BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat dalam masyarakat. Nilai dan moral ini bersangkutan dengan tindakan manusia yang baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas dilakukan. Etika sendiri dapat dibagi menjadi dua yakni etika secara umum yang menyangkut kegiatan atau perilaku sehari-hari. Sedangkan etika khusus merupakan penerapan prinsip dan norma moral dalam bidang tertentu salah satu contoh dalam penerapan etika khusus ini adalah etika bisnis.1 Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis Islami. Berbicara mengenai bisnis hal yang tidak lepas dari dunia bisnis adalah marketing yang merupakan “dialing with the custemer’s” yang dinamis dan intensif berinteraksi dengan pasar. Dalam konteks etika tersebut, pemasaran harus berorientasi pada syariah, marker harus dibimbing oleh Al-Quran dan Hadist. Terkait dari konsep etika bisnis Islam sangat mempunyai pengaruh yang erat dari pemasaran yang basis syariah. Hal tersebut akan memberikan kesuksesan dan implikasi yang baik dalam dunia bisnis. Dengan hal tersebut tujuan akhir dari etika bisnis yang terfokus pada marketing yang terjun langsung dalam pelayanan konsumen adalah berdampak pada kepuasan konsumen. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implikasi etika dalam bisnis ? 2. Bagaimana hubungan perusahaan dan pelaku usaha yang lain? 3. Apa yang dihasilkan dari etika pemasaran syariah? C. Tujuan 1. Dari hasil pembahasan diatas mahasiswa diharapkan mampu memahami etika bisni. 2. 1 Mahasiwa dapat memahami konsep tentang pemasaran syariah. Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang, “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai dan Moral Dalam Bisnis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis , 3: 2 (Padang, oktober 2008), 138 1 BAB II PEMBAHASAN A. Implikasi Etika Dalam Bisnis Kata “Ethics” berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti karakter atau kebiasaan atau adat istiadat. Menurut Prof. Robert C. Salmon adalah karakter atau sikap atau kebiasaan seseorang atau kelompok. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang dianut oleh masyarakat.2 Sedangkan dalam Islam etika adalah akhlak seorang muslim dala melakukan semua kegiatan termasuk dalam bidang bisnis. Dalam pemikiran Islam etika dipahami sebagai akhlak atau adab yang bertujuan untuk mendidik moralitas manusia.3 Etika bisnis merupakan penerapan etika dalam dunia bisnis. Dalam konteks makro etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dan sistem ekonomi secara keseluruhan selain itu juga tetang alternatif dan modifikasinya. Dalam sudut pandang mikro adalah membahas mengenai masalah-masalah etika di bidang organisasi yang didalamnya terdapat perusahaan, serikat kerja, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, lembaga swadaya masyarakat dan lain yang terdapat di dalamnya. Dalam tingkat level individu yakni mempelajari moral individu yang berhubungan dengan ekonomi dan bisnis.4 Jadi dalam hal ini etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah, berpacu pada standart moral, sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Standart etika bisnis tersebut diterapkan kedalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orangorang dalam berorganisasi.5 Berikut konsepsi dalam Etika Bisnis6 : 2 M.Nur Rianto Al-Arif, S.E.,M.Si. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010).,208. Prof. Dr.H. Veithzal,dkk. Islamic Business and Economic Ethics,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2012),.3 4 Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang, “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai dan Moral Dalam Bisnis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis , 3: 2 (Padang, oktober 2008),139 5 Dr. Ika Yuliana Fauzia,Lc.,M.E.I. Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2013).,4 6 Muslich, Etika Bisnis Islam; Landasan Filosofis, Normatif dan Subtansi Implementatif, (Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UII, 2004).,10 3 2 N Norma Etika Umum A Agama Undang-Undang M Moralitas Etika Bisnis Hukum Dammo Dalam bisnis terdapat komponen atau variable satu dengan yang lain yang saling berhubungan untuk mewujudkan tujuannya. Dengan tujuan yang sedikit berbeda antara bisnis islami dan nonislami secara sistem terdapat beberapa diantaraya adalah dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan hasil yang diwujudkan. Dalam hal ini berikut adalah pejelasan tentang etika dalam fungsi pemasaran. 