11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu yang

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian tentang psikologi sastra tentu saja sudah ada yang menelitinya
pada waktu-waktu sebelumnya. Penelitian tentang psikologi sastra adalah penelitian
yang terkait dengan jiwa tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Pada penelitian ini
penulis mengambil judul kemandirian tokoh utama dalam novel Menggapai
Matahari karya Adnan Katino sebagai kajiannya. Kemandirian tersebut diwujudkan
melalui karakter tokoh utama. Terkait dengan penelitian yang relevan atau penelitian
yang berhubungan dengan pendekatan psikologi sastra, penulis mengambil tiga jenis
penelitian yang relevan.
1.
Penelitian dengan Judul Motivasi Berprestasi Tokoh Utama dalam Novel 12
Menit Karya Oka Aurora Kajian Psikologi Sastra
Kajian yang pertama yaitu berjudul Motivasi Berprestasi Tokoh Utama
Dalam Novel 12 Menit Karya Oka Aurora Kajian Psikologi Sastra. Penelitian ini
dilakukan oleh Niki Saroh Pratitasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Purwokerto tahun 2014. Penelitian itu membahas tentang motivasi berprestasi tokoh
utama dalam novel 12 menit karya Oka Aurora. Motivasi berprestasi tersebut dapat
dilihat dari
berbagai sudut pandang, yaitu motivasi dilihat dari dasar
pembentukannya dan motivasi dilihat dari jenisnya.
Sistem pengetahuan dalam
penelitian ini mengenai sikap seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi di
bidang akademik maupun nonakademik. Motivasi berprestasi di bidang akademik
meliputi: meraih nilai ulangan kimia tertinggi, terpilih mengikuti olimpiade fisika,
11
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
mengenyam kuliah musik di Amerika dan memperoleh nilai ujian skripsi A+. Selain
itu, motivasi di bidang nonakademik meliputi: piawai dalam bermain alat musik,
menjadi field commander, menjadi anggota Snare dalam marching band dan lainlain.
Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada objek
dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
penulis menggunakan objek aspek kemandirian tokoh utama sedangkan penulis
sebelumnya menggunakan motivasi berprestasi tokoh utama. Di dalam penelitian ini
penulis juga membahas tentang karakter tokoh utama sebagai objek penelitiannya
sedangkan penulis sebelumnya tidak membahas hal tersebut. Selain itu, sumber data
yang digunakan oleh penulis juga berbeda dengan penulis sebelumnya. Penulis
menggunakan novel Menggapai Matahari karya Adnan Katino sebagai sumber data
penelitiannya sedangkan penulis sebelumnya menggunakan novel 12 Menit Karya
Oka Aurora.
2.
Penelitian dengan Judul Motivasi Hidup Tokoh dalam Novel Ranah 3 Warna
Karya Ahmad Faudi (Kajian Psikologi Sastra)
Kajian yang kedua berjudul Motivasi Hidup Tokoh Dalam Novel Ranah 3
Warna Karya Ahamad Faudi. Penelitian ini dilakukan oleh Ani Setia Harini
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2013. Motivasi hidup
tokoh dalam penelitian ini mencakup dua aspek yaitu (1) psikologi motivasi
Abraham Maslow meliputi: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan
estetika, kebutuhan aktualisasi diri, (2) psikologi kepribadian meliputi: faktor
genetika (pembawaan), faktor lingkungan (environment).
12
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
Perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada objek dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
penulis mengambil objek penelitiannya mengenai aspek kemandirian tokoh utama
yang mencakup aspek kemandirian dan tipe kepribadian sedangkan penulis
sebelumnya mengambil objek penelitian mengenai dua aspek antara lain: (1)
psikologi motivasi, (2) psikologi kepribadian. Selain itu, sumber data penelitian
yang digunakan oleh penulis juga berbeda dengan sumber data yang digunakan oleh
penulis sebelumnya. Penulis menggunakan novel Menggapai Matahari karya Adnan
Katino sebagai sumber data penelitiannya sedangkan penulis sebelumnya
menggunakan Ranah 3 Warna karya Ahamad Faudi.
