BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini merupakan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka pada bab ini merupakan kumpulan teori-teori untuk
mendukung hasil penelitian yang dikaji dari dua aspek yaitu aspek kependidikan
dan aspek keilmuan. Adapun kajian pustaka dari aspek kependidikan meliputi
pembelajaran biologi, pendekatan saintifik, motivasi belajar, dan hasil belajar
kognitif. Sedangkan, kajian pustaka dari aspek keilmuan meliputi struktur fungsi
sel prokariotik-eukariotik dan struktur fungsi jaringan tumbuhan dan hewan.
A. Kajian Kependidikan
1. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran merupakan suatu proses yang menyenangkan karena
adanya interaksi antara komponen pembelajaran. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen-komponen yang terlibat
di dalam proses belajar mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses
pengajaran yang optimal (Sardiman, 2006:50). Senada dengan pendapat
Sugihartono (2007:81) bahwa,
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan
berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
pembelajaran secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang
optimal.
Pendapat tersebut didukung oleh Permendikbud No. 65 tahun 2013
tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sementara itu,
As’ad mengatakan bahwa pembelajaran sebagai proses belajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa (As’ad, 2015:247).
Sudjoko (2001:2) mengatakan bahwa,
Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan
tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan
fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses
keilmuan biologi.
Pendapat Sudjoko tersebut sesuai dengan pernyataan Johari
(2014:2) bahwa biologi merupakan bagian dari sains yang terdiri dari
produk dan proses, dimana pembelajaran biologi idealnya mampu
mengeluarkan output yang memiliki karakter, dikarenakan biologi sebagai
produk terdiri dari konsep, fakta, teori, hukum yang berkaitan tentang
makhluk hidup, sedangkan biologi sebagai proses terdiri dari kelompok
keterampilan proses yang meliputi mengamati, membuat pertanyaan,
menerapkan konsep, dan melakukan percobaan.
Suhardi (2012:14) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran
biologi sebagai suatu sistem yang pada prinsipnya merupakan kesatuan
yang tak terpisahkan antara komponen-komponen raw input (peserta didik),
instrumental input, lingkungan dan out put (hasil atau keluaran). Ayu
mengatakan bahwa keempat komponen tersebut mewujudkan sistem
pembelajaran Biologi dengan proses berada di pusatnya. Komponen yang
berupa kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode, sarana dan
prasarana pembelajaran, tampaknya sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran Biologi (Ayu, 2014: 9).
Mengacu pada uraian teoritis diatas, dalam penelitian ini
pembelajaran biologi adalah suatu pengalaman belajar biologi dengan
menggunakan keterampilan proses sains yang efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal.
2. Pendekatan Saintifik
Pendekatan menurut kamus besar bahasa Indonesia dalam Deden
(2015:100) adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam
rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang
yang diteliti, metode-metode untuk mencapai suatu permasalahan yang
teramati. Suyono dan Hariyanto (2011:18) mengatakan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi
filosofi konstruktivisme dengan implementasi student-based learning agar
tujuan belajar dapat didekati secara optimal.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientifict approach)
merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada metode ilmiah. Tri
W. M. (2016:1) mengatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah.
Stinner (2003:335) mengatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep,
hukum
atau
prinsip
melalui
tahapan-tahapan
mengamati
(untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai
teknik,
menganalisis
data,
menarik
kesimpulan,
dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Maria (2015:269) mengatakan bahwa pendekatan scientific
merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan
keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan
yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Dibawah ini langkah-langkah
pendekatan saintifik yang merupakan keterampilan proses sains menurut
Abdul Majid (2014:14) terdiri dari 5 tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Mengamati (Observasing): Metode mengamati mengutamakan
kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Menurut
Maria (2015:273) menambahkan bahwa metode mengamati dapat
dilakukan dengan membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat) untuk mengidentifikasi masalah yang diinginkan.
b. Menanyakan (Questioning), mengajukan pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatan informasi tembahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
c.
d.
e.
f.
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
(Maria, 2015:273).
Mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca
sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas,
wawancara dengan narasumber (Maria, 2015:273).
Mengasosiasi/mengolah informasi: mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik dari hasil kegiatan eksperimen, mengamati, maupun
mengumpulkan infromasi (Maria, 2015:273). Siswa melakukan analisis
terhadap data yang diperoleh sehingga terkumpul suatu konsep ataupun
pengetahuan.
Mengkomunikasikan yaitu peserta didik menyampaikan hasil analasis
dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik (Abdul
Majid, 2014:4-5). Senada dengan pendapat Maria (2015:273) bahwa
dalam tahap ini siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
(Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: menginovasi, mencipta,
mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan
yang dipelajari (Maria, 2015:273).
Senada dengan kajian dari Kemendikbud (2013:203) bahwa
Pendekatan scientific menjadikan pembelajaran lebih aktif dan tidak
membosankan,
siswa
dapat
mengonstruksi
pengetahuan
dan
keterampilannya melalui fakta-fakta yang ditemukan dalam penyelidikan di
lapangan untuk pembelajaran. Selain itu, dengan pembelajaran berbasis
pendekatan scientific, siswa didorong lebih mampu dalam mengobservasi,
bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan atau mempresentasikan hal-hal
yang dipelajari dari fenomena alam ataupun pengalaman langsung.
Tri W. M. (2016:6) menyatakan bahwa dengan memecahkan
masalah, mengekspresikan dan tanya jawab melatih siswa dalam memahami
materi. Sedangkan, ragam aktivitas yang didesain guru, merupakan hasil
baru bagi siswa. Konteks belajar mengacu pada pendekatan saintifik,
menemukan hal baru melalui eksperimen, dan interaksi antarsiswa melalui
kelompok, lama kelamaan akan memengaruhi motivasi belajar siswa.
Mei (2013:2) mengatakan bahwa,
Pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah lebih
mengedepankan pendekatan induktif (inductive reasoning) daripada
pendekatan deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif
melihat fenomena umum untuk menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran
induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang
lebih luas. Pendekatan ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi
terhadap suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya .
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dalam Permendikbud No. 65
tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah
disebutkan bahwa sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang
berbeda.
Sikap diperoleh melalui aktivitas ‘’menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan’’. Pengetahuan (kognitif)
melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas
‘’mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta’’. Untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antarmata pelajaran), dan tematik (dalam satu mata pelajaran) perlu
diterapkan
pembelajaran
(discovery/inquiry learning).
berbasis
penyingkapan/penelitian
Suyono dan Hariyanto (2015:136) mengatakan bahwa,
Inkuiri menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan
discovery (menemukan) menekankan kepada penemuannya,
maksudnya adalah siswa yang melakukan kegiatan pencarian,
apalagi yang sistematis dan teratur kemungkinan besar akan
menemukan sesuatu, sedangkan penemuan hakikatnya adalah suatu
hasil dari proses pencarian.
Deden (2015:98) mengatakan bahwa dengan pembelajaran inquiri
siswa akan lebih tertarik untuk belajar, dengan konsep menemukan sendiri
maka siswa juga dapat lebih mengingat materi yang dibahas dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, Tri W. M (2016:2) mengatakan
bahwa model pembelajaran dengan menemukan lebih menyenangkan dan
menguntungkan karena memungkinkan siswa untuk mengatur kegiatan dan
menggunakan berbagai bahan dan teknik.
Dalam penelitian ini, pendekatan saintifik (saintific approach)
adalah metode-metode yang digunakan untuk menemukan suatu
fakta/konsep pengetahuan secara ilmiah menggunakan keterampilan proses
sains yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
3. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya atau
dorongan. Sadirman (2006:73) mengatakan bahwa motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Senada dengan pendapat Hamzah B. Uno (2006:3) mengatakan bahwa
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya.
Oemar Hamalik (2002:173) memberikan pandangan lain terhadap
motivasi sebagai suatu pemasalahan di dalam kelas dengan mengatakan
bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan
mengontrol minat-minat. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang
dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya. Sadirman (2006:76)
mengatakan bahwa minat sebagai suatu kondisi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Hamzah B. Uno (2006:29) membedakan motif menjadi dua yaitu
motif asli dan motif yang dipelajari. Motif asli, merupakan daya penggerak
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai
tujuan tanpa perlu belajar, contohnya seseorang akan makan ketika
merasakan lapar. Sedangkan motif yang dipelajari memerlukan suatu
pengalaman belajar. Dalam hal ini, motif yang dipelajari misalnya motif
berprestasi yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas atau
pekerjaan.
Seseorang yang mempunyai motif berprestasi cenderung untuk
berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda
pekerjaan. Didukung oleh pendapat Sadirman (2006:75) dalam kegiatan
mengajar motivasi berperan dalam hal menumbuhkan gairah, perasaan
senang, dan semangat untuk belajar, sehingga siswa yang memiliki motivasi
yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar.
Sri Hapsari (2005:74) membagi motivasi membagi dua jenis yaitu
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah
bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri seseorang. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar diri
seseorang.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa
adanya hasrat ataupun keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, adanya harapan akan cita-cita. Dalam hal ini,
motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan
untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu.
Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Dalam hal ini, guru harus mampu memahami keadaan siswa secara
perorangan, memelihara susana belajar yang baik, keberadaan peserta didik
(rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa cemas), dan
memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar yang
menyenangkan, bebas dari kebisingan atau polusi, tanpa gangguan dalam
belajar (Hamzah, 2006:23).
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu dalam belajar. Ada beberapa peranan
penting dari motivasi belajar dan pembelajaran menurut Hamzah
(2006:27), antara lain :
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar. Apabila seorang
siswa dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan,
dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang dilaluinya.
Untuk seorang guru perlu memahami suasana seperti ini, agar dapat
membantu siswa dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada
dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Namun, hal itu
tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus
dipelajari, melainkan lebih penting yaitu mengaitkan isi pelajaran
dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswa di
lingkungannya.
b. Peran motivasi dalam memperluas tujuan belajar erat kaitannya dengan
kemaknaan belajar. Siswa akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang
dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seseorang yang telah
termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya
dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.
Sedangkan, seseorang yang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk
belajar maka dia tidak akan tahan lama belajar, dia akan mudah tergoda
untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar.
Pentingnya peran motivasi dalam belajar menuntut guru untuk
berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan
belajar siswa. Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam pembelajaran menurut Sardiman (2006:34) terdiri dari memberi
angka, hadiah, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil,
pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, dan minat.
a. Memberi Angka, sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa.
Angka-angka yang baik biasanya menjadi motivasi yang kuat bagi
siswa.
b. Hadiah, sebagai pembangkit daya tarik dalam meningkatkan dan
mengembangkan bakat siswa sehingga menunjukkan hasil yang terbaik
untuk mendapatkan hadiah.
c. Saingan/kompetensi, sebagai pendorong belajar siswa, sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, baik kompetensi interpersonal,
kelompok, maupun diri sendiri.
d. Ego-involvement, menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.
e. Memberi ulangan, biasanya para siswa akan menjadi giat belajar kalau
mengetahui akan ada ulangan sehingga dapat dijadikan sebagai sarana
motivasi.
f. Mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil belajar yang baik akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
g. Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik untuk memupuk suasana
menyenangkan, mempertinggi, gairah belajar serta membangkitkan
harga diri.
h. Hukuman, sebagai reinforcement yang negatif sehingga harus dalam
bentuk yang tepat dan bijak agar menjadi alat motivasi.
i. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada tujuan yang
jelas untuk belajar sehingga timbul hasrat yang kuat.
j. Minat, dapat dibangkitkan dengan adanya suatu kebutuhan,
menghubungkan dengan suatu persoalan, memberi kesempatan untuk
mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan berbagai macam
bentuk mengajar.