1. Etika dalam fungsi pemasaran Pemasaran merupakan hal utama dalam dunia bisnis. Sebab pemasaran merupakan aktifitas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atas program yang dirancang untuk menghasilkan transaksi pada target pasar, guna memenuhi kebutuhan perseorangan atau kelompok berdasarkan asas saling menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga, promosi, dan distribusi. Dari definisi tersebut mengarahakan bahwa orientasi pemasaran adalah pasar. Karena pasar merupakan mitra sasaran dan sumber penghasilan yang dapat menghidupi dan mendukung pertumbuhan perusahaan. Dari hal tersebut apapun yang dilakukan oleh aktivitas pemasaran adalah kepuasan pasar. Kepuasan pasar dapat diartikan kondisi saling ridha dan saling memberi rahmat antara pembeli dan penjual atau transaksi yang dilakukan. Dengan adanya keridhaan ini, pasar tetap loyal terhadap produk perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Berikut adalah kerangka pmasaran dalam bisnis islami : 3 Gambar diatas menunjukan bahwa kerangka pemasaran bisnis islam mengedepankan adanya konsep rahmat dan ridha, baik dari penjual maupun dari pembeli, sampai Allah SWT. Dengan demikian etika pemasaran haruslah didasari pada etika dalam bauran pemasarannya, yang dapat diklasifikasika sebagai berikut : 1. Etika pemasaran dalam konteks produk a. Produk yang halal dan thayyib. b. Produk yag berguna dan dibutuhkan. c. Produk yang berpotensi ekonomi atau bermanfaat. d. Produk yang bernilai tambah yang tinggi. e. Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial. f. Produk yang dapat memuaskan masyarakat. 2. Etika pemasaran dalam konteks harga : a. Beban biaya produksi yang wajar. b. Sebagai alat kompetisi yang sehat. c. Diukur dalam kemampuan daya beli masyarakat. d. Margin perusahaan yang layak. e. Sebagai alat daya tarik bagi konsumen. 3. Etika pemasaran dalam konteks ditribusi: a. Kecepatan dan ketepatan waktu. b. Keamanan dan keutuhan barang. c. Sarana kompetisi memberikan pelayanan kepad masyarakat. d. Konsumen mendapatkan pelayanan tepat dan cepat. 4. Etika pemasaran dalam konteks promosi: a. Sarana memperkenalkan barang. b. Informasi kegunaan dan klasifikasi barang. c. Sarana daya tarik barang terhadap konsumen. 4 d. Informasi fakta yang ditopang kejujuran.7 Dalam konteks Islam, etika pemasaran perlu didasari oleh nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadist Nabi. Berikut adalah beberapa ayat yang dapat digunkan sebagai pijakan : 1. Perhatikan olehmu sekian pelanggan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh rezeki. 2. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. 3. Barang siapa yang memelihara silaturahmi, Allah akan menganugerhakan rezeki yang melimpah dan umur panjang. Disamping itu, teladan Rosullulah dalam berdagang dapat dijadikan acuan dalam memasarkan produk adalah sebagai berikut : 1. Cara Cara berdagang Rasullulah adalah tidak membohongi pelanggan, tidak menyangkut besaran (kuantitas) maupun kualitas. “Apabila dilakukan penjualan, katakanlah, “Tidak ada penipuan” “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikanorang lain; Dalam AlQuran disebutkan dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan , janganlah kamu merugikan menusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan dibumi. 2. Pelayanan Pelanggan yang tidak sanggup membayar kotan kendaknya diberi tempo untuk melunasinya atau diberi pengampunan (apabila memungkinkan) jika ia benarbenar tidak sanggup membayarnya. 3. Persuasi Menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. “sumpah dengan maksud melariskan barang dagangan adalah penghapusan berkah” 7 Dr. Ika Yuliana Fauzia,Lc.,M.E.I. Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2013).,6-7 5 4. Pemuasan Hanya dengan kesepakatan bersama, dalam suatu usulan dan penerimaan, penjualan akan sempurna. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu” Dalam sebuah hadist disebutkan : “Kamu tidak boleh berpisah kecuali dengan kesepakatan bersama”. Pemasar harus cerdik dan hati-hati memeilih dan cara tepat yang tidak bertentangan dengan etika yang berlaku ketika berusaha menyampaikan informasi tentang produk yang dipasarkan. Misalkan iklan obat atau jamu secara berlebihan menampilkan produknya yang terbaik dengan menayangkan pernyataan beberapa orang (yang disewa, tentunya) bahwa obat yang diminumnya telah menyembuhkan beberapa penyakit berat, seperti kanker, diabets, dan jantung, meskipun menurut dunia kedokteran penyakit tersebut sukar dan tidak mungkin disembuhkan. Jelas bahwa yang demikian sangat menyesatkan, membohongi, atau tidak etis.8 Etika Islam dalam Tanggung Jawab Sosial Organisasi Bisnis Tanggung jawab sosial merujuk pada “kewajiban sebuah organisasi untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat tempat ia berada”. Tanggung jawab tersebut meliputi pelaku organisasi, lingkungan alam, dan kesejahteraan sosial secara umum. Pelaku Organisasi Pelaku organisai berorientasi pada personal/ orang- orang dalam organisasi dan organisasi yang dipengaruhi oleh tindakan organisasi. Etika dapat memperlihatkan cara perusahaan berhubungan dengan para pekerja mereka, para pekerja dapat berhubungan dengan perusahaan, dan perusahaan berhubungan dengan pelaku ekonomi yang lain. 8 Ari Setyaningrum.,dkk. Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Offset,2015).,19 6 a. Hubungan perusahaan dengan pekerja Dalam konteks non-Islam, standart etis ditentukan oleh manager. Standart ini meliputi perekrutan dan pemecatan, upah, pelecehan seksual, dan hal-hal lain yang relevan dengan kondisi kerja seseorang. b. Keputusan perekrutan, promosi dan lain-lain bagi pekerja Islam mendorong untuk melakukan muslim secara adil. Dalm perekrutan, promosi atu keputusan-keputusan lain, seorang manager harus menilai kinerja seseorang terhadap orang lain berdasrkan kejujuran dan keadilan (‘adl) adalah sebuah keharusan. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk melakukan hal sebagai berikut : “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkan dengan adil”. c. Upah yang adil Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan dengan cara yang adil, baik bagi pekerja maupun juga majikan. Pada hari pembalasan, Rasulluah SAW akan menjadi saksi terhadap “orang yang memperkerjakan buruh dan mendapatkan pekerjaanya diselesaikan olehnya, tetapi tidak memberikan upah kepadanya”. Penekanan pemberian upah pada islam telah terjadi berabad-abad. Selama masa pemerintahan empat Khalifah hingga masa kebangkitan kolonialisme Barat, lembaga hisbah telah dikembangkan untuk menegakkan hukum dan aturan publik serta mengawasi antara hubungan pembeli dan penjualan dari pasar. Misi lembaga hisbah adalah melindungi aturan-aturan yang benar dan melawan praktik ketidakjujuran.Hisbah dibawah tuntunan Muhtasib yang bertanggung jawab “memelihara moralitas publik dan etika ekonomi”. d. Penghargaan terhadap keyakinan pekerja Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek hubungan antara perusahaan dan pekerjanya. Pengusaha muslim tidak boleh memperlakukan pekerjannya sehingga seolah-oleh Islam tidak berlaku selama waktu kerja. sebagai contoh, pekerjaan muslim harus diberi waktu untuk melakukan sholat, tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moral Islam, harus diberi waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak dapat bekerja, serta tidak boleh dilecehkan seksual dsb. Untuk menegakkan 7 keadilan dan kesinambungan, keyakinan para pekerja non-muslim juga harus dihargai. Dalam sebuah hadist disebutkan : “Allah SWT, tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu di negerimu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berlaku adil”. e. Akuntabilitas Meskipun majikan dan pekerja dapat saling menipu satu sama lain, keduanya harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan Allah SWT. Sebagai contoh, Rasulullah SAW. Tidak pernah menahan upah siapapun. f. Hak Pribadi Jika seorang pekerja memiliki masalah fisik yang membuatnya tidak dapat mengerjakan tugas-tugas tertentu atau jika seorang pekerja telah berbuat kesalahan pada masa lalu, majikantidak boleh menyiarkan berita tersebut. Hal ini melanggar hak pribadi pekerja. Dalam Al-Quran disebutkan:“Jika kamu menyiarkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memanfaatkan sesuatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah SWT. Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” g. Kebajikan Prinsip kebajikan (Ikhsan) seharusnya merasuk dalam hubungan antara bisnis danpekerja. Pada suatu saat, sebuah usaha mungkin berjalan kurang memuaskan, dan para pekerja akan menanggung pengurangan upah sementara untuk waktu kerja yang sama. Aspek lain prinsip kebijakan adalah tidak melakukan terhadap para pekerja untuk bekerja secara membabi buta. Sebuah survei terhadap 1.227 pembaca buku Hardvard Business Review baru-baru ini mengungkapkan bahwa para atasan sering melakukan tekanan terhadap para bawahannya untuk menandatanganidokumen palsu, membiarkan kesalahan atasan, dan melakukan bisnis dengan teman-teman pesanan mereka. Ketika mendapat tekanan dari atasan, para pekerja merasa dipaksa untuk mengompromikan integritas mereka. h. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dan perusahaan, terutama berkaitan dengan persoalan kejujuran, kerahasiaan, dan konflik kepentingan. Dengan demikian,serang pekerja tidak boleh menggelapkan uang 8 perusahaan. Dan juga tidak boleh membocorkan rahasia perusahaan kepada orang luar. Praktik tidak etis lain terjadi ketika para manajer menamahkan harga palsu untuk makanan dan pelayanan lain dalam pembukuan keuangan perusahaan mereka. Beberapa dari mereka melakukan penipuan karena merasa dibayar rendah, dan ingin mendapatkan upahyang adil. Pada saat yang lain, hal ini dilakukan semata karena ketamakan. Sebagai contoh, Albert Miano yang menggelapkan uang 1 juta dolar dari para pekerjanya mengakui bahwa faktor pendorong uatamanya adalah ketamakan. Bagi para pekerja muslim, Allah SWT. Memberikan peringatan yang jelas di Dalam Al-Quran:” Katakanlah, Tuhanku hanya mengharapkan perbuatan yang keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa yang benar”. B. Hubungan Perusahaan dan Pelaku usaha yang lain Perusahaan berhubungan dengan pelaku usaha yang lain diantaranya adalah : pemasok, pembeli, orang yang berutang, masyarakat umu, pihak yang berkepentingan/pemilik mitra, fakir miskin, pesaing, dan lingkungan alam. a. Pemasok Berhubungan dengan etika bisni, soeorang harus melakukan negoisasi dengan harga yang adil, dan tidak mengambil keuntungan berdasarkan kekuasaan yang lebih besar. Untuk menghindari kesalah pahaman Allah telah memerintahkan kita untuk membuat perjanjian kewajiban bisnis secara terlulis. Dalam Al-Quran: Surah Al-Baqarah : 282 يََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ َٰٓو ْا إِ َذا تَدَايَنتُم بِد َۡي ٍن إِلَ َٰٓى أَ َج ٖل ُّم َس ّٗمى فَ ۡٱكتُبُو ُۚهُ َو ۡليَ ۡكتُب ُۚ َّ ُب َك َما َعلَّ َمه ٱّللُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُمۡ لِ ِل َ ُب َكاتِبٌ أَن يَ ۡكت َ ب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ُۢبُ بِ ۡٱل َع ۡد ُۚ ِل َو ََل يَ ۡأ ۡ ُّ ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح َّ ق ۡ َٱّللَ َربَّ ۥهُ َو ََل يَ ۡبخ ٢٨٢ ......