HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MINUM TABLET TAMBAH DARAH DAN POLA MAKAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA KUTALIMAN KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS 2009 CORRELATION BETWEEN REGULARITY IN IRON SUPPLEMENT INTAKE AND MOTHER EATING PATTERN AND ANEMIA INCIDENCE KUTALIMAN VILLAGE COMMUNITY HEALTH CENTRE KEDUNGBANTENG SUBDISTRICT BANYUMAS 2009 Supadi Program Studi Keperawatan Akademi Keperawatan Purwokerto ABSTRACT About 70 % of pregnant mother in Indonesia suffering anemia. Anemia is acommon problem in the world and affecting more that 600 millions peeople, which is still in high frequency, about 10 to 20 %. At Kutaliman village, pregnant mothers who suffered anemia were 54 (40%) of 130 pregnant mothers from January to December 2008. This research has objective to explore the correlation between regularity of oral iron supplement intake and eating pattern and anemia incidence in pregnant mother. This was analitycal study with cross sectional design. The result with chisquare test showed that there was a correlation between regularity of oral iron supplement intake and eating pattern and anemia incidence, p value was 0.001. Pregnant mother who had regular iron supplement intake were 27 (65.9%), and 14 had irregular iron supplement intake (34.1%), pregnant mothers with inadequate eating pattern were 28 (68.3%) and adequate eating pattern were 13 (31.7%). Haemoglobin level (39%) were less than 11 gr%. There was a correlation between regularity in iron supplement intake and mother eating pattern and anemia incidence. Keyword : eating pattern, iron supplement, anemia. PENDAHULUAN Angka merupakan Kematian salah satu Ibu (AKI) anemia pada kehamilan masih tinggi indikator yaitu sekitar 40.1 % (SKRT, 2001). keberhasilan layanan kesehatan di suatu Anemia pada kehamilan juga negara. Kematian ibu dapat terjadi berhubungan karena diantaranya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi karena anemia. Di Indonesia prevalensi zat besi merupakan penyebab utama beberapa sebab, 19 dengan meningkatnya 20 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 19-33 anemia pada ibu hamil dibandingkan Indonesia dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh kehamilan masih tinggi yaitu sekitar karena itu anemia gizi pada masa 40,1% kehamilan sering diidentikkan dengan Lautan,J.etall anemia gizi besi ( Saifudin, 2002). Prawirohardjo, 2002) melaporkan bahwa Sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia prevalensi (Depkes, anemia 2001). pada Menurut (2001 dalam 31 orang wanita hamil pada trimester II gizi. didapati 23 orang (74%) menderita Disamping itu anemia defisiensi zat besi anemia, dan 13 orang (42%) menderita merupakan masalah gizi yang paling kekurangan besi. lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari Menurut Herlina, N (2005) gizi 600 juta manusia, dengan frekuensi yang seimbang adalah pola konsumsi makan masih cukup tinggi, berkisar antara 10% sehari-hari dan 20% (Winkyosastro,2002). kebutuhan gizi setiap individu untuk yang sesuai dengan Badan kesehatan dunia (World hidup sehat dan produktif. Agar sasaran Health Organization/WHO) melaporkan keseimbangan gizi dapat dicapai, maka bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang setiap mengalami defisiensi besi sekitar 35- minimal satu jenis bahan makanan dari 75%, serta semakin meningkat seiring tiap golongan bahan makanan yaitu dengan pertambahan usia kehamilan. karbohidrat, protein hewani dan nabati, Anemia sayuran, buah dan susu. Disamping itu defisiensi zat besi lebih orang pola sedang berkembang daripada negara mempunyai kecenderungan terjadinya yang sudah maju. Tiga puluh enam kejadian anemia yang semakin tinggi. Menurut yang mengkonsumsi cenderung berlangsung di negara yang persen (atau sekitar 1400 juta orang) dari makan harus kurang Depkes baik (2006), perkiraan populasi 3800 juta orang di makanan sumber zat besi meliputi lauk negara berkembang hewani (hati, telur, daging), lauk nabati menderita anemia jenis ini, sedangkan (tahu, tempe, kacang-kacangan), sayuran prevalensi di negara maju hanya sekitar hijau 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari kangkung). Selain ketiga sumber zat besi perkiraan populasi 1200 juta orang. Di tersebut pada ibu hamil masih diperlukan yang sedang (bayam, daun singkong, Supadi, Hubungan Antara Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah..... 21 10 tambahan minum tablet tambah darah 1 peneliti melakukan pemeriksaan ibu kali / hari pada malam hari sebelum tidur hamil dengan wawancara di Puskesmas dengan menggunakan air putih selama Pembantu diperoleh data bahwa ibu 90 hari sejak hamil sampai nifas. hamil yang makan kurang memenuhi Risiko yang akan terjadi bila ibu hamil kekurangan zat yaitu %) ibu, sedangkan ibu hamil yang teratur gangguan pertumbuhan janin, bayi lahir minum tablet tambah darah dari 130 ibu dengan berat badan lahir rendah, risiko ada 50 (38.46 %) ibu dan sisanya 80 terjadinya (61.53 %) ibu hamil yang minum tablet perdarahan sesudah saat besi gizi seimbang dari 130 ibu ada 85 (65.38 sebelum dan persalinan dan risiko terjadinya kematian ibu dan bayi. tambah darah yang tidak teratur (Laporan PUSTU Kutaliman , 2008). Data Puskesmas pembantu desa Tujuan Penelitian adalah untuk Kutaliman, jumlah ibu hamil bulan mengetahui hubungan antara keteraturan januari sampai dengan bulan desember minum tablet tambah darah dan pola 2008 berjumlah 130 ibu. Ibu hamil makan dengan kejadian anemia pada ibu dengan anemia berjumlah 54 ibu (40%). hamil di Puskesmas pembantu desa Jumlah ibu hamil yang minum tablet Kutaliman Kecamatan Kedungbanteng darah berjumlah 130 orang. Pada saat Kabupaten Banyumas Tahun 2009. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah termasuk sampel dengan cara memilih sampel penelitian analitik dengan desain cross diantara populasi sesuai dengan yang sectional yaitu jenis penelitian yang dikehendaki peneliti menekankan pada waktu pengukuran / dalam observasi data variabel independen dan tersebut dapat mewakili karakteristik dependen hanya satu kali, pada satu saat populasi yang telah dikenal sebelumnya ( Nursalam, 2003). ( Nursalam, 2003). Cara pengambilan purposive sampling sampel atau penelitian), (tujuan/masalah sehingga sampel adalah Kriteria inklusi sampel dalam penelitian judgement ini adalah : ibu hamil trimester III yang sampling. Adalah suatu teknik penetapan 22 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 19-33 mendapat tablet tambah darah, bersedia (Nursalam 2003) menjadi responden. sampel dari hasil perhitungan sebanyak Sedangkan kriteria eksklusi sehingga jumlah dalam 36.86 responden, untuk menghindari penelitian ini adalah : perdarahan saat adanya droup out maka ditambah 10% kehamilan, ibu