BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etika

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat dalam
masyarakat. Nilai dan moral ini bersangkutan dengan tindakan manusia yang baik
atau tidak baik, pantas atau tidak pantas dilakukan. Etika sendiri dapat dibagi menjadi
dua yakni etika secara umum yang menyangkut kegiatan atau perilaku sehari-hari.
Sedangkan etika khusus merupakan penerapan prinsip dan norma moral dalam bidang
tertentu salah satu contoh dalam penerapan etika khusus ini adalah etika bisnis.1
Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral
bisnis Islami. Berbicara mengenai bisnis hal yang tidak lepas dari dunia bisnis adalah
marketing yang merupakan “dialing with the custemer’s” yang dinamis dan intensif
berinteraksi dengan pasar. Dalam konteks etika tersebut, pemasaran harus berorientasi
pada syariah, marker harus dibimbing oleh Al-Quran dan Hadist. Terkait dari konsep
etika bisnis Islam sangat mempunyai pengaruh yang erat dari pemasaran yang basis
syariah. Hal tersebut akan memberikan kesuksesan dan implikasi yang baik dalam
dunia bisnis. Dengan hal tersebut tujuan akhir dari etika bisnis yang terfokus pada
marketing yang terjun langsung dalam pelayanan konsumen adalah berdampak pada
kepuasan konsumen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implikasi etika dalam bisnis ?
2. Bagaimana hubungan perusahaan dan pelaku usaha yang lain?
3. Apa yang dihasilkan dari etika pemasaran syariah?
C. Tujuan
1. Dari hasil pembahasan diatas mahasiswa diharapkan mampu memahami etika
bisni.
2.
1
Mahasiwa dapat memahami konsep tentang pemasaran syariah.
Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang, “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai dan
Moral Dalam Bisnis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis , 3: 2 (Padang, oktober 2008), 138
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Implikasi Etika Dalam Bisnis
Kata “Ethics” berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti karakter atau
kebiasaan atau adat istiadat. Menurut Prof. Robert C. Salmon adalah karakter atau
sikap atau kebiasaan seseorang atau kelompok.
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang dianut oleh
masyarakat.2 Sedangkan dalam Islam etika adalah akhlak seorang muslim dala
melakukan semua kegiatan termasuk dalam bidang bisnis. Dalam pemikiran Islam
etika dipahami sebagai akhlak atau adab yang bertujuan untuk mendidik moralitas
manusia.3
Etika bisnis merupakan penerapan etika dalam dunia bisnis. Dalam konteks
makro etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dan sistem ekonomi secara
keseluruhan selain itu juga tetang alternatif dan modifikasinya. Dalam sudut pandang
mikro adalah membahas mengenai masalah-masalah etika di bidang organisasi yang
didalamnya terdapat perusahaan, serikat kerja, lembaga konsumen, perhimpunan
profesi, lembaga swadaya masyarakat dan lain yang terdapat di dalamnya. Dalam
tingkat level individu yakni mempelajari moral individu yang berhubungan dengan
ekonomi dan bisnis.4
Jadi dalam hal ini etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral
yang benar dan salah, berpacu pada standart moral, sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Standart etika bisnis tersebut diterapkan
kedalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orangorang dalam berorganisasi.5 Berikut konsepsi dalam Etika Bisnis6 :
2
M.Nur Rianto Al-Arif, S.E.,M.Si. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010).,208.
Prof. Dr.H. Veithzal,dkk. Islamic Business and Economic Ethics,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2012),.3
4
Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang, “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai dan
Moral Dalam Bisnis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis , 3: 2 (Padang, oktober 2008),139
5
Dr. Ika Yuliana Fauzia,Lc.,M.E.I. Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2013).,4
6
Muslich, Etika Bisnis Islam; Landasan Filosofis, Normatif dan Subtansi Implementatif, (Yogyakarta: Ekonisia
Fakultas Ekonomin UII, 2004).,10
3
2
N Norma
Etika Umum
A Agama
Undang-Undang
M Moralitas
Etika Bisnis
Hukum
Dammo
Dalam bisnis terdapat komponen atau variable satu dengan yang lain yang saling
berhubungan untuk mewujudkan tujuannya. Dengan tujuan yang sedikit berbeda
antara bisnis islami dan nonislami secara sistem terdapat beberapa diantaraya adalah
dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan hasil yang diwujudkan. Dalam hal ini
berikut adalah pejelasan tentang etika dalam fungsi pemasaran.
1. Etika dalam fungsi pemasaran
Pemasaran merupakan hal utama dalam dunia bisnis. Sebab pemasaran
merupakan aktifitas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
atas program yang dirancang untuk menghasilkan transaksi pada target pasar,
guna memenuhi kebutuhan perseorangan atau kelompok berdasarkan asas
saling menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga, promosi, dan
distribusi.
Dari definisi tersebut mengarahakan bahwa orientasi pemasaran adalah pasar.
Karena pasar merupakan mitra sasaran dan sumber penghasilan yang dapat
menghidupi dan mendukung pertumbuhan perusahaan. Dari hal tersebut apapun yang
dilakukan oleh aktivitas pemasaran adalah kepuasan pasar. Kepuasan pasar dapat
diartikan kondisi saling ridha dan saling memberi rahmat antara pembeli dan penjual
atau transaksi yang dilakukan. Dengan adanya keridhaan ini, pasar tetap loyal
terhadap produk perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Berikut adalah
kerangka pmasaran dalam bisnis islami :
3
Gambar
diatas
menunjukan
bahwa
kerangka
pemasaran
bisnis
islam
mengedepankan adanya konsep rahmat dan ridha, baik dari penjual maupun dari
pembeli, sampai Allah SWT. Dengan demikian etika pemasaran haruslah didasari
pada etika dalam bauran pemasarannya, yang dapat diklasifikasika sebagai berikut :
1. Etika pemasaran dalam konteks produk
a. Produk yang halal dan thayyib.
b. Produk yag berguna dan dibutuhkan.
c. Produk yang berpotensi ekonomi atau bermanfaat.
d. Produk yang bernilai tambah yang tinggi.
e. Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial.
f. Produk yang dapat memuaskan masyarakat.