Mengacu pada uraian teoritis diatas, didalam penelitian ini motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang dilandasi tujuan
tertentu. Adapun indikator motivasi belajar dari dimensi internal yang
berpengaruh dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan
keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)
Adanya harapan dan cita-cita masa depan; Sedangkan indikator motivasi
belajar dari dimensi eksternal sebagai berikut: (1) Adanya penghargaan
dalam belajar; (2) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (3) Adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa
dapat belajar dengan baik. Keenam hal tersebut merupakan indikator
penting untuk menelusuri motivasi belajar siswa.
4. Hasil Belajar dalam Materi Sel dan Jaringan Makhluk Hidup
Belajar adalah suatu upaya untuk memperoleh suatu pengalaman
belajar. Suyono dan Hariyanto (2015:134) mengatakan bahwa belajar
adalah proses aktif menyusun suatu makna belajar melalui setiap interaksi
dengan lingkungan yaitu membangun hubungan antara konsepsi yang telah
dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari. Senada dengan pendapat
Sadirman (2006:38) bahwa belajar berarti mencari makna. Makna
diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan
alami. Selain itu, belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah
perilaku subjek belajar.
Sudjana (2005: 5) mengatakan bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam
upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil
belajar salah satunya mencakup bidang kognitif.
Senada dengan Bambang (2012:3), menyatakan bahwa kompetensi
lulusan salah satunya mencakup aspek kognitif. Penilaian kognitif adalah
penilaian terhadap kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah, yang
menurut taksonomi Bloom meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam perkembangannya, aspek kognitif
Bloom tersebut direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) menjadi
remember, understand, apply, analyze, evaluate, and create.
Hasil belajar diperoleh melalui pengukuran terhadap proses belajar
siswa. Eko Putro Widoyoko (2009:1) mengatakan bahwa hasil belajar
terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan
menuju evaluasi menggunakan tes. Senada dengan pendapat Marlenawati,
(2014:12) bahwa pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki.
Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian
didahului dengan pengukuran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam
mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar
Permendikbud No. 104 tahun 2014 menguraikan bahwa penilaian
hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti
tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap
spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan
setelah proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa merupakan output dari proses belajar, sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mempengaruhi hasil
belajar siswa. Yusnadi (2015:2) mengatakan bahwa untuk memperoleh hasil
belajar yang maksimal dengan hasil yang baik, maka harus benar-benar
memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Terdapat 2 faktor
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu (1) faktor internal, adalah faktorfaktor yang berasal dari individu anak itu sendiri yang meliputi faktor
jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis.
Faktor jasmaniah (fisiologis) antara lain: penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh dan sebagainya, sedangkan yang termasuk faktor psikologis
meliputi intelektul (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar),
nonintelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, dan
kondisi akibat keadaansosiokultur), dan faktor kondisi fisik. (2) faktor
eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor
fisik dan faktor lingkungan sosial. Faktor fisik sendiri meliputi rumah,
sekolah, peralatan, dan alam, sedangkan faktor lingkungan sosial meliputi
keluarga, guru, masyarakat, dan teman.
Maria (2016:269) mengatakan bahwa proses belajar yang
menekankan kepada keaktifan siswa dengan mencari tahu sendiri fakta fakta dan pengetahuan yang terkait materi pelajaran, diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar pada akhirnya. Senada dengan pendapat Tri
W. M. (2016:6) bahwa keaktifan siswa merupakan hal yang sangat penting
dan perlu diperhatikan guru sehingga proses pembelajaran yang ditempuh
dapat memperoleh hasil yang optimal.
Woolfolk & Nicolich (1984: 270) mengatakan bahwa motivasi
belajar memegang peranan yang penting dalam memberi gairah, semangat
dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi
tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar
dan memperoleh prestasi yang lebih baik. Senada dengan pendapat Oemar
Hamalik (2003:368-69) bahwa motivasi mempengaruhi pembelajaran dan
perilaku siswa secara langsung terhadap tujuan yang akan dicapai, maupun
terhadap peningkatan kognitif siswa dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini, hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah
laku atau timbal balik untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran
sebagai hasil pengukuran, penilaian dan evaluasi. Pada penelitian ini, hasil
belajar kognitif yang diukur yaitu sebagai berikut:
a. Dalam bentuk non-autentik berupa tes tertulis yaitu pretest dan posttest.
b. Mencakup kompetensi pengetahuan (aspek kognitif). Berdasarkan
taksonomi Bloom, aspek kognitif yang dapat diukur meliputi:
1) Mengingat (C1) : mengemukakan kembali apa yang telah
dipelajari sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahan, sesuai
dengan silabus kurikulum 2013 yang digunakan di SMK Negeri 1
Pandak, meliputi :
a) Sel prokariotik dan sel eukariotik
b) Identifikasi struktur dan fungsi bagian-bagian sel
c) Jaringan pada tumbuhan
d) Sifat totipotensi pada jaringan sebagai bahan dasar kultur
jaringan
e) Jaringan pada hewan
2) Memahami (C2) : sudah ada proses pengolahan dari bentuk
aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar,
dan foto tidak berubah, sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang
digunakan di SMK N 1 Pandak, meliputi :
a) Struktur sel hewan dan sel tumbuhan
b) Fungsi organel sel tumbuhan dan sel hewan
c) Penampang melintang daun dan batang tumbuhan
d) Jaringan pembentuk organ pada hewan
3) Menerapkan (C3) : menggunakan informasi, konsep, prosedur,
prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang
baru/belum dipelajari, sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang
digunakan di SMK N 1 Pandak, meliputi :
a) Pengamatan sel epitel pipi (sel hewan) dan umbi lapis bawang
merah (sel tumbuhan) dengan menggunakan mikroskop
b) Pengamatan proses diffusi, osmosis dengan menggunakan
umbi kentang dan teh celup
c) Letak jaringan epidermis, korteks, dan stele (silinder pusat)
pada batang tumbuhan
d) Pengamatan
mikroskopis
berbagai
jaringan
tumbuhan
(preparat jadi)
e) Menggambarkan berbagai macam jaringan pada hewan
4) Menganalisis (C4) : menggunakan keterampilan yang telah
dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya
dalam mengelompokkan informasi, menetukan keterhubungan
antara satu kelompok/informasi dengan kelompok.informasi
lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan
kesimpulan, sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang digunakan
di SMK N 1 Pandak, meliputi :
a) Analisis hasil pengamatan dan menyimpulkan hasilnya
tentang konsep komponen kimia sel, struktur fungsi sel, dan
aktivitas sel.
b) Karakteristik jaringan tumbuhan berdasarkan bentuk sel
penyusun dan fungsinya
c) Perbedaan jaringan penyusun akar, batang dan daun pada
tumbuhan monokotil dan dikotil serta mengaitkannya dengan
hasil pengamatan mikroskopis preparat jadi yang dilakukan.
B. Tinjauan Keilmuan
1. Struktur Fungsi Sel
Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk
hidup. Secara struktural, menurut Jacob Schleiden dan Theodor Schwan
(1839) menyimpulkan bahwa (a) Setiap makhluk hidup terdiri atas sel, (b)
Sel merupakan unit struktural terkecil pada makhluk hidup, (c) Organisme
bersel tunggal (uniseluler) terdiri atas sebuah sel,
sedangkan organisme
yang tersusun lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak
(multiseluler).
Menurut Max Schultz (1825-1874) bahwa sel secara fungsional
yakni sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia kehidupan
setelah ditemukannya protoplasma (Agustiana, 2010:17-18).
Makhluk hidup seluler baik yang uniseluler maupun multiseluler
berdasarkan sifatnya yakni ada tidaknya sistem endomembran, keberadaan
nukleus (inti sel), dan letak DNA nya, dikelompokkan menjadi dua tipe sel
yaitu: sel prokariotik dan sel eukariotik.
a. Sel Prokariotik
Sel prokariotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Pro = sebelum,
dan Karyon; yang artinya tidak memiliki nukleus (inti sel). Sehingga
tidak terdapat sistem membran inti dan DNA terkonsentrasi di wilayah
yang tidak diselubungi oleh membran inti yang disebut Nukleoid
(Campbell. 2010:107).
Menurut Agustiana (2010:19) bahwa semua sel prokariotik
mempunyai membran plasma, nukleoid berupa DNA dan RNA, serta
sitoplasma yang mengandung ribosom. Sel prokariotik tidak memiliki
membran inti sehingga bahan inti yang berada dalam sel mengadakan
kontak langsung dengan protoplasma. Ciri lain sel prokariotik adalah
tidak memiliki sistem endomembran (membran dalam) seperti
retikulum endoplasma dan kompleks golgi. Selain itu, sel prokariotik
juga tidak memiliki mitokondria dan kloroplas, tetapi mempunyai
struktur yang berfungsi sama yaitu mesosom dan kromatofor. Contoh
sel
prokariotik
adalah
bakteri
(bacteria)
dan
sianobakteri
(cyanobacteria) atau ganggang biru.
Menurut Yoni (2004:5-6) bahwa sel prokariotik dibedakan
menjadi dua yaitu sel bakteri dan sel archae. Sel bakteri contohnya
bakteri gram positif seperti Bacillus subtilis dan bakteri gram negatif
seperti Escherichia coli. Sedangkan, Archae adalah makhluk hidup
yang memiliki bentuk seperti bakteri, namun dapat hidup pada habitat
dengan kondisi yang ekstrim seperti gunung berapi, air yang tingkat
salinitasnya tinggi, dasar danau, maupun lautan dengan kadar oksigen
yang sangat tipis.
Menurut Agustiana (2010:20-21), ciri – ciri sel prokariotik
secara umum adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Sel Prokariotik Bakteri
Sumber: (Rifki.2012)
Secara struktural dan fungsional, sel prokariotik pada bakteri
terdiri dari dinding sel, membran plasma, sitoplasma, mesosom,
kromosom, dan flagella yang memiliki peran masing-masing pada
kehidupan bakteri.
1) Dinding Sel
Dinding
sel
bakteria
dan
Archae
tersusun
atas
peptidoglikan, lipid, dan protein. Dinding sel berfungsi sebagai
pelindung dan pemberi bentuk yang tetap.
2) Membran Plasma
Membran sel atau membran plasma tersusun atas molekul
lipid dan protein. Membran plasma berfungsi sebagai pelindung
molekuler sel terhadap lingkungan di sekitarnya dengan jalan
mengatur lalu lintas molekul dan ion – ion dari dalam.
3) Sitoplasma
Sitoplasma tersusun atas air, protein, lipid, mineral, dan
enzim – enzim. Enzim – enzim ini digunakan untuk melakukan
proses metabolisme sel.
4) Mesosom
Mesosom terletak di dekat dinding sel yang baru terbentuk
pada saat pembelahan biner sel bakteri. Pembentukan mesosom
terjadi karena lekukan membran plasma ke arah dalam membran
plasma. Fungsi mesosom sebagai penghasil energi.
