kebangsaan, etnis) bagi pelanggannya dengan produk atau jasa
yang ditawarkan. Pemasar dapat menggunakan simbol budaya dalam
kampanye iklan dan desain web yang mampu mengidentifikasikan
kelompok pelanggan tertentu. Relate menghubungkan pelanggan secara
individu dengan masyarakat, atau budaya. Relate menjadi daya tarik
keinginan yang paling dalam bagi pelanggan untuk pembentukan selfimprovement, status socio-economic, dan image. Relate campaign
menunjukkan sekelompok orang yang merupakan target pelanggan dimana
seorang pelanggan dapat berinteraksi, berhubungan, dan berbagi
kesenangan yang sama Rini (2009, h.17) .
Kelima tipe dari experience ini disampaikan kepada konsumen melalui
experience provider. Agen–agen yang bisa menghantarkan experience ini adalah
Rini (2009, h.18) :
1.
Komunikasi, meliputi iklan, komunikasi perusahaan baik internal
maupun eksternal, dan public relation.
2.
Identitas dan tanda baik visual maupun verbal, meliputi nama, logo,
warna, dan lain-lain.
3.
Tampilan produk, baik desain, kemasan, maupun penampakan.
4.
Co-branding, meliputi even–even pemasaran, sponsorship, aliansi
dan rekanan kerja,
lisensi, penempatan produk dalam film, dan
sebagainya.
5.
Lingkungan spatial, termasuk desain kantor, baik interior maupun
eksterior, outlet penjualan, ekshibisi penjualan, dan lain-lain.
6.
Web sites
7.
Orang, meliputi penjual, representasi perusahaan, customer service
dan operator call centre.
2.1.3
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan hal yang lazim dipertimbangkan
konsumen dalam proses pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa. Keputusan
pembelian adalah segala sesuatu yang dikerjakan konsumen untuk membeli,
membuang dan menggunakan produk dan jasa. Dalam keputusan pembelian
umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Kelima
peran tersebut meliputi Kotler (2005, h.220) :
1.
Pemrakarsa (Initiator), pemrakarsa merupakan orang yang pertama kali
menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan
mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.
2.
Pemberi pengaruh (Influencer), merupakan orang yang memberi
pandangan, nasehat, atau pendapat sehingga dapat membantu keputusan
pembelian.
3.
Pengambil keputusan (Decider), yaitu orang yang menentukan keputusan
pembelian, apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara
membeli, atau dimana membelinya.
4.
Pembeli (Buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara aktual
(nyata)
5.
Pemakai (User), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan
barang atau jasa yang telah dibeli.
Perusahaan yang cerdik melakukan riset atas proses keputusan pembelian
kategori produk mereka. Mereka menanyai konsumen kapan mereka pertama kali
mengenal kategori produk tersebut, serta seperti apa keyakinan merek mereka,
seberapa besar mereka terlibat dengan produk yang bersangkutan, bagaimana
mereka melakukan pemilihan merek, dan seberapa puas mereka setelah
pembelian.
Tahap-tahap proses keputusan pembelian Kotler (2005, h.224) :
1.
Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
dan eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu
kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian
dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.
2.
Pencarian informasi
Konsumen yang terasang kebutuhanya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya dalam dua tingkat.
Situasi pencarian informasi lebih ringan dinamakan perhatian yang
menguat. Pada tingkat itu seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap
informasi tentang produk.
3.
Evaluasi alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh satu konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat
beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang terbaru
memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi
kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk
penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional. Beberapa konsep
dasar akan membantu kita dalam proses evaluasi konsumen. Pertama,
konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen
mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang
berebeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan itu. Para konsumen memiliki sikap yang berbedabeda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting.
Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang
memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat
disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam suatu kelompok
konsumen yang berbeda-beda.
4.
Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk prefensi atas merek-merek
dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk
membeli produk yang paling disukai. Namun, dua faktor berikut dapat
berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama
adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi
alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu
intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang
lain.faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat
muncul dan mengubah niat pembelian. Keputusan konsumen untuk
memodifikasi, menunda dan menghindari suatu keputusan pembelian
sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan. Besarnya risiko yang
dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan,
besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen.
5.
Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan
menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali
produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas bereaksi sebaliknya.