2. Etika pemasaran dalam konteks harga :
a. Beban biaya produksi yang wajar.
b. Sebagai alat kompetisi yang sehat.
c. Diukur dalam kemampuan daya beli masyarakat.
d. Margin perusahaan yang layak.
e. Sebagai alat daya tarik bagi konsumen.
3. Etika pemasaran dalam konteks ditribusi:
a. Kecepatan dan ketepatan waktu.
b. Keamanan dan keutuhan barang.
c. Sarana kompetisi memberikan pelayanan kepad masyarakat.
d. Konsumen mendapatkan pelayanan tepat dan cepat.
4. Etika pemasaran dalam konteks promosi:
a. Sarana memperkenalkan barang.
b. Informasi kegunaan dan klasifikasi barang.
c. Sarana daya tarik barang terhadap konsumen.
4
d. Informasi fakta yang ditopang kejujuran.7
Dalam konteks Islam, etika pemasaran perlu didasari oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Quran dan Hadist Nabi. Berikut adalah beberapa ayat yang
dapat digunkan sebagai pijakan :
1. Perhatikan olehmu sekian pelanggan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu
ada sembilan dari sepuluh rezeki.
2. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.
3. Barang siapa yang memelihara silaturahmi, Allah akan menganugerhakan rezeki
yang melimpah dan umur panjang.
Disamping itu, teladan Rosullulah dalam berdagang dapat dijadikan acuan
dalam memasarkan produk adalah sebagai berikut :
1. Cara
Cara berdagang Rasullulah adalah tidak membohongi pelanggan, tidak
menyangkut besaran (kuantitas) maupun kualitas.
“Apabila
dilakukan
penjualan,
katakanlah,
“Tidak
ada
penipuan”
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikanorang lain; Dalam AlQuran disebutkan dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan ,
janganlah kamu merugikan menusia dengan mengurangi hak-haknya dan
janganlah membuat kerusakan dibumi.
2. Pelayanan
Pelanggan yang tidak sanggup membayar kotan kendaknya diberi tempo untuk
melunasinya atau diberi pengampunan (apabila memungkinkan) jika ia benarbenar tidak sanggup membayarnya.
3. Persuasi
Menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. “sumpah
dengan maksud melariskan barang dagangan adalah penghapusan berkah”
7
Dr. Ika Yuliana Fauzia,Lc.,M.E.I. Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2013).,6-7
5
4. Pemuasan
Hanya dengan kesepakatan bersama, dalam suatu usulan dan penerimaan,
penjualan akan sempurna.
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”
Dalam sebuah hadist disebutkan :
“Kamu tidak boleh berpisah kecuali dengan kesepakatan bersama”.
Pemasar harus cerdik dan hati-hati memeilih dan cara tepat yang tidak
bertentangan dengan etika yang berlaku ketika berusaha menyampaikan informasi
tentang produk yang dipasarkan. Misalkan iklan obat atau jamu secara berlebihan
menampilkan produknya yang terbaik dengan menayangkan pernyataan beberapa
orang (yang disewa, tentunya) bahwa obat yang diminumnya telah menyembuhkan
beberapa penyakit berat, seperti kanker, diabets, dan jantung, meskipun menurut
dunia kedokteran penyakit tersebut sukar dan tidak mungkin disembuhkan. Jelas
bahwa yang demikian sangat menyesatkan, membohongi, atau tidak etis.8
Etika Islam dalam Tanggung Jawab Sosial Organisasi Bisnis
Tanggung jawab sosial merujuk pada “kewajiban sebuah organisasi untuk
melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat tempat ia berada”.
Tanggung jawab tersebut meliputi pelaku organisasi, lingkungan alam, dan
kesejahteraan sosial secara umum.
Pelaku Organisasi
Pelaku organisai berorientasi pada personal/ orang- orang dalam organisasi
dan organisasi yang dipengaruhi oleh tindakan organisasi. Etika dapat
memperlihatkan cara perusahaan berhubungan dengan para pekerja mereka, para
pekerja dapat berhubungan dengan perusahaan, dan perusahaan berhubungan
dengan pelaku ekonomi yang lain.
8
Ari Setyaningrum.,dkk. Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Offset,2015).,19
6
a. Hubungan perusahaan dengan pekerja
Dalam konteks non-Islam, standart etis ditentukan oleh manager. Standart ini
meliputi perekrutan dan pemecatan, upah, pelecehan seksual, dan hal-hal lain
yang relevan dengan kondisi kerja seseorang.
b. Keputusan perekrutan, promosi dan lain-lain bagi pekerja
Islam mendorong untuk melakukan muslim secara adil. Dalm perekrutan,
promosi atu keputusan-keputusan lain, seorang manager harus menilai kinerja
seseorang terhadap orang lain berdasrkan kejujuran dan keadilan (‘adl) adalah
sebuah keharusan. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk melakukan
hal sebagai berikut :
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila menetapkan hukum diantara manusia hendaknya
kamu menetapkan dengan adil”.
c. Upah yang adil
Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan dengan cara yang adil, baik
bagi pekerja maupun juga majikan. Pada hari pembalasan, Rasulluah SAW
akan menjadi saksi terhadap “orang yang memperkerjakan buruh dan
mendapatkan pekerjaanya diselesaikan olehnya, tetapi tidak memberikan upah
kepadanya”.
Penekanan pemberian upah pada islam telah terjadi berabad-abad. Selama masa
pemerintahan empat Khalifah hingga masa kebangkitan kolonialisme Barat,
lembaga hisbah telah dikembangkan untuk menegakkan hukum dan aturan
publik serta mengawasi antara hubungan pembeli dan penjualan dari pasar.