5) Ribosom
Ribosom berperan sebagai tempat berlangsungnya sintesis
protein. Organel ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk
rantai polipeptida (protein) menggunakan asam amino yang dibawa
oleh tRNA pada proses translasi. Ribosom adalah komponen sel
yang membuat protein dari semua asam amino.
6) Kromosom
Kromosom terdiri dari bahan genetik yaitu DNA. DNA
tersusun atas gula deoksiribosa, fosfat, dan basa – basa nitrogen.
DNA berfungsi sebagai pembawa informasi genetik, yakni sifat sifat yang harus diwariskan kepada keturunannya.
7) Flagella
Banyak bakteri yang mempunyai flagella lebih dari satu
dan digunakan sebagai alat gerak. Flagella bakteri lebih kecil
daripada flagella sel hewan dan sel tumbuhan. Flagella bakteri
terdiri atas filamen tunggal yang berupa protein globular disebut
flagelin (Yoni, 2004:7).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sel
prokariotik memiliki ciri- ciri sebagai berikut (a) Ukuran relatif
kecil dan sederhana, (b) Tidak ada endomembran (c) Molekul
DNA bersifat tunggal (sirkuler) disebut nukleoid.
b. Sel Eukariotik
Sel eukariotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Eu = sejati,
dan Karyon, yang artinya memiliki inti sel (nukleus). DNA berada
dalam organel yang disebut nukleus (Campbell. 2010:106).
Menurut Agustiana (2014:21) bahwa semua sel eukariotik
memiliki membran inti, sedangkan sel prokariotik tidak memiliki
membran
inti.
Selain
itu,
sel
eukariotik
memiliki
sistem
endomembran, yakni memiliki organel – organel bermembran seperti
retikulum endoplasma, sitoplasma, dan organel – organel sel seperti
ribosom, kompleks golgi, mitokondria, lisosom, badan mikro, dan
mikrotubulus). Organisme yang memiliki tipe sel ini antara lain
hewan, tumbuhan, dan jamur baik uniseluler maupun multiseluler.
1) Sel Hewan
Sel-sel hewan berbeda dalam ukuran, bentuk, susunan
organel dan fungsi fisiologis yang disajikan pada gambar dibawah
ini:
Gambar 2. Sel Hewan
Sumber: (Amee, Sanguine, 2014)
Secara struktural dan fungsional, sel hewan terdiri dari
nukleus, membran plasma, ribosom, aparatus golgi, lisosom,
mitokondria, proksisom, sitoskeleton, sentrosom, flagela dan silia,
serta retikulum endoplasma.
a) Nukleus
Gambar 3. Struktur Inti Sel Hewan
Sumber: (Rifki. 2012)
Nukleus
merupakan
pusat
informasi
sel
yaitu
mengandung sebagian besar gen dalam sel eukariotik (sebagian
gen terletak dalam mitokondria dan kloroplas).
Nukleus umumnya merupakan organel yang paling
menonjol dalam sel eukariotik. Nukleus diselubungi oleh
selaput nukleus yang memisahkan inti sel dari sitoplasma.
Selaput nukleus merupakan membran ganda yang mengandung
lipid dan protein, berperan sebagai tempat keluar masuknya
sebagian zat seperti makromelekul menuju RE sehingga
terdapat pori – pori pada selaput nukleus.
Dalam nukleus, DNA terorganisasi menjadi unit diskret
yaitu kromosom yang membawa informasi genetik. Kromoson
ini terbuat dari kromatin yang terdiri dari materi genetik DNA
dan protein. Sedangkan, terdapat struktur lain dalam nukleus
selain kromatin dan selubung nukleus, yaitu nukleolus (satu atau
lebih) yang merupakan struktur yang terlibat dalam produksi
ribosom (Campbell, 2010:108-110).
b) Membran Plasma
Membran plasma atau membran sel tersusun atas 50%
molekul lipid dan 50% molekul protein seperti pada sel darah
merah. Lipid merupakan fosfolipid dan kolesterol. Sedangkan
protein dibedakan menjadi 2 yakni protein hidrofilik dan protein
hidrofobik. Protein hidrofilik dapat dipisahkan dengan lipid
sehingga keluar dari dwilapis fosfolipid, sedangkan protein
hidrofobik terbenam di dalam dwilapis fosfolipid karena tidak
dapat dipisahkan dengan lipid (Kimball, 1983:88-89).
Gambar 4. Struktur Membran Sel
Sumber : (Fricillya, S.K. 2013)
Membran plasma berfungsi sebagai pelindung terhadap
lingkungan di sekitarnya. (Agustiana, 2014:19).
c) Ribosom
Gambar 5. Struktur Ribosom
Sumber: (Tanri, Alim. 2013)
Ribosom berperan sebagai tempat berlangsungnya
sintesis protein. Organel ini menerjemahkan mRNA untuk
membentuk rantai polipeptida (protein) menggunakan asam
amino yang dibawa oleh tRNA pada proses translasi. Di dalam
sel, ribosom tersuspensi di dalam sitosol atau terikat pada
retikulum endoplasma kasar atau pada membran inti sel.
Ribosom adalah komponen sel yang membuat protein dari
semua asam amino (Agustiana, 2014:20).
Ribosom dalam mensintesis protein terjadi pada ribosom
yang tersebar bebas di sitosol dan ribosom yang terikat melekat
pada sisi luar retikulum endoplasma atau selaput nukleus
(Campbell, 2010:112).
d) Aparatus Golgi
Gambar 6. Struktur Aparatus Golgi
Sumber: (Robi,Yasman. 2014).
Aparatus golgi atau kompleks golgi terdiri dari
tumpukan kantong pipih, atau sistem sisterna yang tidak
berhubungan secara fisik (tidak seperti sisterna di RE).
Tumpukan golgi menerima dan melepaskan vesikel transpor
beserta produk yang dikandungnya. Tumpukan golgi memiliki
polaritas struktural dan fungsional, dengan sisi cis yang
menerima vesikel yang mengandung produk RE dan sisi trans
yang melepaskan vesikel.
Kompleks golgi sebagai salah satu organel terbesar
dalam sel, mempunyai beberapa fungsi diantaranya tempat
sintesis protein, membentuk membran plasma, membentuk
kantong sekresi, dan membentuk akrosom pada sperma.
e) Lisosom
Lisosom merupakan membran kantong kecil berisi
enzim
hidrolitik
disebut
lisozim.
Lisosom
mencerna
(menghidrolisis) materi – materi yang diambil ke dalam sel dan
mendaur ulang materi intraseluler (Campbell, 2010:116).
Gambar 7. Struktur Lisosom
Sumber: (Aimainfantasy. 2012)
Secara rinci, lisosom mempunyai fungsi diantaranya
melakukan pencernaan intrasel, dan melakukan autofagi
(menghancurkan struktur yang tidak dikehendaki/patogen),
misalnya makrofag (sejenis sel darah putih) menelan dan
menghancurkan bakteri dan virus. Selain itu, melakukan
eksositosis yaitu pembebasan enzim keluar sel, autolisis yaitu
penghancuran diri sel dengan membebaskan isi lisosom keluar
sel, dan menghancurkan senyawa karsinogenik (Agustiana,
2014:25).
f) Mitokondria
Mitokondria terdiri dari membran ganda yaitu membran
luar dan membran dalam. Membran luar berupa batas halus
yang tidak terputus-putus, sedangkan membran dalam berupa
lipatan-lipatan yang masuk ke dalam ruang mitokondria yang
disebut krista. Kedua membran tersebut memiliki struktur yang
sama dengan membran sel/membran plasma yaitu terdiri dari
fosfolipid dan protein.
Gambar 8. Struktur Mitokondria
Sumber: (Robi, Yasman. 2014)
Fungsi mitokondria mengubah energi potensial menjadi
ATP untuk melakukan respirasi sel, oksidasi makanan, dan
sistem transpor elektron sehingga mitokondria terdapat pada sel
otot, sel saraf, sel sekretori yang membutuhkan banyak energi
(Kimball, 1983:97).
g) Peroksisom
Gambar 9. Struktur Peroksisom
Sumber: (Tanri, Alim. 2013)
Peroksisom
adalah
kompartemen
metabolik
terspesialisasi yang dibatasi oleh satu membran tunggal seperti
lisosom. Peroksisom ini mengandung enzim – enzim yang
menstransfer hidrogen dari berbagai substrat ke oksigen (O2)
yang digunakan untuk memecah lemak menjadi molekul –
molekul yang lebih kecil, kemudian ditranspor ke mitokondria
sebagai bahan bakar respirasi sel.
Selain
O2,
peroksisom
menghasilkan
hidrogen
peroksida (H2O2) sebagai produk sampingan yang bersifat
toksik, namun dapat dihilangkan karena enzim utama dalam
peroksisom adalah enzim katalase dalam hati yang dapat
mendetoksifikasi alkohol dan senyawa-senyawa berbahaya,
dengan menstransfer ke oksigen atau air (Campbell, 2010:120).
h) Sitoskeleton
Gambar 10. Struktur Sitoskeleton
Sumber: (Tanri Alim. 2013)
Sitoskeleton berasal dari dua kata yaitu ‘’cyto’’ yang
artinya sel dan skeleton yang artinya rangka. Sitoskeleton
tersusun atas serabut protein. Sitoskeleton berfungsi sebagai
pembentuk kerangka, tempat menempelnya organel – organel
sel, dan membantu gerakan substansi dari suatu bagian sel ke
bagian yang lain disebut motilitas sel. Berdasarkan diameternya,
sitoskeleton dibagi menjadi 3 yaitu: mikrofilamen, filamen
intermediet, dan mikrotubulus (Campbell, 2010: 120).
Tabel 1.Struktur dan Fungsi Sitoskeleton
Sifat
Mikrotubulus
(Polimer Tubulin)
Mikrofilamen
(Filamen Aktin)
Filamen
Intermediat
Struktur
Tabung berongga,
dinding terdiri dari
13 kolom molekul
tubulin
Dua untai aktin
yang
teranyam,
masing-masing
merupakan
polimer subunit
aktin
Protein
fibrosa
(berserat)
yang
sangat
mengumpar
menjadi
kabel
yang lebih tebal
Diameter
25 nm dengan
lumen 15 nm
7 nm
8 – 12 nm
Subunit
protein
Tubulin, dimer yang
terdiri dari α-tubulin
dan β-tubulin
Aktin
Salah satu dari
beberapa protein
yang berbeda dari
famili
keratin,
bergantung pada
tipe sel
Fungsi
utama
Mempertahankan
bentuk sel, motilitas
sel (sseperti ilia dan
flagella),
pergerakan
kromosom dalam
pembelahan sel, dan
pergerakan organel.
Mempertahankan
bentuk
sel,
perubahan bentuk
sel, kontraksi otot,
aliran sitoplasmik,
motilitas
sel
(seperti
pada
pseudomonas),
pembelahan sel.
Mempertahankan
bentuk sel (unsur
penahan
tegangan),
tambatan nukleus
dan organel lain
tertentu,
dan
pembentukan
lamina nukleus.
Gambar
i) Sentrosom
Gambar 11. Struktur Sentrosom
Sumber: (Robi Yasman. 2014)
Pada sel hewan, beberapa sel mikroorganisme dan sel
tumbuhan tingkat rendah mengandung dua (sepasang) sentriol
yang terdapat dalam sitoplasma yang berada di dekat permukaan
sebelah luar nukleus. Setiap sentriol terdiri dari sebaris silinder
sebanyak sembilan mikrotubulus. Setiap mikrotubulus memiliki
dua bagian yaitu α-tubulin dan β-tubulin.