س ِم ۡنهُ َش ّٗۡي ُۚا ِ َّق َوليَت Artinya :”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskanya. 9 Hendaknya orang yang berhutang itu mendiktekan dan hendaknya ia bertaqwa kepada Allah Tuhanya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun darinya...” Pedagang dilarang melakukan pasar bebas melalui bentuk perantara tertentu hal tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan inflasi harga. Misalnya menghalangi seseorang yang hendak kepasar menjual dagangan, kemudian membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga yang mahal, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Hal tersebut dilarang dalam Islam , sebagaimana dijelaskan dalam hadist : Rasullulah SAW. Bersabda “ Orang kota seharusnya tidak menjual sesuatu kepada orang diri padang pasir, biarkan mereka berusaha denan caranya sendiri; Allah SWT akan memberi mereka ketentuan yang berbeda suatu dari yang lain”. b. Pembeli/Konsumen Pembeli seharusnya menerima barang dalam keadaan baik, dengan harga yang wajar. Mereka diberi tahu dengan kekurangan barang yang hendak dibeli. Berikut adalah praktik yang dilarang oleh Islam ketika berhubungan dengan konsumen: Menggunkan alat ukur timbangan yang tidak tepat. Penimbuana dan manipulasi harga. Penjualan barang palsu/rusak. Bersumpah untuk mendukung sebuah penjualan. Membeli barang-barang curian. Larangan mengambil bunga atau riba. c. Orang yang berhutang Sebagai seorang Musim, jika kita bertemu dengan konsumen yang berhutang kesulitan dalam keuangan, hendaknya ia diberi waktu untuk melunasinya. Allah SWT berfirman Surah Al-Baqarah : 280 ْ َُص َّدق ۡر لَّ ُكمۡ إِن ُكنتُمٞ وا خ َۡي َ َوإِن َكانَ ُذو ُع ۡس َر ٖة فَن َِظ َرةٌ إِلَى َم ۡي َس َر ٖ ُۚة َوأَن ت ٢٨٠ َت َۡعلَ ُمون Artinya: “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” 10 Dalam waktu yang sama, Islam mendorong orang yang berhutang untuk tidak menangguh-nangguhkan pembayaran hutangnya terutama bagi orang kaya yang berhutang. Rasullulah berkata “Penangguhan utang bagi seorang yang kaya adalah ketidakadilan” Dalam Islam, pembayaran hutang mempunyai kedudukan yang sangat penting hingga dosa-dosa yang mati shahid akan diampuni, kecuali untuk utang-utang yang belum terbayar. d. Masyarakat Umum Seorang pengusaha berkewajiban untuk menyediakan barang-barang penting yang dibutuhkan oleh masyarakat. Contohnya jika masyarakat memiliki kebutuhan tentang pertanian, pakaian, tampat tinggal, dan lain-lain dan komuditas penting lainya, pengusaha harus menetapkan harga secara wajar. Islam menentang gagasan tentang pengontrolan harga. Hal tersebut ditemukan dalam hadist: Seorang laki-laki datang dan berkata “Rasullulah, arga tetap”. Rasullulah SAW berkata, (tidak), saya harus shalat”. Laki-laki itu datang lagi dan berkata,”Rasullulah harga tetap”. Rasulullah SAW berkata,”tidak yang lain,kecuali Allah yang membuat harga menjadi rendah atau tinggi. Saya berharap bahwa ketika saya bertemu dengan Allah SWT, tak satupun diantara kamu yang menyalahkan karena berbuat salah berkaitan dengan darah atau barang milik”. e. Pihak yang berkepentingan Terwujudnya hubungan kemitraan agar terhapus kejahatan dalam masyarakat dan bertujuan menguntungkan sesama manusia. Al-Qardhawi menyatakan bahwa usaha semacam ini akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam ayat Surah Al-Ma’idah : 2 ْ ُوا َعلَى ۡٱلبِرِّ َوٱلت َّ ۡق َو ٰۖى َو ََل تَ َعا َون ْ ُ َوتَ َعا َون..... ٢ .........ٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلع ُۡد َو ُۚ ِن ِ ۡ وا َعلَى Artinya:”...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan..” 1. Al-Mudharabah. Dalam hal ini islam mengizinkan hubungan kemitraan antara pemodal dan tenaga kerja. Hal tersebut timbul karena jika seorang yang mempunyai keterampilan bisnis namun tidak mempunyai modal. 2. Syarikah. Dalam hubungan kemitraan, bank menyediakan sebagian modal yang dibutuhkan sementara pengusaha menyediakan sisanya. Pengusaha 11 bertanggung jawab dalam hal pengawasan dan managemen. Kedua belah pihak sepakat untuk membagi keuntungan ataupun kerugian berdasarkan perbandingan investasi mereka. Jika terjadi kerugian pengusaha mengurangi upah bagi pekerjanya. 3. Musyarakah. Hubungan kemitraan dengan jangka waktu yang terbatas dan berusaha mengerjakan proyek tertentu. Kedua belah pihak bekerjasama dalam pengolahan modal bergerak maupun modal tetap, pembagian keuntungan dan kerugian sesuai dengan perbandingan modal yang dijanjikan. 4. Murabahah. Bank membeli barang tertentu dari pemasok, atas nama pengusaha dengan harga tetap sebagaimana persetujuan mengenai margin keuangan.dalam hal ini kedua belah pihak wajib mengetahui harga barang awal serta kenaikan keuntungan. 