Misi lembaga hisbah adalah melindungi aturan-aturan yang benar dan melawan
praktik ketidakjujuran.Hisbah dibawah tuntunan Muhtasib yang bertanggung
jawab “memelihara moralitas publik dan etika ekonomi”.
d. Penghargaan terhadap keyakinan pekerja
Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek hubungan antara
perusahaan dan pekerjanya. Pengusaha muslim tidak boleh memperlakukan
pekerjannya sehingga seolah-oleh Islam tidak berlaku selama waktu kerja.
sebagai contoh, pekerjaan muslim harus diberi waktu untuk melakukan sholat,
tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan
aturan moral Islam, harus diberi waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak
dapat bekerja, serta tidak boleh dilecehkan seksual dsb. Untuk menegakkan
7
keadilan dan kesinambungan, keyakinan para pekerja non-muslim juga harus
dihargai. Dalam sebuah hadist disebutkan :
“Allah SWT, tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula
mengusir kamu di negerimu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang
yang berlaku adil”.
e.
Akuntabilitas
Meskipun majikan dan pekerja dapat saling menipu satu sama lain, keduanya
harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan Allah SWT. Sebagai
contoh, Rasulullah SAW. Tidak pernah menahan upah siapapun.
f.
Hak Pribadi
Jika seorang pekerja memiliki masalah fisik yang membuatnya tidak dapat
mengerjakan tugas-tugas tertentu atau jika seorang pekerja telah berbuat
kesalahan pada masa lalu, majikantidak boleh menyiarkan berita tersebut. Hal
ini melanggar hak pribadi pekerja. Dalam Al-Quran disebutkan:“Jika kamu
menyiarkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memanfaatkan
sesuatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah SWT. Maha Pemaaf
lagi Maha Kuasa.”
g. Kebajikan
Prinsip kebajikan (Ikhsan) seharusnya merasuk dalam hubungan antara bisnis
danpekerja. Pada suatu saat, sebuah usaha mungkin berjalan kurang
memuaskan, dan para pekerja akan menanggung pengurangan upah sementara
untuk waktu kerja yang sama. Aspek lain prinsip kebijakan adalah tidak
melakukan terhadap para pekerja untuk bekerja secara membabi buta. Sebuah
survei terhadap 1.227 pembaca buku Hardvard Business Review baru-baru ini
mengungkapkan bahwa para atasan sering melakukan tekanan terhadap para
bawahannya untuk menandatanganidokumen palsu, membiarkan kesalahan
atasan, dan melakukan bisnis dengan teman-teman pesanan mereka. Ketika
mendapat tekanan dari atasan, para pekerja merasa dipaksa untuk
mengompromikan integritas mereka.
h. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan
Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dan perusahaan,
terutama berkaitan dengan persoalan kejujuran, kerahasiaan, dan konflik
kepentingan. Dengan demikian,serang pekerja tidak boleh menggelapkan uang
8
perusahaan. Dan juga tidak boleh membocorkan rahasia perusahaan kepada
orang luar. Praktik tidak etis lain terjadi ketika para manajer menamahkan
harga palsu untuk makanan dan pelayanan lain dalam pembukuan keuangan
perusahaan mereka. Beberapa dari mereka melakukan penipuan karena merasa
dibayar rendah, dan ingin mendapatkan upahyang adil. Pada saat yang lain, hal
ini dilakukan semata karena ketamakan. Sebagai contoh, Albert Miano yang
menggelapkan uang 1 juta dolar dari para pekerjanya mengakui bahwa faktor
pendorong uatamanya adalah ketamakan. Bagi para pekerja muslim, Allah
SWT. Memberikan peringatan yang jelas di Dalam Al-Quran:” Katakanlah,
Tuhanku hanya mengharapkan perbuatan yang keji, baik yang tampak ataupun
yang tersembunyi dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa yang
benar”.
B. Hubungan Perusahaan dan Pelaku usaha yang lain
Perusahaan berhubungan dengan pelaku usaha yang lain diantaranya adalah :
pemasok,
pembeli,
orang
yang
berutang,
masyarakat
umu,
pihak
yang
berkepentingan/pemilik mitra, fakir miskin, pesaing, dan lingkungan alam.
a. Pemasok
Berhubungan dengan etika bisni, soeorang harus melakukan negoisasi dengan
harga yang adil, dan tidak mengambil keuntungan berdasarkan kekuasaan yang
lebih besar. Untuk menghindari kesalah pahaman Allah telah memerintahkan kita
untuk membuat perjanjian kewajiban bisnis secara terlulis. Dalam Al-Quran: Surah
Al-Baqarah : 282
‫يََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ َٰٓو ْا إِ َذا تَدَايَنتُم بِد َۡي ٍن إِلَ َٰٓى أَ َج ٖل ُّم َس ّٗمى فَ ۡٱكتُبُو ُۚهُ َو ۡليَ ۡكتُب‬
ُۚ َّ ُ‫ب َك َما َعلَّ َمه‬
‫ٱّللُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُمۡ لِ ِل‬
َ ُ‫ب َكاتِبٌ أَن يَ ۡكت‬
َ ‫ب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ُۢبُ بِ ۡٱل َع ۡد ُۚ ِل َو ََل يَ ۡأ‬
ۡ ُّ ‫ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح‬
َّ ‫ق‬
ۡ َ‫ٱّللَ َربَّ ۥهُ َو ََل يَ ۡبخ‬
٢٨٢ ......‫س ِم ۡنهُ َش ّٗۡي ُۚا‬
ِ َّ‫ق َوليَت‬
Artinya :”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskanya.
9
Hendaknya orang yang berhutang itu mendiktekan dan hendaknya ia bertaqwa
kepada Allah Tuhanya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun darinya...”