Sebelum sel hewan membelah, sentriol bereplikasi
(berduplikasi) dan satu pasang berpindah ke sisi berlawanan
pada nukleus sehingga membentuk gelendong. Pada beberapa
sel, sentriol ini berduplikasi untuk membentuk benda basal silia
dan flagella (Kimball, 1983:105).
j) Flagela dan Silia
Pada eukariot, flagella dan silia disebabkan oleh susunan
mikrotubulus yang terspesiasi. Flagela dan silia ini merupakan
penjuluran yang mengandung mikrotubulus dari beberapa jenis
sel (Kimball, 1983:105).
Gambar 12. Gerakan Flagella (kanan) dan Silia (kiri)
Sumber: (Faisal, H. 2014)
Pada hewan, sel-sel silia atau berflagel berfungsi sebagai
alat gerak dan menghalau bahan-bahan yang berbahaya. Dalam
hal ini, pola denyut flagella dan silia berbeda yaitu pola denyut
flagela biasanya mengombak, seperti pada gerakan sel sperma
manusia. Sedangkan silia bergerak maju mundur, yakni
menggerakan sel ke arah tegak lurus terhadap sumbu silia.
Selama ayunan balik pelan, silia melengkung dan menyapu ke
permukaan. Gerakan silia mencapai 40 – 60 denyut per detik.
Contohnya pada Colpidium, yaitu protozoa air tawar (Campbell,
2010: 123).
k) Retikulum Endoplasma (RE)
Retikulum
Endoplasma
(RE)
merupakan
sistem
bermembran yang terdiri dari tubulus-tubulus dan kantongkantong pipih atau sisterna yang menyambung. RE juga
bersambungan dengan selaput nukleus.
Gambar 13. Struktur Retikulum Endoplasma
Sumber: (Robi Yasman. 2014)
Secara struktural dan fungsional, RE dibedakan menjadi
dua yakni RE halus dan RE kasar. RE halus (smooth ER) apabila
dipermukaan luarnya tidak terdapat ribosom. Sedangkan RE
kasar (rought ER) apabila dipermukaan luarnya terdapat
ribosom.
RE halus ini berfungsi dalam proses metabolik, yang
bervariasi menurut tipe sel, diantaranya sintesis lipid,
metabolisme karbohidrat, serta detoksifikasi obat-obatan, dan
racun, serta penyimpan ion Ca dalam otot. Sedangakan RE kasar
berfungsi untuk membuat protein sekresi yaitu glikoprotein,
membuat membran sel, dan membuat fosfolipid dari prekursor
– prekursor dalam sitosol (Campbell, 2010:113-114).
Berdasarkan gambar-gambar di atas, organel – organel
yang dimiliki sel hewan namun tidak dimiliki sel tumbuhan
diantaranya lisoson, sentrosom, sentriol, flagela (ada beberapa
pada beberapa jenis sperma tumbuhan) (Campbell, 2010: 109).
2) Sel Tumbuhan
Sel tumbuhan merupakan bagian terkecil dari setiap organ
tumbuhan. Tumbuhan bersifat menetap serta kaku. Perbedaan ini
jelas menggambarkan bahwa komponen penyusun sel pada
tumbuhan berbeda dari penyusun sel hewan. Tumbuhan dapat
menghasilkan atau mensintesis makanan sendiri sedangkan hewan
sebaliknya (Agustiana, 2014:26-27). Komponen yang terdapat
pada sel tumbuhan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 14. Struktur Sel Tumbuhan
Sumber: (Annisa, A. U. 2012)
Semua organel yang terdapat pada gambar tersebut, sebagian
terdapat pada sel hewan juga. Namun, beberapa organel memiliki
kekhususan dan hanya terdapat pada sel tumbuhan diantaranya
sebagai berikut:
a) Dinding sel
Gambar 15. Dinding sel Tumbuhan
Sumber: (Dokumen Pribadi)
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Pada sel
muda, dinding sel tersusun dari zat pektin. Pada sel dewasa,
dinding sel terbentuk dari bahan selulosa yang bersifat kaku
sehingga
membentuk
(Pratiwi,dkk. 2006:14).
sel
tumbuhan
cenderung
tetap
Dindingnya mengalami penebalan oleh zat lignin yang
disebut lignifikasi. Lignifikasi menyebabkan xilem dan
sklerenkim keras dan kaku (berkayu). Penebalan dinding sel
dapat terjadi dengan cara penyisipan (aposisi) pada penebalanpenebalan lama atau penambahan (intususepsi) pada penebalan
lama, Diantara dinding sel ada yang tidak mengalami penebalan
disebut niktah (Agustiana, 2014:28).
b) Plasmodesmata
Gambar 16. Plasmodesmata antar Sel-sel Tumbuhan
Sumber : (Robi Yasman. 2014)
Plasmodesmata berasal dari kata Yunani yaitu desmos =
mengikat) artinya menghubungkan dua sel yang berdekatan
dengan benang-benang plasma. Misalnya, ketika sitosol
melintasi plasmodesmata dan menghubungkan lingkungan
kimiawi pada sel-sel yang bersebelahan. Membran plasma yang
bersebelahan
melapisi
saluran
setiap
plasmodesmata
tersambung (Campbell, 2010:129).
c) Kloroplas
Kloroplas hanya terdapat pada sel tumbuhan dan Algae
tertentu. Bahan dasar kloroplas berupa cairan yang disebut
stroma. Kloroplas mengandung pigmen hijau yang bernama
klorofil, serta berbagai enzim dan molekul lain yang berfungsi
menghasilkan gula dalam fotosintesis Fungsi kloroplas ialah
sebagai tempat fotosintesis.
Gambar 17. Struktur Kloroplas
Sumber: (Almansyahnis. 2012)
Selain kloroplas, terdapat pula amiloplas yaitu plastida
yang tidak berwarna sebagai penyimpan pati (amilosa) pada
akar dan umbi. Kromoplas yakni memiliki pigmen yang
menyebabkan buah dan bunga berwarna jingga dan kuning
(Agustiana, 2014:25).
d) Vakuola Sentral
Gambar 18. Struktur Vakuola Sel Tumbuhan
Sumber: (Pirmalani, D. 2015)
Vakuola atau rongga sel adalah organel sitoplasmik
berupa cairan yang dibatasi membran sel. Sel tumbuhan muda
memiliki banyak vakuola berukuran kecil. Semakin dewasa,
jumlah vakuola berkurang, tetapi ukurannya membesar. Sel-sel
tumbuhan yang memiliki vakuola besar biasanya berupa sel-sel
parenkim dan kolenkim (Agustiana, 2014:28).
Vakuola
memiliki
beberapa
fungsi
diantaranya
mempertahankan turgor apabila vakuola menyerap air dan
menekan keluar maka dinding sel keras, misalnya pada buka
tutup tanaman putri malu. Selain itu, vakuola sebagai tempat
penyimpan cadangan makanan terutama kalsium, menyimpan
pigmen, menyimpan minyak atsiri, dan sebagai organel
pencernaan seperti lisosom pada sel hewan yaitu mampu
menguraikan dan mendaur ulang bagian organel yang tua dan
tidak diperlukan (Estiti, 1995:30).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
antara sel prokariotik dan sel eukariotik yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik
No
Perbedaan
Sel Prokariotik
Sel Eukariotik
1
Nukleus (Inti sel)
Tidak ada (nukleoid) Ada
2
Membran Inti Sel
Tidak ada
Ada
3
Pembatas
membran sel
Fosfolipid
Fosfolipid
4
Ukuran
1 – 10 mili mikron
10 – 100 mili
mikron
5
Bentuk kromosom Sirkuler (melingkar) Linear (Garis)
6
Jumlah RNA
Sedikit
7
DNA
Menyebar
sitoplasma
8
Organ penghasil Mesosom
Energi
Banyak
di Berpusat di inti
sel
Mitokondria
Sedangkan berdasarkan organel sel nya, perbedaan
antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Bagian-bagian Sel
Dinding Sel
Membran Plasma
Nukleus
Sitoplasma
Retikulum Endoplasma
Aparatus Golgi
Mitokondria
Ribosom
Lisosom
Vakuola
Sentriol
Sentrosom
Plastida
Sel Hewan
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Sel Tumbuhan
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada (Sedikit)
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
3) Proses – proses yang terjadi di dalam Membran Sel
Membran sel merupakan tepi kehidupan sel
yang
memisahkan sel hidup dengan lingkungan di sekelilingnya. S.Singer
dan E. Nicolson (1972) mengemukakan teori tentang membran sel
yang dikenal dengan teori membran mozaik cair. Teori ini
menyatakan bahwa membran sel tersusun oleh lapisan protein.
Protein tersusun seperti mozaik atau tersebar dan masing-masing
tersisip di antara dua lapis fosfolipid (Pratiwi,dkk. 2006:14).
Dikarenakan susunan membran sel yang demikian, maka
membran sel memiliki sifat permeable selektif, yang artinya
memungkinkan beberapa zat untuk menembus membran secara
mudah dari pada zat-zat lain. Sehingga, membran memiliki
kemampuan meregulasi transpor melintasi perbatasan seluler, yang
termasuk fungsi essensial untuk keberadaan sel (Campbell,
2010:136).
Membran sel berfungsi mengatur gerakan materi atau
transportasi dari dan keluar sel. Transpor melalui membran sel dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu transport aktif dan transport pasif
(Pratiwi, dkk. 2006:15).
a. Transpor aktif
Transpor aktif merupakan transpor yang memerlukan
energi untuk menggerakan zat terlarut melawan gradiennya
dengan protein transport. Semua protein transpor yang
menggerakan zat terlarut melawan gradien konsentrasi
merupakan protein pembawa.
Energi yang digunakan dalam transpor aktif ini
merupakan ATP yaitu hasil dari respirasi sel. ATP ini
menstranfer gugus fosfat terminalnya secara langsung ke
protein transpor sehingga menginduksi protein agar berubah
bentuk sedemikian rupa sehingga menstranslokasikan zat
terlarut yang terikat ke protein sehingga melintasi membran.
Salah satu sistem transpor aktif adalah pompa natriumkalium (sodium-potasium pump), yang mempertukarkan
natrium (Na+) dengan kalium (K+) melintasi membran sel
hewan. Sistem transpor ini memompa ion melawan gradien
konsentrasi. Konsentrasi ion natrium (Na+) diluar sel lebih
tinggi daripada di dalam sel.
Sedangkan konsentrasi ion kalium (K+) diluar sel lebih
rendah
daripada
didalam
sel.
Pemompaan
tidak
menstranslokasikan satu (N+) atau satu (K+), melainkan
memompa tiga ion natrium keluar sel untuk setiap dua ion
kalium yang dipompakan ke dalam sel. Setiap satu kali
‘pemompaan’, terdapat transfer netto satu muatan positif dari
sitoplasma ke cairan ekstraseluler, proses yang membangkitkan
voltase di kedua sisi membran disebut pompa elektrogenik pada
sel hewan. Sedangkan pada sel tumbuhan, fungi, dan bakteri
adalah pompa proton, yang secara aktif menstranspor ion
hidrogen (H+) keluar sel. Pemompaan (H+) menstransfer muatan
positif dari sitoplasma ke larutan ekstraseluler (Campbell,
2010:147). Transpor aktif melalui membran sel dapat berupa
endositosis dan eksositosis.
