pemberian dan penyimpanan asi di ruangan

advertisement
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEMBERIAN DAN PENYIMPANAN ASI
DI RUANGAN KEBIDANAN RSUDPADANG
Oleh :
KELOMPOK C13
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN (NERS) MATERNITAS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik / masalah
: Pemberian dan Penyimpanan ASI
2. Tempat
: Ruangan Kebidanan RSUD Padang
3. Hari/Tanggal
: Sabtu, 04 Januari 2014
4. Waktu
: 09.00 – 09.30 WIB
5. Sasaran
: 5 Orang Ibu Post Partum
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung
nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.ASI adalah sebuah cairan ciptaan
Allah yang sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zatzat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk
paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda dan sangat kaya akan sari-sari makanan
yang
mempercepat
pertumbuhan
sel-sel
otak
serta
perkembangan
sistem
saraf.Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0-6
bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi
(pengobatan penyakit), (Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB
Kabupaten Grobogan, 2011).
Menyusui merupakan cara yang optimal dalam memberikan nutrisi, mengasuh
bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama,
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga
tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat menunjukan bahwa pemberian
ASI bagi bayi sangat penting (Varney, 2007).
Survey kesehatan demografi WHO (2000), menemukan bahwa pemberian ASI
eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika Tengah dan Utara,
Asia dan Amerika Latin. Oleh kerena itu, WHO menganjurkan agar bayi diberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebab terbukti bahwa menyusu eksklusif selama
6 bulan menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya dibandingkan
menyusu selama 4 bulan. Sekitar ±15% bayi diseluruh dunia diberi ASIeksklusif
selama 4 bulan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak
aman sehingga menyebabkan ±1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan
yang tidak benar.
Di Indonesia diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata
mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya
secara penuh tanpa makanan tambahan, selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan selama tiga bulan pertama.Keberhasilan menyusui harus diawali dengan
kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum
sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI
berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut.
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktorfaktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik
rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan
medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini,
kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Hasselquist, 2006).
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibumengapa keliru dalam pemanfaatan
ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang,
kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu
bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI
dan tidak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki
pengetahuan tentang manfaat ASI .
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai
masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana,
seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan
puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh
seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam
menyusui.Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh
besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau
kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan.Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui
yang benar (Soetjingsih, 1997).
Berdasarkan survey awal kelompok dari tanggal 30-31 Desember 2013di
ruangan kebidanan RSUD Padang, ditemukan 3 dari 5 ibu post partum masih belum
mengerti tentang pemberian dan penyimpanan ASI.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu primipara dengan pengalamannya yang
sedikit membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk dapat menyusui dengan benar.
Kemudian ibu dengan multipara kurang terpapar dengan sumber informasi. Dengan
demikian, maka kelompok tertarik untuk memberikan informasi melalui penyuluhan
kesehatan tentang “Pemberian dan Penyimpanan ASI” kepada ibu post partum agar
dapat menyusui dan menyimpan ASI dengan benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhandiharapkan pasien dapat memahami konsep tentang
Pemberian dan Penyimpanan ASI
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pesertadapat:
a. Menyebutkan pengertian ASI
b. Menyebutkan manfaat ASI
c. Menyebutkan efek samping bila bayi tidak diberi ASI
d. Menyebutkan dan mendemonstrasikan teknik menyusui yang baik
e. Menyebutkan cara penyimpanan ASI
C. Pokok Bahasan
Pemberian dan Penyimpanan ASI
D. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian ASI
2. Manfaat ASI
3. Efek samping bila bayi tidak diberi ASI
4. Teknik menyusui
5. Cara menyimpan ASI
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Mempraktekkan
F. Media dan Alat
1. Laptop
2. Infokus
3. Phantom bayi
4. Phantom ibu
5. Botol penyimpan ASI
6. Pompa ASI/ pompa susu
G. Materi
: Terlampir
H. Pengorganisasian
Moderator
: Firda Damba Wahyuni, S. Kep
Penyaji
: Nola Asril S. Kep
Observer
: Rorilawati Nasril, S.Kep
Fasilitator
: Maya Syafni, S.Kep
Maharani, Z., S.Kep
Vivi Oktasari, S.Kep
Andina Ariesta, S.Kep
Almira Ghandi, S. Kep
Asnel Sartika, S.Kep
Sri Mardiah, S. Kep
I.
Uraian Tugas
1. Moderator
 Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan
 Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
 Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan dengan audien
 Menyampaikan kontrak waktu
 Merangkum semua audien sesuai kontrak
 Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi
2. Penyaji
 Bertangung jawab memberikan penyuluhan
 Memahami topik penyuluhan
 Mengexplore pengetahuan audien tentang pnemonia
 Menjelaskan pnemonia sesuai bahasa uang dipahami audiens
 Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif audien
3. Fasilitator
 Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di awal acara.
 Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode pada moderator jika
