BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini merupakan kumpulan teori-teori untuk mendukung hasil penelitian yang dikaji dari dua aspek yaitu aspek kependidikan dan aspek keilmuan. Adapun kajian pustaka dari aspek kependidikan meliputi pembelajaran biologi, pendekatan saintifik, motivasi belajar, dan hasil belajar kognitif. Sedangkan, kajian pustaka dari aspek keilmuan meliputi struktur fungsi sel prokariotik-eukariotik dan struktur fungsi jaringan tumbuhan dan hewan. A. Kajian Kependidikan 1. Pembelajaran Biologi Pembelajaran merupakan suatu proses yang menyenangkan karena adanya interaksi antara komponen pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen-komponen yang terlibat di dalam proses belajar mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran yang optimal (Sardiman, 2006:50). Senada dengan pendapat Sugihartono (2007:81) bahwa, Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Pendapat tersebut didukung oleh Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sementara itu, As’ad mengatakan bahwa pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa (As’ad, 2015:247). Sudjoko (2001:2) mengatakan bahwa, Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi. Pendapat Sudjoko tersebut sesuai dengan pernyataan Johari (2014:2) bahwa biologi merupakan bagian dari sains yang terdiri dari produk dan proses, dimana pembelajaran biologi idealnya mampu mengeluarkan output yang memiliki karakter, dikarenakan biologi sebagai produk terdiri dari konsep, fakta, teori, hukum yang berkaitan tentang makhluk hidup, sedangkan biologi sebagai proses terdiri dari kelompok keterampilan proses yang meliputi mengamati, membuat pertanyaan, menerapkan konsep, dan melakukan percobaan. Suhardi (2012:14) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran biologi sebagai suatu sistem yang pada prinsipnya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan antara komponen-komponen raw input (peserta didik), instrumental input, lingkungan dan out put (hasil atau keluaran). Ayu mengatakan bahwa keempat komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran Biologi dengan proses berada di pusatnya. Komponen yang berupa kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode, sarana dan prasarana pembelajaran, tampaknya sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran Biologi (Ayu, 2014: 9). Mengacu pada uraian teoritis diatas, dalam penelitian ini pembelajaran biologi adalah suatu pengalaman belajar biologi dengan menggunakan keterampilan proses sains yang efektif dan efisien untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. 2. Pendekatan Saintifik Pendekatan menurut kamus besar bahasa Indonesia dalam Deden (2015:100) adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai suatu permasalahan yang teramati. Suyono dan Hariyanto (2011:18) mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi filosofi konstruktivisme dengan implementasi student-based learning agar tujuan belajar dapat didekati secara optimal. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientifict approach) merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada metode ilmiah. Tri W. M. (2016:1) mengatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Stinner (2003:335) mengatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Maria (2015:269) mengatakan bahwa pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Dibawah ini langkah-langkah pendekatan saintifik yang merupakan keterampilan proses sains menurut Abdul Majid (2014:14) terdiri dari 5 tahapan yaitu sebagai berikut: a. Mengamati (Observasing): Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Menurut Maria (2015:273) menambahkan bahwa metode mengamati dapat dilakukan dengan membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi masalah yang diinginkan. b. Menanyakan (Questioning), mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatan informasi tembahan tentang apa yang diamati (dimulai dari c. d. e. f. pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) (Maria, 2015:273). Mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber (Maria, 2015:273). Mengasosiasi/mengolah informasi: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil kegiatan eksperimen, mengamati, maupun mengumpulkan infromasi (Maria, 2015:273). Siswa melakukan analisis terhadap data yang diperoleh sehingga terkumpul suatu konsep ataupun pengetahuan. Mengkomunikasikan yaitu peserta didik menyampaikan hasil analasis dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik (Abdul Majid, 2014:4-5). Senada dengan pendapat Maria (2015:273) bahwa dalam tahap ini siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari (Maria, 2015:273). Senada dengan kajian dari Kemendikbud (2013:203) bahwa Pendekatan scientific menjadikan pembelajaran lebih aktif dan tidak membosankan, siswa dapat mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya melalui fakta-fakta yang ditemukan dalam penyelidikan di lapangan untuk pembelajaran. Selain itu, dengan pembelajaran berbasis pendekatan scientific, siswa didorong lebih mampu dalam mengobservasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan atau mempresentasikan hal-hal yang dipelajari dari fenomena alam ataupun pengalaman langsung. Tri W. M. (2016:6) menyatakan bahwa dengan memecahkan masalah, mengekspresikan dan tanya jawab melatih siswa dalam memahami materi. Sedangkan, ragam aktivitas yang didesain guru, merupakan hasil baru bagi siswa. Konteks belajar mengacu pada pendekatan saintifik, menemukan hal baru melalui eksperimen, dan interaksi antarsiswa melalui kelompok, lama kelamaan akan memengaruhi motivasi belajar siswa. Mei (2013:2) mengatakan bahwa, Pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah lebih mengedepankan pendekatan induktif (inductive reasoning) daripada pendekatan deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Pendekatan ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi terhadap suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya . Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas ‘’menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan’’. Pengetahuan (kognitif) melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas ‘’mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta’’. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam satu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran (discovery/inquiry learning). berbasis penyingkapan/penelitian Suyono dan Hariyanto (2015:136) mengatakan bahwa, Inkuiri menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan discovery (menemukan) menekankan kepada penemuannya, maksudnya adalah siswa yang melakukan kegiatan pencarian, apalagi yang sistematis dan teratur kemungkinan besar akan menemukan sesuatu, sedangkan penemuan hakikatnya adalah suatu hasil dari proses pencarian. Deden (2015:98) mengatakan bahwa dengan pembelajaran inquiri siswa akan lebih tertarik untuk belajar, dengan konsep menemukan sendiri maka siswa juga dapat lebih mengingat materi yang dibahas dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, Tri W. M (2016:2) mengatakan bahwa model pembelajaran dengan menemukan lebih menyenangkan dan menguntungkan karena memungkinkan siswa untuk mengatur kegiatan dan menggunakan berbagai bahan dan teknik. Dalam penelitian ini, pendekatan saintifik (saintific approach) adalah metode-metode yang digunakan untuk menemukan suatu fakta/konsep pengetahuan secara ilmiah menggunakan keterampilan proses sains yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. 3. Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya atau dorongan. Sadirman (2006:73) mengatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Senada dengan pendapat Hamzah B. Uno (2006:3) mengatakan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Oemar Hamalik (2002:173) memberikan pandangan lain terhadap motivasi sebagai suatu pemasalahan di dalam kelas dengan mengatakan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya. Sadirman (2006:76) mengatakan bahwa minat sebagai suatu kondisi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Hamzah B. Uno (2006:29) membedakan motif menjadi dua yaitu motif asli dan motif yang dipelajari. Motif asli, merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tanpa perlu belajar, contohnya seseorang akan makan ketika merasakan lapar. Sedangkan motif yang dipelajari memerlukan suatu pengalaman belajar. Dalam hal ini, motif yang dipelajari misalnya motif berprestasi yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaan. Didukung oleh pendapat Sadirman (2006:75) dalam kegiatan mengajar motivasi berperan dalam hal menumbuhkan gairah, perasaan senang, dan semangat untuk belajar, sehingga siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Sri Hapsari (2005:74) membagi motivasi membagi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa adanya hasrat ataupun keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan akan cita-cita. Dalam hal ini, motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Dalam hal ini, guru harus mampu memahami keadaan siswa secara perorangan, memelihara susana belajar yang baik, keberadaan peserta didik (rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa cemas), dan memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar yang menyenangkan, bebas dari kebisingan atau polusi, tanpa gangguan dalam belajar (Hamzah, 2006:23). Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu dalam belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi belajar dan pembelajaran menurut Hamzah (2006:27), antara lain : a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar. Apabila seorang siswa dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang dilaluinya. Untuk seorang guru perlu memahami suasana seperti ini, agar dapat membantu siswa dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Namun, hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan lebih penting yaitu mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya. b. Peran motivasi dalam memperluas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Siswa akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya. c. Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Sedangkan, seseorang yang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka dia tidak akan tahan lama belajar, dia akan mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Pentingnya peran motivasi dalam belajar menuntut guru untuk berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar siswa. Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran menurut Sardiman (2006:34) terdiri dari memberi angka, hadiah, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, dan minat. a. Memberi Angka, sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Angka-angka yang baik biasanya menjadi motivasi yang kuat bagi siswa. b. Hadiah, sebagai pembangkit daya tarik dalam meningkatkan dan mengembangkan bakat siswa sehingga menunjukkan hasil yang terbaik untuk mendapatkan hadiah. c. Saingan/kompetensi, sebagai pendorong belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, baik kompetensi interpersonal, kelompok, maupun diri sendiri. d. Ego-involvement, menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. e. Memberi ulangan, biasanya para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan sehingga dapat dijadikan sebagai sarana motivasi. f. Mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil belajar yang baik akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. g. Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik untuk memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi, gairah belajar serta membangkitkan harga diri. h. Hukuman, sebagai reinforcement yang negatif sehingga harus dalam bentuk yang tepat dan bijak agar menjadi alat motivasi. i. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada tujuan yang jelas untuk belajar sehingga timbul hasrat yang kuat. j. Minat, dapat dibangkitkan dengan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan suatu persoalan, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Mengacu pada uraian teoritis diatas, didalam penelitian ini motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang dilandasi tujuan tertentu. Adapun indikator motivasi belajar dari dimensi internal yang berpengaruh dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; Sedangkan indikator motivasi belajar dari dimensi eksternal sebagai berikut: (1) Adanya penghargaan dalam belajar; (2) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (3) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Keenam hal tersebut merupakan indikator penting untuk menelusuri motivasi belajar siswa. 4. Hasil Belajar dalam Materi Sel dan Jaringan Makhluk Hidup Belajar adalah suatu upaya untuk memperoleh suatu pengalaman belajar. Suyono dan Hariyanto (2015:134) mengatakan bahwa belajar adalah proses aktif menyusun suatu makna belajar melalui setiap interaksi dengan lingkungan yaitu membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari. Senada dengan pendapat Sadirman (2006:38) bahwa belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Selain itu, belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah perilaku subjek belajar. Sudjana (2005: 5) mengatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar salah satunya mencakup bidang kognitif. Senada dengan Bambang (2012:3), menyatakan bahwa kompetensi lulusan salah satunya mencakup aspek kognitif. Penilaian kognitif adalah penilaian terhadap kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah, yang menurut taksonomi Bloom meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam perkembangannya, aspek kognitif Bloom tersebut direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) menjadi remember, understand, apply, analyze, evaluate, and create. Hasil belajar diperoleh melalui pengukuran terhadap proses belajar siswa. Eko Putro Widoyoko (2009:1) mengatakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi menggunakan tes. Senada dengan pendapat Marlenawati, (2014:12) bahwa pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar Permendikbud No. 104 tahun 2014 menguraikan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan output dari proses belajar, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mempengaruhi hasil belajar siswa. Yusnadi (2015:2) mengatakan bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dengan hasil yang baik, maka harus benar-benar memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu (1) faktor internal, adalah faktorfaktor yang berasal dari individu anak itu sendiri yang meliputi faktor jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah (fisiologis) antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya, sedangkan yang termasuk faktor psikologis meliputi intelektul (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar), nonintelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, dan kondisi akibat keadaansosiokultur), dan faktor kondisi fisik. (2) faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor fisik dan faktor lingkungan sosial. Faktor fisik sendiri meliputi rumah, sekolah, peralatan, dan alam, sedangkan faktor lingkungan sosial meliputi keluarga, guru, masyarakat, dan teman. Maria (2016:269) mengatakan bahwa proses belajar yang menekankan kepada keaktifan siswa dengan mencari tahu sendiri fakta fakta dan pengetahuan yang terkait materi pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar pada akhirnya. Senada dengan pendapat Tri W. M. (2016:6) bahwa keaktifan siswa merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan guru sehingga proses pembelajaran yang ditempuh dapat memperoleh hasil yang optimal. Woolfolk & Nicolich (1984: 270) mengatakan bahwa motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar dan memperoleh prestasi yang lebih baik. Senada dengan pendapat Oemar Hamalik (2003:368-69) bahwa motivasi mempengaruhi pembelajaran dan perilaku siswa secara langsung terhadap tujuan yang akan dicapai, maupun terhadap peningkatan kognitif siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku atau timbal balik untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran sebagai hasil pengukuran, penilaian dan evaluasi. Pada penelitian ini, hasil belajar kognitif yang diukur yaitu sebagai berikut: a. Dalam bentuk non-autentik berupa tes tertulis yaitu pretest dan posttest. b. Mencakup kompetensi pengetahuan (aspek kognitif). Berdasarkan taksonomi Bloom, aspek kognitif yang dapat diukur meliputi: 1) Mengingat (C1) : mengemukakan kembali apa yang telah dipelajari sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahan, sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang digunakan di SMK Negeri 1 Pandak, meliputi : a) Sel prokariotik dan sel eukariotik b) Identifikasi struktur dan fungsi bagian-bagian sel c) Jaringan pada tumbuhan d) Sifat totipotensi pada jaringan sebagai bahan dasar kultur jaringan e) Jaringan pada hewan 2) Memahami (C2) : sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, dan foto tidak berubah, sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang digunakan di SMK N 1 Pandak, meliputi : a) Struktur sel hewan dan sel tumbuhan b) Fungsi organel sel tumbuhan dan sel hewan c) Penampang melintang daun dan batang tumbuhan d) Jaringan pembentuk organ pada hewan 3) Menerapkan (C3) : menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum dipelajari, sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang digunakan di SMK N 1 Pandak, meliputi : a) Pengamatan sel epitel pipi (sel hewan) dan umbi lapis bawang merah (sel tumbuhan) dengan menggunakan mikroskop b) Pengamatan proses diffusi, osmosis dengan menggunakan umbi kentang dan teh celup c) Letak jaringan epidermis, korteks, dan stele (silinder pusat) pada batang tumbuhan d) Pengamatan mikroskopis berbagai jaringan tumbuhan (preparat jadi) e) Menggambarkan berbagai macam jaringan pada hewan 4) Menganalisis (C4) : menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menetukan keterhubungan antara satu kelompok/informasi dengan kelompok.informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang digunakan di SMK N 1 Pandak, meliputi : a) Analisis hasil pengamatan dan menyimpulkan hasilnya tentang konsep komponen kimia sel, struktur fungsi sel, dan aktivitas sel. b) Karakteristik jaringan tumbuhan berdasarkan bentuk sel penyusun dan fungsinya c) Perbedaan jaringan penyusun akar, batang dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil serta mengaitkannya dengan hasil pengamatan mikroskopis preparat jadi yang dilakukan. B. Tinjauan Keilmuan 1. Struktur Fungsi Sel Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Secara struktural, menurut Jacob Schleiden dan Theodor Schwan (1839) menyimpulkan bahwa (a) Setiap makhluk hidup terdiri atas sel, (b) Sel merupakan unit struktural terkecil pada makhluk hidup, (c) Organisme bersel tunggal (uniseluler) terdiri atas sebuah sel, sedangkan organisme yang tersusun lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak (multiseluler). Menurut Max Schultz (1825-1874) bahwa sel secara fungsional yakni sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia kehidupan setelah ditemukannya protoplasma (Agustiana, 2010:17-18). Makhluk hidup seluler baik yang uniseluler maupun multiseluler berdasarkan sifatnya yakni ada tidaknya sistem endomembran, keberadaan nukleus (inti sel), dan letak DNA nya, dikelompokkan menjadi dua tipe sel yaitu: sel prokariotik dan sel eukariotik. a. Sel Prokariotik Sel prokariotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Pro = sebelum, dan Karyon; yang artinya tidak memiliki nukleus (inti sel). Sehingga tidak terdapat sistem membran inti dan DNA terkonsentrasi di wilayah yang tidak diselubungi oleh membran inti yang disebut Nukleoid (Campbell. 