3. Penelitian dengan Judul Kepribadian Tokoh Utama pada Novel Mihrab Cinta
Karya Habiburrahman El Shirazy (Tinjauan Psikologi Sastra)
Kajian yang ketiga berjudul Kepribadian Tokoh Utama Pada Novel Mihrab
Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Tinjauan Psikologi Sastra). Penelitian ini
dilakukan oleh Riko Anggih Dwi Utomo mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Purwokerto tahun 2014. Penelitian ini membahas Kepribadian meliputi: bentukbentuk kepribadian, struktur kepribadian dan dinamika kepribadian pada tokoh
utama dalam novel Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Bentuk
kepribadian tokoh utama dalam novel ini berupa rajin dan tekun, pemberani, jujur,
bertanggung jawab serta religius.
Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada objek
dan sumber datanya. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan objek
penelitian mengenai aspek kemandirian tokoh utama yang mencakup kemandirian
13
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
Intelektual, kemandirian sosial, kemandirian emosi dan kemandirian ekonomi serta
tiga tipe kepribadian yaitu tipe sanguin, tipe flegmetik dan tipe kolerik sedangkan
penulis sebelumnya menggunakan objek mengenai kepribadian tokoh utama yang
mencakup
bentuk-bentuk kepribadian, struktur kepribadian dan dinamika
kepribadian. Selain itu, sumber data yang digunakan oleh penulis juga berbeda
dengan penulis sebelumnya. Penulis menggunakan novel Menggapai Matahari
Karya Adnan Katino sebagai sumber data penelitiannya sedangkan penulis
sebelumnya menggunakan novel Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
B. Novel
1.
Pengertian Novel
Menurut Suyitno (2009: 35), kata novel berasal dari bahasa Latin yaitu
novellus. Kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru, atau new dalam
bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang
datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Seiring
dengan pendapat tersebut, Badudu dan Zain (dalam Aziez dan Abdul Hasim, 2010:
2), menambahkan bahwa novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang
peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam
kehidupan sehari-hari, tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang watak dan
jiwanya, dan sebagainya.
Novel dengan bentuk prosa lain seperti cerpen tentunya memiliki perbedaan.
Perbedaan ini menjadikan pengertian atau definisi novel semakin jelas. Menurut
Aminuddin (2013:66), perbedaan antara novel dengan cerpen terletak pada kadar
14
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
panjang-pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang
mendukung dalam sebuah cerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro
(2010: 10), perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama (dan yang terutama)
dapat dilihat dari segi formalitas bentuk, segi panjang cerita. Sebuah cerita panjang,
katakanlah berjumlah ratusan halaman, jelas tak dapat disebut sebagai cerpen,
melainkan lebih tepat sebagai novel. Menurut Sayuti (2000: 10), sebuah novel jelas
tidak akan dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Karena panjangnya, sebuah
novel secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan
karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu, kronologi, dan hal ini tidak mungkin
dilakukan pengarang melalui cerpen. Pendapat dari para ahli tentang novel dapat
disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra jenis prosa baru yang menggambarkan
kehidupan tokoh dengan berbagai konfliknya dan memiliki jumlah sampai ratusan
halaman.
2.
Unsur-Unsur Novel
a.
Tokoh
Menurut Nurgiyantoro (2010: 165), istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya,
pelaku cerita. Watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para
tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi
seorang tokoh. Menurut Sayuti (2000:73), tokoh adalah elemen struktural fiksi yang
melahirkan peristiwa. Tokoh merupakan sarana bagi pengarang yang menampilkan
wadah pelaku-pelaku ke dalam bentuk cerita. Tanpa adanya tokoh tidak mungkin ada
peristiwa dalam cerita.
15
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
Nurgiyantoro (2010:176), menjelaskan macam tokoh dapat ditinjau dari
berbagai segi yaitu: satu segi peranan, dua segi perwatakan, tiga segi berkembang
atau tidaknya perwatakan dalam sebuah cerita.