Pedagang dilarang melakukan pasar bebas melalui bentuk perantara tertentu
hal tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan inflasi harga. Misalnya menghalangi
seseorang yang hendak kepasar menjual dagangan, kemudian membeli dengan
harga murah dan menjual dengan harga yang mahal, dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan lebih. Hal tersebut dilarang dalam Islam , sebagaimana
dijelaskan dalam hadist : Rasullulah SAW. Bersabda “ Orang kota seharusnya
tidak menjual sesuatu kepada orang diri padang pasir, biarkan mereka berusaha
denan caranya sendiri; Allah SWT akan memberi mereka ketentuan yang berbeda
suatu dari yang lain”.
b. Pembeli/Konsumen
Pembeli seharusnya menerima barang dalam keadaan baik, dengan harga yang
wajar. Mereka diberi tahu dengan kekurangan barang yang hendak dibeli. Berikut
adalah praktik yang dilarang oleh Islam ketika berhubungan dengan konsumen:
 Menggunkan alat ukur timbangan yang tidak tepat.
 Penimbuana dan manipulasi harga.
 Penjualan barang palsu/rusak.
 Bersumpah untuk mendukung sebuah penjualan.
 Membeli barang-barang curian.
 Larangan mengambil bunga atau riba.
c. Orang yang berhutang
Sebagai seorang Musim, jika kita bertemu dengan konsumen yang berhutang
kesulitan dalam keuangan, hendaknya ia diberi waktu untuk melunasinya. Allah
SWT berfirman Surah Al-Baqarah : 280
ْ ُ‫َص َّدق‬
ۡ‫ر لَّ ُكمۡ إِن ُكنتُم‬ٞ ‫وا خ َۡي‬
َ ‫َوإِن َكانَ ُذو ُع ۡس َر ٖة فَن َِظ َرةٌ إِلَى َم ۡي َس َر ٖ ُۚة َوأَن ت‬
٢٨٠ َ‫ت َۡعلَ ُمون‬
Artinya: “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu
menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
10
Dalam waktu yang sama, Islam mendorong orang yang berhutang untuk tidak
menangguh-nangguhkan pembayaran hutangnya terutama bagi orang kaya yang
berhutang. Rasullulah berkata “Penangguhan utang bagi seorang yang kaya
adalah ketidakadilan”
Dalam Islam, pembayaran hutang mempunyai kedudukan yang sangat penting
hingga dosa-dosa yang mati shahid akan diampuni, kecuali untuk utang-utang yang
belum terbayar.
d. Masyarakat Umum
Seorang pengusaha berkewajiban untuk menyediakan barang-barang penting
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Contohnya jika masyarakat memiliki kebutuhan
tentang pertanian, pakaian, tampat tinggal, dan lain-lain dan komuditas penting
lainya, pengusaha harus menetapkan harga secara wajar. Islam menentang gagasan
tentang pengontrolan harga. Hal tersebut ditemukan dalam hadist:
Seorang laki-laki datang dan berkata “Rasullulah, arga tetap”. Rasullulah
SAW berkata, (tidak), saya harus shalat”. Laki-laki itu datang lagi dan
berkata,”Rasullulah
harga
tetap”. Rasulullah SAW berkata,”tidak yang
lain,kecuali Allah yang membuat harga menjadi rendah atau tinggi. Saya berharap
bahwa ketika saya bertemu dengan Allah SWT, tak satupun diantara kamu yang
menyalahkan karena berbuat salah berkaitan dengan darah atau barang milik”.
e. Pihak yang berkepentingan
Terwujudnya hubungan kemitraan agar terhapus kejahatan dalam masyarakat
dan bertujuan menguntungkan sesama manusia. Al-Qardhawi menyatakan bahwa
usaha semacam ini akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sebagaimana
disebutkan dalam ayat Surah Al-Ma’idah : 2
ْ ُ‫وا َعلَى ۡٱلبِرِّ َوٱلت َّ ۡق َو ٰۖى َو ََل تَ َعا َون‬
ْ ُ‫ َوتَ َعا َون‬.....
٢ .........‫ٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلع ُۡد َو ُۚ ِن‬
ِ ۡ ‫وا َعلَى‬
Artinya:”...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan..”
1. Al-Mudharabah. Dalam hal ini islam mengizinkan hubungan kemitraan
antara pemodal dan tenaga kerja. Hal tersebut timbul karena jika seorang
yang mempunyai keterampilan bisnis namun tidak mempunyai modal.
2. Syarikah. Dalam hubungan kemitraan, bank menyediakan sebagian modal
yang dibutuhkan sementara pengusaha menyediakan sisanya. Pengusaha
11
bertanggung jawab dalam hal pengawasan dan managemen. Kedua belah
pihak sepakat untuk membagi keuntungan ataupun kerugian berdasarkan
perbandingan
investasi
mereka.
Jika
terjadi
kerugian
pengusaha
mengurangi upah bagi pekerjanya.
3. Musyarakah. Hubungan kemitraan dengan jangka waktu yang terbatas dan
berusaha mengerjakan proyek tertentu. Kedua belah pihak bekerjasama
dalam pengolahan modal bergerak maupun modal tetap, pembagian
keuntungan dan kerugian sesuai dengan perbandingan modal yang
dijanjikan.
4. Murabahah. Bank membeli barang tertentu dari pemasok, atas nama
pengusaha dengan harga tetap sebagaimana persetujuan mengenai margin
keuangan.dalam hal ini kedua belah pihak wajib mengetahui harga barang
awal serta kenaikan keuntungan.
5. Qardh Hasan. Berbentuk “pinjaman kebajikan” tidak dikenakan biaya dan
tanpa bunga. Jenis pinjaman diberikan kepada konsumen atau pengusaha
saat mengalami situasi sulit atau pengeluaran yang tidak direncanakan.