hamil yang terinfeksi sehingga jumlah responden ada 40.54 cacing dan malaria, menolak menjadi responden responden dalam penelitian. responden. Besar sampel dalam dibulatkan menjadi 41 penelitian ini ditentukan dengan rumus Zaenudin, M HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Gambaran Lokasi Penelitian Letak Puskesmas Pembantu di desa Banyumas. Jumlah tenaga kesehatan ada Kutaliman dengan luas wilayah 218.445 2 (dua) yaitu 1 bidan (D1) dan 1 perawat hektar dan jumlah penduduk 4563 jiwa . (SPK). Batas batas wilayah sebelah barat desa Puskesmas Pembantu ada 1 gedung Kalikesur, sebelah timur desa Kebumen, dengan luas bangunan 70 m2, dengan sebelah utara desa Melung dan sebelah dibagi 1 kamar loket pendaftaran, 1 selatan desa Karangnangka. Rata-rata kamar periksa, 1 kamar ibu hamil, 1 mata kamar loket obat dan 1 kamar gudang pencaharian penduduk desa Kutaliman adalah petani. Puskesmas Kutaliman merupakan dibawah Puskesmas Induk Kedungbanteng desa Puskesmas pembinaan yaitu yang dan prasarana di obat. Jumlah Pembantu Pembantu Sarana dari Puskesmas bertempat di rata rata ibu hamil perbulan ada 35 ibu hamil. Supadi, Hubungan Antara Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah......23 10 Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan, pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan jumlah anak ibu hamil di Puskesmas Pembantu Desa Kutaliman Tahun 2009 (n = 41) No 1. 2. 3. 4. 5. Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur Ibu hamil ≤ 20 th 1 2.4 Umur ibu hamil 21-30 th 23 56.1 Umur ibu hamil ≥ 30 th 17 41.5 Jumlah 41 100.0 Umur Berat Badan Berat kurang dari 45 kg 4 9.8 Berat antara 45-50 kg 10 24.4 Berat diatas 50 kg 27 65.9 Jumlah 41 100.0 Tinggi Badan Tinggi badan kurang dari 150 cm 19 Tinggi badan diatas 150 cm 22 53.7 Jumlah 41 100.0 SD 18 43.9 SMP 21 51.2 SMA 2 4.9 Jumlah 41 100.0 24 58.5 2 4.9 Jumlah penghasilan diatas Rp.2000.000,- 15 36.6 Jumlah 41 100.0 Buruh Tani 32 78.0 Wiraswasta 8 19.5 PNS 1 2.4 Jumlah 41 100.0 Pendidikan Penghasilan Jumlah penghasilan Rp.500.00,- per bulan Jumlah penghasilan Rp.1000.0002000.000,- 6. 46.3 Pekerjaan 24 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, hlm. 19-33 Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan, pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan jumlah anak ibu hamil di Puskesmas Pembantu Desa Kutaliman Tahun 2009 (n = 41) 7. Jumlah Anak Belum punya anak 7 17.1 Punya anak 1 sampai 3 27 65.9 Punya anak 4 sampai 6 5 12.2 Punya anak lebih dari 6 2 4.9 Jumlah 41 100.0 Sumber: Data primer, tahun 2009 Tabel 1. Menunjukan bahwa berdasarkan Hasil penelitian menunjukan umur ibu hamil terbanyak adalah usia 21 bahwa umur responden pada usia antara sampai dengan 30 tahun ada 23 orang 20-35 tahun (57.5%) dan usia diatas 35 (56.1%), hamil tahun (42.5%). Menurut Mulyawati, ada 27 orang (2003) dalam penelitiannya menjelaskan berat badan terbanyak diatas 50 kg ibu (65.9 %), rata-rata tinggi badan ibu bahwa hamil di atas 150 cm ada 22 orang (53.7 dengan anemia. Prevalensi anemia pada %), pendidikan ibu hamil paling banyak wanita golongan umur kurang dari 20 adalah (51.2%), tahun sebesar 77.4%. Hal ini disebabkan penghasilan ibu hamil sebagian besar pada golongan usia ini dalam usia dibawah Rp.500.000,- per bulan ada 24 reproduksi yang sesuai dengan kodratnya orang (58.5 %), penghasilan ibu hamil harus sebagian besar dibawah Rp.500.000,- per bulannya. bulan ada 24 orang (58.5 %), pekerjaan Amiruddin dan Wahyudin (2006) dalam ibu hamil di Puskesmas Pembantu desa penelitianya yang berjudul studi kasus Kutaliman kebanyakan buruh tani 32 kontrol orang (78.0 %) dan rata-rata sebagian kejadian anemia ibu hamil menyatakan besar ibu hamil mempunyai anak 1 bahwa ada hubungan antara umur ibu sampai dengan 3 berjumlah 27 orang dengan kejadian anemia dan responden (65.9 %). paling banyak menderita anemia adalah SMP 21 orang ada hubungan mengalami antara menstruasi Sedangkan faktor biomedis umur setiap menurut terhadap Supadi, Hubungan Antara Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah......25 10 responden dengan umur kurang 20 tahun orang. Penelitian Darlina dan dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak Hardiansyah, (2003) menunjukan bahwa 20 (74.1 %) orang dan pada umur 20-35 tingkat pendidikan SD 205 (48.7 %) dan tahun SMP 110 (26.1 %). Sedangkan dalam sebanyak 51 (50.5%) orang menderita anemia. Umur penelitian Herlina dan Djamilus, (2005) berkaitan menyatakan bahwa tidak menunjukan wanita. adanya kecenderungan bahwa semakin Umur reproduksi yang sehat dan aman rendah tingkat pendidikan, maka akan adalah umur 20 – 35 tahun. Kelahiran di semakin tinggi angka kejadian anemia usia kurang 20 tahun dan di atas 35 atau sebaliknya, semakin tinggi tingkat tahun dapat menyebabkan anemia karena pendidikan maka semaikn rendah angka pada kehamilan di usia kurang 20 tahun kejadian anemia. Hali ini secara statistik secara biologis belum optimal, emosinya pada penelitian mereka ditunjukan nilai cenderung p value > 0.05. dengan seorang alat-alat labil, ibu reproduksi mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian Pekerjaan responden adalah buruh tani 32 (78 %) orang dan sisanya terhadap wiraswasta 8 orang (19.5 %) serta 1 (2.4 pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi %) orang PNS. Hasil penelitian Ernawati selama kehamilanya. Sedangkan pada (2003), di mana dalam analisis hasil usia lebih dari 35 tahun terkait dengan penelitianya menunjukan hubungan yang kemunduran dan penurunan daya tahan bermakna antara uang yang dikeluarkan tubuh serta berbagai penyakit yang untuk membeli bahan makanan dengan sering menimpa di usia ini. Berdasarkan kejadian anemia pada wanita usia subur. hasil penelitian – penelitian diatas dapat Sedangkan Warrou dan Wiriadinata disimpulkan bahwa umur memegang (2005) dalam penelitianya menemukan peranan dalam terjadinya anemia ibu adanya pengaruh status sosial ekonomi hamil. keluarga dengan kadar feritin serum. Tingkat pendidikan responden Tingkat pekerjaan pada penelitian ini paling banyak adalah pendidikan dasar, sebagian besar buruh tani hal ini akan SD 18 (43.9 %) dan SMP 21 (51.2 %) mencerminkan kemampuan sosial 26 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 19-33 ekonomi keluarga terkait kemampuan Tinggi badan ibu hamil diatas daya beli terhadap bahan makanan yang 150 cm ada 22 orang (53.7%) dan berat memadai. badan diatas 50 kg berjumlah 27 orang Hasil penelitian menunjukan (65.9%). Ada beberapa cara untuk bahwa 27 orang (65.9%) responden memantau status gizi ibu hamil antara mempunyai anak 1 sampai 3 orang. lain memantau pertambahan berat badan Menurut selama hamil, mengukur LILA (Lingkar (2004) Amiruddin bahwa dan anak yang Lengan ibu akan Pertambahan berat badan selama