ada ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
 Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam mengajukan
pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
 Membagikan leaflet di akhir acara.
4. Observer
 Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target
 Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
 Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP
J.
Setting Tempat
Keterangan:
= Moderator
= Penyaji
= Audience/peserta
= Observer
= Fasilitator
= Pembimbing
K. Kegiatan Penyuluhan
No
1.
Waktu
5 menit
Kegiatan pengajar
Kegiatan peserta
Pembukaan
a. Mengucapkan salam
a. Memperhatikan
b. Memperkenalkan anggota kelompok dan
b. Memperhatikan
pembimbing
c. Menjelaskan topik penyuluhan
c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan
d. Memperhatikan
e. Membuat kontrak waktu dan meminta
e. Memperhatikan
kerja sama dengan audiens
2.
20 menit
Pelaksanaan
a. Menggali pengetahuan klien tentang
a. Menjelaskan
pengertian ASI
b. Memberi
reinforcementpositif
pada
b. Memperhatikan
peserta yang menjelaskan
c. Menjelaskan pengertian ASI
c. Mendengarkan
danmemperhatikan
d. Menggali pengetahuan klien tentang cara
d. Menjelaskan
pemberian ASI
e. Memberi reinforcement positif pada
peserta yang menjelaskan
f. Menjelaskan cara pemberian ASI
e. Mendengarkan
danmemperhatikan
f. Mendengarkan
Memperhatikan
g. Menggali pengetahuan peserta tentang
g. Menjelaskan
dan
cara penyimpanan ASI
h. Memberi reinforcement positif pada
h. Mendengarkan
peserta yang menjelaskan
i. Menjelaskan tentang cara penyimpanan
i. Mendengarkan
ASI
j. Memberi kesempatan pada pasien untuk
dan
memperhatikan
j. Mempraktekkan
mempraktekkan teknik menyusui
k. Memberi kesempatan pada peserta untuk
k. Mengajukan
bertanya
l. Memberikan reinforcement positif pada
pertanyaan
l. Mendengarkan
peserta yang bertanya
m. Memberikan kesempatan pada peserta
m. Menjelaskan
lainpeserta yang lain untuk memberikan
pendapat
n. Melengkapi jawaban peserta
3.
5 menit
n. Mendengarkan
Penutup
a. Mengevaluasi atau menanyakan kembali a. Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan pada
peserta
b. Memperhatikan
b. Menyimpulkan kembali materi yang
telah disampaikan
c. Memperhatikan
c. Memberikan motivasi kepada pasien
agar selalu
d. Menjawab salam
d. Memberi salam penutup
L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diharapkan mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Diharapkan tempat dan media serta alat sesuai rencana
c. Diharapkan mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Diharapkan peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Diharapkan waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
d. Diharapkan sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan
sampai selesai
e. Diharapkan sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan
berjalan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. 65% peserta mammpu menyebutkan pengertian ASI eksklusif
b. 65% peserta mampu menyebutkanteknik pemberian ASI
c. 65% peserta mampu menjelaskan cara penyimpanan ASI
d. 60% peserta mampu mempraktekkan teknik pemberian ASI
ASI EKSKLUSIF
A. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih sampai bayi berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi secara murni (tanpa
makanan tambahan lain atau pengganti air susu ibu) sejak bayi lahir sampai usia bayi 6
bulan.
B. KEUNTUNGAN ASI
1. Manfaat untuk bayi
a. Bayi mendapat kekebalan untuk melindunginya dari banyak penyakit dan
infeksi.
b. Bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernafasan atas.
c. Bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lainnya.
d. Bayi memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk menderita penyakit cancer
tertentu.
e. Bayi lebih jarang mengalami alergi.
2. Manfaat untuk ibu
a. Meningkatkan
hormon
yang
berperan
mengurangi
perdarahan
setelah
melahirkan karena rahim akan segera mengecil
b. Mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara dan kanker indung telur
c. Membantu mencapai berat badan sebelum hamil
d. Membantu meningkatkan mineralisasi tulang pasca persalinan dan mengurangi
resiko patah tulang panggul pada masa menapouse kelak. Makin lama meneteki
makan rendah resiko terjadinya patah tulang
e. Sebagai alat kontrasepsi alamiah, asalkan belum datang haid, sedikitnya
meneteki 2-3 kali semalam dan 4 kali atau lebih disiang hari tanpa diselingi susu
formula
f. Hubungan suami istri lebih cepat kembali seperti sebelum hamil karena rahim
lebih cepat kembali keposisi semula.
g. Meningkatkan ikatan antara ibu dan anak
C. Bayi yang diberi susu formula sangat rentan terhadap penyakit-penyakit di
bawah ini :
1. Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret)
2. Infeksi saluran pernafasan
3. Meningkatkan resiko alergi
4. Meningkatka resiko serangan asma
5. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif
6. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)
7. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah
8. Meningkatkan resiko kencing manis
9. Meningkatkan resiko kanker pada anak
10. Meningktakan resiko penyakit menahun
11. Meningkatkan kurang gizi
12. Meningkatkan resiko kematian
Mengapa susu formula berbahaya
Susu formula dianggap berbahaya karena alasan-alasan di bawah ini :
1. Menurut Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku: The Miracle of Enzyme (Keajaiban
Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama.
Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung
mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang
diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat.
Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna.
Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan enzim induk
yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan
tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak
dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena
osteoporosis.
2. Ahli kimia Dr Chris Exley, yang memimpin studi di Keele University,
Staffordshire, mengatakan: Kadar tinggi alumunium dalam susu formula
sebenarnya cukup berbahaya sebab berkaitan erat dengan kerusakan syaraf, tulang,
hingga potensi demensia pada kehidupan di kecil di masa depan
3. Dari member milis yang lain, yang pernah bekerja di perusahaan susu, ada 7 point
yang lebih komprehensif berikut :