f. Fakir Miskin
Fakir miskin mendekati seorang pengusaha dan meminta sedekah. Kadangkala
pengusaha memberikan barang bekas dan barang rusak yang menurutnya tidak
digunakan lagi. Allah memperingatkan kepada umat-Nya mengenai hal ini : Surah
Al-Baqarah : 267
ْ ُ‫يََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ َٰٓو ْا أَنفِق‬
َ‫ت َما َك َس ۡبتُمۡ َو ِم َّمآَٰ أَ ۡخ َر ۡجنَا لَ ُكم ِّمن‬
ِ َ‫وا ِمن طَيِّب‬
ۡ
ْ ‫ض َو ََل تَيَ َّم ُم‬
َ ِ‫وا ۡٱلخَ ب‬
َٰٓ َّ ِ‫اخ ِذي ِه إ‬
‫َل أَن تُ ۡم ِموُو‬
ِ َِ‫يث ِم ۡنهُ تُنفِقُونَ َولَ ۡستُم ب‬
ِ ٰۖ ‫ٱۡلَ ۡر‬
َّ ‫ٱعلَ ُم َٰٓو ْا أَ َّن‬
ۡ ‫ْا فِي ُۚ ِه َو‬
٢٦٧ ‫ٱّللَ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Infakanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kamu
keluarkan dari bumi untukmu . Janganlah kamu melilih yang
buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
12
mengambilnya melainkan dengan memincangkan mata (enggan)
dihadapannya...”
g. Pesaing
Dengan mengeliminasi pesaingnya, perusahaan akan dapat memperoleh hasil
ekonomi di atas rata-rata melalui praktik penimbunan da monopoli harga.
Padahal monopoli dilarang oleh Islam, sebagaimana disebutkan dalam
Al-Hidayah :Sangatlah tidak terpuji usaha untuk monopoli kebutuhan-kebutuhan
hidup, dan makanan untuk hewan ternak, didalam kota tempat praktik monopoli
terbukti cenderung merusak.
h. Lingkungan Alam
Berkaitan dengan tanggung jawab sosial dalam berbisnis adalah lingkungan
alam. Banyak perusahaan yang membuang limbah pabriknya ke sungai, udara, dan
tanah. Akibatnya terjadi hujan asam, penipisan lapisan ozon, dan rusaknya
ekosistem yang disebabkan karena pelaku yang tidak bertanggung jawab. Islam
menekankan peran manusia dalam lingkungan alam dengan membuatknya
bertanggung jawab kepada lingkungan sekelilingnya sebagai khalifah Allah SWT.
Dalam Al-Quran disebutkan : Surah Al-Baqarah : 30
َٰٓ ۡ
ٰۖ
ۡ
‫ض خَ لِيفَ ّٗة قَالُ َٰٓو ْا أَت َۡج َع ُل فِيهَا َمن‬
َ َ‫َوإِ ۡذ ق‬
ِ ‫ل فِي ٱۡلَ ۡر‬ٞ ‫ال َربُّكَ لِل َملَئِ َك ِة إِنِّي َجا ِع‬
ُ ِ‫ي ُۡف ِس ُد فِيهَا َويَ ۡسف‬
‫ال إِنِّ َٰٓي‬
َ َ‫ك ٱل ِّد َمآَٰ َء َون َۡح ُن نُ َسبِّ ُح بِ َحمۡ ِدكَ َونُقَ ِّدسُ لَ ٰۖكَ ق‬
٣٠ َ‫أَ ۡعلَ ُم َما ََل ت َۡعلَ ُمون‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah dibumi.”Mereka berkata “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumphkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,”Sungguh, aku
mengetahui apa yang hendak kamu ketahui.”
Seorang muslim yang ditugaskan menjadi khalifah harus menjaga alamnya.
Kecenderungan paham muthakhir paham environmentlisme bisnis, yaitu sebuah
usaha secara proaktif memberi perhatian sangat cermat dalam memperlihatkan
lingkungan , sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Contoh Islam yang berhubungan
dengan alam adalah perlakuan terhadap binatang, populasi lingkunagan dan hal-
13
hak kepemilikan, dan populasi lingkungan terhadap sumber-sumber alam “bebas”
seperti udara, tanah dan air. 9
C. Etika Pemasaran Syariah
Kejujuran adalah salah kualitas yang paling sulit untuk dicapai di dalam dunia
bisnis, keluarga, atau dimanapun orang melakukan persaingan dengan orang lain. Para
pengusaha mempunyai satu misi yang terkait dengan rencana-rencana, mereka
berusaha dengan memanfaatkan sumber dayanya ke arah keberhasialan misi tersebut.
Dengan hal tersebut para pemberi kerja tergantung pada karyawan, para pelanggan
tergantung kepada para penyalur, bank-bank tergantung kepada nasabah dan
peminjaman dan hal tersebut akan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu
bisnis yang berhasil dalam masa panjang akan cenderung untuk membangun semua
hubungan atas mutu, kejujuran dan kepercayaan.
Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu sebabnya
misi diutusnya Rasululllah ke diunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang
telah rusak. Seorang pengusaha muslim mempunyai kewajiban berpegang teguh
terhadap etika dan moral bisnis islami, yang mencakup hal-hal berikut:
1. Husnul Khuluq. Akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan
praktik bisnis yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak baik dalam bisnis
adalah kejujuran (Q.S. Al-Ahzab: 70-71). Sebagian dari makna kejujuran adalah
seorang
pengusaha
senantiasa
terbuka
dan
transparan
dalam
jual
belinya:”Tetapkanlah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran mengantarkan
kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan pada surga”
(H.R.Bukhari dan Muslim).
2. Amanah. Seorang pembisnis muslim adalah sosok yang dapat dipercaya, sehingga
ia tidak mendzalimi kepercayaan yang diberikan kepadanya:” Tidak ada iman bagi
orang yang tidak punya amanat (tidak dapat dipercaya) dan tidak ada agama bagi
orang yang tidak menepati janji, pedagang yang jujur dan amanah (tempatnya
disurga) bersama para nabi, shiddiqin (orang yang jujur) dan para syuhada” (H.R.
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
3. Toleran. Manfaat toleran adalah mempermudah pergaulan, mempermudah urusan
jual beli, dan mempercepat kembalinya modal:” Allah mengasihi orang yang
9
Herry Sutanto. SE.,M.M., dan Khaerul Umam, S.IP. M.Ag, Managemen Pemasaran Bank Syariah,(Bandung:
Pustaka Setia,2013).,81-94
14
bersikap baik dalam menjual, dalam membeli dan melunasi utang” (H.R. Bukhari).