1) Endositosis
Endositosis
merupakan
peristiwa
pembentukan
kantong membran sel saat larutan atau partikel ditransfer ke
dalam sel, dan ketika bertambah dalam maka kantong akan
terlepas dari membran sel membentuk vesikel yang
mengandung materi yang sebelumnya berada diluar sel
(Pratiwi,dkk. 2006:17). Ada tiga tipe endositosis yaitu
(Campbell, 2010:149).
a) Pinositosis (Peminum seluler)
Dalam pinositosis sel ‘meneguk’ droplet-droplet
pada cairan ekstraseluler ke dalam vesikel kecil. Bukan
cairan itu sendiri yang dibutuhkan oleh sel, melainkan
molekul-molekul yang terlarut dalam droplet tersebut.
Karena semua zat yang terlarut ditelan oleh sel, sehingga
zat-zat yang ditranspor oleh pinositosis tidak bersifat
spesifik.
b) Fagositosis (Pemakan Seluler)
Dalam fagositosis, sel menelan partikel dengan
pseudopodia (tunggal, pseudopodium) dan mengemasnya
dalam kantong berselaput membran yang cukup besar untuk
digolongkan sebagai vakuola. Partikel dicerna setelah
vakuola berfusi dengan lisosom yang mengandung enzimenzim hidrolitik.
c) Endositosis diperantai-reseptor
Dalam tipe ini, memungkinkan sel memperoleh zat
spesifik dalam jumlah besar, meskipun zat tersebut tidak
banyak ditemukan dalam cairan ekstraseluler. Dalam
membran tertanam protein-protein dengan situs reseptor
spesifik yang terpapar ke cairan ekstraseluler (Campbell,
2010:150).
Gambar 19. Endositosis
Sumber : (Isharmanto, G. 2010)
2) Eksositosis
Eksositosis adalah kebalikan dari endositosis. Pada selsel yang mengeluarkan protein dalam jumlah besar, protein
tersebut pertama-tama berkumpul di dalam sebuah kantung
yang dilapisi membran dalam aparatus Golgi, yang kemudian
bergerak ke permukaan sel dimana membrannya melekat pada
membran sel dan mengosongkan isinya ke luar (Kimball.
1983:130).
Gambar 20. Eksositosis.
Sumber: (Indonetedu. 2012)
b. Transport Pasif
Transport pasif merupakan transpor yang tidak
memerlukan energi. Transpor ini berlangsung akibat adanya
perbedaan konsentrasi anatara zat atau larutan. Transpor pasif
terdiri dari difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi.
1) Difusi
Difusi adalah perpindahan zat (gas, padat, cair),
dengan atau tanpa melewati membran, dari daerah yang
konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya
rendah sehingga konsentrasi zat menjadi sama. Peristiwa
difusi sangat penting dalam proses pengangkutan pada
makhluk hidup. Misalnya pada hewan bersel satu, O2
diambil dari lingkungannya hanya dengan cara difusi. O2
dapat berdifusi ke dalam hewan unisel karena konsentrasi
O2 di udara lebih tinggi daripada dalam sel (Pratiwi,
2006:15). Perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar 21. Difusi.
Sumber: (Panji. 2015)
2) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan air dari daerah
yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke daerah yang
berkonsentrasi
tingi
(hipertonik)
melalui
membran
semipermeabel. Membran semipermeabel adalah selaput
pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan zat tertentu
yang larut didalamnya.
Keadaan tegang yang timbul antara dinding sel
dengan dinding isi sel karena menyerap air disebut turgor.
Sel tumbuhan bersifar selektif semipermeable dan setiap
sel hidup merupakan sistem osmotik (Agustiana, 2014:
91).
Ketika mempelajari perilaku sel dalam larutan,
konsentrasi zat terlarut dan permeable membran harus
diperhatikan. Kedua faktor ini diperhitungkan dalam
konsep
tonisitas
yaitu
kemampuan
larutan
untuk
menyebabkan sel memperoleh atau kehilangan air.
Pada sel hewan (tidak memiliki dinding sel),
misalnya pada sel darah merah. Jika sel ditempatkan dalam
larutan yang isotonik (iso=sama) terhadap sel maka tidak
akan ada pergerakan air melintasi membran plasma
sehingga kondisi sel nya normal.
Ketika sel tersebut dipindahkan kedalam larutan
yang hipertonik (hiper=lebih banyak) terhadap sel, maka
sel akan kehilangan air ke lingkungan, mengerut, dan
mungkin mati, peristiwa ini disebut krenasi. Sedangkan,
jika sel dipindahkan kelarutan yang hipotonik (hipo=lebih
rendah) terhadap sel maka air akan memasuki sel lebih
cepat daripada keluar dari sel, dan sel akan membengkak
sertas lisis (meletus) (Campbell.2010:144). Perhatikan
gambar dibawah ini.
Gambar 22. Osmosis pada Sel Hewan.
Sumber: (Fadhillah, A. 2015)
Keseimbangan air pada sel tumbuhan yang memiliki
dinding sel, apabila sel direndam dalam larutan hipotonik
(terendam dalam air hujan), maka dinding sel membantu
mempertahankan keseimbangan airnya.
Karena dinding ini akan mengembang hanya sampai
batas tertentu sebelum memberikan tekanan balik pada sel
melawan pengambilan air lebih lanjut, pada kondisi ini sel
bersifat turgit yang artinya sel sehat atau normal bagi
sebagian besar sel tumbuhan.
Apabila sel tumbuhan dan sekelilingnya bersifat
isotonik, tidak ada kecenderungan air untuk masuk dan sel
menjadi lembek. Tetapi, ketika sel dimasukkan kedalam
larutan hipertonik akan mengalami pengerutan seperti pada
sel hewan, namun pada sel tumbuhan ini peristiwa
pengerutan sel disebut plasmolisis, dimana membran plasma
akan terlepas dari dinding sel dan menyebabkan tanaman
layu
dan
dapat
menyebabkan
kematian
(Campbell.2010:145). Perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar 23. Osmosis pada Sel Tumbuhan
Sumber: (Fadhillah, A. 2015)
3) Difusi terfasilitasi
Difusi terfasilitasi adalah difusi yang memerlukan
bantuan protein spesifik. Misalnya, pada bakteri Eschericia
coli jika dipindahkan ke medium yang mengandung
laktosa, maka metabolismenya menurun. Salah satu
sebabnya ialah membran selnya tidak dapat dilalui laktosa
(impermeable).
Setelah beberapa menit laktosa akan dapat masuk ke
dalam sel karena terbentuk enzim yang disebut permease.
Permease ini adalah suatu protein membran sel yang
membuatkan jalan bagi laktosa agar dapat melintasi dua
lapis fosfolipid membran sel. Difusi yang tergantung pada
suatu mekanisme transpor dari membran sel seperti
permease disebut difusi terfasilitasi (Pratiwi.2006:16).
Dalam semua proses difusi terfasilitasi, molekul
bergerak ke arah gradien konsentrasi karena permeabel
untuk molekul tersebut. Tetapi membran sel juga mampu
untuk
memompa
zat
berlawanan
dengan
gradien
konsentrasi (Kimball.1983:123).
Gambar 24 (a). Difusi (kanan), (b) Difusi terfasilitasi (kiri)
Sumber: (Paramitha. 2014)
2. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
Jaringan merupakan kumpulan dari sel-sel yang memiliki bentuk
dan fungsi yang sama. Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel
melakukan pembelahan diri. Akan tetapi, pada pertumbuhan dan
perkembangan lebih lanjut, pembelahan sel menjadi terbatas hanya dibagian
khusus dari tumbuhan.
Jaringan khusus tersebut bersifat embrionik dan selalu membelah
diri. Jaringan embrionik ini disebut jaringan meristem. Pada dasarnya,
jaringan lainnya juga dapat mengalami pembelahan seperti pada korteks
batang, tetapi jumlah pembelahannya sangat terbatas. Sel-sel meristem akan
tumbuh dan mengalami spesialisasi membentuk berbagai macam jaringan
yang tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membelah diri. Jaringan ini
disebut jaringan dewasa (Pratiwi.2006:26).
a. Jaringan Meristem
Fungsi utama sel-sel meristem adalah mitosis. Sel-selnya kecil
dan berdinding tipis, tanpa vakuola tengah dan tidak ada ciri-ciri
khusus. Terdapat dalam jaringan (meristem ujung) pada titik tumbuh
akar dan batang. Pada beberapa tumbuhan cincin (lingkar) jaringan
meristematik, yaitu kambium, juga terdapat di dalam batang yang
matang.
Mitosis
pada
meristem
menghasilkan
sel-sel
untuk
pertumbuhan tanamannya. Sel-sel yang terbentuk oleh meristem itu
segera berdiferensiasi menjadi beberapa tipe (Kimball.1983:113).
Berdasarkan posisinya dalam tumbuhan, meristem dibedakan
menjadi meristem apikal, interkalar, dan lateral.
1) Meristem apikal, terletak diujung akar dan tunas dan didalam
kuncup aksilaris tunas, yang menyediakan sel-sel tambahan yang
memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh memanjang, proses ini
biasa dikenal dengan perteumbuhan primer (Campbell.2010:321)
2) Meristem interkalar, berada diantara jaringan dewasa, contohnya
pada pangkal ruas tumbuhan anggota suku atau famili rumputrumputan (Pratiwi.2006:27).
3) Meristem lateral, yang disebut kambium vaskuler atau kambium
gabus. Silinder-silinder yang terdiri dari sel-sel yang sedang
membelah ini membentang di sepanjang akar dan batang. Ketika
pada pertumbuhan primer memungkinkan akar-akar menjulur
melalui tanah dan tunas-tunas, demikian pula pada tumbuhan
berkayu. Meristem lateral ini terdapat hanya pada tumbuhan
berkayu untuk penambahan lingkar batang dan akar yang tidak lagi
tumbuh memanjang. Pertumbuhan yang menebal ini dikenal
sebagai pertumbuhan sekunder (Campbell.2010:321).
Sedangkan berdasarkan asal-usulnya, meristem dikelompokkan
menjadi meristem primer dan meristem sekunder.
1) Meristem primer, yaitu sel-selnya berkembang langsung dari selsel embrionik (meristem apikal) yang membelah. Contohnya
adalah pada akar dan batang yang memanjang.
2) Meristem sekunder, yaitu sel-selnya berkembang langsung dari
jaringan dewas yang sudah mengalami diferensisasi. Contohya
adalah kambium dan kambium gabus (felogen) (Pratiwi.2006:27).
b. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah mengalami
diferensiasi. Sifat-sifat jaringan dewasa antara lain:
1) Tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri.
2) Mempunyai ukuran yan relatif besar dibanding sel-sel meristem.
3) Mempunyai vakuola besar, sehingga plasma sel sedikit dan
merupakan selaput yang menempel pada dinding sel.
4) Terkadang ditemukan bahwa sel sudah mati.
5) Sel telah mengalami penebalan dinding sel sesuai dengan
fungsinya.
Berdasarkan asal meristem, jaringan dewasa dibedakan
menjadi jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer adalah
jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang berasal dari meristem primer.