hamil mempengaruhi kadar Hb ibu. Seorang bertujuan untuk memantau pertumbuhan ibu yang sering melahirkan mempunyai janin. Pengukuran LILA dimaksudkan resiko pada untuk mengetahui apakah seseorang tidak menderita KEK, sedangkan pengukuran nutrisi. Hb untuk mengetahui apakah kondisi ibu Karena selama hamil zat – zat gizi yang menderita anemia.Kenaikan berat badan akan terbagi untung ibu dan untuk janin tidak hanya disebabkan oleh timbunan yang dikandungnya. Sedangkan menurut lemak, namun juga akibat proses tumbuh Herlina bahwa kembang si janin, pertambahan berat adanya kecenderungan semakin banyak rahim, plasenta, volume darah, cairan jumlah anak (kelahiran), maka akan ketuban, cairan dalam jaringan tubuh ibu semakin tinggi angka anemia. Walaupun serta dalam penelitianya uji statistiknya tidak badan dan tinggi badan digunakan untuk bermakna (p >0.05). Tetapi bila dilihat mengetahui indeks massa tubuh. Indeks odds rasio yaitu sebesar 1.454 dengan 95 massa tubuh normal adalah 18.5 – 22.9 % CI 0.567- 3.726, artinya ibu hamil kg/m2. Bila IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan jumlah kelahiran (anak) tinggi kurang dari 18.5 diklasifikasikan berat mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar badan kurang. Berat badan yang kurang untuk mengalami anemia dibandingkan akan dengan ibu hamil yang jumlah anak (Lingkar Lengan Atas) yang kurang. Di (kelahiran rendah). Indonesia batas ambang LILA adalah dilahirkan jumlah Wahyudin seorang mengalami kehamilan berikutnya memperhatikan (2005) anemia apabila kebutuhan menyatakan Atas) dan membesarnya berpengaruh mengukur payudara. terhadap Hb. Berat LILA Supadi, Hubungan Antara Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah...... 27 10 23.5 cm. Bila didapatkan LILA ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm hamil kurang dari 23.5 cm maka ibu mempunyai resiko 2.00887 kali untuk tersebut menderita KEK (Kurang Energi melahirkan BBLR dibandingkan dengan Kronis). Menurut Saraswati (1998 dalam ibu hamil yang mempunyai LILA lebih Lubis, 2005) menyatakan bahwa ibu dari 23 cm. Tabel 2. Menunjukan distribusi responden berdasarkan keteraturan minum tablet tambah darah, pola makan dan kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Pembantu Desa Kutaliman Tahun 2009 (n=41) No 1. 2. 3. Distribusi responden Frekuensi Persentase (%) Tidak teratur 14 34.1 Teratur 27 65.9 Jumlah 41 100.0 Tidak baik 28 68.3 Baik 13 31.7 Jumlah 41 100.0 Anemia 16 39.0 Tidak Anemia 25 61.0 Jumlah 41 100.0 Keteraturan minum tablet tambah darah Pola makan Kejadian anemia Sumber: Data primer, 2009. Tabel 2. Menunjukan bahwa sebagian orang (65.9%) teratur dalam pola minum besar ibu hamil pola keteraturan minum tablet tambah darah. Tablet tambah tablet tambah darah adalah teratur yaitu darah diminum 1 tablet per hari. 27 (65.9%), pola makan ibu hamil yang Ketidakteraturan mnum tablet tambah tidak baik 28 orang (68.3%) dan darah sebagian besar kadar Hb ibu hamil lebih peningkatan Hb yang diharapkan tidak dari 11 gr % yaitu 25 orang (61%). akan Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden 27 akan menimbulkan tercapai Keteraturan (Herlina, mengkonsumsi dampak 2005). tablet tambah darah diukur dari jumlah tablet 28 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 19-33 yang dikonsumsi, ketepatan cara beragam, sehingga jelas bahwa mengkonsumsi, dan frekuansi konsumsi kandungan zat besi dalam makanan yang per hari. Suplemetasi tablet tambah masuk darah merupakan salah satu upaya berpengaruh dalam hal ini. Sementara penting Herman dalam menanggulangi mencegah anemia, dan khususnya ke dalam (2001), tubuh dalam sangat penelitianya menyatakan bahwa kebiasaan makan anemia zat besi. Suplementasi besi yang merupakan karena mengkonsumsi sumber protein hewani kandungan zat besinya yang dilengkapi merupakan variabel yang secara statistik asam mempunyai hubungan yang bermakna cara folat efektif yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan meliputi bahwa penelitian menunjukan makan responden pola dan kebiasaan dengan kejadian anemia. asam folat (Herlina & Djamilus, 2005). Hasil diet Penelitian menunjukan bahwa kebanyakan responden tidak menderita anemia. Anemia potensial kebanyakan dalam kategori tidak baik 28 membahayakan ibu dan anak, karena orang (68.3 %). Kurangnya konsumsi itulah anemia memerlukan perhatian sayuran dan buah-buahan serta lauk pauk khusus dari semua pihak. Menurut akan meningkatkan terjadinya anemia, Wiknyosastro meskipun konsumsi nasi atau kacang- berpengaruh terhadap bahaya kehamilan. kacangan dalam jumlah cukup. Apabila Bahaya-bahaya kehamilan yang akan makanan tidak terjadi diantaranya yaitu dapat terjadi mengandung zat besi dalam jumlah abortus, persalinan prematur, hambatan cukup, maka kebutuhan zat besi tidak tumbuh kembang janin dalam rahim, terpenuhi. Ini terjadi karena kurangnya perdarahan ante partum dan mudah kualitas dan kuantitas zat besi yang terjadi infeksi. yang dikonsumsi masuk serta menu makanan yang kurang (2002) anemia akan Supadi, Hubungan Antara Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah..... 29 10 Tabel 3. menunjukan hubungan antara keteraturan minum tablet tambah darah dengan kejadian anemia di Puskesmas Pembantu Desa Kutaliman Tahun 2009 (n=41) Kadar Hb Responden Pola minum Tablet Tambah Darah Kurang dari Lebih dari 11 gr % 11 gr % Total n % n % N % Tidak teratur 11 78.6 3 21.4 14 34.15 Teratur 5 11.5 22 81.5 27 65.85 Jumlah 16 39.0 25 61.0 41 100 Sumber: Data primer, 2009 Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil yang teratur minum tablet bahwa dari 41 responden yang dilakukan tambah darah mempunyai peluang 16.13 penelitian kali terdapat 14 responden untuk tidak terjadi anemia (34.15%) yang tidak teratur minum dibandingkan dengan ibu hamil dengan tablet tambah darah diantaranya 11 pola minum tablet tambah darah yang orang (78.6%) yang memiliki Hb kurang tidak teratur. dari 11 gr % dan yang memiliki Hb lebih dari 11 gr % 3 orang (21.4%), Pada menunjukkan hasil bahwa penelitian terdapat 27 sedangkan dari 27 responden (65.85%) responden (65.85%) yang teratur minum yang teratur minum tablet tambah darah tablet tambah darah yang terdiri dari 5 terdapat 5 responden (18.5%) yang responden (18.5%) yang memiliki Hb memiliki Hb kurang dari 11 gr % dan 22 kurang dari 11 gr % dan 22 responden responden (81.5%) yang memiliki Hb (81.5%) yang memiliki Hb lebih dari 11 lebih dari 11 gr %. Hasil uji statistik gr %.. Hasil uji statistik diperoleh nilai p diperoleh nilai p value = 0.001 maka value = 0.001 maka dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bahwa ada hubungan antara keteraturan antara keteraturan minum minum tablet minum tambah darah pada ibu hamil dengan kejadian kejadian anemia. Dari hasil analisis Keteraturan minum tablet tambah darah diperoleh pula nilai OR= 16.13, artinya dapat dilihat dari ketepatan jumlah tabet tablet tambah darah dengan anemia pada ibu hamil. 