Konsekuensi terhadap akad dan perjanjian merupakan kunci sukses yang lain
dalam hal apapun Allah memerintah kita untuk hal itu:”Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah akad-akad itu “(Q.S. Al-Maidah:1). “ dan penuhilah janji,
sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabnya”(Q.S.Al-Isra:34).
Menepati janji mengeluarkan orang dari kemunafikan sebagaimana sabda
Rasulullah :” Tanda-tanda munafik itu tiga perkara, ketika berbicara ia dusta,
ketika sumpah ia ingkari, ketika dipercaya ia khianat” (H.R. Bukhari Muslim).
Dalam konteks etika, pemasaran yang berorientasi syariah, marketer harus dibimbing
oleh Al-Quran dan Hadist dalam penawaran produk pada konsumen.
Pertama, memastikan pertimbangan kegiatan pemasaran itu bersumber dari AlQuran dan hadist. Karena hal tersebut yang ,enjadi persyaratan dalam dunia bisnis,
yakni persyaratan horizontal (Kemanusiaan) dan persyaratan vertikal (spiritual). Surat
Al-Baqarah ayat 2 menyebutkan:”Kitab Al-Quran ini tidak ada yang diragukan
didalamnya. Menjadi Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”.
a. Allah memberikan jaminan terhadap kebenaran Al-Quran, sebagai reability
product guarantae.
b. Allah menjelaskan manfaat Alquran sebagai produk karyaNya yakni menjadi
hudan (petunjuk).
c. Allah menjelaskan obyek, sasaran, sekaligus target penggunaankitab suci
tersebut, yakni orang-orang yang bertaqwa.
kriteria
penggunaan
produk
Konsumen sehat,
cerdas,Muttaqin
AlQuran
dan Hadist
Kegunanan
Produk
Guarantae/Gar
ansi
Kedua, jaminan. Seller harus memberikan jaminan bagi produk yang akan dijual,
setidaknya dalam dua aspek berikut :
15
a. Aspek material, yakni mutu bahan, mutu pengobatan, dan mutu penyajian.
b. Aspek nonmaterial, mencakup aspek halal (makanan, uang, sumber rezeki,dll)n
dan tharah (higienis: kantor, makanan,dll), dalam islami dalam penyajian.
Ketiga, manfaat produk yang dipasarkan. Seorang penjual harus menjelaskan
manfaat dari produk yang dijual, atau manfaat proses produksi dijalankan dengan
benar. Perhatikan perintah Allah berikut ini:” Beritahukanlah kepadaku (berdasarkan
pengetahuan) jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Al-An’am: 143).
Hal tersebut menjelaskan kepada kita untuk menyakinkan seseorag berdasarkan ilmu
pengetahuan, data, dan fakta.
Keempat, sasaran produk. Penjual dapat menjelaskan bahwa sumber makanan,
uang, rezeki, yang halal dan baik (halalan thayiban) akan menjadi darah dan daging
manusia, akan menjadikan orang yang taat kepada Allah, karena konsumsi dapat
mengantarkan manusia kepada ketakwaan harus mempunyai 3 unsur: a. Materi yang
halal, b. Sumber dan pengolahanya yang bersih (higienis) dari kotoran, dan dosa, c.
Penyajian yang islami.
Dalam proses pemasaran, promosi mempunyai peran sangat penting. Promosi
adalah upaya penawaran barang dagangan kepada calon pembeli. Rosulluah
memberikan cara sales promotion yang jitu kepada seorang pedagang. Dalam suatu
kesempatan , beliau mendapati seorang sedang menawarkan barang dagangannya.
Dilihatnya ada yang jangal dengan hal tersebut, kemudian beliau mendekat dan
memberikan nasihat kepada orang tersebut. Orang tersebut jangkung sedangkan
barang yang ditawarkanya pendek. Kemudian Rasullah berkata :” Duduklah!
Sungguhnya kamu menawarkannya dengan duduk itu lebih mudah mendatangkan
rezeki”. Dengan demikian promosi harus dilakukan dengan cara yang tepat sehingga
menarik bagi calon pembeli. Faktor tempat (desain interior yang serasi, letak produk
yang mudah dilihat, teratur dan rapi), cara penyajian dan teknik menawarkan produk
dilakukan dengan cara yang menarik. Karna dalam hadist yang dijelakan Rasullah
bahwa seorang penjualan mempengaruhi keberhasilan penjualan.
Marketing dalam dunia bisnis adalah sebagai keutamaan jika dilakukan oleh pelaku
bisnis secara tepat dan benar, untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dalam
melakukan marketing. (1). Sebagai ilmu bisnis yang berpijak pada konsep, strategi
stakeholder (pelanggan, karyawan-anggota organisasi, pemegang saham) secara
berkelanjutan. Kepusan merupakan hal utama dalam merancang dan pengendalian
bauran pemasaran dalam lingkungan bisnis yang cepat dan berusah secara cepat. (2).
16
Sebagai jiwanya setiap bisnis. Marketing mempunyai basis keilmuan yang kuat dalam
menjelaskan fenomena pasar secara menyeluruh. Islam menghargai marketing karena
merupakan bagaian dari kerja, namun harus memperhatikan hal-hal yang dilarang olh
islam dalam promosi, misalnya: terjerumus pada aktor yang berpamer aurat.
Marketing menganjurkan agar setiap orang dalam bisnis mempunyai jiwa marketer
sehingga mampu menggerakkan perusahan, melihat, merespons, dan membuat
pelanggan puas dalam pasar dan terus menerus berubah. Sementara bisnis yang jelas
dilarang oleh Islam adalah sebagai berikut :
1. Jangan lakukan transaksi bisnis yang diharamkan oleh Islam
Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis dalam hal yang
yang diharamkan oleh syariah, tuntutan bagi seorang pengusaha muslim adalah
melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dalam masyarakat. bisnis makanan
yang haram, minuman keras, narkoba, pelacuran, discotic caffe, suguhan makanan
dan minuma yang tak halal dan lain sebagainya (Q.S Al-Araf:32-Al-Maidah:100)
adalah kegitan bisnis yang diharamkan.