Mereka mungkin akan membuang atau mengembalikan produk tersebut.
Mereka mungkin mencari informasi yang mengkonfirmasikan nilai produk
yang tinggi tersebut. Komunikasi pascapembelian dengan pembeli telah
terbukti menghasilkan penurunan pengembalian produk dan pembatalan
pesanan.
2.2
Variabel Dependen dan Variabel Independen
2.2.1
Sense dengan Keputusan Pembelian
Penelitian Rinawati (2010) terbukti bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara sense dengan keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar 0.606, dan
besarnya pengaruh sense terhadap pembentukan keputusan pembelian konsumen
yaitu sebesar 36,72%.
Scmitt
(1999,
h.26)
mengemukakan
bahwa
pemahaman baru tentang hubungan antara produk
sense
menawarkan
perusahaan dengan
konsumennya, dan sense juga sangat berpengaruh bagi konsumen dalam
mengambil tindakan pada saat akan melakukan pembelian.
Variabel sense dibentuk dari lima indikator, seperti tampak pada Gambar
2.1 :
Gambar 2.1
Dimensi Variabel Sense
X11
X12
X13
Sense (X1)
X14
X15
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, (Schmitt, 1999),
(Andreani, 2007), (Rini, 2009)
Keterangan :
X11:
Penilaian terhadap desain interior
X12:
Penilaian terhadap warna perusahaan
X13:
Penilaian terhadap kebersihan ruangan
X14:
Penilaian terhadap kenyamanan ruangan
X15:
Penilaian terhadap desain eksterior
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
H1: Sense berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.2.2
Feel dengan Keputusan Pembelian
Feel marketing berusaha untuk menarik perasaaan terdalam dan emosi
pelanggan, dengan tujuan untuk menciptakan perasaan pengalaman pelanggan
mulai dari perasaan yang biasa saja sampai pada tingkat emosi yang kuat karena
kebanggaan dan prestise. Feel marketing ini menjadi penting karena ketika
pelanggan mengalami feel good, dia akan membeli produk dari perusahaan
Yulianto (2010, h.116).
Schmitt (1999, h.125) menyatakan feel experience dapat ditampilkan
melalui reputasi akan pelayanan terhadap pelanggan, dengan adanya reputasi
pelayanan yang baik kepada pelanggan akan membuat pelanggan terdorong untuk
melakukan pembelian produk perusahaan.
Variabel feel dibentuk dari lima indikator, seperti tampak pada Gambar
2.2 :
Gambar 2.2
Dimensi Variabel Feel
X21
X22
X23
Feel (X2)
X24
X25
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, (Schmitt, 1999), (Rini,
2009)
Keterangan :
X21:
Penilaian terhadap pelayanan
X22 :
Penilaian terhadap keramahan karyawan
X23 :
Penilaian terhadap kesopanan karyawan
X24 :
Penilaian terhadap sambutan untuk konsumen
X25 :
Penilaian terhadap kesantunan karyawan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Feel berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.2.3
Think dengan Keputusan Pembelian
Tujuan dari think marketing adalah membawa pelanggan untuk mampu
berpikir lebih mendalam kreatif dan memberikan opini yang positif terhadap
produk atau jasa perusahaan sehingga selanjutnya konsumen akan tertarik untuk
membeli produk tersebut Schmitt (1999 h.138).
Aspek think dapat dibangun melalui kejutan, kejutan harus bersifat positif,
yang berarti pelanggan mendapatkan lebih dari yang mereka minta, lebih
menyenangkan dari yang mereka harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain
dari yang mereka harapkan yang pada akhirnya dapat membuat pelanggan merasa
senang membeli produk Rini (2009, h.17).
Variabel feel dibentuk dari lima indikator, seperti tampak pada Gambar
2.3 :
Gambar 2.3
Dimensi Variabel Think
X31
X32
X33
Think (X3)
X34
X35
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, (Darmawan, 2006),
(Andreani, 2007), (Rini, 2009), (Yulianto, 2010)
Keterangan :
X31:
Penilaian terhadap keterlibatan konsumen
X32 :
Penilaian terhadap promosi penjualan
X33 :
Penilaian terhadap iklan
X34 :
Penilaian terhadap kejutan
X35 :
Penilaian terhadap kesempatan yang diberikan untuk konsumen
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
H3: Think berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.2.4
Act dengan Keputusan Pembelian
Act marketing bertujuan untuk menciptakan pelanggan untuk merubah
perilaku dan gaya hidup pelanggaan. Act memperlihatkan kepada pelanggan suatu
alternatif lain untuk berbuat sesuatu seperti melakukan pembelian Yulianto (2010
h.125).