30 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 19-33 tambah darah yang diminum, ketepatan bahwa semakin kurang patuh, maka akan cara meminum tablet tambah darah, dan semakin tinggi angka anemia. Walaupun frekuensi perhari. secara uji statistik tidak bermakna (p > darah 0.05). Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu merupakan salah satu upaya penting sebesar 2.429 dengan CI 836 – 7.052. dalam mencegah dan menanggulangi Artinya ibu hamil yang kurang patuh anemia, khususnya anemia kekurangan mengkonsumsi zat besi. Suplementasi besi merupakan mempunyai risiko 2.429 kali lebih besar cara efektif karena kandungan besinya untuk mengalami anemia dibandingkan yang yang dengan ibu yang patuh mengkonsumsi sekaligus dapat mencegah anemia karena tablet tambah darah. Hasil penelitian ini kekurangan asam follat. Pada penelitian mendukung yang kejadian anemia yang ada. mengkonsumsi Suplementasi tablet dilengkapi asam dilakukan menunjukan tambah follat Herlina adanya (2005), tablet dari tambah teori-teori darah tentang kecenderungan Tabel 4. menunujukan hubungan pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia di Puskesmas Pembantu Desa Kutaliman Tahun 2009 (n=41) Kadar Hb Responden Pola makan ibu hamil Kurang dari Lebih dari 11 gr % 11 gr % Total n % n % N % Tidakbaik 18 54.2 10 35.8 28 68.29 Baik 3 23.1 10 76.9 13 31.71 Jumlah 21 51.2 20 48.8 41 100 Sumber: Data primer, 2009 Hasil penelitian menunjukkan yang memiliki Hb lebih dari 11 gr % 10 bahwa dari 41 responden yang dilakukan orang (35.8%), sedangkan penelitian responden terdapat 28 responden (31.71%) dari 13 yang pola (68.29%) yang pola makan tidak baik makannya baik terdapat 3 responden diantaranya 18 orang (54.2%) yang (23.1%) yang memiliki Hb kurang dari memiliki Hb kurang dari 11 gr % dan 11 gr % dan 10 responden (76.9%) yang Supadi, Hubungan Antara Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah ..... 31 10 memiliki Hb lebih dari 11 gr %. Hasil uji pola konsumsi makan sehari – hari yang statistik diperoleh nilai p value = 0.001 sesuai dengan kebutuhan gizi setiap maka dapat disimpulkan bahwa ada individu hubungan antara pola makan ibu hamil produktif. Agar sasaran keseimbangan dengan kejadian anemia. Dari hasil gizi dapat dicapai, maka setiap orang analisis diperoleh pula nilai OR= 2.88, harus mengkonsumsi minimal 1 jenis artinya ibu hamil yang pola makannya makanan dari tiap golongan bahan baik mempunyai peluang 2.88 kali untuk makanan yaitu KH, protein hewani dan tidak dibandingkan nabati, sayuran, buah dan susu. Selain itu dengan ibu hamil dengan pola makan menurut Herlina dan Djamilus (2005) yang tidak baik. dalam penelitiannya yang berjudul faktor terjadi anemia Dari hasil penelitian menunjukkan untuk hidup sehat dan resiko terjadinya anemia pada ibu hamil bahwa terdapat 28 responden (68.29%) di yang pola makan tidak baik diantaranya menyatakan 18 orang (54.2%) yang memiliki Hb kecenderungan bahwa semakin kurang kurang dari 11 gr % dan yang memiliki baik pola makan, maka akan semakin Hb lebih dari 11 gr % 10 orang (35.8%). tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji Hasil uji statistik diperoleh nilai p value statistik juga menunjukan kebermaknaan = 0.001 maka dapat disimpulkan bahwa (p < 0.05). Hasil penelitian ini pada pola ada hubungan antara pola makan ibu makan ibu hamil mendukung peneltian – hamil dengan kejadian anemia. Menurut penelitian Kodyat (2000), anemia yang ada. gizi seimbang adalah wilayah kerja kabupaten Bogor bahwa atau teori-teori adanya kejadian SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada hubungan antara keteraturan minum Saran 1. responden diharapkan untuk minum tablet tambah darah dan pola secara rutin mengkonsumsi tablet makan pada ibu hamil dengan kejadian tambah darah dan mengatur pola anemia. makan yang baik karena hasil penelitian menunjukan bahwa 32 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 19-33 kedua variabel ini berhubungan dan gizi ibu hamil. Pemberian dengan kejadian anemia. Saran makanan tambahan pada ibu bagi hamil dan pemberian suplementasi tablet tambah darah 2. Puskesmas, khususnya pengelola program Kesehatan Ibu dan Anak perlu (KIA) diperlukan strategi untuk dengan merencanakan kejadian anemia pada ibu hamil kesehatan penyuluhan khususnya di tingkatkan, hal karena tersebut maka dapat diminimalisasi. tentang pentingnya kesehatan reproduksi DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, R., & Wahyuddin. (2006). Studi Kasus Kontrol Faktor Balitbangkes. Biomedis http://med.unhas.ac.id/index2.php?optio Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil n=com_content&do_pdf=1&id=169, di Puskesmas Bantimurung Maros. diakses tanggal 15 Desember 2008. FKM. Universitas Hasanudin. Departemen Kesehatan RI. (2001). Survey Bakta, I.M ., (2007). Hematologi Klinik Ringkas. Kesehatan EGC. Jakarta. Balitbangkes. Jakarta. Besral., Lia, M., & Junaiti, S. (2007). Pengaruh Fakultas Rumah Kedokteran, Tangga. (2000). Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia Praktikum Pada Usila di Kota Bandung. Makara. Mahasiswa 11 (1), 38-43. Keperawatan. UGM. Yogyakarta. Darlina & Hardinsyah. (2003). Faktor Resiko Anemia Pada Ibu Hamil di Kota Bogor. Media gizi dan Keluarga 27 (2), 34-41. Departemen Kesehatan RI. (2006). Gizi Patologi Tuntunan Klinik Untuk Kedokteran dan Husaini, M.A. (2001). Prevalensi Anemia Gizi. Buletin Gizi 2 (13), 1-4. Herlina, N., & Djamilus , F. (2005). Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada Ibu Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Hamil dan Menyusui Pedoman Petugas Bogor. Bppsdmk. Jakarta. Kesehatan Puskesmas. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta. Herman, I.I. (2001). Hubungan Anemia Dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan Tentang Anemia dan Status Departemen Kesehatan RI. (2001). Survey Kesehatan Rumah Tangga. Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor, Supadi, Hubungan Antara Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah ..... 33 10 http://ceria.bkkbn.go.id/penelitian/detail/2 Puskesmas Induk. (2008). Laporan Tahunan 14, diakses tanggal 3 Februari 2009 Puskesmas Pembantu Desa Kutaliman. Hastono, S.P. (2007). Analisa Data Kesehatan. FKM UI. Jakarta. (Tidak dipublikasikan) Saifudin, A.B. (2002). Buku Acuan Nasional Kodiyat. (2000). Anemia Defisiensi Besi Pada Anak Sekolah dan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP – SP. Jakarta. Remaja, http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/ Sudoyo, A.W.