5. Qardh Hasan. Berbentuk “pinjaman kebajikan” tidak dikenakan biaya dan tanpa bunga. Jenis pinjaman diberikan kepada konsumen atau pengusaha saat mengalami situasi sulit atau pengeluaran yang tidak direncanakan. f. Fakir Miskin Fakir miskin mendekati seorang pengusaha dan meminta sedekah. Kadangkala pengusaha memberikan barang bekas dan barang rusak yang menurutnya tidak digunakan lagi. Allah memperingatkan kepada umat-Nya mengenai hal ini : Surah Al-Baqarah : 267 ْ ُيََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ َٰٓو ْا أَنفِق َت َما َك َس ۡبتُمۡ َو ِم َّمآَٰ أَ ۡخ َر ۡجنَا لَ ُكم ِّمن ِ َوا ِمن طَيِّب ۡ ْ ض َو ََل تَيَ َّم ُم َ ِوا ۡٱلخَ ب َٰٓ َّ ِاخ ِذي ِه إ َل أَن تُ ۡم ِموُو ِ َِيث ِم ۡنهُ تُنفِقُونَ َولَ ۡستُم ب ِ ٰۖ ٱۡلَ ۡر َّ ٱعلَ ُم َٰٓو ْا أَ َّن ۡ ْا فِي ُۚ ِه َو ٢٦٧ ٱّللَ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Infakanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untukmu . Janganlah kamu melilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau 12 mengambilnya melainkan dengan memincangkan mata (enggan) dihadapannya...” g. Pesaing Dengan mengeliminasi pesaingnya, perusahaan akan dapat memperoleh hasil ekonomi di atas rata-rata melalui praktik penimbunan da monopoli harga. Padahal monopoli dilarang oleh Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al-Hidayah :Sangatlah tidak terpuji usaha untuk monopoli kebutuhan-kebutuhan hidup, dan makanan untuk hewan ternak, didalam kota tempat praktik monopoli terbukti cenderung merusak. h. Lingkungan Alam Berkaitan dengan tanggung jawab sosial dalam berbisnis adalah lingkungan alam. Banyak perusahaan yang membuang limbah pabriknya ke sungai, udara, dan tanah. Akibatnya terjadi hujan asam, penipisan lapisan ozon, dan rusaknya ekosistem yang disebabkan karena pelaku yang tidak bertanggung jawab. Islam menekankan peran manusia dalam lingkungan alam dengan membuatknya bertanggung jawab kepada lingkungan sekelilingnya sebagai khalifah Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan : Surah Al-Baqarah : 30 َٰٓ ۡ ٰۖ ۡ ض خَ لِيفَ ّٗة قَالُ َٰٓو ْا أَت َۡج َع ُل فِيهَا َمن َ ََوإِ ۡذ ق ِ ل فِي ٱۡلَ ۡرٞ ال َربُّكَ لِل َملَئِ َك ِة إِنِّي َجا ِع ُ ِي ُۡف ِس ُد فِيهَا َويَ ۡسف ال إِنِّ َٰٓي َ َك ٱل ِّد َمآَٰ َء َون َۡح ُن نُ َسبِّ ُح بِ َحمۡ ِدكَ َونُقَ ِّدسُ لَ ٰۖكَ ق ٣٠ َأَ ۡعلَ ُم َما ََل ت َۡعلَ ُمون Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah dibumi.”Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumphkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,”Sungguh, aku mengetahui apa yang hendak kamu ketahui.” Seorang muslim yang ditugaskan menjadi khalifah harus menjaga alamnya. Kecenderungan paham muthakhir paham environmentlisme bisnis, yaitu sebuah usaha secara proaktif memberi perhatian sangat cermat dalam memperlihatkan lingkungan , sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Contoh Islam yang berhubungan dengan alam adalah perlakuan terhadap binatang, populasi lingkunagan dan hal- 13 hak kepemilikan, dan populasi lingkungan terhadap sumber-sumber alam “bebas” seperti udara, tanah dan air. 9 C. Etika Pemasaran Syariah Kejujuran adalah salah kualitas yang paling sulit untuk dicapai di dalam dunia bisnis, keluarga, atau dimanapun orang melakukan persaingan dengan orang lain. Para pengusaha mempunyai satu misi yang terkait dengan rencana-rencana, mereka berusaha dengan memanfaatkan sumber dayanya ke arah keberhasialan misi tersebut. Dengan hal tersebut para pemberi kerja tergantung pada karyawan, para pelanggan tergantung kepada para penyalur, bank-bank tergantung kepada nasabah dan peminjaman dan hal tersebut akan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu bisnis yang berhasil dalam masa panjang akan cenderung untuk membangun semua hubungan atas mutu, kejujuran dan kepercayaan. Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu sebabnya misi diutusnya Rasululllah ke diunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim mempunyai kewajiban berpegang teguh terhadap etika dan moral bisnis islami, yang mencakup hal-hal berikut: 1. Husnul Khuluq. Akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktik bisnis yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak baik dalam bisnis adalah kejujuran (Q.S. Al-Ahzab: 70-71). Sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya:”Tetapkanlah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan pada surga” (H.R.Bukhari dan Muslim). 2. Amanah. Seorang pembisnis muslim adalah sosok yang dapat dipercaya, sehingga ia tidak mendzalimi kepercayaan yang diberikan kepadanya:” Tidak ada iman bagi orang yang tidak punya amanat (tidak dapat dipercaya) dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji, pedagang yang jujur dan amanah (tempatnya disurga) bersama para nabi, shiddiqin (orang yang jujur) dan para syuhada” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah). 3. Toleran. Manfaat toleran adalah mempermudah pergaulan, mempermudah urusan jual beli, dan mempercepat kembalinya modal:” Allah mengasihi orang yang 9 Herry Sutanto. SE.,M.M., dan Khaerul Umam, S.IP. M.Ag, Managemen Pemasaran Bank Syariah,(Bandung: Pustaka Setia,2013).,81-94 14 bersikap baik dalam menjual, dalam membeli dan melunasi utang” (H.R. Bukhari). Konsekuensi terhadap akad dan perjanjian merupakan kunci sukses yang lain dalam hal apapun Allah memerintah kita untuk hal itu:”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu “(Q.S. Al-Maidah:1). “ dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabnya”(Q.S.Al-Isra:34). Menepati janji mengeluarkan orang dari kemunafikan sebagaimana sabda Rasulullah :” Tanda-tanda munafik itu tiga perkara, ketika berbicara ia dusta, ketika sumpah ia ingkari, ketika dipercaya ia khianat” (H.R. Bukhari Muslim). Dalam konteks etika, pemasaran yang