Konsumen akan bertindak (melakukan pembelian) karena pengaruh luar
(referent belief) berupa norma sosial dan opini, juga pengaruh dari dalam
(outcome beliefs) Yulianto (2010, h.27).
Variabel act dibentuk dari lima indikator, seperti tampak pada Gambar
2.4 :
Gambar 2.4
Dimensi Varibel Act
X41
X42
X43
Act (X4)
X44
X45
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, (Kartajaya, 2004),
(Andreani, 2007), (Yulianto, 2010)
Keterangan :
X41:
Penilaian terhadap pelayanan sesuai kebutuhan
X42 :
Penilaian terhadap alternatif produk
X43 :
Penilaian terhadap inovasi produk
X44 :
Penilaian terhadap tingkat harga
X45 :
Penilaian terhadap pengaruh pembelian produk
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
H4: Act berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.2.5
Relate dengan Keputusan Pembelian
Andreani (2007, h.3) berpendapat bahwa relate berkaitan dengan budaya
seseorang dan kelompok referensinya yang dapat menciptakan identitas sosial.
Seorang pemasar harus mampu menciptakan identitas sosial (generasi,
kebangsaan, etnis) bagi pelanggannya dengan produk atau jasa yang ditawarkan,
agar dapat membuat konsumen merasa senang melakukan keputusan pembelian.
Relate campaign menunjukkan sekelompok orang yang merupakan
targetpelanggan dimana seorang pelanggan dapat berinteraksi, berhubungan, dan
berbagi kesenangan yang sama Rini (2009, h.17) .
Variabel relate dibentuk dari lima indikator, seperti tampak pada Gambar
2.5 :
Gambar 2.5
DimensiVariabelRelate
X51
X52
X53
Relate (X5)
X54
X55
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, (Andreani, 2007),
(Rini, 2009)
Keterangan :
X51:
Penilaian terhadap pelayanan sesuai kebutuhan
X52 :
Penilaian terhadap alternatif produk
X53 :
Penilaian terhadap inovasi produk
X54 :
Penilaian terhadap tingkat harga
X55 :
Penilaian terhadap pengaruh pembelian produk
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
H5: Relate berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.2.6
Hubungan Experiential Marketing dan Keputusan Pembelian
Experiential
marketing
secara
keseluruhan
sangat
efektif
dalam
mempengaruhi persepsi atas sebuah merek (brand perception) dan keputusan
pembelian (purchasing decision), experiential marketing mampu memberikan
pengalaman yang kuat terhadap produk sehingga dapat menjadi informasi untuk
mengambil keputusan pembelianAndreani(2007, h.4).
Pendapat di atas menunjukkan bahwa aspek dari experiential marketing
yang meliputi: sense, feel, think, act dan relate seringkali digunakan oleh pemasar
untuk mendorong terjadinya keputusan pembelian. Hal ini berarti experiential
marketing memiliki hubungan yang positif dengan keputusan pembelian, dimana
semakin besar penilaian konsumen terhadap aspek dari experiential marketing
berarti semakin besar pula konsumen akan membeli produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan.
2.3
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar dalam rangka
penyusunan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel
berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Penelitian
1. Penelitian Rinawati (2010) “Sense Sebagai Experiential Marketing Dalam
Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara
Cabang Trunojoyo Bandung”.
Variabel
Hasil
Variabel Bebas (X) : Sense
Hasil penelitian ini terbukti bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara sense dengan
Variabel Terikat (Y) : Keputusan
keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar
Pembelian.
0.606, dan besarnya pengaruh sense terhadap
pembentukan keputusan pembelian konsumen
yaitu sebesar 36,72%, sedangkan sisanya
sebesar 63.28% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti oleh penulis seperti
pelayanan, kinerja, dan sebagainya.