2010:107). Menurut Agustiana (2010:19) bahwa semua sel prokariotik mempunyai membran plasma, nukleoid berupa DNA dan RNA, serta sitoplasma yang mengandung ribosom. Sel prokariotik tidak memiliki membran inti sehingga bahan inti yang berada dalam sel mengadakan kontak langsung dengan protoplasma. Ciri lain sel prokariotik adalah tidak memiliki sistem endomembran (membran dalam) seperti retikulum endoplasma dan kompleks golgi. Selain itu, sel prokariotik juga tidak memiliki mitokondria dan kloroplas, tetapi mempunyai struktur yang berfungsi sama yaitu mesosom dan kromatofor. Contoh sel prokariotik adalah bakteri (bacteria) dan sianobakteri (cyanobacteria) atau ganggang biru. Menurut Yoni (2004:5-6) bahwa sel prokariotik dibedakan menjadi dua yaitu sel bakteri dan sel archae. Sel bakteri contohnya bakteri gram positif seperti Bacillus subtilis dan bakteri gram negatif seperti Escherichia coli. Sedangkan, Archae adalah makhluk hidup yang memiliki bentuk seperti bakteri, namun dapat hidup pada habitat dengan kondisi yang ekstrim seperti gunung berapi, air yang tingkat salinitasnya tinggi, dasar danau, maupun lautan dengan kadar oksigen yang sangat tipis. Menurut Agustiana (2010:20-21), ciri – ciri sel prokariotik secara umum adalah sebagai berikut: Gambar 1. Sel Prokariotik Bakteri Sumber: (Rifki.2012) Secara struktural dan fungsional, sel prokariotik pada bakteri terdiri dari dinding sel, membran plasma, sitoplasma, mesosom, kromosom, dan flagella yang memiliki peran masing-masing pada kehidupan bakteri. 1) Dinding Sel Dinding sel bakteria dan Archae tersusun atas peptidoglikan, lipid, dan protein. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk yang tetap. 2) Membran Plasma Membran sel atau membran plasma tersusun atas molekul lipid dan protein. Membran plasma berfungsi sebagai pelindung molekuler sel terhadap lingkungan di sekitarnya dengan jalan mengatur lalu lintas molekul dan ion – ion dari dalam. 3) Sitoplasma Sitoplasma tersusun atas air, protein, lipid, mineral, dan enzim – enzim. Enzim – enzim ini digunakan untuk melakukan proses metabolisme sel. 4) Mesosom Mesosom terletak di dekat dinding sel yang baru terbentuk pada saat pembelahan biner sel bakteri. Pembentukan mesosom terjadi karena lekukan membran plasma ke arah dalam membran plasma. Fungsi mesosom sebagai penghasil energi. 5) Ribosom Ribosom berperan sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein. Organel ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk rantai polipeptida (protein) menggunakan asam amino yang dibawa oleh tRNA pada proses translasi. Ribosom adalah komponen sel yang membuat protein dari semua asam amino. 6) Kromosom Kromosom terdiri dari bahan genetik yaitu DNA. DNA tersusun atas gula deoksiribosa, fosfat, dan basa – basa nitrogen. DNA berfungsi sebagai pembawa informasi genetik, yakni sifat sifat yang harus diwariskan kepada keturunannya. 7) Flagella Banyak bakteri yang mempunyai flagella lebih dari satu dan digunakan sebagai alat gerak. Flagella bakteri lebih kecil daripada flagella sel hewan dan sel tumbuhan. Flagella bakteri terdiri atas filamen tunggal yang berupa protein globular disebut flagelin (Yoni, 2004:7). Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sel prokariotik memiliki ciri- ciri sebagai berikut (a) Ukuran relatif kecil dan sederhana, (b) Tidak ada endomembran (c) Molekul DNA bersifat tunggal (sirkuler) disebut nukleoid. b. Sel Eukariotik Sel eukariotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Eu = sejati, dan Karyon, yang artinya memiliki inti sel (nukleus). DNA berada dalam organel yang disebut nukleus (Campbell. 2010:106). Menurut Agustiana (2014:21) bahwa semua sel eukariotik memiliki membran inti, sedangkan sel prokariotik tidak memiliki membran inti. Selain itu, sel eukariotik memiliki sistem endomembran, yakni memiliki organel – organel bermembran seperti retikulum endoplasma, sitoplasma, dan organel – organel sel seperti ribosom, kompleks golgi, mitokondria, lisosom, badan mikro, dan mikrotubulus). Organisme yang memiliki tipe sel ini antara lain hewan, tumbuhan, dan jamur baik uniseluler maupun multiseluler. 1) Sel Hewan Sel-sel hewan berbeda dalam ukuran, bentuk, susunan organel dan fungsi fisiologis yang disajikan pada gambar dibawah ini: Gambar 2. Sel Hewan Sumber: (Amee, Sanguine, 2014) Secara struktural dan fungsional, sel hewan terdiri dari nukleus, membran plasma, ribosom, aparatus golgi, lisosom, mitokondria, proksisom, sitoskeleton, sentrosom, flagela dan silia, serta retikulum endoplasma. a) Nukleus Gambar 3. Struktur Inti Sel Hewan Sumber: (Rifki. 2012) Nukleus merupakan pusat informasi sel yaitu mengandung sebagian besar gen dalam sel eukariotik (sebagian gen terletak dalam mitokondria dan kloroplas). Nukleus umumnya merupakan organel yang paling menonjol dalam sel eukariotik. Nukleus diselubungi oleh selaput nukleus yang memisahkan inti sel dari sitoplasma. Selaput nukleus merupakan membran ganda yang mengandung lipid dan protein, berperan sebagai tempat keluar masuknya sebagian zat seperti makromelekul menuju RE sehingga terdapat pori – pori pada selaput nukleus. Dalam nukleus, DNA terorganisasi menjadi unit diskret yaitu kromosom yang membawa informasi genetik. Kromoson ini terbuat dari kromatin yang terdiri dari materi genetik DNA dan protein. Sedangkan, terdapat struktur lain dalam nukleus selain kromatin dan selubung nukleus, yaitu nukleolus (satu atau lebih) yang merupakan struktur yang terlibat dalam produksi ribosom (Campbell, 2010:108-110). b) Membran Plasma Membran plasma atau membran sel tersusun atas 50% molekul lipid dan 50% molekul protein seperti pada sel darah merah. Lipid merupakan fosfolipid dan kolesterol. Sedangkan protein dibedakan menjadi 2 yakni protein hidrofilik dan protein hidrofobik. Protein hidrofilik dapat dipisahkan dengan lipid sehingga keluar dari dwilapis fosfolipid, sedangkan protein hidrofobik terbenam di dalam dwilapis fosfolipid karena tidak dapat dipisahkan dengan lipid (Kimball, 1983:88-89). Gambar 4. Struktur Membran Sel Sumber : (Fricillya, S.K. 2013) Membran plasma berfungsi sebagai pelindung terhadap lingkungan di sekitarnya. (Agustiana, 2014:19). c) Ribosom Gambar 5. Struktur Ribosom Sumber: (Tanri, Alim. 2013) Ribosom berperan sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein. Organel ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk rantai polipeptida (protein) menggunakan asam amino yang dibawa oleh tRNA pada proses translasi. Di dalam sel, ribosom tersuspensi di dalam sitosol atau terikat pada retikulum endoplasma kasar atau pada membran inti sel. Ribosom adalah komponen sel yang membuat protein dari semua asam amino (Agustiana, 2014:20). Ribosom dalam mensintesis protein terjadi pada ribosom yang tersebar bebas di sitosol dan ribosom yang terikat melekat pada sisi luar retikulum endoplasma atau selaput nukleus (Campbell, 2010:112). d) Aparatus Golgi Gambar 6. Struktur Aparatus Golgi Sumber: (Robi,Yasman. 2014). Aparatus golgi atau kompleks golgi terdiri dari tumpukan kantong pipih, atau sistem sisterna yang tidak berhubungan secara fisik (tidak seperti sisterna di RE). Tumpukan golgi menerima dan melepaskan vesikel transpor beserta produk yang dikandungnya. Tumpukan golgi memiliki polaritas struktural dan fungsional, dengan sisi cis yang menerima vesikel yang mengandung produk RE dan sisi trans yang melepaskan vesikel. Kompleks golgi sebagai salah satu organel terbesar dalam sel, mempunyai beberapa fungsi diantaranya tempat sintesis protein, membentuk membran plasma, membentuk kantong sekresi, dan membentuk akrosom pada sperma. e) Lisosom Lisosom merupakan membran kantong kecil berisi enzim hidrolitik disebut lisozim. Lisosom mencerna (menghidrolisis) materi – materi yang diambil ke dalam sel dan mendaur ulang materi intraseluler (Campbell, 2010:116). Gambar 7. Struktur Lisosom Sumber: (Aimainfantasy. 2012) Secara rinci, lisosom mempunyai fungsi diantaranya melakukan pencernaan intrasel, dan melakukan autofagi (menghancurkan struktur yang tidak dikehendaki/patogen), misalnya makrofag (sejenis sel darah putih) menelan dan menghancurkan bakteri dan virus. Selain itu, melakukan eksositosis yaitu pembebasan enzim keluar sel, autolisis yaitu penghancuran diri sel dengan membebaskan isi lisosom keluar sel, dan menghancurkan senyawa karsinogenik (Agustiana, 2014:25). f) Mitokondria Mitokondria terdiri dari membran ganda yaitu membran luar dan membran dalam. Membran luar berupa batas halus yang tidak terputus-putus, sedangkan membran dalam berupa lipatan-lipatan yang masuk ke dalam ruang mitokondria yang disebut krista. Kedua membran tersebut memiliki struktur yang sama dengan membran sel/membran plasma yaitu terdiri dari fosfolipid dan protein. Gambar 8. Struktur Mitokondria Sumber: (Robi, Yasman. 2014) Fungsi mitokondria mengubah energi potensial menjadi ATP untuk melakukan respirasi sel, oksidasi makanan, dan sistem transpor elektron sehingga mitokondria terdapat pada sel otot, sel saraf, sel sekretori yang membutuhkan banyak energi (Kimball, 1983:97). g) Peroksisom Gambar 9. Struktur Peroksisom Sumber: (Tanri, Alim. 2013) Peroksisom adalah kompartemen metabolik terspesialisasi yang dibatasi oleh satu membran tunggal seperti lisosom. Peroksisom ini mengandung enzim – enzim yang menstransfer hidrogen dari berbagai substrat ke oksigen (O2) yang digunakan untuk memecah lemak menjadi molekul – molekul yang lebih kecil, kemudian ditranspor ke mitokondria sebagai bahan bakar respirasi sel. Selain O2, peroksisom menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai produk sampingan yang bersifat toksik, namun dapat dihilangkan karena enzim utama dalam peroksisom adalah enzim katalase dalam hati yang dapat mendetoksifikasi alkohol dan senyawa-senyawa berbahaya, dengan menstransfer ke oksigen atau air (Campbell, 2010:120). h) Sitoskeleton Gambar 10. Struktur Sitoskeleton Sumber: (Tanri Alim. 2013) Sitoskeleton berasal dari dua kata yaitu ‘’cyto’’ yang artinya sel dan skeleton yang artinya rangka. Sitoskeleton tersusun atas serabut protein. Sitoskeleton berfungsi sebagai pembentuk kerangka, tempat menempelnya organel – organel sel, dan membantu gerakan substansi dari suatu bagian sel ke bagian yang lain disebut motilitas sel. Berdasarkan diameternya, sitoskeleton dibagi menjadi 3 yaitu: mikrofilamen, filamen intermediet, dan mikrotubulus (Campbell, 2010: 120). Tabel 1.Struktur dan Fungsi Sitoskeleton Sifat Mikrotubulus (Polimer Tubulin) Mikrofilamen (Filamen Aktin) Filamen Intermediat Struktur Tabung berongga, dinding terdiri dari 13 kolom molekul tubulin Dua untai aktin yang teranyam, masing-masing merupakan polimer subunit aktin Protein fibrosa (berserat) yang sangat mengumpar menjadi kabel yang lebih tebal Diameter 25 nm dengan lumen 15 nm 7 nm 8 – 12 nm Subunit protein Tubulin, dimer yang terdiri dari α-tubulin dan β-tubulin Aktin Salah satu dari beberapa protein yang berbeda dari famili keratin, bergantung pada tipe sel Fungsi utama Mempertahankan bentuk sel, motilitas sel (sseperti ilia dan flagella), pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, dan pergerakan organel. Mempertahankan bentuk sel, perubahan bentuk sel, kontraksi otot, aliran sitoplasmik, motilitas sel (seperti pada pseudomonas), pembelahan sel. Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan tegangan), tambatan nukleus dan organel lain tertentu, dan pembentukan lamina nukleus. Gambar i) Sentrosom Gambar 11. Struktur Sentrosom Sumber: (Robi Yasman. 2014) Pada sel hewan, beberapa sel mikroorganisme dan sel tumbuhan tingkat rendah mengandung dua (sepasang) sentriol yang terdapat dalam sitoplasma yang berada di dekat permukaan sebelah luar nukleus. Setiap sentriol terdiri dari sebaris silinder sebanyak sembilan mikrotubulus. Setiap mikrotubulus memiliki dua bagian yaitu α-tubulin dan β-tubulin. Sebelum sel hewan membelah, sentriol bereplikasi (berduplikasi) dan satu pasang berpindah ke sisi berlawanan pada nukleus sehingga membentuk gelendong. Pada beberapa sel, sentriol ini berduplikasi untuk membentuk benda basal silia dan flagella (Kimball, 1983:105). j) Flagela dan Silia Pada eukariot, flagella dan silia disebabkan oleh susunan mikrotubulus yang terspesiasi. Flagela dan silia ini merupakan penjuluran yang mengandung mikrotubulus dari beberapa jenis sel (Kimball, 1983:105). Gambar 12. Gerakan Flagella (kanan) dan Silia (kiri) Sumber: (Faisal, H. 2014) Pada hewan, sel-sel silia atau berflagel berfungsi sebagai alat gerak dan menghalau bahan-bahan yang berbahaya. Dalam hal ini, pola denyut flagella dan silia berbeda yaitu pola denyut flagela biasanya mengombak, seperti pada gerakan sel sperma manusia. Sedangkan silia bergerak maju mundur, yakni menggerakan sel ke arah tegak lurus terhadap sumbu silia. Selama ayunan balik pelan, silia melengkung dan menyapu ke permukaan. Gerakan silia mencapai 40 – 60 denyut per detik. Contohnya pada Colpidium, yaitu protozoa air tawar (Campbell, 2010: 123). k) Retikulum Endoplasma (RE) Retikulum Endoplasma (RE) merupakan sistem bermembran yang terdiri dari tubulus-tubulus dan kantongkantong pipih atau sisterna yang menyambung. RE juga bersambungan dengan selaput nukleus. Gambar 13. Struktur Retikulum Endoplasma Sumber: (Robi Yasman. 2014) Secara struktural dan fungsional, RE dibedakan menjadi dua yakni RE halus dan RE kasar. RE halus (smooth ER) apabila dipermukaan luarnya tidak terdapat ribosom. Sedangkan RE kasar (rought ER) apabila dipermukaan luarnya terdapat ribosom. RE halus ini berfungsi dalam proses metabolik, yang bervariasi menurut tipe sel, diantaranya sintesis lipid, metabolisme karbohidrat, serta detoksifikasi obat-obatan, dan racun, serta penyimpan ion Ca dalam otot. Sedangakan RE kasar berfungsi untuk membuat protein sekresi yaitu glikoprotein, membuat membran sel, dan membuat fosfolipid dari prekursor – prekursor dalam sitosol (Campbell, 2010:113-114). Berdasarkan gambar-gambar di atas, organel – organel yang dimiliki sel hewan namun tidak dimiliki sel tumbuhan diantaranya lisoson, sentrosom, sentriol, flagela (ada beberapa pada beberapa jenis sperma tumbuhan) (Campbell, 2010: 109). 2) Sel Tumbuhan Sel tumbuhan merupakan bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan. Tumbuhan bersifat menetap serta kaku. Perbedaan ini jelas menggambarkan bahwa komponen penyusun sel pada tumbuhan berbeda dari penyusun sel hewan. Tumbuhan dapat menghasilkan atau mensintesis makanan sendiri sedangkan hewan sebaliknya (Agustiana, 2014:26-27). Komponen yang terdapat pada sel tumbuhan dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 14. Struktur Sel Tumbuhan Sumber: (Annisa, A. U. 2012) Semua organel yang terdapat pada gambar tersebut, sebagian terdapat pada sel hewan juga. Namun, beberapa organel memiliki kekhususan dan hanya terdapat pada sel tumbuhan diantaranya sebagai berikut: a) Dinding sel Gambar 15. Dinding sel Tumbuhan Sumber: (Dokumen Pribadi) Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Pada sel muda, dinding sel tersusun dari zat pektin. Pada sel dewasa, dinding sel terbentuk dari bahan selulosa yang bersifat kaku sehingga membentuk (Pratiwi,dkk. 2006:14). sel tumbuhan cenderung tetap Dindingnya mengalami penebalan oleh zat lignin yang disebut lignifikasi. Lignifikasi menyebabkan xilem dan sklerenkim keras dan kaku (berkayu). Penebalan dinding sel dapat terjadi dengan cara penyisipan (aposisi) pada penebalanpenebalan lama atau penambahan (intususepsi) pada penebalan lama, Diantara dinding sel ada yang tidak mengalami penebalan disebut niktah (Agustiana, 2014:28). b) Plasmodesmata Gambar 16. Plasmodesmata antar Sel-sel Tumbuhan Sumber : (Robi Yasman. 2014) Plasmodesmata berasal dari kata Yunani yaitu desmos = mengikat) artinya menghubungkan dua sel yang berdekatan dengan benang-benang plasma. Misalnya, ketika sitosol melintasi plasmodesmata dan menghubungkan lingkungan kimiawi pada sel-sel yang bersebelahan. Membran plasma yang bersebelahan melapisi saluran setiap plasmodesmata tersambung (Campbell, 2010:129). c) Kloroplas Kloroplas hanya terdapat pada sel tumbuhan dan Algae tertentu. Bahan dasar kloroplas berupa cairan yang disebut stroma. Kloroplas mengandung pigmen hijau yang bernama klorofil, serta berbagai enzim dan molekul lain yang berfungsi menghasilkan gula dalam fotosintesis Fungsi kloroplas ialah sebagai tempat fotosintesis. Gambar 17. Struktur Kloroplas Sumber: (Almansyahnis. 2012) Selain kloroplas, terdapat pula amiloplas yaitu plastida yang tidak berwarna sebagai penyimpan pati (amilosa) pada akar dan umbi. Kromoplas yakni memiliki pigmen yang menyebabkan buah dan bunga berwarna jingga dan kuning (Agustiana, 2014:25). d) Vakuola Sentral Gambar 18. Struktur Vakuola Sel Tumbuhan Sumber: (Pirmalani, D. 2015) Vakuola atau rongga sel adalah organel sitoplasmik berupa cairan yang dibatasi membran sel. Sel tumbuhan muda memiliki banyak vakuola berukuran kecil. Semakin dewasa, jumlah vakuola berkurang, tetapi ukurannya membesar. Sel-sel tumbuhan yang memiliki vakuola besar biasanya berupa sel-sel parenkim dan kolenkim (Agustiana, 2014:28). Vakuola memiliki beberapa fungsi diantaranya mempertahankan turgor apabila vakuola menyerap air dan menekan keluar maka dinding sel keras, misalnya pada buka tutup tanaman putri malu. Selain itu, vakuola sebagai tempat penyimpan cadangan makanan terutama kalsium, menyimpan pigmen, menyimpan minyak atsiri, dan sebagai organel pencernaan seperti lisosom pada sel hewan yaitu mampu menguraikan dan mendaur ulang bagian organel yang tua dan tidak diperlukan (Estiti, 1995:30). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara sel prokariotik dan sel eukariotik yaitu sebagai berikut: Tabel 2.Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik No Perbedaan Sel Prokariotik Sel Eukariotik 1 Nukleus (Inti sel) Tidak ada (nukleoid) Ada 2 Membran Inti Sel Tidak ada Ada 3 Pembatas membran sel Fosfolipid Fosfolipid 4 Ukuran 1 – 10 mili mikron 10 – 100 mili mikron 5 Bentuk kromosom Sirkuler (melingkar) Linear (Garis) 6 Jumlah RNA Sedikit 7 DNA Menyebar sitoplasma 8 Organ penghasil Mesosom Energi Banyak di Berpusat di inti sel Mitokondria Sedangkan berdasarkan organel sel nya, perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah sebagai berikut: Tabel 3. Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan Bagian-bagian Sel Dinding Sel Membran Plasma Nukleus Sitoplasma Retikulum Endoplasma Aparatus Golgi Mitokondria Ribosom Lisosom Vakuola Sentriol Sentrosom Plastida Sel Hewan Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Sel Tumbuhan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada (Sedikit) Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada 3) Proses – proses yang terjadi di dalam Membran Sel Membran sel merupakan tepi kehidupan sel yang memisahkan sel hidup dengan lingkungan di sekelilingnya. S.Singer dan E. Nicolson (1972) mengemukakan teori tentang membran sel yang dikenal dengan teori membran mozaik cair. Teori ini menyatakan bahwa membran sel tersusun oleh lapisan protein. Protein tersusun seperti mozaik atau tersebar dan masing-masing tersisip di antara dua lapis fosfolipid (Pratiwi,dkk. 2006:14). Dikarenakan susunan membran sel yang demikian, maka membran sel memiliki sifat permeable selektif, yang artinya memungkinkan beberapa zat untuk menembus membran secara mudah dari pada zat-zat lain. Sehingga, membran memiliki kemampuan meregulasi transpor melintasi perbatasan seluler, yang termasuk fungsi essensial untuk keberadaan sel (Campbell, 2010:136). Membran sel berfungsi mengatur gerakan materi atau transportasi dari dan keluar sel. Transpor melalui membran sel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu transport aktif dan transport pasif (Pratiwi, dkk. 2006:15). a. Transpor aktif Transpor aktif merupakan transpor yang memerlukan energi untuk menggerakan zat terlarut melawan gradiennya dengan protein transport. Semua protein transpor yang menggerakan zat terlarut melawan gradien konsentrasi merupakan protein pembawa. Energi yang digunakan dalam transpor aktif ini merupakan ATP yaitu hasil dari respirasi sel. ATP ini menstranfer gugus fosfat terminalnya secara langsung ke protein transpor sehingga menginduksi protein agar berubah bentuk sedemikian rupa sehingga menstranslokasikan zat terlarut yang terikat ke protein sehingga melintasi membran. Salah satu sistem transpor aktif adalah pompa natriumkalium (sodium-potasium pump), yang mempertukarkan natrium (Na+) dengan kalium (K+) melintasi membran sel hewan. Sistem transpor ini memompa ion melawan gradien konsentrasi. Konsentrasi ion natrium (Na+) diluar sel lebih tinggi daripada di dalam sel. Sedangkan konsentrasi ion kalium (K+) diluar sel lebih rendah daripada didalam sel. Pemompaan tidak menstranslokasikan satu (N+) atau satu (K+), melainkan memompa tiga ion natrium keluar sel untuk setiap dua ion kalium yang dipompakan ke dalam sel. Setiap satu kali ‘pemompaan’, terdapat transfer netto satu muatan positif dari sitoplasma ke cairan ekstraseluler, proses yang membangkitkan voltase di kedua sisi membran disebut pompa elektrogenik pada sel hewan. Sedangkan pada sel tumbuhan, fungi, dan bakteri adalah pompa proton, yang secara aktif menstranspor ion hidrogen (H+) keluar sel. Pemompaan (H+) menstransfer muatan positif dari sitoplasma ke larutan ekstraseluler (Campbell, 2010:147). Transpor aktif melalui membran sel dapat berupa endositosis dan eksositosis. 