1) Segi Peranan
Ditinjau dari segi peranannya, tokoh dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama
dan tokoh pembantu atau tokoh tambahan. Di bawah ini penjelasan tokoh utama dan
tokoh pembantu atau tokoh tambahan:
a) Tokoh Utama
Tokoh utama atau tokoh sentral merupakan tokoh yang mengambil bagian
terbesar dalam peristiwa cerita. Peristiwa atau kejadian-kejadian tokoh utama dalam
fiksi dapat ditentukan dengan tiga cara. Pertama, tokoh itu paling terlibat dengan
makna atau tema. Kedua, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh
lain. Ketiga, tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan (Sayuti,
2000:74). Menurut Nurgiyantoro (2010:177), tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh
yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kajadian maupun yang dikenai
kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam
setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan.
Tokoh utama memang paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan
tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia
selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang
mempengaruhi plot. Aminuddin (2013: 80), menjelaskan bahwa untuk menentukan
tokoh utama dalam cerita atau karya fiksi, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
16
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
pertimbangan. Pertama, melihat keseringan kemunculan dalam suatu cerita. Kedua,
ditentukan lewat petunjuk pengarang. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh
yang saling memberi komentar yang dibicarakan oleh pengarangnya.
b) Tokoh Pembantu atau Tokoh Tambahan
Menurut Nurgiyantoro (2010: 176-177) tokoh pembantu atau tokoh tambahan
adalah tokoh yang mendukung cerita dan perwatakan tokoh utama. Dia diperlukan
agar tingkah laku perbuatan, peristiwa dan kejadian yang dialami oleh tokoh utama
menjadi wajar, hidup dan menarik. Kehadirannya turut mempertajam dan
menonjolkan peranan dan perwatakan tokoh utama serta memperjelas tema pokok
atau tema mayor yang disampaikan. Selain itu, ia juga membuat sebuah cerita
menjadi realistis dan sesuai dengan kenyataan sehari-hari. Selanjutnya menurut
Sayuti (2000:76), tokoh tambahan merupakan tokoh yang berfungsi untuk membuka
jalan bertemunya tokoh utama atau tokoh sentral dengan tokoh tambahan atau tokoh
periferal.
2) Segi Perwatakan
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh
sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex
atau round character). Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh
yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu
saja. Tokoh kompleks atau bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya (Nurgiyantoro
2010:181-183). Hal itu sesuai dengan pendapat Sayuti (2000: 76-78), bahwa tokoh
17
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
fiksi juga dapat dibedakan berdasarkan watak atau karakternya, yaitu tokoh
sederhana (simple atau flat characters), dan tokoh kompleks (complex atau round
character). Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing pakar.
3) Segi Berkembangan atau Tidaknya Perwatakan
Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh
cerita dalam novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis , tak berkembang
(static character) dan tokoh berkembang (developing character). tokoh statis adalah
tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan
perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh
berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perkembangan perwatakan sejalan
dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan
(Nurgiyantoro 2010:188).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
pada dasarnya dari
penjabaran tokoh-tokoh tersebut memiliki arti dan tujuan yang sama dalam sebuah
karya sastra yakni mendeskripsikan tentang tokoh-tokoh dalam sebuah cerita.
b.
Penokohan
Penokohan pada dasarnya unsur yang penting dalam suatu karya naratif.
Menurut Nurgiyantoro (2010: 165), penokohan dan karakterisasi perwatakan
menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam
sebuah cerita. Selanjutnya menurut Aminuddin (2013:79), penokohan menunjuk
pada cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Menurut Jones (dalam
Nurgiyantoro 2010:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
18
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikan penokohan
mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya dan bagaimana penempatan
serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga dapat memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca.
Menurut Sayuti (2000: 90-109), penggambaran tokoh dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa metode anatara lain: Satu metode diskusif atau cara analitik.
Pengarang memilih metode ini untuk menceritkan atau menggambarkan kepada
pembaca tentang karakter tokohnya. Dengan metode ini pengarang menyebutkan
secara langsung masing-masing kualitas tokoh-tokohnya. Dua metode dramatis.