2.4
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikian menggambarkan hubungan dari variabel independen,
dalam hal ini adalah sense (X1), feel (X2), think (X3) act (X4), dan relate (X5)
terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y) yang dilakukan oleh
konsumen.
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran Teoritis
Sense
(X1)
Feel (X2)
Think
(X3)
H1
H2
H3
Keputusan
Pembelian (Y)
H4
Act (X4)
H5
Relate
(X5)
Sumber : Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, (Schmitt, 1999),
(Andreani, 2007)
2.5
Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dibangun dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Hipotesis 1: Sense berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
Hipotesis 2: Feel berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
Hipotesis 3: Think berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
Hipotesis 4: Act berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
Hipotesis 5 : Relate berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1
Variabel Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
objek penelitian. Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti.
Adapun variabel yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah
1.
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependenyang digunakan dalam penelitian ini yaitu keputusan
pembelian produk percetakan di Derajat Celcius (Y).
2.
Variabel Bebas (Independent Variable)
Sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini diantaranya adalah :
a. Sense (X1)
b. Feel (X2)
c. Think (X3)
d. Act (X4)
e. Relate (X5)
3.1.2
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah keputusan
pembelian produk di Derajat Celcius dan variabel independen yaitu sense, feel,
think, act, relate.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah segala sesuatu yang dikerjakan konsumen untuk
membeli, membuang dan menggunakan produk dan jasa. Kotler(2005, h.220)
1.
2.
3.
4.
5.
Mendapatkan produk sesuai dengan kebutuhan
Definisi Operasional
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan
eksternal Kotler (2005, h.224). Derajat Celcius menyediakan berbagai macam
produk percetakan bagi konsumen yang sedang membutuhkan produk tersebut.
Kemudahan dalam mencari informasi
Definisi Operasional
Kotler (2005, h.225) mengemukakan bahwa konsumen yang terasang kebutuhanya
akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Derajat Celcius
memberikan informasi kepada konsumen, salah satunya melalui sumber komersial
yaitu iklan, wiraniaga dan spanduk.
Alternatif utama dalam memenuhi kebutuhan
Definisi Operasional
Di tahap evaluasi alternatif konsumen memandang produk sebagai kumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan itu. Konsumen akan memberikan perhatian terbesar
pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Kotler (2005, h.225).Derajat
Celcius menawarkan produk yang memiliki manfaat sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
Keputusan pembelian produk di Derajat Celcius
Definisi Operasional
Didalam tahap ini konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling
disukai. Kotler (2005, h.229). Konsumen melakukan pembelian di Derajat Celcius.
Datang kembali ke Derajat Celcius
Definisi Operasional
Kotler (2005, h.229) perilaku pascapembelian menyangkut kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk yang akan mempengaruhi perilaku
selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Derajat Celcius menjaga agar
konsumen tidak merasa kecewa dan datang kembali, dengan memberikan produk
sesuai dengan keinginan konsumen dan pelayanan baik.
Sense
Sense adalah aspek-aspek yang berwujud dan dapat dirasakan dari suatu produk
yang dapat ditangkap oleh kelima indera manusia, meliputi pandangan, suara, bau,
rasa, dan sentuhan.Rini (2009, h.16).
1.
Desain interior ruangan menarik (X11)
2.
Definisi Operasional
Andreani (2007, h.2) pilihan gaya (styles) yang tepat merupakan hal yang penting.
Perpaduan antara bentuk,warna dan elemen-elemen yang lain membentuk berbagai
macam gaya (styles) antara lain minimalis, ornamentalis, dinamis dan statis.Di
Derajat Celcius untuk desain ruangan menggunakan tema minimalis.
Warna perusahaan menarik (X12)
3.
Definisi Operasional
Pilihan warna harus menarik untuk membangkitkan perhatian pelanggannya dan
sesuai dengan kriteria perusahaan. Andreani (2007, h.2). Warna yang dipilih oleh
Derajat Celcius mampu menarik perhatian konsumen.
Ruangan tampak bersih (X13)
Definisi Operasional
Schmitt (1999, h.101) menyatakan bahwa ada hal penting yang dapat menunjukkan
ciri atau identitas dari suatu produk. Salah hal tersebut adalah properties yang
meliputi bangunan, pabrik, dan kantor. Derajat Celcius menjaga agar ruangan
kantor tetap bersih dengan membuat standart kebersihan operasional
perusahaan..