Susu formula adalah susu sapi yang sampai kapanpun tidak akan pernah sama
dengan ASI.

Susu formula yang tagline-nya kaya akan AA, DHA, kolin, dll yang fungsinya
untuk otak, itu adalah semuanya premix atau bahan kimia sintetis & bukan
alami. Sebagaimana kita tahu bahan kimia sintetis/buatan yang bila diberikan
dalam jangka panjang akan memberikan efek samping yang dikhawatirkan akan
merugikan.

Gula pada susu formula mayoritas berupa sukrosa (dengan jumlah yang sangat
tinggi di salah satu susu formula). Ada juga susu formula yang klaimnya tidak
mengandung gula, tetapi gula karbohidrat berupa laktosa yang mirip dengan
ASI. Namun, sampai kapanpun tidak akan pernah ada produsen yang dapat
membuat gula persis dengan ASI. Gula tambahan itu yang akan menjadi bahan
aditif, sehingga bayi ketergantungan pada susu formula karena rasanya yang
manis. Gula itu juga bersamaan akan mengganggu kerja organ ginjal bayi
sehingga lebih berat untuk mencerna gula atau disebut Renal Salute Load (RSL).

Kasein pada susu formula susah dicerna oleh bayi, sehingga membuat gumpalan
di pencernaan bayi, yang membuat bayi mengalami gangguan pencernaan.

Memberatkan kantong

Jika diperhatikan di setiap kemasan susu formula pasti ada tulisan keciiiilll ASI
adalah makanan terbaik untuk bayi. Jadi di setiap kemasan ada warning, tetapi
tetap menggencarkan kampanye untuk menjaga kontinuitas usahanya. Hal ini
sebenarnya sudah melanggar peraturan dari WHO yang menyatakan bahwa susu
formula itu hanya untuk bayi yang benar-benar sangat tidak bisa mendapatkan
ASI dari ibunya, karena ibunya mengalami gangguan sehingga ASI tidak keluar
dalam jangka waktu lama) dan pemberiannya harus berdasarkan resep dokter.