Jaringan sekunder adalah jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang
berasal dari meristem sekunder. Jaringan dewasa penyusun organ
tumbuhan tingkat tinggi adalah sebagai berikut:
1) Jaringan Pelindung (Epidermis)
Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga,
buah dan biji, serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan
mengalami penebalan sekunder. Sebagian besar selnya beragam
bentuk, namun sering kali berbentuk lempengan. Selain itu,
terdapat sel penutup stomata, berbagai rambut, sel sekresi, dan sel
sklerenkim.
Sifat khas dari epidermis tumbuhan yang berada di atas
tanah adalah lapisan kutikula di dinding luar dan kutinisasi yang
terjadi pada sebagian atau seluruh dinding lainnya. Fungsi
epidermis adalah pelindung mekanis dan berperan dalam
membatasi transpirasi dan pertukaran udara. Pada tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan sekunder, epidermis biasanya diganti
oleh periderm.
Periderm terdiri dari jaringan gabus, kambium gabus atau
felogen, dan feloderm, yakni sel hidup yang dibentuk oleh felogen
ke arah dalam. Felogen terletak di dekat permukaan organ yang
mengalami pertumbuhan sekunder. Felogen dibentuk secara
sekunder, yakni dalam jaringan yang telah dewasa dibawah
epidermis atau dapat pula dalam epidermis itu sendiri.
Felogen membentuk felem ke arah luar, sedangkan
feloderm ke arah dalam. Felem terdiri dari sel berbentuk lempeng,
tersusun rapat, dan dindingnya mengandung suberin (zat gabus)
(Estiti.1995:8). Sel-sel epidermis dapat berkembang menjadi alat
tambahan atau derivat epidermis, misalnya stroma, trikoma, sel
kipas, sistolit, sel silika, dan sel gabus.
a) Stomata
Stoma (jamak=stomata) merupakan celah dalam
epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis khusus, yakni
sel penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel penutup
mengatur pelebaran dan penyempitan celah. Sel yang
mengelilingi stoma dapat berbentuk sama atau berbeda dengan
sel epidermis lainnya. Sel yang berbeda bentuk itu dinamakan
sel tetangga, yang kadang-kadang berbeda juga isinya. Sel
tetangga
berperan
dalam
perubahan
osmotik
yang
menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah
(Estiti.1995:68).
Letak
stoma
kebanyakan
berada
dipermukaan daun. Stomata berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas.
b) Trikoma
Trikoma (jamak=trikomata) merupakan rambut bersel
satu atau bersel banyak yang banyak dibentuk dari sel
epidermis. Struktur yang lebih besar dan padat seperti kutil dan
duri yang tersusun oleh epidermis maupun jaringan dibawah
epidermis disebut emergens (Estiti.1995:73). Fungsi trikoma
bagi tumbuhan adalah sebagai berikut: ( 1 ) Mengurangi
penguapan, ( 2 ) Meneruskan rangsang, ( 3 ) Melindungi
tumbuhan dari gangguan hewan, ( 4 ) Membantu penyebaran
biji, ( 5 ) Membantu penyerbukan bunga, ( 6 ) Menyerap air
dan garam-garam mineral dalam tanah (Pratiwi,2006:28).
c) Sel Kipas
Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun
tumbuhan suku atau famili Germinea atau Cyperaceae. Sel
kipas tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan
ukuran yang lebih besar dibandingkan sel-sel epidermis
disekitarnya. Sel kipas berfungsi mengurangi penguapan
dengan menggulung daun (Pratiwi.2006:28).
d) Epidermis ganda
Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada
beberapa tumbuhan, sel protoderm pada daun membelah
dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan
(periklinal), dan turunannya dapat membelah lagi sehingga
terjadi epidermis berlapis banyak. Epidermis ganda ini
biasanya terdapat pada tumbuhan anggota famili Moraceae,
Piperaceae, Begoniaceae, dan Malvaceae.
Contohnya. Pada epidermis daun beringin (Ficus sp.)
terdapat penebalan ke arah setripetal membentuk bangunan
seperti sarang lebah yang disebut sistolit. Sel yang
mengandung sistolit disebut litokis. Selain itu, terdapat pula
pada akar anggrek yang disebut velamen. Salah satu fungsi
epidermis ganda diperkirakan penyimpan air (Estiti.1995:67).
Gambar 25. Jaringan Epidermis dan Modifikasinya.
Sumber: (Adrian. 2015)
2) Jaringan Dasar (Parenkim)
Sel parenkim merupakan bagian utama sistem jaringan
dasar karena dapat dijumpai hampir di seluruh bagian tumbuhan.
Parenkim ini sebagai jaringan sinambung seperti pada korteks dan
empulur batang, korteks akar, serta jaringan dasar pada tangkai
daun dan mesofil daun. Pada tubuh primer, parenkim berkembang
dari meristem dasar.
Di samping itu, ada pula parenkim yang menjadi bagian
dari jaringan pembuluh dan berkembang dari prokambiun, pada
tubuh sekunder berkembang dari kambium pembuluh serta
kambium gabus. Dikarenakan parenkim sel hidup, maka sel ini
masih dapat membelah meskipun telah dewasa. Oleh karena itu, sel
parenkim berperan penting dalam penyembuhan luka serta
regenerasi tumbuhan (Estiti.1995:55).
Pada saat dewasa, sel-sel parenkim
memiliki dinding
primer yang relatif tipis dan fleksibel, dan sebagian besar tidak
memiliki dinding sekunder. Saat dewasa, sel-sel parenkim
umumnya memiliki vakuola tengah yang besar. Diagram sel
tumbuhan yang khas seringkali menggambarkan sel-sel parenkim
karena mereka sebagian besar berperan dalam proses metabolik
tumbuhan, yaitu mensintesis dan menyimpan berbagai produk
organik. Misalnya, fotosintesis terjadi di dalam kloroplas-kloroplas
sel parenkim pada daun.
Sejumlah sel parekim pada batang dan akar memiliki
plastida tidak berwarna yang menyimpan pati. Jaringan berdaging
pada kebanyakan buah terutama tersusun atas sel-sel parenkim.
Sebagian besar sel-sel parenkim mempertahankan kemampuan
untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi tipe-tipe sel
tumbuhan
yang
lain
dibawah
kondisi
tertentu
misalnya
penyembuhan luka (Campbell.2010:322).
Gambar 26. Jaringan Parenkim
Sumber : (Anonim, 2013)
3) Jaringan Penyokong (Penguat)
Jaringan
penyokong
merupakan
jaringan
yang
menguatkan tumbuhan berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan
penyokon dibedakan menjadi jaringan kolenkim dan jaringan
skerenkim.
a) Jaringan Kolenkim
Kolenkim terbentuk oleh sejumlah sel memanjang
yang menyerupai sel prokambium dan berkembang dalam
stadium awal promeristem. Sel kolenkim adalah sel hidup,
bentuknya sedikit memanjang dan pada umumnya memiliki
dinding yang tidak teratur penebalannya. Sel kolenkim hanya
memiliki dinding primer, lunak, lentur tak terlignin.
Sel kolenkim juga memiliki protoplas aktif yang
mampu melenyapkan penebalan dinding bila sel dirangsang
untuk membelah seperti pada waktu sel tersebut membentuk
kambium gabus atau mengalami luka. Kolenkim dapat
ditemukan pada batang, daun, serta pada bagian bunga dan
buah. Pada akar, kolenkim bisa dibentuk terutama apabila akar
terkena cahaya. Tetapi, pada monokotil tidak dapat ditemukan
kolenkim apabila skelerenkin dibentuk sejak tanaman muda
(Estiti.1995:58).
b) Jaringan Sklerenkim
Sel sklerenkim lebih kaku daripada sel kolenkim. Selsel dewasa tidak dapat memanjang dan dapat ditemukan pada
daerah-daerah yang telah berhenti tumbuh memanjang. Sel-sel
sklerenkim sangat terspesialisasi sebagai pendukung sehingga
kebanyakan sel-sel tersebut mati saat dewasa secara
fungsional, namun mereka menghasilkan dinding sekunder
sebelum protoplas (bagian sel yang hidup) mati. Dindingdinding yang kaku tersisa sabagai rangka yang mendukung
tumbuhan.
Terdapat dua tipe sel-sel sklerenkim, dikenal sebagai
sklereid dan serat terspesialisasi seluruhnya untuk mendukung
dan memperkuat tumbuhan. Sklereid, yang lebih pendek
daripada serat dan berbentuk tidak teratur, memiliki dinding
sekunder yang terlignifikasi dan sangat tebal.
Skelereid menyebabkan kulit kenari dan selaput biji
mengeras dan buah pir berstruktur pasir. Serat, yang biasanya
tersusun dalam benang-benang, berukuran panjang, langsing,
dan meruncing. Beberapa diantaranya dimanfaatkan secar
komersial, misalnya serat rami (Campbell.2010:322).
Gambar 27. Jaringan Kolenkim (Kanan) dan
Jaringan Sklerenkim (Kiri)
Sumber : (Biologipedia.2015)
4) Jaringan Pengangkut (Vaskuler)
Pada tumbuhan berpembuluh, pengankutan air serta garam
tanah ataupun hasil fotosintesis dilakukan oleh jaringan pembuluh
yang terdiri dari dua kelompok sel yang asalnya sama, namun
berbeda bentuk, struktur dinding, serta isi selnya. Jaringan
pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi ini terdiri dari xilem dan
floem.
a) Xilem
Fungsi utama xilem adalah untuk mengangkut air dari
tanah serta zat yang terlarut didalamnya. Xilem ini merupakan
jaringan yang tersusun atas beberapa tipe sel yaitu berupa
trakea, trakeid, serta unsur-unsur lain seperti serabut xilem dan
parenkim xilem.
Pembuluh xilem dan trakeid xilem merupakan bagian
yang paling khas dan penting karena pembuluh sel mempunyai
dinding sel tebal. Dinding tidak dalam lapisan seragam tetapi
biasanya menebal dalam pola berbekas spiral. Bila telah
berkembang sepenuhnya, dinding ujung pembuluh xilem
melarut dan protoplasmanya mati dan membentuk tabung
panjang.
Trakeid berbeda dengan pembuluh karena sel-selnya
tidak mempunyai berkas spiral dan ujungnya meruncing.
Ujung-ujung meruncing ini saling menutupi dan saling
berhubungkan
dengan
noktah-noktah.
Pada
tumbuhan
berpembuluh, xilem tua akan berhenti berperan dalam
pengangkutan dan hanya berfungsi memberi kekuatan kepada
batang pokok tumbuhan yang tumbuh. Bila gelang tahunan
batang pohon dihitung, maka yang dihitung adalah gelanggelang xilem (Kimball.1983:113).
b) Floem
Sel-sel pengangkut gula atau hasil fotosintesis ini tetap
hidup saat dewasa secara fungsional. Pada tumbuhan vaskular
tidak berbiji dan gimnospermae, gula dan nutrien-nutrien
organik yang lain ditranspor melalui sel-sel yang panjang dan
sempit, disebut sel tais (sieve cell). Pada floem angiospermae,
nutrien-nutrien ini ditranspor melalui pembuluh tapis, yang
terdiri dari rangkaian sel-sel yang disebut unsur pembuluh tapis.
Unsur pembuluh tapis tidak memiliki nukleus, ribosom,
vakuola yang jelas, dan unsur sitoskeletal. Reduksi isi sel ini
memungkinkan nutrien-nutrien melewati sel dengan mudah.