Dalam metode ini pengarang membiarkan tokoh-tokohnya untuk menyatakan diri
mereka sendiri melalui kata-kata, tindakan-tindakan, atau perbuatan mereka sendiri.
Tiga metode kontekstual ialah cara menyatakan karakter tokoh melalui konteks
verbal yang mengelilinginya atau dengan kata lain, penggambaran karakter tokoh
melalui bahasa yang digunakan tokoh- tokoh lain yang ada dalam sebuah cerita.
Selanjutnya menurut Nurgiyantoro (2010:195-210), tokoh –tokoh yang ada
dalam sebuah cerita dapat dilukiskan dengan cara: pelukisan secara langsung dan
pelukisan secara tidak langsung. Pelukisan secara langsung atau teknik analitis
adalah pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau
penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan oleh pengarang langsung
disertai deskripsi kediriannya yang berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau
bahkan juga terdapat ciri fisiknya. Pelukisan tokoh secara tidak langsung atau teknik
dramatik adalah pengarang tidak mendeskrisikan secara eksplisit sifat dan sikap serta
tingkah laku tokoh. Penampilan tokoh cerita dramatik dapat dilakukan dengan
19
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
sejumlah teknik antara lain: teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan
perasaaan, teknik arus kesadaran, teknik tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik
pelukisan latar serta teknik pelukisan fisik.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan penokohan adalah
pelukisan atau penggambaran dengan jelas tentang seorang tokoh dalam sebuah
cerita fiksi yang ditampilkan melalui kekreatifan seorang pengarang, sehingga
membentuk karakter yang berbeda-beda.
C. Hubungan Sastra dengan Psikologi
Menurut Atkinson (dalam Minderop, 2013:3), psikologi berasal dari bahasa
Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi berarti
ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia.
Selanjutnya menurut Aristoteles (dalam Gerungan, 2004:6), psikologi adalah yang
mengenai jiwa-jiwa. Dari uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahawa
psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia yang meliputi
gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang dilukisikan dalam
tingkah laku serta aktivitas manusia atau individu.
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
yaitu manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Menurut Wellek dan Werren (2014:3), sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah
karya seni. Menurut Semi (2012: 96) psikologi sastra adalah suatu disiplin yang
memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa
kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh imajiner yang ada di dalamnya atau
mungkin juga diperankan oleh tokoh-tokoh faktual.
20
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
Psikologi sastra memberikan suatu perhatian pada masalah yang timbul dari
unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Aspek-aspek
kemanusian inilah yang menjadi objek utama psikologi sastra, karena dalam diri
manusia itulah aspek kejiwaan ditanamkan. Penelitian psikologi sastra dilakukan
dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi diadakan
analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan
sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori
psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis (Ratna, 2011:343-344).
D. Teori Psikologi Kepribadian
Menurut Yusuf dan Nurihsan (2007: 3), kepribadian merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris personality. Kata personality berasal dari bahasa latin persona
yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau
pertunjukan. Di sini para tokoh menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan
menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya. Dalam kehidupan
sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: (1) identitas diri, jati
diri seseorang, seperti: “Saya seorang yang terbuka” atau “Saya seorang
pendiam”,(2) kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti: “Dia
agresif” atau “Dia Jujur”, dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau
bermasalah, seperti: “Dia baik” atau “Dia pendendam”. Sementara itu, menurut
Agustiani (2006:128), kepribadian merupakan karakteristik atau cara bertingkah laku
yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya. Hal ini
ditegaskan Maddy dan Burt (dalam Alwisol, 2009:8), kepribadian diartikan sebagai
21
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan
keumuman serta perbedaan tingkah laku psikologik (berfikir, merasa dan gerakan)
dari seseorang dalam waktu yang panjang.