(2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit remaja-dan-anemia/, diakses tanggal 3 Februari 2009 Dalam, jilid 2, edisi IV, Jakarta. FKUI Siswosudarmo, R., & Emilia, O. (2008). Obstetri Lubis, Z. (2005). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Fisiologi. Yang Dilahirkan, Cendekia. Yogyakarta. Winkyosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. YBP- http://tumoutou.net/702_07134/zulhaida _lubis.htm, diakses tanggal 4 Januari 2009 SP. Jakarta. Wikipedia Indonesia. (2007). Anemia Pada Ibu Mulyawati, Y. (2003). Perbandingan Efek Tablet Tambah Pustaka Darah Dengan dan Hamil, Tanpa http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia pada Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin ibu hamil, diakses tanggal 11 Desember Pada Pekerja Wanita di Perusahaan 2008. Plywood www.gizi.net/lain/gklinis.pdf, Jakarta, Warouw, N., Wiriadinata, S. (2005). Hubungan diakses Serum Feritin Ibu Hamil Trimester Ke tanggal 4 Februari 2009 Manuaba, I.B.G. (2001). Penatalaksanaan Tiga Dengan Bayi Berat Badan Lahir Kapita Rutin Selekta Obstetri Rendah, Cermin Dunia Kedokteran,(146) Yenni, M. (2003). Perbandingan Efek Ginekologi dan Keluarga Berencana. Suplementasi Tablet Tambah Darah EGC. Jakarta. Dengan dan Tanpa Vitamin C Terhadap Notoadmojo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi PenelitianIilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Paath, E.F., Yuyum, R., & Heryati. (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta. Kadar Wanita Hemoglobin Di Pada Perusahaan Pekerja Plywood, Jakarta. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Dipublikasikan) Indonesia (Tidak HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN DISMENORE PADA MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN FKIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO RELATIONSHIP BETWEEN COPING MECHANISM AND DYSMENORRHOEA TOWARD STUDENTS AT NURSING PROGRAM MEDICINE AND HEALTH FACULTY GENERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY Desiyani Nani, Cahyo Ismawati S, Keksi Girindra S Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT Dysmenorrhoea is a kind of menstruation disturbance that happens to those who around 15-25 years old which is formed pain when menstruation. Dysmenorrhoea which happen in women to another women is different. People use coping mechanism to adaptation with their problem. This research was aimed to know the relationship between coping mechanism and dysmenorrhoea toward students at nursing program of FKIK Unsoed Purwokerto. This is a assosiative research with a cross-sectional approach. The population is all students at nursing program. The number of sample is 55 gained through simple random sampling. The research is conducted at nursing program, on October 2008. Research tool scale is a Visual Analog Scale. Data analysis using kendal tau. The result of the research show that sample which use maladaptive coping mecanism found 52,7% and sample which use adaptive coping mecanism found 47,3%. Students which use maladaptive coping mecanism divided into four groups namely: one student don’t get dysmenorrhoea, 13 students get low dysmenorrhoea, 11 students get medium dysmenorrhoe, 4 students get high dysmenorrhoea. Students which use adaptive coping mecanism divided into four groups namely, 3 students don’t get dysmenorrhoea, 9 students get low dysmenorrhoea, 12 students get medium dysmenorrhoea, 2 students get high dysmenorrhoea. Satistically, it was found that P=0,713 is more than significant value used (0,05). So, there is not significant relationship between coping mechanism and dysmenorrhoea toward students at nursing program. Key words: coping mechanism, dysmenorrhoea. PENDAHULUAN Dismenore adalah nyeri yang pada waktu punggung menstruasi yang dirasakan di daerah perut Dismenore mengikuti gerak rahim dan bagian dapat menjalar ke arah pinggang bagian bawah, pinggang bahkan 34 (Wigjosastro, 2002). 35 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 34-46 belakang (Noviana, 2008). Dismenore dan berusia 30-40 tahun. Penelitian lain disebabkan yang di Swedia dijumpai 30% wanita pekerja berlebihan pada darah menstruasi yang industri menurun penghasilannya karena merangsang hiperaktivitas uterus (Price & nyeri menstruasi (Riyanto, 2002). Hal ini Wilson, 2003). Dismenore yang sering ditunjang oleh pendapat dari Widjanarko terjadi (2006) oleh adalah prostaglandin dismenore fungsional yang menyatakan (wajar) yang terjadi pada hari pertama dismenore atau menjelang hari pertama akibat produktivitas. Menurut Noviana (2008) penekanan pada kanalis servikalis (leher perempuan di Amerika kehilangan 1,7 rahim). Dismenore akan menghilang atau juta hari kerja setiap bulan akibat membaik hari dismenore. non insiden seiring berikutnya. menstruasi Dismenore fungsional yang (abnormal) dapat bahwa menurunkan Dismenore tertinggi mempunyai pada wanita yang menyebabkan mempunyai tingkat stres sedang hingga nyeri hebat yang dirasakan terus menerus, tinggi dibanding dengan wanita yang baik mempunyai sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya (Wigjosastro, 2002). Ada 2 jenis dismenore primer sekunder. Dismenore dismenore, dan tingkat stres rendah. Dismenore terjadi pada wanita dengan yaitu tingkat stres rendah sebesar 22%, dengan dismenore tingkat stres sedang 29% dan wanita primer terjadi dengan tingkat stres tinggi sebesar 44%. sesudah 12 bulan atau lebih pasca Akan tetapi risiko untuk mengalami menarke (menstruasi yang pertama kali) dismenore ini meningkat hingga 10 kali sedangkan lipat pada wanita yang mempunyai dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan kongenital riwayat atau kelainan organik di pelvis yang sebelumnya, dibandingkan dengan wanita terjadi pada masa remaja (Price & yang tidak mempunyai riwayat tersebut Wilson, 2003). sebelumnya. Tidak ada angka pasti Di menstruasi Amerika didapatkan Serikat, pada nyeri 30-70% wanita dalam usia reproduksi dan 60-70% pada wanita dewasa yang tidak menikah mengenai dismenore jumlah menstruasi di Surabaya dan stres penderita tinggi nyeri Indonesia. Namun di didapatkan 1,07% hingga Desiyani Nani, Hubungan Mekanisme Koping Dengan Dismenore….. 