1) Endositosis Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel saat larutan atau partikel ditransfer ke dalam sel, dan ketika bertambah dalam maka kantong akan terlepas dari membran sel membentuk vesikel yang mengandung materi yang sebelumnya berada diluar sel (Pratiwi,dkk. 2006:17). Ada tiga tipe endositosis yaitu (Campbell, 2010:149). a) Pinositosis (Peminum seluler) Dalam pinositosis sel ‘meneguk’ droplet-droplet pada cairan ekstraseluler ke dalam vesikel kecil. Bukan cairan itu sendiri yang dibutuhkan oleh sel, melainkan molekul-molekul yang terlarut dalam droplet tersebut. Karena semua zat yang terlarut ditelan oleh sel, sehingga zat-zat yang ditranspor oleh pinositosis tidak bersifat spesifik. b) Fagositosis (Pemakan Seluler) Dalam fagositosis, sel menelan partikel dengan pseudopodia (tunggal, pseudopodium) dan mengemasnya dalam kantong berselaput membran yang cukup besar untuk digolongkan sebagai vakuola. Partikel dicerna setelah vakuola berfusi dengan lisosom yang mengandung enzimenzim hidrolitik. c) Endositosis diperantai-reseptor Dalam tipe ini, memungkinkan sel memperoleh zat spesifik dalam jumlah besar, meskipun zat tersebut tidak banyak ditemukan dalam cairan ekstraseluler. Dalam membran tertanam protein-protein dengan situs reseptor spesifik yang terpapar ke cairan ekstraseluler (Campbell, 2010:150). Gambar 19. Endositosis Sumber : (Isharmanto, G. 2010) 2) Eksositosis Eksositosis adalah kebalikan dari endositosis. Pada selsel yang mengeluarkan protein dalam jumlah besar, protein tersebut pertama-tama berkumpul di dalam sebuah kantung yang dilapisi membran dalam aparatus Golgi, yang kemudian bergerak ke permukaan sel dimana membrannya melekat pada membran sel dan mengosongkan isinya ke luar (Kimball. 1983:130). Gambar 20. Eksositosis. Sumber: (Indonetedu. 2012) b. Transport Pasif Transport pasif merupakan transpor yang tidak memerlukan energi. Transpor ini berlangsung akibat adanya perbedaan konsentrasi anatara zat atau larutan. Transpor pasif terdiri dari difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi. 1) Difusi Difusi adalah perpindahan zat (gas, padat, cair), dengan atau tanpa melewati membran, dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah sehingga konsentrasi zat menjadi sama. Peristiwa difusi sangat penting dalam proses pengangkutan pada makhluk hidup. Misalnya pada hewan bersel satu, O2 diambil dari lingkungannya hanya dengan cara difusi. O2 dapat berdifusi ke dalam hewan unisel karena konsentrasi O2 di udara lebih tinggi daripada dalam sel (Pratiwi, 2006:15). Perhatikan gambar dibawah ini. Gambar 21. Difusi. Sumber: (Panji. 2015) 2) Osmosis Osmosis adalah proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke daerah yang berkonsentrasi tingi (hipertonik) melalui membran semipermeabel. Membran semipermeabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan zat tertentu yang larut didalamnya. Keadaan tegang yang timbul antara dinding sel dengan dinding isi sel karena menyerap air disebut turgor. Sel tumbuhan bersifar selektif semipermeable dan setiap sel hidup merupakan sistem osmotik (Agustiana, 2014: 91). Ketika mempelajari perilaku sel dalam larutan, konsentrasi zat terlarut dan permeable membran harus diperhatikan. Kedua faktor ini diperhitungkan dalam konsep tonisitas yaitu kemampuan larutan untuk menyebabkan sel memperoleh atau kehilangan air. Pada sel hewan (tidak memiliki dinding sel), misalnya pada sel darah merah. Jika sel ditempatkan dalam larutan yang isotonik (iso=sama) terhadap sel maka tidak akan ada pergerakan air melintasi membran plasma sehingga kondisi sel nya normal. Ketika sel tersebut dipindahkan kedalam larutan yang hipertonik (hiper=lebih banyak) terhadap sel, maka sel akan kehilangan air ke lingkungan, mengerut, dan mungkin mati, peristiwa ini disebut krenasi. Sedangkan, jika sel dipindahkan kelarutan yang hipotonik (hipo=lebih rendah) terhadap sel maka air akan memasuki sel lebih cepat daripada keluar dari sel, dan sel akan membengkak sertas lisis (meletus) (Campbell.2010:144). Perhatikan gambar dibawah ini. Gambar 22. Osmosis pada Sel Hewan. Sumber: (Fadhillah, A. 2015) Keseimbangan air pada sel tumbuhan yang memiliki dinding sel, apabila sel direndam dalam larutan hipotonik (terendam dalam air hujan), maka dinding sel membantu mempertahankan keseimbangan airnya. Karena dinding ini akan mengembang hanya sampai batas tertentu sebelum memberikan tekanan balik pada sel melawan pengambilan air lebih lanjut, pada kondisi ini sel bersifat turgit yang artinya sel sehat atau normal bagi sebagian besar sel tumbuhan. Apabila sel tumbuhan dan sekelilingnya bersifat isotonik, tidak ada kecenderungan air untuk masuk dan sel menjadi lembek. Tetapi, ketika sel dimasukkan kedalam larutan hipertonik akan mengalami pengerutan seperti pada sel hewan, namun pada sel tumbuhan ini peristiwa pengerutan sel disebut plasmolisis, dimana membran plasma akan terlepas dari dinding sel dan menyebabkan tanaman layu dan dapat menyebabkan kematian (Campbell.2010:145). Perhatikan gambar dibawah ini. Gambar 23. Osmosis pada Sel Tumbuhan Sumber: (Fadhillah, A. 2015) 3) Difusi terfasilitasi Difusi terfasilitasi adalah difusi yang memerlukan bantuan protein spesifik. Misalnya, pada bakteri Eschericia coli jika dipindahkan ke medium yang mengandung laktosa, maka metabolismenya menurun. Salah satu sebabnya ialah membran selnya tidak dapat dilalui laktosa (impermeable). Setelah beberapa menit laktosa akan dapat masuk ke dalam sel karena terbentuk enzim yang disebut permease. Permease ini adalah suatu protein membran sel yang membuatkan jalan bagi laktosa agar dapat melintasi dua lapis fosfolipid membran sel. Difusi yang tergantung pada suatu mekanisme transpor dari membran sel seperti permease disebut difusi terfasilitasi (Pratiwi.2006:16). Dalam semua proses difusi terfasilitasi, molekul bergerak ke arah gradien konsentrasi karena permeabel untuk molekul tersebut. Tetapi membran sel juga mampu untuk memompa zat berlawanan dengan gradien konsentrasi (Kimball.1983:123). Gambar 24 (a). Difusi (kanan), (b) Difusi terfasilitasi (kiri) Sumber: (Paramitha. 2014) 2. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Jaringan merupakan kumpulan dari sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel melakukan pembelahan diri. Akan tetapi, pada pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut, pembelahan sel menjadi terbatas hanya dibagian khusus dari tumbuhan. Jaringan khusus tersebut bersifat embrionik dan selalu membelah diri. Jaringan embrionik ini disebut jaringan meristem. Pada dasarnya, jaringan lainnya juga dapat mengalami pembelahan seperti pada korteks batang, tetapi jumlah pembelahannya sangat terbatas. Sel-sel meristem akan tumbuh dan mengalami spesialisasi membentuk berbagai macam jaringan yang tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membelah diri. Jaringan ini disebut jaringan dewasa (Pratiwi.2006:26). a. Jaringan Meristem Fungsi utama sel-sel meristem adalah mitosis. Sel-selnya kecil dan berdinding tipis, tanpa vakuola tengah dan tidak ada ciri-ciri khusus. Terdapat dalam jaringan (meristem ujung) pada titik tumbuh akar dan batang. Pada beberapa tumbuhan cincin (lingkar) jaringan meristematik, yaitu kambium, juga terdapat di dalam batang yang matang. Mitosis pada meristem menghasilkan sel-sel untuk pertumbuhan tanamannya. Sel-sel yang terbentuk oleh meristem itu segera berdiferensiasi menjadi beberapa tipe (Kimball.1983:113). Berdasarkan posisinya dalam tumbuhan, meristem dibedakan menjadi meristem apikal, interkalar, dan lateral. 1) Meristem apikal, terletak diujung akar dan tunas dan didalam kuncup aksilaris tunas, yang menyediakan sel-sel tambahan yang memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh memanjang, proses ini biasa dikenal dengan perteumbuhan primer (Campbell.2010:321) 2) Meristem interkalar, berada diantara jaringan dewasa, contohnya pada pangkal ruas tumbuhan anggota suku atau famili rumputrumputan (Pratiwi.2006:27). 3) Meristem lateral, yang disebut kambium vaskuler atau kambium gabus. Silinder-silinder yang terdiri dari sel-sel yang sedang membelah ini membentang di sepanjang akar dan batang. Ketika pada pertumbuhan primer memungkinkan akar-akar menjulur melalui tanah dan tunas-tunas, demikian pula pada tumbuhan berkayu. Meristem lateral ini terdapat hanya pada tumbuhan berkayu untuk penambahan lingkar batang dan akar yang tidak lagi tumbuh memanjang. Pertumbuhan yang menebal ini dikenal sebagai pertumbuhan sekunder (Campbell.2010:321). Sedangkan berdasarkan asal-usulnya, meristem dikelompokkan menjadi meristem primer dan meristem sekunder. 