Menurut Minderop (2013: 8) sasaran pertama dalam psikologi kepribadian
adalah memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia. Karya-karya sastra,
sejarah, dan agama dapat memberikan informasi berharga mengenai tingkah laku
manusia. Sasaran kedua adalah psikologi kepribadian mendorong individu agar dapat
hidup secara utuh dan memuaskan. Sasaran ketiga adalah psikologi kepribadian
bertujuan agar setiap individu mampu mengembangkan segenap potensi yang
dimilikinya secara optimal melalui perubahan lingkungan psikologis. Dalam
psikologi kepribadian juga terdapat
beberapa fungsi. Pertama adalah fungsi
deskriptif, yaitu mengorganisasikan tingkah laku manusia atau kejadian yang dialami
oleh individu secara sistematis. Fungsi kedua adalah fungsi predikat, yaitu dalam
ilmu juga harus mampu meramalkan tingkah laku, kejadian, atau akibat yang belum
muncul dalam diri individu tersebut. Menurut Hippocrates (dalam Alwisol, 2009:
166), tipe kepribadian dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1.
Tipe Sanguin
Menurut Kant (dalam Suryabrata, 2011: 56), seseorang yang termasuk dalam
tipe ini berciri-ciri antara lain: mempunyai banyak harapan, senang menolong orang
lain, ramah dan periang. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009: 11), seseorang yang
termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: bersemangat, mempunyai gairah,
dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Faktor yang mendasari kejadian
ini adalah teman sebaya, lingkungan dan orang tua.
22
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
2.
Tipe Flegmetik
Menurut Kant (dalam Suryabrata, 2011: 58), seseorang yang termasuk ke
dalam tipe ini memiliki ciri-ciri anatara lain: lambat menjadi panas, tidak mudah
marah, tenang dalam bertindak. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009:11-12),
seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri anatara lain: cenderung tenang,
gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau senang, sehingga
turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang bertipe ini cenderung dapat
menguasai dirinya dengan cukup baik, lebih introspektif, memikirkan ke dalam dan
mampu melihat, menatap serta memikirkan masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya.
3.
Tipe Melankolik
Menurut Kant (dalam Suryabrata, 20011: 57), seseorang yang termasuk
dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri antara lain: semua hal yang bersangkutan dengan
dirinya dianggap penting, perhatian tertuju kepada segi kesukaran-kesukarannya,
perasaannya sensitif dan halus. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009:12), seseorang
yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang
paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya
sangat kuat dan sensitif.
4.
Tipe Kolerik
Menurut Kant (dalam Suryabrata, 2011: 57-58), seseorang yang termasuk ke
dalam tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: selalu sibuk, lekas terbakar tetapi juga
lekas padam atau tenang, tanpa membenci. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009:
23
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
12), seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung
berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi,
mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang
diembannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan sebuah
gambaran dari diri seseorang yang tampil, dan memberikan kesan terhadap individuindividu yang lainnya. Kepribadian menjadi dasar sifat dari seseorang, yang bisa
menjadi ciri khas dalam diri seseorang. Kepribadian itu biasanya tercermin dalam
setiap tingkah laku, dan bahasa keseharian. Kepribadian merupakan sebuah gaya
sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima
dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan dari lahir.
Kepribadian merupakan ciri khas pada diri seseorang untuk hidup di tengah
lingkungan sosialnya tersebut.
E. Karakter
Menurut Gunawan (2015: 291), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
kepribadian, budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Selanjutnya menurut
Saptono (2011:18), istilah karakter dipahami dalam dua kubu pengertian. Pengertian
pertama, bersifat deterministik yaitu karakter dipahami sebagai sekumpulan kondisi
rohanian pada diri kita yang sudah teranugrahi dari sejak lahir. Dengan demikian
karakter tersebut merupakan kondisi yang kita terima, tidak dapat diubah dan
membedakan karakter orang yang satu dengan orang yang lain. pengertian kedua,
bersifat nondetermistik atau dinamis yaitu karakter dipahami sebagai tingkat
24
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi yang sudah
diberikan. Karakter ini merupakan proses dikehendaki oleh seseorang untuk
menyempurnakan kemanusiaannya.