2. Jangan mencari dan menggunkan harta dengan cara yang tidak halal.
Islam melarang riba dengan ancaman berat (Q.S. Al-Baqarah: 275-279), sementara
transaksi spekulatif amat erat dengan bisnis yang tidak taransparan, seperti
perjudian, penipuan, melanggar amanah sehingga besar kemungkinan akan
merugikan.Penimbunan harta agar mematikan fungsunya untuk dinikmati orang
lain serta mempersempit ruang usaha dan aktivitas ekonomi adalah perbuatan
tercela dan dapat balasan yang amat berat (Q.S.At-Taubah: 34-35). Berlebihan dan
menghamburkan uang untuk tujuan yang tidak bermanfaat dan berfoya-foya,
kesemuanya merupakan perbuatan yang melampaui batas. Kesemua sifat tersebut
dilarang karena merupakan sifat yang tidak bijaksana dalam penggunaan harta dan
bertentagan dengan perintah Allah (Q.S. Al-A’raf:31).
3. Jangan bersaing dengan cara yang bathil atau tidak sehat.
Persaingan yang tidak fair sangat dicela oleh Allah dalam Alquran surat AlBaqarah:188”janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian kamu dengan
cara yang bathil”. Monopoli merupakan persaingan yang tidak fair, Rasullah
mencela perbuatan monopoli:”barang siapa yang melakukan monopoli maka dia
telah bersalah”(H.R.Muslim),”orang yang mendistribusikan barang daganganya
akan dimudahkan rezekinta, orang yang melakukan monopoli itu dilaknat” (H.R.
Ibnu Hibban). Tujuan monopoli adalah untuk memahalkan harga agar pengusaha
17
tersebut mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Rasullulah bersabda
:”seseorang yang sengaja melakukan sesuatu untuk menaikan harga, niscaya Allah
memberinya
singgasana
yang
terbuat
dari
api
neraka
di
hari
kiamat”(H.R.Ahmad).
4. Jangan memasarkan makanan dan minuman yang dilarang syariah.
a. Mereka bertanya kepadamu tentag khamardan judi. Katakanlah, pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tapi
dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya, dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, yang lebih dari keperluan.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu supaya kamu
berpikir (Q.S. Al-Baqarah: 2019).
b. Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu bangkai, darah, daging babi.
Dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, tetapi
barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakanya), sedang dia tidak
menginginkanya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S.Al-Baqarah:173).
5. Jangan menjelek-jelekan produk atau orang lain.
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka, dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik, dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelar yang mengandung ejekan. Seburukburuk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siap
yang tidak bertobat, maka merekalah orang-orang yang zalim. Wahai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanykan purba-sangka (kecurigaan0, karena sebagian
purba sangka itu dosa, dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah orang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Q.S.Al-Hujarat:11-12).
Mencari keburukan orang dan menggunjingkanya satu sama lain/ mengumpat atau
menjelek-jelekan disebut dengan ghibah. Ayat di atas menyebutkan dengan jelas
bahwa Allah melarang hambanya yang berburuk sangka, mencari keburukan orang
18
lain, mengumpat, menggunjing,/menjelek-jelekan satu sama lain. Rasullulah
mempertajam ayat tersebut melalui subuah dialog dengan para sahabat, yang
intinya ghibah adalah :
1. Kamu membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang ia tidak menyukainya.
2. Jika padanya terdapat apa yang kamu bicarakan itu, berarti kamu
mengumpatnya.
3. Jika padanya tidak seperti yang kamu bicarakan itu, kamu telah memfitnahnya.
Ghibah adalah keinginan untuk merusak, menghancurkan, menodai harga diri,
kemuliaan, dan kehormatan orang lain. Rasullulah menyetarakan status ghibah
sebagai:
1. Sama dengan memakan daging saudaranya sendiri (sesama muslim)
2. Sama dengan mengeluarkan bau busuk.
3. Sama dengan perkataan yang andaikata dicampur dengan air laut, niscaya akan
tercemar.
Bagi para marketer syariah, ghibah merupakan perbuatan sia-sia, membuang-buang
waktu, oleh karena itu lebih baik menumpahkan seluruh waktunya untuk bekerja
secara profesional, menempatkan seluruh prospeknya sebagai sahabat yang baik,
tunjukan perilaku dan berbudi pekerti yang baik dan muliakan akhlak kepada
mereka. Kebaikan perilaku mendorong munculnya kepercayaan dari orang lain,
sebagaimana Rasullulah muda menjadi contoh karena kebaikan perilakunya
sebagai salah satu kunci sukses dalam menjalankan bisnisnya. Demikian juga
ketika Muhammad sudah menjadi Rasul Allah, yang dapat menjadi pegangan
dalam memasarkan atau mempromosikan produk.
1. Janganlah kamu berbicara dengan ucapan yang buruk, jangan kamu sindir
menyindir, jangan kamu memperdengarkan kabar orag lain, dan janganlah
sebagian kamu menjual atas jualan sebagian yang lain. Sementara itu, jadilah
kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R. Bukhari Muslim).
2. Hindarlah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong.
Janganlah saling mencari-cari keburukan orang. Jangan saling mengorek
rahasia orang dan saling menyaingi. Jangan saling mendengki, jangan saling
marah dan tak acuh, tetapi jadilah kamu semua bersaudara sebagai hambahamba Allah.
6. Jangan menjadi aktor pamer aurat
19
hai anak adam (umat manusia), sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian
takwa (selalu bertakwa kepada Allah) itulah yang paling baik. Yang demikian itu
adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan
sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu dan bapakmu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang yang tidak beriman.
(Q.S.Al-A’raaf:26-27).
7. Jangan menipu/ bohong untuk meningkatkan transaksi.
1. Diantara manusia yang ucapanya tentang kehidupan dunia menarik hatimu
dan mempersaksikannya kepada Allah, padahal ia adalah pembohong dan
penantang yang paling keras (Q.S. Al-Baqarah :204).