berorientasi syariah, marketer harus dibimbing oleh Al-Quran dan Hadist dalam penawaran produk pada konsumen. Pertama, memastikan pertimbangan kegiatan pemasaran itu bersumber dari AlQuran dan hadist. Karena hal tersebut yang ,enjadi persyaratan dalam dunia bisnis, yakni persyaratan horizontal (Kemanusiaan) dan persyaratan vertikal (spiritual). Surat Al-Baqarah ayat 2 menyebutkan:”Kitab Al-Quran ini tidak ada yang diragukan didalamnya. Menjadi Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. a. Allah memberikan jaminan terhadap kebenaran Al-Quran, sebagai reability product guarantae. b. Allah menjelaskan manfaat Alquran sebagai produk karyaNya yakni menjadi hudan (petunjuk). c. Allah menjelaskan obyek, sasaran, sekaligus target penggunaankitab suci tersebut, yakni orang-orang yang bertaqwa. kriteria penggunaan produk Konsumen sehat, cerdas,Muttaqin AlQuran dan Hadist Kegunanan Produk Guarantae/Gar ansi Kedua, jaminan. Seller harus memberikan jaminan bagi produk yang akan dijual, setidaknya dalam dua aspek berikut : 15 a. Aspek material, yakni mutu bahan, mutu pengobatan, dan mutu penyajian. b. Aspek nonmaterial, mencakup aspek halal (makanan, uang, sumber rezeki,dll)n dan tharah (higienis: kantor, makanan,dll), dalam islami dalam penyajian. Ketiga, manfaat produk yang dipasarkan. Seorang penjual harus menjelaskan manfaat dari produk yang dijual, atau manfaat proses produksi dijalankan dengan benar. Perhatikan perintah Allah berikut ini:” Beritahukanlah kepadaku (berdasarkan pengetahuan) jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Al-An’am: 143). Hal tersebut menjelaskan kepada kita untuk menyakinkan seseorag berdasarkan ilmu pengetahuan, data, dan fakta. Keempat, sasaran produk. Penjual dapat menjelaskan bahwa sumber makanan, uang, rezeki, yang halal dan baik (halalan thayiban) akan menjadi darah dan daging manusia, akan menjadikan orang yang taat kepada Allah, karena konsumsi dapat mengantarkan manusia kepada ketakwaan harus mempunyai 3 unsur: a. Materi yang halal, b. Sumber dan pengolahanya yang bersih (higienis) dari kotoran, dan dosa, c. Penyajian yang islami. Dalam proses pemasaran, promosi mempunyai peran sangat penting. Promosi adalah upaya penawaran barang dagangan kepada calon pembeli. Rosulluah memberikan cara sales promotion yang jitu kepada seorang pedagang. Dalam suatu kesempatan , beliau mendapati seorang sedang menawarkan barang dagangannya. Dilihatnya ada yang jangal dengan hal tersebut, kemudian beliau mendekat dan memberikan nasihat kepada orang tersebut. Orang tersebut jangkung sedangkan barang yang ditawarkanya pendek. Kemudian Rasullah berkata :” Duduklah! Sungguhnya kamu menawarkannya dengan duduk itu lebih mudah mendatangkan rezeki”. Dengan demikian promosi harus dilakukan dengan cara yang tepat sehingga menarik bagi calon pembeli. Faktor tempat (desain interior yang serasi, letak produk yang mudah dilihat, teratur dan rapi), cara penyajian dan teknik menawarkan produk dilakukan dengan cara yang menarik. Karna dalam hadist yang dijelakan Rasullah bahwa seorang penjualan mempengaruhi keberhasilan penjualan. Marketing dalam dunia bisnis adalah sebagai keutamaan jika dilakukan oleh pelaku bisnis secara tepat dan benar, untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dalam melakukan marketing. (1). Sebagai ilmu bisnis yang berpijak pada konsep, strategi stakeholder (pelanggan, karyawan-anggota organisasi, pemegang saham) secara berkelanjutan. Kepusan merupakan hal utama dalam merancang dan pengendalian bauran pemasaran dalam lingkungan bisnis yang cepat dan berusah secara cepat. (2). 16 Sebagai jiwanya setiap bisnis. Marketing mempunyai basis keilmuan yang kuat dalam menjelaskan fenomena pasar secara menyeluruh. Islam menghargai marketing karena merupakan bagaian dari kerja, namun harus memperhatikan hal-hal yang dilarang olh islam dalam promosi, misalnya: terjerumus pada aktor yang berpamer aurat. Marketing menganjurkan agar setiap orang dalam bisnis mempunyai jiwa marketer sehingga mampu menggerakkan perusahan, melihat, merespons, dan membuat pelanggan puas dalam pasar dan terus menerus berubah. Sementara bisnis yang jelas dilarang oleh Islam adalah sebagai berikut : 1. Jangan lakukan transaksi bisnis yang diharamkan oleh Islam Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis dalam hal yang yang diharamkan oleh syariah, tuntutan bagi seorang pengusaha muslim adalah melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dalam masyarakat. bisnis makanan yang haram, minuman keras, narkoba, pelacuran, discotic caffe, suguhan makanan dan minuma yang tak halal dan lain sebagainya (Q.S Al-Araf:32-Al-Maidah:100) adalah kegitan bisnis yang diharamkan. 2. Jangan mencari dan menggunkan harta dengan cara yang tidak halal. Islam melarang riba dengan ancaman berat (Q.S. Al-Baqarah: 275-279), sementara transaksi spekulatif amat erat dengan bisnis yang tidak taransparan, seperti perjudian, penipuan, melanggar amanah sehingga besar kemungkinan akan merugikan.Penimbunan harta agar mematikan fungsunya untuk dinikmati orang lain serta mempersempit ruang usaha dan aktivitas ekonomi adalah perbuatan tercela dan dapat balasan yang amat berat (Q.S.At-Taubah: 34-35). Berlebihan dan menghamburkan uang untuk tujuan yang tidak bermanfaat dan berfoya-foya, kesemuanya merupakan perbuatan yang melampaui batas. Kesemua sifat tersebut dilarang karena merupakan sifat yang tidak bijaksana dalam penggunaan harta dan bertentagan dengan perintah Allah (Q.S. Al-A’raf:31). 