Menurut Coon (dalam Zubaedi, 2013:8), mendefinisikan karakter sebagai
suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan
atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. karakter
berarti tabiat atau kepribadian. Karakter merupakan keseluruhan di posisi kodrati dan
di posisi yang telah dikusai secara stabil yang mendefinisikan seorang individu
dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya tipikal dalam cara
berpikir dan bertindak.
Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan karakter yaitu sifat-sifat
kejiwaan, akhlak, kepribadian, budi pekerti menjadi ciri khas seseorang yang sudah
teranugerahi sejak lahir sebagai atribut yang dapat atau tidak dapat diterima oleh
masyarakat. Karakter juga dapat dipahami sebagai tingkat kekuatan atau
ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi yang sudah diberikan.
Karakter ini merupakan proses dikehendaki oleh seseorang untuk menyempurnakan
kemanusiaannya.
F. Kemandirian
1.
Pengertian Kemandirian
Menurut Erikson (dalam Desmita, 2009:185), kemandirian adalah usaha
untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya
melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah
25
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai
dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah
laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri serta membuat keputusan-keputusan
sendiri. Kemandirian suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari
pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut,
seseorang diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Selanjutnya kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas (Yaumi,2014:98).Menurut
Sefert dan Huffnung (dalam Desmita, 2009:185), kemandirian merupakan
kemampuan untuk mengurus atau memerintah dan mengatur pemikiran diri sendiri,
perasaan, dan tindakan dengan bebas dan bertanggung jawab serta menanggulangi
rasa dan keraguan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah suatu
kemampuan dimana seseorang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan dan
mempunyai rasa percaya diri. Selain itu, kemandirian juga ditandai dengan adanya
kebebasan untuk memilih, mengurus, mengatur diri dan perasaannya sendiri dengan
bertanggung jawab serta menanggulangi rasa malu dan keraguan.
2. Aspek-Aspek Kemandirian
Desmita (2011: 186) membedakan kemandirian atas empat
aspek
kemandirian, yaitu: kemandirian intelektual, kemandirian sosial, kemandirian emosi,
kemandirian ekonomi. Adapun deskripsi keempat aspek kemandirian ini sebagai
berikut.
26
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
a. Kemandirian Intelektual
Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian intelektual adalah kemampuan
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Seseorang percaya pada
kemampuannya sendiri dalam memecahkan masalah, memiliki inisiatif, kreatif, dapat
mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih dan bertanggung
jawab atas tindakannya. Menurut Robins (2009: 82) kemamupuan intelektual adalah
kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, berpikir, menalar,
dan memecahkan masalah.
b.
Kemandirian Sosial
Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian sosial adalah kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.
seseorang mampu secara aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Kemandirian sosial ini ditandai oleh sikap seseorang yang pandai bergaul dan senang
berbagi dengan orang lain. Menurut Soelaeman (2009: 4) Sosial adalah cara tentang
bagaimana para individu saling berhubungan atau berinteraksi.
c.
Kemandirian emosi
Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian emosi adalah kemampuan
mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.
Seseorang mampu mengelola emosinya dan mempunyai kontrol diri yang baik. Hal
ini ditandai oleh sikap seseorang yang dapat mengontrol emosi bangga, takut, malu,
sedih. Menurut Shaleh (2009: 167) emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap ransanganransangan yang datang dari luar.
27
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
d.
Kemandirian ekonomi
Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian ekonomi adalah kemampuan
untuk mengatur dan mengelola ekonomi sendiri dan tidak tergantunganya kebutuhan
ekonomi orang lain. Hal ini ditandai oleh sikap seseorang yang dapat mengatur
kebutuhannya seperti menabung dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Menurut Putong (2003: 15) ekonomi memusatkan perhatiannya pada bagaimana
perilaku manusia memenuhi kebutuhannya, yang untuk mendapatkannya dibutuhkan
pengorbanan karena ketersediaannya yang terbatas.
28
Aspek Kemandirian Dan..., Ardhian Oktora, FKIP, UMP, 2016
Download