1) Meristem primer, yaitu sel-selnya berkembang langsung dari selsel embrionik (meristem apikal) yang membelah. Contohnya adalah pada akar dan batang yang memanjang. 2) Meristem sekunder, yaitu sel-selnya berkembang langsung dari jaringan dewas yang sudah mengalami diferensisasi. Contohya adalah kambium dan kambium gabus (felogen) (Pratiwi.2006:27). b. Jaringan Dewasa Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah mengalami diferensiasi. Sifat-sifat jaringan dewasa antara lain: 1) Tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri. 2) Mempunyai ukuran yan relatif besar dibanding sel-sel meristem. 3) Mempunyai vakuola besar, sehingga plasma sel sedikit dan merupakan selaput yang menempel pada dinding sel. 4) Terkadang ditemukan bahwa sel sudah mati. 5) Sel telah mengalami penebalan dinding sel sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan asal meristem, jaringan dewasa dibedakan menjadi jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer adalah jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang berasal dari meristem primer. Jaringan sekunder adalah jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang berasal dari meristem sekunder. Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi adalah sebagai berikut: 1) Jaringan Pelindung (Epidermis) Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah dan biji, serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder. Sebagian besar selnya beragam bentuk, namun sering kali berbentuk lempengan. Selain itu, terdapat sel penutup stomata, berbagai rambut, sel sekresi, dan sel sklerenkim. Sifat khas dari epidermis tumbuhan yang berada di atas tanah adalah lapisan kutikula di dinding luar dan kutinisasi yang terjadi pada sebagian atau seluruh dinding lainnya. Fungsi epidermis adalah pelindung mekanis dan berperan dalam membatasi transpirasi dan pertukaran udara. Pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder, epidermis biasanya diganti oleh periderm. Periderm terdiri dari jaringan gabus, kambium gabus atau felogen, dan feloderm, yakni sel hidup yang dibentuk oleh felogen ke arah dalam. Felogen terletak di dekat permukaan organ yang mengalami pertumbuhan sekunder. Felogen dibentuk secara sekunder, yakni dalam jaringan yang telah dewasa dibawah epidermis atau dapat pula dalam epidermis itu sendiri. Felogen membentuk felem ke arah luar, sedangkan feloderm ke arah dalam. Felem terdiri dari sel berbentuk lempeng, tersusun rapat, dan dindingnya mengandung suberin (zat gabus) (Estiti.1995:8). Sel-sel epidermis dapat berkembang menjadi alat tambahan atau derivat epidermis, misalnya stroma, trikoma, sel kipas, sistolit, sel silika, dan sel gabus. a) Stomata Stoma (jamak=stomata) merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis khusus, yakni sel penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel penutup mengatur pelebaran dan penyempitan celah. Sel yang mengelilingi stoma dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya. Sel yang berbeda bentuk itu dinamakan sel tetangga, yang kadang-kadang berbeda juga isinya. Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah (Estiti.1995:68). Letak stoma kebanyakan berada dipermukaan daun. Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. b) Trikoma Trikoma (jamak=trikomata) merupakan rambut bersel satu atau bersel banyak yang banyak dibentuk dari sel epidermis. Struktur yang lebih besar dan padat seperti kutil dan duri yang tersusun oleh epidermis maupun jaringan dibawah epidermis disebut emergens (Estiti.1995:73). Fungsi trikoma bagi tumbuhan adalah sebagai berikut: ( 1 ) Mengurangi penguapan, ( 2 ) Meneruskan rangsang, ( 3 ) Melindungi tumbuhan dari gangguan hewan, ( 4 ) Membantu penyebaran biji, ( 5 ) Membantu penyerbukan bunga, ( 6 ) Menyerap air dan garam-garam mineral dalam tanah (Pratiwi,2006:28). c) Sel Kipas Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku atau famili Germinea atau Cyperaceae. Sel kipas tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan sel-sel epidermis disekitarnya. Sel kipas berfungsi mengurangi penguapan dengan menggulung daun (Pratiwi.2006:28). d) Epidermis ganda Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa tumbuhan, sel protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan (periklinal), dan turunannya dapat membelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis banyak. Epidermis ganda ini biasanya terdapat pada tumbuhan anggota famili Moraceae, Piperaceae, Begoniaceae, dan Malvaceae. Contohnya. Pada epidermis daun beringin (Ficus sp.) terdapat penebalan ke arah setripetal membentuk bangunan seperti sarang lebah yang disebut sistolit. Sel yang mengandung sistolit disebut litokis. Selain itu, terdapat pula pada akar anggrek yang disebut velamen. Salah satu fungsi epidermis ganda diperkirakan penyimpan air (Estiti.1995:67). Gambar 25. Jaringan Epidermis dan Modifikasinya. Sumber: (Adrian. 2015) 2) Jaringan Dasar (Parenkim) Sel parenkim merupakan bagian utama sistem jaringan dasar karena dapat dijumpai hampir di seluruh bagian tumbuhan. Parenkim ini sebagai jaringan sinambung seperti pada korteks dan empulur batang, korteks akar, serta jaringan dasar pada tangkai daun dan mesofil daun. Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar. Di samping itu, ada pula parenkim yang menjadi bagian dari jaringan pembuluh dan berkembang dari prokambiun, pada tubuh sekunder berkembang dari kambium pembuluh serta kambium gabus. Dikarenakan parenkim sel hidup, maka sel ini masih dapat membelah meskipun telah dewasa. Oleh karena itu, sel parenkim berperan penting dalam penyembuhan luka serta regenerasi tumbuhan (Estiti.1995:55). Pada saat dewasa, sel-sel parenkim memiliki dinding primer yang relatif tipis dan fleksibel, dan sebagian besar tidak memiliki dinding sekunder. Saat dewasa, sel-sel parenkim umumnya memiliki vakuola tengah yang besar. Diagram sel tumbuhan yang khas seringkali menggambarkan sel-sel parenkim karena mereka sebagian besar berperan dalam proses metabolik tumbuhan, yaitu mensintesis dan menyimpan berbagai produk organik. Misalnya, fotosintesis terjadi di dalam kloroplas-kloroplas sel parenkim pada daun. Sejumlah sel parekim pada batang dan akar memiliki plastida tidak berwarna yang menyimpan pati. Jaringan berdaging pada kebanyakan buah terutama tersusun atas sel-sel parenkim. Sebagian besar sel-sel parenkim mempertahankan kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi tipe-tipe sel tumbuhan yang lain dibawah kondisi tertentu misalnya penyembuhan luka (Campbell.2010:322). Gambar 26. Jaringan Parenkim Sumber : (Anonim, 2013) 3) Jaringan Penyokong (Penguat) Jaringan penyokong merupakan jaringan yang menguatkan tumbuhan berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan penyokon dibedakan menjadi jaringan kolenkim dan jaringan skerenkim. a) Jaringan Kolenkim Kolenkim terbentuk oleh sejumlah sel memanjang yang menyerupai sel prokambium dan berkembang dalam stadium awal promeristem. Sel kolenkim adalah sel hidup, bentuknya sedikit memanjang dan pada umumnya memiliki dinding yang tidak teratur penebalannya. Sel kolenkim hanya memiliki dinding primer, lunak, lentur tak terlignin. Sel kolenkim juga memiliki protoplas aktif yang mampu melenyapkan penebalan dinding bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel tersebut membentuk kambium gabus atau mengalami luka. Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta pada bagian bunga dan buah. Pada akar, kolenkim bisa dibentuk terutama apabila akar terkena cahaya. Tetapi, pada monokotil tidak dapat ditemukan kolenkim apabila skelerenkin dibentuk sejak tanaman muda (Estiti.1995:58). b) Jaringan Sklerenkim Sel sklerenkim lebih kaku daripada sel kolenkim. Selsel dewasa tidak dapat memanjang dan dapat ditemukan pada daerah-daerah yang telah berhenti tumbuh memanjang. Sel-sel sklerenkim sangat terspesialisasi sebagai pendukung sehingga kebanyakan sel-sel tersebut mati saat dewasa secara fungsional, namun mereka menghasilkan dinding sekunder sebelum protoplas (bagian sel yang hidup) mati. Dindingdinding yang kaku tersisa sabagai rangka yang mendukung tumbuhan. Terdapat dua tipe sel-sel sklerenkim, dikenal sebagai sklereid dan serat terspesialisasi seluruhnya untuk mendukung dan memperkuat tumbuhan. Sklereid, yang lebih pendek daripada serat dan berbentuk tidak teratur, memiliki dinding sekunder yang terlignifikasi dan sangat tebal. Skelereid menyebabkan kulit kenari dan selaput biji mengeras dan buah pir berstruktur pasir. Serat, yang biasanya tersusun dalam benang-benang, berukuran panjang, langsing, dan meruncing. Beberapa diantaranya dimanfaatkan secar komersial, misalnya serat rami (Campbell.2010:322). Gambar 27. Jaringan Kolenkim (Kanan) dan Jaringan Sklerenkim (Kiri) Sumber : (Biologipedia.2015) 4) Jaringan Pengangkut (Vaskuler) Pada tumbuhan berpembuluh, pengankutan air serta garam tanah ataupun hasil fotosintesis dilakukan oleh jaringan pembuluh yang terdiri dari dua kelompok sel yang asalnya sama, namun berbeda bentuk, struktur dinding, serta isi selnya. Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi ini terdiri dari xilem dan floem. a) Xilem Fungsi utama xilem adalah untuk mengangkut air dari tanah serta zat yang terlarut didalamnya. Xilem ini merupakan jaringan yang tersusun atas beberapa tipe sel yaitu berupa trakea, trakeid, serta unsur-unsur lain seperti serabut xilem dan parenkim xilem. Pembuluh xilem dan trakeid xilem merupakan bagian yang paling khas dan penting karena pembuluh sel mempunyai dinding sel tebal. Dinding tidak dalam lapisan seragam tetapi biasanya menebal dalam pola berbekas spiral. Bila telah berkembang sepenuhnya, dinding ujung pembuluh xilem melarut dan protoplasmanya mati dan membentuk tabung panjang. Trakeid berbeda dengan pembuluh karena sel-selnya tidak mempunyai berkas spiral dan ujungnya meruncing. Ujung-ujung meruncing ini saling menutupi dan saling berhubungkan dengan noktah-noktah. Pada tumbuhan berpembuluh, xilem tua akan berhenti berperan dalam pengangkutan dan hanya berfungsi memberi kekuatan kepada batang pokok tumbuhan yang tumbuh. Bila gelang tahunan batang pohon dihitung, maka yang dihitung adalah gelanggelang xilem (Kimball.1983:113). b) Floem Sel-sel pengangkut gula atau hasil fotosintesis ini tetap hidup saat dewasa secara fungsional. Pada tumbuhan vaskular tidak berbiji dan gimnospermae, gula dan nutrien-nutrien organik yang lain ditranspor melalui sel-sel yang panjang dan sempit, disebut sel tais (sieve cell). Pada floem angiospermae, nutrien-nutrien ini ditranspor melalui pembuluh tapis, yang terdiri dari rangkaian sel-sel yang disebut unsur pembuluh tapis. Unsur pembuluh tapis tidak memiliki nukleus, ribosom, vakuola yang jelas, dan unsur sitoskeletal. Reduksi isi sel ini memungkinkan nutrien-nutrien melewati sel dengan mudah. Dinding ujung diantara unsur-unsur pembuluh tapis, memiliki pori-pori yang memfasilitasi aliran cairan dari sel ke sel di sepanjang pembuluh tapis. Disamping setiap unsur pembuluh tapis terdapat sebuah sel non pengangkut yang disebut sel pendamping, yang terhubung dengan unsur pembuluh tapis oleh banyak saluran, disebut plasmodesmata. Nukleus dan ribosom dari sel pendamping tidak hanya berfungsi untuk sel itu sendiri, namun juga untuk unsur pembuluh tapis di sebelahnya. Pada beberapa tumbuhan, sel-sel pendamping pada daun juga membantu memuat gula ke dalam unsur pembuluh tapis, yang kemudian menstranspor gula ke bagian- bagian lain tumbuhan (Campbell.2010:323). Gambar 28. Jaringan Xilem (kanan) dan floem (kiri) Sumber : (Amarantine. 2011) 5) Jaringan Sekretories Jaringan sekretories dinamakan juga kelenjar internal karena senyawa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Yang dimaksud dengan sekresi adalah peristiwa pemisahan sejumlah zat dari protoplas atau isolasinya dalam sebagian protoplas. Zat yang disekresikan dapat berupa ion berlebih yang dipisahkan dalam bentuk garam, kelebihan hasil asimilasi yang dikeluarkan sebagai gula, ataupun senyawa yang merupakan hasil akhir atau bukan hasil akhir metabolisme, namun tidak dapat digunakan atau hanya separuh yang dapat digunakan secara fisiologis (alkaloid, tanin, terpen, harsa, bermacam kristal), dan mencangkup pula zat yang memiliki fungsi fisiologis sesudah disekresikan (enzim,hormon) (Estiti.1995:121). Penyusunan jaringan sekretoris yang penting adalah sebagai berikut: a) Sel Kelenjar Sel kelenjar berasal dari sel parenkim dasar yang mengalami diferensiasi dan mengandung berbagai senyawa hasil metabolisme. Sel kelenjar disebut idioblas kalau bentuknya berbeda dengan sel-sel disekitanya. Contohnya sel minyak dalam endosperm biji jarak (Ricinus sp.), biji kacang (Arachis sp.), kulit kayu manis (Cinnamon sp.), atau dalam rizoma jahe (Zingiber oficinale) (Pratiwi.2006:31). b) Saluran kelenjar Saluran kelenjar terdiri dari sekelompok sel yang berdinding tipis, dengan protoplas yang kental mengelilingi suatu ruang yang berisi senyawa yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut. Misalnya adalah saluran kelenjar pada daun jeruk (Citrus sp.), atau pada daun pinus. Senyawa yang dihasilkan ditimbun di dalam ruang penyimpan, misalnya minyak atsiri, lendir, getah, dan damar (Pratiwi.2006:31). c) Saluran getah Saluran getah terdiri dar sel-sel yang mengalami fusi membentuk suatu sistem jaringan yang menembus jaringanjaringan lain dalam tubuh. Sel-sel tersebut berisi getah. Contohnya pada beringin (Ficus sp.), Euphorbia, Cannabic, ketela rambat (Ipomoea sp.), dan karet (Hevea) (Pratiwi,dkk.2006:31). 1. Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan Sel-sel terdiferensiasi pada hewan tersusun menjadi jaringan. Setiap jaringan biasanya terdiri atas beberapa tipe sel terdiferensiasi. Macam jaringan berikut ini terdapat pada vertebrata (Kimbal.1983:110). a. Jaringan Epitelium Jaringan epitelium dibuat dari sel-sel memadat yang tersusun dalam lapisan pipih. Jaringan ini melapisi berbagai rongga dan tabung pada tubuh. Jaringan ini juga membentuk kulit yang membungkus tubuh. Jaringan epitel ini menjalankan berbagai fungsi, yang menandakan bahwa sel epitel selalu terdapat diantara massa sel dan rongga atau ruang. Epitelium ini melindungi jaringan dibawahnya terhadap kerusakan karena gesekan mekanis, radiasi ultraviolet, dan serangan bakteri (Kimball.1983:110). Berdasarkan bentuk dan jumlah lapisannya, epitelium dibedakan menjadi epitelium selapis dan epitelium berlapis. 1) Epitelium Selapis adalah epitelium yang sel-selnya hanya selapis, ada yang berbentuk pipih, seperti kubus, atau seperti batang (silindris). a) Epitelium Selapis Pipih (Squamous) bentuk sel-selnya pipih. Fungsinya sebagai jalan pertukaran zat dari luar ke dalam tubuh atau sebaliknya, misalnya terdapat pada dinding dalam kapiler darah dan dinding alveolus paru-paru. b) Epitelium Selapis Kuboid (Cuboidal) bentuknya seperti kubus atau seperti rumah tawon berbentuk poligonal, misalnya epitelium kubus pada permukaan ovarium dan kelenjar tiroid dan tubulus ginjal. c) Epitelium Selapis Batang (Silindris) bentuknya seperti batang. Epitel selapis silindris ini ada yang memiliki silia pada permukaannya dan dijumpai pada oviduk (saluran telur). Sedangkan yang tidak memiliki silia, contohnya pada dinding sebelah dalam usus dan kandung empedu. 2) Epitelium Berlapis Semu, sebenarnya tersusun atas selapis sel epitelium tetapi ketinggian sel yang menyusunnya tidak sama, sehingga terlihat seperti berlapis. Contoh epitelium berlapis semu dijumpai pada trakea. 3) Epitelium Berlapis, tersusun atas dua atau lebih lapisan sel. Sel pada lapisan paling dasar disebut sebagai sel basal dan terletak diatas membran basal. Diatas sel basal terdapat beberapa lapisan sel yang bentuknya pipih, kubus, atau batang, atau bentuk lain yang disebut sebagai epitelium transisional. a) Epitelium Berlapis Pipih, misalnya terdapat pada permukaan kulit, vagina, dan esofagus. Pada vagina dan esofagus, permukaan epitelnya selalu basah. b) Epitelium Berlapis Kubus, terdapat pada saluran kelenjar keringat, folikel ovarium yang sedang berkembang, dan kelenjar ludah. c) Epitelium Berlapis Batang (Silindris), terdapat pada permukaan uretra pria. d) Epitelium Transisional, terdapat pada kandung kemih. Bentuk sel epitelium tergantung pada derajat peregangan kandung kemih. Pada saat kandung kemih terisi urin, maka sel bagian basal berbentuk kuboid dan lapisan atas berbentuk pipih sampai kuboid. Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitelium dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan epitelium penutup dan jaringan epitelium kelenjar. 1) Jaringan Epitelium Penutup berperan melapisi permukaan tubuh dan jaringan lainnya. Jaringan ini terdapat pada permukaan tubuh, permukaan organ, melapisi rongga, atau merupakan lapisan di sebelah dalam dari saluran yang ada pada tubuh, misalnya dinding sebelah dalam saluran pencernaan dan pembuluh darah. 2) Jaringan Epitelium Kelenjar tersusun oleh sel-sel khusus yang mampu menghasilkan sekret atau getah cair. Getah cair ini berbeda dengan darah atau cairan antarsel. Berdasarkan cara kelenjar mensekresikan cairannya, kelenjar dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut: a) Kelenjar Eksokrin, merupakan kelenjar yang memiliki saluran pengeluaran untuk menyalurkan hasil sekresi, dapat berupa enzim, keringat, dan air ludah. b) Kelenjar Endokrin, merupakan kelenjar yang tidak memiliki saluran pengeluaran. Sekret yang dihasilkan langsung masuk pembuluh darah sehingga disebut juga kelenjar buntu. Sekret yang dihasilkan disebut hormon. Contoh kelejar endokrin adalah kelenjar tiroid, kelenjar paranoid, dan adrenalin (Istamar, 2004:84-85). Gambar 29. Macam-macam Jaringan Epitelium pada Hewan Sumber: (Saefudin. 2013). b. Jaringan Ikat Jaringan ikat berfungsi mengikat atau mempersatukan jaringan-jaringan menjadi organ dan berbagai organ menjadi sistem organ, menjadi selubung atau melindungi jaringan atau organ tubuh. Jaringan ikat terdiri atas serabut sebagai substansi dasar, sel-sel, dan beberapa cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler dan serabut substansi dasar, dikenal dengan matriks. Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan ikat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut : 1) Jaringan Ikat Longgar, memiliki ciri sel-selnya jarang dan sebagian jaringannya tersusun atas matriks. Matriksnya mengandung serabut kolagen elastis, misalnya fibroblas/fibrosit, sel plasma, makrofag, dan berbagai sel darah putih yang berada disekitar organ-organ pembungkus pembuluh darah dan saraf. Fungsi jaringan ini untuk pembungkus organorgan tubuh, pembuluh darah, dan saraf yaitu sebagai penyokong organ-organ. 2) Jaringan Ikat Padat, terbuat dari serabut kolagen yang berwarna putih. Jaringan ini bersifat fleksibel tetapi tidak elastis. Jaringan ini terdapat pada selaput urat, selaput pembungkus otot atau fasia, ligamen dan tendon. Fasia adalah jaringan pengikat berbentuk lembaran yang menyelimuti otot. Ligamen adalah jaringan pengikat berbentuk tali yang berperan sebagai penghubung antar tulang. Tendon adalah ujung otot yang melekat pada tulang. Fungsi jaringan pengikat ini untuk menghubungkan berbagai organ tubuh, seperti otot dengan tulang-tulang, dan tulang dengan tulang; selain itu, berperan dalam memberikan sokongan dan perlindungan terhadap organ tubuh (Slamet dan Sri, 2007:65). 