36 1,31% dari jumlah penderita datang ke dan maladaptif. Mekanisme koping yang bagian kebidanan karena dismenore. adaptif bisa memecahkan masalah secara Nyeri menstruasi yang dialami tiap wanita berbeda-beda merupakan perasaan kadang-kadang efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang karena nyeri dan aktivitas konstruktif serta menekan subjektif yang stres. dicari gejala adalah sulit Mekanisme koping mekanisme maladaptif koping yang objektifnya (Suyono, 2001). Sebagaimana menghambat fungsi integrasi, memecah diungkapkan oleh Roy (1999) manusia pertumbuhan lingkungan, menurunkan menggunakan otonomi mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan dan cenderung menguasai (Stuart & Sundeen, 1995). biopsikososial dan kemampuan adaptasi Nyeri menstruasi yang dirasakan manusia berbeda-beda antara satu dengan oleh setiap wanita bersifat subjektif. Rasa yang dapat nyeri ini merupakan stressor tersendiri menyesuaikan diri dengan perubahan bagi wanita, sehingga wanita tersebut maka ia mempunyai kemampuan untuk akan menghadapi pertahanan untuk mengatasi perubahan- lainnya. Jika seseorang rangsangan baik positif maupun negatif. menggunakan perubahan Menurut Stuart & Sundeen (1995) kemampuan mekanisme biopsikososial adaptasi manusia dan untuk mekanisme koping merupakan upaya menghadapinya. Jika seseorang dapat untuk penyelesaian masalah langsung dan menyesuaikan diri dengan perubahan untuk melindungi diri. Menurut Warsiti yang dialami akibat nyeri menstruasinya, (2007) mekanisme koping adalah upaya maka ia mempunyai kemampuan untuk yang dilakukan langsung untuk mengatasi menghadapi masalah yang sedang dihadapi langsung maupun negatif. Hal inilah yang menarik dari mencari minat penulis untuk mengidentifikasi mengambil hubungan mekanisme koping dengan sumber informasi, stres dengan dukungan, rangsangan tindakan dan melihat sisi positif alternatif. dismenore pada Mekanisme koping ada dua yaitu adaptif Keperawatan FKIK Unsoed. baik mahasiswa positif Jurusan 37 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 34-46 METODE PENELITIAN [ Penelitian ini merupakan penelitian non 2005-2007 untuk program reguler A dan eksperimental Reguler B yang berjumlah 416 orang. pendekatan dengan cross menggunakan yaitu Hasil survei awal pada angkatan 2005 penelitian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jumlah wanita 89 orang diperoleh secara sekaligus pada satu waktu (point 85,39% wanita mengalami dismenore. time kuantitatif Sampel diambil dari populasi melalui digunakan untuk mengukur hubungan metode tehnik acak sederhana (simple (korelasi) random approach). dengan antara sectional, Metode mekanisme dismenore. koping Penelitian ini sampling) memenuhi kriteria penelitian 55 responden. Variabel dilakukan di Jurusan Keperawatan FKIK bebas UNSOED. mekanisme Sedangkan yang pelaksanaan pada penelitian koping ini dan adalah variable penelitian dilakukan pada bulan Oktober terikatnya adalah dismenore. Analisa 2008. Populasi dalam penelitian ini penelitian menggunakan univariate and adalah mahasiswi Jurusan Keperawatan bivariate analysis dengan uji statistik FKIK UNSOED Purwokerto angkatan Kendall'ssTa HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden Pada Mahasiswi Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED Purwokerto Umur responden (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%) 18 1 1,82 19 12 21,82 20 15 27,27 21 20 36,36 22 4 7,27 23 3 5,45 Desiyani Nani, Hubungan Mekanisme Koping Dengan Dismenore..... 38 2. Gambaran Mekanisme Koping Tabel 2 Gambaran Mekanisme Koping yang Digunakan oleh Mahasiswi Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED Purwokerto. Mekanisme Koping Frekuensi (n) Persentase (%) Adaptif 26 47,3 Maladaptif 29 52,7 Total 55 100 Mekanisme koping yang digunakan oleh Townsend (1996) faktor pekerjaan dan Mahasiswi Jurusan Keperawatan FKIK dukungan sosial juga mempengaruhi UNSOED Purwokerto ditunjukkan dalam individu dalam menentukan mekanisme tabel 1 yaitu dari 55 responden mahasiswi koping. Jurusan Keperawatan sebanyak 47,3% Mekanisme koping adaptif terdiri mempunyai mekanisme koping adaptif, dari memecahkan masalah secara efektif, lebih kecil dibandingkan dengan yang teknik berperilaku maladaptif 52,7%. Walaupun aktivitas konstruktif dan menekan stres. selisihnya tidak jauh berbeda, Mahasiswi Pertama adalah tehnik memecahkan Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED masalah secara efektif yang paling Purwokerto dalam menghadapi masalah banyak digunakan responden adalah lebih dengan bertanya banyak maladaptif. yang Banyak berperilaku faktor yang relaksasi, Pemecahan latihan pada masalah orang lain. sendiri dapat suatu proses mempengaruhi penggunaaan mekanisme didefinisikan koping menghilangkan perbedaan atau ketidak- pada individu. Menurut Vascarolis (1992) faktor-faktor sebagai seimbang, yang sesuaian yang terjadi antara hasil yang koping diperoleh dan hasil yang diinginkan individu untuk berespon adaptif atau (Hunsaker, 2005). Salah satu bagian dari maladaptif antara lain faktor genetik, proses pengalaman yang lalu dan kondisi yang pengambilan ada pada individu seperti status kesehatan didefinisikan individu, motivasi, usia, pendidikan dan terbaik dari sejumlah alternatif yang status tersedia. Banyak cara yang dilakukan mempengaruhi ekonomi. mekanisme Sedangkan menurut pemecahan masalah keputusan sebagai memilih adalah yang solusi 39 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 34-46 Mahasiswi Jurusan Keperawatan dalam maupun tidak langsung (Torasso, 2004). upaya yang Dalam hal ini dalam memilih alternatif dihadapinya tetapi yang paling dominan untuk memecahkan masalah responden adalah dengan bertanya pada orang. memikirkan Bertanya pada orang adalah salah satu dampak yang ditimbulkan. Mekanisme cara koping adaptif keempat yang sering memecahkan dalam sehingga masalah memperoleh mendapat informasi gambaran konsekuensi logis atau dalam digunakan responden adalah aktivitas menangani masalah ( Kusnawati, 2004). konstruktif. Aktivitas konstruktif yang Mekanisme koping adaptif yang kedua sering adalah tehnik relaksasi. Tehnik relaksasi keyakinan yang sering digunakan responden adalah didapatkan langkah selanjutnya adalah alih perhatian atau distraksi. Tehnik melaksanakan distraksi dilakukan dengan mengalihkan melakukan aktivitas yang konstruktif. perhatian ketika mengalami dismenore Keyakinan secara psikologis merupakan sehingga dismenore dirasakan. Hasil digunakan positif. dengan Setelah alternatif tindakan tidak faktor penelitian yang seseorang, biasanya akan merasa puas dilakukan di Cina pada anak yang post sebab aktivitas konstruktif yang positif ini operasi nyerinya memberikan ketenangan dan kedamaian dengan distraksi. Sebesar 61% responden (Ayu, 1998). Mekanisme koping adaptif menggunakan distraksi bersifat efektif kelima yang sering digunakan responden sebagai nonfarmakologis adalah menekan stres. Responden untuk (Polkki et al, 2005). Mekanisme koping menekan stres melakukan usaha keras adaptif yang ketiga adalah memikirkan untuk memecahkan masalahnya. Usaha konsekuensi logis yang sering dilakukan keras responden pada latihan seimbang. Latihan merupakan koping positif, sementara seimbang bekerja diakui sebagai terapi ampuh guna mengurangi penanganan identik dengan mencari alternatif dalam memecahkan masalah. Alternatif-alternatif berdasarkan yang dampak ada yang dinilai mungkin ditimbulkannya baik secara langsung menentukan dengan menjadi untuk yang adalah merupakan sendiri kepuasan sebenarnya mereduksi strees (Retnowati, 2003). Mekanisme koping maladaptif terdiri dari menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan lingkungan, Desiyani Nani, Hubungan Mekanisme Koping Dengan Dismenore..... 