4.
Ruangan terasa nyaman (X14)
5.
Definisi Operasional
Sensory Experience dapat memotivasi pelanggan untuk mencoba produk dan
membelinya. Schmitt (1999, h.101). Dengan mengahadirkan ruangan yang nyaman
kepada konsumen, maka Derajat Celcius mengharapkan dapat memotivasi
konsumen untuk melakukan pembelian.
Desain Eksterior Derajat Celcius (X15)
Definisi Operasional
Andreani (2007, h.2) pilihan gaya (styles) yang tepat merupakan hal yang penting.
Perpaduan antara bentuk,warna dan elemen-elemen yang lain membentuk berbagai
macam gaya (styles) antara lain minimalis, ornamentalis, dinamis dan statis. Desain
eksterior Derajat Celcius di buat menarik dengan menggunakan warna-warna cerah
agar dapat menarik perhatian konsumen.
Feel
Feel adalah perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan. Rini(2009, h.16)
1.
Pelayanan (X21)
2.
Definisi Operasional
Schmitt (1999, h.125) menyatakan feel experience dapat ditampilkan melalui
reputasi akan pelayanan terhadap pelanggan. Derajat Celcius menjalankan feel
experience salah satunya dengan memberikan pelayanan kepada konsumen.
Keramahan karyawan (X22)
Definisi Operasional
Feel dapat timbul melalui hasil dari kontak dan interaksi yang dikembangkan badan
usaha sepanjang waktu Schmitt (1999, h.125). Untuk menjaga interaksi yang
positif kepada konsumen karyawan Derajat Celcius bersikap ramah terhadap
konsumen.
3.
Kesopanan karyawan (X23)
4.
Definisi Operasional
Aspek feel dapat diterapkan dengan membangun affective experience yaitu perasaan
yang bervariasi dalam intensitas, mulai dari perasaan yang positif atau pernyataan
mood yang negatif sampai emosi yang kuat Rini (2009, h.17).Agar konsumen
memiliki perasaan dan emosi yang positif terhadap Derajat Celcius maka karyawan
perlu bersikap sopan kepada konsumen.
Karyawan Derajat Celcius menyambut konsumen dengan senyum (X24)
5.
Definisi Operasional
Untuk membangun affective experience adalah salah satu hal yang perlu
diperhatikan dan dipahami yaitu mengenai suasana hati (moods) konsumen. Suasana
hati dapat dibangkitkan dengan cara memberkan stimuli yang spesifik Rini (2009,
h.17). Karyawan Derajat Celcius menyambut konsumen dengan senyum agar
membuat suasana hati konsumen baik.
Karyawan Derajat Celcius berbicara santun kepada konsumen (X25)
Definisi Operasional
Aspek feel dapat diterapkan dengan membangun affective experience yaitu perasaan
yang bervariasi dalam intensitas, mulai dari perasaan yang positif atau pernyataan
mood yang negatif sampai emosi yang kuat Rini (2009, h.17).Agar konsumen
memiliki perasaan dan emosi yang positif terhadap Derajat Celcius maka karyawan
perlu berbicara dengan santun kepada konsumen.
Think
Think adalah suatu usaha dari perusahaan untuk menantang konsumen, dengan
cara memberikan problem-solving experiences, dan mendorong pelanggan untuk
berinteraksi secara kognitif atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk.
Rini (2009, h.17)
1.
Melibatkan konsumen (X31)
2.
3.
Definisi Operasional
Perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara memberikan
problem-solving experiences, dan mendorong pelanggan untuk berinteraksi secara
kognitif atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk Rini (2009, h.17).
Derajat Celcius menerapkan hal ini dengan melibatkan konsumen untuk ikut
mendesain produk. Promosi penjualan adalah insetif yang dirancang untuk
mendorong pembelian sebuah produk. Boyd (2000, h.66).
Promosi penjualan menarik (X32)
Definisi Operasional
Tujuan dari aspek think adalah menciptakan kesadaran Darmawan (2006). Derajat
Celcius memberikan berbagai macam promosi penjualan agar menarik perhatian
konsumen sehingga dapat membuat konsumen sadar akan kehadiran perusahaan atau
produk.
