Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang Popi Radyuli Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia e-mail : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) perbedaan hasil belajar PKN yang diajarkan dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKN yang diajar dengan model konvensional, (2) perbedaan hasil belajar PKN siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial yang diajarkan dengan model konvensioanal, (3) perbedaan hasil belajar PKN siswa yang mempunyai gaya belajar visual diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual diajar dengan model konvensional , (4) perbedaan hasil belajar PKN siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik diajar dengan model konvensional, (5) Interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar terhadap hasil belajar. Penelitian ini adalah quasi experiment. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Padang tahun pelajaran 2014/2015. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Kelas VII.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol. Analisis data dilakukan melalui tes hasil belajar dan angket gaya belajar yang dianalisis dengan uji-t dan Anova. Hasil penelitian mengungkapkan (1) Hasil belajar PKN yang menggunakan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar yang diajar dengan model konvensional. (2) Hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajar dengan menggunakan model Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditorial diajar dengan model konvensional. (3) Hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajar dengan model konvensional. (4) Hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model konvensional, (5) Tidak terdapat interaksi antara model Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN, artinya model Jigsaw diterima untuk semua kalangan siswa. Kata Kunci: Pembelajaran, Gaya Belajar, Cooperative Learning, Tipe JIGSAW 1. Pendahuluan Proses pendidikan melibatkan banyak komponen antara lain guru, siswa, kurikulum, metode, strategi, media, sarana dan prasarana dan lain-lain. Seluruh aspek ini harus terintegrasi dan saling mendukung satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Setiap proses pembelajaran dilakukan di sekolah, memiliki tujuan tertentu, sebagaimana yang tercantum dalam panduan KTSP bahwa tujuan pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pencapaian tujuan pendidikan ini dapat diusahakan melalui tujuan mata pelajaran yang hendak dicapai. Seorang guru memegang peranan penting dalam merancang pembelajaran untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena guru merupakan sumber pengetahuan yang akan menyajikan materi pelajaran, oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka guru diharapkan menjadi guru yang profesional baik secara akademik maupun non akademik. Guru harus menemukan alternatif yang harus diambil dalam proses belajar mengajar guna tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. 43 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 Berdasarkan observasi awal tanggal 5 Oktober 2014 yang penulis lakukan di SMPN 20 Padang, menunjukkan bahwa siswa mempunyai beberapa kesulitan dalam mempelajari PKn. Hal ini dilihat dari rendahnya nilai hasil belajar PKn yang diperoleh dari hasil pengamatan awal di SMPN 20 Padang. Berikut nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran PKn semester ganji kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 Tabel 1. Nilai Rata rata Ulangan Harian PKn Siswa Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelas Jumlah Tuntas Tidak tuntas Rata-rata siswa Orang % orang % VIII.1 32 24 75,00 8 25,00 73,20 VIII.2 26 14 53,85 12 46,15 71,28 VIII.3 27 11 40,74 16 59,26 70 VIII.4 26 13 50,00 13 50,00 71 jumlah 111 62 57,66 49 44,14 Sumber: Guru Mata Pelajaran PKn Kelas VIII Semester Ganjil Dari data di atas dapat dilihat rata-rata nilai ulangan harian PKn siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Hasil ini menggambarkan rendahnya hasil belajar PKn siswa terlihat hanya 57,66% yang tuntas, selebihnya 44,14% belum tuntas karena belum mencapai standar minimal yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan awal pada bulan Oktober 2014 yang dilakukan dengan memperhatikan RPP dan wawancara dengan murid di SMPN 20 Padang diperoleh informasi mengenai metode yang sering digunakan guru dalam pembelajaran PKn antara lain metode ceramah, pemberian tugas dan diskusi. Selama ini aktivitas belajar siswa kurang aktif, hanya beberapa siswa yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran PKn. Ketika guru mengajukan pertanyan kepada siswa, hanya beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat. Hal ini diduga karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik sehingga siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran. Pada saat guru mengajar, guru lebih dominan berkomunikasi kepada siswa, sehingga keterampilan siswa dalam komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa sangat sedikit, siswa jarang diberikan kesempatan untuk mengolah informasi yang dia peroleh dari pengalaman yang diperolehnya, siswa jarang diberikan kesempatan mengembangkan sikap kerja sama dan gotong royong dengan sesama teman dan pembelajaran yang dilakukan siswa tidak menjadi lebih bermakna karena guru lebih banyak menguasai proses pembelajaran. Begitu juga pada waktu pelaksanaan diskusi kelompok, tidak banyak siswa yang aktif meskipun mereka sudah dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa. Pada saat pelaksanaan diskusi, apa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan diskusi tidak maksimal. Dari 4-5 orang siswa dalam satu kelompok, hanya 2-3 orang siswa yang aktif. Peran guru pada saat berlangsungnya diskusi tidak maksimal. Gaya belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan gaya berlajar yang sesuai dengan siswa dan model pembelajaran guru yang tepat di kelas dapat mempengaruhi siswa untuk lebih bersemangat belajar di kelas. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana siswa menangkap dan menyerap informasi terhadap materi belajar. Yaitu tipe belajar visual, audiotorial, dan kinestetik (Dalyono, 2010:237). Gaya belajar yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Ada yang menyukai belajar dengan cara mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatatnya di buku catatan, dan ada juga yang menyukai gaya belajar dengan cara mendengarkan dan tidak suka mencatat (gaya belajar auditorial). Selain itu ada yang lebih suka mendengarkan suara guru saat menjelaskan di depan kelas dengan menggunakan alat peraga (gaya belajar visual), tetapi ada juga belajar yang lebih senang melalui praktek langsung (gaya belajar kinestetik). Penerapan pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu dengan tipe Jigsaw. Dalam tipe Jigsaw ini menuntut adanya keterlibatan semua anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki keunggulan, yaitu dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap 44 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun alasan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw karena pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Selain itu, yang menonjol dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah adanya kerja sama dalam kelompok untuk mempelajari atau memahami suatu materi atau tugas yang berbeda. Metode kooperatif tipe jigsaw ini pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi lebih bermakna, mengembangkan sikap kerjasama dan gotong royong, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di atas dan kendala yang ditemui di kelas VIII di SMP Negeri 20 Padang dalam pembelajaran PKn, maka pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini cocok diterapkan, karena pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini melatih siswa untuk bertanggungjawab terhadap materi yang dipelajari dan saling bekerja sama antara yang satu dengan yang lain. Sehingga siswa akan lebih serius dalam belajar. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk yang beranggota 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang beragam, dan kelompok asal ini merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok yang terdiri dari anggato kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari topik tertentu dan kemudian menjelaskannya kepada kelompok asal. Nana (2002: 22), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Nasrun (2002: 16) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pembelajaran yang disajikan kepada mereka. Pengertian Cooperative Learning telah banyak diartikan oleh para ahli seperti Etin (2007: 4) yang mengartikan “Cooperative Learning sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri”. Rusman (2010:203) mendefinisikan “pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”. Silberman (2010:178) menjelaskan bahwa “pembelajaran jigsaw sama dengan pertukaran antar kelompok, dengan satu perbedaan utama yaitu setiap peserta mengajarkan sesuatu. Alternatif ini menarik bila ada materi yang harus dipelajari, yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen kecil, dan tidak ada pada bagian segmen tersebut yang harus diajarkan lebih dahulu dari bagian segmen yang lain. Setiap peserta mempelajari suatu hal, yang jika dikombinasikan dengan materi yang dipelajari oleh peserta lain, maka terbentuklah pengetahuan yang saling berkaitan. Silberman (2010:178) mengatakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari : 1) Pilihlah meteri pembelajaran yang dapat dipecah menjadi beberapa segmen. Sebuah segmen boleh singkat seperti satu kalimat atau mungkin panjang beberapa halaman, 2) Hitunglah jumlah segmen pembelajaran dan jumlah peserta. Dengan cara yang sama, berikan tugas yang berbeda kepada kelompok yang berbeda pula. 3) Setelah sesi untuk mempelajari segmen materi tersebut selesai, buatlah sub kelompok pembelajaran kooperatif. Setiap sub kelompok mempunyai perwakilan dari setiap kelompok belajar di kelas. 4) Mintalah para anggota kelompok pembelajaran kooperatif untuk mengajari satu sama lain tentang segmen yang telah mereka pelajari. 5) Pastikan kembali keseluruh kelompok me-reviw dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada untuk memastikan pemahaman yang tepat. Sunyanto (2013: 130), metode ceramah digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa di kelas, dimana pada umumnya siswa hanya mengikuti secara satu arah. 45 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 Suprihatiningrum (2013: 286), metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh guru. Metode ini adalah cara menyampaikan materi secara lisan satu arah dari guru ke siswa. Pada umumnya siswa pasif menerima penjelasan dari guru. DePorter dan Hernacki (2001: 10) menyatakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi dan mengolah informasi tersebut menjadi bermakna. Sharone (2012:40), Gaya belajar yang dimiliki setiap pelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga macam gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu: 1) gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca, 2) Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius, dan 3) Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian Quasy Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh kelas VIII di SMP Negeri 20 Padang tahun pelajaran 2014/2015. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja dengan mempertimbangkan tertentu yaitu nilai rata-rata siswa. penggunaan model cooperative learning tipe Jigsaw yaitu kelas VIII.2 dan pengggunaan model konvensional kelas VIII.4. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deksriptif dan analisis induktif. Variabel yang dideskripsikan adalah semua variabel yang diteliti. Untuk variabel hasil belajar dideskriptifkan dengan cara menghitung mean, median, modus, nilai maksimal, nilai minimal, standar deviasi, dan koefisien varians. Untuk analisis induktif terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogentas. Kemudian dilakukan uhi hipotesis dengan Anova dua arah. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan tujuan penelitian, seperti yang telah dipaparkan pada Bab I berikut akan disajikan empat pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis Pertama, adapun tujuan uji hipotesis pertama penelitian ini untuk mengetahui pengaruh hasil belajar PKn yang diajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional. Berdasarkan hasil perhitunga hipotesis pertama diperoleh thitung = 4,8074 dan ttabel = 2,00665 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hipotesis Kedua, hasil belajar PKn siswa yang mempunyai gaya belajar ouditorial yang diajar dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar PKn siswa yang mempunyai gaya belajar ouditrorial yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan hipotesis kedua, diperoleh t hitung = 2,4037 dan ttabel = 2,03452 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar auditorial yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar auditorial yang diajar melalui model pembelajaran konvensional. Hipotesis ketiga, hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pehitungan hipotesis ketiga, diperoleh thitung = 2,5892 dan ttabel = 2,10982 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe 46 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar melalui model pembelajaran konvensional. Hipotesis keempat, hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan hipotesis keempat, diperoleh thitung = 3,3563 dan ttabel = 2,14479 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar melalui model pembelajaran konvensional. Hipotesis kelima, adapun tujuan uji hipotesis kelima ini untuk mengetahui interaksi antara gaya belajar siswa dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar PKn siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang. Berdasarkan penilaian, diperoleh bahwa hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditorial, gaya belajar visual maupun gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw cenderung meningkat. Peningkatan nilai siswa ini menunjukkan bahwa model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Padang. Untuk memudahkan melihat hasil perhitungan ANAVA Two Way perhatikan tabel berikut Source Corrected Model Intercept Kelompok Gaya_belajar Tabel 2. Perhitungan ANAVA Two Way Type III Sum of Mean Squares Df Square 2305,112(a) 5 339202,433 1 1754,419 1 424,668 2 212,334 2 33,894 46 52 51 71,064 Kelompok * 67,789 Gaya_belajar Error 3268,946 Total 358345,000 Corrected Total 5574,058 a R Squared = ,414 (Adjusted R Squared = ,350) 461,022 339202, 433 1754,41 9 F 6,48 7 4773 ,194 24,6 88 2,98 8 ,477 Sig. ,000 ,000 ,000 ,060 ,624 Berdasarkan tabel 18 di atas dapat disimpulkan bahwa dari analisis data tentang interaksi penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil belajar adalah berbeda secara signifikan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Uji F, diperoleh Fhitung 0,477 dan Ftabel = 3,17 pada taraf signifikan 0,624 lebih besar dari 0,05 maka Fhitung lebih kecil dari Ftabel artinya tidak terjadi interaksi antara penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil berlajar. Untuk lebih jelasnya interaksi yang terjadi antara hasil belajar siswa dengan gaya belajar dapat dilihat pada gambar 6. 47 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 Estimated Marginal Means of Hasil_Belajar 95.00 Kelompok 1,00 Estimated Marginal Means 90.00 2,00 85.00 80.00 75.00 70.00 oudiotorial visual kinestetik Gaya_belajar __ Gambar 1. Diagram interaksi Ordinal model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar 4. PEMBAHASAN Temuan dimana, dimana hasil pengujian menunjukkan hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model konvensional. Artinya, siswa yang diberi perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan lebih baik hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakukan dengan model pembelajaran konvensional. Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam belajar dapat membantu siswa dalam memahami konsep PKn yang dipelajari, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran yang inovatif ternyata salah satu model pembelajaran Lebih unggul daripada model pembelajaran yang lain dan salah satunya adalah model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Pada model Cooperative Learning tipe Jigsaw ini pembelajaran difokuskan pada siswa dan perbedaaanya dengan model konvensional adalah hanya pada penyajian kepada siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyono (1999:122) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap individu dan pengembangan keterampilan. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw seperti yang dikemukakan oleh Nur (2005: 26) kelebihan model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah (1) meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, (2) siswa tidak hanya memberikan materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain sehingga pengetahuannya jadi bertambah. (3) menerima keragamanan dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam hubungan dengan belajar. (4) meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Berdasarkan pada yang telah dikemukakan di atas, dan dihubungkan dengan penelitian ini, dapat dimabil kesimpulan siswa yang diajarkan dengan mdoel pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang dijarkan dengan konvensional. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw merangsang siswa untuk berpikir secara kritis dan analisis, dengan model pembelajaran ini lebih hidup dan siswa tergaya untuk berpikir dan 48 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 bekerja lebih giat agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Gaya belajar auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Karakter perwatakan orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran. Kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung. Ketiga, memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Dalam menyerap informasi umumnya orang bergaya belajar auditorial menerapkan strategi pendengaran yang kuat dengan suara dan ungkapan yang berciri pendengaran. Strategi auditorial menurunkan aktivitas berciri ungkapan suara atau pendengaran seperti membaca sebuah informasi keras-keras dengan cara dramatis. Dengan mengenal ciri-ciri siswa auditorial di kelas akan memberikan pedoman pada guru untuk memilih strategi pembelajaran yang memberikan variasi yang bersifat auditorial. Untuk pembelajaran fisika, guru dapat menjelaskan penerapan hukum atau prinsip hasil ilustrasi dari langkah-langkah fisika yang panjang serta merangkumnya dalam bentuk prosedur dan merekam lalu kemudian menyuarakannya. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar visual yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Menurut Hamzah (2008:181) mengemukakan Gaya belajar visual (Visual Learners), ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. pertama, kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya. Kedua, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna. Ketiga, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Keempat, memiliki kesulitan dalam dialog secara langsung. Kelima, terlalu reaktif terhadap suara. Keenam, sulit mengikuti anjuran secara lisan, dan ketujuh seringkali salah menginterprestasikan kata atau ucapan. Umumnya orang bergaya visual dalam menyerap informasi menerapkan strategi visual yang kuat dengan gambar dan ungkapan yang berciri visual. Strategi visual menurunkan aktivitas berciri ungkapan visual seperti menggunakan peta konsep untuk menyatakan gagasan atau menggambar sebuah sketsa, atau membuat charta, grafik, atau diagram. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar kinestetik yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Smaldino (2012:40), gaya belajar yang dimiliki setiap pelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri. Anak yang mempunyai gaya belajar kinerstetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yng bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Uji anava yang dilakukan pada hipotesis keempat mengenai interaksi model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar ditemukan Fhitung< Ftabel. Ini berarti tidak terdapat interaksi antara model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar dalam meningkatkan hasil belajar PKN. Artinya penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw tidak bergantung pada gaya belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Gaya belajar ouditorial maupun visual tidak terlalu menentukan hasil belajarnya. Disini yang penting adalah keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan 49 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 mengikutinya dengan baik akan lebih berhasil bila dibandingkan siswa yang kurang mengikuti dan tidak mendapatkan pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Siswa dengan gaya ouditorial diajar dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkat hasil belajar, begitu juga dengan siswa yang bergaya visual. Hal ini menunjukkan bahwa model Cooperative Learning tipe Jigsaw cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran PKn berpengaruh secara sitematika terhadap hasil belajar siswa pada level gaya apapun baik gaya ouditorial maupun gaya visual. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw yang dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami konsep-konsep PKn. 5. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan gaya belajar siswa diperoleh kesimpulan sebagai berikut a. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model konvensional. b. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajar dengan menggunakan model konvensional. c. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar visual yang diajar menggunakan model konvensional. d. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar kinestetik yang diajar menggunakan model konvensional. e. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar PKn. Berdasarkan pada temuan yang diperoleh selama penelitian dapat dikemukakan beberapa saran: a. Bagi guru PKn pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, karena mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan serta menghindari kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. b. Bagi guru PKn maupun peneliti yang akan menerapkan pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw agar membuat perencanaan yang matang tentang apa yang akan dilakukan oleh siswa dan memperhatikan pembagian waktu ketika melaksanakan pembelajaran. c. Kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti model pembelajaran Cooperative Learning lainnya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan hasil penelitian nantinya dapat memberikan kontribusi dalam perbaikan kualitas pembelajaran pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya melalui penerapan pembelajaran inovatif lainnya d. Kepada sekolah disarankan agar hasil penelitian ini dijadikan rujukan dalam mengembangkan model pembelajaran di sekolah yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif. Referensi [1] Bobby De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie. 2001. Quantum Teaching. Bandung Kaifa. [2] Dalyono. 2010. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta [3] Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. 50 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal. 43-51 Copyright©2015 by LPPM UPI YPTK Padang ISSN : 2355-9977 [4] Jamil Suprihatiningrum. 2013. Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi. Jogyakarta: ArRuzz Media [5] Mulyono Abdurahman. 1999. Pendidikan Bagi anak Berksesulitan Belajar. Jakarta Rineka Cipta [6] Nana Sudjana. 2002. Penilaian Proses Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja: Rosda Karya. [7] Nasrun Harahap dkk. 2002. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan Bintang [8] Nur Asma. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas [9]Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers. [10] Sharone. Smadino. 2012. Instructional Technology and Media for Learning. Deborah L.Lowther, James D Russell. [11] Silberman, Melvin L. 2010. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani [12] Sunyanto dan Asep Djihad. 2013 Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo 51