3. Jangan bersaing dengan cara yang bathil atau tidak sehat. Persaingan yang tidak fair sangat dicela oleh Allah dalam Alquran surat AlBaqarah:188”janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian kamu dengan cara yang bathil”. Monopoli merupakan persaingan yang tidak fair, Rasullah mencela perbuatan monopoli:”barang siapa yang melakukan monopoli maka dia telah bersalah”(H.R.Muslim),”orang yang mendistribusikan barang daganganya akan dimudahkan rezekinta, orang yang melakukan monopoli itu dilaknat” (H.R. Ibnu Hibban). Tujuan monopoli adalah untuk memahalkan harga agar pengusaha 17 tersebut mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Rasullulah bersabda :”seseorang yang sengaja melakukan sesuatu untuk menaikan harga, niscaya Allah memberinya singgasana yang terbuat dari api neraka di hari kiamat”(H.R.Ahmad). 4. Jangan memasarkan makanan dan minuman yang dilarang syariah. a. Mereka bertanya kepadamu tentag khamardan judi. Katakanlah, pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya, dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu supaya kamu berpikir (Q.S. Al-Baqarah: 2019). b. Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu bangkai, darah, daging babi. Dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakanya), sedang dia tidak menginginkanya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.Al-Baqarah:173). 5. Jangan menjelek-jelekan produk atau orang lain. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka, dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik, dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelar yang mengandung ejekan. Seburukburuk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siap yang tidak bertobat, maka merekalah orang-orang yang zalim. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanykan purba-sangka (kecurigaan0, karena sebagian purba sangka itu dosa, dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah orang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Q.S.Al-Hujarat:11-12). Mencari keburukan orang dan menggunjingkanya satu sama lain/ mengumpat atau menjelek-jelekan disebut dengan ghibah. Ayat di atas menyebutkan dengan jelas bahwa Allah melarang hambanya yang berburuk sangka, mencari keburukan orang 18 lain, mengumpat, menggunjing,/menjelek-jelekan satu sama lain. Rasullulah mempertajam ayat tersebut melalui subuah dialog dengan para sahabat, yang intinya ghibah adalah : 1. Kamu membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang ia tidak menyukainya. 2. Jika padanya terdapat apa yang kamu bicarakan itu, berarti kamu mengumpatnya. 3. Jika padanya tidak seperti yang kamu bicarakan itu, kamu telah memfitnahnya. Ghibah adalah keinginan untuk merusak, menghancurkan, menodai harga diri, kemuliaan, dan kehormatan orang lain. Rasullulah menyetarakan status ghibah sebagai: 1. Sama dengan memakan daging saudaranya sendiri (sesama muslim) 2. Sama dengan mengeluarkan bau busuk. 3. Sama dengan perkataan yang andaikata dicampur dengan air laut, niscaya akan tercemar. Bagi para marketer syariah, ghibah merupakan perbuatan sia-sia, membuang-buang waktu, oleh karena itu lebih baik menumpahkan seluruh waktunya untuk bekerja secara profesional, menempatkan seluruh prospeknya sebagai sahabat yang baik, tunjukan perilaku dan berbudi pekerti yang baik dan muliakan akhlak kepada mereka. Kebaikan perilaku mendorong munculnya kepercayaan dari orang lain, sebagaimana Rasullulah muda menjadi contoh karena kebaikan perilakunya sebagai salah satu kunci sukses dalam menjalankan bisnisnya. Demikian juga ketika Muhammad sudah menjadi Rasul Allah, yang dapat menjadi pegangan dalam memasarkan atau mempromosikan produk. 1. Janganlah kamu berbicara dengan ucapan yang buruk, jangan kamu sindir menyindir, jangan kamu memperdengarkan kabar orag lain, dan janganlah sebagian kamu menjual atas jualan sebagian yang lain. Sementara itu, jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R. Bukhari Muslim). 2. Hindarlah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong. Janganlah saling mencari-cari keburukan orang. Jangan saling mengorek rahasia orang dan saling menyaingi. Jangan saling mendengki, jangan saling marah dan tak acuh, tetapi jadilah kamu semua bersaudara sebagai hambahamba Allah. 6. Jangan menjadi aktor pamer aurat 19 hai anak adam (umat manusia), sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian takwa (selalu bertakwa kepada Allah) itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu dan bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang yang tidak beriman. (Q.S.Al-A’raaf:26-27). 7. Jangan menipu/ bohong untuk meningkatkan transaksi. 1. Diantara manusia yang ucapanya tentang kehidupan dunia menarik hatimu dan mempersaksikannya kepada Allah, padahal ia adalah pembohong dan penantang yang paling keras (Q.S. Al-Baqarah :204). 2. Apabila kamu menjual, katakanlah,”disini tidak ada penipuan dan kebohongan” (H.R.Bukhari). 