Iklan di Derajat Celcius berkesan (X33)
4.
Definisi Operasional
Andreani (2007, h.2) aspek think dapat dilakukan melalui iklan yang tidak umum.
Derajat Celcius berusaha menampilkan iklan-iklan yang dikemas kreatif dan
berbeda.
Memberikan sesuatu lebih dari harapan konsumen (X34)
5.
Definisi Operasional
Kejutan merupakan suatu hal yang sangat penting. Kejutan harus bersifat positif,
yang berarti pelanggan mendapatkan lebih dari yang mereka minta, lebih
menyenangkan dari yang mereka harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain dari
yang mereka harapkan yang pada akhirnya dapat membuat pelanggan merasa senang
Rini (2009, h.17). Derajat Celcius perlu mengasilkan produk yang lebih baik dari
harapan konsumen.
Derajat Celcius memberi kesempatan pada konsumen untuk mengeluarkan ide (X35)
Definisi Operasional
Untuk berfikir kreatif dibutuhkan dua cara salah satunya dengan berfikir divergen.
Berfikir divergen yaitu cara berfikir yang bebas bergerak, asosiatif, kemampuan
untuk menghasilkan banyak ide Yulianto (2010, h.26). Derajat Celcius memberi
kesempatan pada konsumen untuk mengeluarkan ide konsumen.
Act
Andreani (2007, h.3) menyatakan bahwa act adalah perilaku yang nyata dan gaya
hidup seseorang.
1.
Pelayanan sesuai dengan kebutuhan (X41)
Definisi Operasional
Tujuan yang ingin dicapai dari act marketing adalah untuk meningkatkan phsycal
experience Kartajaya (2004, h.166). Hal ini dilakukan Derajat Celcius dengan
memberikan pelayanan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
2.
Menyediakan berbagai alternative produk (X42)
3.
Definisi Operasional
Act memperlihatkan kepada pelanggan alternatif lain Yulianto (2010, h.26).Derajat
Celcius menyediakan berbagai alternatif produk sesuai dengan keinginan Anda
Ada inovasi produk (X43)
4.
Definisi Operasional
Act memperlihatkan kepada pelanggan alternatif lain Yulianto (2010, h.26).Derajat
Celcius melakukan inovasi produk agar konsumen memiliki alternatif lain terhadap
produk.
Tersedia produk dengan berbagai tingkat harga (X44)
5.
Definisi Operasional
Andreani (2007, h.3) act berkaitan dengan perilaku yang nyata dan gaya hidup
seseorang. Derajat Celcius menyediakan produk dengan berbagai tingkat harga
sehingga untuk konsumen menengah keatas terdapat pilihan produk yang lebih
berkualitas.
Konsumen membeli produk karena pengaruh dari dalam diri(X45)
Definisi Operasional
Konsumen akan bertindak (melakukan pembelian) karena pengaruh luar
(referent belief) berupa norma sosial dan opini, juga pengaruh dari dalam
(outcome beliefs) Yulianto (2010, h.27). Konsumen membeli produk di Derajat
Celcius bisa dipengaruhi oleh opini orang lain atau pengaruh dari dalam diri
seseorang.
Relate
Andreani (2007, h.3) berpendapat bahwa relate adalah budaya seseorang dan
kelompok referensinya yang dapat menciptakan identitas sosial.
1. Hubungan antara perusahaan dengan konsumen (X51)
Definisi Operasional
Berdasarkan riset Andreani (2007, h.3) relate dalam prakteknya selalu
berhubungan dengan keempat aspek sebelumnya yaitu sense, feel, think, dan
act. Pada umumnya relate experience menunjukkan adanya hubungan dengan
orang lain, kelompok sosial lain.Derajat Celcius menjalin hubungan baik
dengan konsumen secara langsung.
2.
Hubungan antara media yang digunakan Derajat Celcius dengan konsumen (X52)
Definisi Operasional
Berdasarkan riset Andreani (2007, h.3) relate dalam prakteknya selalu
berhubungan dengan keempat aspek sebelumnya yaitu sense, feel, think, dan
act. Pada umumnya relate experience menunjukkan adanya hubungan dengan
orang lain, kelompok sosial lain. Derajat Celcius menjalin hubungan dengan
konsumen melalui jejaring sosial( facebook, web, dll)
3.