40 menurunkan otonomi dan cenderung koping maladaptif yang terakhir adalah menguasai. Pertama adalah menghambat responden sering cenderung menguasai fungsi integrasi. menghambat responden Hal fungsi adalah yang sering dengan membiarkan masalah. Masalah integrasi pada yang berlarut akan terakumulasi sehingga dengan menunda orang tersebut aktivitas. Menunda aktivitas sebenarnya mengontrol akan makin memperparah maldaptif itu (Anita, 2004). sendiri (Tanra, 2005). Kedua adalah memecah pertumbuhan lingkungan. tidak emosinya lagi mampu dengan tepat Model perilaku mekanisme koping yang dikembangkan oleh Roy (1999) Memecahkan pertumbuhan lingkungan menjelaskan bahwa yang sering dilakukan responden adalah memahami bagaimana tidak diperlukannya orang lain dalam mempunyai batas kemampuan untuk pemecahan masalah. Manusia adalah beradaptasi. Pada mahluk sosial sehingga tidak bisa lepas memberikan respon dari orang lain. Akan tetapi jika orang rangsangan baik positif maupun negatif. lain maka Kemampuan adaptasi manusia berbeda- terasingkan beda antara satu dengan yang lainnya sehingga mempunyai mekanisme koping (Suyono, 2001). Jika seseorang dapat yang 2001). menyesuaikan diri dengan perubahan Selanjutnya adalah putus asa merupakan maka ia mempunyai kemampuan untuk hal yang sering membuat responden menghadapi menurunkan otonominya. Menurunkan maupun negatif. Ini berarti mekanisme otonomi diartikan koping kejiwaan yang tidak individu dianggap tersebut maladaptif penting akan (Vina, sebagai tidak dapat situasi lagi kognitif) setiap hanya suatu bukan individu dasarnya terhadap rangsangan orang baik respon suatu manusia semua positif (aspek tindakan mengontrol diri sendiri (Solomon, 2003). (Townsend, 1996). Novianti (2006) juga Putus asa merupakan rentang dari depresi, menjelaskan bahwa sebuah tindakan tidak karena makin tinggi perasaan putus asa selamanya dilandasi dengan respon atau menggambarkan persepsi. suasana batin yang tertekan (Hananto, 2001). Mekanisme 3. Persentase Kejadian Dismenore Tabel 3. Persentase Kejadian Dismenore pada Mahasiswi Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED Purwokerto. Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak dismenore 4 7,3 Dismenore ringan 22 40 Dismenore sedang 23 41,8 Dismenore hebat 6 10,9 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 3 mahasiswi Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED dengan Keperawatan mekanisme koping adaptif (21,8%) lebih FKIK UNSOED Purwokerto sebagian besar mangalami banyak dismenore sedang yaitu sebanyak 23 menggunakan orang (41,8%). Walaupun berbeda tipis maladaptif (20,0%). Hal ini didukung dengan mengalami oleh pendapat Anderson (1994) yang dismenore ringan yaitu sebanyak 22 menyatakan bahwa seadaptif apapun orang (40%). Tabel 4 menunjukkan seorang wanita, tetap tidak menjamin bahwa hilangnya dismenore yang berlebihan. mahasiswi yang mahasiswi yang berperilaku maladaptif mengalami dismenore ringan (23,6%) lebih banyak dibandingkan dibandingkan dengan mekanisme yang koping Berat ringannya dismenore ternyata berbanding lurus dengan mekanisme dengan yang berperilaku adaptif (16,4%). koping, Suatu indikasi bahwa ketika mengalami tersebut hampir sama antara responden rasa sakit menstruasi ringan, mekanisme dengan koping maladaptif. Ini artinya ada korelasi antara adaptif (Suparman, mampu 1997). meredamnya saja perilaku intensitas adaptif nyeri maupun ini mekanisme koping dengan dismenore, menjelaskan bahwa perilaku mekanisme semakin adaptif seorang mahasiswi maka koping dapat menekan dismenore. Tetapi tingkat ironisnya, berkurang. pada Empiris hanya tingkat dismenore dismenore Akan akan tetapi, semakin mahasiswi terbanyak dalam katagori sedang (41,8%) Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED justru dialami oleh mahasiswi Jurusan Purwokerto yang mengalami maladaptif Desiyani Nani, Hubungan Mekanisme Koping Dengan Dismenore….. 42 (52,7%) lebih besar dibandingkan dengan Soedirman yang adaptif (47,3%). Hal ini berarti terhadap rasa nyeri selama mengalami sebagian menstruasi. besar Keperawatan mahasiswi Universitas Jurusan Purwokerto kurang adaptif Jenderal 4. Hubungan mekanisme koping dangan dismenore Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Presentase Mekanisme Koping Berdasar Derajat Dismenore pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED Purwokerto. Mekanisme koping Dismenore Total Tidak Dismenore Dismenore Dismenore dismenore ringan sedang hebat Maladaptif 1 13 11 4 29 Adaptif 3 9 12 2 26 Total 4 22 23 6 55 Tabel 5 Hasil Uji Statistik Korelasi Kendal Tau Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED Purwokerto. variabel P keterangan Mekanisme 0,05 0,713 Tidak signifikan koping dan Dismenore Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel lebih besar dari level of significan 5%. 5 Hal ini berarti hubungan mekanisme dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak signifikan antara koping tidak signifikan terhadap mekanisme koping dengan dismenore dismenore. Mekanisme koping bukan karena p= 0,713 lebih besar dari nilai satu-satunya faktor yang mempengaruhi yang dipakai 0,05. Berdasarkan analisis seseorang dalam mengambil tindakan data dengan analisis Kendal tau diperoleh terutama pada saat mengalami dismenore. nilai probabilitas (0,714) yang berarti Seperti yang diungkapkan oleh Kozier 43 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 3, Nomor 1, Januari 2010, hlm. 34-46 (2004) cara individu secara psikolgis dengan cara-cara yang sesuai dengan dalam nilai-nilai menangani suatu masalah sosial yang masyarakat. adalah faktor kesehatan fisik. Kesehatan dukungan sosial. Dukungan ini meliputi fisik merupakan hal yang penting. Selama dukungan dalam usaha mengatasi stres individu informasi dituntut untuk mengerahkan tenaga yang individu yang diberikan oleh orang tua, cukup adalah anggota keluarga lain, saudara, teman, keyakinan atau pandangan positif. Hal ini dan lingkungan masyarakat sekitarnya. menjadi sumber daya psikologis yang Faktor keenam adalah materi. Materi sangat penting, seperti keyakinan akan meliputi sumber daya berupa uang, nasib (eksternal locus of control) yang barang atau layanan yang biasanya dapat mengerahkan individu pada penilaian dibeli. Faktor ketidakberdayaan kedua (helplessness) kelima di tergantung dari enam faktor. Pertama besar. Faktor berlaku pemenuhan dan emosional adalah kebutuhan pada diri yang Walaupun secara psikologi wanita akan menurunkan kemampuan strategi yang sedang menstruasi dapat beradaptasi