2. Apabila kamu menjual, katakanlah,”disini tidak ada penipuan dan
kebohongan” (H.R.Bukhari).
3. Bukan termasuk umatku, orang yang melakukan penipuan dan kebohongan
dalam jual beli (H.R Ibnu Majah dan Abu Dawud).
4. Sumpah yang diucapkan untuk melariskan perniagaan/barang dagangan, ia
menghapuskan keberkatan dan keuntunganya. (Bukhari dan Muslim).
5. Berjualan dengan sumpah palsu untuk melariskan barang daganganya, ia
telah berusaha dengan cara tercela (H.R. Bukhari dan Muslim).
Islam sangat melarang memalsu dan menipu karena dapat menyebabkan
kerugian, kezaliman serta dapat menimbulkan permusuhan dan percekcokan. Allah
berfirman dalam surat Al-Isra:35 “sempurnakanlah takaran kerika kamu menakar
dan timbanglah dengan neraca yang benar”, Nabi bersabda,”Sempurnakanlah
takaran ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar.”. Nabi
bersabda, “Apakah kamu menjual, maka jangan menipu dengan kata-kata manis”.
Berbagai bentuk penawaran (promosi) yang dilarang tersebut dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Penawaran den pengakuan (testimoni) fiktif.
20
Bentuk penawaran yang dilakuakan oleh penjual seolah daganganya ditawar
banyak pembeli atau seorang artis yang memberikan testimoni keunggulan
suatu prodk, padahal mereka tidak mau membeli.
b. Iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Iklan yang terpasang di baleho dan media sosial memberikan keterangan palsu.
c. Eksploitasi wanita
Produk perawatan yang menggunkan model wanita berpakaian minim menjadi
penjaga stand pameran produk dan menugaskan wanita tersebut merayu
pembeli agar melakukan pembelian terhadap produk.
Model produksi tersebut melanggar akhlak karimah. Proses marketing, jual beli
harus berdasarkan etika Islam. Jika ingin mendapatkan hasi yang berkah harus
mengikuti syariat Islam secara menyeluruh, termasuk dalam jual beli.10
10
Ali Hasan, S.E.,M.M, Marketing Bank Syariah,(Bogor : Ghalia Indonesia,2002).,18-26
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implikasi etika dalam bisnis sangat mempunyai kaitan yang erat, dimana etika
yang biasa di sebut dengan kebiasaan baik yang berada dalam masyarakat di
implementasikan dengan etika. Yang menyangkut norma dan moral yang di kaitkan
dengan etika bisnis dan membawa pengaruh baik pada agama, undang-undang dan
hukum. Dalam bisnis Islami yang hendak dilakukan oleh seorang bisnis muslim
adalah perencanaan, pelaksanaan, dan distribusi yang bertujuan memenuhi kebutuhan
konsumen, dan berakhir pada kepuasan konsumen. Dalam Islam kepuasan pasar
adalah adanya saling ridha antara penjual dan pembeli. Selain dari hal tersebut yang
perlu diketahui adalah tentang etika bauran pemasaran yang terdapat 3 hal yakni: etika
pemasaran produk, etika harga, dan etika distribusi. Sedangkan tentang etika tanggung
jawab sosial organisasi yakni : hubungan perusahaan dengan pekerja, upah yang adil,
akuntabilitas, hak pribadi, kebajikan, pekerja dengan perusahaan.
Untuk Hubungan perusahaan dengan pelaku usaha lain, hal yang perlu di
perhatikan dalam dunia bisnis muslim yakni:
1. Hubungan kepada pemasok: untuk menyepakati harga bersama hendaknya
dilakukan dengan perjanjian tertulis.
2. Orang yang berhutang : memberi jeda atau tempo pembayaran.
3. Masyarakat umum : menjual barang yang dibutuhkan masyarakat.
4. Pihak yang berkepentingan: melakukan kerjasama sesuai akad.
5. Fakir miskin : memberi sedekah
6. Pesaing : bersaing dengan adil
7. Peduli dengan lingkungan alam.
Dalam pemabahasan etika pemasaran syariah yang paling utama adalah
kejujuran, yang menggunakan Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam
pemasaran yakni: kriteria pengguna, konsumen sehat dan cerdas, manfaat produk,
dan memberikan garansi.
22
B. Saran
Dengan selesainya makalah yang telah kami rangkai ini terdapat beberapa hal
yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca, mengenai makalah yang berjudul
“Etika Bisnis Pemasaran Syariah” tujuan dari penulisan makalah ini sebagaimana
sudah terdapat dalam bab sebelumnya di antaranya adalah agar pembaca dapat
memahami segala aspek dari sudut pandang mengenai etika dalam penerapan
mengenai bisnis yang berfokus pada pemasaran syariah.
Dan penulis ingin minta maaf apabila makalah ini terdapat banyak kesalahan baik
dalam pengutipan dan penulisan karena penulis hanya manusia yang tak luput dari
salah, dan penulis meminta kritik dan atau saran apabila terjadi kesalahan untuk
memperbaiki makalah di waktu yang akan datang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang, “Etika
Bisnis Suatu Kajian Nilai dan Moral Dalam Bisnis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis , 3: 2
Padang, oktober 2008.
Al-Arif, M.Nur Rianto. 2010. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung:
Alfabeta.
Veithzal,dkk.2012. Islamic Business and Economic Ethics, Jakarta:PT.Bumi
Aksara.
Fauzia, Ika Yuliana. 2013.
Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Muslich.2014. Etika Bisnis Islam; Landasan Filosofis, Normatif dan Subtansi
Implementatif, Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UII.
Hasan, Ali,.2002. Marketing Bank Syariah,Bogor : Ghalia Indonesia.
Sutanto, Herry dan Khaerul Umam. 2013. Managemen Pemasaran Bank
Syariah, Bandung: Pustaka Setia.
Setyaningrum,Ari dkk. 2015. Prinsip-Prinsip Pemasaran,Yogyakarta: Andi
Offset
24
Download