Dinding ujung diantara unsur-unsur pembuluh tapis, memiliki
pori-pori yang memfasilitasi aliran cairan dari sel ke sel di
sepanjang pembuluh tapis.
Disamping setiap unsur pembuluh tapis terdapat sebuah
sel non pengangkut yang disebut sel pendamping, yang
terhubung dengan unsur pembuluh tapis oleh banyak saluran,
disebut plasmodesmata.
Nukleus dan ribosom dari sel pendamping tidak hanya
berfungsi untuk sel itu sendiri, namun juga untuk unsur
pembuluh tapis di sebelahnya. Pada beberapa tumbuhan, sel-sel
pendamping pada daun juga membantu memuat gula ke dalam
unsur pembuluh tapis, yang kemudian menstranspor gula ke
bagian- bagian lain tumbuhan (Campbell.2010:323).
Gambar 28. Jaringan Xilem (kanan) dan floem (kiri)
Sumber : (Amarantine. 2011)
5) Jaringan Sekretories
Jaringan sekretories dinamakan juga kelenjar internal
karena senyawa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Yang
dimaksud dengan sekresi adalah peristiwa pemisahan sejumlah zat
dari protoplas atau isolasinya dalam sebagian protoplas.
Zat yang disekresikan dapat berupa ion berlebih yang
dipisahkan dalam bentuk garam, kelebihan hasil asimilasi yang
dikeluarkan sebagai gula, ataupun senyawa yang merupakan hasil
akhir atau bukan hasil akhir metabolisme, namun tidak dapat
digunakan atau hanya separuh yang dapat digunakan secara
fisiologis (alkaloid, tanin, terpen, harsa, bermacam kristal), dan
mencangkup pula zat yang memiliki fungsi fisiologis sesudah
disekresikan
(enzim,hormon)
(Estiti.1995:121).
Penyusunan
jaringan sekretoris yang penting adalah sebagai berikut:
a) Sel Kelenjar
Sel kelenjar berasal dari sel parenkim dasar yang
mengalami diferensiasi dan mengandung berbagai senyawa
hasil metabolisme. Sel kelenjar disebut idioblas kalau
bentuknya berbeda dengan sel-sel disekitanya. Contohnya sel
minyak dalam endosperm biji jarak (Ricinus sp.), biji kacang
(Arachis sp.), kulit kayu manis (Cinnamon sp.), atau dalam
rizoma jahe (Zingiber oficinale) (Pratiwi.2006:31).
b) Saluran kelenjar
Saluran kelenjar terdiri dari sekelompok sel yang
berdinding tipis, dengan protoplas yang kental mengelilingi
suatu ruang yang berisi senyawa yang dihasilkan oleh sel-sel
tersebut. Misalnya adalah saluran kelenjar pada daun jeruk
(Citrus sp.), atau pada daun pinus. Senyawa yang dihasilkan
ditimbun di dalam ruang penyimpan, misalnya minyak atsiri,
lendir, getah, dan damar (Pratiwi.2006:31).
c) Saluran getah
Saluran getah terdiri dar sel-sel yang mengalami fusi
membentuk suatu sistem jaringan yang menembus jaringanjaringan lain dalam tubuh. Sel-sel tersebut berisi getah.
Contohnya pada beringin (Ficus sp.), Euphorbia, Cannabic,
ketela
rambat
(Ipomoea
sp.),
dan
karet
(Hevea)
(Pratiwi,dkk.2006:31).
1. Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan
Sel-sel terdiferensiasi pada hewan tersusun menjadi jaringan. Setiap
jaringan biasanya terdiri atas beberapa tipe sel terdiferensiasi. Macam
jaringan berikut ini terdapat pada vertebrata (Kimbal.1983:110).
a. Jaringan Epitelium
Jaringan epitelium dibuat dari sel-sel memadat yang tersusun
dalam lapisan pipih. Jaringan ini melapisi berbagai rongga dan tabung
pada tubuh. Jaringan ini juga membentuk kulit yang membungkus
tubuh. Jaringan epitel ini menjalankan berbagai fungsi, yang
menandakan bahwa sel epitel selalu terdapat diantara massa sel dan
rongga atau ruang. Epitelium ini melindungi jaringan dibawahnya
terhadap kerusakan karena gesekan mekanis, radiasi ultraviolet, dan
serangan bakteri (Kimball.1983:110). Berdasarkan bentuk dan jumlah
lapisannya, epitelium dibedakan menjadi epitelium selapis dan
epitelium berlapis.
1) Epitelium Selapis adalah epitelium yang sel-selnya hanya selapis,
ada yang berbentuk pipih, seperti kubus, atau seperti batang
(silindris).
a) Epitelium Selapis Pipih (Squamous) bentuk sel-selnya pipih.
Fungsinya sebagai jalan pertukaran zat dari luar ke dalam
tubuh atau sebaliknya, misalnya terdapat pada dinding dalam
kapiler darah dan dinding alveolus paru-paru.
b) Epitelium Selapis Kuboid (Cuboidal) bentuknya seperti kubus
atau seperti rumah tawon berbentuk poligonal, misalnya
epitelium kubus pada permukaan ovarium dan kelenjar tiroid
dan tubulus ginjal.
c) Epitelium Selapis Batang (Silindris) bentuknya seperti batang.
Epitel selapis silindris ini ada yang memiliki silia pada
permukaannya dan dijumpai pada oviduk (saluran telur).
Sedangkan yang tidak memiliki silia, contohnya pada dinding
sebelah dalam usus dan kandung empedu.
2) Epitelium Berlapis Semu, sebenarnya tersusun atas selapis sel
epitelium tetapi ketinggian sel yang menyusunnya tidak sama,
sehingga terlihat seperti berlapis. Contoh epitelium berlapis semu
dijumpai pada trakea.
3) Epitelium Berlapis, tersusun atas dua atau lebih lapisan sel. Sel
pada lapisan paling dasar disebut sebagai sel basal dan terletak
diatas membran basal. Diatas sel basal terdapat beberapa lapisan
sel yang bentuknya pipih, kubus, atau batang, atau bentuk lain yang
disebut sebagai epitelium transisional.
a) Epitelium Berlapis Pipih, misalnya terdapat pada permukaan
kulit, vagina, dan esofagus. Pada vagina dan esofagus,
permukaan epitelnya selalu basah.
b) Epitelium Berlapis Kubus, terdapat pada saluran kelenjar
keringat, folikel ovarium yang sedang berkembang, dan
kelenjar ludah.
c) Epitelium
Berlapis
Batang
(Silindris),
terdapat
pada
permukaan uretra pria.
d) Epitelium Transisional, terdapat pada kandung kemih. Bentuk
sel epitelium tergantung pada derajat peregangan kandung
kemih. Pada saat kandung kemih terisi urin, maka sel bagian
basal berbentuk kuboid dan lapisan atas berbentuk pipih
sampai kuboid.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitelium
dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan epitelium penutup dan jaringan
epitelium kelenjar.
1) Jaringan Epitelium Penutup berperan melapisi permukaan tubuh
dan jaringan lainnya. Jaringan ini terdapat pada permukaan tubuh,
permukaan organ, melapisi rongga, atau merupakan lapisan di
sebelah dalam dari saluran yang ada pada tubuh, misalnya dinding
sebelah dalam saluran pencernaan dan pembuluh darah.
2) Jaringan Epitelium Kelenjar tersusun oleh sel-sel khusus yang
mampu menghasilkan sekret atau getah cair. Getah cair ini berbeda
dengan darah atau cairan antarsel. Berdasarkan cara kelenjar
mensekresikan cairannya, kelenjar dibedakan menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
a) Kelenjar Eksokrin, merupakan kelenjar yang memiliki saluran
pengeluaran untuk menyalurkan hasil sekresi, dapat berupa
enzim, keringat, dan air ludah.
b) Kelenjar Endokrin, merupakan kelenjar yang tidak memiliki
saluran pengeluaran. Sekret yang dihasilkan langsung masuk
pembuluh darah sehingga disebut juga kelenjar buntu. Sekret
yang dihasilkan disebut hormon. Contoh kelejar endokrin
adalah kelenjar tiroid, kelenjar paranoid, dan adrenalin
(Istamar, 2004:84-85).
Gambar 29. Macam-macam Jaringan Epitelium pada Hewan
Sumber: (Saefudin. 2013).
b. Jaringan Ikat
Jaringan ikat berfungsi mengikat atau mempersatukan
jaringan-jaringan menjadi organ dan berbagai organ menjadi sistem
organ, menjadi selubung atau melindungi jaringan atau organ tubuh.
Jaringan ikat terdiri atas serabut sebagai substansi dasar, sel-sel, dan
beberapa cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler dan serabut
substansi dasar, dikenal dengan matriks. Berdasarkan struktur dan
fungsinya, jaringan ikat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
1) Jaringan Ikat Longgar, memiliki ciri sel-selnya jarang dan
sebagian jaringannya tersusun atas matriks. Matriksnya
mengandung
serabut
kolagen
elastis,
misalnya
fibroblas/fibrosit, sel plasma, makrofag, dan berbagai sel darah
putih yang berada disekitar organ-organ pembungkus pembuluh
darah dan saraf. Fungsi jaringan ini untuk pembungkus organorgan tubuh, pembuluh darah, dan saraf yaitu sebagai
penyokong organ-organ.
2) Jaringan Ikat Padat, terbuat dari serabut kolagen yang berwarna
putih. Jaringan ini bersifat fleksibel tetapi tidak elastis. Jaringan
ini terdapat pada selaput urat, selaput pembungkus otot atau
fasia, ligamen dan tendon. Fasia adalah jaringan pengikat
berbentuk lembaran yang menyelimuti otot. Ligamen adalah
jaringan pengikat berbentuk tali yang berperan sebagai
penghubung antar tulang. Tendon adalah ujung otot yang
melekat pada tulang. Fungsi jaringan pengikat ini untuk
menghubungkan berbagai organ tubuh, seperti otot dengan
tulang-tulang, dan tulang dengan tulang; selain itu, berperan
dalam memberikan sokongan dan perlindungan terhadap organ
tubuh (Slamet dan Sri, 2007:65).
3) Jaringan Ikat dengan sifat khusus terdiri atas jaringan tulang
rawan (kartilago), jaringan tulang sejati (osteon), serta darah dan
limfe.
a) Jaringan Tulang Rawan (Kartilago)
adalah spesialisasi dari jaringan ikat berserabut
tebal dan matriks yang elastis. Tulang rawab bersifat kuat
dan lentur. Penyusun jaringan rulang rawan adalah sel
tulang rawan (kondrosit) yang terletak di dalam rongga
kecil (lakuna). Lakuna terdapat di dalam matriks yang
mengandung serabut. Fungsi jaringan ini sebagai rangka
tubuh pada awal embrio, menunjang jaringan lunak dan
organ dalam, serta melicinkan permukaan tulang dan sendi.
Tulang rawan tidak memiliki saraf dan pembuluh darah.
Berdasarkan kandungan matriksnya dibedakan
menjadi 3 yaitu (1) Tulang Rawan Hialin yang mengandung
serabut kolagen yang halus, berwarna bening kebiruan.
Tulang rawan ini terdapat pada cakram epifisis, ujung
tulang rusuk, dan permukaan tulang di daerah persendiaan.