Business is business, dan target susu formula tetap berjalan, sehingga marketing
tetap digencarkan untuk mengeluarkan stock susu formula untuk bayi yang
sebenarnya tidak membutuhkan
D. CARA MENYUSUI
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu.
Bidan / perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah
persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak
menimbulkan masalah.
Cara-cara menyusui yang baik dan benar yakni sebagai berikut:
1. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
2. Keluarkan sedikit ASI dari putting susu, kemudian dioleskan pada putting susu dan
areola.
3. Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya
Empat hal pokok yakni :
1. Kepala dan badan bayi berada pada satu garis.
2. Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya kearah putting
susu.
3. Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
4. Untuk BBL : ibu harus menopang badan bayi bagian belakang, disamping kepala
dan bahu.
5. Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari yang
lainnya menopang bagian bawah payudara, serta gunakanlah ibu jari untuk
membentuk puting susu demikian rupa sehingga mudah memasukkannya ke mulut
bayi.
6. Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara menyentuhkan
bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi mulut bayi.
7. Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
8. Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakkan bayi segera ke payudara dan
bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang digerakkan ke mulut bayi
9. Arahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu hingga dagu bayi menyentuh
payudara
10. Perhatikanlah selama menyusui itu.
Ada berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang
berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakan di
samping kepala ibu dengan kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola. Kedua bayi disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak (Ieda
dkk, 2007).
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
Posisi menyusui sambil duduk atau rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
Bayi dipegang dengan satu lengan,kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
Satu tangan bayi diletakan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.
Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi).
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah,
jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
Menyentuh pipi dengan puting susu.
Menyentuh sisi mulut bayi.
5)
Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga
lagi.
6) Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti
menyusui pada payudara yang lain.
7)
Cara melepas isapan bayi yaitu:
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi.
Dagu bayi ditekan ke bawah.
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
9) Menyendawakan bayi untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
muntah. Cara menyendawakan bayi, yaitu:
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau
Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
E. CARA MEMERAH ASI
Bila ibu harus bekerja sebelum usia bayi 6 bulan, ASI bisa diperas agar bayi
tetap mendapat ASI eksklusif.
1. Persiapan memeras ASI
a. Waktu yang paling tepat untuk memeras ketika payudara sedang penuh, bisa
diulang sekitar 3-4
4 jam
b. Alat-alat
alat yang digunakan untuk memeras harus dibersihkan/disterilisasi terlebih
dulu. Sebaiknya setiap selesai memeras langsung dicuci agar tetap terjaga
kebersihanya.
c. Ketika memeras sebaiknya dalam keadaan tenang dan nyaman. Pilih ruangan
yang nyaman agar ibu tidak terganggu. Ada yang menjaga bayi.
bay
d. Cuci tangan sebelum memeras dengan sabun setiap kali hendak memeras ASI,
dan payudara cukup dicuci dengan air, jangan menggunakan sabun.
e. Minumlah segelah air/sari buah/susu/secangkir sup atau kacang hijau ssebelum
memeras ASI
2. Memeras bisa dengan menggunakan
menggunakan alat yang bersih atau dengan menggunakan
tangan, yaitu:
a. Posisikan tangan pada salah satu payudara, kemudian letakkan ibu jari terletak
berlawanan dengan jari telunjuk pertahankan tetap pada bagian yang coklat
(areola).
b. Tekan tangan kearah dada,
dada, lalu dengan lembut tekan jari tangan secara bersamaan
c. Tampung ASI peras pada cengkir (steril) yang bermulut lebar
d. Lakukan juga pada payudara yang lainnya.
F. MENYIMPAN ASI PERAS
a. Masukkan kedalam botol penutup yang sudah direbus agar steril.
b. Taruh label pada botol, jam berapa ASI tersebut diperas
c. Cara penyimpanan:
No
1
2
Metode Penyimpanan Dalam Lemari Es
o
o
Waktu Penyimpanan
8 hari
Suhu 0-4 C (32-39 F)
Dalam pembeku/ freezer
2 minggu
o
o
(lemari es 1 pintu) suhu -15 C (5 F)
3
Dalam pembeku/ freezer
3 – 4 miggu
o
o
(lemari es 2 pintu) suhu -18 C (0 F)
4
o
Deep freezer -20 C
6 – 12 minggu
Keterangan: Dalam freezer tahan hingga 3 bulan tetapi zat antibodinya berkurang
Hangatkan ASI pada suhu tubuh (370C).jangan dimasak, sebaiknya dengan cara:
• Cairkan ASI beku dengan “penurunan suhu secara bertahap” selama satu malam
dalam lemari pendingin.
• Rendam susu dalam mangkuk berisi air suam kuku hingga hangat.
• Aduk dengan cara digoyangkan agar lemak tercampur lagi.
• Jangan gunakan microwave untuk mencairkan atau menghangatkan ASI.
• Setelah dicairkan, ASI harus digunakan dalam waktu 24 jam
• Teteskan ASI pada punggung tangan untuk merasakan suhu ASI. Bila ASI yang
diteteskan terasa tidak menyengat, ASI sudah bisa diberikan ke bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB Kabupaten Grobogan.
(2011). Gema bersemi edisi 5tahun 2011:Peranan ASI eksklusif bagi ibu dan anak.
Dikutip pada tanggal 1 Januari 2014 dari http://pppakb.grobogan.go.id
Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Majalah Nikita. (2005). Perawatan ditahun pertama. Cetakan I. Jakarta: PT. Sarana
Kinasis Satya Sejati.
Roesli. Utami. 2007. Mengenal ASI Ekslusif Seni Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga
Kesehatan. EGC: Jakarta
Download