Hubungan antara pekerja di Derajat Celcius dengan konsumen (X53)
Definisi Operasional
Berdasarkan riset Andreani (2007, h.3) relate dalam prakteknya selalu
berhubungan dengan keempat aspek sebelumnya yaitu sense, feel, think, dan
act. Pada umumnya relate experience menunjukkan adanya hubungan dengan
orang lain, kelompok sosial lain. Derajat Celcius melakukan komunikasi
dengan konsumen untuk menjaga hubungan.
4.
Memberi rekomendasi ke orang lain (X54)
5.
Definisi Operasional
Rini (2009, h.17) menyatakan bahwa relate menghubungkan pelanggan secara
individu dengan masyarakat. Konsumen merekomendasikan Derajat Celcius kepada
orang lain.
Hubungan antar konsumen (X55)
Definisi Operasional
Relate campaign menunjukan sekelompok orang yang merupakan target
pelanggan dimana seorang pelanggan dapat berinteraksi, berhubungan, dan
berbagi kesenangan yang sama Rini (2009, h.17). Hubungan antar konsumen
Derajat Celcius terjalin baik.
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang melakukan
pembelian di Derajat Celcius. Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Non Probability Sampling dengan menggunakan sampling
insidental, penentuan sampel yang diambil berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
yang kebetulan bertemu dapat dijadikan sampel jika orangtersebut sesuai atau
cocok sebagai sumber data Sugiyono (2009, h.122).
Pada metode ini, setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang
sama untuk terpilih menjadi sampel. Penggunaan metode ini didasarkan pada
pertimbangan waktu yang relatif lebih cepat dan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan sampel probabilistik.
Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari
Slovinyaitu sebagai beriku Yulianto (2010, h.66) :
Keterangan :
n
= Ukuran sampel
N
= Ukuran populasi (1740 konsumen Derajat Celcius)
e
= Tingkat kesalahan maksimum yang diduga oleh peneliti sebesar 10%
Dengan menggunakan rumus tersebut ukuran sampel secara keseluruhan
dapat dihitung sebagai berikut:
100
Jadi diketahui dari perhitungan ukuran sampel secara keseluruhan dengan
tingkat kesalahan maksimum yang diduga sebesar 10% adalah sebanyak 94.56
responden sehingga peneliti memutuskan mengambil sample sebanyak 100
responden.
3.3
Sumber dan Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan
dengan pelaksanaan experiential marketing terhadap keputusan pembelian di
Derajat Celcius yaitu sebagai berikut :
1.
Data primer
Data primer didapatkan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang
diisi oleh responden yang telah melakukan pembelian melalui kuesioner
analisis pengaruh experiential marketing terhadap keputusan pembelian di
DerajatCelcius.
2.
Data sekunder
Data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini adalah data hasil
penjualan Derajat Celcius di tahun 2010 dan data pelanggan Derajat
Celcius 2010.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Dalam usaha untuk mendapatkan data yang dibutuhkan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Kuesioner (daftar pertanyaan)
Metode ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada
responden.Pertanyaan-pertanyaan diukur dengan menggunakan skala
dengan interval 1-5, yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.
2.
Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung pada obyek penelitian yang
berhubungan dengan experiential marketing di Derajat Celcius.
3.
Wawancara
Wawancara dilakukan melalui tanya jawab secara lisan dengan pihakpihak dari Derajat Celcius untuk memperoleh informasi yang berhubungan
dengan penelitian.
4.
Studi pustaka
Informasi yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dengan cara
mempelajari buku-buku, makalah dan skripsi.
3.5
Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan di analisis terlebih dahulu
kemudian dapat dijadikan dasar dalam pembuatan pembahasan.
3.5.1
Analisis Kualitatif
Dalam penelitian ini analisis kualitatif diperoleh dari pertanyaan terbukan
yang diberikan kepada responden kemudian disimpulkan.