koping tipe yaitu problem-solving focused dengan coping. Faktor ketiga adalah keterampilan konstruktif, tetapi menurut Duenhoelter memecahkan masalah. Keterampilan ini (1998) ada dua faktor yang menyebabkan meliputi dismenore tidak dapat dielakkan yaitu kemampuan informasi, untuk mencari menganalisa situasi, karena melakukan kontraksi tindakan myometrium yang dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan penurunan aliran darah. Pertama adalah untuk menghasilkan alternatif tindakan, kontraksi kemudian mempertimbangkan alternatif menstruasi. Penyelidikan yang dilakukan tersebut sehubungan dengan hasil yang oleh Duenhoelter menggunakan catatan ingin dicapai. Akhirnya melaksanakan tekanan intra uterus telah memperlihatkan rencana hiperaktivitas uterus dengan melakukan suatu myometrium pada saat yaitu (kontraksi tindakan yang tepat. Faktor keempat uterus yang lebih sering, kontraksi yang adalah keterampilan sosial. Keterampilan lebih besar intensitasnya, peningkatan ini untuk tonus uterus yang mendasarinya). Dari laku ketiga pengamatan ini terjadi pada hampir meliputi berkomunikasi kemampuan dan bertingkah Desiyani Nani, Hubungan Mekanisme Koping Dengan Dismenore….. 44 semua wanita yang mengeluh dismenore. mekanisme koping. Hubungan antara Faktor fisiologis pada saat menstruasi sikap dengan rasa nyeri adalah dimensi yang kedua adalah pengurangan aliran yang berbeda (Hendrik, 2006). Fungsi darah. oleh perilaku adaptif hanya efektif dalam pengukuran tidak langsung aliran darah mengurangi beban tetapi tidak satupun uterus selama haid bahwa setiap kontraksi penelitian yang berhasil memperlihatkan uterus disertai dengan penurunan bersama bukti empiris bahwa perilaku merupakan dengan aliran darah uterus. Akan tetapi solusi beberapa wanita menderita pengurangan dismenore. Rotter (1996) menyatakan darah bahwa dismenore merupakan gejala klinis Telah pada dikonfirmasi hiperaktivitas uterus. optimal mengurangi Diperkirakan bahwa kontraksi uterus fisik sendiri mungkin bertanggungjawab untuk pencegahannya harus dilakukan dengan nyeri khas. tindakan medis. Akan tetapi menurut Sementara episode pengurangan aliran Hamid (1997) koping sangat berguna darah yang dalam menghadapi ketegangan eksternal wanita dan internal yang berfungsi mencegah, menyebabkan pegal-pegal yang kontinyu menghindari atau mengendalikan tekanan dan bervariasi intensitasnya. emosi. kolik dismenore uterus dijumpai yang berkepanjangan pada beberapa Uji statistik menjelaskan bahwa rasa nyeri dismenore tidak sepenuhnya dapat dihilangkan dengan yang dalam pengobatan Sehingga maupun perilaku yang konstruktif dan kondusif tetap diperlukan ketika mengalami nyeri menstruasi. perilaku SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. 2. Responden yang tidak mengalami Sebanyak 29 responden (52,7%) dismenore sebanyak menggunakan mekanisme koping (7,3%). Responden yang maladaptif mengalami dismenore ringan dan sebanyak 26 4 orang responden (47,3%) menggunakan sebanyak 22 (40%). Responden mekanisme koping adaptif yang mengalami dismenore sedang sebanyak 23 (41,8%). Responden yang dismenore hebat mengalami sebanyak informasi 6 koping (10,9%). 3. tentang mekanisme yang adaptif untuk mengurangi risiko dismenore. Mekanisme koping mempunyai Bagi penelitian hubungan yang tidak signifikan selanjutnyamelakukan penelitian dengan lebih lanjut mengenai dismenore dismenore pada 2. mahasiswa Jurusan Keperawatan hendaknya dilakukan secara FKIK UNSOED Purwokerto. berkelanjutan yaitu tidak hanya B. Saran pada satu siklus menstruasi saja 1. Dismenore merupakan gangguan sehingga didapatkan hasil yang yang terjadi saat menstruasi pada lebih sebagian sebenarnya. besar ditingkatkan wanita.perlu pengetahuan mewakili kondisi yang Dalam jurnal dan DAFTAR PUSTAKA Anita, 2004, ‘Problem Solving Pada Remaja prosedur bertanya’. (Studi Kasus Remaja Yang Berbelanja di Universitas Negeri Yogyakarta, vol.3, Jlan Braga Bandung)’. Dalam Jurnal no.9, pp 76-86. Sosiologi Unpad. Noviana, 2008, Nyeri saat menstruasi. Diakses Duenhoelter, J 1998, Ginekology, Greenhiil, New York. Hananto, 2001, Kecerdasan tanggal 2 Juni 2008http://203.130.242.190/artikel/3325. ‘Hubungan Emosi’. Stres dengan Dalam Jurnal Psikologi. Universitas Undayana Blii. Hendrik 2006, Problema haid, Tiga Serangkai, Solo. shtml. Novianti. 2006. Strategi dalam pemecahan masalah, edisi ke3, Remaja Rosdakarya, Bandung. Polkki, T dkk, 2005, ‘Chinese nurses use of non- Kozier , B 2004, Fundamentals of nursing pharmacological methods in children’s concepts, process and practice, 7th Ed., postoperative pain relief’, Journal of Pearson Education Line, New Jersey. Advanced Nursing, vol. 51, no. 4, pp. Kusnawati, T, 2004, ‘Optimalisasi pembelajaran comprehension ecrite melalui penerapan 335-342. Desiyani Nani, Hubungan Mekanisme Koping Dengan Dismenore……46 Price, S & Wilson, L, 2003, Patofisiologi, Edisi 6 volume 2, EGC, Jakarta. Torasso, P, 2004, ‘Case-Based Reasoning in Diagnostic Retnowati, S, 2003, ‘Sumber daya pribadi dan Problem Alternative or complementary to sosial sebagai mediator dampak kejadian MBR?’, Journal of menekan terhadap munculnya simtom pp.114-117. depresi pada remaja’. Dalam Jurnal Universitas Gajah Mada. Rianto, H 2002, Nyeri menstruasi pada remaja. http://media-ilmu.com/2002/02/22/ nyeri-menstruasi-padaremaja/ (Accessed 9 Juni 2008). Rotter, J 1996, The pshycology: pearson medical behaviour, Mc Grow Hil, New York. Solomon, 2003, ‘Kemampuan Pengelolaan Emosi pada Karyawan (Studi Kasus PT. Indofood Tbk. Jkt)’, Dalam Jurnal Psikologi UI. Stuart, G.W., and Sundeen, S.J 1995, Principles 6 th and practice of psychiatric nursing, edition, Mosby Year Book, St. Louis. Suparman 1997, Ilmu penyakit dalam Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit Kedokteran, Jakarta. Solving: Italy, vol.1, no.3, Townsend, M 1996, Psychiatric mental health nursing: concepts of car, 2 nd edition, F.A. Davis Company, Philadelphia. Varcarolis, E 1992, Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing, Saunders Company, WB. Warsiti dan Rustina, Y 2007, ‘Stres dan koping perempuan dengan masalah infertilitas studi fenomenologi pada masyarakat Yogyakarta’, Dalam Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, vol.3, edisi 2 Desember. Widjanarko, B 2006, ‘Tinjauan terapi pada dismenore primer’, Dalam Jurnal Kedokteran Atma Jaya, vol.5, edisi ke1. Wiknjosastro, H 2002, Ilmu kebidanan, Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta. Suyono, S 2001, Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Vina, 2005, Interaksi Antar Personal dalam Edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, perkembangan emosi, Dalam Jurnal Jakarta. Humaniora. Tanra, A , 2005, ‘Terapi Perilaku’, Dalam Jurnal Psikiatri FK. UNHAS, April-Juni 2005. Vol. 24, No.2