(2) Tulang Rawan Elastis mengandung serabut elastis dan
kolagen, terdapat pada daun telinga, epiglotis, dan
bronkiolus. (3) Tulang Rawan Fibrosa mengandung serabut
kolagen yang padat dan kasar. Tulang rawan fibrosa
terdapat pada simfisis pubis (pertemuan tulang kemaluan).
b) Jaringan Tulang Sejati (Osteon)
merupakan jaringan ikat yang mengandung mineral.
Jaringan tulang sejati disusun oleh sel-sel tulang (osteosit).
Osteosit berasal dari sel induk tulang atau osteoblas.
Osteosit terletak dalam lakuna. Osteosit satu dengan yang
lainnya saling berhubungan melalui kanalikuli. Osteosit
tersusun dalam lapisan konsentris yang disebut lamela.
Berdasarkan ada tidaknya rongga di dalamnya,
tulang dibedakan menjadi 2 yaitu (1) Tulang Kompak, pada
tulang ini terdapat sistem Havers yang merupakan unit
penyusun tulang. Saluran Havers mengandung pembuluh
darah dan saraf sebagai
penyuplai nutrien untuk
menghidupi tulang. (2) Tulang Bunga Karang, pada tulang
ini tidak terdapat sistem Havers tetapi terdiri dari trabekula
tulang yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Contoh tulang kompak dan tulang bunga karang dapat
ditemukan pada tulang panjang. Kedua bonggol epifisis
terdiri dari tulang bunga karang, bagian tengah merupakan
tulang kompak (Istamar. 2004 : 91).
Gambar 30. Macam-macam Jaringan Ikat pada Hewan
Sumber: (Sulistia. 2016)
1) Jaringan Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot. Kemampuan otot
menggerakan berbagai organ tubuh disebabkan kemampuannya
untuk berkontraksi. Hal tersebut karena sel-sel otot mengandung
protein kontraksi yang memanjang dan mengandung serabut-serabut
halus, disebut miofibril. Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3
yaitu :
a) Jaringan Otot Polos, merupakan jaringan otot yang
mempunyai struktur sel-sel berbentuk kumparan halus, yang
masing-masing selnya memiliki inti berbentuk oval. Jaringan
ini memiliki fibril-fibril yang homogen sehingga tampak
polos. Otot polos terdapat pada dinding saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran darah, pembuluh getah bening,
dan kulit. Gerakan otot polos tidak disadari disebut otot
involunteer. Fungsi otot polos adalah memberikan gerakan
diluar kemauan kita, misalnya gerakan makanan pada saluran
pencernaan, mengatur diameter pembuluh darah, dan lainlain.
b) Otot Lurik, disebut otot-otot rangka, sebab jaringan ini
sebagian besar melekat pada rangka. Jaringan ini tersusun
atas sel-sel otot yang disebut fibril. Sel-sel otot lurik memiliki
banyak inti yang terletak dibagian pinggir, tampak gelap
terang berselang-seling, melintang memanjang serabut otot
lurik. Bila menerima rangsang, otot lurik akan merespon
cepat, kecuali gerak refleks, karena gerakan otot ini sesuai
kehendak kita (disadari), disebut otot volunteer. Fungsi
menggerakan tulang dan melindungi rangka dari benturan
benda lain.
c) Otot Jantung hanya terdapat pada lapisan tengah dinding
jantung. Sel-selnya berinti satu. Otot jantung menyerupai
otot lurik, yaitu menunjukkan adanya bagian gelap dan
terang yang berselang-seling. Sel-sel yang berdampingan
mengandung membran yang teranyam berfungsi sebagai
jembatan penghubung disebut sinsitium. Kerja otot jantung
tidak terkontrol oleh kesadaran dan bereaksi lambat terhadap
rangsang. Fungsi otot jantung adalah apabila berkontraksi
akan menimbulkan tenaga yang amat penting untuk
memompa darah keluar jantung ( Slamet dan Sri. 2007:6263).
Gambar 31.Macam-macam Jaringan Otot pada Hewan
Sumber: (Sridianti. 2013)
2) Jaringan Saraf
Jaringan saraf terutama terdiri atas neuron, yaitu sel-sel yang
khusus untuk menghantar impuls saraf elektrokimia. Setiap neuron
terdiri atas tubuh sel yang berisikan nukleus dua atau lebih
persambungan seperti rambut. Sepanjang persambungan inilah,
yang dalam beberapa hal dapat diperpanjang beberapa kaki, impuls
saraf itu berjalan.
Ujung-ujung sambungan ini bertemu dengan neuron-neuron
lain atau macam jaringan lain, misalnya otot yang dirangsang oleh
saraf. Otak dan tulang punggung manusia terutama terdiri dari
jaringan syaraf. Tubuh sel hampir semua neuron kita didalamnya,
Sabungan, terikat menjadi syaraf, meluas jauh dari otot dan tali
tulang
punggung
ke
seluruh
bagian
dalam
tubuh
(Kimball.1983:112).
Berdasarkan pada cara neuron memindahkan rangsangan
dan posisi yang ditempati neuron, dibedakan menjadi neuron
sensori, neuron intermedier dan neuron motor.
1) Neuron Sensori (neuron aferen)
Neuron sensori menyampaikan rangasangan dari organ
penerima rangsang (reseptor) kepada sistem saraf pusat (otak
dan sumsung tulang belakang). Badan sel neuron sensori
bergerombol membentuk ganglion yang berlanjut ke sumsum
tulang belakang. Akson neuron sensori membawa rangsangan
menuju ke jaringan saraf pusat.
2) Neuron intermediet (interneuron)
Neuron intermediet (interneuron) membentuk mata
rantai dan terdapat didalam sistem saraf pusat. Neuron ini
dirangsang oleh impuls dari neuron sensori atau dari neuron
intermediet lain. Neuron intermediet terdapat hampir seluruh
lintasan koordinasi saraf. Pada jaringan ini, impuls akan
diteruskan ke neuron motor atau neruon intermediet lain.
3) Neuron motor (neuron eferen)
Neuron motor (neuron eferen) berfungsi menghantarkan
impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan
melakukan respons tubuh. Pada umumnya, neuron motor
menerima impuls dari neuron intermediet. Akan tetapi, ada
kalanya impuls ditransmisikan secara langsung dari neuron
sensori ke meuron motor (Pratiwi.2006:46).
Gambar 32. Jaringan Saraf pada Hewan
Sumber: (Anonim. 2012)
C. Penelitian yang relevan
1. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Lailatul Qomariah, Sri Endah
Indriwati, dan Eko Sri Sulasmi (2014) yang berjudul ‘’Penerapan
Pembelajaran Melalui Pendekatan Ilmiah Untuk Meningkatkan Sikap,
Pengetahuan, dan Keterampilan Proses Peserta Didik Kelas X MIA 4
SMAN 3 Malang pada Materi Kingdom Animalia’’ menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik ranah pengetahuan yang
ditandai dengan meningkatnya ketuntasan klasikal peserta didik sebesar
16,22.
2. Hasil Penelitian yang dilaksanakan Idha Rakhmawati (2014) yang
berjudul ‘’Penerapan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Biologi
di Kelas XI IIS 3 SMA N Jayaloka Tahun Pelajaran 2014/2015’’
menunjukkan bahwa respon motivasi siswa terhadap pelajaran
tergolong baik yaitu aspek attention (perhatian), relevance (relevansi),
convidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan) berturut-turut
yaitu 3,72; 3,72; 3,60, dan 3,92. Perolehan tes hasil belajar menunjukkan
bahwa ketuntasan siswa mencapai ketuntasan 96,15%. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran biologi
yang menerapkan pendekatan saintifik pada kelas XI IIS 3 dapat
dilaksanakan dengan baik dan mampu meningkatkan minat, memotivasi
dan hasil belajar.
D. Kerangka Pikir
TINDAKAN
PERMASALAHAN
Motivasi belajar siswa
masih
rendah
ditunjukkan
dengan
perolehan skor pada
indikator :
1. dorongan
dan
kebutuhan belajar
skor 48,69 (rendah);
2. kegiatan
belajar
yang menarik skor
49,45 (rendah);
3. lingkungan belajar
yang kondusif skor
50 (rendah);
4. hasrat
ataupun
keinginan
untuk
berhasil skor 46,37
(rendah),
5. harapan atau citacita terhadap masa
depan skor 49,56
(rendah).
Hasil belajar siswa
masih rendah dengan
nilai rata-rata pretest
siswa kelas X APTR 2
yakni sebesar 37,39
belum mencapai KKM
yaitu 75.
Belum adanya strategi
pembelajaran dengan
menggunakan
pendekatan saintifik
pada materi sel dan
jaringan makhluk
hidup.
Pendekatan saintifik (Scientifict approach), meliputi 5M =
1. Mengamati objek secara langsung berupa gambar struktur sel, video
jaringan, dan demonstrasi.
2. Menanya, rasa ingin tahu siswa terhadap objek pengamatan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan
3. Mengumpulkan data, dengan eksplorasi ataupun eksperimen
4. Menganalisis data yang diperoleh
5. Mengkomunikasikan, menyampaikan hasil analisis / diskusi, dapat
berupa lisan ataupun tulisan
HASIL SESUAI DENGAN SILABUS
Motivasi belajar
siswa meningkat
pada aspek-aspek
sebagai berikut :
1. Adanya hasrat
dan keinginan
untuk berhasil
2. Adanya
dorongan dan
kebutuhan dalam
belajar
3. Adanya harapan
dan cita-cita
masa depan
4. Adanya
penghargaan
dalam belajar
5. Adanya kegiatan
yang menarik
dalam belajar
6. Adanya
lingkungan
belajar yang
kondusif
Hasil belajar siswa meningkat pada aspek
kognitif sebagai berikut :
1. Mengingat (C1) terkait struktur sel
prokariotik dan sel eukariotik, struktur
jaringan pada tumbuhan, struktur jaringan
pada hewan
2. Memahami (C2 Struktur sel hewan dan sel
tumbuhan, fungsi organel sel tumbuhan dan
sel hewan, penampang melintang daun dan
batang tumbuhan, jaringan pembentuk organ
pada hewan,
3. Menerapkan (C3), Pengamatan sel epitel pipi
dan umbi lapis bawang merah dengan
menggunakan mikroskop, penerapan proses
diffusi dan osmosis dengan menggunakan
umbi kentang dan teh celup, letak jaringan
epidermis, korteks, dan stele pada batang
tumbuhan, pengamatan mikroskopis berbagai
jaringan tumbuhan, dan menggambarkan
berbagai macam jaringan pada hewan
4. Menganalisis (C4), Analisis struktur fungsi
sel, dan aktivitas sel, karakteristik jaringan
tumbuhan berdasarkan bentuk sel penyusun
dan fungsinya, perbedaan jaringan penyusun
akar, batang, dan daun pada tumbuhan
monokotil dan dikotil
E. Hipotesis Tindakan
1. Motivasi belajar siswa pada materi sel dan jaringan makhluk hidup
kelas X di SMK Negeri 1 Pandak tahun pelajaran 2016/2017 dapat
ditingkatkan melalui pendekatan saintifik selama 2 siklus.
2. Hasil belajar kognitif siswa pada materi sel dan jaringan makhluk hidup
kelas X di SMK Negeri 1 Pandak tahun pelajaran 2016/2017 dapat
ditingkatkan melalui pendekatan saintifik selama 2 siklus.
Download