3.5.2
Analisis Kuantitatif
Analisis data kuantiatif menggunakan data berbentuk angka-angka yang
diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan dari kuesioner. Untuk
mendapatkan data kuantitatif, digunakan skala Likert yang diperoleh dari daftar
pertanyaan yang digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut Sugiyono
(2009, 133), misalnya :
a. Untuk jawaban a sangat tidak setuju diberi nilai = 1
b. Untuk jawaban b tidak setuju diberi nilai
=2
c. Untuk jawaban c netral diberi nilai
=3
d. Untuk jawaban d setuju diberi nilai
=4
e. Untuk jawaban e sangat setuju diberi nilai
=5
Dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) alat
analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan
mengenai pengaruh sense, feel, think, act, dan relateterhadap Keputusan
Pembelian adalah sebagai berikut :
3.5.2.1 Uji Analisis Data
1.
Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran
sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur reliabilitas dengan
uji statistik Cronbach Alpha (a). Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha (a) > 0,6 Ghozali (2006, h.45).
2.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dan kuesioner
mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut Ghozali(2006, h.49). Jika suatu indikator mempunyai korelasi
antara skor masing-masing indikator terhadap skor totalnya (skor variabel
konstruk) maka dikatakan indikator tersebut valid.
3.5.2.2 Uji Asumsi Klasik
1.
Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal
Ghozali (2006, h.95). Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan Variance inflation factor (VIF), nilai tolerance yang
besarnya diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10 menunjukkan bahwa tidak
ada multikolinearitas diantara variabel bebasnya Ghozali (2006, h.96).
4
Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah dalam model regresi terdapat
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
lain. Kita dapat melihatnya dari grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisis yang
digunakan adalah: jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu atau teratur maka mengindikasikan telah terjadi
Heterokedastisitas. Sebaliknya bila titik-titik yang ada menyebar dibawah
dan diatas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heterokedasrisitas
Ghozali (2006, h.126).
3.
Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
analisis grafik. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat dari normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data sebenarnya akan
mengikut garis diagonalnya Ghozali (2006, h.147). Dasar pengambilan
keputusan untuk uji normalitas adalah Ghozali (2006, h.149) :
a.
Jika data menyebar disekitar garis garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b.
Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.5.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dari berbagai variabel
independen yaitu sense,
feel, think, act, dan relate terhadap satu variabel
dependen yaitu keputusan pembelian di Derajat Celcius Ghozali (2009, h.13)
Formula untuk regresi linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5+e
Dimana :
Y
= keputusan pembelian
X1
= Sense
X2
= Feel
X3
= Think
X4
= Act
X5
= Relate
b1
= koefisien regresi untuk variabel sense
b2
= koefisien regresi untuk variabel feel
b3
= koefisien regresi untuk variabel think
b4
= koefisien regresi untuk variabel act
b5
= koefisien regresi untuk variabel relate
e
= error
3.5.2.4 Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai
dengan godness of fit-nya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan
statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistik dari penelitian
ini berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak), sebaliknya disebut
tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H o diterima
Ghozali(2006, h.87).
1.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada penelitian ini digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan sebuah model menerangkan variasi variabel
dependen yaitu keputusan pembelian. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen yaitu sense, feel, think, act dan relate dalam
menjelaskan variabel dependen yaitu keputusan pembelian sangat terbatas.
Nilai
yang
mendekati
satu
berarti
variabel-variabel
independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien
determinasi R2 adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen,
maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena
itu banyak penelitian menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted
R2pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2,
nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model Ghozali (2006, h.87). Dalam penelitian ini
menggunakan adjusted R2 agar tidak terjadi bias dalam mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel
dependen.
2.
Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk penelitian agar dapat mengetahui tingkat
siginifikansi pengaruh variabel-variabel independen yaitu keputusan
pembelian secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
yaitu experiential marketing Ghozali (2006, h.88). Dalam penelitian ini,
hipotesis yang digunakan adalah :
Ho :
Variabel-variabel bebas yaitu sense, feel, think, act dan relate tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel terikatnya yaitu keputusan pembelian.
Ha :
Variabel-variabel bebas yaitu sense, feel, think, act dan relate
mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama–sama
terhadap variable terikatnya yaitu kepuasan konsumen.
Dasar pengambilan keputusannya Ghozali (2006, h.88) adalah dengan
menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu membandingkan nilai
F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih
besar dari nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha.
3.
Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasivariabel
dependen Ghozali (2006, h.88). Dasar pengambilan keputusan Ghozali
(2006, h.89) adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikan,
yaitu membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.
Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan t tabel,
kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Download