3. Bukan termasuk umatku, orang yang melakukan penipuan dan kebohongan dalam jual beli (H.R Ibnu Majah dan Abu Dawud). 4. Sumpah yang diucapkan untuk melariskan perniagaan/barang dagangan, ia menghapuskan keberkatan dan keuntunganya. (Bukhari dan Muslim). 5. Berjualan dengan sumpah palsu untuk melariskan barang daganganya, ia telah berusaha dengan cara tercela (H.R. Bukhari dan Muslim). Islam sangat melarang memalsu dan menipu karena dapat menyebabkan kerugian, kezaliman serta dapat menimbulkan permusuhan dan percekcokan. Allah berfirman dalam surat Al-Isra:35 “sempurnakanlah takaran kerika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar”, Nabi bersabda,”Sempurnakanlah takaran ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar.”. Nabi bersabda, “Apakah kamu menjual, maka jangan menipu dengan kata-kata manis”. Berbagai bentuk penawaran (promosi) yang dilarang tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Penawaran den pengakuan (testimoni) fiktif. 20 Bentuk penawaran yang dilakuakan oleh penjual seolah daganganya ditawar banyak pembeli atau seorang artis yang memberikan testimoni keunggulan suatu prodk, padahal mereka tidak mau membeli. b. Iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Iklan yang terpasang di baleho dan media sosial memberikan keterangan palsu. c. Eksploitasi wanita Produk perawatan yang menggunkan model wanita berpakaian minim menjadi penjaga stand pameran produk dan menugaskan wanita tersebut merayu pembeli agar melakukan pembelian terhadap produk. Model produksi tersebut melanggar akhlak karimah. Proses marketing, jual beli harus berdasarkan etika Islam. Jika ingin mendapatkan hasi yang berkah harus mengikuti syariat Islam secara menyeluruh, termasuk dalam jual beli.10 10 Ali Hasan, S.E.,M.M, Marketing Bank Syariah,(Bogor : Ghalia Indonesia,2002).,18-26 21 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Implikasi etika dalam bisnis sangat mempunyai kaitan yang erat, dimana etika yang biasa di sebut dengan kebiasaan baik yang berada dalam masyarakat di implementasikan dengan etika. Yang menyangkut norma dan moral yang di kaitkan dengan etika bisnis dan membawa pengaruh baik pada agama, undang-undang dan hukum. Dalam bisnis Islami yang hendak dilakukan oleh seorang bisnis muslim adalah perencanaan, pelaksanaan, dan distribusi yang bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen, dan berakhir pada kepuasan konsumen. Dalam Islam kepuasan pasar adalah adanya saling ridha antara penjual dan pembeli. Selain dari hal tersebut yang perlu diketahui adalah tentang etika bauran pemasaran yang terdapat 3 hal yakni: etika pemasaran produk, etika harga, dan etika distribusi. Sedangkan tentang etika tanggung jawab sosial organisasi yakni : hubungan perusahaan dengan pekerja, upah yang adil, akuntabilitas, hak pribadi, kebajikan, pekerja dengan perusahaan. Untuk Hubungan perusahaan dengan pelaku usaha lain, hal yang perlu di perhatikan dalam dunia bisnis muslim yakni: 1. Hubungan kepada pemasok: untuk menyepakati harga bersama hendaknya dilakukan dengan perjanjian tertulis. 2. Orang yang berhutang : memberi jeda atau tempo pembayaran. 3. Masyarakat umum : menjual barang yang dibutuhkan masyarakat. 4. Pihak yang berkepentingan: melakukan kerjasama sesuai akad. 5. Fakir miskin : memberi sedekah 6. Pesaing : bersaing dengan adil 7. Peduli dengan lingkungan alam. Dalam pemabahasan etika pemasaran syariah yang paling utama adalah kejujuran, yang menggunakan Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam pemasaran yakni: kriteria pengguna, konsumen sehat dan cerdas, manfaat produk, dan memberikan garansi. 22 B. Saran Dengan selesainya makalah yang telah kami rangkai ini terdapat beberapa hal yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca, mengenai makalah yang berjudul “Etika Bisnis Pemasaran Syariah” tujuan dari penulisan makalah ini sebagaimana sudah terdapat dalam bab sebelumnya di antaranya adalah agar pembaca dapat memahami segala aspek dari sudut pandang mengenai etika dalam penerapan mengenai bisnis yang berfokus pada pemasaran syariah. Dan penulis ingin minta maaf apabila makalah ini terdapat banyak kesalahan baik dalam pengutipan dan penulisan karena penulis hanya manusia yang tak luput dari salah, dan penulis meminta kritik dan atau saran apabila terjadi kesalahan untuk memperbaiki makalah di waktu yang akan datang. 23 DAFTAR PUSTAKA Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang, “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai dan Moral Dalam Bisnis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis , 3: 2 Padang, oktober 2008. Al-Arif, M.Nur Rianto. 2010. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung: Alfabeta. Veithzal,dkk.2012. Islamic Business and Economic Ethics, Jakarta:PT.Bumi Aksara. Fauzia, Ika Yuliana. 2013. Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Muslich.2014. Etika Bisnis Islam; Landasan Filosofis, Normatif dan Subtansi Implementatif, Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UII. Hasan, Ali,.2002. Marketing Bank Syariah,Bogor : Ghalia Indonesia. Sutanto, Herry dan Khaerul Umam. 2013. Managemen Pemasaran Bank Syariah, Bandung: Pustaka Setia. Setyaningrum,Ari dkk. 2015. Prinsip-Prinsip Pemasaran,Yogyakarta: Andi Offset 24