3) Jaringan Ikat dengan sifat khusus terdiri atas jaringan tulang rawan (kartilago), jaringan tulang sejati (osteon), serta darah dan limfe. a) Jaringan Tulang Rawan (Kartilago) adalah spesialisasi dari jaringan ikat berserabut tebal dan matriks yang elastis. Tulang rawab bersifat kuat dan lentur. Penyusun jaringan rulang rawan adalah sel tulang rawan (kondrosit) yang terletak di dalam rongga kecil (lakuna). Lakuna terdapat di dalam matriks yang mengandung serabut. Fungsi jaringan ini sebagai rangka tubuh pada awal embrio, menunjang jaringan lunak dan organ dalam, serta melicinkan permukaan tulang dan sendi. Tulang rawan tidak memiliki saraf dan pembuluh darah. Berdasarkan kandungan matriksnya dibedakan menjadi 3 yaitu (1) Tulang Rawan Hialin yang mengandung serabut kolagen yang halus, berwarna bening kebiruan. Tulang rawan ini terdapat pada cakram epifisis, ujung tulang rusuk, dan permukaan tulang di daerah persendiaan. (2) Tulang Rawan Elastis mengandung serabut elastis dan kolagen, terdapat pada daun telinga, epiglotis, dan bronkiolus. (3) Tulang Rawan Fibrosa mengandung serabut kolagen yang padat dan kasar. Tulang rawan fibrosa terdapat pada simfisis pubis (pertemuan tulang kemaluan). b) Jaringan Tulang Sejati (Osteon) merupakan jaringan ikat yang mengandung mineral. Jaringan tulang sejati disusun oleh sel-sel tulang (osteosit). Osteosit berasal dari sel induk tulang atau osteoblas. Osteosit terletak dalam lakuna. Osteosit satu dengan yang lainnya saling berhubungan melalui kanalikuli. Osteosit tersusun dalam lapisan konsentris yang disebut lamela. Berdasarkan ada tidaknya rongga di dalamnya, tulang dibedakan menjadi 2 yaitu (1) Tulang Kompak, pada tulang ini terdapat sistem Havers yang merupakan unit penyusun tulang. Saluran Havers mengandung pembuluh darah dan saraf sebagai penyuplai nutrien untuk menghidupi tulang. (2) Tulang Bunga Karang, pada tulang ini tidak terdapat sistem Havers tetapi terdiri dari trabekula tulang yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Contoh tulang kompak dan tulang bunga karang dapat ditemukan pada tulang panjang. Kedua bonggol epifisis terdiri dari tulang bunga karang, bagian tengah merupakan tulang kompak (Istamar. 2004 : 91). Gambar 30. Macam-macam Jaringan Ikat pada Hewan Sumber: (Sulistia. 2016) 1) Jaringan Otot Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot. Kemampuan otot menggerakan berbagai organ tubuh disebabkan kemampuannya untuk berkontraksi. Hal tersebut karena sel-sel otot mengandung protein kontraksi yang memanjang dan mengandung serabut-serabut halus, disebut miofibril. Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : a) Jaringan Otot Polos, merupakan jaringan otot yang mempunyai struktur sel-sel berbentuk kumparan halus, yang masing-masing selnya memiliki inti berbentuk oval. Jaringan ini memiliki fibril-fibril yang homogen sehingga tampak polos. Otot polos terdapat pada dinding saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran darah, pembuluh getah bening, dan kulit. Gerakan otot polos tidak disadari disebut otot involunteer. Fungsi otot polos adalah memberikan gerakan diluar kemauan kita, misalnya gerakan makanan pada saluran pencernaan, mengatur diameter pembuluh darah, dan lainlain. b) Otot Lurik, disebut otot-otot rangka, sebab jaringan ini sebagian besar melekat pada rangka. Jaringan ini tersusun atas sel-sel otot yang disebut fibril. Sel-sel otot lurik memiliki banyak inti yang terletak dibagian pinggir, tampak gelap terang berselang-seling, melintang memanjang serabut otot lurik. Bila menerima rangsang, otot lurik akan merespon cepat, kecuali gerak refleks, karena gerakan otot ini sesuai kehendak kita (disadari), disebut otot volunteer. Fungsi menggerakan tulang dan melindungi rangka dari benturan benda lain. c) Otot Jantung hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Sel-selnya berinti satu. Otot jantung menyerupai otot lurik, yaitu menunjukkan adanya bagian gelap dan terang yang berselang-seling. Sel-sel yang berdampingan mengandung membran yang teranyam berfungsi sebagai jembatan penghubung disebut sinsitium. Kerja otot jantung tidak terkontrol oleh kesadaran dan bereaksi lambat terhadap rangsang. Fungsi otot jantung adalah apabila berkontraksi akan menimbulkan tenaga yang amat penting untuk memompa darah keluar jantung ( Slamet dan Sri. 2007:6263). Gambar 31.Macam-macam Jaringan Otot pada Hewan Sumber: (Sridianti. 2013) 2) Jaringan Saraf Jaringan saraf terutama terdiri atas neuron, yaitu sel-sel yang khusus untuk menghantar impuls saraf elektrokimia. Setiap neuron terdiri atas tubuh sel yang berisikan nukleus dua atau lebih persambungan seperti rambut. Sepanjang persambungan inilah, yang dalam beberapa hal dapat diperpanjang beberapa kaki, impuls saraf itu berjalan. Ujung-ujung sambungan ini bertemu dengan neuron-neuron lain atau macam jaringan lain, misalnya otot yang dirangsang oleh saraf. Otak dan tulang punggung manusia terutama terdiri dari jaringan syaraf. Tubuh sel hampir semua neuron kita didalamnya, Sabungan, terikat menjadi syaraf, meluas jauh dari otot dan tali tulang punggung ke seluruh bagian dalam tubuh (Kimball.1983:112). Berdasarkan pada cara neuron memindahkan rangsangan dan posisi yang ditempati neuron, dibedakan menjadi neuron sensori, neuron intermedier dan neuron motor. 1) Neuron Sensori (neuron aferen) Neuron sensori menyampaikan rangasangan dari organ penerima rangsang (reseptor) kepada sistem saraf pusat (otak dan sumsung tulang belakang). Badan sel neuron sensori bergerombol membentuk ganglion yang berlanjut ke sumsum tulang belakang. Akson neuron sensori membawa rangsangan menuju ke jaringan saraf pusat. 2) Neuron intermediet (interneuron) Neuron intermediet (interneuron) membentuk mata rantai dan terdapat didalam sistem saraf pusat. Neuron ini dirangsang oleh impuls dari neuron sensori atau dari neuron intermediet lain. Neuron intermediet terdapat hampir seluruh lintasan koordinasi saraf. Pada jaringan ini, impuls akan diteruskan ke neuron motor atau neruon intermediet lain. 3) Neuron motor (neuron eferen) Neuron motor (neuron eferen) berfungsi menghantarkan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan melakukan respons tubuh. Pada umumnya, neuron motor menerima impuls dari neuron intermediet. Akan tetapi, ada kalanya impuls ditransmisikan secara langsung dari neuron sensori ke meuron motor (Pratiwi.2006:46). Gambar 32. Jaringan Saraf pada Hewan Sumber: (Anonim. 2012) C. Penelitian yang relevan 1. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Lailatul Qomariah, Sri Endah Indriwati, dan Eko Sri Sulasmi (2014) yang berjudul ‘’Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan Ilmiah Untuk Meningkatkan Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan Proses Peserta Didik Kelas X MIA 4 SMAN 3 Malang pada Materi Kingdom Animalia’’ menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik ranah pengetahuan yang ditandai dengan meningkatnya ketuntasan klasikal peserta didik sebesar 16,22. 2. Hasil Penelitian yang dilaksanakan Idha Rakhmawati (2014) yang berjudul ‘’Penerapan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Biologi di Kelas XI IIS 3 SMA N Jayaloka Tahun Pelajaran 2014/2015’’ menunjukkan bahwa respon motivasi siswa terhadap pelajaran tergolong baik yaitu aspek attention (perhatian), relevance (relevansi), convidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan) berturut-turut yaitu 3,72; 3,72; 3,60, dan 3,92. Perolehan tes hasil belajar menunjukkan bahwa ketuntasan siswa mencapai ketuntasan 96,15%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran biologi yang menerapkan pendekatan saintifik pada kelas XI IIS 3 dapat dilaksanakan dengan baik dan mampu meningkatkan minat, memotivasi dan hasil belajar. D. Kerangka Pikir TINDAKAN PERMASALAHAN Motivasi belajar siswa masih rendah ditunjukkan dengan perolehan skor pada indikator : 1. dorongan dan kebutuhan belajar skor 48,69 (rendah); 2. kegiatan belajar yang menarik skor 49,45 (rendah); 3. lingkungan belajar yang kondusif skor 50 (rendah); 4. hasrat ataupun keinginan untuk berhasil skor 46,37 (rendah), 5. harapan atau citacita terhadap masa depan skor 49,56 (rendah). Hasil belajar siswa masih rendah dengan nilai rata-rata pretest siswa kelas X APTR 2 yakni sebesar 37,39 belum mencapai KKM yaitu 75. Belum adanya strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi sel dan jaringan makhluk hidup. Pendekatan saintifik (Scientifict approach), meliputi 5M = 1. Mengamati objek secara langsung berupa gambar struktur sel, video jaringan, dan demonstrasi. 2. Menanya, rasa ingin tahu siswa terhadap objek pengamatan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan 3. Mengumpulkan data, dengan eksplorasi ataupun eksperimen 4. Menganalisis data yang diperoleh 5. Mengkomunikasikan, menyampaikan hasil analisis / diskusi, dapat berupa lisan ataupun tulisan HASIL SESUAI DENGAN SILABUS Motivasi belajar siswa meningkat pada aspek-aspek sebagai berikut : 1. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif Hasil belajar siswa meningkat pada aspek kognitif sebagai berikut : 1. Mengingat (C1) terkait struktur sel prokariotik dan sel eukariotik, struktur jaringan pada tumbuhan, struktur jaringan pada hewan 2. Memahami (C2 Struktur sel hewan dan sel tumbuhan, fungsi organel sel tumbuhan dan sel hewan, penampang melintang daun dan batang tumbuhan, jaringan pembentuk organ pada hewan, 3. Menerapkan (C3), Pengamatan sel epitel pipi dan umbi lapis bawang merah dengan menggunakan mikroskop, penerapan proses diffusi dan osmosis dengan menggunakan umbi kentang dan teh celup, letak jaringan epidermis, korteks, dan stele pada batang tumbuhan, pengamatan mikroskopis berbagai jaringan tumbuhan, dan menggambarkan berbagai macam jaringan pada hewan 4. Menganalisis (C4), Analisis struktur fungsi sel, dan aktivitas sel, karakteristik jaringan tumbuhan berdasarkan bentuk sel penyusun dan fungsinya, perbedaan jaringan penyusun akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil E. Hipotesis Tindakan 1. Motivasi belajar siswa pada materi sel dan jaringan makhluk hidup kelas X di SMK Negeri 1 Pandak tahun pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui pendekatan saintifik selama 2 siklus. 2. Hasil belajar kognitif siswa pada materi sel dan jaringan makhluk hidup kelas X di SMK Negeri 1 Pandak tahun pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui pendekatan saintifik selama 2 siklus.